MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA Bimagisteradi Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK : Surabaya merupakan kota dengan penduduk yang padat di Indonesia. Jumlah penduduk yang padat tersebut menimbulkan permasalahan transportasi, maka dari itu diperlukan angkutan umum. Akan tetapi permasalahan yang timbul adalah adanya ketidakteraturan akibat adanya angkutan umum. Seperti halnya di Pangkalan Jembatan Merah. untuk mengatasi hal tersebut diperlukan terminal baru untuk menampung angkutan di Pangkalan Jembatan Merah. terminal tersebut berada di daerah pesapen. Akan tetapi diperlukan manajemen lalu lintas agar tidak menimbulkan masalah lalu lintas di daerah tersebut. Metodologi tugas akhir ini meliputi identifikasi masalah, studi pustaka, pengumpulan data primer dan sekunder yang berpengaruh terhadap analisis kinerja jalan, serta penanganan lalu-lintas untuk mengatasi permasalahan yang ada. Hasil Analisis yang diperoleh dari tugas akhir ini adalah kinerja jalan,simpang dan jalinan dalam kondisi baik setelah terminal pesapen beroperasi,akan tetapi tetap diperlukan manajemen lalu lintas untuk menanggulangi permasalahan yang dapat terjadi. KATA KUNCI : Angkutan Umum,Terminal Pesapen ,Manajemen Lalu lintas 1. PENDAHULUAN Surabaya merupakan kota dengan penduduk yang padat di Indonesia. Jumlah penduduk yang padat tersebut menimbulkan pergerakan. Pergerakan ini mengakibatkan permasalahan transportasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya angkutan umum yang dapat melayani kebutuhan masyarakat kota Surabaya dan sekitarnya. Seperti halnya Surabaya utara, khususnya kawasan Jembatan Merah. Dikawasan tersebut banyak dilalui angkutan umum. Akan tetapi banyak diantara angkutan umum tersebut tidak teratur dalam beroperasi. Sehingga menimbulkan kemacetan di sekitar kawasan tersebut. untuk itu diperlukan terminal di sekitar kawasan tersebut. Kebutuhan masyarakat di Surabaya Utara dalam bidang angkutan kota tersebut hingga kini hanya terlayani oleh pangkalan Jembatan Merah. Pada kenyataanya, banyak angkutan kota di pangkalan Jembatan Merah yang menaikkan dan menurunkan penumpang tidak pada tempatnya, sehingga terjadi ketidakteraturan di kawasan tersebut. Ketidakteraturan tersebut menimbulkan permasalahan transportasi di sekitar kawasan sekitarnya. Melihat kondisi tersebut, maka perlu adanya penambahan terminal baru yang berfungsi untuk menampung angkutan
kota yang ada di pangkalan Jembatan Merah dan sekitarnya. Terminal tersebut adalah Terminal Pesapen. Pembangunan terminal tersebut disesuaikan dengan perencanaan yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota (BAPPEKO) Surabaya. Semua angkutan kota yang selama ini berada di pangkalan Jembatan Merah akan dipindahkan ke dalam Terminal Pesapen. Dengan adanya Terminal Pesapen, diharapkan angkutan kota tidak lagi menaikkan dan menurunkan penumpang di sekitar Jalan Garuda, sehingga jalan tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, permasalahan transportasi pada wilayah pusat kegiatan di sekitar Surabaya utara tersebut dapat berkurang dengan adanya Terminal Pesapen. Apabila dilihat lebih seksama, permasalahan lalu lintas yang terjadi tidak bisa diselesaikan hanya dengan penambahan jumlah terminal saja. Pada dasarnya, permasalahan lalu lintas yang terjadi pada pangkalan Jembatan Merah hanya dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Oleh karena itu, dengan beroperasinya Terminal Pesapen, perlu dilakukan pengaturan lalu lintas yang baik agar dapat menyelesaikan permasalahan lalu lintas di sekitar Terminal Pesapen.
Lokasi Studi Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Lokasi Studi
DS = QTOTAL / C Dimana : QTOTAL = Arus total sesungguhnya (smp/jam) C = Kapasitas sesungguhnya 2.2 Simpang Tak Bersinyal Simpang tak bersinyal pada umumnya digunakan pada daerah pemukiman perkotaan dan daerah pedalaman untuk persimpangan antara jalan lokal dengan arus lalu-lintas rendah. Kapasitas Kapasitas dihitung dengan menggunakan rumus :
Pangkalan Jembatan Merah
C = CoxFwxFM xFCS xFRSU xFLT xFRT xFMI
Jaringan Jalan
Dimana : C = Kapasitas Co = Kapasitas dasar (smp/jam) Fw = Faktor penyesuaian lebar pendekat FM = Faktor penyesuaian median jalan utama FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping, dan kendaraan tak bermotor FLT = Faktor penyesuaian belok kiri = Faktor penyesuaian belok kanan FRT = Faktor penyesuaian arus jalan minor FMI
Lokasi
Studi
Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
DS = QTOTAL / C
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Perkotaan Jalan perkotaan mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan.
Dimana : QTOTAL = Arus total sesungguhnya (smp/jam) C = Kapasitas sesungguhnya 2.3 Jalinan Tunggal Jalinan tunggal adalah bagian jalinan jalan antara dua gerakan lalu lintas yang menyatu dan memencar (MKJI 1997). Kapasitas Kapasitas dihitung dengan menggunakan rumus :
Kapasitas Kapasitas dihitung dengan menggunakan rumus : C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS Keterangan : C = kapasitas (smp/jam) Co = kapasitas dasar (smp/jam) FCW = faktor penyesuaian lebar jalur lalulintas FCSP = faktor penyesuaian pemisahan arah FCSF = faktor penyesuaian hambatan samping FCCS = faktor penyesuaian ukuran kota
C = 135xWw1,3 x(1+ WE / WW )1,5 x(1− pw / 3)0,5 x(1 + WW / LW )−1,8 xFCS xFRSU
Dimana : Ww = Lebar jalinan Wg = Lebar masuk rata – rata Lw = Panjang jalinan = Rasio jalinan pw 2
FCS FRSU
= Faktor penyesuaian ukuran kota = Faktor penyesuiaan tipe lingkungan jalan, hambatan samping, dan rasio kendaraan tak bermotor.
3.2 Uraian Langkah Pengerjaan Uraian langkah – langkah tersebut, yaitu : 3.1.1 Tahap Perumusan Masalah Tahap perumusan masalah meninjau mengenai latar belakang tugas akhir ini, dengan merumuskan permasalahan yang terjadi, untuk mencapai suatu tujuan agar dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
DS = Qsmp / C Dimana : QTOTAL = Arus total sesungguhnya (smp/jam) C = Kapasitas sesungguhnya
3.1.2 Tahap Studi Literatur Tahap ini mempelajari mengenai literatur - literatur yang relevan dengan permasalahan dalam tugas akhir ini. Hal tersebut dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan dengan berdasarkan literatur yang ada. Dalam hal ini literatur yang digunakan adalah Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI) dan referensi – referensi lain.
3. METODOLOGI 3.1 Diagram Alir START
Perumusan Masalah Studi Literatur
Pengumpulan Data : Primer : 1. Geometrik Jalan dan simpang 2. Data Lalu Lintas Kendaraan pada Lokasi Studi Sekunder : 1. Peta Lokasi Studi 2. Luas Bangunan dan Lahan Terminal Pesapen 3. Jumlah armada angkutan umum di Pangkalan Jembatan Merah 4. Data jenis angkutan umum dan armada di terminal jembatan merah
3.1.3 Tahap Pengumpulan Data • Data primer sebagai berikut : - Data geometrik jalan dan simpang di sekitar lokasi studi. - Data Lalu lintas • Data sekunder sebagai berikut :
A
-
A
-
Analisis Kondisi Eksisting
Analisis Kinerja Ruas Jalan dan Simpang setelah beroperasinya Terminal Pesapen
•
Manajemen Lalu Lintas
DS < DS ijin
Manajemen Lalu Lintas Ulang
Kesimpulan
End.
Gambar 3.1 Diagram Alir 3
Peta lokasi dan situasi. Luas bangunan dan lahan Terminal Pesapen Jenis dan jumlah armada angkutan umum pada Pangkalan Jembatan Merah.
Lokasi jalan, Jalinan dan simpang yang ditinjau adalah : 1. Ruas Jalan Indrapura; 2. Ruas Jalan Sampurna; 3. Ruas Jalan Rajawali; 4. Ruas Jalan Kebalen; 5. Persimpangan Jalan Indrapura – Jalan Sampurna; 6. Persimpangan Jalan Kebalen Timur – Jalan Sampurna; 7. Jalinan Jalan Garuda - Jalan Rajawali;
3.1.4 Tahap Evaluasi Kondisi Saat ini Dilakukan analisis mengenai kondisi lalu lintas pada saat ini, sebelum beroperasinya Terminal Pesapen. 3.1.5 Tahap Perhitungan Kinerja Ruas Jalan dan Persimpangan Setelah Beroperasinya Terminal Pesapen Dianalisis kondisi lalu lintas setelah beroperasinya adanya perubahan volume lalu lintas di sekitar Terminal Pesapen. 3.1.6 Tahap Manajemen Lalu Lintas Tahap ini memberikan pemecahan permasalahan yang timbul karena adanya perubahan volume dan kondisi lalu lintas akibat beroperasinya Terminal Pesapen di Surabaya. Apabila variabel yang tidak terpenuhi maka akan dilakukan manajemen lalu lintas ulang sehingga dapat terpenuhi. 3.1.7 Tahap Kesimpulan Tahap ini berisi kesimpulan berdasarkan hasil dari tahap – tahap yang telah dilakukan sebelumnya.
d.
e.
f.
g.
4. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisis Kondisi Eksisting Untuk melakukan analisis kenerja jalan, simpang dan jalinan dilakukan perhitungan jam puncak pada tiap periode. 4.1.1 Perhitungan Kinerja Jalan Perkotaan
h.
• Jalan Kebalen a. Penampang Melintang Jalan - Lebar jalur lalu lintas rata - rata Sisi A = 3,5 m Sisi B = 3,5 m Total = 3,5 m - Tipe Jalan : 2/2UD b. Ekivalensi Mobil Penumpang (emp) Arus lalu-lintas total pada Jl. Kebalen adalah 1264 kend/jam < 1800 kend/jam, berdasarkan tabel 2.7 maka nilai emp untuk HV adalah 1,3 dan untuk MC adalah 0,4. Setelah dikalikan emp maka volume lalulintas menjadi 615,1 smp/jam. c. Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVo) Kecepatan arus bebas dasar (FVo) berdasarkan tipe jalan 2/2 UD dapat dilihat
i.
j.
4
pada tabel 2.10 dan diperoleh nilai sebesar 42. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FVW) Berdasarkan tabel 2.11, untuk tipe jalan 2/2 UD dengan lebar jalur lalu lintas efektif total 7 m diperoleh nilai FVW adalah 0. Setelah didapatkan hasil dari penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas dan kecepatan arus bebas dasar, maka FVo dan FVW dijumlahkan dan hasil yang didapat yaitu sebesar 42. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping (FFVSF) Berdasarkan tabel 2.12, untuk jalan 2/2 UD dengan kelas hambatan samping sedang dan lebar jarak kerb 1,2 m diperoleh hasil sebesar 0,91. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran Kota (FFVCS) Berdasarkan tabel 2.14, untuk jumlah penduduk Surabaya 2,8 juta jiwa diperoleh nilai sebesar 1. Kecepatan Arus Bebas Kecepatan arus bebas diperoleh dengan rumus : FV = (Fvo + FVW) x FFVSF x FFVCS Maka : FV = (42 + (0)) x 0.92 x 1 = 38,64 km/jam Kapasitas Dasar (Co) Berdasarkan tabel 2.15, untuk tipe jalan 2/2 UD nilai kapasitas dasar diperoleh sebesar 2900 smp/jam. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Lebar Jalur Lalu-Lintas (FCW) Berdasarkan tabel 2.16, untuk tipe jalan 2/2 UD dan lebar jalur total dua arah 7 m maka nilai faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu-lintas (FCW) sebesar 1. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah (FCSP) Berdasarkan tabel 2.17, untuk tipe jalan 2/2 UD dan pemisahan arahnya 55% - 45% maka diperoleh nilai faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCSP) sebesar 0,97.
k. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping (FCSF) Berdasarkan tabel 2.18, untuk kelas hambatan samping sedang dan jarak kerb 1,2 m maka diperoleh nilai Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (FCSF) sebesar 0,91. l. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCCS) Berdasarkan tabel 2.20, untuk ukuran kota 2,8 juta jiwa diperoleh nilai faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota sebesar 1. m. Kapasitas Kapasitas dihitung dengan rumus sebagai berikut :
a.
b.
C = CoxFCwxFCSP xFCSF xFCCS ( smp / jam)
Maka : C
= 2900 x 1 x 0.97 x 0.91 x 1 = 2559,83 smp/jam Dari hasil perhitungan diperoleh kapasitas Jl.Kebalen sebesar 2559,83 smp/jam n. Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan didapat dengan rumus sebagai berikut :
c.
d.
DS = QTOTAL / C
Maka : DS = 615,1 / 2559,83 = 0,24 Analisis Derajat Kejenuhan (DS) Tabel 4.1 Analisis Kinerja Ruas Jalan pada Kondisi Eksisting NO NAMA RUAS JALAN
1
Rajawali 1
2
Indrapura
3
Sampurna
4
Kebalen
5
Rajawali 2
4.1.2
e.
PERIODE VOLUME KAPASITAS DERAJAT JAM (SMP/JAM) (SMP/JAM) KEJENUHAN PUNCAK PAGI 1632.8 4950.00 0.33 SIANG 981.2 4950.00 0.20 SORE 1399.0 4950.00 0.28 PAGI 188.9 2702.04 0.07 SIANG 173.9 2702.04 0.06 SORE 187.5 2702.04 0.07 PAGI 149.3 2110.74 0.07 SIANG 120.0 2110.74 0.06 SORE 174.0 2110.74 0.08 PAGI 530.6 2559.83 0.21 SIANG 477.2 2559.83 0.19 SORE 615.1 2559.83 0.24 PAGI 2318.1 6452.16 0.36 SIANG 1655.0 6452.16 0.26 SORE 2458.1 6452.16 0.38
f.
Perhitungan Kinerja Simpang Tak Bersinyal
g.
• Simpang Jl. Kebalen Timur – Jl. Sampurna – Jl. Kebalen Jalan Utama dan Minor Lebar efektif untuk masing-masing pendekat jalan utama dan minor yaitu: - Pendekat A (WA) - Pendekat B (WB)
h.
= 5,2/2 = 2,6 m = 7/2 = 3,5 m 5
- Pendekat D (WD) = 7/2 = 3,5 m Lebar rata-rata semua pendekat (W1) = (WA +WB + WD)/3 = (2,6 + 3,5 + 3,5)/3 = 3,2 m Tipe simpang (IT) = 322 (3 lengan simpang, 2 lajur jalan minor, 2 lajur jalan utama) Kapasitas dasar (Co) Nilai kapasitas dasar berdasarkan tipe simpang 322 di atas diambil dari tabel 2.2 adalah 2700 smp/jam. Faktor penyesuaian lebar pendekat (FW) Nilai faktor penyesuaian lebar pendekat berdasarkan lebar rata-rata semua pendekat W1 = 3,2 m dan tipe simpang IT = 322 adalah: FW = 0,73 + 0,0746 xW1 = 0,73 + 0,0746 x 3,2 = 0,973 Faktor penyesuaian median jalan utama (FM) Pada jalan utama tidak terdapat median, sehingga nilai faktor penyesuaian median jalan utama berdasarkan tabel 2.3 yaitu 1 Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS) Nilai faktor penyesuaian kota berdasarkan jumlah penduduk di Surabaya pada tahun 2010 yang sebesar 2,8 juta jiwa diperoleh dari tabel 2.4 adalah 1,0. Faktor penyesuaian hambatan samping (FRSU) Nilai faktor penyesuaian ini berdasarkan lingkungan jalan Permukiman, hambatan samping sedang dan rasio kendaraan tak bermotor 0,16, diperoleh dari tabel 2.5 yaitu 0,81. Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) Nilai faktor penyesuaian belok kiri berdasarkan rasio belok kiri (PLT) yang sebesar 0,1 adalah: FLT = 0,84 + 1,61.PLT = 0,84 + 1,61 x 0,1 = 0,99 Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) Nilai faktor penyesuaian belok kanan berdasarkan rasio belok kanan (PRT) yang sebesar 0,13 adalah: FRT = 1,09 – 0,922.PRT = 1,09 – 0,922 x 0,13 = 0,97 Faktor penyesuaian arus jalan minor (FMI) Nilai faktor penyesuaian arus jalan minor berdasarkan rasio jalan minor dengan jalan
i.
j.
utama + jalan minor yang sebesar 0,110, dengan tipe simpang : 322, yaitu: FMI = 1,19.PMI2 – 1,19. PMI + 1,19 = 1,19 x 0,1102 – 1,19 x 0,110 + 1,19 = 1,07 Kapasitas Kapasitas simpang Jl.Jatiwaringin – Jl.Masjid Nurul Ilham adalah : C = C0 x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI = 2700 x 0,973 x 1,0 x 1,0 x 0,81 x 0,99 x 0,97 x 1,07 = 2210 smp/jam Derajat kejenuhan Dari hasil perhitungan di atas, maka derajat kejenuhan untuk simpang Jl.Jatiwaringin – Jl.Masjid Nurul Ilham adalah : DS = Qtotal / C = 802 / 2210 = 0,363
•
W w / Lw
Dari hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : Ww/LW = 15,2/120 = 0,0127 b. Kapasitas - Faktor Ww Faktor Ww dapat dihitung dengan rumus : Faktor Ww = 135 x Ww 1.3 = 135 x 15.2 1.3 = 4642 - Faktor WE/WW Faktor WE/WW dapat dihitung dengan rumus : Faktor WE/WW = (1+ WE/WW)1.5 = (1+ 0,97)1.5 = 2,8 - Faktor pw Faktor pw dapat dihitung dengan rumus : Faktor pw = (1-pw/3)0.5 Dengan pw = 0,47, maka : = (1-0,47/3)0.5 = 0,918
Tabel 4.2 Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal pada Kondisi Eksisting NO
1
2
PERIODE DERAJAT VOLUME KAPASITAS JAM KEJENUHA (SMP/JAM) (SMP/JAM) PUNCAK N PAGI 539.1 2366.39 0.23 Jl. Indrapura - Jl. SIANG 478.0 2351.83 0.20 Sampurna - Jl. Indrapura SORE 561.0 2457.39 0.23 PAGI 697.2 2134.56 0.33 Jl. Kebalen Timur - Jl. SIANG 630.3 2257.02 0.28 Sampurna - Jl. Kebalen SORE 801.6 2209.63 0.36 NAMA SIMPANG
-
4.1.3 Perhitungan Kinerja Jalinan Jalinan jalan Jl. Rajawali – Jl. Garuda – Jl. Kembang Jepun – Jl. Jembatan Merah dapat dilihat sebagai berikut: a. Parameter Geometrik Jalinan • Lebar masuk - Pendekat 1 (dari Jl. Rajawali) = 15,2 m - Pendekat 2 (dari Jl. Garuda) = 14,5 m - Lebar masuk rata-rata WE =
•
Dari hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : WE/WW = 14,85/15,2 = 0,97 Panjang jalinan = 120 m Rasio antara lebar jalinan dan panjang jalinan dapat dihitung dengan rumus :
-
Faktor Ww/Lw Faktor Ww/Lw dapat dihitung dengan rumus : Faktor Ww/Lw = (1+Ww/Lw)-1.8 = (1+0,127)-1.8 = 0.807 Kapasitas Dasar (Co) Kapasitas didapat dari mengalikan keempat faktor diatas, dan didapatkan hasil = 9558 smp/jam
-
Kapasitas Kapasitas dihitung dengan rumus : C = Co x FCs x FRSU Dari hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : C = 9558 x 1 x 0,911 = 8708 smp/jam c. Derajat Kejenuhan Derajat Kejenuhan (DS) dapat dihitung dengan rumus :
W1 + W 2 2
Dari hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : WE = (15,2+14,5)/2= 14,85 m Lebar jalinan Ww = 15,2 m Rasio antara lebar masuk rata-rata dan lebar jalinan dapat dihitung dengan rumus :
DS = Q/C Dari perhitungan didapat hasil sebagai berikut : DS = 3127/8708 = 0,359
WE / Ww
6
Analisis Kinerja Jalan, Simpang dan Jalinan Pada Kondisi Terminal Pesapen Beroperasi. 4.2.1 Pertumbuhan Kendaraan Kinerja jalan dan simpang sangat dipengaruhi oleh kendaraan yang melewati jalan dan simpang tersebut. Kendaraan mengalami pertumbuhan tiap tahunnya. Sehingga diperlukan analisis mengenai besanya pertumbuhan kendaraan yang melewati jalan dan simpang di sekitar Terminal Pesapen. Dalam tugas akhir ini umur rencana yang di analisis selama 5 tahun mulai tahun 2012 hingga 2016. Perhitungan pertumbuhan kendaraan sebagai berikut.
Tabel 4.29 Perhitungan Pertumbuhan Kendaraan Ringan
Tabel 4.3 Pertumbuhan Volume Kendaraan
PERTUMBUHAN KENDARAAN BERAT (HV)
4.2
J ENIS KENDARAAN
2 00 4 KEND. RINGAN (LV) 216,244 KEND. BERA T (HV) 81,556 SEPEDA M OTOR (MC) 800,008
TAHUN VOLUME PERTUMBUHAN TAHUN KE KEND (% ) 1 2004 216,244 2 2005 227,887 5.38 3 2006 240,205 5.41 4 2007 242,710 1.04 5 2008 254,691 4.94 6 2009 263,862 3.60 7 2010 273,034 3.48 8 2011 282,205 3.36 9 2012 291,377 3.25 10 2013 300,549 3.15 11 2014 309,720 3.05 12 2015 318,892 2.96 13 2016 328,063 2.88 14 2017 337,235 2.80
TAHUN J UMLAH 20 05 2 00 6 20 07 227,887 240,205 242,710 927,046 84,773 86,258 88,486 341,073 883,838 928,686 972,645 3,585,177
90000 88000 86000 84000
Data volume kendaraan ringan dari tahun 2004 hingga tahun 2007 digunakan untuk mengetahui model pertumbuhan kendaraan dengancara regresi, sebagai berikut :
80000 y = 2227.50x + 79699.50 R² = 0.98
78000 2004
2005
2006
2007
Grafik 4.2 Pertumbuhan Kendaraan Berat (HV)
PERTUMBUHAN KENDARAAN RINGAN 250000 245000 240000 235000 230000 225000 220000 215000 210000 205000 200000
PERTUMBUHAN KENDARAAN BERAT (HV)
82000
Tabel 4.4 Perhitungan Pertumbuhan Kendaraan Berat PERTUMBUHAN KENDARAAN RINGAN
VOLUME PERTUMBUHAN TAHUN TAHUN KE KEND (% ) 1 2004 81556 2 2005 84773 3.94 3 2006 86258 1.75 4 2007 88486 2.58 5 2008 90837 2.66 6 2009 93065 2.45 7 2010 95292 2.39 8 2011 97520 2.34 9 2012 99747 2.28 10 2013 101975 2.23 11 2014 104202 2.18 12 2015 106430 2.14 13 2016 108657 2.09
y = 9171.60x + 208832.50 R² = 0.94 2004
2005
2006
2007
Grafik 4.1 Pertumbuhan Kendaraan Ringan (LV) Dengan model pertumbuhan tersebut maka dapat diketahui pertumbuhan kendaraan ringan hingga tahun 2016, dengan X adalah tahun ke- yang dicari dan Y adalah jumlah kendaraan ringan di tahun tersebut.
7
Tabel 4.6 Perhitungan Pertumbuhan Angkutan Umum di Pangkalan Jembatan Merah
PERTUMBUHAN SEPEDA MOTOR (MC) 1000000 980000 960000 940000 920000 900000 880000 860000 840000 820000 800000 780000 760000 740000 720000 700000
VOLUME PERTUMBUHAN TAHUN TAHUN KE KEND (% ) 1 2006 915 2 2007 1203 31.48 3 2008 1182 -1.75 4 2009 1182 0.00 5 2010 1224 3.55 6 2011 1320 7.87 7 2012 1380 4.52 8 2013 1440 4.33 9 2014 1499 4.15 10 2015 1559 3.98 11 2016 1619 3.83 12 2017 1679 3.69
PERTUMBUHAN SEPEDA MOTOR (MC)
2004
2005
2006
2007
y = 56275.90x + 755604.50 R² = 0.97
Grafik 4.3 Pertumbuhan Sepeda Motor (MC) Tabel 4.5 Perhitungan Pertumbuhan Sepeda Motor
4.2.2 Kinerja Jalan Akibat Beroperasinya Terminal Pesapen Akibat beroperasinya Terminal Pesapen pada tahun 2012, maka ruas jalan di sekitar Terminal Pesapen akan mengalami perubahan volume lalu lintas yang disebabkan angkutan kota yang semula tidak melewati jalan tersebut akan dipindahkan ke jalan di sekitar Terminal Pesapen. Selain itu, juga adanya pertumbuhan kendaraan pada setiap tahun, sehingga akan mempengaruhi kinerja ruas jalan tersebut. Volume angkutan kota yang dipindahkan berasal dari jalan Rajawali sebesar 212 kend/jam pada jam puncak pagi, 190 kend/jam pada jam puncak siang dan 217 pada jam puncak sore. Volume tersebut merupakan volume angkutan kota pada tahun 2011, untuk perhitungan tahun rencana perlu dikalikan dengan pertumbuhan angkutan umum. Tabel 4.6 Kinerja Ruas Jalan Setelah Terminal Pesapen Beroperasi
TAHUN VOLUME PERTUMBUHAN TAHUN KE KEND (% ) 1 2004 800008 2 2005 883838 10.48 3 2006 928686 5.07 4 2007 972645 4.73 5 2008 1036984 6.61 6 2009 1093260 5.43 7 2010 1149536 5.15 8 2011 1205812 4.90 9 2012 1262088 4.67 10 2013 1318364 4.46 11 2014 1374639 4.27 12 2015 1430915 4.09 13 2016 1487191 3.93
PERTUMBUHAN ANGKOT 1300 1250 1200 PERTUMBUHAN ANGKOT
1150 1100 1050
Linear (PERTUMBUHA N ANGKOT)
1000 950 900 2006
2007
2008
2009
2010
y = 59.7x + 962.1 R² = 0.546
NAMA RUAS JALAN
Grafik 4.4 Pertumbuhan Angkutan Kota di Pangkalan Jembatan Merah
RAJAWALI 1 JALAN
INDRAPURA
8
VOLUME DERAJAT KAPASITAS TAHUN KENDARAAN KEJENUHAN (C) (Q) (DS) 2012 1787.25 4950.00 0.36 2016 1111.97 4950.00 (Q) (DS) 0.22 2012 422.96 1402.00 0.30 2016 1402.00 (Q)488.80 (DS) 0.35
SAMPURNA JALAN
2012 2016
KEBALEN
2012 2016
408.14 469.48 (Q) 867.96 996.47
1976.01 1976.01
2401.49 2401.49
(DS)
0.21 0.24
0.36 0.41
pengendara mobil yang melewati jalan tersebut. Dengan lebar 6 m derajat kejenuhan Jalan Indrapura menjadi 0,22 pada tahun 2016.
4.2.3 Kinerja Simpang Akibat Beroperasinya Terminal Pesapen Tabel 4.7 Kinerja Simpang Setelah Terminal Pesapen Beroperasi NAMA SIMPANG
TAHUN
Jl. Indrapura - Jl. Sampurna Jl. Indrapura Jl. Kebalen Timur - Jl. Sampurna - Jl. Kebalen
2012 2016 2012 2016
VOLUME KAPASITAS (SMP/JAM) (SMP/JAM) 539.1 648.2 1018.7 1220.5
2366.39 2539.82 1748.54 1632.35
2. Simpang Jl. Indrapura – Jl. Sampurna – Jl. Indrapura Akibat Beroperasinya terminal pesapen , pada simpang ini semula Jalan Indrapura pendekat selatan awalnya hanya satu arah menuju Jalan Rajawali berubah menjadi dua arah,sehingga pada Simpang Jl. Indrapura – Jl. Sampurna – Jl. Indrapura diperlukan rambu dilarang masuk di Jalan Indrapura pendekat utara, angkutan kota hanya boleh belok kanan menuju Jalan Sampurna. Pada kondisi ini, DS Jalan Sampurna adalah 0,255 pada tahun 2016. Hal ini menandakan kinerja jalan adalah baik. Akan tetapi apabila angkutan umum melewati Jalan Indrapura pendekat selatan dan Jalan Sampurna, lebar jalan tidak akan mencukupi, sehingga diperlukan pelebaran jalan yang semula 5,2 m menjadi 6 m. dengan lebar 6 m DS simpang ini pada tahun 2016 menjadi 0,247.
DS 0.23 0.26 0.58 0.75
4.2.4 Kinerja Jalinan Akibat Beroperasinya Terminal Pesapen Tabel 4.8 Kinerja Simpang Setelah Terminal Pesapen Beroperasi NAMA SIMPANG
TAHUN
2012
2013 Jl. Rajawali - Jl. Garuda - Jl. Kembang Jepun - Jl. Jembatan Merah
2014
2015
2016
PERIODE VOLUME KAPASITAS JAM (SMP/JAM) (SMP/JAM) PUNCAK PAGI 3246.6 8707.60 8766.76 SIANG 2286.4 SORE 3877.3 8707.60 PAGI 3380.5 8707.60 SIANG 2439.3 8766.76 SORE 4152.6 8707.60 PAGI 3499.1 8707.60 SIANG 2524.2 8766.76 SORE 4300.2 8707.60 PAGI 3612.8 8707.60 SIANG 2605.7 8766.76 SORE 4441.6 8707.60 PAGI 3721.6 8707.60 SIANG 2683.7 8766.76 SORE 4526.1 8707.60
DS 0.37 0.26 0.45 0.39 0.28 0.48 0.40 0.29 0.49 0.41 0.30 0.51 0.43 0.31 0.52
3. Simpang Jl. Kebalen Timur – Jl. Sampurna – Jl. Kebalen Pada simpang ini DS pada tahun 2016 akibat beroperasinya terminal pesapen sebesar 0,75, maka perlu dilakukan manajemen lalu lintas. Pada Jalan Sampurna lebar pendekatnya 5,2 m perlu diperlebar menjadi 6 m. dengan lebar 6 m DS Simpang ini pada tahun 2016 menjadi 0,74. Untuk mengurangi hambatan samping yang mungkin terjadi di Simpang ini diperlukan pemasangan rambu dilarang parkir di Jalan Sampurna untuk mengantisipasi angkutan kota yang mencari penumpang di wilayah tersebut.
4.3
Manajemen Lalu-lintas Kondisi lalu lintas di sekitar Terminal Pesapen mengalami penurunan kinerja baik ruas jalan perkotaan, simpang dan jalinan akibat beroperasinya Terminal Pesapen. Oleh sebab itu diperlukan manajemen lalu lintas untuk mengatasi permasalahan tersebut. beberapa manajemen lalu lintas tersebut adalah : 1. Ruas Jalan Indrapura Pada ruas Jalan Indrapura,kondisi eksisting merupakan jalan 2 lajur satu arah. Akibat beroperasinya Terminal Pesapen maka akses masuk angkutan umum melewati Jalan Indrapura,sehingga tipe jalan berubah menjadi 2/2 UD. Selain itu,dipasang rambu dilarang masuk selain angkutan umum agar kendaraan lain tidak melewati ruas Jalan Indrapura yang berpotensi mengakibatkan kemacetan. Pada kondisi ini, DS Jalan Indrapura adalah 0,35 pada tahun 2016. Hal ini menandakan kinerja jalan adalah baik. Akan tetapi apabila angkutan umum melewati Jalan Indrapura, lebar jalan tidak akan mencukupi, sehingga diperlukan pelebaran jalan yang semula 5,2 m menjadi 6 m. sehingga kapasitas jalan bertambah dan memberikan kenyamanan terhadap
4. Jalinan Jl. Rajawali – Jl. Garuda – Jl. Kembang Jepun – Jl. Jembatan Merah. Pada jalinan Jl. Rajawali – Jl. Garuda – Jl. Kembang Jepun – Jl. Jembatan Merah kinerja dalam kondisi baik, akan tetapi masih terdapat banyak angkot yang berhenti untuk menaikan dan menurunkan penumpang di Jalan Jembatan merah,walaupun sudah terdapat rambu dilarang berhenti. Hal ini mengakibatkan kemacetan di sekitar jalinan.
9
Indrapura – Jl. Sampurna – Jl. Indrapura diperlukan rambu dilarang masuk di Jalan Indrapura pendekat utara, angkutan kota hanya boleh belok kanan menuju Jalan Sampurna. Pada kondisi ini, DS Jalan Sampurna adalah 0,255 pada tahun 2016. Hal ini menandakan kinerja jalan adalah baik. Akan tetapi apabila angkutan umum melewati Jalan Indrapura pendekat selatan dan Jalan Sampurna, lebar jalan tidak akan mencukupi, sehingga diperlukan pelebaran jalan yang semula 5,2 m menjadi 6 m. dengan lebar 6 m DS simpang ini pada tahun 2016 menjadi 0,247.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap jalan, persimpangan dan jalinan di sekitar Terminal Pesapen, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Kinerja jalan, simpang dan jalinan di sekitar Terminal Pesapen pada kondisi eksisting dalam kondisi baik, dengan nilai DS < 0,75. 2. Kinerja jalan, simpang dan jalinan di sekitar Terminal Pesapen setelah beroperasinya Terminal Pesapen dalam kondisi baik, dengan nilai DS < 0,75. Akan tetapi diperlukan manajemen lalu lintas disekitar lokasi studi. 3. Manajemen lalu lintas yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Ruas Jalan Indrapura Pada ruas Jalan Indrapura,kondisi eksisting merupakan jalan 2 lajur satu arah. Akibat beroperasinya Terminal Pesapen maka akses masuk angkutan umum melewati Jalan Indrapura,sehingga tipe jalan berubah menjadi 2/2 UD. Selain itu,dipasang rambu dilarang masuk selain angkutan umum agar kendaraan lain tidak melewati ruas Jalan Indrapura yang berpotensi mengakibatkan kemacetan. Pada kondisi ini, DS Jalan Indrapura adalah 0,35 pada tahun 2016. Hal ini menandakan kinerja jalan adalah baik. Akan tetapi apabila angkutan umum melewati Jalan Indrapura, lebar jalan tidak akan mencukupi, sehingga diperlukan pelebaran jalan yang semula 5,2 m menjadi 6 m. sehingga kapasitas jalan bertambah dan memberikan kenyamanan terhadap pengendara mobil yang melewati jalan tersebut. Dengan lebar 6 m derajat kejenuhan Jalan Indrapura menjadi 0,22 pada tahun 2016. b. Simpang Jl. Indrapura – Jl. Sampurna – Jl. Indrapura Akibat Beroperasinya terminal pesapen , pada simpang ini semula Jalan Indrapura pendekat selatan awalnya hanya satu arah menuju Jalan Rajawali berubah menjadi dua arah,sehingga pada Simpang Jl.
c. Simpang Jl. Kebalen Timur – Jl. Sampurna – Jl. Kebalen Pada simpang ini DS pada tahun 2016 akibat beroperasinya terminal pesapen sebesar 0,75, maka perlu dilakukan manajemen lalu lintas. Pada Jalan Sampurna lebar pendekatnya 5,2 m perlu diperlebar menjadi 6 m. dengan lebar 6 m DS Simpang ini pada tahun 2016 menjadi 0,74. Untuk mengurangi hambatan samping yang mungkin terjadi di Simpang ini diperlukan pemasangan rambu dilarang parkir di Jalan Sampurna untuk mengantisipasi angkutan kota yang mencari penumpang di wilayah tersebut. d. Jalinan Jl. Rajawali – Jl. Garuda – Jl. Kembang Jepun – Jl. Jembatan Merah. Pada jalinan Jl. Rajawali – Jl. Garuda – Jl. Kembang Jepun – Jl. Jembatan Merah kinerja dalam kondisi baik, akan tetapi masih terdapat banyak angkot yang berhenti untuk menaikan dan menurunkan penumpang di Jalan Jembatan merah,walaupun sudah terdapat rambu dilarang berhenti. Hal ini mengakibatkan kemacetan di sekitar jalinan..
10
5.1 SARAN Pengaturan jumlah armada angkutan umum yang beroperasi akan lebih efektif mengurangi kemacetan di Pangkalan Jembatan Merah. Pada Lokasi disekitar Terminal Pesapen terdapat bangunan yang tidak berada pada garis simpadan bangunan, sehingga memakai bahu jalan sebagai bagian dari bangunan, dan juga banggunan liar disekitar lokasi studi sehingga mengurangi kinerja jalan.sebaiknya hal tersebut ditertibkan agar mengembalikan fungsi jalan. Selain itu,banyaknya pelanggaran rambu – rambu lalu lintas di sekitar pangkalan jembatan merah dan terminal pesapen sebaiknya di tindak agar tidak menganggu kinerja jalan dan mengakibatkan kemacetan.
11