i
MANAJEMEN PENGELOLAAN SITUS BATU GOONG DAN KOMPLEK MAKAM SYEKH MANSYUR OLEH DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh: Dwi Mayang Sari NIM 6661100065
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG TAHUN 2014
i
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
“Orang-orang yang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.” (Ernest Newman)
“Kita berdoa kalau kita kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.” (Khalil Gibran)
“Success is not a final and failure is not initial.” Sukses bukanlah sebuah akhir dan kegagalan bukanlah sebuah awal.
Skripsi ini kupersembahan untuk: Wanita dan Pria terhebat dalam hidupku Mama dan Bapak Serta seluruh saudara dan temanku…
v
vi
ABSTRAK
Dwi Mayang Sari. NIM 6661100065. Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Pembimbing I Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si, Pembimbing II Rina Yulianti, S.IP., M.Si
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur mempunyai dasar hukum yaitu Undang-Undang No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Penelitian ini menggunakan teori fungsi manajemen Luther Gullick dalam Handoko 2003. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan teknik analisis data menggunakan teknik analisis menurut Miles dan Huberman kemudian untuk menguji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten belum berjalan maksimal dan masih perlu pembenahan dalam berbagai aspek. Hal ini disebabkan tidak adanya perencanaan untuk menyikapi pengawasan, pemeliharaan serta pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, koordinasi yang kurang berjalan dengan baik antar bidang dan dinas terkait mengenai pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dan tidak adanya anggaran yang dikhususkan untuk perawatan kerusakan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur.
Kata Kunci : Manajemen Publik, Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur
vi
vii
ABSTRACT Dwi Mayang Sari. NIM 6661100065. The Management of Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism District Pandeglang Province Banten. State Administration Science Courses, Faculty of Social and Politic Science, Sultan Ageng Tirtayasa University. Advisor I Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si, Adivisor II Rina Yulianti, S.IP., M.Si
Force behind of this research is management problems of Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism District Pandeglang Province Banten. Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex have a legal basis is Undang-Undang No.11 year 2010 about cultural heritage. This research used Luther Gulick theory in Handoko 2003.The objective of the research was to know The Management of Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism District Pandeglang Province Banten. The method used in this investigation is descriptive with a qualitative approach. While, data collection technique used for this research is interview, observation, documentation study, and this research used data analisys technique by Miles and Huberman and for test data validity used source triangulation and technique triangulation. This research result indicates that The Management of Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism District Pandeglang Province Banten has not ran optimally and it still needs improvement in many aspects. This is caused by the lack of planning in addressing the supervision, maintenance and management of the Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur, the less than effective coordination between sectors and agencies involved in the management of the Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur and finally the lack of bidget specifically dedicated to the care and repairs of the Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur
Key words : Public Administration, Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur
vii
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu, Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi kemudian solawat serta salam semoga terlimpah dan tercurah kepada Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah mengiringi doa dan harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya penelitian skripsi ini yang berjudul Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Penelitian skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program studi Ilmu Administrasi Negara. Sekalipun penulis menemukan hambatan dan kesulitan dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber namun disisi lain penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh penulis. Untuk terwujudnya penulisan penelitian skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis dalam memberikan motifasi baik waktu, tenaga, dan ilmu pengetahuannya. Maka dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta atas curahan perhatian dan kasih sayangnya dan juga doa yang tak henti serta motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
i
ii
Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Ibu Mia Dwiana, M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos, MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga Pembimbing Akademik atas bimbingannya dari awal perkuliahan sampai dengan akhir perkuliahan. 6. Ibu Rina Yulianti, S.IP, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga dosen pembimbing II yang telah senantiasa memberikan arahan dan bimbingan secara sabar dan juga dukungan selama proses penyusunan skripsi.
ii
iii
7. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 8. Ibu Ipah Ema Jumiati S.IP, M.Si., dosen pembimbing I yang telah senantiasa memberikan arahan dan bimbingan secara sabar dan juga dukungan selama proses penyusunan skripsi. 9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan. 10. Para staff Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan informasi selama perkuliahan; 11. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang yang telah memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis; 12. Pihak UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang telah memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis; 13. Bapak H. E. Wiraatmajaya, M.Pd., sebagai Kepala Bidang Kebudayaan dan juga kepada Bapak Maman Nasikh selaku Kasi Muskala dan Jarahnitra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang yang telah menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan
iii
iv
waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai fokus penelitian pada skripsi ini; 14. Bapak Drs. Zakaria Kasimin selaku Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang telah menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai fokus penelitian pada skripsi ini ; 15. Bapak Wargo dan Saepullah selaku juru pelihara Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur yang telah menjadi informan dan memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama penyusunan skripsi; 16. Kepada orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Tedy Rustandi dan Ibu Mimih Sumiati yang telah menjadi motivator terbesar selama perjalanan hidupku. Terimakasih atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, penyemangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang tidak ada hentihentinya yang selalu diberikan untukku dan tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Yudha Pratama; 17. Kepada seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta yang telah mengantarkan ke lokasi penelitian; 18. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 baik regular maupun nonreguler
yang menjadi
inspirasi dan motivasi
menyelesaikan penulisan penelitian skripsi ini;
iv
penulis dalam
v
19. Teman-teman kelas A angkatan 2010 Ilmu Administrasi Negara selama menuntut ilmu. Terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun perkuliahan; 20. Kepada para sahabat Rachmawati Dwi M, Pratiwi, Kanari Gemilang, Astri Permatasari, Emma Marlini, Ivan Setiawan, M. Fajar Kurniawan dan Faizal Setyahadi yang telah memberikan dukungan serta keceriaan dan kebahagiaan; 21. Kepada teman-temanku Rahmat Budianto, Sefi Maulida, Syntia Pratiwi, Rini Alfia, Isna Fayyadah, Fitri Liana Sari, Hendriyana, Solihin, Annisa Fitiriani, Ace Doni, Mukarammah Halim dan Reza Adhi Nugraha serta teman-teman lainnya yang telah memberikan semangat, motivasi dan kebahagiaan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Dengan ini penelitian skripsi telah selesai disusun. Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam pembuatan skripsi ini. Maka dari itu kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi berikutnya. Penulis pun berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan peneliti sendiri. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu, Pandeglang,
Oktober 2014
Penulis
Dwi Mayang Sari
v
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR
……………………………………………… i
DAFTAR ISI
……………………………………………… vi
DAFTAR TABEL
……………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR
……………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah 1.3 Pembatasan Masalah 1.4 Rumusan Masalah 1.5 Tujuan Penelitian 1.6 Manfaat Penelitian
………………………………………... ………………………………………... ………………………………………... ………………………………………... ………………………………………... ………………………………………...
1 15 16 16 17 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR 2.1 Tinjauan Pustaka ………………………………………... 2.1.1 Definisi Manajemen ………………………………...…. 2.1.2 Asas-Asas Manajemen .……………….……………….... 2.1.3 Fungsi Manajemen ………………………………….... 2.1.4 Filsafat Manajemen ………………………………….... 2.1.5 Tujuan Manajemen ………………………………….... 2.1.6 Definisi Pengelolaan ………………………………….... 2.1.7 Definisi Cagar Budaya ……………….……………….… 2.1.8 Definisi Pariwisata ………………………………….... 2.2 Penelitian Terdahulu ………………………………………... 2.3 Kerangka Berpikir ………………………………………... 2.4 Asumsi Dasar ………………………………………...
vi
19 19 23 25 39 40 40 41 45 48 50 55
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian …………………………………........... 3.2 Fokus Penelitian ………………………………………... 3.3 Lokasi Penelitian ………………………………………... 3.4 Variabel Penelitian ………………………………………... 3.4.1 Definisi Konsep ………………………………….... 3.4.2 Definisi Operasional …………………………………… 3.5 Instrumen Penelitian ……………………………………....... 3.6 Informan Penelitian ……………………………………....... 3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ………………. 3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ………………………..... 3.7.2 Teknik Analisis Data ………………………….. 3.7.2.1 Data Collection (Pengumpulan Data) ………………. 3.7.2.2 Data Reducion (Reduksi Data) …………………… 3.7.2.3 Data Display (Penyajian Data) …………………… 3.7.2.4 Conclusion Drawing / verification (Penarikan Kesimpulan) ………………………………………. 3.7.2.5 Triangulasi ………………………………………. 3.8 Jadwal Penelitian ……………………………………………
56 56 57 57 57 58 60 61 62 62 65 66 66 67 67 68 70
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………………………………...... 4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Pandeglang ……………. 4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ………………………………... 4.1.2.1Kedudukan dan Tupoksi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ………………….. 4.1.2.2 Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ………………….. 4.1.2.3 Visi Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ……………………………... 4.1.3 Gambaran Umum Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang …………………………………………………. 4.1.3.1 Visi Misi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang ………………………………………………. 4.1.3.2 Tugas Pokok dan Struktur Organisasi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang ………………….. 4.1.4 Sejarah Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur ………………………………………………. 4.2 Deskripsi Data Penelitian …………………………………… 4.2.1 Daftar Informan Penelitian …………………………… 4.2.2 Deskripsi Data ………………………………………...... 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………… 4.3.1 Planning (Perencanaan) ……………………………….
vii
71 71 72 72 74 77 78 78 79 79 86 86 87 90 92
viii
4.3.2 Organizing (Pengorganisasian) ……………………….... 4.3.3 Staffing (Penyusunan Pegawai) ………………………… 4.3.4 Directing (Pembinaan Kerja) ………………………… 4.3.5 Coordinating (Pengkoordinasian) …………………....... 4.3.6 Reporting (Pelaporan) ………………………………….. 4.3.7 Budgeting (Penganggaran) ……………………………... 4.4 Pembahasan ……………………………………………………
114 121 126 134 141 147 156
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan …………………………………………………… 177 5.2 Saran
………………………………………………………... 179
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………................. xi
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang ………………………..
8
Tabel 1.2 Daftar Nama Situs Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang …...
9
…………………………………………..
62
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ………………………………………...
64
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
……………………………………………
70
Tabel 4.1 Daftar Informan
……………………………………............
87
Tabel 3.1 Informan Penelitian
Tabel 4.2 Temuan Lapangan ……………………………………………
ix
173
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
………………………………………… 54
Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisi Data Menurut Miles dan Huberman … 68 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ………………………………………... 76
x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Banten dikenal sebagai provinsi yang mempunyai sejarah agama yang sangat kental dan baik karena Banten ikut berperan serta dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa. Oleh karenanya, Banten mempunyai banyak peninggalan sejarah pada jaman dahulu dan tidak sedikit pula banyak masyarakat yang berkunjung ke Provinsi Banten untuk melihat, mengetahui, meneliti bahkan tidak sedikit pula yang ingin berjiarah ke daerah yang berada di Provinsi Banten. Peninggalan sejarah pada jaman dahulu di Provinsi Banten diawali dengan adanya Kesultanan Banten Lama yang merupakan awal mula penyebaran agama di Banten. Peninggalan tersebutlah yang akhirnya masuk ke dalam peninggalan cagar budaya dan dilindungi oleh pemerintah. Pemerintah yang merasa hal tersebut amat sangat penting bagi Provinsi Banten karena akan berdampak untuk meningkatkan sektor pariwisata dan Provinsi Banten semakin dikenal oleh masyarakat luas. Selain untuk menyebarkan agama, Kesultanan Banten juga kental akan budaya dan politik dalam beragam fase jaman dan fase kekuasaan dari jaman pra-sejarah. Selain proses pelestarian dan pengembangan budaya, pemanfaatan budaya juga tidak kalah penting untuk dilakukan oleh pemerintah.
1
2
Berbagai bentuk budaya Banten yang potensinya untuk dikembangkan dan dimodifikasi dalam beragam kreasi dan inovasi yang lebih menarik dan mempunyai nilai jual untuk sektor pariwisata di Banten dan bisa juga dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat Banten, baik kepentingan sosial, pendidikan, ekonomi, politik maupun untuk mendatangkan manfaat yang lebih luas. Tidak hanya di daerah Banten saja, penyebaran agama dan budaya juga terjadi di daerah selatan Provinsi Banten yaitu Kabupaten Pandeglang dan menghasilkan peninggalan-peninggalan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Pandeglang yang tersebar di sebagian kecamatannya. Peninggalanpeninggalan sejarah tersebut masuk ke dalam cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, bahwa keadaan alam, flora dan fauna sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal tersebut juga diperkuat oleh pasal 32 ayat (1) dan pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Untuk melestarikan cagar budaya ini, pemerintah bertanggung jawab dalam pengelolaan dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk
3
melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya. Pengelolaan yang dilakukan ini berupaya untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Dengan adanya peran serta masyarakat dalam melindungi benda ataupun situs cagar budaya yaitu menjaga, mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran dan kemusnahan dengan cara penyelamatan pengamanan, zonasi, pemeliharaan, pemugaran, menjaga dan merawat agar kondisi fisik cagar budaya tetap lestari. Namun pada hakikatnya baik benda cagar budaya dan kawasan cagar budaya keduanya tetap dikuasai oleh pemerintah dan terikat dalam suatu peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Peninggalan pada jaman dahulu dilindungi dan diatur oleh UndangUndang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya sebagai pembaruan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992, pemerintah yang sebelumnya memiliki tanggung jawab, pelestarian dan pengawasan atas situs maupun benda cagar budaya. Dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, maka perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan benda cagar budaya di bawah tanggung jawab dan pengawasan pengelola benda cagar budaya. Pentingnya pelestarian cagar budaya ini sebaiknya dilakukan dalam upaya perlindungan hukum dan penetapan sebagai cagar budaya. Perlindungan secara fisik perlu dilakukan untuk menghindari campur tangan pihak-pihak lain yang tidak berwenang dalam sistem pengelolaan cagar budaya. Langkah awal dalam perlindungan secara fisik adalah melakukan pemintakan atau zoning. Langkah
4
pemerintah ini selain bertujuan untuk melestarikan objek, juga dapat mengakomodasikan kepentingan-kepentingan lain terutama yang terkait dengan pemanfaatan benda cagar budaya. Pelestarian secara fisik lainnya adalah upaya penghambat proses penurunan kualitas benda cagar budaya dengan cara preservasi dan konservasi. Dalam kegiatan ini harus dilakukan secara berkesinambungan. Untuk benda cagar budaya yang tidak bergerak dapat dilakukan kegiatan pemugaran, apabila komponen-komponen bangunan atau monumen tersebut secara teknis memungkinkan untuk dilakukan restorasi. Pelestarian cagar budaya ini terdapat pada pasal 3 dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang bertujuan sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia, Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya, Memperkuat kepribadian bangsa, Meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional. Komitmen pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelestarian
cagar budaya ini yaitu sebagai pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, pariwisata dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memajukan kebudayaan nasional untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pengelolaan cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang belum maksimal jika dibandingkan dengan pengelolaan cagar budaya yang berada di Jawa Tengah yaitu Candi Borobudur yang merupakan peninggalan jaman dahulu dan sangat bersejarah sekali. Pemerintah daerah Jawa Tengah sangat baik dan
5
memperhatikan benda cagar budaya yang ada di daerahnya. Ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya para wisatawan yang datang ke Candi Borobudur tersebut. Tidak hanya wisatawan lokal tetapi wisatawan luar negeri pun ikut datang untuk mengunjungi Candi Borobudur. Pengelolaan cagar budaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah Jawa Tengah dinilai sangat jauh berbeda dengan pengelolaan cagar budaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang. Pengelolaan cagar budaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Jawa Tengah mampu meningkatkan kepariwisataan yang ada di daerah tersebut. Pengelolaan yang baik tersebut dapat dilihat dari fasilitas, perawatan, pemanfaatan, dan pelestarian yang diberikan oleh pemerintah daerah. Sedangkan terkait untuk pengelolaan cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang belum maksimal sehingga sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Pandeglang ini belum begitu meningkat dibandingkan dengan cagar budaya yang ada di Jawa Tengah atau yang ada di Candi Borobudur. Contohnya saja cagar budaya di Kabupaten Pandeglang ini memiliki kekurangan dan kerusakan yang diantaranya ada kerusakan dibangunannya yang memang tidak layak disebut sebagai cagar budaya, kerusakan itu pun yang tidak dirawat dan tidak langsung dibenahi oleh pemerintah daerah. Perawatan yang dimaksud pada ayat (1) Undang-Undang Cagar Budaya dilakukan dengan pembersihan, pengawetan dan perbaikan atas kerusakan dengan memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, bahan dan/atau teknologi cagar budaya. Keterkaitan cagar budaya dengan pariwisata yaitu dimana memang sudah diketahui bahwa cagar budaya tersebut merupakan warisan budaya bangsa yang seharusnya dijunjung tinggi agar dapat dipromosikan
6
kepada
masyarakat
internasional
dan
juga
bisa
mengangkat
sektor
kepariwisataannya. Pemerintah Kabupaten Pandeglang seharusnya lebih serius dalam hal manajemen pengelolaan cagar budaya yang telah dimiliki. Dengan sistem pengelolaan
yang baik
ini,
maka
setiap
rencana,
tujuan,
koordinasi,
pengorganisasian, pengarahan, serta pengendalian yang berkaitan dengan manajemen akan terlaksana dengan maksimal dan berhasil guna. Pengelolaan cagar budaya tersebut harus merata, yang dimulai dari perawatan situs cagar budaya, tempat benda cagar budaya atau pun museum benda cagar budaya yang merupakan tempat benda-benda cagar budaya yang harus dilindungi atau diambil demi keamanan dan kelestariannya, itu semua tidak boleh luput dari pengelolaan yang efektif agar tetap terjaga dan tidak tersentuh oleh tangan-tangan orang yang berbuat negatif. Kabupaten Pandeglang memiliki benda cagar budaya sebanyak 202 yang terdiri dari 3 macam jenis yaitu cagar budaya yang berbentuk situs, bangunan atau gedung dan makam keramat, seperti pada tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1.1 Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang No. Jenis Jumlah 96 Situs 1. Situs 20 Bangunan atau Gedung 2. Bangunan atau Gedung 86 Makam Keramat 3. Makam Keramat 202 Benda Cagar Budaya Jumlah: (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, 2013)
7
Benda cagar budaya tersebut terdiri dari situs cagar budaya yang ada dan diantaranya berbentuk situs meliputi batu, arca dan benteng. Bangunan cagar budaya yang meliputi gedung pendopo, kewadanan, rumah sakit, water turn, gedung sipir dan masjid kuno peninggalan jaman dulu. Kemudian makam keramat yang meliputi makam-makam para leluhur atau makam-makam para sultan, syekh dan juga makam yang sangat dikeramatkan. Dari ke 202 benda cagar budaya ini letaknya sangat berjauhan satu dengan yang lainnya. Dari ke 202 benda cagar budaya yang ada, hanya 40 benda cagar budaya saja yang sudah ditetapkan oleh pemerintah karena 40 benda cagar budaya ini sudah diteliti oleh seorang arkeolog yang kemudian oleh pemerintah disahkan atau ditepatkan sebagai benda cagar budaya peninggalan jaman dahulu seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 pasal 33 ayat (1). Sedangkan sisanya tersebut masih harus diteliti oleh seorang arkeolog dan harus membutuhkan waktu yang cukup lama, karena cagar budaya tersebut hanya masuk ke dalam kriteria cagar budaya, akan tetapi benda cagar budaya tersebut tetap milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemerintah daerah. Seperti yang tercantum dalam BAB III pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 mengenai kriteria cagar budaya sebagai berikut: a. Berusia 50 tahun atau lebih, b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun, c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan, dan d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
8
Dalam penelitian ini, saya akan meneliti situs cagar budaya di Kabupaten Pandeglang yang secara keseluruhan ada 96, namun yang sudah ditetapkan hanya ada 24 situs saja dan tersebar di 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang. Hal tersebut juga telah disampaikan oleh Bapak Wiraatmajaya selaku Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, yaitu bahwasannya situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang ini secara keseluruhan ada 96 situs, akan tetapi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah hanya ada 24 situs dan sudah memiliki juru pelihara yang diutus secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Sedangkan untuk sisanya ini baru diajukan dan masuk ke dalam kriteria situs cagar budaya, namun pengelolaannya tetap oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah akan terus mengkaji cagar budaya yang ada di kabupaten Pandeglang, karena daerah Pandeglang memiliki banyak benda peninggalan jaman dahulu yang harus tetap dilindungi, dirawat, dilestarikan dan juga ditata letak keasliannya. Dari ke 96 situs cagar budaya hanya 24 situs cagar budaya yang telah tersebar di 13 kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Dari 24 situs cagar budaya tersebut juga telah dirawat oleh seorang juru pelihara yang sangat mengerti akan sejarah atau asal muasal situs cagar budaya atau peninggalan jaman prasejarah tersebut. Berikut ini merupakan daftar nama situs cagar budaya kabupaten Pandeglang yang telah tercantum pada tabel 1.2 yaitu sebagai berikut:
9
Tabel 1.2 Daftar Nama Situs Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Nama Situs Kecamatan Situs Pahoman Pasir Peuteuy Cadasari Situs Batu Gedong Cadasari Situs Batu Tapak Pasir Gumapak Cadasari Batu Kuda Pandeglang Syekh Maghrib Pandeglang Batu Ranjang Cipeucang Batu Orok Cipeucang Situs Cidaresi Batu Tum Bergores Cipeucang Situs Syeh Mansyur Cipeucang Situs Gunung Cupu Cimanuk Situs Pangasaman Saketi Sanghiang Heuleut Pulosari Sanghiang Dengdek Pulosari Situs Batu Goong Pulosari Situs Batu Tulis Citaman Pulosari Situs Batu Tulis Muruy Menes Situs Cihunjuran Mandalawangi Situs Genta Vijra Tugu Mandalawangi Situs Nyi Jompong Cibaliung Situs Batu Tulis Munjul Munjul Situs Keraton Majasari Situs Dipati Ukur Cimanggu Situs Dungus Tugu Cimanggu Situs Batu Lingga Banjar (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, 2013) Dari ke 24 situs cagar budaya yang ada ini, telah dirawat dan dijaga oleh
seorang juru pelihara yang diutus secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Juru pelihara ini diberikan kepercayaan untuk merawat, memelihara dan memberikan informasi kepada pengunjung yang datang ke situs cagar budaya tentang asal mula dan sejarah situs cagar budaya itu muncul dan ada di daerah Pandeglang.
10
Dalam penelitian ini yaitu mengenai manajemen pengelolaan situs yang dimana peneliti hanya meneliti 2 situs yaitu Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur. Situs Batu Goong sendiri telah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung, yang pengelolanya berada di bawah Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, namun pengelolaannya tetap oleh pemerintah daerah dalam arti kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) tidak melakukan kegiatan secara langsung turun ke situs batu goong tersebut secara rutin, akan tetapi pihak dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) ini menempatkan juru pelihara yang bertugas untuk merawat, memelihara, menjaga, melestarikan dan juga memberikan informasi mengenai asal mula atau sejarah situs cagar budaya tersebut. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang ini mengelola situs batu goong hanya dalam hal penganggaran kerusakan saja. Situs Batu Goong sendiri merupakan sebuah punden berundak yang merekaya bentukan alam. Pada bagian tertinggi ditempatkan Batu Goong bersama menhir. Situs Batu Goong intinya merupakan sebuah menhir (berdiri di tengahtengah sebagai pusat) dikelilingi oleh batu-batu yang berbentuk gamelan seperti gong dan batu pelinggih. Babad Banten yang merupakan produk dari masa Islam masih menyebutkan Gunung Pulosari adalah gunung keramat. Walaupun Babad Banten disebutkan bahwa Gunung Karang dan Gunung Haseupan disebut-sebut sebagai tempat kegiatan asal mula pendukung atau masyarakat Banten, tetapi Gunung Pulosari dinyatakan lebih penting ditinjau dari segi kekeramatannya. Ini
11
mungkin disebabkan karena Gunung Pulosari sejak jaman prasejarah dianggap sebagai gunung suci. Situs Batu Goong berada di sebuah perbukitan yang disebut Kaduguling, terletak di Kecamatan Pulosari dengan ketinggian sekitar 250 meter dari permukaan laut. (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2008). Kemudian untuk Komplek Makam Syekh Mansyur merupakan makam yang sangat dihormati oleh masyarakat dan banyak dikunjungi oleh penjiarah yang tidak hanya dari pulau Jawa, namun juga dari pulau luar Jawa. Makam Syekh Mansyur ini terletak di Kecamatan Cimanuk. Syekh Mansyur adalah ulama besar yang berasal dari Jawa Timur yang hidup semasa dengan Syekh Nawawi al Bantani. Kepurbakalaan yang terdapat di komplek makam Syekh Mansyur Cikadueun ini hanyalah batu nisan pada makam Syekh Mansyur yang tipologinya menyerupai batu nisan tipe Aceh. Nisan ini memiliki bentuk dasar pipih, bagian kepala memiliki dua undakan, makin ke atas makin mengecil. Pada bagian atas badan nisan terdapat tonjolan berbentuk tanduk. Hiasan berupa sulur dan dan tanaman terdapat hampir di seluruh badan nisan tanpa ragam hias kaligrafi. (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2008). Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti mendapatkan beberapa permasalahan dalam hal manajemen pengelolaan situs Batu Goong dan komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, berikut uraian permasalahannya tersebut:
12
Pertama, perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengelola situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini masih jauh dari kata maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya pengawasan, perawatan, perlindungan dan perhatian serta fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk situs cagar budaya tersebut. Dalam hal ini pihak pengelola atau sumber daya manusia yang ada kurang merencanakan secara benar dan efektif untuk dapat mengelola situs tersebut. Salah satu perencanaan yang kurang baik dalam hal perawatan yaitu terjadi pada situs Batu Goong yaitu salah satunya tempat penyimpanan batu yang hanya dilindungi oleh pagar dan letak situs cagar budaya ini berada di bukit Gunung Pulosari sehingga jauh dari kata aman dan bisa saja merubah bentuk keaslian dan tata letak daripada situs Batu Goong tersebut. Karena pagar yang melindungi batu itu sudah tidak layak dan memang seharusnya diganti dengan yang lebih aman dan terhindar dari orang-orang yang akan berbuat jahat. Begitu pula dengan komplek Makam Syekh Mansyur yang banyak dikunjungi oleh para pejiarah. Walaupun situs tersebut sudah dirawat oleh seorang juru pelihara, akan tetapi wewenang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah daerah. Kurangnya perawatan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah ini bisa mengganggu kenyamanan para wisatawan yang akan berkunjung ke situs tersebut. Ini seharusnya dijadikan acuan bagi pemerintah untuk terus meningkatkan pengelolaan cagar budaya. Pemerintah dan juga sumber daya manusia yang ada dinilai kurang memperhatikan dalam hal perawatan akan kerusakan yang dialami oleh situs yang ada. Menurut para juru pelihara, pemerintah daerah hanya sekedar
13
menengok dan mengobrol saja jika berkunjung ke situs cagar budaya yang ada, padahal situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur masih banyak kekurangannya dan benar-benar harus dikelola secara serius oleh pemerintah dan juga sumber daya manusia yang memang lebih mengerti mengenai situs cagar budaya. Seharusnya dalam perencanaan ini, pemerintah harus memiliki perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang agar dapat menyelesaikan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam hal pengelolaan situs cagar budaya. Kedua, kurangnya koordinasi antar bidang dan dinas yang terkait dalam pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur, sehingga banyak terjadi kekeliruan dalam hal pengelolaan cagar budaya tersebut. Ini menjadikan situs ini terabaikan karena koordinasi yang kurang berjalan baik dalam hal pengelolaan situs. Namun pada kenyataannya tidak seperti yang diharapkan, karena pemerintah kurang mengkoordinasikan hal tersebut secara efisien sehingga berdampak kepada pengelolaan situs. Koordinasi yang baik sebagaimana dalam fungsi manajemen ini seharusnya dapat menghubungkan segala bentuk kegiatan dengan pekerjaannya di tiap-tiap bidang. Koordinasi yang baik bisa dilihat dari hasil yang maksimal yang terdapat di pengelolaan masingmasing situs. Ketiga, menyangkut hal penganggaran maka peneliti mendapat hasil berdasarkan observasi yang telah dilakukan, yaitu mengenai penganggaran untuk perawatan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang dinilai belum ada anggaran khusus tiap bulannya, karena dalam hal penganggaran ini
14
pemerintah daerah akan mencairkan dana untuk perawatan atau kerusakan jika dalam situs cagar budaya tersebut terjadi kerusakan yang cukup parah dan sangat membahayakan situs dan juga pengunjung. Sedangkan, jika dalam situs itu tidak ada kerusakan maka tidak akan ada anggaran untuk perawatan situs cagar budaya. Situs batu goong hanya mengandalkan dana dari hasil penjualan tiket masuk yaitu sebesar Rp. 4000-, sedangkan untuk komplek makam Syekh Mansyur hanya mengandalkan dari kotak amal yang disumbangkan dari para pengunjung yang datang. Dana dari pengunjung tersebut yang akan dianggarkan sebagai perawatan situs cagar budaya, seperti membeli peralatan kebersihan dan lain sebagainya. Dalam hal ini pemerintah daerah kurang bertanggung jawab, karena anggaran yang ada hanya pada saat ada kerusakan saja dan tiap bulannya tidak ada anggaran untuk perawatan situs cagar budaya. Ini juga yang menyebabkan kurang nyamannya pengunjung yang datang ke situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Jika saja manajemen pengelolaan situs cagar budaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang berjalan dan berkerjasama dan terkoordinasi dengan baik, maka pengelolaannya akan lebih berhasil guna bagi Kabupaten Pandeglang. Hasil yang baik itu bukan hanya memberikan efek positif bagi pemerintah daerah, namun juga bagi masyarakat dan pemerintah pusat juga. Didasarkan atas berbagai pemaparan mengenai manajemen pengelolaan situs cagar budaya, maka peneliti merasa tertarik dan memutuskan untuk
15
melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong Dan Komplek Makam Syekh Mansyur Oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten”
1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya perhatian dari pemerintah dalam menyikapi pengelolaan, pengawasan, bantuan serta pemeliharaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur di Kabupaten Pandeglang, 2. Koordinasi antar bidang dan antar dinas terkait yang kurang berjalan mengenai pengelolaan, pengawasan, pemeliharaan dan anggaran situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, 3. Kurangnya anggaran khusus tiap bulannya untuk perawatan kerusakan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang.
16
1.3 Pembatasan Masalah Dalam pembatasan masalah ini, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai: 1. Perencanaan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dari segi pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, 2. Aspek pemeliharaan dan anggaran situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam memaparkan manajemen pengelolaan situs cagar budaya, sehingga permasalahannya yang akan dibahas dalam penulisan ini yaitu: 1. Bagaimanakah perencanaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dari segi pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur? 2. Bagaimanakah koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang mengenai pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur?
17
3. Bagaimanakah anggaran khusus untuk pemeliharaan pada situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang dilakukan oleh dinas terkait?
1.5 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan penulisan dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perencanaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dari segi pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur; 2. Untuk mengetahui koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang mengenai pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur; 3. Untuk mengetahui anggaran khusus untuk pemeliharaan pada situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang dilakukan oleh dinas terkait. 1.6 Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat yaitu: 1.6.1
Secara Teoritis a. Menambah ilmu pengetahuan yang dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu
18
administari negara di ranah manajemen publik dan khususnya mengenai manajemen pengelolaan. b. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan ilmu manajemen yang terkait dalam masalah tersebut. Dalam artian setiap hasil yang didapatkan dari penelitian ini bisa kita kembangkan menjadi suatu ilmu yang terkonsep yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengembangan atau penelitian selanjutnya. 1.6.2
Secara Praktis a. Bagi Peneliti Memberikan kesempatan peneliti untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah dipelajari selama ini. b. Bagi Instansi Diharapkan penelitian ini dapat memberikan saran atau masukan kepada
instansi
untuk
meningkatkan
manajemen pengelolaan situs cagar budaya.
pemahaman
tentang
19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang mendukung masalah peneliti mengenai Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. 2.1.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, Stoner dalam Handoko (2003:9). Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang dicapai itu adalah pelayanan atau laba (profit).
19
20
Menurut Hasibuan dalam bukunya Manajemen (2011:2). Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya dan manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Manajemen
menurut
Sikula
dalam
Hasibuan
(2011:2)
yang
diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitasaktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.”
Terry dalam Hasibuan (2011:2) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses
yang
khas
pengorganisasian,
yang
terdiri
pengarahan,
dan
dari
tindakan-tindakan
pengendalian
perencanaan,
yang dilakukan
untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Selanjutnya pengertian manajemen menurut Koontz dan O’Donnel dalam Hasibuan (2011:3) yang diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.” Berdasarkan pemaparan pengertian manajemen diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan manusia itu terbatas sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan
21
dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab ini ini maka terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai. Adapun menurut George R. Terry (1972) dikutip dalam (Rusadi, 1998: 1) menyatakan bahwa manajemen merupakan: “…….sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaranyang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.” Secara sederhana pengertian manajemen menurut George R. Terry (1972) meliputi: a. Perencanaan (Planning); b. Pengorganisasian (Organizing); c. Penggerakan (Actualing); d. Pengawasan (Controlling). Lain halnya dengan definisi manajemen menurut Gibson, Donelly & Ivancevich (1996) dikutip dalam (Ratminto & Atik, 2005: 2) yaitu suatu proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri.
22
Definisi lainnya yaitu dikemukakan oleh Makharita, expert PBB yang diperbantukan pada kantor Pusat Lembaga Administrasi Negara dari tahun 19771980 (Handayaningrat, 1990:19) memberikan definisi yang sudah diterjemahhkan yaitu bahwa manajemen adalah pemanfaatan sumber-smber yang tersedia atau yang berpotensial di dalam pencapaian tujuan. Dalam definisi ini manajemen dititikberatkan pada usaha menggunakan atau memanfaatkan sumber yang tersedia atau yang berpotensi dalam pencapaian tujuan. Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan persfektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi dan sebagainya. Menurut Millet dalam Siswanto (2009:1) membatasi manajemen yang diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.”
Stoner dan Wankel dalam Siswanto (2009:2) memberikan batasan manajemen yang diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi.”
23
Menurut Hersey dan Kenneth dalam Siswanto (2009:2) memberikan batasan manajemen yaitu bahwa sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai suatu tujuan. Manajemen sebagai suatu ilmu adalah pengetahuan yang disistematiskan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasi (Siswanto, 2009:7). Menurut Handoko (2003:11) manajemen merupakan ilmu pengetahuan juga dalam artian bahwa manajemen memerlukan disiplin ilmu-ilmu pengetahuan lain dalam penerapannya, misal: ilmu ekonomi, statistik, akuntansi dan sebagainya. Bidang-bidang ilmu ini dapat kita pelajari secara universal. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau karyawan (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling). 2.1.2 Asas-asas Manajemen Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan intisari kebenarankebenaran dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tetapi bukanlah
24
sesuatu yang absolut atau mutlak. Artinya penerapan asas baru harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah. Asas bukanlah hukum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesis yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis relevan dan konsisten. Dengan menggunakan asas-asas manajemen, seorang manajer dapat mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam menjalankan pekerjaannya dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan semakin besar. Menurut Fayol dalam Hasibuan (2011:10) asas-asas umum manajemen adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Division of work (asas pembagian kerja) Authority and responsibility (asas wewenang dan tanggung jawab) Disciple (asas displin) Unity of command (asas kesatuan perintah) Unity of direction (asas kesatuan jurusan atau arah) Subordination of individual interest into general interest (asas kepentingan umum di atas kepentingan pribadi) 7. Renumeration of personnel (asas pembagian lagi yang wajar) 8. Centralization (asas pemusatan wewenang) 9. Scharal of chain (asas hierarki atau asas rantai berkala) 10. Order (asas keteraturan) 11. Equity (asas keadilan) 12. Initiative (asas inisiatif) 13. Esprit de corps (asas kesatuan) 14. Stability of turn-over personnel (asas keadilan masa jabatan) Dalam bukunya Taylor The Principle of Scienific Management (Hasibuan, 2011:7) menunjukkan bahwa asas-asas dasar ilmu manajemen dapat dipakai untuk segala macam kegiatan manusia. Taylor mengemukakan asas-asas manajemen sebagai berikut: 1. Pengembangan metode-metode kerja yang baik. 2. Pemilihan serta pengembangan para pekerja. 3. Usaha untuk menghubungkan serta mempersatukan metode kerja yang terbaik serta para pekerja yang terpilih dan terlatih.
25
4. Kerja sama yang harmonis antar manajer dan nonmanajer, meliputi pembagian kerja dan tanggung jawab manajer untuk merencakan pekerjaan. 2.1.3 Fungsi Manajemen Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsifungsi tertentu, tetapi dalam hal ini belum ada persamaan pendapat dari para ahli manajemen tentang apa fungsi-fungsi itu. Salah satu klarifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh Fayol, yang menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian perintah dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama (Handoko,2003:21). Fungsi manajemen menurut Terry dalam Handayaningrat (1990:25) yang dikenal dengan POAC yaitu: 1. Perencanaan (Planning), adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendaki. 2. Pengorganisasian (Organizing), adalah menentukan, mengelompokkan dan pengatur berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai dan menunjukkan hubungan kewenangan yang dilimpahkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. 3. Penggerakkan Pelaksanaan (Actuating), merupakan usaha agar semua anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya dan berpedoman pada perencanaan (planning) dan usaha pengorganisasian. 4. Pengawasan (Controlling), merupakan proses penentuan apa yang harus diselesaikan yaitu, pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanannya tetap sesuai dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.
26
Koontz dan O’Donnell dalam Handayaningrat (1990:22) fungsi-fungsi manajemen yang disingkat POSDICO yaitu: 1. Perencanaan (Planning), berhubungan dengan pemilihan sasaran/tujuan (objective), strategi, kebijaksanaan, program dan prosedur pencapaiannya. Perencanaan adalah suatu pengambilan keputusan, manakala perencanaan ini menyangkut pemilihan diantara beberapa alternatif. 2. Pengorganisasian (Organizing), berhubungan dengan pengaturan struktur melalui penentuan kegiatan untuk mencapai tujuan daripada suatu badan usaha secara keseluruhan atau setiap bagiannya. Pengelompokkan kegiatan-kegiatannya, penugasan, pelimpahan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, menentukan koordinasi, kewenangan dan hubungan informal baik horizontal maupun vertikal dalam struktur organisasi itu. 3. Penyusunan Pegawai (Staffing), berhubungan dengan penempatan orangorang, yaitu menempatkan orang-orang sesuai dengan jabatan yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi. 4. Pembinaan dan Kepemimpinan (Directing and Leading), merupakan pekerjaan yang sangat kompleks. Pimpinan atas harus memperhitungkan bawahannya terhadap nilai-nilai kebiasaan, sasaran/tujuan dan kebijaksanaan organisasi/badan usaha. Pihak bawahan diusahakan agar banyak mengetahui terhadap struktur organisasi, hubungan yang saling ketergantungan daripada kegiatan dan kedudukan pribadinya, tugastugasnya dan wewenangnya. 5. Pengawasan (Controlling), merupakan tindakan penilaian/perbaikan terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaannya sesuai dengan rencana. Jadi penilaiannya apakah hasil pelaksanaannya tidak bertentangan dengan sasaran (goals) dan rencananya (plans). Newman
dalam
Handayaningrat
(1990:20),
menyebutkan
fungsi
manajemen dengan akronim POASCO, yaitu: 1. Perencanaan (Planning), perencanaan ini meliputi serangkaian keputusankeputusan termasuk penentuan-penentuan tujuan, kebijaksaan, membuat program-program, menentukan metode & prosedur serta menetapkan jadwal waktu pelaksanaan. 2. Pengorganisasian (Organizing), pengelompokkan kegiatan-kegiatan yang diwadahkan dalam unit-unit untuk melaksanakan rencana dan menetapkan hubungan antara pimpinan dan bawahannya (atasan dan bawahan) di dalam setiap unit. 3. Pengumpulan Sumber (Assembling Resources), pengumpulan sumbersumber yang dipergunakan untuk mengatur penggunaan daripada usahausaha tersebut yang meliputi personal, uang/kapital, alat-alat/fasilitas dan hal-hal lain yang diperlukan untuk melaksanakan rencana.
27
4. Pengendalian Kerja (Supervising), bimbingan daripada pelaksanaan pekerjaan setiap hari termasuk memberikan instruksi, motivasi agar mereka secara sadar menuruti segala instruksinya, mengadakan koordinasi daripada berbagai kegiatan pekerjaan dan memelihara hubungan kerja baik antara atasan dan bawahan. 5. Pengawasan (Controlling), pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan perkerjaan sedapat mungkin sesuai dengan rencana. Hal ini menyangkut penentuan standar. Artinya memperbandingkan antar kenyataan dengan standar dan bila perlu mengadakan koreksi/pembetulan apabila pelaksanaannya menyimpang daripada rencana. Sedangkan fungsi manajemen menurut Mee dalam Handayaningrat (1990:26) biasa dikenal dengan akronim POMCO, yaitu: 1. Perencanaan (Planning), adalah proses pemikiran yang matang untuk dilakukan dimasa yang akan datang dengan menentukan kegiatankegiatannya. 2. Pengorganisasian (Organizing), seluruh proses pengelompokkan orangorang, peralatan, kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab, sehingga merupakan organisasi yang dapat digerakkan secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan yang telah ditentukan. 3. Pemberian Motivasi (Motivating), seluruh proses pemberian motif (dorongan) kepada karyawan untuk bekerja lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna. 4. Pengawasan (Controlling), proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Luther Gulick dalam Handoko (2003:11) mendefinisikan bahwa manajemen sebagai berikut: “Suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.”
28
Secara sederhana fungsi-fungsi manajemen menurut Luther Gulick yang terkenal dengan akronim POSDCORB, adalah: 1. Perencanaan (Planning), adalah perincian dalam garis besar untuk memudahkan pelaksanaanya dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan maksud/tujuan badan usaha itu. 2. Pengorganisasian (Organizing), menetapkan struktur formal daripada kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Penyusunan Pegawai (Staffing), keseluruhan fungsi daripada kepegawaian sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan. 4. Pembinaan Kerja (Directing), tugas yang terus menerus di dalam pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha/organisasi. 5. Pengkoordinasian (Coordinating), kewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan daripada pekerjaan. 6. Pelaporan (Reporting), pimpinan yang bertanggung jawab harus selalu mengetahui apa yang sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan maupun bawahannyan melalui catatan, penelitian maupun inspeksi. 7. Penganggaran (Budgeting), semua kegiatan akan berjalan dengan baik bila disertai dengan usaha pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran, perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran. Berdasarkan hasil pemaparan mengenai fungsi manajemen dari beberapa para ahli yaitu dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa fungsi manajemen itu diantaranya terdapat perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating) serta pengendalian (controlling). Jika fungsi-fungsi manajemen tersebut bisa berjalan dengan maksimal, maka sebuah instansi negara ataupun swasta akan mencapai kepada tujuan yang diinginkan.
29
Untuk dapat memaparkan secara jelas mengenai sub dari fungsi manajemen tersebut, maka akan dijelaskan sebagai berikut: A. Perencanaan Perencanaan
(planning)
adalah
fungsi
dasar
manajemen,
karena
organizing, staffing, directing dan controlling pun harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan ini adalah dinamis. Perencanaan ini ditujukan pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan kondisi dan situasi. Hasil perencanaan baru akan diketahui pada masa depan. Agar risiko yang ditanggung itu relatif kecil, hendaknya semua kegiatan. Tindakan dan kebijakan direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan ini adalah masalah, artinya memilih tujuan dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut dari beberapa alternatif yang ada. Tanpa alternatif, perencanaan pun tidak ada. Perencanaan merupakan kumpulan dari beberapa keputusan. Perencanaan menurut Terry (2007:92) yaitu “perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatankegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Sedangkan menurut Hasibuan “rencana adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu”. Jadi, setiap rencana mengandung dua unsur, yaitu tujuan dan pedoman.
30
Jenis-jenis rencana menurut Hasibuan (2011:95) adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Tujuan yang diinginkan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dan ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Tujuan yang diinginkan harus wajar, rasional, ideal dan cukup menantang untuk diperjuangkan dan dapat dicapai oleh orang banyak. Tegasnya tujuan yang diinginkan itu harus ditetapkan supaya perencanaan itu tidak mengambang. Menurut Terry dalam Hasibuan (2011:96) tujuan adalah suatu sasaran manajerial yaitu tujuan yang diinginkan melukiskan skop jelas, serta memberikan arah pada usaha-usaha seorang manajer. Sasaran (goal), skopnya lebih kecil daripada tujuan, titik tertentu yang dicapai. 2. Kebijaksanaan Menurut Koontz dalam Hasibuan (2011:96) kebijaksanaan adalah pernyataan-pernyataan atau pengertian-pengertian umum yang memberikan bimbingan berpikir dalam menentukan keputusan. Fungsinya adalah menandai lingkungan di sekitar yang dibuat, sehingga memberikan jaminan keputusankeputusan itu akan sesuai dengan dan menyokong tercapainya arah tujuan. 3. Prosedur Prosedur-prosedur juga merupakan suatu jenis rencana, karena prosedur menunjukan pemilihan cara bertindak dan berhubungan dengan aktivitas-aktivitas masa depan. Prosedur benar-benar merupakan petunjuk-petunjuk untuk tindakan dan bukan untuk cara berpikir. Prosedur memberikan detail-detail tindakan,
31
sehingga suatu aktivitas tertentu harus dilaksanakan. Esensinya adalah rentetan tindakan yang diatur secara kronologis atau berurutan. 4. Rule Rule adalah rencana tentang peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan harus ditaati. Rule kadang-kadang ditimbulkan oleh prosedur, tetapi keadaannya tidak sama. 5. Program Program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret. Rencana ini konkret, karena dalam program sudah tercantum, baik sasaran, kebijaksanaan, prosedur, waktu maupun anggarannya. Jadi, program juga merupakan usaha-usaha untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan menurut bidangnya masing-masing. 6. Budget Budget adalah suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan diperoleh. 7. Metode Metode merupakan hal yang fundamental bagi setiap tindakan dan hubungan dengan prosedur. Suatu prosedur terdiri dari serangkain tindakan. Menurut Terry dalam Hasibuan (2011:102) suatu metode dapat didefinisikan sebagai hasil penentuan cara pelaksanaan suatu tugas dengan suatu pertimbangan yang memadai menyangkut tujuan, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan jumlah penggunaan waktu, uang dan usaha.
32
8. Strategi Strategi adalah juga termasuk jenis rencana, karena akan menentukan tindakan-tindakan pada masa datang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor-faktor penting yang menjadi perhatian dan perhitungan dalam menentukan strategi adalah: a. Memperhitungkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki daripada pihak-pihak saingan. b. Memanfaatkan keunggulan dan kelemahan-kelemahan pihak saingan. c. Memperhitungkan keadaan lingkungan intern maupun ekstern yang dapat mempengaruhi perusahaan. d. Memperhitungkan faktor-faktor ekonomis, sosial dan psikologis. e. Memperhatikan faktor-faktor sosio-kultural dan hukum. f. Memperhitungkan faktor ekologis dan geografis. g. Menganalisis dengan cermat rencana pihak-pihak saingan. Pendekatan dalam fungsi perencanaan dalam buku Siagian (2008:90) dapat ditinjau dari tiga segi atau cara yaitu pertama, mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang baik. Kedua, memandang proses perencanaan sebagai suatu rangakaian pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan. Ketiga, memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. B. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis. Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokkan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada
33
setiap karyawan, penetapan departemen-departemen serta penentuan hubunganhubungan. Organizing berasal dari kata organize yang berarti menciptakan struktur dengan
bagian-bagian
yang
diintegrasikan
sedemikian
rupa,
sehingga
hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. Organisasi diartikan menggambarkan pola-pola, skema, bagan yang menunjukkan garis-garis perintah, kedudukan karyawan, hubungan-hubungan yang ada, dan lain sebagainya. Hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. Pengorganisasian diproses oleh organisator (manajer), hasilnya organisasi yang sifatnya statis. Jika pengorganisasian baik maka organisasian pun akan baik dan tujuan pun relatif mudah dicapai. Dalam buku Siagian (2008:95) “organisasi yaitu setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam persekutuan, yang mana selalu terdapat hubungan antara seorang/sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang/sekelompok orang lain yang disebut bawahan.” Pengorganisasian menurut Hasibuan yaitu “suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.”
34
Menurut Hasibuan (2011:122) unsur-unsur organisasi adalah sebagai berikut: 1. Manusia, artinya organisasi baru ada unsur manusia yang bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin. 2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukan. 3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai. 4. Pekerjaan, artinya organisasi itu baru ada, jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan. 5. Struktur, artinya organisasi itu baru ada, jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya. 6. Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur teknis. 7. Lingkungan, artinya organisasi itu baru ada, jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerja sama sosial. Sedangkan pengorganisasian menurut Terry dalam Hasibuan (2011:119) yatiu tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisisen dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. C. Pengarahan Fungsi pengarahan (directing=actuating=leading=penggerakan) adalah fungsi manajemen yang paling penting dan dominan dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana, organisasi dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan maka proses manajemen dapat merealisasi tujuan dimulai. Penerapan fungsi ini sangat sulit, rumit dan kompleks, karena karyawan tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Hal ini disebabkan karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran, perasaan, harga diri, cita-cita dan lainnya.
35
Menurut Hasibuan (2011:183) pengarahan yaitu mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dalam mencapai tujuan perusahaan. Terry (2007:183) pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Sedangkan menurut Koontz dan O’Donnel (2011:184) pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. Jadi pengarahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksanakan sesuatu kegiatan usaha. D. Pengkoordinasian Ada beberapa definisi koordinasi berdasarkan para ahli diantaranya yaitu menurut Brech dalam Hasibuan (2011:85) koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri. Sedangkan menurut Djamin dalam Hasibuan (2011:86) koordinasi adalah suatu usaha kerja antar badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.
36
Hasibuan (2011:86) menyebutkan bahwa ada beberapa tipe koordinasi diantaranya: Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap unit-unit, kesatuan-kesatuan Hasibuan (2011:86) menyebutkan bahwa ada beberapa tipe koordinasi diantaranya: 1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. 2. Koordinasi horizontal adalah tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat. Koordinasi horizontal dibagi atas: a) Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya. b) Interrelated adalah koordinasi antar badan, unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lainsaling bergantungan atau mempunyai kaitan baik, cara intern maupun ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena coordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya setingkat. Sifat-sifat koordinasi menurut Hasibuan (2011:87) adalah sebagai berikut: 1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis 2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang dalam rangka mencapai sasaran 3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan Tujuan koordinasi menurut Hasibuan (2011:87) adalah sebagai berikut:
37
1. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan 2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan 3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan 4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran. E. Pengendalian Fungsi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pengendalian ini berkaitan erat sekali dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena: 1. Pengendalian harus terlebih dahulu direncabakan. 2. Pengendalian baru dapat dilakukan jika ada rencana. 3. Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan dengan baik. 4. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah pengendalian atau penilaian dilakukan. Dengan demikian peranan pengendalian ini sangat menentukan baik atau buruknya pelaksanaan suatu rencana. Pengendalian menurut Terry dalam Hasibuan (2011:242) yaitu dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. Sedangkan menurut Koontz dalam Hasibuan (2011:242) pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar
38
rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara. Menurut Hasibuan (2011:242) tujuan pengendalian adalah sebagai berikut: 1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuanketentuan dari rencana 2. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpanganpenyimpangan 3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi berusaha
untuk
menghindari
terjadinya
kesalahan-kesalahan
serta
memperbaikinya jika terdapat kesalahan-kesalahan. Jadi, pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir diketahui. Proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah berikut: 1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengendalian 2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai 3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada 4. Melakukan tindakan perbaikan, jika penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan benar-benar sesuai dengan rencana Cara-cara pengendalian atau pengawasan ini dilakukan sebagai berikut: 1. Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apaka dikerjakan dengan benar dan hasil-hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya. 2. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa lisan atau tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasil yang telah dicapai.
39
3. Pengawasan berdasarkan kekecualian adalah pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengendalian semacam ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer. 2.1.4 Filsafat Manajemen Filsafat manajeman adalah kerja sama saling menguntungkan, bekerja efektif dan dengan metode kerja yang terbaik untuk mencapai hasil yang terbaik (Hasibuan, 2011:5) Selanjutnya Taylor (2011:6) mengemukakan bahwa dalam filsafat manajemen, manajer akan lebih bertanggung jawab dalam perencanaan dan pengedalian serta dalam menafsirkan kepandaian-kepandaian para pekerja dan mesin-mesin menurut aturan-aturan, hukum-hukum dan formula-formula, sehingga dengan jalan demikian akan membantu pekerja-pekerja melakukan pekerjaannya dengan biaya yang rendah namun memberikan penghasilan yang besar. Pemimpin harus menjadi sumber kegiatan dan penanggung jawab hasil yang dicapai dalam aktivitas proses manajemen itu. Dengan pemimpin yang inovatif, kreatif, cakap dan berani mengambil keputusan maka aktivitas-aktivitas organisasi yang dipimpinnya semakin dinamis. Sebaliknya pemimpin yang tidak kreatif, cakap dan tidak berani mengambil keputusan maka aktivitas organisasinya statis. Jadi, pemimpin dan wewenang kepemimpinannya merupakan intisari manajemen.
40
Filsafat manajemen adalah kumpulan pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan dasar atau basis yang luas untuk menentukan pemecahan terhadap masalah-masalah manajer. Terdapat beberapa manfaat filsafat manajemen, yaitu: 1. Memberikan suatu dasar dan pedoman bagi pekerjaan manajer. 2. Memberikan kepercayaan dan pegangan bagi manajer dalam proses manajemen untuk mencapai tujuan. 3. Memberikan dasar dan pedoman berpikir efektif bagi manajer. 4. Dapat dipergunakan untuk mendapatkan sokongan dan partisipasi para bawahan, jika mereka mengetahui manajer dan mengerti tindakantindakannya, asalkan mereka telah menghayati filsafat manajemen. 5. Memberikan pedoman arah pemecahan yang terbaik terhadap masalahmasalah yang dihadapi manajer. 6. Menjadi pedoman dasar dan kepercayaan bagi manajer dalam melakukan wewenang kepemimpinan. 2.1.5 Tujuan Manajemen Manajemen dibutuhkan semua organisasi, karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit (Handoko, 2003:6). Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen yaitu 1) untuk mencapai tujuan, 2) menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, 3) untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. 2.1.6 Definisi Pengelolaan Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaanperbedaan hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda,
41
kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama. Definisi dan pengertian pengelolaan menggunakan beberapa pemahamam yaitu proses mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan pembangunan yang secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut. Dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan secara rasional tentang pemanfaatan segenap sumber daya alam yang terkandung didalamnya secara berkelanjutan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah 1) proses, cara, perbuatan mengelola, 2) proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, 3) proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi, 4) proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Jadi pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian keputusan tentang pemanfaatan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan. 2.1.7 Definisi Cagar Budaya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya berisi banyak hal yang baru dan berbeda dengan undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1992, baik
42
secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis. Secara filosofis, tidak hanya terbatas pada benda tetapi juga meliputi bangunan, struktur, situs dan kawasan cagar budaya yang di darat atau di air. Satuan atau gugusan cagar budaya itu perlu dilestarikan karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan. Secara sosiologis, undang-undang ini mengatur hal-hal yang terkait dengan pelestarian yang meliputi pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Di dalamnya juga tercantum tugas dan wewenangan para pemangku kepentingan serta ketentuan pidana. Pengertian cagar budaya menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992, benda cagar budaya dibagi dalam 2 jenis yaitu: 1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nila penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 2. Benda alam yang dianggap mempunyai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dalam undang-undang ini pula didalamnya menyebutkan mengenai pengelolaan cagar budaya, dalam pasal 41 yang memberikan petunjuk pelaksanaan tentang pengelolaan cagar budaya yaitu sebagaimana dimaksud meliputi: a. Pembinaan terhadap pemilik atau yang menguasai benda cagar budaya berkenaan dengan tata cara perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatannya.
43
b. Pembinaan masyarakat dalam upaya pelestarian. Pembinaan dapat dilakukan meliputi bimbingan dan penyuluhan, pemberian bantuan tenaga ahli atau bentuk lainnya, peningkatan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat menjadi nilai penting bagi pengelolaan benda cagar budaya. Dalam hal ini pemerintah memberikan fasilitas berupa penyuluhan dan bimbingan bagi pemilik langsung benda cagar budaya tersebut dan juga masyarakat umum yang ingin turut berperan serta dalam pengelolaan benda cagar budaya tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan benda cagar budaya adalah elemen penting dalam usaha menunjukkan manfaat dari benda tersebut. Cagar budaya sebagai suatu sumber daya yang memiliki beragam nilai harus memiliki sistem pengelolaan yang baik. Pengertian akan manajemen sumber daya yang baik kadang tidak diperoleh merata di seluruh Indonesia. Kadang terdapat pengelolaan yang baik di suatu daerah namun di daerah lain tidak. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya: 1. Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya di darat dan atau di ait yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan atau kebudayan melalui proses penetapan. 2. Benda cagar budaya adalah benda dan atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. 3. Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan atau tidak berdinding dan beratap. 4. Struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan
44
5.
6.
7.
8.
9.
yang menyatu dengan alam, saran dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia. Situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya dan atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan atau memperhatikan ciri tata ruang yang khas. Kepemilikan adalah hak terkuat dan terpenuh terhadap cagar budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya. Penguasaan adalah pemberian wewenang dari pemilik kepada pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap orang untuk mengelola cagar budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya. Dikuasai oleh negera adalah kewenangan tertinggi yang dimiliki oleh negara dalam menyelenggarakan pengaturan perbuatan hukum berkenaan dengan pelestarian cagar budaya. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar
Budaya dari pasal 120, pasal yang ada di undang-undang tersebut, 19 pasal mengatur kepentingan masyarakat dalam kaitannya dengan cagar budaya, antara lain mengenai kesejahteraan (pasal 3 huruf D), pengamanan cagar budaya (pasal 63), pemugaran (pasal 77 ayat 3), meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab (pasal 95) dan lainnya. Namun demikian perlu diketahui bahwa Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya tersebut dalam posisi masih “sendiri”, artinya belum didukung dengan peraturan lainnya seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan lainnya. Menurut pasal 3 mengenai pelestarian cagar budaya yaitu: a. b. c. d.
Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya Memperkuat kepribadian bangsa Meningkatkan kesejahteraan rakyat dan,
45
e. Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat Internasional Lingkup pelestarian cagar budaya meliputi perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya di darat dan di air. 2.1.8 Definisi Pariwisata Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakat kira-kira pada abad ke-18, khususnya sesudah revolusi industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour), yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dari seseorang, di luar tempat tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apa pun selain melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji (Muljadi, 2009:7) Menurut Hunziker dan Kraft dalam buku Muljadi (2009:8) yaitu mendefinisikan pariwisata sebagai berikut: “The totality of relationship and phenomena arising from the travel and saty of stranger, provided the stay does not empty the establishment permanent residence and is not connected with a remunerated activity” yang telah diterjemahkan bahwa pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan gejala-gejala yang timbul dari adanya orang asing dan perjalanannya itu tidak untuk bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah. Menurut Instruksi Presiden No. 19 tahun 1969 dalam buku Muljadi (2009:9) kepariwisataan adalah merupakan kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yang khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah dan iklim yang nyaman.
46
Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang ini. Sedangkan pengertian pariwisata menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah (bab 1, pasal 1, ayat 3). Menurut Lonati dalam Pendit (2000:3) yaitu mendefinisikan pariwisata sebagai berikut: “Pariwisata adalah salah satu jenis industri terbaru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan persediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulus sektorsektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industri klasik, seperti industry kerajinan tangan dan cendera mata. Penginapan dan transportasi serta ekonomis juga di pandang sebagai industri.” Dari pemaparan definisi mengenai pariwisata, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata bisa menjadi unsur perekonomian suatu wilayah dengan meningkatkan potensi wilayah yang ada di dalamnya dan yang ada di lingkungan wilayah tersebut. Selain itu pula bisa menjadikan bahan untuk dikenal oleh masyarakat lainnya dan juga bisa dikenal oleh negara asing lainnya. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut dan udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan dan kesehatan, kelestarian lingkungan dan sebagainya yang kesemuanya dapat
47
memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dan lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun wisatawan pengunjung dari luar. Menurut Cupta dalam Partono (2002:13) mendefinisikan “pariwisata adalah gabungan dan hubungan yang timbul interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan ini serta pengunjung lainnya”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain untuk menikmati perjalanan tersebut, guna bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi wisata di tempat lain untuk memenuhi dan menyaksikan keinginannya yang beraneka ragam yang mencakup: 1. Keselururuhan fenomenal alam maupun bautan manusia uang dimanfaatkan untuk kepentingan wisatawan. 2. Kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan aktivitas perjalanan. Dengan memperhatikan faktor-faktor: 1. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu. 2. Perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat lain. 3. Perjalanan itu walaupun ada bentuknya harus selalu berkaitan dengan bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi-atraksi wisata. 4. Orang yang melakukan perjalanan tersebuttidak mencari nafkah di tempat atau daerah yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut, dengan mendapatkan pelayanan. (Partono,2002:15)
48
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik skripsi, tesis, disertasi atau jurnal penelitian. Pertama, skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap benda Cagar Budaya Di Kota Malang, dengan nama penulis Andrea Angelina Cipta Wijaya, tahun 2014 di Universitas Brawijaya. Fokus kajian penelitian ini yaitu mengenai perlindungan hukum terhadap benda cagar budaya di Kota Malang dengan menggunakan teori Efektifitas Hukum menurut Soerjono Soekanto yang meliputi faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor masyarakat dan faktor kebudayaan. Metode penelitiannya yaitu yuridis empiris yang kemudian dianalisis dengan cara deskriptif analisis. Hasil dari penelitian penulis di atas yaitu dalam skripsi ini membahas mengenai perlindungan hukum terhadap benda cagar budaya di Kota Malang. Hal ini dilatarbelakangi dengan banyaknya benda cagar budaya yang rusak dan hilang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana perlindungan hukum, hambatan serta upaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang terhadap benda cagar budaya yang ada di Kota Malang. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa kurangnya perlindungan hukum terhadap benda cagar budaya adalah karena banyak benda cagar budaya yang rusak dan hilang. Menyikapi fakta-fakta tersebut maka penegakan perlindungan hukum terhadap benda cagar budaya harus lebih di tingkatkan lagi di Kota Malang.
49
Persamaan dengan penelitian ini yaitu membahas mengenai benda cagar budaya yang merupakan tugas dan fungsi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk melestarikan budaya lokal dan juga sebagai pelaksanaan pengembangan dan promosi potensi wisata. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu dalam penelitian ini membahas mengenai perlindungan hukum benda cagar budaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang yang dinilai masih lemah karena terdapat beberapa benda cagar budaya yang rusak dan mengalami perubahan struktur fisik. Kedua, skripsi yang berjudul Kinerja Dinas Tata Ruang Kota Surakarta Dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya, dengan nama penulis Rahma Noor Istiqomah, tahun 2010 di Universitas Sebelas Maret. Fokus kajian mengenai kinerja Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam pelestarian kawasan cagar budaya dengan menggunakan konsep mengukur kinerja organisasi publik menurut Levinne yang meliputi responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Metode penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian penulis di atas yaitu dalam skripsi ini membahas mengenai
kinerja
Dinas
Tata
Ruang
Kota
Surakarta
dalam
upaya
mempertahankan kebendaan cagar budaya untuk meningkatkan mutu kawasan kota dan penggalian nilai-nilai budaya agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahu kinerja Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam pelestarian Kawasan Cagar Budaya (KCB) sehingga dapat diharapkan menjadi acuan bagi upaya penyelenggaraan kinerja dalam
50
pelaksanaan setiap program atau kebijakan di Kota Surakarta. Dan hasil penelitian ini yaitu secara keseluruhan kinerja belum optimal karena masih adanya beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. Persamaan dengan penelitian ini yaitu mengenai pelestarian benda cagar budaya yang harus dipertahankan, karena benda cagar budaya tersebut dulunya dibangun dengan cucuran keringat dan juga menyimpan memori kehidupan masa lalu. Kawasan bersejarah merupakan salah satu bentuk dari benda cagar budaya sehingga keberadaannya perlu dilestarikan dan juga pelestariannya tersebut dapat terjaga dalam jangka waktu yang sangat lama. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu dalam penelitian ini membahas mengenai kinerja organisasi publik yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang Kota Surakarta yang belum optimal karena masih adanya beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. Belum optimal karena kurangnya daya tanggap dari dinas tata ruang kota Surakarta dalam menanggapi keluhan masyarakat. Selain itu komunikasi yang terjadi antara masyarakat dengan dinas belum berjalan dengan baik. 2.3 Kerangka Berfikir Kerangka berpikir merupakan alur berpikir dalam sebuah penelitian dalam menjelaskan permasalahan penelitian, maka dibuatlah kerangka berpikir sebagai berikut: Cagar budaya merupakan suatu peninggalan jaman pra-sejarah atau jaman dahulu. Cagar budaya ini dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia
51
Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Yang dapat didefinisikan bahwa cagar budaya merupakan warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaaanya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Cagar budaya juga merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam
pengelolaan cagar budaya
ini
diserahkan kepada
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata baik pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat dan juga Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Karena cagar budaya masuk ke dalam warisan budaya yang harus dilindungi, maka pemerintah turun tangan dalam hal pengelolaannya. Jika cagar budaya yang ada tidak dikelola dengan manajemen yang baik, maka cagar budaya tersebut akan hilang begitu saja dan tidak akan ada yang tahu tentang peninggalan jaman dahulu dan juga kebudayaan bangsa kita akan tersingkirkan.
52
Kabupaten Pandeglang merupakan kabupaten yang memiliki cukup banyak cagar budaya yaitu sebanyak 202 yang terdiri dari 3 macam yaitu cagar budaya yang berbentuk situs, bangunan atau gedung dan makam keramat, seperti yang telah dijelaskan pada tabel 1.1 sebelumnya. Dari ke 202 benda cagar budaya yang sudah tersebar tersebut, 96 benda cagar budaya yang ada itu berbentuk situs meliputi batu, arca dan benteng. 20 bangunan atau gedung meliputi gedung pendopo, kewadanan, rumah sakit, water turn, gedung sipir dan masjid kuno peninggalan jaman dulu. Dan 86 makam keramat yang meliputi makam-makam para leluhur atau makam-makam para sultan, syekh dan juga makam yang sangat dikeramatkan. Seluruh benda cagar budaya tersebut sebagian sudah dilindungi oleh pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang, namun sebagiannya lagi hanya masuk kedalam kriteria cagar budaya dan belum disahkan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang, karena perlu diteliti secara serius oleh para arkeolog yang nantinya jika benda yang sudah diteliti itu merupakan cagar budaya maka akan disahkan dan akan diakui oleh pemerintah daerah yang kemudian pemerintah daerah itu akan mengutus seorang juru pelihara yang bertugas untuk memelihara, merawat dan ikut melestarikan cagar budaya tersebut. Dalam penelitian yang saya lakukan ini yaitu mengenai manajemen pengelolaan situs cagar budaya yang dimana saya hanya meneliti 2 situs yaitu Situs Batu Goong dan Situs Syekh Mansyur. Dalam hal manajemen pengelolaan situs cagar budaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisatan Kabupaten Pandeglang ini terdapat beberapa masalah yaitu kurangnya perhatian dari pemerintah daerah dalam menyikapi
53
pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur di Kabupaten Pandeglang. Koordinasi yang tidak terstruktur dengan baik antar bidang yang terkait. Kurangnya anggaran khusus tiap bulannya untuk perawatan kerusakan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan masalah-masalah tersebut, mengenai manajemen pengelolaan situs cagar budaya yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, maka Luther Gulick dalam Handoko (2003:11) memberikan teori tentang fungsi manajemen yang didalamnya berisi mengenai Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Pegawai), Directing (Pembinaan Kerja), Coordinating (Pengkoordinasian), Reporting (Pelaporan), Budgeting (Penganggaran). Dari teori ini lah maka akan diketahui bagaimana manajemen pengelolaan situs cagar budaya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang.
54
KERANGKA BERFIKIR MASALAH 1. Kurangnya perhatian dari pemerintah dalam menyikapi pengelolaan, pengawasan serta pemeliharaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur di Kabupaten Pandeglang, 2. Koordinasi antar bidang dan antar dinas terkait yang kurang berjalan mengenai pengelolaan, pengawasan, pemeliharaan dan anggaran situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, 3. Kurangnya anggaran khusus tiap bulannya untuk perawatan kerusakan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. (Sumber: Peneliti, 2014)
Teori yang digunakan yaitu mengenai fungsi manajemen menurut Luther Gulick (Handoko, 2003:11): 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Planning (Perencanaan) Organizing (Pengorganisasian) Staffing (Penyusunan Pegawai) Directing (Pembinaan Kerja) Coordinating (Pengkoordinasian) Reporting (Pelaporan) Budgeting (Penganggaran)
Situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Manyur bisa lebih maksimal lagi dalam hal manajemen pengelolaannya.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir (Sumber: Peneliti, 2014)
55
2.4 Asumsi Dasar Menurut Arikunto (2002:61) asumsi atau tanggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh penulis yang dirumuskan secara jelas. Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah peneliti rumuskan yaitu bahwa pada manajemen pengelolaan situs cagar budaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten ini dirasa kurang maksimal, efisien dan berhasil guna. Maka dari itu, dilaksanakan melalui aspek-aspek planning (perencanaan), organizing (pengorganisasi), staffing (penyusunan
pegawai),
directing
(pembinaan
kerja),
coordinating
(pengkoordinasian), reporting (pelaporan) dan budgeting (penganggaran).
56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian yang baik harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, agar apa yang menjadi hasilnya merupakan hasil yang maksimal. Tujuan penelitian ada tiga macam yaitu bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2005:6) 3.2 Fokus Penelitian Berdasarkan permasalahan yang peneliti temui selama di lapangan bahwa yang menjadi fokus penelitian adalah pada manajemen pengelolaan situs cagar budaya.
56
57
3.3 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian mengenai manajemen pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. 3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Definisi Konsep Untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini mengenai manajemen pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, maka teori yang digunakan yaitu teori fungsi manajemen Luther Gulick dalam buku Handoko (2003:11) yang meliputi: 1. Planning
(Perencanaan),
yaitu
perincian
dalam
memudahkan
pelaksanaanya dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan maksud/tujuan badan usaha itu. 2. Organizing (Pengorganisasian), yaitu menetapkan struktur formal daripada kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Staffing (Penyusunan Pegawai), yaitu keseluruhan fungsi daripada kepegawaian sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan. 4. Directing (Pembinaan Kerja), tugas yang terus menerus di dalam pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan
58
instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha/organisasi. 5. Coordinating (Pengkoordinasian), yaitu kewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan daripada pekerjaan. 6. Reporting (Pelaporan), yaitu pimpinan yang bertanggung jawab harus selalu mengetahui apa yang sedang dilakukan bawahannyan melalui catatan, penelitian maupun inspeksi. 7. Budgeting (Penganggaran), yaitu pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran, perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran. 3.4.2 Definisi Operasional Mengacu dari definisi konsep serta teori yang dipakai oleh peneliti, maka dalam penelitian ini yaitu berdasarkan teori fungsi manajemen Luther Gulick dalam buku Handoko (2003:11) adapun indikator dari teori tersebut adalah: 1. Planning (Perencanaan) meliputi: a. Tujuan, yaitu sesuatu yang diinginkan harus dirumuskan sejelasjelasnya agar dapat dipahami dan ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. b. Program,
yaitu
suatu
rencana
yang
pada
dasarnya
telah
menggambarkan rencana yang konkret. 2. Organizing (Pengorganisasian) meliputi: a. Pengelompokkan
tugas-tugas
pekerjaan kepada setiap pegawai.
pegawai,
yaitu
membagi-bagikan
59
3. Staffing (Penyusunan Pegawai) meliputi: a. Penempatan pegawai sesuai dengan ahlinya, yaitu melengkapkan fungsi pekerjaan dengan pegawai yang mempunyai ahli di bidangnya. 4. Directing (Pembinaan Kerja) meliputi: a. Pembinaan pegawai, yaitu suatu hal yang akan membuat seorang pegawai menjadi lebih baik. b. Pelatihan pegawai, yaitu suatu hal untuk melatih kemampuan yang dimiliki pegawai. 5. Coordinating (Pengkoordinasian) meliputi: a. Koordinasi tiap lembaga, yaitu kegiatan pekerjaan antar tiap lembaga atau dinas yang terkait. b. Koordinasi tiap bagian, yaitu kegiatan pekerjaan yang terjadi di tiap bagian yang terkait. 6. Reporting (Laporan) melipti: a. Laporan bulanan, yaitu catatan, penelitian maupun inspeksi tiap bulannya yang diberikan kepada pimpinan. 7. Budgeting (Anggaran) meliputi: a. Rencana anggaran, yaitu suatu anggaran atau dana yang disesuaikan dengan kegiatan. b. Pengawasan anggaran, yaitu lembaga atau bidang yang mengawasi pengeluaran yang dibutuhkan oleh kegiatan yang sedang berjalan.
60
3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif instrument dari penelitian adalah peneliti itu sendiri, Moleong di dalam bukunya mengatakan salah satu ciri pokok dari tahapan penelitian kualitatif adalah peneliti sebagai alat penelitian, untuk itu peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas. Sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkostruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen mudah dibayangkan bila apa yang diukur bersifat jelas (tangible). Instrumen sulit dibayangkan bila apa yang diukur bersifat tidak jelas (intangible) seperti motivasi atau sikap. Peneliti juga akan mampu menentukan kapan penyimpulan data yang telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan datanya tidak dibatasi oleh instrument dan peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data yang telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan serta peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisis, melakukan refleksi secara terus menerus, dan juga secara keseluruhan dapat membangun pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, dan data menganalisis, memotret dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Peneliti juga akan mampu menentukan kapan penyimpulan data yang telah mencukupi, data telah jenuh, dan
61
penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan datanya tidak dibatasi oleh instrumen dan peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data yang telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan serta peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisis, melakukan refleksi secara terus menerus, dan juga secara keseluruhan dapat membangun pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. 3.6 Informan Penelitian Pada penentuan informan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana informan kunci (key informan) di dapat dalam situasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Sedangkan pemilihan informan kedua (secondary informan) berfungsi sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan partisipasi secara langsung. Teknik pengumpulan informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data purposive sampling yaitu memilih informan yang dianggap layak dan representatif dalam memberikan informasi dan fakta. Dalam hal ini informan yang layak menurut penelitian adalah bagaimana manajemen pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Berikut ini adalah tabel informan pada penelitian ini.
62
Tabel 3.1 Informan Penelitian No.
Kode Informan
Informan
1.
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kabupaten Pandeglang
I1.1
I1.2
Kepala Seksi Musakala dan Jarahnitra Disbudpar Kabupaten Pandeglang
I1
Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Juru Pelihara Situs Batu Goong
I1.3
2.
I2
I2.1 I2.2
3.
I3
Keterangan
I3.1, - I3.4
Juru Pelihara Kompek Makam Syekh Mansyur Masyarakat Penyanggah
Key Informan
Secondary Informan Secondary Informan
Pengunjung (Sumber : Peneliti, 2014)
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara (Sugiyono, 2012: 224). Teknik pengumpulan data kali ini yang digunakan adalah:
63
1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005:186). Wawancara dapat dilakukan melalui tahap tatap muka maupun dengan telepon. Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam. Data ini di dapat dengan cara melaksanakan wawancara secara mendalam serta terarah mengenai fokus penelitian ini dari narasumber atau informan yang diakui kevaliditasannya. Pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti disusun berdasarkan teori dari
Luther
Gulick
(Handoko,
2003:11)
yaitu
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, pengkoordinasian, pelaporan dan anggaran. Adapun indikator-indikator yang akan ditanyakan kepada informan merupakan pengembangan dari teori tersebut, tujuannya tentu saja untuk memperoleh data yang dibutuhkan di dalam penelitian. Hal ini bertujuan agar proses wawancara dapat berjalan secara mendalam antar peneliti dengan informan sehingga wawancara bisa bergulir dan data yang di dapat sesuai dengan yang dibutuhkan. Berikut tabel pedoman wawancara dalam penelitian ini:
64
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara No.
Dimensi
Indikator
1.
Planning (Perencanaan)
a. Tujuan b. Program
2.
Organizing (Pengorganisasian)
a. Pengelompokkan tugas-tugas pegawai
3.
Staffing (Penyusunan Pegawai)
a. Penempatan pegawai sesuai dengan ahlinya
4.
Directing (Pembinaan Kerja)
a. Pembinaan pegawai b. Pelatihan pegawai
5.
Coordinating (Pengkoordinasian)
a. Koordinasi tiap lembaga b. Koordinasi tiap bagian
6.
Reporting (Pelaporan)
a. Laporan bulanan
7.
Budgeting (Penganggaran)
a. Rencana anggaran b. Pengawasan anggaran
Informan I1 (I1.1), (I1.2), I2 (I2.1), (I2.2) dan I3 (I3.1), (I3.2), (I3.3) (I3.4) I1 (I1.1) ,(I1.2), (I1.3) dan I2 (I2.2) I1 (I1.1) ,(I1.2) I1 (I1.1) ,(I1.2), (I1.3) dan I2 (I2.1), (I2.2) I1 (I1.1) ,(I1.2), (I1.3)
I1 (I1.1) ,(I1.2), (I1.3) dan I2 (I2.1), (I2.2) I1 (I1.1) ,(I1.2), (I1.3) dan I2 (I2.1)
(Sumber: Peneliti, 2014) 2. Observasi Observasi atau yang lebih dikenal dengan pengamatan menurut Moleong (2005:126) adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perilaku tidak sadar dan lain sebagainya.
65
Tujuan observasi untuk penelitian adalah untuk mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa aktual, yang memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses dan untuk menyajikan kembali gambaran-gambaran kehidupan sosial, kemudian dapat diperoleh cara-cara lain. 3. Studi Dokumentasi Studi yang digunakan untuk mencari data memperoleh data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, laporan-laporan berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman) catatan serta dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah yang diteliti. 4. Studi Kepustakaan Teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh atau mengumpulkan data dari berbagai referensi. Dalam penelitian ini kepustakaan meliputi studi literatur dimana data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan membaca buku, surat kabar, laporan serta situs internet yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 3.7.2 Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2005:248) analisis data kualitatif adalah: “Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskan, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang paling dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.
66
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dnegan selesainya penelitian. Analisis data dilakukan secara terus menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat jemu. Dalam menganalisis selama dilapangan peneliti menggunakan model Miles dan Huberman (2009:16) yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Proses datanya mencakup : 3.7.2.1 Data Collection (Pengumpulan Data) Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan. 3.7.2.2 Data Reduction (Reduksi data) Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Prastowo, 2011: 242). Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data dengan demikian merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Prastowo, 2011:243). Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang terlihat aneh, asing,
67
tidak dikenal dan belum memiliki pola, justru inilah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. 3.7.2.3 Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data, penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah matriks, grafik, jaringan, bagan dan lain sebagainya yang semuanya dirancang untuk menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk yang padu (Prastowo, 2011:244). Kemudian penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 3.7.2.4 Conclusion Drawing / verification (Penarikan Kesimpulan) Langkah keempat dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sementara itu, dalam penjelasan Sugiyono (Prastowo, 2011:250) kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat kita kembali ke lapangan mengumpulkan data, kesimpulan yang kita kemukakan adalah kesimpulan yang terpercaya. Dengan
68
demikian, kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah pada penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
Data Display
Data Colection
Data Reduction Conclution Drawing & Verifying
Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisi Data Menurut Miles dan Huberman
3.7.2.5 Triangulasi Moleong (2005:330) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun pada penelitian ini menggunakan triangulasi data (sumber) dan triangulasi metode (teknik) sebagai berikut:
69
1. Triangulasi data (sumber) Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi, atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. 2. Triangulasi metode (teknik) Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.
70
3.8 Jadwal Penelitian Penelitian ini direncanakan pada bulan September 2013 sampai dengan bulan Oktober 2014, sebagaimana digambarkan dalam tabel 3.3: Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
10. 11.
Nama Kegiatan
Sep ‘13
Okt ‘13
Des 13
Jan ‘14
Waktu Penelitian Feb Mar Apr ‘14 ‘14 ‘14
Pengajuan Judul Observasi Awal Penyusunan Proposal Bimbingan & Perbaikan Penyerahan Proposal Seminar Proposal Revisi Proposal Wawancara & Observasi Lapangan Penyusunan Hasil Lapangan Sidang Skripsi Revisi Skripsi
(Sumber: Peneliti, 2014)
Mei ‘14
Jun ‘14
Jul ‘14
Agst ‘14
Sep ‘14
Okt ‘14
71
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Pandeglang Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak pada 60 21’-7010’ Lintang Selatan1040 48’-1060 11’ Bujur Timur, memiliki luas 2.747,89 Km 2 (274.689,91 ha) atau 29,98% dari luas Provinsi Banten. Kota Pandeglang sebagai Ibukota Kabupaten terletak pada jarak 23 km dari Ibukota Provinsi Banten (Serang) dan 111 km dari Ibukota negara, Jakarta. Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Pandeglang terdiri dari wilayah administrasi Kecamatan sebanyak 35 Kecamatan, wilayah Desa sebanyak 322 desa dan 13 Kelurahan, dengan batas-batas administrasi: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang; Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Luas pantai Kabupaten Pandeglang adalah 245 km dengan jumlah penduduk 1.585.000 jiwa, memiliki potensi wisata yang memenuhi unsur keindahan alam. Wilayahnya juga mencakup Pulau Panaitan (di sebelah barat, dipisahkan dengan Selat Panaitan), serta sejumlah pulau-pulau kecil di Samudera Hindia, termasuk Pulau Deli dan Pulau Tinjil. Semenanjung Ujung Kulon
71
72
merupakan ujung paling barat Pulau Jawa, dimana terdapat Suaka Margasatwa tempat perlindungan hewan badak bercula satu yang kini hampir punah. Pusat perekonomian Kabupaten Pandeglang terletak di dua kota yakni Pandeglang dan Labuan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan dataran rendah dan dataran bergelombang. Kawasan selatan terdapat rangkaian pegunungan. Sungai yang mengalir diantaranya Sungai Ciliman yang mengalir ke arah barat dan Sungai Cibaliung yang mengalir ke arah selatan. 4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang berada di jalan KH. TB Abdul Halim. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pandeglang merupakan salah satu unsur pelaksana teknis pemerintah Kabupaten Pandeglang di bidang Seni, Budaya dan objek-objek wisata daerah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah serta mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang Kebudayaan dan Pariwisata berdasarkan atas otonomi daerah dan tugas pembantuan. 4.1.2.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Kedudukan, tugas pokok dan fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut:
73
a. Kedudukan Dinas
kebudayaan
dan
pariwisata
kabupaten pandeglang adalah
merupakan unsur pelaksanaan pemerintah Kabupaten, dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. b. Tugas Pokok Otonomi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang mempunyai tugas penyelenggaraan kewenangan otonomi daerah Kabupaten
Pandeglang
dalam
rangka
pelaksanaan
tugas
administrasi
desentralisasi dibidang pariwisata, seni dan budaya. c. Fungsi Dinas kebudayaan dan pariwisata, selain menyelenggarakan fungsi sebagai satuan kerja perangkat daerah juga menyelenggarakan fungsi sebagai satuan kerja dinas pariwisata, seni dan budaya yaitu: 1. Merumuskan kebijakan teknis dibidang pariwisata, seni dan budaya 2. Melaksanakan teknis operasional dan fungsi tugas dinas dibidang pariwisata, seni dan budaya 3. Menyelenggarakan pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum dibidang pariwisata, seni dan budaya 4. Penyelenggaraan pengawasan dan pembinaan dibidang pariwisata, seni dan budaya 5. Pengendalian dan pengevaluasi kegiatan pariwisata, seni dan budaya
74
6. Pemberian rekomendasi atau ijin dan pengawasan langsung terhadap kegiatan pariwisata, seni dan budaya 7. Mengendalikan pendapatan,
pembangunan
informasi
dan
sektor
pariwisata
perencanaan
yang bersidat
pembangunan
sektor
pariwisata, seni dan budaya 8. Menyelenggarakan dan mengumpulkan data, penggalian potensi dan menyusun program pengembangan kepariwisataan tingkat kabupaten 9. Menyelenggarakan pembinaan dan pemasaran hubungan dan dunia pariwisata serta lembaga dan pasar ditingkat nasional maupun tingkat internasional 10. Menyelenggarakan bimbingan dan pembinaan terhadap sumber daya manusia pariwisata dan pemberdayaan peran serta masyarakat dalam mengembangkan kepariwisataan 11. Menyelenggarakan pembinaan terhadap objek dan atraksi wisata 12. Menyelenggarakan susunan ketatausahaan dinas 13. Pembinaan terhadap unit pelaksanaan teknis dalam lingkup tugasnya. 4.1.2.2 Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Berdasarkan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 14 tahun 2008 tentang Pembentukan, Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang Struktur Organisasi, Kebudayaan, Pariwisata Kabupaten Pandeglang adalah sebagaimana terlihat pada lampiran dengan susunan organisasi, terdiri dari:
75
1. Kepala Dinas 2. Sekretariat, terdiri dari: a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan c. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan 3. Bidang, terdiri dari: a. Bidang Kebudayaan, terdiri dari: a) Seksi Kesenian b) Seksi Muskala dan Jarahnitra b. Bidang Pengembangan Pariwisata, terdiri dari: a) Seksi Pemasaran dan Promosi b) Seksi Penataan Pariwisata c. Bidang Obyek dan Atraksi Wisata, terdiri dari: a) Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata b) Seksi Usaha Jasa dan Sarana Pariwisata 4. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPT) a. Unit pelaksanaan Teknis Dinas Daerah dipimpin oleh seorang Kepala UPT yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dinas. b. Pembentukan rincian tugas, fungsi dan tata kerja UPT Dinas daerah ditetapkan dengan peraturan Bupati tersendiri.
76
5. Kelompok Jabatan Fungsional a. Setiap kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjukan oleh Bupati. b. Bupati
dapat
membentuk
jabatan
fungsional
sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diatur sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. KEPALA DINAS
E. A. Andi Kusnardi, SE
SEKRETARIS
Hj. Andi Mulyati, S.Sos
SUBBAG UMUM & KEPEGAWAIAN
Dini Angryani
BIDANG KEBUDAYAAN
H.E.Wiraatmajaya, M.Pd
SEKSI KESENIAN
Wijaya Efffendi
SEKSI MUSKALA & JARAHNITRA
Maman Nasikh
SUBBAG KEUANGAN
SUBBAG PERENCANAAN EVALUASI & PELAPORAN
Mahdiah, S.Ip
Icah Habsah, SE
BIDANG PENGEMBANGAN PARIWISATA
BIDANG OBYEK & DAYA TARIK WISATA
Yetty N, S.Komp, M.Si
Mohamad Hasan, SH
SEKSI PEMASARAN
Imron Mulyana
Gambar 4.1
SEKSI OBYEK & DAYA TARIK WISATA
SEKSI USAHA & SARANA PRASARANA
Ade Susilawati, S.Sos
H. Edi S, S.Pd
Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang
77
4.1.2.3 Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Visi merupakan cita dan citra yang diinginkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk terus melaksanakan proses pembangunan yang berkelanjutan, berguna dan berhasil guna, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, komprehensif, terukur, efektif dan efisien. Adapun visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang yaitu: 1. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pariwisata “Terwujudnya tujuan pariwisata dan kebudayaan yang berkembang dan lestari di provinsi Banten.” 2. Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang a. Mengembangkan obyek dan atraksi wisata utama yang memiliki potensi dengan memperhatikan keikhlasan daya tarik potensi wisata. b. menggali dan mengembangkan seni budaya dan tradisi daerah serta melestarikan peninggalan sejarah dan kepurbakalaan. c. meningkatkan peran seluruh pelaku pembangunan pariwisata daerah, swasta dan masyarakat luas dalam mengembangkan dan mempromosikan obyek dan atraksi wisata.
78
4.1.3 Gambaran Umum Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang
UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung.
4.1.3.1 Visi Misi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang 1. Visi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang “Terwujudnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pelestarian Cagar Budaya”. 2. Misi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang a. Meningkatkan upaya pelestarian Cagar Budaya
(CB) di
wilayah Provinsi, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Lampung. b. Meningkatkan profesionalitas SDM di bidang pelestarian CB. c. Meningkatkan kajian terhadap CB. d. Meningkatkan kerjasama antar instansi dan lintas sektoral. e. Meningkatkan apresiasi dan peran serta masyarakat terhadap kelestarian CB. f. Meningkatkan pelayanan perkantoran dan kesekretariatan secara profesional dan akuntabel.
79
4.1.3.2 Tugas Pokok dan Struktur Organisasi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang 1. Tugas Pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan serta fasilitasi pelestarian Cagar Budaya di wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Lampung. 2. Fungsi a. Pelaksanaan penyelamatan dan pengamanan Cagar Budaya. b. Penentuan zonasi Cagar Budaya. c. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemugaran Cagar Budaya. d. Pelaksanaan pengembangan Cagar Budaya. e. Pelaksanaan pemanfaatan Cagar Budaya. f. Pelaksanaan dokumentasi dan publikasi Cagar Budaya. g. Pelaksanaan kemitraan di bidang pelestarian Cagar Budaya. h. Fasilitasi pelaksanaan pelestarian dan pengembangan tenaga teknis di bidang pelestarian Cagar Budaya. i. Dan pelaksanaan urusan ketatausahaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang. 4.1.4 Sejarah Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur a. Situs Batu Goong Situs batu goong adalah sebuah punden berundak yang merekayas bentukan alam. Pada bagian tertinggi ditempatkan batu goong bersama menhir. Situs batu goong intinya merupakan sebuah menhir (berdiri di tengah-tengah
80
sebuah pusat) dikelilingi oleh batu-batu yang berbentuk gamelan seperti gong dan batu pelinggih berjumlah 18 buah batu. Rata-rata ukuran batu di situs ini sekitar tinggi 22 cm dan ketebalan 12 cm. Formasi batu goong yang mengelilingi ini lazim disebut formasi “temu gelang”. Situs batu goong berada disebuah perbukitan yang disebut Kaduguling, terletak di Kampung Cigadung, Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari, dengan ketinggian sekitar 250 meter dari permukaan laut. Jarak dari ibukota Provinsi Banten ke lokasi batu goong ini kurang lebih 72 km, dari Kabupaten Padeglang sekitar 94 km dengan kondisi jalan ada yang beraspal dan sebagian lagi ada yang berupa jalan tanah. Pada masanya Kaduguling adalah sebuah desa kecil yang penduduknya mayoritas beragama Budha dan batu goong ini dijadikan sebagai pusat peribadatan dan penyembahan. Tepat dibawah Kaduguling ada kolam mata air yang mengalir deras, yang dinamakan kolam suci yag sekarang diganti nama menjadi Citaman untuk mereka mensucikan diri. Suatu ketika ada 5 (lima) kesatria (yang penduduk sekitar tidak tahu nama-nama kesatria itu sendiri terkecuali Syekh Dalem Tuha) mendatangi daerah Kaduguling ini dengan tujuan untuk menyebarkan ajaran Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW. Kedatangan mereka ternyata diketahui biksu lalu biksu mengundang mereka untuk datang ke batu goong ini dan berbicara tentang ajaran yang Syekh Dalem Tuha bawa, semakin lama perbincangan mereka semakin panas para biksu membuka kitab mengungkap kebenaran menuju surga, Syekh Dalem Tuha bersama 4 (empat) kesatria lain menimpali berdasarkan hadist
81
dan Al-Quran, lalu menggambarkan kesejajaran hidup di dunia dan juga di hadapan sang khalik. Setelah sepuluh purnama Syekh Dalem Tuha bersama 4 kesatria lain berada di Kaduguling, ternyata usaha mereka tidak sia-sia yang pada akhirnya banyak penduduk sekitar yang memeluk agama Islam, lalu meninggalkan Kaduguling. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah apabila ditarik garis lurus arah barat-timur, mulai dari puncak gunung Pulosari maka tepat antara batu goong, sanghiyang dengdek akan berakhir di puncak gunung Pulosari sebagai kiblat persembahan tempat roh nenek moyang. Anggapan ini tidak boleh berlebihan mengingat Babad Banten merupakan produk masa Islam masih menyebutkan gunung Pulosari merupakan gunung keramat. Walaupun Babad Banten disebutkan bahwa gunung Karang dan gunung Haseupan disebut-sebut sebagai tempat kegiatan asal mula pendukung atau masyarakat Banten, tetapi gunung Pulosari dinyatakan lebih penting ditinjau dari segi kekeramatannya. Ini mungkin disebutkan karena gunung Pulosari sejak zaman prasejarah dianggap sebagai gunung suci. (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2008). Pada masa kini batu goong untuk sebagian orang dipercayai sebagai tempat yang membawa keberkahan, tak jarang pada malam tertentu untuk sebagian orang itu datang ke batu goong dan melakukan ritual mendatangi batu goong dan pemandian citaman untuk maksud tertentu. Dengan banyaknya
82
masyarakat yang datang ke batu goong atau pun yang berkunjung ke pemandian citaman ini dapat menjadikan tumbuhnya sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Pandeglang. Situs batu goong ini memiliki potensi dalam hal kebudayaan dan sejarah yang tinggi. Selain itu pula situs batu goong ini mempunyai kekuatan magnit dan juga mistis yang masih di percayai oleh beberapa orang yang mengunjungi situs batu goong ini. Oleh karena itu pemerintah daerah diharapkan bisa lebih memperkenalkan dan meningkatkan potensi yang ada di situs batu goong ini agar dapat menambah jumlah anggaran yang masuk ke pemerintah daerah. Selain adanya situs batu goong, disekitaran situs ini terdapat pemandian air Citaman dan juga terdapat museum Citaman yang di dalamnya terdapat peninggalan batu-batu yang berbentuk gong dan juga batu-batu lainnya yang telah ditemukan pada jaman prasejarah dan sampai saat ini masih dikunjungi oleh para pengunjung yang diantaranya terdiri dari para pelajar, masyarakat biasa, para pihak dari dinas dan jugapara peneliti yang ingin mengetahui dan meneliti mengenai situs batu goong ini. b. Komplek Makam Syekh Mansyur Kepurbakalan yang terdapat di komplek makam Syekh Mansyur Cikadueun ini hanyalah batu nisan pada makam Syekh Mansyur yang tipologinya menyerupai batu nisan tipe Aceh. Nisan ini memiliki bentuk besar pipih, bagian kepala memiliki dua undakan, makin ke atas makin mengecil. Pada bagian atas badan nisan terdapat tonjolan berbentuk tanduk. Hiasan berupa sulur daun dan tanaman terdapat hampir seluruh badan nisan tanpa ragam hias kaligrafi.
83
Makam Syekh Mansyur terletak di kampung Cikadueun, Desa Cikaduen, Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang. Menurut kisah yang berkembang di masyarakat, Syekh Mansyur berkaitan dengan riwayat Sultan Haji atau Sultan Abu al Nasri Abdul al Qahar, Sultan Banten ke tujuh yang merupakan putera Sultan Ageng Tirtayasa. Masa pemerintahan Sultan Haji yang kooperatif dengan Belanda ini dipenuhi dengan pemberontakan dan kekacauan di segala bidang, bahkan sebagian masyarakat tidak mengakuinya sebagai sultan. Karena riwayat Sultan Haji yang sangat memalukan dan memperihatinkan tersebut, maka timbullah cerita yang menyimpang dari data-data sejarah. Diceritakan bahwa yang melawan Sultan Ageng bukanlah Sultan Haji, melainkan orang yang menyerupai Sultan Haji yang berasal dari Pulau Puteri atau Majeti. Orang ini datang ke Banten ketika Sultan Haji sedang menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Sultan Haji yang asli kembali ke Banten dan mendapat kenyataan Banten sedang dalam keadaan penuh huru-hara. Untuk menghindari keadaan yang lebih buruk lagi, Sultan Haji pergi ke Cimanuk, tepatnya ke daerah Cikadueun, Pandeglang. Di Cikadueun ia menyebarkan agama Islam hingga wafat disana. Ia dikenal dengan nama Haji Mansyur atau Syekh Mansyur Cikadueun (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2008).
84
Syekh Mansyur ini merupakan orang yang berjasa dan mempunyai peninggalan yang terkenal yaitu situs batu Quran yang terletak di kaki Gunung Karang, di Desa Kadubumbang Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang. Sejarah batu Quran ini sangat berkaitan erat dengan komplek makam Syekh Mansyur, ulama Banten yang terkenal di abad ke 15. Menurut penuturan penjaga batu Quran, lokasi di mana batu Quran ini dahulunya adalah pijakan kaki Syekh Mansyur ketika hendak pergi berhaji ke tanah suci Mekkah. Dengan membaca Basmalah sampailah beliau ke tanah suci Mekkah. Ceritapun berlanjut ketika Syekh Mnsyur pulang dari Mekkah muncul bersama dengan air dari tanah yang tidak berhenti mengucur. Penjaga batu Quran menyakini bahwa air yang mengucur tersebut adalah air zam zam. Derasnya air tersebut mengenai daerah sekitar dan tidak berhenti. Syekh Mansyur kemudian bermunajat kepada Allah SWT dengan sholat 2 rakaat di dekat keluarnya air. Selesai shalat beliau kemudian mendapat petunjuk untuk menutup air tersebut dengan Al-Quran. Maka atas ijin Allah SWT air tersebut berhenti mengucur dan Al-Quran tersebut berubah menjadi batu sehingga batu tersebut dinamakan batu Quran. Syekh Manyur merupakan orang sakti pada jamannya dan sangat dihormati serta disegani oleh masyarakat bahkan sampai saat ini. Syekh Mansyur sendiri wafat pada tahun 1672M dan di makamkan di desa Cikaduen Pandeglang, makam beliau berdampingan dengan makam istri dan para ajudanya semasa beliau hidup. Hingga saat ini komplek makam Syekh Mansyur masih sering dijiarahi oleh para pengunjung atau masyarakat dan masih sangat dikeramatkan oleh masyarakat. Para pejiarah yang berkunjung ke makam Syekh Mansyur ini
85
setiap bulan Haji dan juga bulan Muharam, selain pada bulan-bulan yang dikeramatkan atau bulan yang sangat dipercayai untuk berjiarah, masyarakat yang datang juga rutin berjiarah pada malam Jumat, pada hari Sabtu dan hari Minggu dan masyarakat yang berkunjung ini berasal dari berbagai daerah diantaranya yaitu ada yang dari daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera bahkan dari Kalimantan niat berjiarah ke makam Syekh Mansyur. Selain adanya makam Syekh Mansyur juga di sekitaran komplek makam ini terdapat air suci yang ditampung di dalam kendi besar yang dipercayai dapat memberikan keberkahan dan jika ada yang ingin dijadikan sebagai pengobatan dan niatan tersebut sangat baik dan tidak disalah artikan, maka air suci tersebut akan berkhasiat bagi pengunanya. Dengan banyaknya para pengunjung yang berjiarah ke makam Syekh Mansyur ini diharapkan dapat meningkatkan sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Pandeglang khususnya dalam hal kebudayaan dan sejarah. Pemerintah daerah sendiri diharapkan dapat lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang menunjang untuk para pengunjung yang datang ke makam Syekh Mansyur ini dan pemerintah juga bisa lebih mempromosikan komplek makam Syekh Mansyur ini agar lebih banyak lagi masyarakat yang berjiarah ke makam Syekh Mansyur. Karena makam Syekh Mansyur ini memiliki potensi yang baik agar dapat membantu kepariwisataan yang ada di Kabupaten Pandeglang. Potensi tersebut sudah terbukti dengan adanya sejarah dan peninggalan yang sampai saat ini masih dikeramatkan dan juga masih di kunjungi oleh para pejiarah.
86
4.2 Deskripsi Data Penelitian 4.2.1 Daftar Informan Penelitian Pada bab sebelumnya mengenai metodologi penelitian, peneliti telah menjelaskan dalam pemilihan informan penelitian bahwa peneliti menggunakan teknik puposive (bertujuan). Adapun pihak-pihak yang peneliti tentukan merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian karena pihak-pihak tersebut (informan) senantiasa kesehariannya berurusan dengan permasalahan yang peneliti teliti baik secara langsung maupun tidak langsung. Informan yang telah ditentukan diawal oleh peneliti adalah semua pihak baik aparatur pelaksana pengelolaan dan pihak-pihak yang terlibat. Aparatur pelaksana pengelolaan situs cagar budaya adalah Kepala Bidang Kebudayaan dan Kasi Muskala dan Jarahnitra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, kemudian aparatur eksternal yang juga ikut berkoordinasi dengan Dinas
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Kabupaten
Pandeglang
yaitu
Kasi
Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Untuk keabsahan data dan untuk dapat menggali secara mendalam mengenai penelitian ini maka peneliti pun mengambil informan dari juru pelihara Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur, serta masyarakat atau pengunjung yang datang ke situs tersebut, yang mana mereka adalah orang-orang yang secara langsung mengetahui dan merasakan bagaimana kinerja perangkat daerah dalam pengelolaan Situs Batu Goong Dan Komplek
87
Makam Syekh Mansyur. Adapun informan-informan yang bersedia untuk diwawancarai adalah: Tabel 4.1 Daftar Informan No. 1.
Kode I1.1
2.
I1.2
3.
I1.3
4. 5.
I2.1 I2.2
6. 7. 8.
I3.1 I3.2 I3.3
9.
I3.4
Nama Informan H. E. Wiraatmajaya, M.Pd Maman Nasikh
Keterangan Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kabupaten Pandeglang Kepala Seksi Musakala dan Jarahnitra Disbudpar Kabupaten Pandeglang Drs. Zakaria Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Kasimin Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Wargo Juru Pelihara Situs Batu Goong Saepullah Juru Pelihara Komplek Makam Syekh Mansyur Ula Ifham Pengunjung Situs Batu Goong Ace Masyarakat Situs Batu Goong Al Aminudin Masyarakat penyanggah Komplek Makam Syekh Mansyur Teti Pengunjung Komplek Makam Syekh Mansyur (Sumber: Peneliti, 2014)
4.2.2 Deskripsi Data Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Peneliti menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen menurut Luther Gullick (dalam Handoko 2003:11) yaitu:
88
1. Planning (Perencanaan), 2. Organizing (Pengorganisasian), 3. Staffing (Penyususnan Pegawai), 4. Directing (Pembinaan Kerja), 5. Coordinating (Pengkoordinasian), 6. Reporting (Pelaporan) dan 7. Budgeting (Penganggaran) Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab 3 sebelumnya, bahwa dalam prosesnya analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik analisis data menurut Miles and Huberman (2009:16), yaitu selama penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 tahap penting, diantaranya : pengumpulan data (data collection) yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai masalahmasalah yang terjadi di lapangan. Reduksi
data
merupakan
suatu
proses
pemilihan,
merangkum,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu :
89
a. Kode Q1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan b. Kode I1.1, menunjukkan daftar urutan informan dari Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. c. Kode I1.2 menunjukkan daftar urutan informan dari Kasi Muskala dan Jarahnitra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. d. Kode I1.3, menunjukkan daftar informan dari Kasi Perlindungan Pengembangan Dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. e. Kode I2.1,I.2.2, menunjukkan daftar urutan informan dari juru pelihara batu goong dan juru pelihara komplek makam Syekh Mansyur. f. Kode I3.1 - I3.4 menunjukkan daftar urutan informan dari masyarakat penyanggah dan pengunjung situs cagar budaya. Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data, penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah matriks, grafik, jaringan, bagan dan lain sebagainya yang semuanya dirancang untuk menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk yang padu (Prastowo, 2011:244). Kemudian penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
90
Analisis data kualitatif yang terakhir menurut Miles dan Huberman (2009 :16) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Setelah data bersifat jenuh artinya telah ada pengulangan informasi, maka kesimpulan tersebut dapat dijadikan jawaban atas masalah penelitian. 4.3 Deskripisi Hasil Penelitian Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu menggunakan teori fungsi manajemen menurut Luther Gullick dalam Handoko (2003:11). Dimana dalam teori ini memberikan tolak ukur atas komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan manajemen pengelolaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kabupaten Pandeglang merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Banten. Pandeglang adalah daerah yang tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah Provinsi Banten. Mulai dari masa prasejarah hingga masa sekarang. Pandeglang memiliki banyak bukti atau peninggalan sejarah yang sangat berharga dan harus dilindungi keberadaannya oleh pemerintah. Dengan adanya peninggalan ini, maka pandeglang dianggap sebagai salah satu titik cikal bakal peradaban yang ada di Banten. Selain banyaknya peninggalan-peninggalan pada masa prasejarah, Pandeglang juga sangat bersejarah dalam hal penyebaran agama Islam. Oleh karenanya banyak para wisatawan yang datang untuk berjiarah ke makam para leluruh yang telah menyebarkan agama Islam.
91
Penemuan masa prasejarah ini telah dibuktikan oleh para arkeolog yang membuktikan bahwa peninggalan yang berada di sekitar Gunung Pulosari jauh lebih lengkap, lebih banyak dan artefaknya dapat ditelusuri hingga ke masa klasik. Salah satu bukti peninggalan yang berada di sekitar Gunung Pulosari yaitu adanya peninggalan situs Batu Goong yang merupakan sebuah punden berundak yang merekaya bentukan alam. Situs Batu Goong ini merupakan sebuah menhir (berdiri di tengah-tengah sebagai pusat) dikelilingi oleh batu-batu yang berbentuk gamelan seperti gong dan batu pelinggih. Selain penemuan masa prasejarah, peninggalan penyebaran agama Islam di Pandeglang juga sangat banyak dan para wisatawan yang hendak berjiarah juga sampai saat ini masih meningkat. Salah satu peninggalan penyebaran agama Islam ini dengan ditemukannya komplek makam Syekh Mansyur yang berada di Kecamatan Cimanuk. Situs ini berupa batu nisan pada makam Syekh Mansyur yang tipologinya menyerupai batu nisan tipe Aceh. Nisan ini memiliki bentuk dasar pipih, bagian kepala memiliki dua undakan, makin ke atas makin mengecil. Pada bagian atas badan nisan terdapat tonjolan berbentuk tanduk. Hiasan berupa sulur daun dan tanaman terdapat hampir di seluruh batu nisan tanpa ragam hias kaligrafi. Peninggalan-peninggalan masa prasejarah ini dilindungi dan diatur oleh Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Cagar budaya ini dikelola oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang bertanggung jawab dalam hal pelestarian, pengawasan, perlindungan, pengembangan dan juga pemanfaatan. Situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur merupakan
92
cagar budaya yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Namun, untuk situs batu goong turut dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang karena situs batu goong ini telah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) tidak melakukan kegiatan secara langsung turun ke situs batu goong tersebut secara rutin, akan tetapi pihak dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) ini menempatkan juru pelihara yang bertugas untuk merawat, memelihara, menjaga, melestarikan dan juga memberikan informasi mengenai asal mula atau sejarah situs cagar budaya tersebut. Selain itu pula Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang hanya mengelola dalam hal penganggaran kerusakan. Dalam manajemen pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Manajemen pengelolaan ini menggunakan teori fungsi manajemen menurut
Luther
Gulick
(Handoko,
2003:11)
yang
meliputi
planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing (penyusunan pegawai), directing (pembinaan pegawai), coordinating (pengkoordinasian), reporting (pelaporan) dan budgeting (penganggaran). 4.3.1
Plannning (Perencanaan) Planning atau perencanaan merupakan sejumlah keputusan mengenai
keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu. Jadi, setiap rencana mengandung dua unsur, yaitu tujuan dan
93
pedoman (Hasibuan, 2011:95). Perencanaan ini adalah dinamis dan telah ditujukan pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan kondisi dan situasi. Perencanaan dalam mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini sebagaimana telah disampaikan oleh I 1.1 sebagai berikut: “Perencanaan dengan dikelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini untuk melestarikan cagar budaya yang ada dan merupakan peninggalan jaman prasejarah. Dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini akan berdampak pada sektor pariwisata dan juga akan memberikan manfaat bagi masyarakat. Setiap tahunnya kita merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu agar dapat terus melestarikan peninggalan jaman dahulu yang merupakan benda cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang dan juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan juga memberikan pengetahuan para pelajar yang ada di Kabupaten Pandeglang. Selanjutnya dijelaskan oleh I1.2 sebagai berikut: “Perencanaan ini dilakukan untuk merawat, menjaga, memelihara dan melestarikan benda cagar budaya yang ada yaitu situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Perencanaan itu bisa membuat cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang ini semakin dikenal dan juga dikunjungi oleh masyarakat dan bukan hanya pantainya saja yang dikunjungi oleh masyarakat.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
94
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu dengan merawat, menjaga dan melestarikan situs cagar budaya yang ada dan bisa menambah sektor pariwisata dalam bidang kebudayaan yang ada di Kabupaten Pandeglang. Dari kedua hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa peencanaan ini di dasari karena Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang khususnya pada Bidang Kebudayaan ini ingin situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dapat terus dirawat, dijaga, dilestarikan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya dan juga dapat diharapkan agar masyarakat ikut merasakan peninggalan prasejarah tersebut. Menurut Kepala Bidang Kebudayaan bahwa perencanaan yang ada juga telah direncanakan setiap satu tahun sekali dengan berbagai hal dan keperluan di dalamnya. Namun pada saat observasi dan wawancara dengan juru pelihara di situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dilakukan, peneliti mendapatkan bahwa perencanaan yang telah direncanakan tersebut belum maksimal bahkan belum ada perubahan yang berkala. Sehingga perencanaan ini dirasa belum sampai pada tujuan yang diinginkan sebagaimana yang telah direncanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Perencanaan dalam pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ini meliputi tujuan dan program. 1) Tujuan, yaitu sesuatu yang diinginkan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dan ditafsirkan dengan mudah
95
oleh orang lain. 2) Program, yaitu suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret. a. Tujuan Tujuan dari adanya perencanaan adalah untuk menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara-cara pelaksanaan yang efektif dalam mencapai tujuan. Dengan adanya perencanaan, juga bisa merencanakan anggaran bagi pelaksanaan layanan kantor, kemudian menjelaskan akan kebutuhan personil yang tepat dan menjelaskan kebutuhan akan ruang dan peralatan yang diperlukan. Terkait dengan tujuan perencanaan yang melatarbelakangi dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, dipaparkan oleh I1.1 sebagai berikut: “Yang melatarbelakangi dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini karena tugas pokok dan fungsi serta adanya uraian tugas. Uraian tugas tersebut antara lain bidang kebudayaan yang mempunyai 2 kasi yaitu Kasi Kesenian dan Kasi Muskala dan Jarahnitra yang bertugas merawat dan melestarikan cagar budaya. Maka dengan adanya tugas pokok dan fungsi ini kami mempunyai tujuan untuk mengelola.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang melatarbelakangi dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu untuk merawat dan melestarikan situs. Selain itu pula yang melatarbelakangi dikelolanya situs tersebut karena adanya tugas pokok dan fungsi
96
yang sudah tercantum di Peraturan Bupati Kabupaten Pandeglang No. 14 tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Dalam tupoksi itu, sudah ada uraian tugas di masing-masing bidang, yang selanjutnya akan dilaksanakan sesuai dengan tugasnya tersebut. Tugas pokok dan fungsi tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena dengan adanya tugas pokok dan fungsi ini tujuan yang sudah direncanakan akan tercapai. Sedangkan hal yang senada juga diungkapkan oleh I1.2 yaitu sebagai berikut: “Kita mengacu pada UU No. 11 tahun 2010 tentang cagar budaya, yang di dalamnya menjelaskan mengenai pemeliharaan situs.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang melatarbelakangi dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini mengacu pada Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang berisi untuk memelihara situs cagar budaya. Maka dari kedua hasil wawancara di atas mengenai tujuan yang melatarbelakangi dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini dapat disimpulkan bahwa: Tujuan yang melatarbelakangi dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu untuk merawat, melestarikan dan memelihara situs cagar budaya yang ada. Hal tersebut mengacu pada Undang-Undang No. 11
97
tahun 2010 tentang Cagar Budaya, karena isi dari undang-undang tersebut memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan budaya yang harus dilestarikan. Selain itu pula dengan dikelolanya situs ini dengan adanya Peraturan Bupati Pandeglang No. 14 tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pandeglang Kabupaten Pandeglang yang di dalamnya tercantum tugas pokok dan fungsi yang harus mereka laksanakan sehingga tujuannya bisa tercapai sesuai dengan rencana. Situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini sudah ada sejak jaman prasejarah, maka dari itu pihak pemerintah daerah tentu memiliki keinginan yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs cagar budaya tersebut. Seperti yang telah dikemukakan oleh I1.1, sebagai berikut: “Keinginan yang ingin dicapai yaitu agar cagar budaya ini harus kita jaga pelestarian dan juga harus kita rawat cagar budaya ini agar tidak rusak dan tidak punah dimakan usia.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa keinginan yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs cagar budaya dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu dengan terus merawat, menjaga dan melestarikan situs cagar budaya tersebut agar tidak rusak dan tidak punah. Dengan terus merawat dan menjaga situs batu goong dan komplek Makam Syekh Mansyur ini maka akan membantu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, khususnya Bidang Kebudayaan mencapai tujuannya yang sudah direncanakan dengan baik.
98
Sedangkan yang telah dipaparkan oleh I1.2, mengenai hal yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu sebagai berikut: “Intinya agar masyarakat itu mengenal bahwa situs tersebut merupakan cagar budaya atau bukan, yang pada akhirnya masyarakat juga ikut berpartisipasi untuk memelihara.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu agar masyarakat lebih mengenal situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini merupakan cagar budaya yang harus dilindungi dan dirawat keberadaanya sehingga bukti sejarah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak hilang dan akan menjadi sejarah yang selalu diingat oleh masyarakat. Maka dari hasil kedua wawancara di atas mengenai tujuan yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini untuk terus menjaga, merawat, melestarikan dan memelihara situs tersebut agar tidak rusak dan tidak punah dimakan usia. Selain itu pula tujuan yang ingin dicapai ini agar masyarakat mengenal bahwa situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini merupakan peninggalan jaman prasejarah yang termasuk ke dalam cagar budaya, sehingga dapat mengajak masyarakat untuk ikut merawat, menjaga dan melestarikannya situs cagar budaya tersebut. Dengan menjaga, merawat dan melestarikan situs batu goong dan komplek makam Syekh
99
Mansyur yang ikut melibatkan masyarakat, maka tujuan dari dikelolanya situs cagar budaya ini tercapai. Kemudian pendapat lain juga telah dipaparkan oleh juru pelihara I 2.1 sebagai berikut: “Dari kami juru peliharanya hanya ingin melindungi saja. Situs batu goong ini merupakan peninggalan jaman duhulu, jadi harus dilindungi agar tidak punah.” (wawancara dengan Juru Pelihara, pada hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 10:45 di sekitaran situs batu goong) Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa juru pelihara hanya menjalankan tugasnya sebagai orang yang menjaga, merawat dan memelihara situs batu goong. Juru pelihara ini mendapatkan tugas secara langsung dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang yang harus dilaksanakan secara baik karena situs batu goong ini merupakan peninggalan jaman dahulu yang mempunyai nilai-nilai penting dan sangat bermanfaat bagi masyarakat, sehingga masyarakat akan mengetahui wujud dari situs batu goong ini dan bukan hanya sekedar sejarahnya saja. Hal senada juga dipaparkan oleh juru pelihara komplek makam Syekh Mansyur I2.2 sebagai berikut: “Tujuannya itu untuk menjaga, merawat dan melaporkan pengunjung yang datang ke komplek makam Syekh Mansyur. Jadi kita menjaga peninggalan purbakala, karena pemerintah memberikan tugas untuk menjaga, membersihkan, merawat, melaporkan dan mengamankan. Karena kami tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak baik.” (wawancara dengan Juru Pelihara, pada hari Sabtu, 5 Juli 2014 di komplek makam Syekh Mansyur)
100
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan dikelolanya komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu agar komplek makam Syekh Mansyur ini tetap terjaga, terawat dan terlihat baik dimata pengunjung yang datang. Juru pelihara ini yang telah merawat, menjaga dan melestarikan keberadaan dan kebersihan komplek makam Syekh Mansyur dan juga menjaganya dari pengunjung yang hendak berbuat tidak baik. Selain itu pulu, juru pelihara ini hanya menjalankan tugasnya yang telah diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Maka dari hasil kedua wawancara di atas mengenai tujuan yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs batu goong dan kompek makam Syekh Mansyur ini menjelaskan bahwa setiap juru pelihara hanya ingin melindungi, merawat, melestarikan, menjaga dan melaporkan para pengunjung yang datang ke situs cagar budaya tersebut dan juga menjaganya agar tidak punah dan rusak, karena tidak menutup kemungkinan banyak orang yang jahil untuk merusaknya. Dari keseluruhan pendapat yang telah dipaparkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu untuk menjaga, merawat, melestarikan, memelihara dan melaporkan jumlah pengunjung yang datang. Dengan dirawatnya situs tersebut agar tidak punah dan tidak termakan usia serta tidak menimbulkan sesuatu hal yang tidak diinginkan dan jauh dari tangan-tangan orang yang ingin berbuat jahat. Sehingga masyarakat bisa mengetahui situs cagar budaya batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang berada di Kabupaten Pandeglang dan juga mengetahui sejarah yang merupakan peninggalan jaman dahulu.
101
Pada pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini agar tidak mengalami kerusakan yang parah, tidak punah dan juga tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan, maka proses perencanaan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang mempunyai tujuan diantaranya meliputi tindakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran, seperti yang dipaparkan oleh I1.1 sebagai berikut: “Tindakan dari kita tiap tahunnya harus merawat, melestarikan dan menjaga. Apabila ada kerusakan harus langsung ada perawatan. Itu tindakan menjaga, karena cagar budaya itu merupakan peninggalan sejarah yang harus dilindungi sehingga kami mempunyai perwakilan untuk menjaga situs tersebut. Perwakilan itu adalah jupel (juru pelihara) agar tidak rusak, maka dibentuklah jupel-jupel di tiap cagar budaya. Kalo tidak ada yang merawat atau tidak ada yang menjaga pasti akan punah. Tapi jika ada jupel, dia yang bertanggung jawab segalanya.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui mengenai tujuan perencanaan dalam aspek tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu tiap tahunnya dari dinas sendiri mengadakan perawatan, pelestarian dan menjaga situs agar tidak terjadi kerusakan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sendiri telah memiliki perwakilan yaitu seorang juru pelihara untuk menjaga dan merawat situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Jadi tindakan dari dinas atau pemerintah daerah yaitu dengan adanya juru pelihara. Sedangkan I1.2 menyatakan pendapatnya sebagai berikut: “Seperti yang dikatakan tadi, jadi situs cagar budaya ini sudah direncanakan untuk pemeliharaan, pelestarian dan perawatan.” (wawancara dengan Kasi Muskala
102
dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas bahwa tindakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran ini yaitu direncanakan terlebih dahulu untuk pemeliharaan, pelestarian dan perawatan situs batu goong dan komplek Makam Syekh Mansyur agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Berdasarkan kedua hasil wawancara yang menyatakan mengenai tindakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran dalam mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur yaitu tiap tahunnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang khususnya Bidang Kebudayaan mengadakan perencanaan untuk merawat, menjaga dan melestarikan situs cagar budaya agar tidak terjadi kerusakan. Maka dari itu dinas mempunyai perwakilan juru pelihara untuk menjaga dan merawat situs cagar budaya yang ada. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya yaitu dalam pengelolaan cagar budaya ini tindakan yang harus dilakukan yaitu melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya. Dengan dilakukannya tindakan tersebut maka akan didapatkan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Juru pelihara yang merupakan perwakilan langsung dari dinas yang dipercaya untuk merawat, menjaga dan memelihara situs cagar budaya yang ada di Pandeglang khususnya untuk situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini tentu sangat memerlukan bantuan secara langsung demi kelanjutan perawatan dan pemeliharaan situs. Maka I1.1 memaparkan sebagai berikut:
103
“Bantuan itu baru honor-honor atau uang insentif untuk para juru pelihara. Sedangkan untuk situs sendiri bukan bantuan tapi perawatan, apabila ada cungkup-cungkup yang rusak atau tempat teduhnya rusak akan kita bangun dan ditunjuk langsung oleh kita siapa yang harus membangun itu.” (wawancara dengan Bapak Kepala Bidang, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa bantuan secara langsung dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini belum ada. Karena dari pihak dinasnya sendiri bukan memberikan bantuan namun hanya perawatan untuk kerusakan. Sedangkan untuk bantuan secara langsung itu sampai saat ini hanya honor atau insentif yang diberikan kepada juru pelihara sebagai upah telah merawat, menjaga dan melestarikan situs cagar budaya. Sedangkan tanggapan dari I1.2 yaitu sebagai berikut: “Kita hanya memberikan anggaran dan untuk situs batau goong dan komplek makam Syekh Mansyur sendiri belum dapat karena kita masih memperbaiki situs yang rusaknya parah.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas, maka berbeda dengan hasil wawancara pada informan sebelumnya. Pada pernyataan mengenai bantuan secara langsung ini mengungkapkan bahwa bantuan tersebut telah dianggarkan tahun 2014 untuk beberapa situs yang mengalami kerusakan cukup parah. Sedangkan untuk situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur sendiri belum mendapatkan bantuan.
104
Dari kedua hasil wawancara tersebut mengenai bantuan secara langsung yang diberikan oleh dinas dapat disimpulkan bahwa bantuan secara langsung yang dimaksud adalah bantuan untuk para juru pelihara. Bantuan itu merupakan honor atau uang insentif yang dinas berikan sebagai upah merawat situs, sedangkan bantuan untuk situs cagar budaya tidak ada, namun pihak dinas mengatakan bahwa bantuan tersebut dalam bentuk perawatan-perawatan kerusakan situs yang sudah parah yang kemudian nantinya akan ditunjuk secara langsung siapa yang akan membangun atau membenahi kerusakan tersebut, namun pengelolaannya tetap oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sedangkan hal berbeda telah disampaikan oleh juru pelihara I2.1 mengenai bantuan yang diberikan secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang seperti berikut: “Bantuan langsung terkadang saja, kadang 2 bulan sekali kadang juga 6 bulan sekali, kadang juga sudah setahun tidak kesini. Tapi selama ini tidak ada bantuan. Jadi kita sebagai juru pelihara ingin mengurusnya agak segan jika dari dinasnya sendiri saja tidak perhatian.” (wawancara dengan Juru Pelihara, pada hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 10:45 di sekitaran situs batu goong) Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa bantuan yang diberikan secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang kepada situs batu goong ini tidak rutin setiap bulan, namun hanya 2 sampai 6 bulan sekali untuk memberikan bantuan. Bahkan pernah sampai setahun pihak dari dinas tidak memberikan bantuan apapun, sehingga perawatan untuk situs ini terhambat dan juru pelihara ini segan untuk merawat, menjaga dan memelihara situs batu goong ini jika dari dinas tidak memberikan bantuan dan ikut
105
memperhatikan situs batu goong. Namun dengan banyaknya pengunjung yang datang dan telah membayar karcis untuk mengunjungi situs batu goong ini sedikit membantu juru pelihara untuk tetap menjaga, merawat, membersihkan bahkan memperbaiki yang telah rusak dan bisa membuat para pengunjung tidak nyaman. Sedangkan hal yang senada juga dijelaskan oleh I2.2 sebagai berikut: “Bantuan dari dinas hanya memberikan alat kebersihan saja. Namun itu pun tidak rutin, memberikan hanya 6 bulan sekali bahkan tidak memberikan bantuan sama sekali. Jadi untuk merawat komplek makam Syekh Mansyur ini datang para pengunjung yang berjiarah kesini saja. Kita hanya mengandalkan dari pengunjung, jika menunggu dari dinas pasti akan lama.” (wawancara dengan Juru Pelihara, pada hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 12:10 di komplek makam Syekh Mansyur) Dari hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa bantuan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk komplek makam Syekh mansyur ini masih kurang. Bahkan dinasnya sendiri hanya memberikan bantuan berupa alat kebersihan dan bantuan tersebut tidak secara rutin diberikan kepada juru pelihara komplek makam Syekh Mansyur. Komplek makam Syekh Mansyur sampai saat ini hanya mengandalkan bantuan dari para pengunjung yang datang untuk berjiarah. Maka berdasarkan hasil wawancara kedua juru pelihara di atas maka dapat disimpulkan mengenai bantuan langsung yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini hanya bantuan beruapa uang honor yang mereka terima setiap 6 bulan sekali saja, sedangkan bantuan setiap bulannya tidak ada. Sehingga perawatan dan pelestarian yang seharusnya dijalankan dengan baik ini terhambat
106
karena tidak adanya bantuan dan perhatian secara rutin yang diberikan oleh pihak dinas khususnya oleh Bidang Kebudayaan. Para juru pelihara hanya mengandalkan bantuan dari para pengunjung yang datang yaitu berupa pembayaran karcis yang diberlakukan oleh juru pelihara situs batu goong dan untuk komplek makam Syekh Mansyur mengandalkan pejiarah yang memberikan sumbangannya dengan ikhlas. Selain itu pula masyarakat pengunjung dan masyarakat penyanggah di sekitaran situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur memberikan tanggapannya mengenai dikelolanya situs-situs ini oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang I3.1 sebagai berikut: “Saya sebagai masyarakat meresponnya baik-baik saja karena memang saya kurang mengetahui apa saja yang dinas sendiri kelola untuk situs batu goong ini. Namun setahu saya dan lainnya yang ada disini bahwa situs batu goong ini jarang sekali dikunjungi oleh pihak dinas” (wawancara dengan pedagang, pada hari Minggu, 6 Juli 2014 pukul 10:35 di sekitaran situs batu goong) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan dari masyarakat mengenai dikelolanya situs batu goong ini yaitu bahwa masyarakat telah merespon dengan baik dan memang sebenarnya tidak mengetahui apapun mengenai dikelolanya situs batu goong oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Mereka hanya mengetahui bahwa pihak dinas jarang mengunjungi situs batu goong dan bahkan untuk memberikan bantuanpun sangat sulit.
107
Serupa dengan apa yang telah dijelaskan oleh I3.3 sebagai berikut: “Tanggapan saya sebagai masyarakat disini berterimakasih sekali untuk pemerintah daerah karena sudah menganggap bahwa makam Syekh Mansyur ini merupakan situs cagar budaya. Namun saya juga menyayangkan kepada pihak dinas yang kurang memperhatikan atau memberikan bantuan. Seperti saat ini saja kita sedang merenovasi bangunan masjid, tetapi pemerintah daerah tidak memberikan bantuan anggaran sama sekali, pihak kami hanya mengandalkan dari sumbangan para pejiarah yang datang saja” (wawancara dengan pengurus makam Syek Mansyur, pada hari Minggu, 6 Juli 2014 pukul 11:05 di komplek makam Syekh Mansyur) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan masyarakat mengenai dikelolanya komplek makam Syekh Mansyur ini menyikapi dengan baik namun disisi lain masyarakat juga menyayangkan dengan sikap dari dinas yang tidak memberikan bantuan anggaran untuk pembangunan ataupun perawatan komplek makam Syekh Mansyur ini. Komplek makam Syekh Mansyur ini hanya mengandalkan dari para pejiarah yang datang dan memberikan sodaqoh untuk kelancaran perawatan, pemeliharan bahkan untuk pembangunan makam Syekh Mansyur. Dari kedua hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan masayarakat dengan dikelolanys situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini bisa dikatakan sama, karena pada dasarnya hasil dari wawancara tersebut menyebutkan bahwa pihak dinas kurang memperhatikan situs cagar budaya yang ada walaupun masyarakat telah berterima kasih karena telah menjadikan peninggalan jaman dahulu tersebut sebagai cagar budaya atau warisan budaya
yang
mempunyai
nilai
sejarah
dan
pengetahuan.
Masyarakat
menyayangkan sikap pemerintah yang kurang ikut berpartisipasi dalam
108
pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang menyerahkan keseluruhannya kepada juru pelihara bahkan jika ada kerusakan atau perbaikan pihak dinas tidak ikut berpartisipasi dan tidak memberikan bantuan berupa anggaran. b. Program Selain indikator tujuan, dalam perencanaan pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini juga melihat indikator program yang dimana program itu merupakan suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret. Program tersebut salah satunya yaitu mengenai cara perawatan yang dilakukan untuk dapat memelihara situs, seperti yang telah dijelaskan oleh I1.1 sebagai berikut: “Dalam perawatan itu yang terpenting adalah juru pelihara merawat agar situs tersebut tidak termakan usia seperti banyaknya sampah, rumput dan sebagainya dan juru pelihara itu bersih-bersih untuk menjaga dan merawatnya. Untuk perawatan batu goong sendiri kita membuat cungkup atau atap untuk menjaga dari hujan, hanya itu saja mungkin. Begitu juga untuk makam Syekh Mansyur, hanya oleh peliharanya saja dibersihkan dan dirawat.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perawatan untuk memelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini diserahkan seluruhnya kepada juru pelihara agar tetap terawat dan terjaga. Untuk situs batu goong diantaranya membuat atap atau cungkup yang melindungi batu dari hujan. Karena batu goong ini hanya dilindungi oleh sekeliling pagar kawat dan atap atau cungkup. Begitu juga perawatan di komplek makam Syekh Mansyur
109
oleh juru pelihara yang dilakukannya hanya bersih-bersih disekitaran makam agar tidak kotor dan bisa membuat nyaman para pejiarah yang datang. Hal lainnya diungkapkan oleh juru pelihara I2.1 sebagai berikut: “Seperti inilah perawatannya alakadarnya saja. Terkadang jika ada yang rusak dan perlu diperbaiki oleh pihak kami sendiri yang memperbaiki. Saya juga sering meminta untuk memperbaiki segala hal, seperti disini membutuhkan listrik namun tidak ada. karena pengunjung pun ada yang datang pada malam hari.” (wawancara dengan Juru Pelihara, pada hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 10:45 di sekitaran situs batu goong) Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa cara perawatan situs batu goong ini seadanya saja. Jika ada kerusakan atau kekurangan yang menyangkut dengan situs batu goong ini, tentu perawatannya itu diperbaiki oleh juru pelihara. Contohnya saja perawatan yang diperlukan di situs batu goong membutuhkan aliran listrik untuk penerangan di malam hari, karena tidak sedikitnya pengunjung yang datang ke situs batu goong. Juru pelihara batu goong ini merawat dengan alat yang ada dan sangat kekurangan, sedangkan jika juru pelihara ini meminta bantuan untuk perawatan sangat sulit untuk di respon oleh dinas. Kemudian hal serupa dipaparkan oleh I2.2 sebagai berikut: “Bapak sendiri merawat makam Sykeh Mansyur ini hanya dibersihkan dijaga dan dirawat. Merawat makam ini dananya lebih banyak dari pengunjung yang datang dibandingkan dari dinas. Alhamdulillah saja jika banyak pengunjung yang datang bisa menutupi kekurangan dan terus bisa merawat agar pengunjung bisa merasa nyaman.” (wawancara dengan Juru Pelihara, pada hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 12:10 di komplek makam Syekh Mansyur)
110
Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa cara perawatan untuk makam Syekh Mansyur ini dengan cara dijaga dan dirawat. Namun untuk merawat situs ini membutuhkan biaya yang lumayan banyak, sedangkan pihak dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kurang memperhatikan dan kurang ikut melestarikannya. Akan tetapi, komplek makam Syekh Mansyur ini tetap dapat dirawat dengan baik karena makam ini sering dikunjungi oleh para pejiarah yang datang dan memberikan sedikit rejekinya untuk perawatan situs ini. Sehingga komplek makam Syekh Mansyur ini tetap terawatt dan juga memberikan rasa nyaman kepada para pengunjung dan pejiarah yang datang walaupun dana tersebut bukan dari pemerintah daerah. Berdasarkan ketiga hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cara perawatan yang dilakukan untuk memelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini semuanya diserahkan kepada juru pelihara. Kepala Bidang Kebudayaan pun membenarkan hal tersebut, perawatan dan penjagaan yang dilakukan di situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur diserahkan semuanya kepada juru pelihara dan pihak dinas hanya memantau bagaimana mereka merawat agar dapat terus melestarikan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini. Namun hal berbeda muncul dari juru pelihara situs batu goong dan juga juru pelihara komplek makam Syekh Mansyur. Mereka menyesalkan bahwasanya pihak dinas yang telah memberikan mereka tugas untuk merawat, menjaga, memelihara dan melestarikan situs tersebut tidak ikut berpartisipasi secara langsung dan juga tidak memberikan bantuan yang secara khusus kepada situs
111
cagar budaya tersebut. Juru pelihara ini merasa serba kekurangan untuk merawatnya, karena bantuan yang diberikan tidak kunjung ada. Akan tetapi juru pelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur tetap bersyukur karena bantuan itu datang dari para pengunjung yang datang, hasil dari para pengunjung itulah yang bisa membantu perawatan situs cagar budaya dan bisa terus memelihara, menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah tersebut. Selain perawatan yang harus diwajibkan dalam pengelolaan situs cagar budaya ini, maka ada program kerja lainnya yang tentu sudah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pandeglang. Seperti yang dipaparkan oleh I1.1 berikut ini: “Kita setiap tahunnya membuat program tentang museum purbakala dan jarahnitra, antara lain untuk perawatan pelestarian cagar budaya, pemberian honor juru pelihara itu. Kita membuat program tiap tahunnya dan juga untuk pembangunan sarana dan prasarana cagar budaya terutama pembuatan bangunan cagar budaya dan sarana jalan menuju ke arah cagar budaya. Sedangkan untuk makam Syekh Mansyur kita serahkan semuanya ke juru pelihara karena makam itu kan berbentuk nisan, jadi tidak boleh sembarang orang yang merawatnya.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa program yang sudah dilakukan setiap tahunnya tersebut diantaranya program museum purbakala dan jarahnitra seperti perawatan dan pelestarian situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, pemberian honor atau uang insetif kepada juru pelihara masing-masing situs tersebut. Serta program dalam hal pembangunan sarana dan prasarana agar bisa terus memberikan kenyamanan bagi para pengunjung yang datang. Dalam hal pembangunan sarana dan prasarana ini tidak
112
hanya dinas kebudayaan dan pariwisata saja yang terkait, namun dinas-dinas lainnya juga ikut andil dalam pengelolaan ini tetapi diluar dari pengelolaan cagar budaya. Hal berbeda disampaikan oleh I1.2 berikut ini: “Program kerja yang sudah dilakukan salah satunya dengan membuatkan atap atau cungkup sebagai pelindung dari situs batu goong, sedangkan untuk komplek makam Syekh Mansyur sampai saat ini kami serahkan kepada juru pelihara” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas sangat berbeda dengan apa yang telah disampaikan oleh Kepala Bidang Kebudayaan. Kasi Muskala dan Jarahnitra memberikan hasil bahwa program kerja tersebut hanya membuatkan atap atau cungkup untuk situs batu goong dan untuk komplek makam Syekh Mansyur sendiri mereka serahkan kepada juru pelihara. Berdasarkan hasil kedua wawancara di atas, maka dapat disimpulkan mengenai program kerja yang sudah dilakukan untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini bahwa setiap tahunnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang mengadakan program museum purbakala dan jarahnitra seperti perawatan dan pelestarian situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, pemberian honor atau uang insetif kepada juru pelihara serta program pembuatan cungkup atau atap yang diberikan kepada situs batu goong, sedangkan untuk komplek makam Syekh Mansyur tidak ada.
113
Program kerja yang sudah dilakukan ini selanjutnya akan dibuat perencanaan untuk tahun kedepannya. Akan membuat program apa dan seperti apa agar situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini tetap pada pengelolaan yang baik dan terstruktur. Seperti yang telah dijelaskan oleh I 1.1 seperti berikut: “Setiap tahunnya juga kita berkeliling situs mana saja yang mulai rusak, maka kita selalu monitoring dan juga juru pelihara selalu melaporkan, maka kita akan melakukan rencana kedepan akan seperti apa. Kita sudah membuat antara lain adanya pembuatan cungkup untuk batu goong, itu dibuatin program tahunan, sama juga buat makam Syekh Mansyur namun bedanya jika makam itu harus langsung oleh juru peliharanya dan tidak bisa oleh orang lain. Program kerja itu dibuat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada bidang kebudayaan.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa program kerja dari tahun ke tahun pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selalu monitoring untuk memantau jika saja ada kerusakan-kerusakan. Selain itu pula, juru pelihara ikut melaporkan hal tersebut tiap bulannya. Jadi jika ada kerusakan maka akan direncanakan anggaran kerusakan tersebut dan akan dibuatkan program tahunan. Hal lainnya pun disampainkan oleh I1.2 seperti berikut ini: “Program kerja yang akan diajukan untuk tahun ke depan yaitu dengan membuat nyaman pengunjung situs batu goong, karena situs batu goong ini diketahui tempatnya tidak memadai untuk pengunjung yang datang. Sedangkan untuk komplek makam Syekh Mansyur belum mempunyai program” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
114
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa program kerja yang akan diajukan di tahun depan untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur adalah dengan membuat situs batu goong lebih nyaman lagi untuk para pengunjung yang datang. Sedangkan untuk komplek makam Syekh Mansyur untuk saat ini belum mempunyai program yang khusus. Berdasarkan kedua hasil wawancara di atas mengenai program yang akan di ajukan di tahun depan untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini akan menganggarkan situs-situs yang mengalami kerusakan dan juga akan memberikan rasa nyaman bagi para pengunjung yang datang ke situs cagar budaya tersebut. Namun sayangnya, untuk komplek makam Syekh Mansyur ini belum mempunyai program khusus untuk mengelolanya sehingga membuat komplek makam Syekh Mansyur ini jauh tidak diperhatikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. 4.3.2
Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah yaitu menetapkan struktur formal daripada
kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Handoko, 2003:11). Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan departemen-departemen (subsistem) serta penentuan hubungan-hubungan. Organisasi yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dalam mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini telah disampaikan oleh I1.1 sebagai berikut:
115
“Untuk pengorganisasian untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Manyur ini bidang kebudayaan mempunyai kasi muskala dan jarahnitra yang dimana kasi ini bertanggungjawab dalam mengelola situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang. Selain dari kasi muskala dan jarahnitra kami juga bekerjasama dengan para juru pelihara yang merawat benda cagar budaya itu secara langsung dan juru pelihara ini merupakan utusan langsung dari dinas kami. Dengan adanya juru pelihara ini diharapkan agar pekerjaan-pekerjaan yang sudah ditetapkan sebagaimana mestinya dapat dijalankan dengan baik.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ini sudah memberikan tugas dan kewenangannya kepada para pihak atau kepada setiap bagian yang bersangkutan. Dimana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini memiliki bidang kebudayaan yang di dalamnya ada kasi muskala dan jarahnitra yang mengelola dan bertanggungjawab dalam hal situs cagar budaya dan kepurbakalaan. Selain itu, bidang kebudayaan telah menetapkan juru pelihara yang diutus secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk menjaga, merawat, melestarikan dan juga memelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Kemudian hal serupa pula telah disampaikan oleh I1.2 mengenai pengorganisasian ini sebagai berikut: “Saya sebagai kasi muskala dan jarahnitra diberikan kewenangan untuk bertanggungjawab dan mengelola situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang. Dalam pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini kasi muskala dan jarahnitra mengutus juru pelihara agar dapat bekerjasama untuk ikut merawat situs cagra budaya tersebut. Selain juru pelihara juga kasi muskala dan jarahnitra juga bekerjasama dengan Balai Pelestarian Cagar
116
Budaya (BPCB) Serang yang merupakan pengelola situs batu goong juga.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa organisasi ini melibatkan juru pelihara dan juga Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang merupakan salah satu pengelola situs batu goong. Oleh karena itu, dari hasil kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini pengorganisasiannya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang yang berada di dalam bidang kebudayaan dan juga kasi muskala dan jarahnitra dan juga Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Kasi muskala dan jarahnitra ini merupakan yang bertanggungjawab dalam pengelolaan situs cagar budaya dan juga berurusan langsung dengan juru pelihara. Sednagkan untuk Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) ini yang turut serta dalam pengelolaan situs batu goong, karena situs batu goong ini telah mempunyai surat keputusan dari pemerintah pusat. Maka dari itu situs batu goong ini dikelola juga oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, namun pengelolaan yang seutuhnya berada di Dians Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) ini hanya mengurusi hal penganggaran dan juru pelihara yang berada di situs batu goong. Dalam fungsi manajemen dimensi pengorganisasian yang menjelaskan mengenai penetapan struktur formal ini terdapat indikator yang dimana di dalamnya menjelaskan mengenai pengelompokkan tugas pegawai sebagai berikut ini:
117
a. Pengelompokkan tugas-tugas pegawai Dalam pengorganisasian ini terdapat indikator mengenai pengelompokkan tugas-tugas pegawai yang dimana mempunyai arti yaitu membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap pegawai. Situs cagar budaya tentunya memiliki struktur organisasi dan berikut ini adalah pemaparan dari I1.1 selaku kepala Bidang Kebudayaan: “Kepengurusan yang terlibat, selain bidang kebudayaan ada juru pelihara dan ada orang-orang yang ahli di bidang benda cagar budaya. Kita juga koordinasi dan kerjasama dengan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Serang.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disampaikan bahwa yang terlibat dalam kepengurusan situs cagar budaya ini diantaranya yaitu selain bidang kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, ada pula juru pelihara yang diutus langsung untuk menjaga, merawat dan melestarikan situs cagar budaya, orang-orang yang ahli di bidang benda cagar budaya seperti para arkeolog dan juga pihak dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang ikut terlibat hanya dalam kepengurusan situs batu goong. Sedangkan menurut Kasi Muskala dan Jarahnitra I1.2 memaparkan pendapatnya sebagai berikut: “Untuk di pendaftaran cagar budaya itu melibatkan dari dinas, ahli dan arkeolog.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
118
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang terlibat dalam kepengurusan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini melibatkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan para ahli arkeolog. Maka dari hasil kedua wawancara di atas mengenai kepengurusan organisasi yang terlibat di dalam pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Bidang Kebudayaan, Kasi Muskala dan Jarahnitra, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, juru pelihara dan juga orang yang ahli di bidang benda cagar budaya dan arkeolog. Selanjutnya pemaparan mengenai kepengurusan yang terlibat dalam pengelolaan situs batu goong ini dijelaskan oleh I1.3 karena situs batu goong juga ikut dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang sebagai berikut: “Dari pihak BPCB yang terlibat dalam kepengurusan situs batu goong ini meliputi Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan yang nantinya berkoordinasi dengan juru pelihara di situs batu goong namun pengelolaannya tetap oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang.” (wawancara dengan Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan, hari Rabu, 27 Agustus 2014 pukul 15:55 WIB di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang) Dari hasil wawancara di atas, maka yang terlibat dalam kepengurusan situs batu goong ini yaitu dari pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) mengurusi juru pelihara yang terdapat di situs batu goong dan juga dalam hal penganggaran kerusakan, namun pihaknya tetap bekerja sama dengan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Karena dinas di pemerintahan
119
daerah yang tetap mengelola dan juga memantau segala hal yang berkaitan dengan situs cagar budaya. Dari ketiga hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang terlibat dalam kepengurusan situs cagar budaya ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang menjadi pengelola dalam situs cagar budaya dan berada di bawah Bidang Kebudayaan serta memiliki Kasi Muskala dan Jarahnitra yang mengurusi segala hal mengenai cagar budaya. Selain itu pula, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang merupakan UPT dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang ini mengelola situs batu goong terutama memantau para juru pelihara dan juga situsnya, akan tetapi pengelolaan seutuhnya tetap dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Selanjutnya mengenai tugas yang diberikan untuk mengelola situs tersbut sudah dilaksanakan dengan maksimal atau belum. Seperti pemaparan I 1.1 berikut ini: “Di bidang kebudayaan, jelas tugas-tugas itu sudah berjalan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Di bidang kebudayaan mempunyai bawahan yaitu kasi kesenian dan kasi muskala dan jarahnitra. Sedangkan yang mempunyai uraian tugas atau tupoksi langsung ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) adalah kasi muskala dan jarahnitra. Jadi, mudah-mudahan tugasnya sudah dilaksanakan dengan maksimal.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
120
Dari hasil wawancara di atas, maka tugas yang diberikan tersebut sudah dijalankan sesuai tupoksinya masing-masing. Seperti uraian tugas yang mengelola situs cagar budaya yaitu dari Kasi Muskala dan Jarahnitra yang berada di bawah Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwiswata Kabupaten Pandeglang. Kemudian Kasi Muskala dan Jarahnitra tersebut berhubungan pula dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, yang dimana ikut berperan juga dalam mengelola situs batu goong, namun tanggung jawabnya tetap berada di pemerintah daerah yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwiswata Kabupaten Pandeglang. Hal lainnya dipaparkan oleh juru pelihara komplek makam Syekh Mansyur I2.2 berikut ini: “Tugas yang diberikan itu sesuai dengan keahlian, disini bisa dikatakan mampu karena banyak pengunjungnya. Jika di tempattempat lain seperti di tempat situsnya kurang mampu secara langsung di kelola, karena disini mah sedikit-sedikit mah ada alakadarnya aja gitu.” (wawancara dengan Juru Pelihara, pada hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 12:10 di komplek makam Syekh Mansyur) Dari hasil wawancara di atas mengenai tugas yang diberikan tersebut yaitu juru pelihara komplek makam Syekh Mansyur ini mengerjakan tugasnya hanya sesuai dengan kemampuannya. Karena pada perawatan komplek makam Syekh Mansyir ini sedikit berbeda dengan situs yang lainnya. Pada komplek makam Syekh Mansyur ini yang bisa merawatnya hanyalah orang terpilih dan sudah memiliki kemampuan keagamaan yang kuat dan mengerti. Intinya tidak bisa sembarang orang untuk merawatnya, dan perawatannya pula didapatkan dari para
121
pengunjung yang datang untuk berjiarah ke makam Syekh Mansyur karena pemerintah tidak memberikan bantuan secara khusus. Maka dari hasil kedua wawancara yang berbeda antara Kepala Bidang Kebudayaan dengan juru pelihara komplek makam Syekh Mansyur ini didapatkan hasil bahwa tugas tersebut sudah dilaksanakan sesuai dengan tupoksinya masingmasing. Kasi Muskala dan Jarahnitra bertugas sebagai perencana dari semua program yang ada untuk cagar budaya, sejarah, kepurbakalaan dan museum yang berkerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang merupakan bagian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung. Kemudian tugas yang dilaksanakan oleh juru pelihara ini sesuai dengan kemampuannya masingmasing dan tidak bisa sembarangan dalam perawatan situs cagar budaya. 4.3.3
Staffing (Penyusunan Pegawai) Penyusunan pegawai adalah keseluruhan fungsi daripada kepegawaian
sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan. Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi. Mengenai penyusunan pegawai atau staffing ini akan dijelaskan oleh I1.1 sebagai berikut: “Dalam penyusunan pegawai ini kita mengikuti alur yang telah ada, dimana pegawai yang bekerja disini telah diutus secara langsung oleh pemerintah yang berupa surat keputusan untuk dimana dia
122
ditempatkan dan bekerja. Jadi pegawai yang berada disini sudah ada berdasarkan surat keputusannya dan untuk juru pelihara sendiri telah diutus langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas mengenai penyusunan pegawai telah ditetapkan oleh pemerintah dan juga telah ditugaskan sesuai dengan urain tugas dan fungsinya sebagaimana yang ada dalam Peraturan Bupati Pandeglang No. 14 tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pandeglang Kabupaten Pandeglang. sedangkan untuk penyusunan pegawai yang bertugas merawat situs batu goong dna komplek makam Syekh Mansyur atau juru pelihara ini telah diutus secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Dalam staffing atau penyusunan pegawai yang merupakan fungsi manajemen ini terdapat indikator yang sangat berhubungan dengan dimensi penyusunan pegawai ini. Indikator tersebut sebagaimana telah dijelaskan berikut ini: a. Penempatan pegawai sesuai ahlinya Dalam penyusunan pegawai ini juga mempunyai indikator diantaranya yaitu penempatan pegawai sesuai dengan ahlinya yang berarti yaitu melengkapkan fungsi pekerjaan dengan pegawai yang mempunyai ahli di bidangnya. Penempatan pegawai ini mempunyai proses perekrutan pegawai untuk situs cagar budaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ini telah disampaikan oleh I1.1 sebagai berikut:
123
“Proses perekrutan ini hanya untuk juru pelihara saja, karena untuk perekrutan pekerja yang berada di kantornya sudah ada surat keputusan dari Bupati. Sedangkan untuk juru pelihara kita mengambil dari orang yang lebih mengerti tentang sejarah situs cagar budaya itu, orang yang bisa merawat, menjaga dan melestraikan. Hasil perekrutan juru pelihara ini secara turun temurun, misalnya kakeknya yang waktu duhulu sudah menjadi juru pelihara, lalu ke orang tuanya kemudian turun ke anaknya.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa proses perekrutan untuk pegawai situs cagar budaya ini yaitu diambil dari orang-oramg yang mengerti mengenai sejarah asal mula situs tersebut dan juga orang yang bisa menjaga dan merawat situs secara baik dan juga mau untuk melestarikan situs cagar budaya. Orang-orang terpilih itu biasanya diangkat atau diambil secara turun temurun. Hal senada juga dipaparkan oleh I1.2 sebagai berikut: “Kita merekrutnya dari orang yang sudah turun temurun menejaga situs cagar budaya itu, yang tahu dengan sejarah awal mulanya dan juga orang yang rumahnya tidak jauh dari tempat situs tersebut. Karena akan banyak pengunjung yang datang, jika rumah juru pelihara itu jauh akan susah untuk ke situs cagar budaya, kemudian jika juru pelihara tidak tahu sejarah awal mulanya maka tidak akan bisa menjelaskan secara detail tentang adanya situs cagar budaya.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas, dijelaskan bahwa proses perekrutan pegawai untuk situs cagar budaya ini dilakukan oleh orang yang sudah mengenali sejarahnya secara mendalam karena pengunjung akan menanyakan asal usul terbentuknya situs tersebut. Perekrutan tersebut secara turun temurun dari orang tua sampai penerusnya yang akan diangkat menjadi juru pelihara.
124
Maka dari hasil kedua wawancara di atas dapat diketahui bahwa proses perekrutan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dalam menerima pegawai untuk bekerja di situs cagar budaya tersebut untuk pegawai tetap atau yang bekerja di kantor dinasnya sudah ditetapkan atau sudah mendapatkan surat keputusan dari Bupati Kabupaten Pandeglang dan sudah menerima uraian tugasnya masing-masing. sedangkan untuk juru pelihara atau pegawai yang akan bekerja untuk merawat situs cagar budaya ini diangkat karena adanya unsur kekeluargaan atau secara turun temurun. Karena pegawai situs atau juru pelihara yang menjaga dan merawat mengetahui sejarah asal mula situs cagar budaya yang ada. Indikator selanjutnya yaitu mengenai kriteria khusus untuk para pegawai dan juru pelihara situs cagar budaya. Dalam hal ini ada beberapa kriteria yang menjadi acuan khusus untuk para juru pelihara yang nantinya diberikan tanggung jawab untuk merawat situs cagar budaya. Jika tanggung jawab tersebut tidak dilaksanakan, maka pihak dari dinas tidak segan-segan akan memecatnya dan akan menggantikannya dengan juru pelihara yang baru. Mengenai kriteria khusus perekrutan pegawai dan juru pelihara ini, akan dipaparkan oleh kepala bidang kebudayaan I1.1 sebagai berikut: “Perekrutan untuk juru pelihara ini kita melihat terutama masyarakat yang benar-benar peduli dengan benda cagar budaya dan juga orang yang rumahnya dekat dengan lokasi situs. Setelah kriteria tersebut jelas, maka selanjutnya kita bawa sebagai juru pelihara benda cagar budaya. Sedangkan untuk pegawai kantornya telah ditugaskan oleh pemerintah daerah.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
125
Dari hasil waancara di atas, maka ditemukan hasil bahwa perekrutan untuk pegawai di dinasnya itu di dapatkan dari para PNS yang sudah mendapatkan SK (Surat Keputusan) dari pemerintah daerah atau dari Bupati Kabupaten Pandeglang dan mereka yang sudah mendapatkan surat keputusan tersebut harus menjalankan uraian tugasnya sesuai dengan Peraturan Bupati Pandeglang No. 14 tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Kemudian untuk perekrutan juru pelihara ini diambil dari masyarakat yang peduli dengan adanya cagar budaya dan rumahnya yang dekat dengan cagar budaya tersebut atau yang disekitaran lokasi cagar budaya. Hal serupa juga dipaparkan oleh I1.2 sebagai berikut: “Untuk pegawai dinasnya sendiri sudah diutus dari pusat dan sudah mendapatkan bagian-bagiannya. Jadi kita sebagai PNS tinggal menunggu ditempatinnya dimana kemudia kerja sesuai dengan tugasnya. Sedangkan untuk perekrutan juru pelihara kita ambil dari keluarganya atau turun temurun. Jadi persyaratannya juga juru pelihara itu harus tahu sejarahnya. Selain harus mengetahui sejarah situs, kriteria juru pelihara juga harus yang domisili rumahnya dekat dengan objek, usianya layak kerja antara 18-56 tahun dan juga memiliki ijazah maksimal SMA dan minimal SD.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria khusus dalam perekrutan pegawai dan juru pelihara ini yaitu jika untuk pegawai kantornya tersebut telah diutus dari pusat dan juga telah mendapatkan surat keputusan dari Bupati. Sedangkan untuk juru pelihara kriteria khusus yang harus dimiliki untuk dapat merawat, menjaga dan melestarikan situs cagar budaya yang ada ini yaitu dengan mengetahui sejarah secara mendalam situs tersebut,
126
kemudian selain itu juru pelihara juga harus berdomisili dekat dengan lokasi situs cagar budaya, berumur 18-56 tahun dan mempunyai ijazah maksimal SMA dan minimal SD. Maka dari kedua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria khusus dalam perekrutan pegawai dan juru pelihara ini yaitu dimana jika perekrutan pegawai dinasnya atau para Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu berdasarkan surat keputusan. Jika sudah ditempatkan di bidangnya masingmasing, maka setiap pegawai wajib menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan apa yang sudah tercantum dalam Peraturan Bupati Pandeglang No. 14 tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pandeglang Kabupaten Pandeglang yang di dalamnya terdapat uraian tugas pokok dan fungsi tiap struktur organisasi di tiap-tiap bidangnya. Sedangkan untuk juru pelihara kriteria khususnya itu diantaranya yaitu berdomisili di dekat dengan objek cagar budaya, usianya yang layak kerja antara 18-56 tahun, mempunyai ijazah SD-MA dan juga yang terpenting harus mengetahui sejarah asal mula benda cagar budaya tersebut, karena itu merupakan informasi yang harus dibagikan kepada pengunjung yang datang. 4.3.4
Directing (Pembinaan Kerja) Pembinaan kerja adalah tugas yang terus menerus di dalam pengambilan
keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha/organisasi. Selain itu pula, pembinaan kerja merupakan mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. Pembinaan kerja yang
127
ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten ini akan dijelaskan oleh I1.1 sebagai berikut: “Dari dinas sendiri hanya memberikan pembinaan mengenai bagaimana merawat dan menjaga situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur itu dengan benar. Karena pihak dinas juga bertanggungjawab dalam mengelola secara langsung situs tersebut. Agar tujuan yang telah direncanakan itu dapat tercapai, maka setiap bulannya kita melakukan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan mengenai cara merawat situs cagar budaya agar para pegawai yang ada di dalamnya dapat bekerja sama” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan kerja yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang kepada pegawai yang ada di Bidang Kebudayaan ini mengenai cara perawatan situs batu gong dan komplek makam Syekh Mansyur. Selain cara perawatan hal lain yang juga diberikan yaitu cara memelihara, menjaga, melestarikan dan juga cara memberikan informasi mengenai situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur kepada masyarakat. Agar tugas yang dikerjakan oleh seluruh pegawai yang berada di Bidang Kebudayaan dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan uraian tugasnya, maka setiap satu bulan diadakan diskusi mengenai uraian tugas di tiap-tiap bidang dan kasikasi yang ada dan juga saling bertukar pikiran. Bidang Kebudayaan memberikan instruksi kepada Kasi Muskala dan Jarahnitra yang merupakan penanggungjawab benda cagar budaya yang berada di Kabupaten Pandeglang. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang selain memberikan pembinaan kerja juga memberikan pembinaan pegawai dan pelatihan pegawai yang merupakan indikator dari fungsi manajemen yang berupa directing atau pembinaan kerja.
128
a. Pembinaan pegawai Mengenai pembinaan kerja ini terdapat indikator yaitu pembinaan pegawai yang dimana artinya adalah suatu hal yang akan membuat seorang pegawai menjadi lebih baik. Mengenai seperti apa pengarahan dan tugas kerja yang diberikan oleh atasan kepada pegawai yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, I1.1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut: “Kita selalu pembinaan dalam setiap rapat di kantor. Misalnya kita ada rapat sebulan sekali, selalu ada pemaparan dari bidang masingmasing. Seperti bidang kebudayaan, memaparkan uraian tugas diantaranya perawatan dan pemeliharaan tentang seni tradisional dan cagar budaya. Kemudian nantinya ada pembinaan bagaimana cara yang benar untuk merawat situs, seperti itu saja mungkin. Jika untuk pembinaan mengenai situs cagar budaya sendiri sampai saat ini belum ada.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas, mengenai pembinaan pegawai dalam mengelola situs cagar budaya ini di dapatkan bahwa pembinaan selalu disampaikan dalam rapat di kantor setiap satu bulan sekali. Dalam rapat tersebut tiap-tiap bidang memaparkan setiap uraian tugasnya masing-masing. Seperti pada bidang kebudayaan di dalamnya terdapat Kasi Musakala dan Jarahnitra yang dimana mempunyai uraian tugas sebagai pengelola situs cagar budaya, setelah memaparkan maka akan ada sedikit pembinaan mengenai perawatan situs cagar budaya. Hal berbeda dipaparkan oleh Kasi Musakala dan Jarahnitra I1.2 sebagai berikut: “Untuk pegawai dinas belum ada, hanya ikut sosialisasi. Untuk yang khusus belum ada, mungkin pada saat apel saja diberi tahu.” (wawancara dengan
129
Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pegawai yang bekerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata belum diberikan pembinaan secara khusus untuk bagaimana merawat situs cagar budaya. Ia menambahkan pula jika pembinaan tersebut dilakukan disaat pada apel pagi dan pada saat sosialisasi mengenai cagar budaya berlangsung. Dari kedua hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan mengenai pembinaan pegawai untuk merawat situs cagar budaya ini belum ada secara khusus untuk membahas mengenai perawatan situs cagar budaya. Pihak dinas hanya bertukar pikiran, memberikan masukan dan memberikan kiat-kiat khusus untuk merawat situs cagar budaya. Namun untuk pembinaan khusus untuk merawat situs cagar budaya sampai saat ini belum ada. Pembinaan pegawai ini seharusnya diadakan agar para pegawai yang bekerja menjadi lebih baik dan mengetahui bagaimana cara merawat situs secara baik dan tidak merubah bentuk aslinya. Namun yang didapatkan di lapangan saat wawancara pegawai yang bekerja tersebut tidak mendapatkan pembinaan, sehingga pegawai yang ada menyerahkan seluruhnya kepada juru pelihara yang seharusnya pegawai yang ada juga ikut berpartisipasi merawat dan menjaga situs dan memberikan masukan bagaimana cara memelihara dan merawat situs cagar budaya dengan baik dan benar.
130
b. Pelatihan pegawai Dalam dimensi directing (pembinaan kerja) ini terdapat indikator mengenai pelatihan pegawai yaitu suatu hal untuk melatih kemampuan yang dimiliki pegawai. Dengan pelatihan pegawai ini sudah ada atau tidak yang diberikan oleh dinas kepada juru pelihara untuk merawat situs cagar budaya yang telah disampaikan oleh I1.1 sebagai berikut: “Pelatihan tidak secara langsung, tetapi sudah dilaksanakan pada tahun 2013, seperti sosialisasi. Juru pelihara itu sosialisasi dengan para camat juga. Bagaimana cara kita merawat, jangan sampai tugasnya merawat tetapi benda cagar budayanya sendiri tidak dirawat.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa juru pelihara ini tidak diberikan pelatihan secara langsung, akan tetapi sudah melaksanakan sosialisasi pada tahun 2013. Pelatihan tersebut memberi tahu bagaimana merawat situs cagar budaya. Setelah diadakannya pelatihan untuk para juru pelihara ini, maka akan memberikan kemampuan dalam menjaga dan merawat situs dengan benar dan tidak merubah bentuk asli dari situs tersebut. Hasil serupa juga telah dijelaskan mengenai pelatihan juru pelihara tentang situs cagar budaya oleh I1.2 sebagai berikut: “Betul, semua juru pelihara ikut sosialisasi mengenai undang-undang cagar budaya.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
131
Dari hasil wawancara di atas bahwa adanya pelatihan untuk juru pelihara ini, pelatihan tersebut juga sekaligus menjelaskan mengenai Undang-undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan juru pelihara tidak hanya merawat dan menjaga situs cagara budaya yang ada, namun juga mengerti dasar hukum yang telah melindungi cagar budaya yang telah mereka jaga dan rawat. Maka dari kedua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai pelatihan juru pelihara tentang situs cagar budaya yaitu bahwa semua juru pelihara diberikan pelatihan pada tahun 2013 mengenai bagaimana merawat, menjaga dan melestarikan situs cagar budaya tersebut. Pelatihan itu juga sekaligus sosialisasi mengenai Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Selain juru pelihara, yang ikut sosialisasi mengenai pelatihan ini juga yaitu para camat agar mengetahui bagaimana cara merawatnya dengan baik dan bisa ikut melestarikan cagar budaya agar tidak punah. Selanjutnya dijelaskan oleh juru pelihara batu goong I2.1 sebagai berikut: “Ada, kita hanya diberi tahu untuk menjaga kebersihan, merawat dan juga menjaga situs batu goong itu.” (wawancara dengan Juru Pelihara, hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 10.45 WIB di sekitaran situs batu goong) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan itu ada dan hanya diberikan arahan untuk menjaga kebersihan, merawat, memelihara dan melestarikan situs batu goong agar tetap terlihat baik dan juga dapat memberikan rasa nyaman kepada para pengunjung yang datang.
132
Kemudian hal yang serupa juga disampaikan oleh juru pelihara komplek makam Syekh Mansyur I2.2 sebagai berikut: “Iya diberi arahan-arahan bagaimana merawat situs dengan baik, ada sosialisasi baru ikut. Tergantung ada kegiatan dari dinasnya, jika ada kegiatan baru ikut.” (wawancara dengan Juru Pelihara, hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 12.10 WIB di komplek maka Syekh Mansyur) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan tersebut mengenai cara merawat dan menjaga situs cagar budaya dengan baik. Pelatihan ini tidak secara rutin dilaksanakan sehingga jika ada juru pelihara yang kurang memahami akan merasa kesulitan. Kemudian, jika dari dinas mengadakan kegiatan maka juru pelihara ini akan ikut ambil alih atau ikut berpartisipasi untuk menambah pengetahuan mereka. Maka dari hasil wawancara di atas mengenai pelatihan juru pelihara tentang situs cagar budaya maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan tersebut hanya sekedar arahan-arahan menjaga kebersihan, merawat dan menjaga situs cagar budaya. Pelatihan tersebut tidak rutin dilaksanakan, karena jika ada kegiatan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang saja baru diadakan pelatihan untuk para juru pelihara. Hasil dari semua wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pelatihan yang secara khusus untuk juru pelihara. Yang dilakukan oleh pemerintah daerah hanya mengadakan sosialisasi-sosialisasi mengenai UndangUndang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan kemudian pihak dari
133
pelaksana memberikan pelatihan atau sekedar memberi tahu bagaiman cara menjaga, merawat dan membersihkan situs cagar budaya tersebut. Indikator yang selanjutnya yaitu mengenai diperlukannya pelatihan untuk juru pelihara yang akan dipaparkan oleh I1.1 sebagai berikut ini: “Karena agar juru pelihara mengerti dengan uraian tugasnya, bahwa juru pelihara itu adalah orang yang merawat, melestarikan cagar budaya yang ada dan juga harus dekat dengan masyarakat supaya cagar budaya ini tidak punah. Jadi juru pelihara ini perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas mengenai diperlukannya pelatihan untuk juru pelihara ini yaitu agar juru pelihara mengerti dengan uraian tugasnya sebagai orang yang diberikan mandat secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk merawat, melestarikan situs cagar budaya. Selain itu pula juru pelihara yang ada harus bisa dekat dengan masyarakat disekitar atau masyarakat yang berkunjung untuk diajak mencintai situs cagar budaya dan juga ikut melestarikan warisan leluhur pada jaman dahulu agar tidak punah dan rusak. Kemudian hal senada juga dipaparkan oleh I1.2 sebagai berikut: “Dengan adanya pelatihan pembinaan kepada juru pelihara ini agar juru pelihara lebih mengetahui dan mengerti akan tugasnya. Diharapkan agar juru pelihara melestarikan situs cagar budaya dan juga bisa memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakan atau pengunjung yang datang.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
134
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa diperlukannya pelatihan pembinaan kepada juru pelihara ini agar mereka mengetahui dan mengerti tugas mereka dan juga bisa memberikan informasi dan pengetahuan mengenai situs cagar budaya yang ada dan merupakan peninggalan jaman dahulu ini. Maka berdasarkan kedua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa diperlukannya pelatihan pembinaan terhadap juru pelihara situs cagar budaya ini yaitu agar juru pelihara mengerti akan uraian tugasnya yang telah diberikan secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. tugas tersebut untuk menjaga, merawat dan memelihara istus batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Selian itu pula, juru pelihara diharapkan bisa memberikan informasi dan pengetahuan kepada pengunjung yang datang. 4.3.5
Coordinating (Pengkoordinasian) Pengkoordinasian adalah kewajiban yang penting untuk menghubungkan
berbagai kegiatan daripada pekerjaan. Selain itu, koordinasi juga merupakan suatu usaha yang singkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Pengkoordinasian yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dalam mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur akan dijelaskan oleh I1.1 sebagai berikut:
135
“Koordinasi yang ada diantaranya koordinasi dengan kasi muskala dan jarahnitra serta dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang dimana merupakan pengelola situs batu goong namun hanya dalam penganggaran dan juga berkoordinasi dengan juru pelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Koordinasi dilakukan agar tidak adanya kesalahpahaman dalam mengelola situs cagar budaya tersebut.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ini diantaranya dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang merupakan pengelola situs batu goong karena situs ini telah diakui oleh pemerintah pusat dan sudah mempunyai surat keputusan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung. Selain berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, Bidang Kebudayaan juga berkoordinasi dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra dan juga berkoordinasi dengan juru pelihara yang sudah diutus secara langsung oleh dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk merawat, menjaga, memelihara dan melestarikan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Selain itu pula, mengenai fungsi manajemen tentang pengkoordinasian ini telah disampaikan oleh I1.3 sebagai berikut: “Tentang pengkoordinasian, pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang ini hanya berkoordinasi dengan juru pelihara situs batu goong saja, sedangkan koordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang hanya sesekali dan hanya berkoordinasi jika ada kerusakan.” (wawancara dengan Kasi
136
Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan, hari Rabu, 27 Agustus 2014 pukul 15:55 WIB di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang) Dari hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang tersebut hanya berkoordinasi dengan juru pelihara situs batu goong, sedangkan koordinasi yang dilakukan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dilakukan hanya seperlunya saja. Bahkan menurut observasi dan wawancara saya dengan Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestaian Cagar Budaya (BPCB) Serang dan juga dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra DInas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang menjelaskan bahwa pihak yang terkait satu sama lain tidak saling berkoordinasi dengan rutin sehingga berdampak pada penganggaran kerusakan situs batu goong. Dalam dimensi pengkoordinasian ini terdapat beberapa indikator yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Indikator itu diantaranya ada koordinasi tiap lembaga dan koordinasi tiap bagian yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. a. Koordinasi tiap lembaga Koordinas tiap lembaga merupakan kegiatan pekerjaan antar tiap lembaga atau dinas yang terkait. Manajemen pengelolaan bisa tercapai dengan tujuan jika dalam koordinasinya juga berjalan dengan baik dan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Seperti koordinasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang antar tiap lembaga yang ada. Maka akan
137
dipaparkan mengenai koordinasi eksternal antar pihak terkait seperti yang dijelaskan oleh I1.1 sebagai berikut: “Kalau eksternal kita koordinasi dengan juru pelihara yang ada di lapangan saja, koordinasi tentang adanya kerusakan dan dengan yang lainnya. Kita juga koordinasi dengan arkeolog dan para ahli cagar budaya, koordinasi seputar tentang perbaikan kerusakan saja agar tidak merubah bentuk situsnya. Jika dengan dinas yang lain hanya membutuhkan perbaikan jalan, kita kerjasama juga dengan Dinas PU dan dinas-dinas lainnya yang saling berkaitan. Kemudian kami juga berkoordinasi dengan BPCB Serang tetapi tidak setiap hari dan tidak tiap bulan, seperlunya saja berkoordinasinya.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi ekternal yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupetan Pandeglang ini dengan para juru pelihara, para arkeolog, dengan dinas-dinas yang ikut terkait seperti dinas PU (Pekerjaan Umum) dan juga berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Namun koordinasi yang dilakukan dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) ini tidak berjalan secara rutin dan juga hanya berkoordinasi jika ada sesuatu yang sangat genting. Sedangkan menurut I1.2 memaparkan sebagai berikut: “Seharusnya kita berkoordinasi dengan BPCB Serang, tapi sampai saat ini setahu saya tidak pernah ada pihak BPCB yang kesini. Paling kita sering koordinasinya dengan para ahli dan arkeolog dari Bandung saja.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi eksternal ini tidak berjalan dengan baik, karena Dinas Kebudayaan dan Pariwisata seharusnya berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang,
138
namun pihaknya tidak pernah datang untuk berkoordinasi secara langsung. Pihak dinas hanya berkoordinasi dnegan para juru pelihara dan juga para arkeolog, mereka berkoordinasi seputar kerusakan atau pun yang terkait dengan situs cagar budaya. Maka dari kedua wawancara di atas didapatkan hasil bahwa koordinasi antar lembaga ini kurang terjalin dengan baik. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, khususnya pada Bidang Kebudayaan ini hanya berkoordinasi dengan arkeolog atau para ahli cagar budaya. Selain itu pula berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait, seperti Dinas PU yang bekerjasama untuk memperbaiki infrastruktur jalan menuju situs cagar budaya. Koordinasi antar lembaga lainnya yang penting yaitu antar Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Koordinasi ini seharusnya dilaksanakan setiap sebulan sekali untuk memberi informasi mengenai kerusakan atau penambahan situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang. Namun pada kenyataannya, baik dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang tidak rutin berkoordinasi. Hal ini menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam hal pengelolaan cagar budaya, sehingga situs cagar budaya tersebut banyak yang terabaikan. Hal lainnya juga dipaparkan oleh I1.3 selaku Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) sebagai berikut: “Koordinasi eksternal yang kita lakukan disini sama pemerintah daerah yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Tapi kita tidak
139
setiap saat koordinasi, jika ada kerusakan baru kita koordinasi dengan dinas. Selain itu juga kita koordinasi dengan juru pelihara, kita lebih sering koordinasi dengan juru pelihara saja, sedangkan jika dengan dinas jarang.” (wawancara dengan Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan, hari Rabu, 27 Agustus 2014 pukul 15:55 WIB di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Dari hasil wawancara di atas mengenai koordinasi atar lembaga yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang menyatakan bahwa pihaknya tidak rutin berkoordinasi dengan pihak pemerintah daerah yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang hanya berkoordinasi setiap terjadi kerusakan di situs cagar budaya. Jika tidak ada kerusakan maka koordinasi tersebut tidak berjalan dengan semestinya. Pihaknya mengakui hanya berkoordinasi langsung dengan juru pelihara yang ada di situs batu goong. Perlu diketahui bahwa situs batu goong ini telah diakui oleh pemerintah pusat dan juga telah menerima surat keputusan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung, oleh karenanya situs batu goong ini pun dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, namun pengelolaan ini hanya berkaitan dengan anggaran dan jika ada kerusakan saja sehingga selebihnya tetap dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. a. Koordinasi tiap bagian Selain koordinasi antar lembaga, dalam pengkoordinasian ini juga melibatkan koordinasi antar tiap bagian, yang dimana koordinasi tiap bagian ini
140
merupakan kegiatan pekerjaan yang terjadi di tiap bagian yang terkait. Seperti koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang kepada juru pelihara dan telah dipaparkan oleh I1.1 sebagai berikut: “Kita selalu hadir ke lapangan sebulan sekali, memantau benar atau tidak kerjanya, benar tidak dia peduli, benar tidak dia selalu koordinasi dengan masyarakat. Dan juga masyarakat disekitar itu kita wawancara juga, benar tidak juru peiharal itu bekerja dengan baik, jika tidak kita akan ganti dengan orang yang lebih peduli.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang kepada juru pelihara ini berjalan dengan baik karena setiap bulannya pihak dinas memantau cara bekerjanya juru pelihara. Hal serupa juga dipaparkan oleh I1.2 sebagai berikut: “Koordinasi paling kita dapat laporan pemeliharaan termasuk laporan kunjungan wisata. Jadi setiap bulan juru peliharanya lapor.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi tiap bagian ini berjalan dengan baik karena juru pelihara melaporkan segala sesuatu yang berkaitan dengan situs cagar budaya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan juga melaporkan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang.
141
Dari kedua hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi tiap bagian yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kepada juru pelihara ini dengan cara memantau setiap bulannya, bagaimana juru pelihara itu bekerja, memelihara dan menjaga situs cagar budaya. Tiap bulannya juga juru pelihara melaporkan kegiatannya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Jika juru pelihara tersebut tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka akan diberikan sangsi berupa pemberhentian juru pelihara dan menggantinya dengan yang lebih bertanggung jawab. 4.3.6
Reporting (Pelaporan) Reporting merupakan pimpinan yang bertanggung jawab harus selalu
mengetahui apa yang sedang dilakukan bawahannya melalui catatan, penelitian maupun inspeksi. Pelaporan juga merupakan manajemen yang berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan maupun tulisan sehingga dalam menerima laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas orang yang memberi laporan. Fungsi manajemen selanjutnya yaitu mengenai pelaporan yang telah disampaikan oleh I1.1 sebagai berikut: “Pelaporan yang ada dilakukan oleh juru pelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Juru pelihara ini melaporkan setiap bulannya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang serta kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Dalam pelaporan tersebut terdapat catatan mengenai jumlah pengunjung yang datang ke situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, selain jumlah pengunjung dalam catatan tersebut ada catatan mengenai perkembangan serta mengenai kerusakan-kerusakan yang ada di situs tersebut.” (wawancara dengan
142
Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaporan tersebut dilakukan oleh juru pelihara setiap bulannya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang untuk juru pelihara situs batu goong. Dalam pelaporan tersebut terdapat catatan mengenai jumlah pengunjung, perkembangan pengunjung yang dialami serta masalah kerusakan yang ada di situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Pelaporan ini bertujuan agar segala hal yang terjadi di lapangan atau yang terjadi di situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dapat diketahui oleh pihak dinas terkait. Selain dapat diketahui oleh pihak terkait, pelaporan ini juga bertujuan agar mengetahui tugas dan fungsi dari setiap pekerjaannya masingmasing dan mengetahui perkembangan yang terjadi di situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. a. Laporan bulanan Dalam pengelolaan hal tepenting lainnya yaitu terdapat pada proses pelaporannya. Pelaporan yang dilakukan setiap satu bulan sekali ini merupakan catatan, penelitian maupun inspeksi tiap bulannya yang diberikan kepada pimpinan. Seperti yang telah disampaikan oleh I1.1 sebagai berikut: “Ada, oleh karenanya juru pelihara itu melaporkan kepada kita khususnya di bidang kebudayaan sebulan sekali. Bagaimana keadaan keamanannya, bagaimana pengunjung, bagaimana partisipasi masyarakat terhadap benda cagar budaya.” (wawancara dengan
143
Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa juru pelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur selalu melaporkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang secara rutin yaitu sebulan sekali. Mereka melaporkan mengenai keadaan, keamanan, pengunjung yang datang, partisipasi masyarakat terhadap benda cagar budaya dan juga melaporkan kerusakan ataupun keperluan bantuan yang dibutuhkan. Hal serupa juga dipaparkan oleh I1.2 sebagai berikut: “Biasanya juru pelihara datang langsung ke kantor namun terkadang kita yang datang langsung kesana. Tapi biasanya juru pelihara member tahu melalui telepon. Kita juga setiap bulan Januari sampai Maret monitoring ke lokasi langsung.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa juru pelihara tersebut telah memberikan laporan tersebut secara lisan maupun tulisan melalui telepon. Namun pihak dinas juga melakukan pengawasan setiap bulan Januari sampai Maret. Dari kedua hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa laporan bulanan yang diserahkan oleh juru pelihara kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ini berjalan dengan baik. Antara pihak juru pelihara dan dinas saling bekerja sama dengan baik dan melaporkan setiap kegiatannya selama merawat situs cagar budaya. Pelaporan tersebut diberikan oleh juru pelihara dengan cara mengirimkan pesan singkat atau juga melaporkan
144
secara langsung ke kantor dinas. Laporan tersebut berupa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di situs tersebut. Selain kegiatan juga laporan tersebut berisi mengenai jumlah pengunjung dan juga tentang kerusakan-kerusakan yang dialami oleh situs cagar budaya. Selanjutnya mengenai pelaporan yang dilakukan oleh juru pelihara situs batu goong kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang I1.3 sebagai berikut: “Betul, juru pelihara situs batu goong selalu melaporkan kegiatan apa saja yang ada disana. Selain kegiatan juga juru pelihara melaporkan jumlah pengunjung yang datang kesana, pengunjung itu bisa dari anak sekolah SD-SMA, mahasiswa, peneliti ataupun dari dinas. Bukan cuma pengunjung yang dilaporkan oleh juru pelihara, tapi kerusakan-kerusakan yang ada disana juga dilaporkan setiap bulan ke kami.” (wawancara dengan Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan, hari Rabu, 27 Agustus 2014 pukul 15:55 WIB di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang) Dari hasil wawancara di atas bahwa laporan bulanan yang dilakukan oleh juru pelihara situs batu goong ini selalu diberikan setiap bulannya. Laporan kegiatan yang diserahkan kepada pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang sama seperti laporan bulanan yang diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Laporan tersebut berisi mengenai pengunjung yang datang baik dari anak SD (Sekolah Dasar) sampai ke anak Sekolah Menengah Atas (SMA), para mahasiswa, peneliti dan juga dari dinas yang berkunjung ke situs tersebut. Selanjutnya yaitu pola pelaporan yang telah dipaparkan oleh I 1.1 sebagai berikut: “Laporan bisa secara tulisan dan bisa berupa pesan singkat. Pesan
145
singkat itu berisi sekian jumlah pengunjungnya dan juga keadaan cagar budayanya.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pola pelaporan yang dilakukan oleh juru pelihara ini yaitu dengan cara melaporkan secara tulisan dan juga bisa berupa pesan singkat. Laporan tersebut berisi tentang keadaan situs cagar budaya dan juga jumlah pengunjung yang datang ke situs cagar budaya tersebut. Hal serupa juga telah dipaparkan oleh I1.3 sebagai berikut: “Pola pelaporan juru pelihara yang mereka serahkan ke kita itu berupa catatan yang didalamnya ada jumlah pengunjung. Selain itu pula jika mereka melaporkan adanya kerusakan, maka secara detail mereka melaporkan kepada kita, biasanya di foto terlebih dahulu bagian mana saja yang rusak setelah itu baru kita survei.” (wawancara dengan Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan, hari Rabu, 27 Agustus 2014 pukul 15:55 WIB di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pola pelaporan yang dilakukan oleh juru pelihara situs batu goong ini kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang sama seperti kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Mereka menyerahkan berupa catatan yang berisikan jumlah pengunjung, adanya kerusakan yang tercantum secara detail dan mereka foto apa saja yang rusak yang kemudian pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang akan memantau langsung ke lokasi situs batu goong.
146
Dari kedua hasil wawancara di atas, maka pola pelaporan yang dilakukan oleh juru pelihara ini berupa catatan-catatan kegiatan dan jumlah pengunjung yang datang tiap bulannya ke situs cagar budaya tersebut. Juru pelihara ini biasanya melaporkan lewat pesan singkat dan telepon. Selain jumlah pengunjung, juru pelihara juga melaporkan keadaan situs cagar budaya dan juga kerusakan yang terjadi di lokasi cagar budaya. Sehingga nantinya pihak dinas atau pun Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) akan memantau ke lokasi yang didapat ada kerusakan tersebut. Selain itu pula pemaparan lainnya dijelaskan oleh I2.1 sebagai berikut: “Untuk laporan tiap bulannya kita memberikan ke dinas bisa lewat pesan singkat atau telepon dan juga jika ada waktu kita laporan langsung ke kantor.” (wawancara dengan Juru Pelihara, hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 10.45 WIB di sekitaran situs batu goong) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pola pelaporan yang diberikan juru pelihara situs batu goong ini dengan melaporkan lewat pesan singkat ataupun telepon, bahkan jika ada waktu luang juru pelihara akan melaporkan secara langsung ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan juga Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Hal serupa juga dipaparkan oleh I2.2 sebagai berikut: “Pola pelaporannya kita memberi tahu lewat pesan singkat saja, kita member tahu jumlah pengunjung atau pejiarah yang datang ke makam Syekh Mansyur.” (wawancara dengan Juru
147
Pelihara, hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 12.10 WIB di komplek maka Syekh Mansyur) Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola pelaporan ini bisa lewat pesan singkat atau telepon tetapi tetap sesuai dengan aturan yaitu dengan melaporkan jumlah pengunjung yang datang ke komplek makam Syekh Mansyur. Dari kedua hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan dan diketahui bahwa pola pelaporan yang juru pelihara pakai itu dengan cara melaporkan lewat pesan singkat dan juga telepon. Mereka melaporkan tentang kegiatan yang ada di situs cagar budaya, jumlah pengunjung dan juga melaporkan kerusakan-kerusakan yang ada di situs tersebut. 4.3.7
Budgeting (Penganggaran) Penganggaran merupakan pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran,
perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran. Penganggaran pula bisa diartikan sebagai suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan diperoleh. Salah satu fungsi manajemen ini akan dijelaskan oleh I1.1 sebagai berikut: “Untuk penganggaran ini pihak kami telah mempunyai anggaran untuk membiayai insentif para juru pelihara, anggaran untuk kerusakan-kerusakan yang dialami oleh situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang serta anggaran untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di luar dari pengelolaan situs cagar budaya.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
148
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penganggaran yang ada untuk situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini untuk membiayai juru pelihara yang ada di Kabupaten Pandeglang, untuk membiayai kerusakan-kerusakan yang ada di situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dan juga situs-situs lainnya serta untuk mengadakan kegiatan di luar dari pengelolaan situs seperti diadakannya sosialisasi dan pelatihan. Penganggaran ini juga berasal dari APBD dan APBN karena memang untuk situs batu goong ini dibiayai oleh pemerintah pusat. a. Rencana anggaran Dalam penganggaran ada rencana anggaran yang berarti suatu anggaran atau dana yang disesuaikan dengan kegiatan. Rencana anggaran khusus yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang mengenai kerusakan dan perawatan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur akan dipaparkan oleh I1.1 sebagai berikut: “Apabila di situs tersebut ada kerusakan, maka akan kita pantau langsung. Apa saja kerusakannya maka kita data dan kita koordinasikan dengan teman-teman di lapangan, kita koordinasikan di kantor dan juga dengan pemerintah daerah, setelah itu kita ajukan. Bahwa kami membuat untuk merehab ini membutuhkan anggaran sekian, nanti ada laporan dan pertanggung jawaban dari di dinas. Jika anggaran khusus buat kerusakan tidak ada. (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran khusus untuk kerusakan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur saat ini belum ada. Hanya saja, pihak dinas perlu memantau terlebih dahulu jika di situs tersebut mengalami kerusakan, maka akan berkoordinasi dengan pihak
149
kantor dan juga pemerintah daerah. Namun dalam hal penganggaran kerusakan ini sedikit berbeda karena anggaran tersebut sudah dirincikan satu tahun sebelumnya terlebih dahulu untuk kerusakan yang sangat parah, sedangkan jika dalam tahun tersebut terdapat situs yang juga mengalami kerusakan parah, maka tidak akan diperbaiki dulu. Sehingga harus menunggu tahun berikutnya untuk menunggu anggaran tersebut. Selain itu pula mengenai anggaran khusus untuk kerusakan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini telah dipaparkan oleh I 1.2 sebagai berikut: “Ada tahun depan. Jadi kita mengusulkan duhulu ke Bapeda nanti di resmikan oleh dewan dan sudah tahu anggarannya, setelah itu baru kita kerjakan. Jika tanah tersebut merupakan tanah pemda atau lingkungan pemda kita yang bangun, kalau diatas 50 juta anggarannya harus pihak ketiga yang melaksanakan. Tapi kalo buat anggaran khusus buat kerusakan sampai saat ini tidak ada.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas maka diketahui bahwa anggaran khusus untuk kerusakan itu tidak ada, karena pihak dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melihat letak situs tersebut berapa di tanah pemerintah daerah atau bukan. Jika situs tersebut berdiri bukan di tanah milik pemerintah daerah maka penganggarannya bukan dari daerah. Maka berdasarkan hasil wawancara dengan pihak dinas mengenai rencana anggaran khusus mengenai kerusakan atau perawatan cagar budaya ini tidak ada. Pihak dinas perlu memantau terlebih dahulu sejauh mana kerusakan itu terjadi,
150
karena anggaran untuk kerusakan ini sudah terinci dalam satu tahu sebelumnya untuk benda cagar budaya yang mengalami kerusakan parah. Sedangkan jika kerusakan itu tiba-tiba datang kepada situs yang tidak terdaftar atau tidak termasuk ke dalam rincian mengalami kerusakan, maka tidak akan diberikan bantuan atau anggaran kerusakan dan harus menunggu satu tahun berikutnya untuk mendapatkan anggaran kerusakan tersebut. Selian itu faktor letaknya benda cagar budaya itu sangat penting, karena jika benda atau situs cagar budaya tersebut berada di atas tanah pemerintah daerah maka akan memudahkan situs tersebut untuk diperbaiki dan diberikan anggaran dari pemerintah daerah, namun jika benda atau situs tersebut berada di atas tanah bukan miliki pemerintah daerah maka akan dilimpahkan ke pihak ke tiga namun tetap berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Sedangkan pemaparan dari juru peliharan mengenai anggaran khusus untuk kerusakan ini disampaikan oleh I2.1 sebagai berikut: “Tidak ada, jika di situs batu goong ini mengalami kerusakan, pihak daerah dinas menyuruh untuk memperbaikinya terlebih dahulu. Naumun untuk anggaran khusus untuk kerusakan memang tidak ada.” (wawancara dengan Juru Pelihara, hari Sabtu, 5 Juli 2014 pukul 10.45 WIB di sekitaran situs batu goong) Dari hasil wawancara di atas, mengenai rencana anggara khususu yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ini maka juru pelihara tidak pernah mendapatkan anggaran khusus untuk kerusakan yang di alami di situs cagar budaya. Mereka juga menjelaskan bahwa jika ada pihak dari dinas yang datang ke situs tidak memberikan bantuan atau anggaran untuk
151
kerusakan. Akan tetapi pihak dari dinas tersebut. Juru pelihara tidak ingin jika cagar budaya yang telah mereka rawat terlihat semakin rusak dan berakibat kepada tidak adanya pengunjung. Maka dari itu juru pelihara berinisiatif untuk memperbaikinya sendiri dengan anggaran seadanya dan sangat terbatas. Selain rencana anggaran kerusakan dan perawatan juga ada anggarananggaran lain yang keluar yaitu seperti yang telah dipaparkan oleh I 1.1 sebagai berikut: “Selain kerusakan-kerusakan, kita mengadakan sosialisasi seperti ini juga tambahan tentang sarana dan prasarana juru pelihara dan tempat tersebut. Kalau sarana kita akan membelikan sapu, tempat sampah dan lainnya, jadi anggarannya ada.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rencana anggaran lainnya selain untuk kerusakan dan perawatan situs memang ada, contohnya saja anggaran untuk mengadakan sosialisasi-sosialisasi mengenai cabagr budaya, anggaran untuk membelikan alat-alat kebersihan untuk keperluan di lokasi situs cagar budaya. Jadi anggaran lainnya itu ada dan sudah direncanakan terlebih dahulu. Hal serupa pula disampaikan oleh I1.2 sebagai berikut: “Ada, kita juga selalu mengadakan sosialisai tentang cagar budaya.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
152
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa rencana anggaran itu untuk sosialisasi yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang kepada masyarakat luas mengenai cagar budaya. Sosialisasi tersebut bisa diberikan kepada para guru-guru sejarah SMP dan SMA mengenai sejarah museum dan purbakala yang ada di Banten dan juga sosialisasi mengenai Undang-undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dari kedua hasil wawancara di atas mengenai anggaran selain untuk kerusakan dan perawatan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini maka memang ada. Anggaran tersebut untuk pengadaan sosialisasi mengenai cagar budaya. Selain itu pula ada anggaran kecil untuk sarana dan prasarana seperti pembelian alat kebersihan untuk membersihkan situs cagar budaya. b. Pengawas anggaran Dalam penganggaran ini juga terdapat indikator mengenai pengawasan anggaran yang merupakan lembaga atau bidang yang mengawasi pengeluaran yang dibutuhkan oleh kegiatan yang sedang berjalan. Seperti yang disampaikan oleh I1.1 sebagai berikut: “Pengawasan hanya dari pemerintah daerah, jadi jika terjadi sesuatu hal yang kurang bermanfaat maka oleh pemerintah daerah tidak diijinkan, namun jika bermanfaat maka akan diijinkan oleh pemerintah daerah. Tidak semua program yang kita buat langsung disetujui, pasti akan ada mekanisme khusus dari pemerintah daerah.” (wawancara dengan Kepala BIdang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh pihak dinas ini yaitu hanya pemerintah daerahnya saja. Jika
153
program yang diajukan tersebut bermanfaat untuk situs cagar budaya maka akan diterima, namun jika program yang diajukan tersebut tidak bermanfaat maka tidak akan diterima oleh pemerintah daerah dan anggaran tersebut tidak akan turun atau ada. Semua yang telah disetujui juga ada mekanisme khusus dari pemerintah daerah dan tidak langsung begitu saja anggaran itu keluar tetapi aka nada prosesprosesnya. Hal lainnya disampaikan oleh I1.2 sebagai berikut: “Kita serahkan ke konsultan. Kita tidak tahu biayanya berapa jadi di hitung terlebih dahulu anggarannya oleh konsultan.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan anggran ini dilakukan oleh konsultan. Biaya anggarannya pun diketahui oleh konsultan, karena memang yang memantau mengenai jenis kerusakan dan apa saja yang dibutuhkan itu adalah konsultan cagar budaya. Namun tetap dipantau juga oleh dinas dan dinas mengetahui hal tersebut karena mereka bekerja sama untuk membangun dan merawat situs cagar budaya yang sudah rusak. Dari kedua hasil wawancara di atas mengenai pengawasan anggaran yaitu bahwa semua pengawasan oleh pemerintah daerah dan juga konsultan. Setiap anggaran yang akan dirincikan akan di serahkan atau ditunjukkan terlebih dahulu kepada pemerintah daerah. Jika anggaran tersebut sangat penting dan sifatnya tidak menghamburkan anggaran maka akan disetujui, sebaliknya jika anggaran
154
tersebut tidak terlalu penting dan tidak ada manfaatnya maka anggaran tersebut tidak akan ada. Tidak semua program yang diajukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang pasti langsung disetujui, pasti harus melalui tahap-tahap terlebih dahulu. Selain itu pula, pengawasan anggaran ini dilakukan oleh konsultan cagar budaya yang mengerti kerusakan apa saja yang terjadi di situs cagar budaya. Indikator yang terakhir yaitu mengenai darimanakah anggaran yang di dapat untuk situs cagar budaya tersebut di dapat. Sebagai mana yang telah disampaikan oleh I1.1 sebagai berikut: “Anggarannya itu dikelola oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Jika kita merasa berat untuk memperbaikinya maka akan kita serahkan ke pemerintah pusat dan tergantung kerusakannya saja. Tetapi jika ringan oleh pemerintah daerah. Dari UU No. 11 tahun 2010 tentang cagar budaya juga sudah dijelaskan bisa dikelola oleh pemerintah daerah dan pusat.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasi wawancara di atas, maka anggaran tersebut di dapatkan dari pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat. Sebagaimana tingkatan dari situs cagar budaya, jika berada dibawah pemerintah pusat maka akan dianggarkan dari APBD dan jika cagar budaya tersebut berada dibawah pemerintah pusat maka dianggarkan dari APBN. Hal lainnya disampaikan oleh I1.3 sebagai berikut: “Untuk situs batu goong ini anggarannya dari pemerintah pusat, tetapi jika tahun ini tidak ada anggaran untuk situs batu goong, maka tidak akan kami anggarkan. Tetapi diserahkan ke pemerintah daerah.” (wawancara dengan Kasi Perlindungan, Pengembangan dan
155
Pemanfaatan, hari Rabu, 27 Agustus 2014 pukul 15:55 WIB di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penganggaran untuk situs batu goong ini dari pemerintah pusat. Tetapi sebagaimana dengan rencana anggarannya, jika untuk tahun ini tidak dianggarkan kepada situs batu goong, maka tidak akan mendapatkan anggaran dan harus menunggu tahun berikutnya atau anggaran tersebut dilakukan oleh pemerintah daerah. Maka dari kedua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran untuk kerusakan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini di dapat dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagaimana yang sudah tercantum di Undang-undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Untuk situs batu goong ini karena sudah diakui oleh pemerintah pusat yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung yang pengelolaannya berada di bawah UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang maka untuk anggaran kerusakan situs batu goong ini diterima dari pemerintah pusat. Namun jika pemerintah pusat tidak memberikan anggaran untuk situs batu goong, maka akan dilimpahkan kepada pemerintah daerah yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Sedangkan untuk komplek makam Syekh Mansyur anggarannya tetap oleh pemerintah daerah atau dari APBD.
156
4.4 Pembahasan Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Peneliti dalam penelitiannya ini menggunakan teori dari beberapa ilmuan mengenai fungsi-fungsi manajemen. Kabupaten Pandeglang merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Banten. Pandeglang adalah daerah yang tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah Provinsi Banten. Mulai dari masa prasejarah hingga masa sekarang. Peninggalan ini dilindungi dan diatur oleh Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Cagar budaya ini dikelola oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang bertanggung jawab dalam hal pelestarian, pengawasan, perlindungan, pengembangan dan juga pemanfaatan. Situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur merupakan cagar budaya yang dikelola oleh pemerintah daerah kabupaten Pandeglang. Namun, situs batu goong juga ikut dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang karena situs batu goong ini telah diakui oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, namun pengelolaannya tetap oleh pemerintah daerah dalam arti kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang tidak melakukan kegiatan secara langsung turun ke situs batu goong tersebut secara rutin, akan tetapi pihak dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) ini menempatkan juru pelihara yang bertugas untuk merawat, memelihara, menjaga, melestarikan dan juga memberikan informasi mengenai asal mula atau sejarah situs cagar budaya tersebut dan juga mengelola hanya dalam hal penganggaran kerusakan saja. Dalam manajemen pengelolaan
157
situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Dalam pembahasan ini peneliti menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen menurut Luther Gullick menurut Handoko (2003:11) yang meliputi 1) Planning, 2) Organizing, 3) Staffing, 4) Directing, 5) Coordinating dan 6) Reporting, 7) Budgeting. 1. Planning (Perencanaan) Perencanaan merupakan langkah awal dalam suatu pengelolaan dimana perencanaan ini sangat menentukan keberhasilan dalam suatu pengelolaan. Pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Langkah pertama dalam perencanaan ini terdapat tujuan dimana dalam sub indikator ini membahas mengenai sesuatu yang diinginkan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dan ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Tujuan yang telah direncanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dalam mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini yaitu diantaranya menjaga, memelihara, melestarikan dan merawatnya agar tetap bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal tersebut mengacu pada Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, karena isi dari undang-undang tersebut memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan budaya yang harus dilestarikan. Berdasarkan hasil observasi mengenai tujuan perencanaan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
158
Pandeglang, maka didapatkan bahwa tujuan tersebut belum maksimal karena pihak dinas yang belum mengerti apa yang seharusnya mereka rumuskan dalam pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini. Tujuan yang dirumuskan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dalam hal pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini hanya menginginkan situs tersebut dijaga, dirawat serta dilestarikan. Hal lainnya yang berkenaan dengan hal perencanaan ini tidak dirumuskan oleh pihak dinas dan tujuannya pun hanya sekedar ingin menjaga, merawat dan melestarikan saja. Sehingga dalam rencana kerja tahun 2014 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang pun tidak terdapat tujuan untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, sehingga dalam perencanaan ini tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik serta sarana dan prasarana yang tersedia untuk masyarakat dari pihak pemerintah daerahnya tidak ada. Agar tujuan pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini bisa tercapai sesuai dengan keinginan, maka pihak pemerintah daerah dan utusan dari pemerintah pusat yaitu UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang ini mengutus seorang juru pelihara. Juru pelihara ini diutus secara langsung oleh pemerintah daerah sebagai orang yang mengurus situs yang ada. Juru pelihara ini juga diperintah untuk dapat menjaga, memelihara, merawat serta melestarikan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Setiap juru pelihara ini diharuskan untuk merawat situs yang ada dan juga harus mengetahui sejarah dari situs tersebut. Dengan dirawatnya situs batu goong dan komplek
159
makam Syekh Mansyur ini diharapkan bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat yang berkunjung. Pemeliharaan ini dilakukan oleh para juru pelihara sesuai dengan amanat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, namun disisi lain pemeliharaan ini juga sangat membutuhkan bantuan dan bukan secara utuh pemeliharaan tersebut dilakukan oleh juru pelihara. Pihak dari dinas juga seharusnya ikut berpartisipasi dalam pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini dan tidak diserahkan begitu saja kepada juru pelihara. Setidaknya ada pihak dari dinas yang ikut untuk merawat situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur serta memantau secara langsung apa yang terjadi di cagar budaya tersebut. Sehingga tujuan yang sudah direncanakan tersebut bisa terlaksana sesuai dengan keinginan dan sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pihak bidan kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Dalam perencanaan selain harus mempunyai tujuan yang intinya untuk merumuskan suatu keinginan sesuai dengan rencana, maka ada pula indikator lainnya yaitu mengenai program. Dimana program tersebut merupakan suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret. Program yang telah direncanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang diantaranya yaitu mengenai adanya bantuan untuk juru pelihara yaitu berupa uang insentif yang diberikan setiap 6 bulan sekali dengan kisaran sebesar Rp 60.000,- sampai Rp 100.000,- per bulannya. Selain itu pula adanya perawatan dan pemeliharaan situs batu goong dan komplek makam Syekh
160
Mansyur atau program mengenai museum purbakala dan jarahnitra sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada di bidang kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Serta program lainnya yang berkaitan dengan sarana dan prasarana situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Program yang sudah direncanakan sesuai dengan pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini harus mempunyai tujuan yang akhirnya bisa dicapai dan bisa memberikan manfaat serta efek positif bagi pihak dinas, juru pelihara dan juga bagi masyarakat yang datang berkunjung ke situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur tersebut. Program-program yang telah direncanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandgelang ini sudah direncanakan secara matang, oleh karenanya program yang tercantum tersebut dapat memberikan manfaat bagi seluruh yang berkaitan dalam pengelolaan situs cagar budaya ini. Dalam pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini program yang telah direncanakan oleh pihak dinas tidak sepenuhnya telah direalisasikan. Karena dalam hasil observasi lapangan, peneliti mendapatkan bahwa program mengenai uang insentif bagi para juru pelihara tersebut masih terhambat dan honor tersebut tidak sesuai dengan apa yang telah tercantum. Selain itu pula dalam hal perawatan dan pemeliharaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, peneliti mendapatkan hasil dari wawancara dan juga observasi lapangan bahwa program tersebut tidak berjalan, bahkan tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik selayaknya situs yang telah dirawat dan dipelihara oleh para pengelolanya. Sarana dan prasarana yang tersedia pun sangat
161
memperihatinkan dan tidak memberikan kenyamanan bagi para pengunjung yang datang ke tempat situs tersebut. Contohnya saja pada situs batu goong yang telah di programkan oleh pihak dinas untuk membenahi cungkup yang rusakdan juga pagar yang mengelilingi situs batu goong tersebut sampai saat ini tidak ada tindakan dan tidak dirawat serta dipelihara secara keseluruhan oleh dinas terkait sehingga perawatan keseluruhannya itu dilakukan oleh juru pelihara bahkan sampai kepada perbaikan kerusakan yang terjadi di situs batu goong itu dilakukan oleh juru pelihara yang dananya tersebut di dapatkan dari para pengunjung yang datang. Sedangkan pada komplek makam Syekh Mansyur sampai saat pihak dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang tidak memiliki program untuk pengelolaan dan perawatan komplek makam Syekh Mansyur. Dalam hal perawatan komplek makam Syekh Mansyur ini dilakukan oleh juru pelihara dan juga para ulama yang ada di makam Syekh Mansyur tersebut. Serta dana untuk pemeliharaan dan perawatan komplek makam Syekh Mansyur ini pula didapatkan dari para pejiarah yang datang ke makam Syekh Mansyur ini. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang juga tidak memiliki program yang bisa diunggulkan dan juga bisa mempromosikan pariwisata, kebudayaan dan juga bisa mengangkat harkat dan martabat Kabupaten Pandeglang sebagai sebuah Kabupaten yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dan juga pariwisata dalam sektor kebudayaan. Program yang telah direncanakan tersebut sama seperti program-program yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.
162
Maka perencanaan dalam pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan oleh UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang memiliki sub indikator tujuan dan program ini belum dijalankan secara maksimal. Hal ini dikarenakan tujuan yang direncanakan tersebut hanya untuk merawat, memelihara, dan menjaga situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, sedangkan tujuan pengelolaan yang lainnya tidak ada seperti untuk mempromosikan situs cagar budaya agar lebih menarik para pengunjung sehingga dapat menambah sektor pariwisata bagi Kabupaten Pandeglang. Tujuan yang telah direncanakan tersebut juga dalam kenyataannya tidak sesuai dan belum dilaksanakan secara maksimal. Pihak dinas juga tidak ikut berpartisipasi secara langsung turun ke lapangan dalam pengelolaan dan pemeliharaan situs ini dan lebih menyerahkan segala urusannya kepada juru pelihara. Seolah-olah pihak dinas lepas tangan untuk pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini, seharusnya dalam tujuan itu merupakan kerjasama antar semua pihak yang terkait agar dapat mencapai suatu keinginan. Dalam program pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur juga tidak tercantum dalam rencana jangka pendek, rencana jangka panjang dan rencana jangka menengah. Hal ini dikarenakan terdapat programprogram yang sudah direncanakan di tahun sebelumnya namun masih ada untuk tahun berikutnya. Sehingga dalam pengelolaan situs ini tidak ada perubahan yang berbeda dan hanya sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
163
2. Organizing (Pengorganisasian) Di dalam manajemen juga terdapat adanya pengorganisasian yang dimana pengorganisasian
ini
merupakan
menetapkan
struktur
formal
daripada
kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengorganisasian ini sangat berkaitan erat dengan perencanaan, karena dengan adanya organisasi inilah perencanaan tersebut bisa berjalan dan bisa mencapai tujuannya sesuai dengan keinginan. Dalam manajemen pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang terlibat dalam kepengurusan situs ini yaitu diantara lain ada dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Bidang Kebudayaan, Kasi Muskala dan Jarahnitra, BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Serang, juru pelihara dan juga orang yang ahli di bidang benda cagar budaya dan arkeolog. Pekerjaan yang sudah dibagi-bagikan untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini pun sudah dijalankan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang masing-masing pekerja terima dan itu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. 3. Staffing (Penyusunan Pegawai) Penyusunan pegawai juga sangat berkaitan denga perencanaan dan pengorganisasian dalam pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Penyusunan pegawai menjelaskan mengenai keseluruhan fungsi daripada kepegawaian sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan
164
memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan. Dalam penyusunan pegawai ini, memiliki indikator yaitu penempatan pegawai sesuai dengan ahlinya yang artinya melengkapkan fungsi pekerjaan dengan pegawai yang mempunyai ahli di bidangnya. Penempatan pegawai untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini sudah diputuskan oleh pemerintah daerah yang dimana para pegawai ini sudah diberi surat keputusan penempatan kerja sesuai dengan SK Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sudah menerima uraian tugasnya masing-masing yang telah tercantum pada Peraturan Bupati Pandeglang No. 14 tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pandeglang Kabupaten Pandeglang. para pegawai dinas yang sudah ditempatkan tersebut nantinya harus bisa mempertanggung jawabkan segala pekerjaannya. Namun berdasarkan observasi lapangan didaptkan bahwa Kasi muskala dan jarahnitra yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ini belum begitu mengerti mengenai manajemen pengelolaan untuk situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang. Mungkin karena hal ini lah yang menghambat perencanaan dalam pengelolaan dan perawatan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur sehingga perencanaan tersebut masih harus banyak dibenahi dan dikaji lebih lanjut agar tujuan dan program yang diinginkan bisa tercapai. Sedangkan untuk penempatan juru pelihara sendiri telah ditetapkan langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. juru pelihara ini yang nantinya menjaga, merawat dan melestarikan situs batu goong
165
dan komplek makam Syekh Mansyur. Untuk juru pelihara ini memiliki beberapa kiteria yaitu berdomisili dekat dengan objek situs cagar budaya, karena jika juru pelihara tersebut rumahnya jauh dari objek maka tidak terjaga dengan baik situs yang ada, usianya yang layak kerja antara 18-56 tahun, lulusan atau mempunyai ijazah SD-SMA dan juga sangat menguasai sejarah situs cagar budaya untuk memberikan informasi kepada para pengunjung yang datang dan juga bisa secara turun temurun untuk menjadi juru pelihara ini. 4. Directing (Pembinaan Kerja) Dimensi manajemen selanjutnya yaitu pembinaan kerja yang masih berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian dan juga dengan penempatan pegawai. Pembinaan kerja yaitu tugas yang terus menerus di dalam pengambilan keputusan yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha/organisasi. Dalam pembinaan kerja ini terdapat indikator mengenai pembinaan kerja yang memiliki arti suatu hal yang akan membuat seorang pegawai menjadi lebih baik. Pembinaan kerja yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk merawat dan memelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini dinyatakan belum ada dan belum dilaksanakan sampai dengan saat ini. Padahal dengan adanya pembinaan pegawai ini akan menjadikan para pegawai lebih mengerti mengenai perawatan, pemeliharaan dan pelestarian situs dengan cara yang benar dan tidak mengurangi bentuk ke aslian dari situs tersebut.
166
Pembinaan pegawai ini tidak hanya untuk para juru pelihara, namun juga untuk para pegawai yang bekerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Karena para pegawai dinas juga berhak mengetahui cara perawatan dan pemeliharaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dan bukan hanya sekedar teori saja yang mereka mengerti namun juga harus ikut berpartisipasi secara langsung terjun ke lapangan. Juru pelihara diberikan pembinaan pada tahun 2013 mengenai bagaimana merawat, menjaga dan melestarikan situs cagar budaya tersebut. Pelatihan dan pembinaan itu juga sekaligus sosialisasi mengenai Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Selain juru pelihara, yang ikut sosialisasi mengenai pelatihan ini juga yaitu para camat agar mengetahui bagaimana cara merawat situs cagar budaya dengan baik dan bisa ikut melestarikan cagar budaya agar tidak punah. Dalam
manajemen
yang meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
penempatan pegawai dan pembinaan kerja ini sangat berkaitan erat karena perencanaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dalam mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini belum dijalankan secara maksimal. 5. Coordinating (Pengkoordinasian) Selanjutnya dalam manajemen ini terdapat pengkoordinasian yang dimana memiliki arti kewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan daripada pekerjaan. Selain itu, koordinasi juga merupakan suatu usaha yang singkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
167
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Apalagi situs batu goong ini di koordinasi oleh 2 dinas yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang serta UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Dengan adanya koordinasi yang dilakukan oleh 2 dinas ini, maka dalam pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur diharapkan bisa berjalan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan. Namun pada kenyataannya di lapangan pada saat wawancara, koordinasi tersebut tidak berjalan antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Antara kedua dinas ini terjadi kesalahan dalam pengelolaan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata membernarkan bahwa pihaknya tidak pernah berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, begitu pun sebaliknya. Mereka hanya berkoordinasi dengan juru pelihara yang ada di situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Selain itu pula, pihak dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang berkoordinasi dengan diansdinas lainnya seperti dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk bekerjasama untuk memperbaiki infrastruktur jalan menuju situs cagar budaya. Kemudian juga pihak dinas tersbeut sering berkoordinasi dengan para arkeolog dan juga para ahli cagar budaya, karena para ahli cagar budaya ini lebih mengerti mengenai tata letak dan struktur daripada peninggalan jaman prasejara tersebut.
168
Sedangkan koordinasi yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang ini hanya dengan para juru pelihara situs batu goong. Karena situs batu goong ini telah diakui oleh pemerintah pusat, maka pengelolaannya juga dilakukan oleh 2 dinas. Namun pihak pengelola yang sebenarnya tetap ada pada pemerintah daerah. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang berkoordinasi dengan juru pelihara mengenai informasi atau melaporkan segala kegiatannya yang telah terjadi di situs batu goong tersebut kepada pihak Balai Pelestarian Carra Budaya (BPCB) Serang. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang hanya sesekali saja berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Pihaknya berkoordinasi mengenai anggaran kerusakan dan jika anggaran tersebut tidak bisa dicairkan oleh pemerintah daerah, maka akan berkoordinasi dan meminta bantuan kepada pemerintah pusat dan begitupun sebaliknya. Koordinasi yang seperti inilah yang membuat pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dalam perawatan dan pemeliharan menjadi terganggu dan mnejadi terhambat yang bisa berdampak kepada berkurangnya para pengunjung yang datang ke masing-masing situs. Selain itu pula dengan tidak adanya koordinasi ini menjadikan perawatan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini tidak berjalan dengan baik dan tidak diperhatikan oleh pihak terkait. Koordinasi ini seharusnya bisa berjalan secara rutin, agar segala macam masalah yang terjadi di lapangan akan terselesaikan sesuai dengan rencana.
169
6. Reading (Pelaporan) Dalam
fungsi
manajemen
dimensi
pelaporan
berkaitan
dengan
pengkoordinasian. Reading merupakan merupakan manajemen yang berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian demean tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan maupun tulisan sehingga dalam menerima laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas orang yang memberi laporan. Laporan ini diserahkan setiap sebulan sekali oleh juru pelihara kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan juga BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Serang. Laporan itu merupakan catatan, penelitian maupun inspeksi tiap bulannya yang diberikan kepada pimpinan. Antara pihak juru pelihara dan dinas saling bekerja sama dengan baik dan melaporkan setiap kegiatannya selama merawat situs cagar budaya. Pelaporan tersebut diberikan oleh juru pelihara dengan cara mengirimkan pesan singkat atau juga melaporkan secara langsung ke kantor dinas. Dalam laporan tersebut selain berisi kegiatankegiatan juga berisi mengenai jumlah pengunjung yang diantaranya pengunjung umum, anak SD (Sekolah Dasar) sampai ke anak Sekolah Menengah Atas (SMA), para mahasiswa, peneliti dan juga dari dinas yang berkunjung ke situs tersebut dan juga tentang kerusakan-kerusakan yang dialami oleh situs cagar budaya. Pelaporan ini dilakukan oleh juru pelihara agar dapat memberikan informasi kepada dinas terkait dan juga dinas terkait tersebut bisa mengontrol secara langsung dan juga meberikan bantuan secara langsung kepada situs batu
170
goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Pelaporan ini biasanya dilakukan dengan cara mendatangi langsung kepada ke 2 dinas tersebut atau juga dengan cara mengirim surat atau memberitahukan lewat pesan singkat atau telpon. Dengan melaporkan ke kedua dinas tersebut diharapkan bisa saling berkoordinasi dengan baik dan juga bisa mengetahui apa saja masalah, kekurangan dan kerusakan yang terjadi di situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam pengelolaan, perawatan serta pemeliharaan situs cagar budaya ini. 7. Budgeting (Penganggaran) Selanjutnya yang terakhir dalam fungsi manajemen yaitu adanya penganggaran. Dimana penganggaran ini merupakan suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan diperoleh. Dalam penganggaran ada rencana anggaran yang berarti suatu anggaran atau dana yang disesuaikan dengan kegiatan. Rencana anggaran khusus yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang mengenai kerusakan pemeliharaan dan perawatan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Anggaran khusus untuk kerusakan situs sampai saat ini belum ada. Pihak dinas perlu memantau terlebih dahulu jika di situs tersebut mengalami kerusakan, maka akan berkoordinasi dengan pihak kantor dan juga pemerintah daerah. Dalam anggaran kerusakan ini juga sedikit berbeda karena anggaran tersebut sudah dirincikan satu tahun sebelumnya terlebih dahulu untuk kerusakan yang sangat
171
parah, sedangkan jika dalam tahun tersebut terdapat situs yang juga mengalami kerusakan parah, maka tidak akan diperbaiki dulu. Sehingga harus menunggu tahun berikutnya untuk menunggu anggaran tersebut. Selain itu pula, jika lokasi berdirinya situs tersebut berada di tanah pemerintah daerah maka anggarannya juga akan keluar dari pemerintah daerah. Juru pelihara di situs batu goong membenarkan dengan tidak adanya anggaran khusus untuk kerusakan situs, karena pada kenyataannya mereka memperbaiki kerusakan tersebut dengan anggaran sendiri dan sangat terbatas walaupun pihak dari dinas datang ke lokasi cagar budaya. Sedangkan selain anggaran untuk kerusakan, ada pula anggaran untuk kebutuhan lainnya. Anggaran tersebut untuk pengadaan sosialisasi mengenai cagar budaya. Selain itu pula ada anggaran kecil untuk sarana dan prasaran seperti pembelian alat kebersihan untuk membersihkan situs cagar budaya. Kemudian ada indikator pengawasan anggaran yang dimana artinya yaitu lembaga atau bidang yang mengawasi pengeluaran yang dibutuhkan oleh kegiatan yang sedang berjalan. Pengawasan anggaran ini dilakukan oleh pemerintah daerah dan juga konsultan. Setiap anggaran yang akan dirincikan akan di serahkan atau ditunjukkan terlebih dahulu kepada pemerintah daerah. Tidak semua program yang diajukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang pasti langsung disetujui, pasti harus melalui tahap-tahap terlebih dahulu. Jika anggaran tersebut bermanfaat untuk situs cagar budaya dan masyarakat maka akan
172
dikabulkan, namun sebaliknya jika pengajuan anggaran tersebut tidak bermanfaat maka tidak akan dikabulkan oleh pemerintah daerah. Indikator yang terakhir yaitu mengenai anggaran yang di dapat untuk situs cagar budaya tersebut di dapat dari mana? Anggaran tersebut didaptkan dari pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat, karena cagar budaya tersebut bisa ditingkatkan dan jika tingkatan tersebut berapa di pemerintah pusat, maka anggarannya dari APBN sedangkan jika tingkatan cagar budaya tersebut berada di pemerintah daerah, maka anggarannya dapat dari APBD. Sedangkan untuk situs batu goong ini mendapatkan anggaran dari pemerintah pusat, tetapi jika untuk tahun ini tidak dianggarkan kepada situs batu goong, maka tidak akan mendapatkan anggaran dan harus menunggu tahun berikutnya atau anggaran tersebut dilakukan oleh pemerintah daerah.
173
Tabel 4.2 Temuan Lapangan Temuan Lapangan Planning (Perencanaan) a. Tujuan
1. Situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur
dikelola untuk dirawat, dijaga dan dilestarikan karenan merupakan peninggalan masa prasejarah sesuai dengan Undang-Undang No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang
hanya melakukan perawatan yang sama setiap tahunnya, sehingga pengelolaan tersebut dirasa tidak ada perubahan sama sekali dan tidak dapat meningkatkan perekonomian daerah. 3. Tidak
adanya perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang untuk pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur.
4. Kurangnya perhatian dan bantuan secara langsung oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk perawatan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. 5. Tanggapan masyarakat yang positif ditunjukkan karena
pihak dinas telah menajdikan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur tersebut sebagai cagar budaya. Sedangkan hal lainnya masyarakat beranggapan bahwa pihak dinas juga kurang berpartisipasi dalam pengelolaan situs dan menyerahkan seluruhnya kepada juru pelihara, bahkan jika ada kerusakan sekalipun. b. Program
6. Pihak dari dinas menyerahkan seluruhnya kepada juru
pelihara. Dan juru pelihara mengeluhkan bahwa perawatan tersebut dilakukan seadanya karena pemerintah daerah tidak memberikan bantuan untuk perawatan situs sehingga membuat para penunjung tidak merasa nyaman. 7. Setiap tahun dinas membuat program mengenai museum
purbakala dan jarahnitra, antara lain pemberian uang insentif kepada juru pelihara, dan juga program untuk pembangunan saran dan prasarana cagar budaya terutama pembuatan bangunan cagar budaya. Namun pada kenyataannya tidak terealisasikan. 8. Dengan menambahkan bantuan untuk pengelolaan situs
batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur.
174
Organizing (Pengorganisasian) c. Penempatan tugastugas pegawai
9. Kepengurusan dalam pengelolaan situs batu goong dan
komplek makam Syekh Mansyur ini oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan juga BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Serang.
10. Tugas yang sudah diberikan tersebut sudah dilaksanakan
secara maksimal. Karena itu merupakan tanggung jawab tiap-tiap pegawainya. Staffing (Penyusunan Pegawai) d. Penempatan pegawai sesuai dengan ahlinya
11. Dalam perekrutan juru pelihara ini harus terlebih dahulu
mengetahui sejarah asal mula situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, selain mengetahui sejarah juru pelihara ini harus mau merawat dan menjaga situs cagar budaya dan juga dengan adanya unsur kekerabatan atau secara turun temurun. 12. Kriteria
khusus untuk menjadi juru pelihara yaitu berdomisili dekat dengan objek situs cagar budaya, usianya yang layak kerja antara 18-56 tahun, lulusan atau mempunyai ijazah SD-SMA dan juga sangat menguasai sejarah situs cagar budaya karena untuk memberikan informasi kepada para pengunjung yang datang dan juga bisa secara turun temurun. Directing (Pembinaan Kerja)
e. Pembinaan pegawai
13. Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pandeglang sampai saat ini belum diberikan pembinaan mengenai situs cagar budaya, oleh karenanya pihak dinas menyerahkan segala urusan situs kepada juru pelihara. f. Pelatihan pegawai
14. Pelatihan untuk juru pelihara diadakan pada tahun 2013
yang dimana dalam pelatihan tersebut diberikan arahan untuk menjaga, merawat dan memelihara situs cagar budaya dengan benar dan tidak merubah keaslian dari situs cagar budaya. 15. Diberikannya pelatihan untuk juru pelihara ini agar
mengetahui uraian tugas yang harus dilaksanakan oleh juru pelihara. Coordinating (Pengkoordinasian) g. Koordinasi tiap lembaga
16. Koordinasi yang dilakukan oleh pihak dinas dengan Balai
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang tidak berjalan secara rutin yang mengakibatkan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini terabaikan dan tidak diperhatikan secara teratur. 17. Pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang
hanya berkoordinasi dengan juru pelihara setiap bulannya.
175
Sedangkan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Serang tidak rutin. Koordinasi yang terjadi hanya pada saat tertentu, sehingga kegiatan yang dilakukan oleh dinas tidak diketahui oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang begitupun sebaliknya.
h. Koordinasi tiap bagian
18. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang
i. Laporan Bulanan
19. Juru pelihara memberikan laporan setiap bulannya kepada
selalu berkoordinasi dengan juru pelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Mereka berkoordinasi mengenai adanya kerusakan ataupun kekurangan yang dialami situs cagar budaya tersebut, serta melaporan kegiatan setiap bulannya. Reporting (Pelaporan) dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten pandeglang dan juga Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Laporan itu merupakan catatan, penelitian maupun inspeksi tiap bulannya yang diberikan kepada pimpinan. Antara pihak juru pelihara dan dinas saling bekerja sama dengan baik dan melaporkan setiap kegiatannya selama merawat situs cagar budaya. 20. Pola pelaporan yang diberikan oleh juru pelihara kepada
dinas terkait yaitu dengan cara mengirimkan pesan singkat atau juga melaporkan secara langsung ke kantor dinas. Dalam laporan tersebut berisi mengenai jumlah pengunjung yang datang baik dari kalangan umum, anak sekolah, mahasiswa, peneliti maupun dari para pegawai dinasnya. Budgeting (Penganggaran) j. Rencana anggaran
21. Tidak adanya anggaran khusus untuk perawatan kerusakan
yang dialami oleh situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. 22. Anggaran
kerusakan itu harus dirincikan setahun sebelumnya, jadi jika ada kerusakan yang dialami oleh situs batu goong tetapi anggaran itu tidak ada, maka harus menunggu setahun kemudian dan harus dirincikan terlebih dahulu, walaupun keadaan di situs batu goong itu sudah sangat memperihatinkan.
23. Selain anggaran untuk kerusakan, ada anggaran lain yang
muncul yaitu anggaran untuk sosialisasi mengenai cagar budaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Paiwisata Kabupaten Pandeglang. k. Pengawasan anggaran
24. Pemerintah
daerah dan konsultan selaku pengawas anggaran situs cagar budaya. Dalam hal ini pemerintah daerah tidak mengabulkan semua program yang diajukan
176
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, namun harus dipilih terlebih dahulu mana yang sangat penting dan yang tidak terlalu penting. 25. Anggaran pengelolaan situs batu goong dan komplek
makam Syekh Mansyur ini didapat dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, karena cagar budaya tersebut bisa ditingkatkan dan jika tingkatan tersebut berapa di pemerintah pusat, maka anggarannya dari APBN sedangkan jika tingkatan cagar budaya tersebut berada di pemerintah daerah, maka anggarannya dapat dari APBD. Situs batu goong sendiri mendapatkan anggaran dari pemerintah pusat, namun jika untuk tahun ini tidak dianggarkan kepada situs batu goong, maka tidak akan mendapatkan anggaran dan harus menunggu tahun berikutnya atau anggaran tersebut dilakukan oleh pemerintah daerah.
177
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten sebagai warisan atau peninggalan cagar budaya belum berjalan dengan baik, dan masih perlu pembenahan dalam berbagai aspek. Saat ini yang melakukan pengelolaan penganggaran situs batu goong yaitu Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang namun untuk pengelolaan sama seperti komplek makam Syekh Mansyur yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Hasil analisis manajemen pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini sebagai berikut: Pertama, dalam perencanaan dan pemeliharaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini belum maksimal karena dalam perencanaan tersebut tidak terdapat perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pemeliharaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur serta program yang tidak bisa diunggulkan untuk bisa menjadikan Kabupaten Pandeglang dikenal sebagai kabupaten yang mempunyai sejarah dan kebudayaan yang tinggi dan juga bisa mengangkat harkat dan martabat Kabupaten Pandeglang. Pengorganisasian di dalam struktur perencanaannya pun harus tersusun serta harus diberikan pembinaan kerja secara baik dan rutin agar situs
177
178
batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ini tetap terpelihara dengan baik jangan sampai rusak, punah atau bahkan menghilangkan bentuk ke aslian dari pada situs tersebut. Kedua, koordinasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang tidak berjalan dengan rutin. Sehingga berakibat pada perawatan situs batu goong. Selain itu, pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang hanya berkoordinasi dengan juru pelihara saja dengan cara melaporkan setiap bulannya kepada pihak terkait. Pihak dinas seharusnya saling berkoordinasi agar pengelolaan ini berjalan sesuai dengan perencanaan awal sehingga sampai kepada keinginan yang dicapai. Bukan hanya pihak dinas, namun dengan juru pelihara dan para arkeolog yang mengerti tentang cagar budaya juga harus saling berkoordinasi. Dengan kurangnya koordinasi yang dilakukan oleh pihak dinas tersebut, maka berakibat dengan kurang terpelihara dan terawatnya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dan juga terjadi kekeliruan dalam pengelolaan anggaran ataupun perawatannya. Ketiga, anggaran khusus untuk pemeliharan kerusakan yang terjadi di situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini belum dimiliki sampai saat ini. Anggaran yang diberikan saat ini hanya untuk perawatan situs yang merupakan dana dari APBD dan APBN.
179
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa rekomendasi yaitu: 1. Pemerintah daerah dan pemerintah pusat diharapkan dapat memberikan perhatian dan bantuan terhadap pengelolaan serta pengawasan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dan segera memulai pengembangan situs cagar budaya mulai dari promosi dan publikasi kepada masyarakat. 2. Adanya koordinasi dan keterbukaan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, agar tidak terjadi kekeliruan dalam mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. 3. Pihak pengelola perlu memasukkan anggaran khusus untuk pemeliharaan kerusakan di dalam perubahan pengajuan anggaran situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur sebelum disahkan oleh pemerintah daerah.
180
DAFTAR PUSTAKA
Buku: A.J, Muljadi. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Pers Handayaningrat, Suwarno. 1990. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Gunung Agung Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BFEE-Yogyakarta Hasibuan, Malayu. 2011. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara Moleong, Lexy. 2006. Rosda Karya
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Partono. 2002. Industri Pariwisata. Pandeglang Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Prespektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media Pendit, Nyoman. 2006. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradya Pariwisata Ratminto & Atik Septi.W. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusadi, Ruslan. 1998. Manajemen Publik Reletion dan Media Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Siagian, P. Sondang. 2008. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara Siswanto. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.. Bandung: Alfabeta. Terry, George dan Leslie W. Rue. 2007. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
19 xi
181
Dokumen dan Perundang-undangan: Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten 2008, Edisi Revisi II Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1992 Tentang Cagar Budaya Sumber lainnya: (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan) diakses pada hari Sabtu, 5 April 2014 pukul 15.30 Andrea Angelina Cipta Wijaya dengan Judul Skripsi Perlindungan Hukum Terhadap Benda Cagar Budaya Di Kota Malang Tahun 2014 Universitas Brawijaya (diakses pada hari Minggu, 20 April 2014) Rahma Noor Itiqomah dengan Judul Skripsi Kinerja Dinas Tata Ruang Kota Surakarta Dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Tahun 2010 Universitas Sebelas Maret (diakses pada hari Minggu, 20 April 2014)
xii
182
LAMPIRAN
183
Kisi-Kisi Wawancara Untuk Dinas Terkait dengan Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur Berikut ini merupakan kisi-kisi wawancara untuk dinas terkait yaitu Kepala Bidang Kebudayaan (I1.1), Kasi Muskala dan Jarahnitra (I1.2) dan Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang (I1.3). adapun indikator pertanyaannya yaitu sebagai berikut: 1. Planning (Perencanaan) a. Tujuan 1) Apa tujuan yang melatarbelakangi dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? 2) Apa yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? 3) Tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran? 4) Apakah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memberikan bantuan langsung untuk situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? b. Program 1) Bagaimanakah cara perawatan yang dilakukan untuk memelihara situs batu goong dan makam Syekh Mansyur? 2) Program kerja apa saja yang sudah dilakukan untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? 3) Program kerja apa saja yang akan diajukan di tahun depan dalam mengelola situs batu goong dan komplek Makam Syekh Mansyur? 2. Organizing (Pengorganisasian) a. Pengelompokkan tugas-tugas pegawai 1) Siapa sajakah yang terlibat dalam kepengurusan situs? 2) Apakah tugas yang diberikan tersebut sudah dijalankan dengan maksimal?
184
3. Staffing (Penyusunan Pegawai) a. Penempatan pegawai sesuai ahlinya 1) Bagaimana proses perekrutan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam menerima pegawai untuk bekerja di situs cagar budaya? 2) Adakah kriteria khusus dalam perekrutan pegawai dan juru pelihara? 4. Directing (Pembinaan Kerja) a. Pembinaan pegawai 1) Apakah pegawai dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang diberikan pembinaan mengenai situs cagar budaya? b. Pelatihan pegawai 1) Apakah juru pelihara diberikan pelatihan tentang situs cagar budaya? 2) Mengapa diperlukan adanya pelatihan pembinaan terhadap para juru pelihara di situs cagar budaya? 5. Coordinating (Pengkoordinasian) a. Koordinasi tiap lembaga 1) Adakah
koordinasi
eksternal
yang
dilakukan
oleh
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dengan pihak terkait dan seperti apa koordinasi tersebut? 2) Adakah koordinasi eksternal yang dilakukan oleh BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) dengan pihak terkait dan seperti apa koordinasi tersebut? b. Koordinasi tiap bagian 1) Seperti apa koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayan dan Pariwisata kepada juru pelihara?
185
6. Reporting (Pelaporan) a. Laporan bulanan 1) Apakah juru pelihara selalu melaporkan setiap kegiatan yang ada di situs cagar budaya kepada pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya)? 2) Seperti apa pola pelaporan yang dilakukan oleh juru pelihara? 7. Budgeting (Penganggaran) a. Rencana anggaran 1) Adakah rencana anggaran khusus yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengenai kerusakan atau perawatan situs cagar budaya? 2) Adakah rencana anggaran selain untuk kerusakan dan perawatan situs cagar budaya? b. Pengawasan anggaran 1) Adakah pengawasan anggaran yang dilakukan oleh pihak dinas? 2) Darimanakah anggaran pengelolaan situs didapatkan?
186
Kisi-Kisi Wawancara Untuk Juru Pelihara Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur Berikur ini merupakan kisi-kisi wawancara untuk juru pelihara situs batu goong (I2.1) dan juru pelihara komplek makam Syekh Mansyur (I2.2), adapun indikator pertanyaannya yaitu sebagai berikut: 1. Planning (Perencanaan) a. Tujuan 1) Apa yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? 2) Apakah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memberikan bantuan langsung untuk situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? b. Program 1) Bagaimanakah cara perawatan yang dilakukan untuk memelihara situs batu goong dan makam Syekh Mansyur? 2. Organizing (Pengorganisasian) a. Pengelompokkan tugas-tugas pegawai 1) Apakah tugas yang diberikan tersebut sudah dijalankan dengan maksimal? 3. Directing (Pembinaan Kerja) a. Pelatihan pegawai 1) Apakah juru pelihara diberikan pelatihan tentang situs cagar budaya? 4. Reading (Pelaporan) a.
Laporan bulanan 1) Seperti apa pola pelaporan yang dilakukan oleh juru pelihara?
187
5. Budgeting (Penganggaran) a. Rencana anggaran 1) Adakah rencana anggaran khusus yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengenai kerusakan atau perawatan situs cagar budaya?
Kisi-Kisi Wawancara Untuk Masyarakat Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur Berikur ini merupakan kisi-kisi wawancara untuk masyarakat penyanggah situs batu goong (I3.1) dan pengunjung situs batu goong (I3.2) serta masyarakat penyanggah komplek makam Syekh Mansyur (I3.3) dan pengunjung komplek makam Syekh Mansyur (I3.4), adapun indikator pertanyaannya yiatu sebagai berikut: 1. Planning (Perencanaan) a. Tujuan 1) Bagaimana tanggapan masyarakat dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang?
188
MATRIKS WAWANCARA
1. Planning (Perencanaan) a. Tujuan Q I I1.1
I1.2
Q I I1 1
I1.2 I2.1
I2.2
Q I I1 1
Apa tujuan yang melatarbelakangi dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? Yang melatarbelakangi kita sebagai pelestarian untuk situs karena kita ada tupoksi, tupoksi itu ada uraian tugas. Uraian tugasnya antara lain bidang kebudayaan punya 2 Kasi yaitu Kasi Kesenian dan Kasi Muskala dan Jarahnitra yang tugasnya yaitu merawat dan melestarikan tentang cagar budaya. Dengan adanya tupoksi itu yang melatarbelakangi bahwa kita punya tujuan. Ohh itu kan kita ngacunya ke UU No. 11 tahun 2010 tentang cagar budaya, disana itu ada untuk pemeliharaan situs. Apa yang ingin dicapai dengan dikelolanya situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? Yang ingin dicapai, jelas agar tentang cagar budaya ini kita harus jaga pelestarian dan juga harus rawat cagar budaya agar tidak rusak dan tidak punah dimakan usia. Intinya mah supaya masyarakat itu mengenal bahwa itu cagar budaya atau bukan gitu yah, terus dipelihara. Kalo dari juru peliharanya sih paling cuma ingin melindungi doang. Situs batu goong ini kan peninggalan jaman dulu, jadi harus dilindungi biar gak punah. Tujuannya itu menjaga, merawat dan melaporkan pengunjung yang datang ke komplek makam Syekh Mansyur. Jadi kita menjaga peninggalan purbakala, karena pemerintah memberikan tugas untuk menjaga, membersihkan, merawat, melaporkan dan mengamankan. Takut ada yang mengganggu atau istilahnya jahil yang kemungkinan bisa saja terjadi. Tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran? Tindakan dari kita ya tiap tahunnya kita harus merawat, melestarikan dan menjaga. Apabila ada kerusakan ya kita paling tidak harus ada perawatan tentang cagar budaya tadi. Itu tindakan yah menjaga, karena kan cagar budaya itu juga kan kita punya perwakilan dari kami. Perwakilan itu kan jupel (juru pelihara) agar tidak rusak, maka dibentuklah jupel-jupel di tiap cagar budaya. Kalo tidak ada yang
189
I1.2
Q I I1 1
I1.2
I2.1
I2.2
Q I I3.1
I3.2
merawat atau tidak ada yang menjaga ya pasti punah. Tapi jika ada jupel, dia yang bertanggung jawab segalanya. Ya, seperti yang saya katakan tadi, jadi udah direncanakan untuk pemeliharaan, pelestarian dan perawatan situs itu. Apakah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memberikan bantuan langsung untuk situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? Bantuan itu baru honor-honor atau uang insentif untuk para juru pelihara. Sedangkan untuk situs sendiri bukan bantuan tapi perawatan, apabila ada cungkup-cungkup yang rusak atau tempat teduhnya rusak ya itu kita bangun dan ditunjuk langsung oleh kita siapa yang harus membangun itu. Paling kita memberikan anggaran. Untuk stus batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur sendiri belum dapat karena kita masih memperbaiki situs yang rusaknya parah. Yaa kalo bantuan sih kadang-kadang yah neng, kadang 2 bulan sekali kadang juga 6 bulan sekali, kadang juga setahun gak kesini-kesini. Tapi selama ini sih gak ada neng. Jadi kita juga mau ngurusnya agak gimana gitu yah kalo dari dinasnya sendiri gak perhatian. Bantuan dari dinas mah neng paling juga ngasih alat kebersihan gitu neng. Tapi itu juga gak rutin, paling ngasihnya 6 bulan sekali kadang juga gak pernah ngasih bantuan apa-apa. Jadi kalo buat ngerawat mah dari pengunjung yang datang kesini aja neng. Kita mah ngandelin dari situ, kalo nunggu dari dinas mah lama neng. Bagaimana tanggapan masyarakat dengan dikelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Kalo saya sebagai masyarakat ngeresponnya baik-baik aja yah neng karena kan saya kurang tahu apa aja yang dinas sendiri kelola buat situs batu goong ini. tapi setahu saya dan masyarakat lain yang ada disini kalo situs batu goong ini jarang dikunjungin oleh pihak dinas neng. Tanggapan saya sebagai masyarakat disini berterimakasih sekali buat pemerintah daerah karena udah nganggap makam Syekh Mansyur ini situs cagar budaya. Tapi saya juga menyayangkan ke pihak dinas yang kurang perhatian atau ngasih bantuan gitu neng. Kayak sekarang aja lagi renovasi bangunan masjid, tapi pemerintah daerah engga kasih bantuan anggaran sama sekali, disini cuma ngandelin dari sumbangan para pejiarah yang datang aja neng.
190
I3.3
Pihak pemerintah sih baik yah neng karena udah jadiin makam ini sebagai situs tapi sayangnya itu aja neng kurang perhatian sama makam disini, jarang kesini, gak ngasih bantuan gitu neng. b. Program
Q I I1 1
I2.1
I2.2
Q I I1.1
I1.2
Bagaimanakah cara perawatan yang dilakukan untuk memelihara situs batu goong dan makam Syekh Mansyur? Kalo perawatan, itu yang penting juru pelihara itu merawat supaya bagaimana tidak termakan usia seperti banyaknya sampah, rumput dan sebagainya yang penting dia bersih-bersih untuk menjaga itu. Kalo untuk perawatan batu goong sendiri paling kita membuat cungkup atau atap untuk menjaga dari hujan, ya paling itu aja neng. Sama juga kalo buat makam Syekh Mansyur, paling sama juru peliharanya aja dibersihin dirawat. Yaa inilah perawatannya neng alakadarnya aja neng. Kadang juga kan kalo ada yang rusak terus perlu diperbaikin yaa saya sendiri yang benerin. Saya juga sering minta buat benerin ini itu kayak buat listrik tapi gak ada. Kan suka ada tamu yang datang malem neng. Terus juga kan disini tempatnya gak memadai buat pengunjung, istilahnya mah fasilitasnya gak bikin nyaman gitu yah neng abis mau gimana lagi ngerawatnya juga kan kudu pake biaya, sedangkan kalo buat benerin kayak atapnya aja mahal neng. Kalo dari bapak sendiri sih ngerawat makam Sykeh Mansyur ini paling dibersihin dijaga dirawat neng. Ngerawat makam ini juga dananya mah lebih banyak dari pengunjung yang datang neng ketimbang dari dinasnya mah. Alhamdulillah aja neng banyak pengunjung yang datang bisa nutupin kekurangan dan terus bisa dirawat biar pengunjung pada nyaman. Program kerja apa saja yang sudah dilakukan untuk mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur? Kita setiap tahunnya membuat program tentang museum purbakala dan jarahnitra, antara lain yaa itu tadi untuk perawatan pelestarian cagar budaya, pemberian honor juru pelihara itu kita membuat program tiap tahunnya dan juga untuk pembangunan sarana dan prasarana cagar budaya terutama pembuatan bangunan cagar budaya dan sarana jalan menuju ke arah cagar budaya. Sedangkan untuk makam Syekh Mansyur kita serahkan semuanya ke juru pelihara karena makam itu kan berbentuk nisan, jadi gak boleh sembarang orang yang merawatnya. Program kerja yang sudah dilakukan yaa paling buat situs batu goong kita pernah bikin cungkup atau atap pelindungnya gitu yah. Terus kalo
191
buat makam Syekh Mansyur sendiri kita serahin aja ke juru pelihara. Q I I1.1
I1.2
Program kerja apa saja yang akan diajukan di tahun depan dalam mengelola situs batu goong dan komplek Makam Syekh Mansyur? Setiap tahunnya juga kita berkeliling situs mana saja yang mulai agak rusak, maka kita selalu monitoring dan juga juru pelihara selalu melaporkan, maka kita akan melakukan rencana kedepan itu bagaimana. Kita sudah membuat antara lain adanya pembuatan cungkup untuk batu goong, itu dibuatin program tahunan, sama juga buat makam Syekh Mansyur cuma bedanya kalo makam itu harus sama juru peliharanya langsung gak bisa sama orang lain. Program kerja itu dibuat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada bidang kebudayaan Program kerja yang akan diajukan buat tahun depan kita akan buat situs batu goong lebih membuat nyaman pengunjung lagi, karena yang kita tahu kan situs batu goong kurang memadai tempatnya buat pengunjung yang datang kesitu. Kalo buat komplek makam Syekh Mansyur programnya belum ada yah neng.
2. Organizing (Pengorganisasian) a. Pengelompokkan tugas-tugas pegawai Q
Siapa sajakah yang terlibat dalam kepengurusan situs?
I I1 1
I1.2 I1.3
Q I I1 1
Kepengurusan yang terlibat, selain bidang kebudayaan ada juru pelihara dan ada orang-orang yang ahli di bidang benda cagar budaya. Kita juga koordinasi dan kerjasama dengan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Serang Kalo di pendaftaran cagar budaya itu melibatkan dari dinas, ahli dan arkeolog. Kalo dari pihak BPCB sih yang terlibat dalam kepengurusan situs ini meliputi Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan yang nantinya berkoordinasi sama juru pelihara di tiap-tiap situs, namun tetap dikelola oleh dinas di pemerintah daerah. Apakah tugas yang diberikan tersebut sudah dijalankan dengan maksimal? Kalo di bidang kebudayaan, jelas tugas-tugas itu sudah berjalan sesuai tupoksi. Kalo di bidang bapak kan di bidang kebudayaan, menjabat sebagai Kabid kebudayaan yang dibawahnya ada kasi kesenian dan kasi muskala dan jarahnitra. Sedangkan yang mempunyai uraian tugas atau tupoksi langsung ke BPCB (Balai
192
I2.2
Pelestarian Cagar Budaya) adalah kasi muskala dan jarahnitra. Jadi yah Insha Allah tugas-tugasnya sudah kami laksanakan dengan maksimal. Yaa itu sih segimana kemampuan gitu kan, yang disini mah kan bisa dikatakan mampu karena banyak pengunjungnya. Kalo misalkan di tempat-tempat lain kayak di tempat situsnya kurang mampu secara langsung di kelola, karena disini mah sedikit-sedikit mah ada alakadarnya aja gitu.
3. Staffing (Penyusunan Pegawai) b. Penempatan pegawai sesuai ahlinya Q I I1 1
I1.2
Q I I1 1
I1.2
Bagaimana proses perekrutan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam menerima pegawai untuk bekerja di situs cagar budaya? Proses perekrutan ini buat juru pelihara aja yah neng, solanya kan kalo buat perekrutan yang kerja kantornya mah udah ada surat keputusannya sendiri dari Bupati. Kalo buat juru pelihara kita ngambilnya dari orang yang lebih mengerti tentang sejarah situs cagar budaya itu neng, orang yang bisa merawat, menjaga dan melestraikan. Kalo orang yang gak bisa mah buat apa direkrut kan. Kebanyakannya sih kita rekrut itu dari orang yang turun temurun, misalnya kakeknya yang waktu dulu udah jadi juru pelihara, terus ke orang tuanya baru ke anaknya. Yaa kalo itu sih kita rekrutnya dari orang yang udah turun temurun ngejaga situs cagar budaya itu, yang tahu banget sama sejarah awal mulanya dan juga orang yang rumahnya gak jauh dari tempat situs tersebut. Karena kan banyak pengunjung yang datang kalo misalnya rumah juru pelihara itu jauh bakalan ribet juga buat nyamperin ke tempat situs, terus kalo juru peliharanya gak tau sejarah awal mulanya yaa gak bakalan bisa ngejelasin secara detail tentang adanya situs cagar budaya. Adakah kriteria khusus dalam perekrutan pegawai dan juru pelihara? Perekrutan untuk juru pelihara ya kita melihat terutama masyarakat yang bener-bener peduli dengan benda cagar budaya itu, orang yang rumahnya terdekat disitu. Udah jelas kita bawa sebagai juru pelihara benda cagar budaya tadi. Kalo untuk pegawainya sendiri itu sudah ditugaskan oleh pemerintahan daerah menurut yang tercantum dalam Peraturan Bupati Pandeglang No. 14 tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Kalo buat pegawai dinasnya sendiri mah neng udah dari sananya kita diutusin kerja di bagian-bagiannya. Jadi kita kan sebagai PNS tinggal
193
nunggu ditempatinnya dimana terus kerja sesuai dengan tugasnya. Terus kalo buat perekrutan juru pelihara sih sebetulnya gak ada, misalnya aja di komplek makam Syekh Mansyur kita ambil dari keluarganya yang lebih tahu sejarahnya atau turun temurun. Jadi persyaratannya juga si jupel itu harus tahu sejarahnya. Selain harus mengetahui sejarah situs, kriteria juru pelihara juga harus yang domisili rumahnya dekat dengan objek, usianya layak kerja antara 1856 tahun dan juga memiliki ijazah maksimal SMA dan minimal SD. 4. Directing (Pembinaan Kerja) a. Pembinaan Pegawai Q I I1 1
I1.2
Apakah pegawai dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang diberikan pembinaan mengenai situs cagar budaya? Kita selalu pembinaan dalam setiap rapat di kantor. Misalnya kita ada rapat sebulan sekali, selalu ada pemaparan dari bidang masingmasing. Seperti bidang bapak sendiri, memaparkan uraian tugas bapak diantaranya perawatan dan pemeliharaan tentang seni tradisional dan cagar budaya. Terus nantinya ada pembinaan bagaimana cara yang benar merawat situs, paling kayak gitu aja. Kalo buat pembinaan mengenai situs cagar budaya sih belum ada. Pegawai dinas belum, paling ikut sosialisasi. Kalau khusus mah belum ada. Paling di apel di rapat baru dikasih tahu.
b. Pelatihan pegawai Q I I1 1
I1.2 I2.1 I2.2
Apakah juru pelihara diberikan pelatihan tentang situs cagar budaya? Pelatihan tidak secara langsung, tetapi sudah dilaksanakan pada tahun 2013, seperti sosialisasi. Jupel itu sosialisasi dengan para camat juga. Bagaimana cara kita merawat, jangan sampai tugasnya merawat tetapi benda cagar budayanya sendiri tidak dirawat. Iya semua jupel ikut sosialisasi mengenai undang-undang cagar budaya. Ada paling kita dikasih tahu untuk menjaga kebersihan, merawat dan juga menjaga situs batu goong itu. Iya diberi arahan-arahan bagaimana merawat situs dengan baik, ada sosialisasi baru ikut. Tergantung ada kegiatan dari dinasnya sih neng kalo ada kegiatan baru ikut.
194
Q I I1 1
I1.2
Mengapa diperlukan adanya pelatihan pembinaan terhadap para juru pelihara di situs cagar budaya? Karena agar juru pelihara mengerti dengan uraian tugasnya, bahwa juru pelihara itu adalah orang yang merawat, melestarikan cagar budaya yang ada dan juga harus dekat dengan masyarakat supaya cagar budaya ini tidak punah. Jadi juru pelihara ini perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Supaya juru pelihara ini lebih mengetahui dan mengerti tugasnya sebagai juru pelihara. Serta bisa melestarikan situs cagar budaya yang ada dan juga bisa memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakan atau pengunjung yang datang.
5. Coordinating (Pengkoordinasian) a. Koordinasi tiap lembaga Q I I1 1
I1.2
Q I I1.3
Adakah koordinasi eksternal yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan pihak terkait dan seperti apa koordinasi tersebut? Kalau eksternal paling kita koordinasi sama juru pelihara yang ada di lapangan aja neng, koordinasi tentang adanya kerusakan samas segala macemnya. Kita juga koordinasi sama arkeolog dan para ahli cagar budaya, koordinasinya seputar tentang perbaikan kerusakan aja supaya gak ngerubah bentuk situsnya. Kalo sama dinas yang lain paling misalnya ngebutuhin perbaikan jalan, kita kerjasama juga sama Dinas PU sama dinas-dinas lainnya yang saling berkaitan. Terus juga kita koordinasi sama BPCB Serang tapi gak setiap hari dan bulan, seperlunya aja neng koordinasinya juga. Harusnya sih kita koordinasi sama BPCB Serang, tapi sampai saat ini setahu saya gak pernah ada pihak BPCB yang kesini neng. Paling kita sering koordinasinya sama para ahli dan arkeolog dari Bandung aja neng. Adakah koordinasi eksternal yang dilakukan oleh BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) dengan pihak terkait dan seperti apa koordinasi tersebut? Koordinasi eksternal yang kita lakuin disini sama pemerintah daerah yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Tapi kita gak setiap saat koordinasi, kalo ada kerusakan baru kita koordinasi sama dinas. Selain itu juga kita koordinasi sama juru pelihara, kita seringanya sama juru pelihara aja neng, kalo sama dinas mah jarang.
195
b. Koordinasi tiap bagian Q I I1 1
I1.2
Seperti apa koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayan dan Pariwisata kepada juru pelihara? Kita selalu hadir ke lapangan sebulan sekali, memantau kalau bener gak sih dia kerjanya, bener gak sih dia peduli, bener gak dia selalu koordinasi dengan masyarakat. Dan juga masyarakat disekitar itu kita wawancara juga, bener gak sih jupel itu kerja dengan baik, kalau engga ya udah aja kita ganti sama orang yang peduli. Koordinasi paling kita laporan pemeliharaan termasuk laporan kunjungan wisata. Jadi setiap bulan jupelnya lapor.
6. Reporting (Pelaporan) a. Laporan bulanan Q I I1 1
I1.2
I1.3
Q
Apakah juru pelihara selalu melaporkan setiap kegiatan yang ada di situs cagar budaya kepada pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya)? Ada, makanya juru pelihara itu melaporkan kepada kita di bidang kebudayaan sebulan sekali. Bagaimana keadaan keamanannya, bagaimana pengunjung, bagaimana partisipasi masyarakat terhadap benda cagar budaya. Biasanya jupel datang langsung ke kantor kadang kita yang datang langsung kesana. Tapi biasanya jupel ngasih tau lewat SMS. Kita juga tiap bulan Januari sampai Maret monitoring kesana langsung gitu. Iya, juru pelihara situs batu goong selalu melaporkan kegiatan apa saja yang ada disana. Selain kegiatan juga juru pelihara melaporkan jumlah pengunjung yang datang kesitu, pengunjung itu bisa dari anak sekolah SD-SMA, mahasiswa, peneliti ataupun dari dinas. Bukan cuma pengunjung yang dilaporkan oleh juru pelihara, tapi kerusakankerusakan yang ada disana juga dilaporkan setiap bulan ke kami. Seperti apa pola pelaporan yang dilakukan oleh juru pelihara?
I I1 1
I1.3
I2.1
Laporan bisa secara tulisan dan bisa berupa pesan singkat. Pesan singkat itu berisi sekian jumlah pengunjungnya, keadaan cagar budayanya. Pola pelaporan juru pelihara yang mereka serahkan ke kita itu berupa catatan yang didalamnya ada jumlah pengunjung. Selain itu pula jika mereka melaporkan adanya kerusakan, maka secara detail mereka melaporkan kepada kita, biasanya di foto terlebih dahulu bagian mana saja yang rusak setelah itu baru kita survei. Oh kalo laporan mah tiap bulan ngasihin ke dinas lewat sms atau
196
I2.2
telepon neng kadang juga kalo ada waktu mah kita ke kantornya. Pola pelaporannya paling kita ngasih tahu lewat sms aja neng, kita kasih tahu jumlah pengunjung.
7. Budgeting (Penganggaran) a. Rencana anggaran Q I I1 1
I1.2
I2.1
Q I I1 1
I1.2
Adakah rencana anggaran khusus yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengenai kerusakan atau perawatan situs cagar budaya? Apabila di situs tersebut ada kerusakan, maka akan kita pantau langsung. Apa saja kerusakannya maka kita data dan kita koordinasikan dengan teman-teman di lapangan, kita koordinasikan di kantor dan juga dengan pemerintah daerah, setelah itu kita ajukan. Bahwa kami membuat untuk merehab ini membutuhkan anggaran sekian, nanti ada laporan dan pertanggung jawaban dari di dinas. Kalau anggaran khusus buat kerusakan mah gak ada neng. Paling kalo misalnya kita punya anggaran buat situs (a) terus yang rusak situs (b) itu gak bisa cair tapi harus ada proses yang lama kadang mah anggarannya gak cair-cair neng. Ada tahun depan. Jadi kita ngusulkan dulu ke Bapeda nanti di ketok palu oleh dewan udah tahu anggarannya segitu nah baru kita kerjakan. Kalau tanah pemda atau lingkungan pemda kita yang bangun, kalau diatas 50 juta anggarannya harus pihak ketiga yang melaksanakan. Tapi kalo buat anggaran khusus buat kerusakan mah saat ini gak ada. Gak ada, paling yaa kalo ada yang rusak dari pemerintah juga datang tapi disuruh beli, tapi gak ada anggaran yang khusus buat kerusakan. Adakah rencana anggaran selain untuk kerusakan dan perawatan situs cagar budaya? Iya selain kerusakan-kerusakan, kita mengadakan sosialisasi seperti ini juga tambahan tentang sarana dan prasarana juru pelihara dan tempat tersebut. Kalau sarana kan kita beliin sapu, tempat sampah dan lainnya, jadi ada anggarannya. Iya ada, kita juga kan suka ngadain sosialisasi tentang cagar budaya.
197
b. Pengawasan anggaran Q
Adakah pengawasan anggaran yang dilakukan oleh pihak dinas?
I I1 1
I1.2
Q
Kalau pengawasan mah dari pemerintah daerah, jadi kalau ini kurang manfaat oleh pemerintah tidak diijinkan, tapi kalau manfaat baru diperbolehkan. Tidak semua kita membuat program pasti langsung, pasti ada mekanisme khusus dari pemerintah daerah. Kita serahkan ke konsultan. Kita kan gak tahu biayanya berapa jadi di hitung dulu sama konsultan anggarannya. Aturannya diatas 10 juta dibangun sama pihak ketiga. Darimanakah anggaran pengelolaan situs didapatkan?
I I1 1
I1.3
Anggarannya itu dikelola oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Kalau kita merasa berat tergantung kerusakannya yah neng. Kalau terlalu berat kita koordinasikan dengan pemerintah pusat, tapi kalo ringan oleh kabupaten. Dari UU No. 11 tahun 2010 tentang cagar budaya juga kan sudah dijelaskan bisa dikelola oleh pemerintah daerah dan pusat. Kalo untuk situs batu goong ini anggarannya dari pemerintah pusat, tapi kalo tahun ini gak ada anggaran buat situs batu goong, maka gak akan kami anggarkan. Tapi diserahkan ke pemerintah daerah.
198
CATATAN LAPANGAN Tanggal
Waktu
Tempat
Hasil
Informan
25 September
09.47 WIB
Kantor Dinas Kebudayaan
Observasi awal,
Bapak H.E.
dan Pariwisata Kabupaten
wawancara dan
Wiraatmajaya, M.Pd
Pandeglang
meminta data
(Kepala Bidang
situs cagar
Kebudayaan)
budaya di
(I1.1)
2013
Kabupaten Pandeglang 26 Oktober
12.32 WIB
2013
26 Oktober
13.30 WIB
2013
Situs Batu Goong,
Observasi
Bapak Wargo (Juru
Kecamatan Pulosari
lapangan,
Pelihara Situs Batu
wawancara awal
Goong) (I2.1)
Komplek Makam Syekh
Observasi
Bapak Saepulloh (Juru
Mansyur Kecamatan
lapangan,
Pelihara Komplek
Cimanuk
wawancara awal
Makam Syekh Mansyur (I2.2)
12 November
10.39 WIB
2013
Kantor UPT Balai
Observasi awal,
Kasi Perlindungan,
Pelestarian Cagar Budaya
wawancara dan
Pengembangan dan
(BPCB) Serang
meminta data
Pemanfaatan UPT Balai
tentang situs
Pelestarian Cagar
cagar budaya di
Budaya (BPCB) Serang
Kabupaten
(I1.3)
Pandeglang 30 Januari
09.53 WIB
2014
11 Februari 2014
09.45
Kantor Dinas Kebudayaan
Data tentang situs
Bapak H.E.
dan Pariwisata Kabupaten
cagar budaya,
Wiraatmajaya, M.Pd
Pandeglang
observasi
(Kepala Bidang
lapangan,
Kebudayaan)
wawancara
(I1.1)
Wawancara awal
Bapak Maman Nasik
Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
(Kasi Muskala dan
199
Pandeglang 13 Februari
09.35 WIB
2014
Jarahnitra) (I1.2)
Situs Batu Goong,
Observasi
Bapak Wargo (Juru
Kecamatan Pulosari
lapangan
Pelihara Situs Batu Goong) (I2.1)
13 Februari
10.30 WIB
2014
Komplek Makam Syekh
Observasi
Bapak Al Aminudin
Mansyur, Kecamatan
lapangan
(Salah satu masyarakat
Cimanuk
Komplek makam Syekh Mansyur) (I3.2)
11 Maret
11.32 WIB
2014
UPT Balai Pelestarian
Data tentang situs
Ibu Eli (TU UPT Balai
Cagar Budaya (BPCB)
cagar budaya
Pelestarian Cagar
Serang
yang sudah
Budaya Serang)
memiliki surat keputusan tetap yang ada di Kabupaten Pandeglang 13 Maret
09.47 WIB
2014
Kantor Dinas Kebudayaan
Data tentang
Bapak H.E.
dan Pariwisata Kabupaten
jumlah situs cagar
Wiraatmajaya, M.Pd
Pandeglang
budaya dan juru
(Kepala Bidang
pelihara
Kebudayaan) (I1.1)
27 Maret
09.52 WIB
2014
Situs Batu Goong,
Observasi
Bapak Wargo (Juru
Kecamatan Pulosari
lapangan,
Pelihara Situs Batu
Wawancara
27 Maret
10.38 WIB
2014
Goong) (I2.1)
Komplek Makam Syekh
Observasi
Bapak Saepulloh (Juru
Mansyur, Kecamatan
lapangan,
Pelihara Komplek
Cimanuk
Wawancara
Makam Syekh Mansyur (I2.2)
04 Juni 2014
09.45 WIB
Kantor Dinas Kebudayaan
Wawancara
Bapak H.E.
200
dan Pariwisata Kabupaten
Wiraatmajaya, M.Pd
Pandeglang
(Kepala Bidang Kebudayaan) (I1.1)
09 Juni 2014
10.05 WIB
Kantor UPT Balai
Wawancara
Kasi Perlindungan,
Pelestarian Cagar Budaya
Pengembangan dan
(BPCB) Serang
Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang (I1.3)
24 Juni 2014
10.36 WIB
Kantor Dinas Kebudayaan
Wawancara
Bapak H.E.
dan Pariwisata Kabupaten
(mendalam)
Wiraatmajaya, M.Pd
Pandeglang
(Kepala Bidang Kebudayaan) (I1.1)
24 Juni 2014
12.03 WIB
Kantor Dinas Kebudayaan
Wawancara
Bapak Maman Nasik
dan Pariwisata Kabupaten
(mendalam)
(Kasi Muskala dan
Pandeglang 05 Juli 2014
10.45WIB
Jarahnitra) (I1.2)
Situs Batu Goong,
Wawancara
Bapak Wargo (Juru
Kecamatan Pulosari
(mendalam)
Pelihara Situs Batu Goong) (I2.1)
05 Juli 2014
10.45WIB
Komplek Makam Syekh
Wawancara
Bapak Saepulloh (Juru
Mansyur, Kecamatan
(mendalam)
Pelihara Komplek
Cimanuk
Makam Syekh Mansyur (I2.2)
06 Juli 2014
10.35 WIB
Situs Batu Goong,
Wawancara
Masyarakat pengunjung
Kecamatan Pulosari
(mendalam)
situs batu goong (Ula Ifham) (I3.1)
06 Juli 2014
11.05 WIB
Komplek Makam Syekh
Wawancara
Bapak Al Aminudin
Mansyur, Kecamatan
(mendalam)
(Salah satu masyarakat
Cimanuk
Komplek makam Syekh
201
Mansyur) (I3.2) 26 Agustus
15.55 WIB
2014
Kantor UPT Balai
Wawancara
Kasi Perlindungan,
Pelestarian Cagar Budaya
Pengembangan dan
(BPCB) Serang
Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang (I1.3)
27 Agustus 2014
15.55 WIB
Kantor UPT Balai
Wawancara
Kasi Perlindungan,
Pelestarian Cagar Budaya
(mendalam)
Pengembangan dan
(BPCB) Serang
Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang (I1.3)
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
Wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang
264
Wawancara dengan Juru Pelihara Situs Batu Goong
Wawancara dengan Juru Pelihara Komplek Makam Syekh Mansyur
265
Kondisi pagar situs batu goong yang terlihat tidak terawat dan kurang diperhatikan
Situs batu goong ini tidak diberi pelindung dan tampak seperti tidak di rawat dan dipelihara
266
Salah satu batu yang berbentuk gong yang terdapat di dalam museum batu goong citaman
Komplek makam Syekh Mansyur yang di datangi oleh pejiarah
267
Makam Syekh Mansyur yang dilindungi oleh pagar dan batu nisannya yang ditutupi oleh kain kafan
Komplek makam Syekh Mansyur ini berlokasi di Kampung Cikadueun, Desa Cikadueun, Kecamatan Cimanuk
268
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hanya memberikan bantuan berupa alat kebersihan
Komplek makam Syekh Mansyur ini hanya mengandalkan bantuan dari para pengunjung yang datang untuk berjiarah
269
RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Tempat, tanggal lahir Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Status Perkawinan Alamat
8. Email
: Dwi Mayang Sari : Pandeglang, 04 Februari 1992 : Perempuan : Islam : Mahasiswa : Belum Kawin :Jalan Jendral Sudirman Kp.Masjid Barat RT:03 RW:05 Labuan, Pandeglang, Banten :
[email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. TK Ketilang IAIN Jakarta angkatan 1998 berijazah; 2. SDN Teluk I angkatan 2004 berijazah; 3. SMPN 1 Labuan angkatan 2007 berijazah; 4. SMAN 3 Pandeglang angkatan 2010 berijazah; 5. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2010-sekarang. Prestasi yang pernah dicapai : 1. Pernah mengikuti lomba Senam Tingkat Kabupaten Pandeglang, lomba Paskibra dan lomba Pramuka (SD); 2. Pernah mengikuti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), mengikuti lomba Paskibraka dan menjadi Pasukan 45 pada 17 Agustus 2006 (SMP); 3. Pernah mengikuti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) (SMA)