MANAJEMEN LABA SEBAGAI RESPON ATAS PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN DI INDONESIA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)
NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
oleh : WORO TITIS HARDINI B200090226
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
i
MANAJEMEN LABA SEBAGAI RESPON ATAS PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN DI INDONESIA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)
WORO TITIS HARDINI B200090226 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ABSTRAKSI Tarif pajak Badan di Indonesia menjadi tarif tunggal sejak tahun 2009. Dengan diberlakukanya tarif pajak yang baru ini, perusahaan khusussnya yang telah go public akan sangat diuntungkan karena tarif pajak efektif perusahaan akan menjadi lebih kecil. Penelitian ini bermaksud untuk memeperoleh bukti empiris tentang manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif pajak Badan pada perusahaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini termasuk penelitian statistical study dengan menggunakan metode explanotory research yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis. Data empiris diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang go public di BEI. Sampel yang diambil adalah 28 perusahaan yang laba dan 14 perusahaan yang mengalami kerugian pada periode tahun 20062010. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dengan pertimbangan beberapa kriteria. Teknik analisis menggunakan uji beda t-test, uji t, uji F, dan uji koefesien determinasi disertai dengan pengujian asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Perusahaan yang melakukan manajemen laba atas perubahan tarif pajak Badan hanya perusahaan yang laba; (2) Manajemen laba pada perusahaan yang laba dipengaruhi oleh insentif pajak dan insentif non pajak; (3) Manajemen laba pada perusahaan yang mengalami kerugian hanya dipengaruhi oleh insentif non pajak, dan (4) Manajemen laba pada perusahaan yang laba maupun rugi tidak dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial dan presentasi saham yang disetor di BEI. Kata kunci : Corporate tax rate changes, earnings management, tax incentives, and non-tax incentives.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul: MANAJEMEN LABA SEBAGAI RESPON ATAS PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN DI INDONESIA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) Yang ditulis oleh:
WORO TITIS HARDINI B 200 090 226
Penandatanganan berpendapat bahwa naskah publikasi tersebut telah memenuhi syarat untuk diterima. Surakarta,
Juni 2013
Pembimbing
(Drs. Eko Sugiyanto , M.Si)
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Dr. Triyono, SE., M.Si)
iii
PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG MASALAH Perbedaan kepentingan dalam bidang perpajakan pada umumnya terjadi antara perusahaan dengan pemerintah. Karena pada dasarnya perusahaan berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah semaksimal mungkin. Apabila beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan dirasa cukup memberatkan, maka dapat mendorong manajemen untuk mengatasinya dengan berbagai cara, salah satunya adalah memanipulasi laba perusahaan. Tarif Pajak Penghasilan Badan di Indonesia sebelum tahun 2009 adalah tarif progresif, yaitu tarif pajak yang presentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Sejak diterbitkannya UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku efektif pada tahun 2009, terjadi perubahan tarif Pajak Penghasilan Badan dari tarif progresif menjadi tarif tunggal, yaitu: (1) 28% (diefektifkan pada tahun 2009) dan 25% (diefektifkan pada tahun 2010) untuk perusahaan; dan (2) 5% lebih rendah dari tarif nomor (1) untuk perusahaan yang telah go public dan minimal 40% saham disetornya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan diberlakukannya tarif pajak yang baru ini, perusahaan khususnya yang telah go public akan sangat diuntungkan karena tarif pajak efektif perusahaan akan menjadi lebih kecil. Manajer melakukan
1
manajemen
laba
dengan
menggunakan
discretionary
accrual.
Discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba atau beban yang tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Adanya pilihan kebijakan ini, menyebabkan manajemen dapat merekayasa laba yang disajikan dalam laporan keuangan. Salah satu motivasi dari manajemen laba adalah taxation motivations, yaitu perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menghasilkan laba yang dilaporkan lebih rendah dari yang seharusnya, sehingga pajak yang dibayarkan kepada pemerintah menjadi lebih rendah (Scott,2000). Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah perusahaan akan melakukan manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif pajak badan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga akan menguji apakah manajemen laba yang dilakukan perusahaan dimotivasi oleh insentif pajak atau insentif non pajak. Kontribusi pertama dari penelitian ini adalah mebguji apakah perusahaan manufaktur di Indonesia melakukan manajemen laba sebagai respon atas diberlakukanya UU
No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan. Kontribusi kedua penelitian ini adalah menguji apakah manajemen laba dipengaruhi oleh insentif pajak terkait dengan adanya moment perubahan tarif pajak atau justru dipengaruhi oleh insentif non pajak. Kontribusi ketiga dari penelitian ini adalah menguji apakah presentase jumlah saham disetor perusahaan yang diperdagangkan di BEI
2
mempengaruhi discretionary accruals. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan tarif bagi perusahaan go public yang minimal 40% saham disetornya diperdagangkan di BEI. Sehingga peneliti terdorong untuk mengakat
permasalahan
dalam
bentuk
penelitian
berjudul
:
“
MANAJEMEN LABA SEBAGAI RESPON ATAS PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI )”
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Manajemen Laba. Menurut Scott (1997), Manajemen laba adalah tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan dan/atau nilai pasar perusahaan. Manipulasi tersebut dilakukan agar laba nampak sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, manipulasi dilakukan agar investor tetap tertarik dengan perusahaan tersebut. Manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Pola earnings management yang biasa dilakukan menurut Scott (2000) dalam Sitorus (2006) yaitu :
3
1. Taking a Bath Manajemen mencoba mengalihkan excepted future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang. Biasanya dilakukan jika perusahaan mengadakan restrukturisasi atau reorganosasi seperti pergantian CEO. 2. Income Minimization Manajemen mencoba memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa mendatang. 3. Income Maximization Manajemen mencoba meningkatkan laba masa kini dengan memindahkan beban ke masa mendatang. Biasanya dilakukan manajer dalam rangka memperoleh bonus tahunan. 4. Income Smoothing Tindakan dimana manajemen memperhalus fluktuasi laba dari periode ke periode dengan cara memindahkan laba dari periode yang memiliki laba tinggi ke periode yang memiliki laba rendah. 2.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Menurut Scott (2000) dalam Sitorus (2006), terdapat berbagai motivasi perusahaan melakukan manajemen laba, yaitu:
1. Motivasi Bonus
4
Laba sering dijadikan indikator penelitian prestasi manajer perusahaan, dengan cara menetapkan tingkat laba yang harus dicapai dalam periode tertentu. Laba juga dapat mengursngi biaya keagenan. 2. Contracting Incentives Secara umum memenuhi kewajiban-kewajiban kontrak termasuk perjanjian hutang (debt covenant). 3. Political Motivations -
Untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari
pemerintah, dilakukan dengan cara menurunkan earning. -
Untuk
memperoleh
kemudahan
dan
fasilitas
dari
pemerintah, misalnya subsidi, perlindungan dari pesaing luar negeri, dilakukan dengan cara menurunkan earning. 4. Taxation Motivations Manajemen laba dilakukan untuk tujuan penghematan pajak, yaitu dengan cara memperkecil perolehan laba sehingga mengakibatkan apa yang dibayarkan kepada pemerintah juga lebih kecil dari yang seharusnya. 5. Changes of Chief Executive Officer (CEO) CEO yang mendekati
akhir jabatanya, cenderung melakukan
income maximation untuk meningkatkan bonus mereka.
5
6. Initial Public Offerings (IPO) Perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana (IPO), cenderung melakukan income increassing untuk menarik calon investor. 2.3
Perubahan Tarif Pajak Badan. Pada tahun 2008, Direktorat Jenderal Pajak di Indonesia merevisi Undang-undang Perpajakan yang meliputi Undangundang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh), serta Undangundang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN dan PPnBM). Hal ini diatur berdasarkan Aturan Pelaksanaan Ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2007, UU No. 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan dipertegas dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK-283/PMK.03/2008.
2.4
Insentif Pajak. Pemberian insentif sebesar 5% pada perusahaan go public diatur dalam PP No. 81 tahun 2007 dan diatur kembali dalam Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
238/PMK.03/2008
yang
mengatur tata cara pelaksanaan dan pengawasan pemberian intensif pajak tersebut. Insentif pajak penghasilan badan pasal 17 ayat 2b merupakan
suatu
kebijakan
pemerintah
indonesia
untuk
6
memberikan keringanan pada perusahaan terbuka yang memenuhi syarat Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.03/2008. 2.5
Insentif Non Pajak. Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh insentif non pajak. Guenther (1994) menemukan bukti empiris bahwa insentif non pajak (ukuran perusahaan dan kepemilikan
manajerial)
berpengaruh
signifikan
terhadap
discretionary current accrual. Berdasarkan insentif non pajak yang digunakan oleh Yin dan Cheng (2004) maupun Guether (1994), maka insentif non pajak pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Earnings pressure Insentif pajak mengimplikasikan bahwa perusahaan akan memilih untuk menurunkan laba sebagai respon atas penurunan tarif pajak. Untuk perusahaan yang labanya tidak mencapai target, penurunan laba yang dilakukan untuk tujuan pajak dapat dikurangi oleh earnings pressure guna meningkatkan laba akuntansi. 2. Tingkat utang Perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukkan beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang yang biasa disebut dengan leverage, merupakan ukuran yang berhubungan dengan keberadaan suatu persetujuan utang.
7
Dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan menggunakan sumber dana dari modal sendiri dan dari luar (hutang). Penggunaan dana dari luar dapat menghasilkan leverage yang menguntungkan apabila pendapatan yang diterima oleh perusahaan atas penggunaan dana tersebut lebih besar dari pengguna biaya tersebut, namun dapat pula merugikan apabila perusahaan tidak memperoleh pendapatan atas penggunaan dana tersebut. 3. Earnings bath Earnings bath atau biasa disebut taking a bath, yaitu manajemen mencoba mengalihkan expected future cost ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang dari yang seharusnya. Ini merupakan salah satu cara untuk melakukan manajemen laba. Misalnya ketika laba perusahaan kecil, manajer tidak akan berusaha meningkatkan total akrualnya, melainkan akan memperkecil total akrualnya, guna mendapatkan kompensasi di masa mendatang. 4. Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Terdapat beberapa proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu jumlah karyawan, total asset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar asset, semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan, semakin banyak perputaran uang dan
8
semakin besar kapitalisasi pasar, semakin besar pula dikenal dalam masyarakat. Perusahaan yang berukuran besar biasanya memiliki peran sebagai pemegang kepentingan yang lebih luas. Hal ini membuat berbagai kebijakan perusahaan besar akan memberikan dampak yang besar terhadap kepentingan publik dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat, sehingga mereka lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan,
sehingga
berdampak
perusahaan
tersebut
harus
melaporkan kondisinya lebih akurat. 5. Kepemilikan manajerial Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaaan oleh pihak manajer atau dengan kata lain manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat pula. Namun dengan adanya kepemilikan manajerial ini dapat menyeimbangkan potensi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham lainnya. Perusahaaan dengan tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi diharapkan memiliki discretionary accrual yang negatif untuk memperoleh keuntungan pajak.
9
2.6 Tarif Pajak Penghasilan untuk Perusahaan Go Public dan Minimal 40% Saham Disetornya Diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia Menurut Peraturan Menteri Keuangan PMK-238/PMK03/2008 ada 5 (lima) hal yang diatur dalam penurunan tarif, yaitu : 1. Wajib Pajak Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat memperoleh potongan tarif pajak penghasilan sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari tarif tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Dalan Negeri sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang PPh. 2. Penurunan Tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud di atas diberikan kepada Wajib Pajak apabila jumlah kepemilikan saham publiknya 40% (empat puluh persen) dan atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pihak. 3. Masing-masing pihak sebagaimana dimaksud di atas hanya boleh memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang disetor. 4. Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas harus dipenuhi oleh Wajib Pajak Badan dalam waktu paling singkat 6 (enam) bulan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pajak. 5. Waktu enam bulan sebagaimana dimaksud di atas adalah 183 (seratus delapan puluh tiga) hari.
10
2.7 HIPOTESIS H1a: Profit firm dan loss firm melakukan manajemen laba pada tahun 2007 dan 2008 sebagai respon sebelum perubahan tarif pajak penghasilan Badan di Indonesia ( UU No. 36 Thn 2008). H1b:
Profit firm dan loss firm melakukan manajemen laba pada tahun 2009 dan 2010 sebagai respon sesudah perubahan tarif pajak penghasilan Badan di Indonesia ( UU No. 36 Thn 2008).
H2:
Insentif pajak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual pada profit firm dan loss firm.
H3 :
Insentif non pajak berpengaruh signifikan discretionary accrual pada profit firm dan loss firm.
H4:
Presentase jumlah saham disetor perusahaan yang diperdagangkan di BEI berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual
terhadap
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Populasi penelitian ini meliputi perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur yang telah go public dan sahamnya telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2006-2010. Pengambilan sampel pada
11
penelitian ini dilakukan secara purposive sampling ( judgement sampling), yaitu pemilihan sampel secara tidak acak dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan bergerak di sektor manufaktur dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006 sampai dengan 2010. 2. Menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selama kurun waktu 2006-2010 3. Perusahaan tersebut melaporkan beban pajak selama kurun waktu 2006-2010. 3.2 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi yaitu data yang diperoleh dari dokumen atau catatan dari pihak lain. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI di tahun 2006-2010. 3.3 Metode Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif, uji beda t-test, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. 3.3.1
Statistik Deskriptif Menurut Ghozali (2011), statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kortosis dan skewness. 3.3.2
Uji Beda T-Test
12
Uji beda T-test yang digunakan dalam penelitian ini adalah paired sample t-test yang digunakan untuk menguji perbandingan untuk dua sampel yang berpasangan. 3.3.3
Uji Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,2011).
b.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
c.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamat lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut heterokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
13
3.3.4 Uji Hipotesis a. Uji Pengaruh Simultan ( Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2011). c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1
Pengujian Instrument Penelitian a. Hasil Uji Multikolonieritas Hasil uji multikolonieritas. Dari hasil tolerance setiap variabel independen memiliki nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10, artinya tidak terjadi masalah multikolonieritas. Bisa dikatakan bahwa model regresi dalam penelitian ini baik. b. Hasil Uji Normalitas
14
Diketahui hasil uji normalitas, jika nilai signifikansi 2-tailed lebih besar dari taraf yang ditentukan yaitu 0,05. Maka Ho diterima, berarti data residual berdistribusi normal. c. Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan nilai Durbin Watson pada output yang akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel (n) dan jumlah variabel independen. d. Hasil Uji Heterokedastisitas Model
yang
baik
adalah
model
yang
mempunyai
Homoskedastisitas. Dalam penelitian ini menggunakan uji glejser. tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolut laba. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas. 4.2 Analisis Data a. Uji Beda T-test
15
TABEL 4.1 Hasil Uji Beda T-test untuk Profit Firm Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference
Mean Pair 1 20072008 20092010
Std. Deviation Mean
Lower
Upper
T
df
Sig. (2tailed )
.1038125 .1678186 .0224257 .0588704 .1487546 4.629 55 .000
Sumber : Output SPSS, data diolah Hasil yang diperoleh dari uji beda rata-rata perbandingkan tahun sebelum dan sesudah diefektifkannya tarif pajak Badan tahun 2008 menunjukkan bahwa secara statistik terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara periode sebelum penurunan tarif pajak Badan 2008 dan sesudah penurunan tarif pajak Badan 2008 yaitu dengan nilai signifikansi 2-tailed sebesar 0,000 pada tarif signifikansi 0,05. Nilai t yang disajikan untuk uji beda rata-rata berpasangan sebesar 4,629 dengan tingkat signifikansi 2tailed 0,000 yang berarti nilai t signifikan karna 0,000 < 0,05.
16
TABEL 4.2 Hasil Uji Beda T-test untuk Loss Firm Paired Samples Test Paired Differences 95% Std.
Mean Pair 1
Std.
Interval
Deviatio Error
Difference
n
Lower
Mean
Confidence of
Sig.
the
(2tailed
Upper
T
df
)
20072008 2009-
.0252536
.209761 .039641 0
1
-.0560832 .1065904 .637 27 .529
2010
Sumber : Output SPSS, data diolah hasil yang diperoleh dari uji beda rata-rata perbandingkan tahun sebelum dan sesudah diefektifkannya tarif pajak Badan tahun 2008 menunjukkan bahwa secara statistik terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara periode sebelum penurunan tarif pajak Badan 2008 dan sesudah penurunan tarif pajak Badan 2008 yaitu dengan nilai signifikansi 2tailed sebesar 0,529 pada taraf signifikansi 0,05. Nilai t yang disajikan untuk uji beda rata-rata berpasangan sebesar 0,637 dengan tingkat signifikansi 2tailed 0,529 yang berarti nilai t tidak signifikan karna 0,529 > 0,05.
17
4.3 PEMBAHASAN 1. Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan 2008 Terhadap Manajemen laba. Untuk
mengetahui
pengaruh
perubahan
tarif
pajak
penghasilan Badan 2008 terhadap manajemen laba menggunakan uji beda T-test. Membandingkan adanya manajemen laba pada tahun sebelum dan pada tahun sesudah diefektifkanya tarif pajak penghasilan 2008. Untuk perusahaan profit firm perbandingan tahun sebelum dan sesudah diefektifkanya tarif pajak penghasilan badan perbedaan yang signifikan
terdapat
yaitu dengan nilai signifikansi 2-tailed
0,000 pada tarif signifikan 0,05 ( 0,000 < 0,05). Nilai t yang disajikan untuk uji beda rata-rata berpasangan sebesar 4,629. Untuk perusahaan loss firm perbandingan tahun sebelum dan sesudah diefektifkanya tarif pajak penghasilan badan tidak ada perbedaan yang signifikan yaitu dengan nilai signifikansi 2-tailed 0,529 pada tarif signifikan 0,05 ( 0,529 > 0,05).nilai t yang disajikan untuk uji beda rata-rata berpasangan sebesar 0,637. 2. Pengaruh Insentif Pajak Terhadap Manajemen Laba Insentif pajak dalam penelitian ini diukur menggunakan proxy TAXPLAN. Untuk perusahaan profit firm TAXPLAN berpengaruh positif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen
18
laba, dengan nilai signifikansi 0,032 < 0,05. Mempunyai thitung yakni 2,172 dengan ttabel 1,989 jadi thitung > ttabel. Untuk perusahaan loss firm TAXPLAN berpengaruh negatif
terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba,
dengan nilai signifikansi 0,495 > 0,05. Mempunyai thitung
yakni
0,690 dengan ttabel 2,04 jadi thitung < ttabel. 3. Pengaruh Earning Pressure Terhadap Manajemen Laba. EPRESS untuk perusahaan profit firm berpengaruh positif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,041< 0,05. Mempunyai thitung yakni 2,077 dengan ttabel 1,989 jadi thitumg > ttabel. EPRESS untuk perusahaan loss firm berpengaruh negatif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,826 > 0,05. Mempunyai thitung yakni 0,221 dengan ttabel 2,04 jadi thitumg < ttabel. 4. Pengaruh Tingkat Hutang Terhadap Manajemen Laba. DEBT untuk perusahaan profit firm berpengaruh positif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,015 < 0,05. Mempunyai thitung yakni 2,476 dengan ttabel 1,989 jadi thitumg > ttabel.
19
DEBT untuk perusahaan loss firm berpengaruh positif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,009 < 0,05. Mempunyai thitung yakni 2,736 dengan ttabel 2,04 jadi thitumg > ttabel. 5. Pengaruh Earnings Bath terhadap Manajemen Laba. ERANK untuk perusahaan profit firm berpengaruh positif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,006 < 0,05. Mempunyai thitung yakni 2,814 dengan ttabel 1,989 jadi thitumg > ttabel. ERANK untuk perusahaan loss firm berpengaruh positif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,013 < 0,05. Mempunyai thitung yakni 2, 609 dengan ttabel 2,04 jadi thitumg > ttabel. 6. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. SIZE untuk perusahaan profit firm berpengaruh positif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,035 < 0,05. Mempunyai thitung yakni 2,143 dengan ttabel 1,989 jadi thitumg > ttabel. SIZE untuk perusahaan loss firm berpengaruh negatif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai
20
signifikansi 0,082 > 0,05. Mempunyai thitung yakni 1,785 dengan ttabel 2,04 jadi thitumg < ttabel. 7. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba. MGTOWN untuk perusahaan profit firm berpengaruh negatif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,639 > 0,05. Mempunyai thitung yakni 0,470 dengan ttabel 1,989 jadi thitumg < ttabel. MGTOWN untuk perusahaan loss firm berpengaruh negatif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,298 > 0,05. Mempunyai thitung yakni 1,056 dengan ttabel 2,04 jadi thitumg < ttabel. 8. Pengaruh Presentase Jumlah Saham Disetor Perusahaan di BEI TerhadapManajemen Laba. STOCK untuk perusahaan profit firm berpengaruh negatif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,444 > 0,05. Mempunyai thitung yakni 0,769 dengan ttabel 1,989 jadi thitumg < ttabel. STOCK untuk perusahaan loss firm berpengaruh negatif terhadap DAC proxy untuk mengukur manajemen laba, dengan nilai signifikansi 0,649 > 0,05. Mempunyai thitung yakni 0,459 dengan ttabel 2,04 jadi thitumg < ttabel.
21
PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini menemukan bahwa perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dalam rangka merespon perubahan tarif pajak Badan di Indonesia adalah perusahaan yang memperoleh laba (profit firm). Dengan kata lain, hanya perusahaan manufaktur yang memperoleh laba saja, yang memanipulasi labanya guna meminimalkan pembayaran perusahaan. Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian (loss firm) tidak melakukan manajemen laba dalam rangka merespon tarif perubahan tarif pajak Badan di Indonesia. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian (loss firm) tidak perlu melakukan manajemen laba untuk meminimalkan pembayaran pajak penghasilannya karena perusahaan yang mengalami kerugian dibebaskan dari pembayaran pajak. Selain itu, berdasarkan peraturan perpajakan di Indonesia, perusahaan yang mengalami kerugian boleh mengkompensasikan kerugiannya maksimal dalam kurun waktu lima tahun. Pada penelitian ini ditemukan pula bukti bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang memperoleh laba (profit firm) dipengaruhi oleh insentif pajak, sedangkan untuk loss firm insentif pajak tidak berpengaruh. Manajemen laba yang dilakukan profit firm dipengaruhi juga oleh insentif non pajak (EPRESS, DEBT, ERANK, dan SIZE)
22
sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh, seberapa besar presentase saham yang dimiliki pihak manajemen tidak mempengaruhi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Sedangkan untuk loss firm insentif non pajak juga berpengaruh dalam melakukan manajemen laba ( DEBT dan ERANK) sedangkan EPRESS, SIZE, dan MGTOWN tidak berpengaruh dalam melakukan manajemen laba pada perusahaan yang mengalami kerugian karna pada dasarnya perusahaan yang mengalami kerugian, bisa mengkompensasikan kerugiannya maksimal dalam waktu 5 tahun. Selain itu, ditemukan bukti pula bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan sampel (profit dan loss firm) ternyata tidak dipengaruhi oleh presentase jumlah saham disetor perusahaan yang diperdagangankan di BEI. Hal ini mengindikasi berapapun jumlah sahan disetor perusahaan yang diperdagangkan di BEI, ternyata jumlah tersebut tidak mempengaruhi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. 5.2 SARAN Berdasarkan hasil simpulan diberikan saran sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada praktisi bisnis, mengenai pentingnya perubahan tarif pajak Badan terhadap perusahaan, sehingga bisa menjadi masukan dalam mengambil keputusan.
23
2. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menambah variabel lain atau menggunakan sampel pada perusahaan selain manufaktur.
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, A.R. 2007. Accounting Theory. 5th Edition. Buku 2. Edisi Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat. Burgstahler, David C., and Ilha D. Dichev. “Earnings Management to Avoid Earnings Desrease and Losses”. Journal of Accounting and Economic. Vol 24 (1997), pp. 99-126 Chaney, B. 1995. “ Student Outcomes and The Profesional Preparation of Eighth Grade Teachers In Science and Mathematics”. Report Prepared By The National Science Foundation. Rockville, MD: Westat, Inc. Deviana, Birgita S.P.2010. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Kini Dalam Deteksi Manajemen Laba Pada Saat Seasoned Equity Offerings.Eprints.undip.ac.id/birgitadeviana Dechow, Patricia M, C. M Schard. Earning Quality. United States of America: The Research Foundation of CFA Institute, 2004. Dechow, P.S. Richardson, and I. Tuna. “ Why Are Earnings Kinky? An Examination of The Earnings Management Explanation”. Review of Accounting Studies, vol 8 (2003). Pp. 355-384. Ettredge, M.L., Sun, L., Lee, P., and Anandarajan, A.A. 2008. Is Earning Froud Associated with High Deferred Tax and/or Book Minus Tax Levels, Auditing: A journal of Practice & Theory, vol.27, No.1, pp. 1-33. Guay, W R., S.P. Kothari, R.L. Watts, „‟A Market- Based Evaluation of Discretionary AccrualModels”. Lournal of Accounting Research, vol 34 (1996), pp. 83-105. Guenther, David. “ Earnings Management in Response to Corporate Tax Rate Changes: Evidence from the 1986 Tax Reform Act”. The Accounting Review. 1994:230-243.
24
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011. Hamzah, Ardi.2009. Deteksi Earning Management Melalui Beban Pajak Tangguhan, Akrual dan Arus Kas Operasi. Universitas Trunojoyo. Isjd.pdii.lipi.go.id. Handayani, Sri dan Rachadi, Agustono Dwi. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Universitas Tri Sakti. Stietrisakti.ac.id. Handoko, T Hani. 2002. Manajemen, Edisi Kedua, Cetakan Ketiga Belas. Yogyakarta. BPFE Hidayati, siti Murfiah dan Zulaikha. Analisis Perilaku Earning Management : Motivasi Minimalisasi Income Tax. Universitas Diponegoro Semarang. Simposium Nasional Akuntansi 6. Surabaya 16-17 Oktober 2003. Holland, D. And Alam Ramsay, “ Do Australian Companies Manage Earnings to Meet Simple Earnings Benchmarks?”. Accounting and Finance, Vol 43 (2003). Pp. 41-62. Irreza dan Yulianti. Penggunaan Komponen-Komponen Pembentuk Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen Laba : Sebuah Pendekatan Baru Di Indonesia. Universitas Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 13. Purwokerto 13-15 Oktober 2010. Jones, J. (1991). “ Earnings Management During Import Relief Investigations”. Journal of Accounting Research. Page 193-228. Jensen, Michael C. Dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure.” Journal of Financial Economic 3: 305-360. Lilis, Setiawati (2001). “ Rekayasa Akrual untuk Meminimalkan Pajak”. Simposium Nasional Akuntansi V. Semarang, 2001. Ma’ruf, Muhammad. 2006. Analisis Praktik Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil. Universitas Sebelas Maret. Si. UNS. ac.id. Mulyadi. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat, 2001. Phillips, Pincus dan Rego. 2003. Earnings Management New Evidence Based On Deffered Tax Expense. Jurnal Akuntansi. Vol. 78, No 2. Ross, Rick. 1973. The Economic Theory of Agency : The Principals Problem. www. Aeaweb.org.
25
Sari, Chandra. Ratna dan Zuhrohtun. 2006. Keinformatifan Laba Dipasar Obligasi dan Saham. Universitas Sumatera Utara. Repository. Usu.ac.id. Singgih , Santosa. 2002. Statistika Parametrik Kondep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Elex Media Kompetindo. Scott, R. William, “ Financial Accounting Theory”, 2000, Second Edition, Prentice Hall Canada linc, Scarborough, Ontario, Canada. Subagyo dan Oktaviani. Manajemen Laba Sebagai Respon Atas Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan Di Indonesia. Universitas Kristen Krida Wacana. Sinposium Nasional Akuntansi 13. Purwokerto 13-15 Oktober 2010. Sukartha, I Made. 2009. Pengaruh Mnajemen Laba, dan Kepemilikan Manajerial Pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi. Universitas Udayana. Isjd.pdii.lipi.go.id. Scholes, M. S., G.P. Wilson and M.A. Wolfson. “ Firms” Responses to Anticipated Reduntion in Tax Rates: The Tax Reform Act of 1986. Journal of Accounting Research. 1992: 161-185. UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Watts, Ross L., J. L. Zimmerman (1986), “ Positive Prentice Hall.
Accounting Theory”.
Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi. Waluyo. Perpajakan Indonesia. Buku 1, Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat, 2007. Wijaya, Maxson dan Dwi Martani. Praktik Manajemen Laba Perusahaan Dalam Menanggapi Penurunan Tarif Pajak Sesuai UU No. 36 Tahun 2008. Universitas Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 14. Banda Aceh 20-23 Juli 2011. www.idx.co.id Yamashita, H and Otogawa Kazuhisa. 2007. Do Japanese Firms Manage Earnings in Response to Tax Rate Reduction in the Late 1990s.
26
Yin, Jennifer, and Agnes Cheng. “ Earnings Management of Profit Firms and Loss Firms in Response to Tax Rate Reductions”. Review of Accounting and Finance volume 3. 2004: 67-92. Yulianti. 2004. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Dalam Memprediksi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi.
27