MAKNA DAN NlLAl TUTURAN RITUAL LEWAK TAP0 PADA KELOMPOK ETNlK LAMAHOLOT Dl PULAU ADONARA, KABUPATEN FLdRES TlMUR Simon Sabon Old
IbyWbrdr:
r> _
4; f
PENGANTAR
u-a,
dengan Roh Lelwhur yang marekarxmbutina
m,
pub mbn pulm d m ujung timur Pulau Flores. Kata brdiri dari dua kata, yakni dari kata m a dan w. lama disejaja- &ngan wilayahtkawasan, sedangkan kata holot &aria J antara f w e m dari kab
ialah tuturan ritual b w k tapo [IYwak tap] (iewak'bdah', taPQ'kela~'). Ritualiewak tapo mempunyaituturan yang merupakan media komunikasi dengan Rera VVuian Tans Ekan [ryra wulan tiam &an] 'Pencipta Langit dan Bumi', atau disebut juga
end yang umumm u dt&m sa F m (tihat fm1m: berarti tmbuhan sejsnis sqrgurn. da etimologis terssbut, kata lamhndung arti 'kawasan yang banyak
InaAma Kodsl Kewokot [In@a m koda kYwokot] 'leluhur'. Komunikasid q a n dri inbdokutor &au pdibat yang tidak tampak ituseakanakan merupakan komunikasi wtu m h . DaJam kontekskeyakinantradisi responatauJaw'BBan mitra tutur berupa hasildari prcwes lewaktapo. mpok etnik ini mediki tuturan ritual Ritualiewakt a p dimaksudkan untuk mengaimana kelompok etnik lainnya. Tuatran cad bhu sebab-sekrab kematian weorang. bahasa ritual tersebut digunakanwbagai Omng Lamahdotmempunyaikeyakiin bahwa media komunikasidsngan Tuhan pry tmWa swxmngl y a q meninggal sebelum usia tua, -bbfdengan Rera Wulan Tam Ekan dan d a m hal hirneninggalkarenakecelakaanatau $7
i .
'
F 8W pengajar FKlP Jwusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Nusa Cendana,
Vd. 21, No. 3
a@@: 11)61c'W -
karena saki, merupakan hukuman karena anyang dilakukannya sendid ataupun p n g diliakukan ohh lefuhurnya. Sehubungandengan rnelakukan rbal k W u p y a pemlihtsn yang sarna tidal< terutang lagi pada turunatll genemiberikmya. Ritual lewak tapo memiliki sepermgkat memtseri tempat @gi konteks budaya tuturan dengan berbagai benda penunjang memaknai bahasa dalam tuturan ritual. laiinya, m p a k a n suatu ekspresibudaya yang Kuipers (1998:149-155), berdawkandab menggambarkan panda hhasa ritual Weyewa dl Pulau Surnba mkehkhpm.Wini an qsymiht di PulauMmwa, pkxd wkyah Wiw,Lmbmga, &n Witibm. P d m id menyasari W)feoVak @o* Fd<us terkadung turan ritualtersebut. Makna dan nitai merupakan sebagian dari Perihal konsep tuturan ritual seeam pandangan etnik Lamaholot tentang Tuhan, kluhur, dan tentang mnusia. Meskipunfokusnya pada tuturan ritual dengan ditandasi oleh seperangkat konsep mengenai Muran ritual lsmkmimteal Ihguistik kebudayagn,m n sSmbol kekndaan yang digun upacararitualinlpundbRasunZlfk makna dan nilai yang terkandung di bafik Wurannya.
m-m
K W E P tlrrUW RITUAL Bedasarkan kontekspemkaiand& dibi
(piliRan kata), serta berbqai kompansripellc4ri lahya, tampak bahwa Munn Pttual fbaham ritual; ritual language menurut Wbh Fox) betbeda dengan MManbiasa. ~ e n u FOX ~ f(70&: 1a), bahasa ritual searia khas bedenpn bahasa sehari-hari (&nary rangage). P& bagian lain daii tukannya itu, Fux mngabkibn bahwa bahasa ritual mendapatbn a b g i a n r drl puitiknyadari penyhipangan-penyim pagansbrnatls t M a p batma $ehaWd. ww &&asa ritual merniliki bob& atau tsl si* K ~ S E P W O H (cuftuml content) yang nrisstinla dljelalrkan M&na (msarrfngl) a h y a s 8 s d u tekstual, kontekstual, dan kultural(1986: dinyatakandeh suatu kattnrzrt 13). 220). Djajasudarrna (1W3: 1
rnakna sebagai pertautan antara unsur-unsur dalam suatu bahasa. Makna merupakan esensi dari studi bahasa. Jika demikian, pemakaian bahasa, termasuk tuturan ritual lewak tap0 dipandang sebagai sebuah entitasyang merniliki makna. Di samping makna, pemakaian bahasa ritual menyiratkan nilai budaya di balik makna dimaksud. Nilai budaya bersifat abstrak yang rnenjadipedomanguyup tutur dan guyup budaya prinsip di dalam berperilaku. Nilai itu bukan berupabendaatau unsur dari benda, W n k a n sifat dan kualitasyang dimiliki objek tettentuyang diitakan "baik". Nibiiilai yang dianut oleh suatu masyarakat menggambarkan kepribadiinnya,shagaimana dikemukakan deh Nobusanto, sebagaimana diiubp Bagus (1986: 12), "Wtidak bisa berbicara tentang kepribadian kalau kita tidak bertumpu pada nitai-nilaisebabyang m t u k a n kepribadii an kita ialah nilai-nilaikita, yang menentukankepribadiinseseomng adalah nibiiilaiyang dianut dibandingkan dengan nilai-nilai orang lain. Demikian pula nilai-nilaidari suatu masyarakat yang menentukankepribadianmasyarakat itu". Tentang nilai, Kleden (1996:5) berpendapat bahwa nilai sama dengan makna. Nilai atau makna dimaksud berhubungan dengan kebudayaan, atau secara lebih khusus berhubungan dengan dunia simbolik dalam kebudayaan. Menurut pandangan ini, nilaiterkait dengan pengetahuan, kepercayaan, simbd, dan rnakna. Koentjaraningrat (198426) mengatakan bahwa nilai budayaadalah lapisanpertamadari kebudayaan yang ideal atau adat. Nilai-niW budaya tersebut memberi konsep tentang hal-hat yem$ paling bemilai dalam keseluruhan Midupan masyarakat. Sebuah sistem nilai budaya kdri atas konsepkonsep yang hidup clan tumbuh dalarn abm pikiran sebagai warga rnasyarakt yang sangat m t dengan primerekaanggapamat bemilaidalam hidup. TEORl LlNGUlSTlK KEBUDAYAAN Teori yang melandasi penelitian ini ialah teori Linguistik Kebudayaan. Teori ini mempunyai prinsip dasar bahwa bahasatidak hanya ssbagai bagian dari budaya, tetapi bahasa
merupakangambam budaya penutwnya. ini sejalan dengan Mbete (2004:25) yam m ngatakan bahwa linguistik kebudaymn menjadikan makna pemakaian bahasa ssbagai objek materi kajiannya. Barker (2004:69) k r pendapat bahwa mesrriahami kebudayaan bwarti mengeksplorasibagaimanamakna dihasilkan seami simbolis rnelalui praktik-pWk pemaknaan bahasa. Pendapat ini mempe hubungan antara bahaw dan kebudayaan, sebagaimna behapa pendapat bedcut ini. a. Leslie White dan Beth Dillingham d a b bukunya 7 " ' Concept of Culturn (1973:31) mengatakan: "Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan; lingubk mrupakan bagian dari kulturobgi." b. Sutan Takdir Pllisjahbm (1979:li) hrpendapat: "Tak ada yang lebih jelas dan teliti mencerminkan kebudayaan suatu bangsa daripada bahasanya....Bahasa secara sempuma menjdmakankebudayaan masyarakat penutumya. c. Edward Sapir dan Benyamin Lee Whorf (dalam Malmkjaer dan Anderson, 1991: 305--307) mengemukakan pandangan mereka yang disebut dengan Sapir-Whorf Hypothesis, 'Bahasa tidak hanya mnentukan kebudayaantetapi juga menentukan jalan pikiran penutumya*. Foiey (1997: 1) rnenggunakanistilah anthropological linguistics 'linguistik antropologi' yang dapat disejajarkan dengan linguistik kebudayaan. Menurutnya, linguistik antropologi mengaji bahasa dari perspektif antropologi untuk menemukandan menentukan makna di balik penggunaannya, Makna yang dimaksudkan oleh Foley ialah makna budaya. EMATlAlJ MENURUT PANDANGAN TRADlSl LAMAHOLOT Upamra ritual lewak tapo, sebagaimana dipsnp~fkanterclahulu, dilaksanakan dengm tujuan unW menemukan penyebab kmatian secara tidak wajw (bdk. Sanga, 11O), seperH mati karenadibunuh, jatuh dad pohon, dibbmk mobil, tenggelam dan kematiansejds Kiy-a.
, Vd. 21, No. 3 cYdubr2069: 301 - 309
an jems ini dalam bahaga setempat !3iMBOl43IMBQL D
W RITUAL M M K
"kenokane dan keneke&. KenH8ne TAP0 a n y berasal dari kata dasar g&a , mendapat konfiks ke-ne dan terjedi luluh), ymg berarti 'ha@edM ~dmkudm pa& bentuk kata kemkamdalam konteksritual perangkat upermra b r t i 'kematian wsemaq k e n a kbn pula kata kenekete [kYndad katagsJcat yang berarti 'me~',~merrglalamip~;rwesmorfo-
,
.
logkyangsantasepeartipada~icfmdrane, ymg bmti'kwwtian sesmrang karma pembelegan.
jenb penyebab k m a h n ini (kenokematian Otu bisa dijelaskan dengan
TtpoYceiapa' kehpa) & a hpanda merupakan sirnbol kepata tubuh yafig palingM,wbagai dali selunth aktivitas man&.
ngenda1iseluruh lah yang berpran u Intipandariganorang Lamahdotblah koida laku, baik yang menuruti *. (arti leksikalnya 'prkatmn'), yang s e a m melanggar (tmwtghkari) nonna. Aktivitas yang mlanggw n m a pfY@ hkfsya bmakna 'kebenaran'. Penginghran kemudian.manjadi penyebab ~ a m - - ~ m a s y a -
antaramanusiadengandrfny%,dengannya, dengan lingkungan alamnya, dan antara mnusia d m p n Sang Pend@anya. Penglngakaran terhadap k d a bewjud kwwlahan-kssalahanyand rneqebabkan dist w i m h s i hubungansebagaimana di atas. Pada Ungkatan tertentu (m -arkan deqan "boborkesalahan), hukum an yang d b n i n oleh Rera Wulan Tma Ekan iatah kematian secara tidak wajar. Pandangan dan keyakinan semacam ini mempenganthi sjkap hidup orang Lamhalot. Dl satu sbi med i h a r a tindakan dan tutur kata sejalan #* man prinsip kOdhl, dan di sisi kin mcanumbuhn tidak W r g 'b&d"-nya wbra nyawa. Pandangan dan sikap hidup inktikemudin melahirkan sarana pemMhan berupa ritual l e w k tapo.
kdlibpzh.O M dilaksarrakan untuk Rem Wutan Tana Ekan agar ktmtati tidak k ] a r itu tidak dialmi akh g
Lamahulat untuk pinang'. Nsmk moyang belwnmengenalJoluotr~meng~
pria. Rokok, yang dalarn versi Larnaholot disebut koli-kebako [koli' kubako'] (koli 'daun lontar', kebako 'ternbakau yang diiris') kinitidak menjadi sarana ritual untuk rnenyapa leluhur yang dihormati ibarat menghormati tarnu. Sirih-pinangjuga sebenamya rnerupakan sirnboljenis kelarnin. Pinang (wua) merupakan simbol perernpuan, sedangkan sirih (malu) rnerupakan sirnbol pria. Perpaduan sirih dan pinang rnerupakan sebuah proses sirnbolisasi yang rnengusung rnakna persekutuan atau kemenyatuan dalarn menyikapi danmelaksanakan sesuatu. Dalarnupacararituallewaktapo, sirih-pinang mengandung makna sirnbolik dari dua dimsi. Pertama, dirnensi sosial. Berdasarkand m i si ini, sirih-pinang menjadisarana pengikatantara semua orang yang tedibat di dalamupacararitual k w k tapo. Setiap orang yang hadir, baik yang krki maupunperempuan, masing-rnasingdengan ikhlas menerirnatugas dan berperan secara o p bimaldi dalarnmenyukseskanupacaratituai lewak tapo.Dimensiinijuga mernberikanpemahaman m iperbedaanantarapria dan wanita tjdak karenajenii kelarnin, tetapi karenaperanrnasingmasing mereka di dalarn upacara ritual. Hal ini menyiratkan relativitas peran sosial dalarn kehidupan sehari-hari. Seseorang yang sehariharinya tidak mempunyai peran sosial penting, &pat saja mernpunyai peran yang penting dan uhma dalarn upacararituallewaktap, ataupun sebaliknya. Kedua, sirih-pinang dalarn dirnensi religi. Daridimensi ini, sini-pinang rnerupakan sarana penyatu antara orang yang masih hidup dewan kerabatnya yang sudah rneninggal; sebagai sarana pengikat antara manusia dengan . roh leluhurnya. Dirnensi ini menjadisangat vital Ij h dikaitkan dengan restu leluhurbagi suksesF rrya pelaksanaan upacara ritual bwak tapo. [ Untuk mendapatkannstu itu, para leluhur, baik k yang laki-laki maupun wanita, disapa dengan menyuguhi sirih-pinang.
I
Tuak adalah sejenis rninumanyang disadap &ri pohon lontar ataupun pohon kelapa.
Minuman ini bukanfah r n i n u m khas m rpg Larnaholot karena penyadapan juga bisa dilakukan oleh etnik lain sepanjang mmka rnerniliki pohon lontar dan kelapa. Meskipun bukan rnerupakan rninurnan khas, namun pemanfaatannya sebagai sarana ritual itulah yang menjadikan rninuman ini menjadi khas Jadi, dapat dikatakan bahwa rninuman tuak itu bukan rninumankhas produksiLamahold,tetapi ndnumankhasriW~~mkruman khasritualLamahdot,~krituaflewakt9y~o, tuak juga menyandang dua rnakna, sebagairnana sirih pinang. Pertarna, secara religius, tuak rnerupakan samna untuk menyatakan bahwa segala sesuatuyang a b n dilaksanakan (termasuk hasibhashya),Q i i b a d a dalam naungan dan restu leluhur. Oleh karena itu, leluhur harm diberi tempat pertama dan utama dalarn penyelenggaraan upacara ritual bwak tapo. Dalarn berbagai upacara ritual pada kelornpok etnik Lamaholot, t e m s u k ritual lewak tapo, ata molan (serirvg hanya disebut molan) 'dukun tradisi' selalu mmgucapkan Ina ama koda kewot, gen molo menu molo, kan purek kenu dore (sambil menuangkan tuak ke tanah, dan yang sisa dirninumnya), yang secara bebas ditejemahkan sebagai berikut: 'Leluhurku, silahkan rnakan dan rninum dahulu, saya kernudian'. Agar kelapa yang di-belah dalarn ritual lewak tap0 dapat mernberikan petunjuk rnengenai sebab-sebab kernatJan seseorang, rnaka molan hams meminta bantuan leluhur. Molan hanyalah sebagai perantara rnanusia dengan leluhur, jadi kesuksesan penyeenggaraan upacara ritual bukanlah kesuksesan molan semata, tetapi terutarna karena restu leluhur. Kedua, dari sisi sosial, tuakmerupakan sarana penguat sumpah antara mereka yang merninurnnya.Mereka yang minurntuak itu memiliki kornitrnenyang sangat kuat, setara surnpah, untuk rnelakukan apa saja yang telah diputuskan atau disepakati bemama. Ha1 ini diwujudkan melalui cam minum; wadah dari ternpurung kelapa (disebut makj dilsi tuak hingga penuh, kermudiran cffminurnkm secara berglr. Sisa dari orang perZama d9mtnurn oleh orang kedua, sisanya diminum oleh orang
ikatan sosial d m ernisbnal yang suatu upacara ritual. Ibtanitu me-
dalam d i m i smid ittl tamp& pmh W W mpa aktivitas, fmbagai M u E : ps* k-m menyiapkan parang, dan Patarn ha1 ini dipwluhn dipsti oleh pria yang buican dwi an keiuarga pgnyskenggara ritual lewd yakni mengungkapkan sebab- parang disiapkan OMlaki-taki dung, $;an an anggota keluarga~ 8 ~ atidak fa betahkeiapa dhkukzm deh mdm. Di batik PnaFkna kerfer m m tembt nibi safingm 25 mmderiganjumlah kan suatu molan (dukun tcadisi). mernpunyaipetan Mmtu.Wsa mhrq p t i h ini dimaksudkan untuk member- butuhkan merupakan wfuQdad fflhi kesalahan-kesalahan kduarga yang rnenghargai yang rnu9lak diperluhy mempertaheulkansistem [smtal).h@3km dafj nilai ritual lewak tapo dtcrspnr;srti pcrta tuturan/ bahasa ntuakrya. Ekihasa ritual doa nemilki ujud ming-rnasing Tam Ekm (Tuhan PencipSa LmgIt dan muam pada kmelamsm hubmgan b h berdimensi religius karena dengaan Tuhan dan mnusia dengan nya. Pada tahap inventaria ssbabkamatiandabrn ritualCgWdfBtPO, yang seba M a khirin [s"ba koda khifirr] ' kesalahanl sqbab-@ebbbmtian', menutwkanbahasa ritual iberikut: lna ama Wt)y;molcot ungkoapkan sebab Lduhur pula bahw proe~es pans paJ taan ane'tatkhh eAan b kematian, proses pemumiandid
W m sempuma. !lMKNADAN NllAl MaluJa dan nilai ritual lswak tap0 dapat melalui media di tuar hhasa. hb#i8 Ijuga berperan penting di dalam an "kekuatan" t u t u m y a . T ~ & ~ m uk membangunreM m d e w n RtPm Wulan Sam dan leluhurjlka tidak ditunjang drab
~kitasiatukan~ t.hd d 8 h h k 8 am....(n~i?Wksrben) lmbk t?nmmypri
.......
k i i ahu na'an mswn rehln ti nab m na mama r m h kematiannya dengan cara .......
......
KutipantwaKan rttual dl &as m a n a h interalcsidan r e b i m r am n g
'
pula hasrat unkrk mmirutaprWong- SIMPULAN MI. Khusus dalam ritual BetdamcEcanp;rpparand atas, dapt wan rituatnya berintlkanp e m pulkan betampa Mt3erkaim*m r Y f a h dan leluhur agar W l u i dan nilaituhtpan ritual l e w k fapo ljaela ksr elapa dapat dik8tahuisebab- pok etnik Lamahdot di $&u A d m , secara tidak w j a r yaw di- Tiiur. Pertama, ha1 kematian se-cam keluarga, s&a$atmana wajar menurut pgndangan etnik tam Wpan berikut hi. sebagdtigkDbatd-mihAms,nenenohlon,murjne: ra manusia dgnwn R i m W~kanTim+&an Lafigo.... Mmn scrsr,taga pita urn lango (smgPendpta). MU&, di&4lmmds8& Pgnabdogwebulea@a pakan pengingkaran terhadap kebe Num kame koda Mn (koda),baik yang dihkukan olerh yang 'Leluhw, gal ataupun deh orang kcawya. &bag Keluarga ....ditimpah musbah lihan, diadakan ritual hwak @PO. K&g DatangCah dan berl kamijelan Tunjukkan b m i d a b d a b (kematian)' kwk tapo manfaatlean sejumlah P-e#mohonan utama dalam rituallewak t a p simblik, anbra lain: k e w a selsagd blah agar keluarge, dengan perantaraan kepala mnush, sirih-phang setwgai s peremputandan taki-laki, tuak -gal s mdan, diberi petunjuk men~enaiseb-bab kematiananggota keluarga secara tidak wajar pelibatan Ieluhur, sekaligus sehgai WW dsbentukanhasilmembelahkelapaselbagai per- sumpah, dan gumpalan kapm pMh &$bagd mohonan antara. Jika ketapa tidak terbelah, simkrol pernumian. Kee ataupwl tertrebh s e c a ~ ltidak sempuma, arti- mengandung makna ~SeBabkematknyangcfiujudkanckhmorlan karakteristik penyelmggaraannya, ritual M b # u mtepat. 09eh karma itu, kemampuan menyiratkan nilai ailing menghargai dm twpramtural mdan dimanfbatkan sec#ra op- pengakuan akan mWitas p m n I untuk rnenentukan (dengan 'mengira- tuturannya, berdasamn data, teni wirer", untuk kemudian dibuktikan m e W i dan nilai ketmmamaan dengan ledufw dm tmmbebh kelapa) sebab kematiandknakwd. relasi vertikal m a n Sarug Pmd hiamWitan dengan p e m n a n anbra mbnyiratkannilaldgius, mkna pemj=yang dknaksud, &an mnuturkan Isahasa W an diri sebagai mgkluk berflcut: hadapan Sang Pendpta, dan m k n e nV9W Esi mu go W a k tepo dungi geiwasi dari kerntian tidak waJarytm@ Sebntar keiapa dibelah Ssbentar s a p baleh kelapa mnyiratkan nibi pewarkan. kQsaetagang 6ka no'on napu, Semoga, t e M a h menembusi sabut Supaya makan dengan sabut ka'm horn ana m u , mhan kae. UnMc kgselamatan artak,cucusmuanya
DAFTAR RUJUKAN Sutan Takdir, 1979. Arti 13ahmatP i k n , dar! ,-
Baik makna pemujaan maupun makna oleh UnivwsitasIndoneria).Jakarta:WDim &kyat. permohonan menyiratkan nilal kesadarandiri. Bagw, I G. N. (ed). 1986. Sumbangan Ndt &rdoyclW b u s i a menyadari ketidakberdayaannya dalam Pembangunan Kebudayaan Nasr'onal. M i n g g a tem'pta pranata berupa dm-daa Denpasar: Proyek Penelitian dan Pengembangan Wii yang disampaikan kepada Rera Wulan Kebudayaan Bali. F m Ekan, wperb'halnya doadaa yang dlsarn- Barker, Chris 2004. Cultural Studies: Teori & Praktik. Penerjemah Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wcana. peikdn metalui perantaraan leluhur.
j FaxiaPah. 1993. SmtWk 2. A llmu M a h . Bandung PT Eresco. Fdpy, William A 1997. A&mpb&d ~~: D
m An
Edid VIII. Koena@aningrat. 1984. Kabudqvan, Mentalitas dan