MAKNA PERJUANGAN R. A. KARTINI Oleh Indriyanto Selamat memperingati hari Kartini yang ke-52 pada tanggal 21 April 2016 bagi seluruh warga Negara Indonesia. Memperingati hari Kartini pada hakikatnya adalah (1) mengenang jasa perjuangan yang telah dilakukan oleh Raden Ajeng Kartini untuk Bangsa dan Negara Indonesia, (2) menghargai perjuangan Beliau untuk mengangkat harkat dan martabat kaum wanita, (3) mengambil hikmah dan mencoba meneladan jiwa nasionalisme, (4) serta sebagai momentum introspeksi mengaktualisasi dan meneruskan cita-cita yang ingin diwujudkan dalam perjuangan R. A. Kartini pada zaman kolonial Belanda. Raden Ajeng Kartini (R. A. Kartini) dilahirkan di kota Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879 dan setelah genap berusia 25 tahun 5 bulan Beliau meninggal dunia pada tanggal 17 September 1904 di kota Rembang, Jawa Tengah. Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu pahlawan nasional wanita yang gigih memperjuangkan emansipasi wanita. Mengingat jasa perjuangan R. A. Kartini yang besar dan sangat berarti bagi bangsa Indonesia, maka Presiden Soekarno menetapkan R. A. Kartini sebagai Pahlawan Nasional dan sekaligus menetapkan tanggal 21 April (tanggal lahir R. A. Kartini) sebagai Hari Kartini dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, Tangal 2 Mei 1964. Sesungguhnya tidak hanya R. A. Kartini saja yang gigih memperjuangkan harkat dan martabat kaum wanita. Selain R. A. Kartini, masih banyak pahlawan nasional wanita yang telah dikenal, misalnya Dewi Sartika, Cut Mutiah, Cut Nyak Dhien, Nyi Ageng Serang, Nyi Ahmad Dahlan, Martha Christina Tiahahu, Maria Walanda Maramis, dan lain-lain. Mereka itu semua sama kegigihannya dalam berjuang. Mereka semua berjuang di daerah yang berbeda, pada masa atau waktu yang berbeda, serta dengan cara-cara yang berbeda. Para pahlawan nasional tersebut ada yang berjuang dengan mengangkat senjata menuju ke medan perang, ada yang berjuang dengan memajukan pendidikan bangsanya, ada yang berjuang melalui organisasi, ada juga yang berjuang melalui gagasan yang tertuang dalam tulisan-tulisannya, dan ada yang melalui aktivitas karya lainnya. Perlu diketahui bahwa R. A. Kartini berjuang untuk Bangsa dan Negara Indonesia melalui ide-ide atau gagasan yang tertuang dalam tulisan surat-suratnya serta dengan cara mendirikan sekolah untuk anak-anak gadis. Beliau (R. A. Kartini) merupakan sosok wanita yang gigih, rajin belajar dengan membaca berbagai buku, surat kabar, dan majalah. Selain itu, Beliau juga rajin menulis yang beberapa tulisannya dimuat di majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Upaya rajin membaca bertujuan agar Beliau bisa meningkatkan ilmu pengetahuan 1
dan wawasannya, mengingat pada waktu itu adat istiadat dan aturan dari bangsa penjajah membelenggu keinginan wanita pribumi (bangsa Indonesia) untuk memperoleh pendidikan. Apa yang dialami dan dirasakan langsung oleh R. A. Kartini dan wanita-wanita pribumi lainnya seringkali disampaikan kepada para sahabatnya melalui surat, baik sahabat yang ada di dalam negeri maupun sahabat dari Eropa (khususnya dari Belanda). Beliau sering menulis surat yang berisi keinginannya untuk memajukan wanita pribumi. Melalui surat-suratnya itu, Beliau menunjukkan keinginan untuk mewujudkan cita-cita memajukan wanita pribumi. Beliau berkeinginan agar tidak ada diskriminasi terhadap sesama warga negara, khususnya terhadap wanita dalam hal kesempatan memperoleh pendidikan, serta kesempatan memperoleh persamaan dan kesetaraan dengan pria yang bermartabat. Setelah R. A. Kartini meninggal dunia, kumpulan surat-surat Beliau dijadikan buku oleh Mr. J. H. Abendanon dan diterbitkan dalam bahasa Belanda dengan judul Door Duisternis tot Licht. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Armyn Pane dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Sebelum R. A. Kartini menikah, Beliau mendirikan sekolah gratis (tanpa biaya) untuk anak-anak gadis di daerah kelahirannya, yaitu di Jepara. Setelah menikah pun, R. A. Kartini mendirikan sekolah gratis untuk anak-anak gadis di daerah Rembang. Langkah R. A. Kartini tersebut ternyata memberikan motivasi kepada wanita-wanita lainnya, terbukti bahwa pada tahun 1913 didirikan sekolah-sekolah untuk anak-anak wanita/perempuan di berbagai kota besar seperti di Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Madiun, dan di Cirebon. Sekolahsekolah tersebut dinamakan Sekolah Kartini. Di dalam surat R. A. Kartini yang ditujukan kepada sahabatnya bernama Stella pada tanggal 3 Agustus 1900 tertulis kata-kata mutiara bernada seruan untuk kaum wanita yang bunyinya: “ ……. Marilah ibu-ibu dan gadis-gadis, bangkitlah, marilah kita bergandengan dan bekerja sama untuk merubah keadaan yang sudah tak tertahankan lagi”. Pada pernyataan tersebut, R. A. Kartini berusaha memberi motivasi atau semangat juang kepada kaum wanita agar bangkit dan bersatu untuk merubah keadaan yang serba tertinggal dan serba ketinggalan menuju ke keadaan yang lebih baik. Bahkan R. A. Kartini berusaha mengajak kepada semua masyarakat pribumi untuk bersatu dalam berjuang mengangkat martabat bangsa kita. Hal tersebut diungkapkan dalam surat yang ditujukan kepada Ny. Abendanon pada tanggal 30 September 1901 yang berbunyi: “ ……………. Kaum muda, wanita, dan pria, seharusnya saling berhubungan/bersatu, mereka seorang demi seorang dapat berbuat sesuatu untuk mengangkat martabat bangsa kita, akan tetapi jika kita semua bersatu, menyatupadukan kekuatan kita dan bekerja sama maka hasil 2
pekerjaan kita akan jauh lebih besar”. Kata mutiara tersebut bermakna bahwa bersatu dan bekerja sama merupakan kekuatan besar untuk berjuang meraih cita-cita mengangkat martabat bangsa dari tekanan dan diskriminasi kaum penjajah. Gagasan-gagasan R. A. Kartini dalam surat-suratnya dan dalam tulisan-tulisan lain yang telah dipublikasi, serta langkah kongkrit perjuangannya dalam mendirikan sekolah menjadi inspirasi tokoh-tokoh wanita pribumi lainnya untuk memperjuangkan martabat wanita khususnya, dan martabat bangsa Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, kemudian berdirilah banyak organisasi wanita. Organisasi wanita Indonesia yang pertama kali berdiri yaitu Putri Mardika, didirikan di Jakarta pada tahun 1912. Beberapa organisasi wanita yang lainnya antara lain: Kartini Fonds, Kautamaan Istri, Kerajinan Amal Setia, Aisyiah, PIKAT (Percintaan Ibu kepada Anak Turunannya), Wanito Mulyo, Wanito Katholik, dan Wanito Utomo, Wanita Taman Siswa, Wanita Rukun Santoso, dan lain-lain. Selain itu, gagasan-gagasan R. A. Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi para tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Sebagai contoh, W. R. Soepratman telah terinspirasi oleh gagasan/pemikiran R. A. Kartini, sehingga berusaha dan telah berhasil menciptakan lagu berjudul “Ibu Kita Kartini”.
Cita-cita R. A. Kartini yang Hakiki Pada dasarnya R. A. Kartini bercita-cita mulia untuk seluruh bangsa Indonesia, baik untuk kemerdekaan kaum pria, wanita, maupun untuk kemerdekaan seluruh bangsa Indonesia. Suatu tahapan proses perjuangan R. A. Kartini tampak pada upaya memajukan pendidikan kaum wanita karena situasi sosial, politik, dan budaya pada saat itu membuat wanita-wanita pribumi (wanita Indonesia) tidak mendapat kesempatan memperoleh pendidikan. Namun, sesungguhnya juga banyak pria pada saat itu tidak dengan mudah memperoleh pendidikan, karena keleluasaan memperoleh pendidikan bagi pria juga bergantung pada masalah ekonomi dan status keningratan. Di zaman penjajahan dan feodalisme, diskriminasi terjadi tampak nyata pada semua orang golongan lemah, termasuk terjadi pada kaum yang saat itu dianggap lemah, yaitu kaum wanita. Kegigihan R. A. Kartini pantang menyerah dalam berjuang, hal ini tampak nyata tertuang dalam kata-kata mutiara yang tertulis pada surat-surat Beliau. Misalnya surat yang ditujukan kepada Ny. Ovink Soer pada awal tahun 1900 terdapat kata mutiara: “Kami akan menggoyahkan gedung feodalisme itu dengan segala tenaga yang ada pada kami, dan andaikata hanya ada satu potong batu yang jatuh, kami akan menganggap hidup kami tidak sia-sia……”. Kemudian surat yang ditujukan kepada Stella pada tanggal 25 Mei 1899 terdapat kata 3
mutiara: “Aku mau maju, maju terus, bukan pesta-pesta atau memburu kesenangan yang ku inginkan, tetapi tujuanku adalah kemerdekaan”. Oleh karena itu, gagasan dan pemikiran R. A. Kartini untuk memerdekakan bangsanya dimulai dengan memperjuangkan persamaan hak, kebebasan, dan kesetaraan hukum antara wanita dan pria. Dengan harapan seluruh bangsa Indonesia, baik pria maupun wanita menjadi maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bangsa ini bisa meningkatkan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politiknya demi harapan yang lebih jauh lagi, yaitu meraih kemerdekaan bangsanya. Sekolah yang didirikan R. A. Kartini sangat membantu wanita-wanita gadis untuk memperoleh pendidikan. Wanita-wanita yang sekolah pada saat itu tidak dipungut biaya alias gratis. Di sekolah tersebut, mereka diberi bekal ilmu pengetahuan dan pendidikan akhlak, serta diajarkan keterampilan menjahit, menyulam, berbusana, memasak, dan keterampilan lain-lainnya. Melalui sekolah seperti ini, Beliau berharap kelak wanita-wanita pribumi menjadi wanita yang tangguh dan berakhlak mulia, yaitu wanita yang dalam rumah tangganya bisa menjadi istri yang baik dan benar, serta menjadi ibu yang baik dan benar. Istri yang baik dan benar adalah istri yang bisa mendampingi suaminya agar suaminya memiliki kekuatan untuk menjalankan aktivitas beragama dengan baik dan benar, untuk menjalankan aktivitas kehidupan sebagai suami yang baik dan benar, menjadi suami yang bertanggung jawab kepada keluarganya, serta bisa berbakti kepada nusa dan bangsanya. Wanita yang berilmu pengetahuan dan memiliki keterampilan, tentu saja diharapkan mampu berkarya dan mampu membantu meningkatkan kondisi sosial ekonomi rumah tangganya. Selain itu, wanita atau perempuan harus menjadi ibu yang baik dan benar artinya sebagai seorang ibu yang bisa memenuhi kebutuhan kasih sayang, pemeliharaan, dan pendidikan kepada anakanaknya di rumah. Dengan akhlak yang mulia, wanita diharapkan menjadi teladan (contoh yang baik dan benar) bagi anak-anaknya dan bagi seluruh generasi bangsa. Mau atau tidak mau, sesuai dengan kodratnya, wanita pasti menjadi pendamping pria, wanita pasti menjadi ibu rumah tangga, mejadi ibu bagi anak-anaknya. Oleh kerena itu, R. A. Kartini bercita-cita mengangkat martabat kaum wanita agar mampu menjalankan kodratnya sebagai wanita yang bermartabat. Wanita bermartabat artinya wanita yang mempunyai tingkat harkat (harga diri) kemanusiaan, sehingga memiliki persamaan dengan kaum pria dalam menjalankan kewajiban dan dalam memperoleh hak-haknya dalam kehidupan di keluarga, masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Persamaan hak di berbagai aspek kehidupan masyarakat tersebut dinamakan “emansipasi” 4
Emansipasi yang Hakiki Emansipasi adalah pembebasan dari pengekangan hukum untuk memperoleh persamaan hak di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria di berbagai aspek kehidupan masyarakat dinamakan emansipasi wanita. Emansipasi wanita dimaksudkan untuk membebaskan wanita dari aturan pengekangan yang bersifat diskriminasi terhadap wanita dan membatasi kemungkinan untuk maju. Emansipasi wanita telah diperjuangkan oleh R. A. Kartini pada zaman kehidupannya agar wanita tidak dibedakan dengan kaum pria, terutama dalam memperoleh kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya dan menerapkan ilmu pengetahuannya bagi kepentingan keluarga dan masyarakat, serta mendapat kesempatan yang sama luasnya untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. Emansipasi wanita tidak dimaksudkan agar wanita memperoleh kesamaan hak secara menyeluruh terhadap pria karena pada dasarnya wanita dan pria itu masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Misalnya, pria secara fisik tentu lebih perkasa dibandingkan wanita, sehingga menjadi tidak elok apabila wanita ingin diakui keperkasaan fisiknya dengan menunjukkan kemampuannya membawa/memikul barang berat. Demikian pula sebagai seorang pria yang secara fisik lebih perkasa dibandingkan wanita, tentunya harus mau membawa barang berat yang layaknya menjadi tugas pria. Selain itu, keperkasaan pria harus bisa menjadikan pria sebagai pelindung yang aman dan nyaman bagi wanita, sehingga menjadi tidak elok apabila pria yang perkasa malah menganiaya wanita yang jelas-jelas secara fisik lebih lemah. Persamaan hak wanita dengan pria itu tidak harus meninggalkan kodratnya. Wanita sebagai istri dan ibu rumah tangga tidak lebih rendah peranannya dibandingkan dengan pria sebagai suami dan ayah yang bekerja di sebuah kantor. Wanita sebagai ibu, sedangkan pria sebagai ayah dalam sebuah rumah tangga, keduanya harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan akhlak yang luhur agar bisa mendidik secara baik pada anak-anaknya untuk membentuk karakter yang mulia. Karakter anak dipengaruhi oleh banyak proses pendidikan karakter. Salah satu proses yang menentukan karakter anak adalah pendidikan terhadap anak dalam rumah tangga yang dikerjakan oleh kedua orang tuanya. Apabila kedua orang tua yang berilmu pengetahuan luas dan berakhlak luhur mau mendidik anak-anaknya, maka pasti bisa menghasilkan generasi yang berkualitas. Saat ini kesempatan sangat luas bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan, pekerjaan, bahkan terbuka kesempatan untuk berkarir dalam pekerjaan maupun dalam bidang politik. Sebagai wanita boleh berkarir, tetapi ingat dan introspeksi apakah peranannya sebagai istri dan ibu dalam rumah tangganya juga dikerjakan dengan baik sebaik karirnya. 5
Masih ada wanita yang tidak sempat dan tidak bisa memasak untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minuman yang sehat dan bergizi bagi anak-anak dan suaminya. Makanan kan bisa dibeli di rumah makan? Ya, tetapi kualitas makanan dan minuman masakan istri yang berilmu pengetahuan dan berakhlak luhur lebih baik dibandingkan membeli. Seorang istri tentu tahu mana makanan yang halal dan yang haram, bisa dilihat bahan-bahan mentahnya, juga bisa dilihat uang yang dipakai untuk membeli bahan-bahan makanan tersebut. Emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh R. A. Kartini memiliki tujuan yang mulia, yaitu agar wanita memperoleh persamaan hak terhadap pria, lalu wanita terangkat martabatnya karena benar-benar menjadi wanita yang bermartabat. Wanita yang bermartabat merupakan wanita yang selalu menjaga keluhuran budi pekertinya. Di sinilah peranan pendikan akhlak. Akhlak akan membawa perilaku seseorang ke jalan yang benar. Berkaitan dengan akhlak, R. A. Kartini menganjurkan hidup dalam kesederhanaan agar orang tidak hanyut dalam kemewahan serta terjerumus ke dalam persoalan yang semakin rumit dan sulit diatasi. Hidup dalam kemewahan dapat mendorong sifat diskriminasi terhadap yang miskin, dapat menimbulkan kesewenang-wenangan karena merasa segalanya bisa diatur dengan uang, serta sulit menjadi orang baik. Sebaliknya, hidup dalam kesederhanaan akan mudah menjadi orang baik karena pengendalian diri dan pengendalian emosinya baik. Surat R. A. Kartini yang disampaikan kepada Ny. Abendanon pada bulan Agustus 1900 memuat kata mutiara sebagai berikut: “Bilamana orang hidup dalam lingkungan yang sederhana, maka tidaklah sulit baginya untuk menjadi baik; dengan sendirinya orang menjadi baik”. Marilah introspeksi. Masih ada wanita yang tidak mau kalah dengan pria, padahal ukuran kemenangannya tidak mulia. Misalnya, suami berselingkuh dengan wanita lain, kemudian istrinya tidak mau kalah, sehingga si istri ini berselingkuh dengan pria lain, padahal cara yang dilakukan oleh kedua-duanya tidak benar. Wanita ketika melihat pria melakukan korupsi, dia juga tertantang untuk korupsi karena ada kesempatan. Bahkan yang lebih menjerumuskan lagi adalah apabila ada wanita yang mendukung dan mendorong suaminya untuk korupsi. Contoh tindakan lain yang tidak patut dilakukan adalah merokok, minum minuman keras, narkoba, pergaulan bebas, dan lain-lain yang menurut ajaran berbagai agama merupakan perbuatan terlarang. Namun pada kenyataannya masih ada pria maupun wanita yang merokok, minum minuman keras, narkoba, dan pergaulan bebas. Contoh-contoh tersebut bukan merupakan emansipasi yang diperjuangkan oleh R. A. Kartini. Mari kita sebagai bangsa Indonesia, pria maupun wanita, dan sebagai umat beragama menjalankan nilai-nilai kebenaran agamanya masing-masing, serta mengenang perjuangan
6
R. A. Kartini untuk mengangkat martabat kaum wanita pada khususnya dan martabat seluruh bangsa Indonesia pada umumnya. Semoga seluruh bangsa Indonesia mampu meneladan kegigihan R. A. Kartini, serta mampu meneruskan perjuangannya untuk mewujudkan cita-cita Kartini yang hakiki; aamiin ya Robbal alamin.
SUMBER BACAAN Anonim. 2009. Biografi R. A. Kartini-Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia. http://www.biografiku.com Anonim. 2014. Organisasi Wanita. http:// www.artikelsiana.com Anonim. 2016. Raden Ajeng Kartini Jepara. http://mayong.webs.com Anonim. 2016. Pejuang Emansipasi Wanita. http://www.facebook.com Anonim. 2016. Emansipasi di Era Globalilasi. http:// sundarisri68.blogspot.co.id/ Febriansah, A. R. 2012. Cita-cita Pendidikan R. A. Kartini. http://gerakanaksara.blogspot.co.id/ Gunawan. 2012. Cita-cita Raden Ajeng Kartini dalam Dunia Pendidikan. http://www.blog-guru.web.id/ Pemerintah Kabupaten Rembang.----. Kumpulan Kata-kata Mutiara Kartini. 30 p. Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta. 1381 p. Wikipedia. 2016. Kartini. Ensiklopedia berbahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org Wikipedia. 2016. Hari Ibu Berbagai Negara. Ensiklopedia berbahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org
7