MANAGEMEN STRES DENGAN KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG
Manuscript
OLEH : YULI WINARSIH G2A210059
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012
i
MANAGEMEN STRES DENGAN KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Yuli Winarsih 1 Heryanto Adi Nugroho, M.Kep, Sp.Kom2 Ns. Ernawati, S.Kep 3
Abstrak Secara individu lanjut usia terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi sebagai akibat dari penuaan. Penatalaksanaan stres merupakan salah satu upaya pencegahan dan terapi terhadap kejadian hipertensi. Manajemen stres ini mencangkup fisik), psikologik, psikososial dan psikoreligius. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan managemen stres dengan kestaban tekanan darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Banyumanik Semarang. Desain penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia di Kelurahan Banyumanik dengan jumlah 218. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah 69 lanjut usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut usia melaksanakan manajemen stres (73,8%) dan sebagian besar tekanan daranya dalam kategori stabil (84,1%). Hasil uji Fisher’s exact didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara manajemen stres dengan kestabilan tekanan darah pada lanjut usia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diharapkan kepada instansi kesehatan dapat mempelopori dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan olah raga bagi lanjut usia untuk menjaga kebugaran serta menjaga stabilitas tekanan darah pada lanjut usia. Kata Kunci : Manajemen stres, Stabilitas tekanan darah
1
THE CORRELATION BETWEEN STRESS MANAGEMENT WITH THE BLOOD PRESSURE STABILITY IN ELDERLY PATIENTS WITH HYPERTENSION IN THE BANYUMANIK SEMARANG Yuli Winarsih1
Heryanto Adi Nugroho, M.Kep, Sp.Kom2 Ns. Ernawati, S.Kep 3
Abstract In elderly individuals aging process occurs naturally. This will cause problems of physical, mental, social, economic and psychological. High blood pressure was one of the problems faced as a result of aging. Stress management was one of prevention and therapy on the incidence of hypertension. This covers the management of physical stress, psychological, psychosocial and psychoreligyus. Under these conditions, the purpose of this study was to determine the correlations of stress management with the blood pressure stability in elderly patients with hypertension in the Banyumanik Semarang. The design of this study was the analytic survey with cross sectional approach. The population in this study was elderly in the village Banyumanik with the number 218. Sampling technique used was purposive sampling with amount 69 elderly. The results showed that most elderly implement stress management (73.8%) and most elderly have stable blood pressure category (84.1%). Based on Fisher's exact test results found that there was a significant correlation between stress management with the stability of blood pressure in elderly hypertension patients in the Banyumanik Semarang. Based on these results it can be expected to spearhead the health agencies give facilitate sports activities for the elderly to maintain fitness and keep the stability of blood pressure in elderly patients. Keywords: stress management, blood pressure stability
2
PENDAHULUAN Pada tahun 2005 - 2010 jumlah lanjut usia akan sama dengan anak balita yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (± 9 %) dari jumlah penduduk. Diperkirakan tahun 2020 – 2025 di Indonesia akan menduduki peringkat negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India dan Amerika Serikat dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun. Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik pada tahun 2005 di Indonesia terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah ini akan meningkat ± 33.000.000 orang lanjut usia (12 % dari total jumlah penduduk). Secara individu lanjut usia terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit menular
menjadi
penyakit
tidak
menular
atau
degeneratif.(Nugroho
Wahyudi,2008) Penuaan adalah proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI,2001). Masalah pada lanjut usia disebut sebagai a series of I’s mulai dari immobillity (imobility), instabillity (inkestabilan dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing ( gangguan
penglihatan
dan
pendengaran),
isolation
(depresi),
inanition
(malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh). Penyakit utama yang menyerang usia lanjut adalah hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetus militus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga terdapat keadaan yang khas dan sering mengganggu lanjut usia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran(Kemenkes,2011) Di negara-negara Barat, termasuk di negara yang berkembang pesat presentase wanita dan pria lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, tekanan darah
3
meningkat data hasil penelitian Framingham yang tersohor diseluruh dunia menunjukkan bahwa 27 % orang dibawah usia 60 tahun bertekanan darah tinggi dari 140/90 dan 20 % dari mereka menderita hipertensi dengan angka 160/100 sangat buruk. Diantara lanjut usaia berusia lebih dari 80 tahun 75 % menderita hipertensi ( lebih tinggi dari 140/90) dan 60 % nya 160/100 atau lebih tinggi. Hanya 7 % lanjut usia lebih dari 80 tahun bertekanan darah normal. Tekanan darah dipandang normal jika berada pada kisaran dibawah 120/80 mmHg menderita hipertensi apabila tekanan darah mencapai 140/90mmHg keatas , Kewaspadaan akan datangnya hipertensi memicu para ahli membuat klasifikasi prehipertensi yaitu tekanan darah sistolik yang berada pada kisaran 120 – 139 mmHg, tekanan darah diastoliknya pada nilai 80 – 89 mmHg. Bahaya hipertensi terletak pada kemampuannya menimbulkan kerusakan berbagai organ, bahkan kematian diam diam tanpa menimbulkan rasa sakit pada penderita, dengan demikian hipertensi dijuluki “The silent Killer”. Di seluruh dunia diperkirakan 7.1 juta kematian terkait dengan tingginya tekanan darah, di Indonesia prevalensi hipertensi mencapai 31,7%.(Kowalski Robert E, 2010) Data Dinas kesehatan Kota Semarang tahun 2009 jumlah kasus hipertensi usia ≥ 60 tahun sejumlah 10.033 kasus dari total kasus hipertensi sebesar 37.391 kasus dan pada tahun 2010 jumlah kasus hipertensi usia ≥ 60 tahun sejumlah 12.325 kasus dari total kasus hipertensi sejumlah 43.850 kasus. Hasil survei pendahuluan terhadap hipertensi di Kelurahan Banyumanik wilayah Puskesmas Srondol Semarang diketahui bahwa penderita hipertensi pada bulan Juni-Agustus 2011 sebanyak 488 kasus, dengan usia 45 sampai 59 tahun sebesar 55,30% dan usia 60 tahun ke atas sebesar 44,70%. Menghadapi
hipertensi diharapkan
melakukan evaluasi menyeluruh kondisi
penderita tiga hal yang perlu diperhatikan pertama evaluasi terhadap pola hidup dan identifikasi ada tidaknya faktor resiko kardiovaskuler yang rnenyertai hipertensi, kedua mencari penyebab langsung yang membuat tekananan darah naik, hipertensi sekunder dan hipertensi primer, ketiga ada atau tidaknya organ
4
yang rusak karena hipertensi. Melalui evaluasi menyeluruh atas setiap penderita hipertensi rekomendasi
yang tepat dilakukan berkait dengan perubahan pola
hidup dan jenis obat yang tepat, tidak hanya dapat menurunkan tekanan darah mencapai tahap yang diharapkan, memelihara organ – organ tubuh dengan pendekatan secara individual. Penatalaksanaan stres pada tahap pencegahan dan terapi memerlukansuatu metode yang bersifat holistik yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik/psiatrik, psikososial dan psikoreligius. Di bidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan stres maka sebaiknya kekebalan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stresor psikososial yang muncul dengan cara hidup yang teratur, serasi, selaras, dan seimbang antara diri dengan Tuhan (vertikal). Secara horisontal antara diri dengan sesama orang lain dan lingkungan alam sekitarnya.(Hawari Dadang, 2011). Berdasarkan fenomena diatas maka penulis akan melakukan penelitian hubungan managemen stres dengan kestabilan tekanan darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Banyumanik Semarang METODOLOGI PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik yaitu penelitian yang mencari hubungan antar variabel. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu melalui pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada penentuan waktu secara bersama (Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi lanjut usia yang bertempat tinggal di Kelurahan Banyumanik Semarang sebanyak 218 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah 69 lanjut usia.
5
HASIL PENELITIAN Kelurahan Banyumanik merupakan salah satu kelurahan yang masuk dalam Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Semarang. Kelurahan ini memiliki luas wilayah 364.253 m2 dengan jumlah penduduk sebanyak 9.678 jiwa. Berkaitan dengan penduduk lanjut usia tercatat sebanyak 321 berjenis kelamin laki-laki dan 348 berjenis kelamin perempuan dengan angka kejadian hipertensi pada lanjut usianya mencapai 218 orang, namun pengitungan jumlah sampel didasarkan pada teknik purposive sampling dengan jumlah 69 lanjut usia Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan manajemen stress lanjut usia di Kelurahan Banyumanik Semarang Manajemen stress
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak melaksanakan Melaksanakan
16 53
23,2 76,8
Jumlah
69
100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar manajemen stres lanjut usia dalam kategori melaksanakan yaitu sebanyak 53 orang (76,8%), dan yang tidak melaksanakan sebanyak 16 orang (23,2%).. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kestabilan tekanan darah lanjut usia di Kelurahan Banyumanik Semarang Kestabilan tekanan darah
Frekuensi
Persentase (%)
Stabil Tidak stabil
58 11
84,1 15,9
Jumlah
69
100
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar tekanan darah lanjut usia yang menderita hipertensi adalah dalam kategori stabil yaitu sebanyak 58 orang (84,1%) dan yang tidak stabil sebanyak 11 orang (15,9%).
6
Tabel 3 Hubungan manajemen stres dengan kestabilan tekanan darah pada lanjut usia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Semarang Manajemen stress
Kestabilan Stabil
%
Tidak melaksanakan
6
Melaksanakan Jumlah
%
p value
16
100
0,001
1,9
53
100
15,9
69
100
37,5
Tidak stabil 10
% 62,5
52
98,1
1
58
84,1
11
Total
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa lanjut usia yang tidak melaksanakan manajemen stress sebagian besar tekanan darahnya tidak stabil yaitu sebanyak 62,5% dan yang melaksanakan manajemen stres sebagian besar tekanan darahnya dalam kategori stabil yaitu sebanyak 98,1%. Berdasarkan hasil uji statistik non parametric dengan uji Fisher’s exact didapatkan nilai p sebesar 0,001 < α (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara manajemen stres dengan kestabilan tekanan darah pada lanjut usia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Semarang. Hasil penelitian juga mendapatkan nilai OR sebesar 0,012 sehingga dapat dinyatakan bahwa lanjut usia penderita hipertensi yang tidak melakukan manajemen beresiko 1,2 kali mengalami ketidakstabilan tekanan darah. . PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar lanjut usia yang menjadi responden penelitian ini telah melakukan manajemen stres dengan baik, namun demikian dalam penelitian ini masih ditemukan lanjut usia yang tidak melaksanakan manajemen stres yaitu sebanyak 23,2%. Manajemen stres yang tidak dapat dilaksanakan oleh lanjut usia ini banyak berkaitan dengan aktivitas merokok, konsumsi makanan yang asin atau
7
mengandung banyak garam serta makanan-makanan yang mengandung pengawet. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa pada pertanyaan upaya mengurangi makanan yang mengandung tinggi garam seperti ikan asin, telur asin dan sebagainya masih kurang diperhatikan oleh lanjut usia yang menjadi responden, dimana masih terdapat 56,5% responden yang menjawab kadang-kadang. Jenisjenis makanan seperti ini dirasakan oleh lanjut usia sebagai makanan yang murah dan terjangkau namun cukup menjadi lauk makan yang nikmat. Beberapa hal di atas masih sering dilakukan oleh lanjut usia yang memiliki tekanan darah yang tidak stabil. Sebagaimana diketahui bahwa rokok dan konsumsi makananmakanan yang asin dan terlalu banyak mengandung garam tersebut merupakan salah satu pemicu berfluktuasinya tekanan darah. Lanjut usia yang menjadi responden penelitian ini memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang asin dan tinggi garam. Makanan yang tidak terasa asin dianggap terlalu hambar dan dapat mengurangi nafsu makan, sementara makanan yang asinnya lebih berasa dianggap terasa nikmat dan sedap, sehingga menambah gairah untuk makan. Hasil jawaban kuesioner juga menunjukkan bahwa masih terdapat 21,7% lanjut usia yang masih mengkonsumsi makanan yang mengandung pengawet seperti mie instan, serta makanan lain yang dikalengkan. Hal ini wajar karena pada saat ini bentuk makanan seperti ini sangat mudah didapat dan dianggap praktis atau mudah untuk memasaknya. Berkaitan dengan manajemen istirahat, diketahui bahwa terdapat 49,3% lanjut usia yang menjawab kadang-kadang terhadap pertanyaan apakah dirinya tidur 7-8 jam sehari semalam. Hal ini mengandung arti bahwa lanjut usia yang menjadi responden memiliki porsi tidur kurang dari 7-8 jam sehingga manajemen tidurnya belum terlaksana dengan baik terhadap semua lanjut usia. Manajemen stres tentang olah raga diketahui bahwa 36,2% yang menjawab kadang-kadang, artinya
8
bahwa lanjut usia ini masih kurang memperhatikan kebugarannya melalui olah raga, bahkan terdapat 2,9% yang menjawab tidak pernah berolah raga. Seiring dengan proses penuaan, maka terjadi penurunan berbagai organ tubuh. Peningkatan dan penurunan kadar natrium sangat berpengaruh terhadap peningkataan dan penurunan tekanan darahnya. Hans Petter (2008) menyebutkan bahwa konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar kestabilan tekanan darah lanjut usia penderita hipertensi yang menjadi responden penelitian sebagian besar adalah stabil, namun demikian masih terdapat 15,9% lanjut usia yang tekanan darahnya tidak stabil. Ketidakstabilan tekanan darah ini ditunjukkan dengan fluktuasi tekanan darah baik sistolik maupun diastolik yang lebih 10 mmHg. Ketidakstabilan tekanan darah pada lanjut usia ini dapat disebabkan karena usia yang sudah tua sehingga terdapat menurunan fungsi tubuh serta ketidakmampuan lanjut usia menjaga manajemen stres terutama berkaitan dengan pola makan dan olah raga. Pada dasarnya tekanan darah pada lanjut usia mengalami kecenderungan peninggian. Hasil Temu Ilmiah Geriatri (2008) menyebutkan bahwa mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia yaitu terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar, resistensi perifer yang tinggi, pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri.
9
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lanjut usia yang tidak melaksanakan manajemen stress sebagian besar tekanan darahnya tidak stabil yaitu sebanyak 62,5% dan yang melaksanakan manajemen stres sebagian besar tekanan darahnya dalam kategori stabil yaitu sebanyak 98,1%. Hasil uji statistik menggunakan Fisher’s exact didapatkan nilai p
sebesar 0,001 < α (0,05). Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara manajemen stres dengan kestabilan tekanan darah pada lanjut usia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Semarang. Hasil OR didapatkan bahwa lanjut usia penderita hipertensi yang tidak melakukan manajemen beresiko 1,2 kali mengalami ketidakstabilan tekanan darah. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa manajemen stress mempengaruhi kestabilan tekanan darah lanjut usia yang menderita hipertensi. Manajemen stres sendiri terdiri dari berbagai macam indikator seperti makanan, olah raga, merokok, istirahat dan sebagainya. Anggraini (2009) menyebutkan bahwa stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Manajemen stres merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menjaga kestabilan tekanan darah pada lanjut usia. Manajemen stres sendiri terdiri dari berbagai hal seperti diet makanan, istirahat, olah raga, berhenti merokok, tidak minum minuman keras dan terapi baik terapi psikofarma, terapi somatik dan psikosomatik. Berkaitan dengan diet makanan, penelitian yang dilakukan oleh Fatma Retno Ingtyas (2002) mendapatkan bahwa upaya penanggulangan hipertensi selain hidup sehat, olah raga yang teratur, menjauhkan dan menghindari stres dapat juga melalui pengaturan makanan yaitu dengan mengurangi atau diet lemak, diet rendah garam dan diet rendah kalori.
10
Penelitian lain yang berkaitan dengan rokok dilakukan oleh Aulia Sani (2004) yang mendapatkan bahwa kegagalan penanganan penderita hipertensi sebagai akibat kurang diperhatikannya faktor kebiasaan merokok yang masih tetap dilakukan penderita serta kurang diperhatikannya efek pengobatan terhadap perubahan metabolisme lemak yang justru dapat memperberat kelainan jantung penderita. Selain makanan dan rokok, aktivitas olah raga juga menjadi penentu terhadap kestabilan tekanan darah. Kegiatan olahraga yang dapat mencegah dan menurunkan tekanan darah adalah jenis latihan kebugaran (endurance) berintensitas sedang seperti berjalan, jogging, bersepeda, dan berenang. Olah raga dapat menurunkan tekanan darah karena latihan kebugaran memobilisasi massa otot sehingga mengakibatkan kontraksi berkala yang ringan dan menenangkan. Kegiatan olah raga ini dapat menyebabkan otot-otot memompa darah secara aktif sehingga kerja jantung lebih ringan dalam memompa darah. Selama latihan tersebut, tekanan darah sedikit meningkat namun kemudian jantung dan pembuluh darah menjadi terbiasa bekerja dengan tekanan darah lebih rendah. Mereka yang berlatih kebugaran secara teratur memiliki detak jantung istirahat lebih rendah dan stabil. Keterbatasan penelitian ini adalah pengukuran kestabilan tekanan darah hanya didasarkan pada manajemen stres saja, sementara kondisi lanjut usia waktu diukur tekanan darahnya tidak diperhatikan. Kondisi lanjut usia yang sedang sakit sangat dimungkinkan mengalami fluktuasi tekanan darah sehingga dikhawatirkan menjadi faktor pengganggu sehingga kestabilan tekanan darah tidak murni didasarkan pada manajemen stres saja. Keterbatasan lain terletak pada proses pengukuran tekanan darah yaitu lokasi pengukuran yang tidak sama serta posisi lanjut usia saat dilakukan pengukuran yang menyebabkan adanya perbedaan hasil nilai tekanan darahnya. Keterbatasan lainya adalah waktu pengukuran tekanan darah yang tidak samak seperti pagi semua.
11
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bawha manajemen stres lanjut usia penderita hipertensi sebagian besar adalah dalam kategori melaksanakan yaitu sebanyak 76,8% dan yang tidak melaksanakan adalah sebesar 23,2%. Kestabilan tekanan darah pada lanjut usia penderita hipertensi sebagian besar dalam kategori stabil yaitu sebanyak 84,1% dan yang tidak stabil sebesar 15,9%. Terdapat hubungan yang bermakna antara manajemen stres dengan kestabilan tekanan darah pada penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Semarang dengan nilai p sebesar 0,001, serta nilai OR sebesar 0,012 sehingga lanjut usia yang tidak melakukan manajemen stres beresiko 1,2 kali bresiko tekanan darahnya tidak stabil Berdasarkan hasil penelitian maka kepada Instansi kesehatan diharapkan dapat mempelopori dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan olah raga bagi lanjut usia seperti paguyuban senam dalam upaya untuk menjaga kebugaran serta menjaga kestabilan tekanan darah pada lanjut usia. Instansi pendidikan dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat berkaitan dengan cara perawatan lanjut usia yang menderita hipertensi dengan melakukan manajemen stress. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang ada dimasyarakat seperti pertemuan warga atau kelompok-kelompok pengajian serta bergabung dalam kegiatan posyandu lansia.
1
Yuli Winarsih : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang 2. Heryanto Adi Nugroho, M.Kep, Sp.Kom: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan 3.
Komunitas Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Ns. Ernawati, S.Kep: Dosen Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
12
KEPUSTAKAAN Alimul, Aziz H. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika Anggraini (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada kelompok lansia. (http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugasmakalah/kedokteran/hipertensi kelompok lansia) diakses tanggal 2 Februari 2012. Darmojo, Boedhi R. (2006). Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Elsanti, Salma. (2009). Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung. Yogyakarta : Araska. Hanns Peter, W. (2008). Hipertensi, PT Bhuana Ilmu Populer, Gramedia, Jakarta. Hawari, Dadang. (2011). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta Penerbit FKUI
: Balai
Kowalski , Robert. (2010). Terapi Hipertensi. Terjemahan : Rani S. Bandung : Qanita Marliani Lili. (2007). 100 Question & Answers Hipertensi, PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta. Maryam, Siti R. (2011). Mengenal Usia Lanjut dan Keperawatanya. Jakarta : Salemba Medika McCann, Judith A. (2002). Better elder care a nurse's guide to caring for older adults. Springhouse Corporation : United States of Amerika. Mickey, Stanley. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC National Safety Council. (2004). Manajemen Stres. Jakarta : EGC Notoatmodjo. S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, W. (2008). Keperwatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC Nursalam. (2003). Konsep dan Perawatan Metodologi Penelitiam Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi Tesis, dan Instrumen Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Pusdiklat SDM KesEhatan. (2011). Kurikulum dan Modul Pelatihan Peningkatan Kompetensi Tenaga Penanggulangan Kesehatan Inteligensia Pada Usia Lanjut. Jakarta : Kementerian Kesehatan
13
Rahyani. (2007). Faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat dipoliklinik dewasa puskesmas bangking periode januari-juni 2007.http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmedfaktor-yang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf , diakses tanggal 2 Februari 2012 Rohaendi,
(2003).
Hipertensi
dan
faktor
resiko,
http://rohaendi.com/2008_06_01_archive.html diakses tanggal 3 Februari 2012.
Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Keschatan. Jogjakarta : Mitra cendekia Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto Stocklager Jaime L. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik . Jakarta : EGC Sugiono. (2005). Statistik untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Wangsa, T. (2009). Stres dan Depresi. Jogyakarta : Tugu .
PERNYATAAN PERSETUJUAN MANUSCRIPT DENGAN JUDUL
MANAGEMEN STRES DENGAN KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
Semarang, April 2012
Pembimbing I
Heryanto Adi Nugroho, M.Kep, Sp.Kom Pembimbing II
Ns. Ernawati, S.Kep.