PROF11 KESEHATAN KERJA NELAYAN Dl KOTA PEKALONGAN DAN KABUPATEN LOMBOK TlMUR Lestari Kanti Wiludjeng7, SK.Purwanl'), Tri Martianam),Widjlartlnl'), Gurendro Putro'b
ABSTRACT Republic Indonesia is an archipelago country of 17.000 islands surrounded by the 70% seas. So fair hence if most of coastal area have living as fisherman. The informal sector labor among fisherman not yet obtained optimal health s e ~ c especially e which deal with his work, such as those which suggested that is obtain get plenary health service (preventive, promote, curative and rehabilifative and also executed comprehensively in health system. This study was a crossectionalstudy locatedat Pekalongan (Central Java) and East Lombok Regency (West Nusa Tenggara); implemented in 10 months. The objective of this study is to describe the occupationalfishermen health profile consisted of three components a) work capacity, b) work load and c) work environmental and three of component must compatible. If not compatible cause by the problem of occupational health. Interview, medical check up includes laboratory test and observation the environmental of the fishermen houses w e n used as the methodology of data collection in this study. The Result of the study most of the occupational fishermen health profile are not good compared by the standard The recommendation to increase of the occupational fishermen health profile is three strategic consist strengthening of the health programmed includes the fishermen community organization.
-
-
-
-
Keywords: Profile Occupational health Work capacity Work load Work environmental Fisherman.
PENDAHULUAN Kondisi geografis negara Indonesia:
adakh negara ke~ulauanyang terdiriatas kira-kira 17.000 pulau dan 70% terdiri dari lautI maka wejar kalau sebagian besar penduduk pesisir bermata
sebagai nelayan. Sampai saat ini tenaga kerja sektor informal di kalangan nelayan belum memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal terutama yang behubungan dengan pe kerjaann a, sepert ang dianjurkan yaitu memperoleh pelayanan kesehatan paripurna (preventif, promotif,
') Peneliti Puslidbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan
") FKM Universita Airiangga
-
Profil Keseha!an Kdrja Fielayan (Lestari K.W., SK. Puwani, Tri Martians) kuratif, dan rehabilitatif serta dilaksanakan secara komprehensif dalam suatu sistem yang terpadu. Menurut Kebijakan Teknis Program Kesehatan Kerja (Dep.Kes.RI, 2002) kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja secara sehat dengan produktivitas yang optimal tanpa membahayakan diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Upaya Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekej a dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. (menurut Kebijakan Teknis Program Kesehatan Kerja, Dep.Kes.R.1, 2002). Jadi kesehatan kerja nelayan pada hakekatnya tergantung pada hubungan interaktif antara tiga komponen utama yaitu: kapasitas kerja, beban kerja, dan beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja yang mempengaruhi performa bekerja Kapasitas kerja merupakan komponen utama pada nelayan adalah kemampuan seorang nelayan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Komponen tersebut meliputi gizi pekerja, tingkat kesehatan (jenis penyakit), status gizi, kadar hemoglobin keterampilan melaut dan menangkap ikan serta tingkat pendidikan. Komponen-komponen
tersebut amat penting dalam mendukung kapasitas kerja seseorang bila bekerja. Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggung oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Beban kerja pada nelayan antara lain melaut, menangkap ikan, mengolah hasil tangkapan, dan lainnya Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi kondisi fisik, kimia, biologik, faal (ergonomic), dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjannya. Lingkungan kerja tersebut seperti udara, sinar matahari dan lainnya adalah merupakan beban tambahan. Apabila ketiga komponen tersebut serasi maka dapat dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja maupun penyakit ataupun akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.
TUJUAN PENELlTlAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikangambaran tentang kapasitas kesehatan kerja nelayan, beban kerja nelayan, dan lingkungan kerja merupakan beban tambahan yang memiliki potensi bahaya kesehatan pada para nelayan, serta gambaran penyakit-penyakit1 gangguan yang berhubungan dengan lingkungan kerja nelayan.
Buietin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 7. No. 1 Juni 2004: 14-30
Kerangka Konsep Kapasitas kerja : Tingkat kesehatan Status gizi Pendidikah
1 1
Kondisi kesehatan
Beban kerja Mental
4
Performance
I
Penyakit akibat keria
I
Lingkungan KerjalBeban tambahan : L~ngkunganfisik L~ngkungankimia Linakunaan b i o l o ~ i
Jenis penelitian ini adalah cross sectional study dengan analisis secara deskriptif dan penelitian ini dilaksanakan di dua provinsi yaitu provinsi Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.Untuk provinsi Jawa Tengah di Kota Pekalongan yang meliputi dua puskesmas yaitu puskesrnas Kusumabangsa dan puskesmas Krapyak Kidul, sedangkan provinsi Nusa Tenggara Barat di kabupaten Lornbok Timur rneliputi wilayah puskesmas Keruak di desa Tanjungluar dan puskesmas Sukaraja di desa Batunampar. Adapun populasi sasarannya adalah nelayan dengan jenis kelamin laki-laki sebagai pekej a yang terlibat aktif dalam
proses penangkapan ikan di laut, bukan nelayan yang memiliki kapal. Hasil listing di daerah penelitian tersebut di kota Pekalongan di wilayah Puskesmas Kusumabangsa ada 979 orang nelayan dan wilayah Puskesmas Krapyak Kidul ada 1.031 orang nelayan sedangkan di Kabupaten. Lombok Timur di wilayah Puskesrnas Keruak ada 233 orang nelayan dan di wilayah Puskesmas Sukaraja ada 160 orang nelayan. Sampel diambil secara acak (Random Sample ) dengan rumus Besar Sampel: no =
z 2 x p x q
d
Profil Kesehatan Kerja Flelayan (Lestari K.W.. SK Purwani, Tri Martiana)
n=--
-100,88
n-- 0 N Keterangan:
Untuk rnenilai profil kesehatan kerja nelayan dalam penelitian ini digunakan 2 kategori yaitu: a. Baik apabila 75-100% dari total sample adalah normalltak ada kelainan b. Buruk apabila c 75% dari total sample adalah normaVtak ada kelainan ,
Jumlah sampel keseluruhan penelitian sebesar 200 nelayan yang terdiri 100 nelayan di kota Pekalongan dan 100 nelayan di kabupaten Lombok Tirnur. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara pada nelayan, pengarnatan di lingkungan rumah dan pemeriksaan kesehatan yang rneliputi kesehatan fisik, status gizi, tekanan darah, dan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah untuk melihat kadar hemoglobin dan pemeriksaan tinja untuk mengetahui ada tidaknya infeksi cacing, serta pendidikan. HASlL PENELlTlAN Profil Kesehatan Kerja Nelayan merupakan garnbaran upaya kesehatan kerja nelayan meliputi: a. Hasil Analisis Kapasitas Kerja nelayan b. Hasil Analisis Beban Kerja nelayan c. Hasil Analisis Lingkungan kerja nelayan sebagai beban kerja Tambahan.
Untuk tingkat pendidikan: a. Baik apabila berpendidikan SLTP ke atas b. Buruk apabila berpendidikan SO atau tidak sekolah. *k +.
Seaagai garnbaran umum nelayan sebagai sasaran penelitian ini, di kota Pekalongan berurnur antara 15-65 tahun dan di kabupaten Lornbokllmur berumur antara 20-24 tahun. Hasil Analisis Kapasitas Kerja Nelayan Kapasitas Kerja adalah kernampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya pada suatu tempat kerja, yang mencakup: a. Tingkat Pendidikan b. Status Gizi c. Tekanan darah d. Kadar Hemoglobin e. lnfeksi cacing f. Kebiasaan makan pagi.
Bulgtln Penelltian Sistem Keseh'atbn - Vol. 7. No 1 Jim1 2304: 14-30
Tingk~t Peirdidikan Tabel 1. Distribusi frekdensi pendidikan nelayan aktif di Kota Pekalongan dan Kabupaten Lombok Timur, tahun 2003.
Tabel 2. Distribusifrekwensi status gizi, pada nelayanaktii di kota Pekalongan den dl kabupaten Lombok Timur tahun 2003 Status 'Izi
Kota Pekalongan (%)
Normal (BMI: 16,7-23.8) Tidak Normal (BMI: c 18 & s 23,81-24,9) Total
Dari table 1 ternyata sebagian besar nelayan baik di kota Pekalongan (83,0%) maupun di kabupaten Lombok Timur (96,0%)dari total sampel mempunyai pendidikan rendah hanya sampai tamat sekolah dasar dan tidak sekolah. Profil pendidikdn nelayan baik di kota Pekalongan maupun kabupaten Lombok Timur terrnasuk kategori buruk (Kategori pendidikan yang baik yaitu SLTP keatas hanya 17,0% dikota Pekalongan dan 4,0% di kabupaten Lombok Timur.
Status Giri Pengukuran status gizi dilakukan dengan cara pengukuran indeks anthropometri yaitu pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan untuk menghitung BMI (BodyMask Index) sesuai dengan FAONVHOIUNU, tahun 1985.
Kab. Lombok Timur (%)
59,O
60,O
41 ,O
40,O
100,O
100,O
Dari tabel 2, ternyata sebagian besar netayan status gizinya baik di kota Pekalongan (59,0%) maupun di kabupeten Lombok Timur (60,0%)dari total adalah normal jadi profil keadaan gizi nelayan di kedua daerah penelitian tersebut terrnasuk kategori buruk
Tekanan darah Tabel 3. Distribusi frekwensi tekanan darah pada nelayan aktiidi kota Pekalongan dan di kabupaten Lombok Tirnur tahun 2003
Tekanan Darah Normal: S = 90-120 rnm Hg & D = 60-80 rnm Hg Tidak Normal: (Hypotensi dan Hypertensi) SS90mrnHg& D 540-50 mm Hg S2150mmHg& DZ90mmHg Total
Kota Kab. Pekalo- Lombok ng,n ("h)
("7'0)
74,O
58,O
26,O
42,O
100,O
100,O
Profil Kesehatan Kerja Nelayan (Leslari K.W., SK. Puwani, Tri Martiana) Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh dokter Puskesmas daerah penelitian. Dari tabel 3 temyata para nelayan di kota Pekalongan (74,0%) dari total sample dan di kabupaten Lombok Timur (58,0%) dari total sampel mempunyai tekanan darah normal. Profil tekanan darah nelayan baik di kota Pekalongan maupun kabupaten Lombok Timur termasuk kategori buruk.
Kadar Hemoglobin Tabel 4. Distribusi frekwensi kadar hemoglobinpada nelayanaktif di kota Pekalongan dan di kabupaten Lombok Timur tahun 2003
Lombok Timur nelayan yang menderita anemik sebesar (65,0%) dari total sampel. Profil kadar hemoglobin nelayan baik di kota Pekalongan mawpun di kabuparen Lombok Timur termasuk kategori buruk. Oleh karena itu nelayan yang anemik tidak dapat menunjang performa kerja yang baik pula.
infeksi cacing Untuk mengetahui infeksi cacing pada nelayan dilakukan dengan cara pemeriksaan tinja pada nelayan oleh petugas laboratorium puskesmas yang terpilih sebagai daerah penelitian. Tabel 5. Distribusi frekwensi infeksi cacing pada nelayan aktif di kota Pekalongan dan di kabupaten Lombok Timur tahun 2003 . lnfekl
Kota Pekalongan (%)
Tidak ada kelainan Ascaris
73,O
Kab. Lombok Timur (Oh) 79,O
21O , 58 Ancylostoma 3,O Dalam penelitian ini pemeriksaan darah dilakukan oleh petugas puskesmas yang bekerja di bagian laboratorium dan setelah dikelompokkan sesuai dengan standar WHO untuk laki-laki yaitu anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 14 grldl dan tidak anemia apabila kadar hemoglobin 2 14 grldl. Dari table 4. memperlihatkanbahwa (50,0%) dari total sampel di kota Pekalongan nelayan menderita anemik dan di kabupaten
Duodenale Trichuris Trichura Tnchomonas Ascaris + Trichornonas Total
3,O 14.0
2,o 100,O
100,O
Dari tabel 5 di atas'rnenunjukkan bahwa frekwensi telur cacing yang ditemukan pada tinja nelayan di kota
Buletin Penelitian Slstelm Kesehatan - Vol. 7. No. 1 Juni 2004: 14-30 Pekalongan (73,0%) dari total sampel tidak ada infeksi cacing, sehingga keadaan tinja nelayan di daerah tersebut terrnasuk dalarn kategori buruk. Sedangkan untuk daerah penelitian di kabupaten Lornbok Tirnur tidak ada kelainan infeksi cacing sebesar (79,0%) dari total sarnpel, jadi keadaan tinja pada nelayan di daerah tersebut termasuk kategori baik.
Kebiasaan makan peg; Tab1 6. Distribusl frekwensi kebiasaan makan nelayan aktif di Kota Pekalongan dan kabupaten Lombok Timur tahun 2003 K*inun Makan
----Makan pagi Tanpa makan pagilsarapan Total
Kota Pekalongan (%)
Kab. Lombok
94,O 64
nmur (o!) 86,O 14.0
100,O
100,O
Tabel 6 rnernperlihatkan bahwa 94,0% dari total sample di kota Pekalongan rnernpunyai kebiasaan makan pagi, dernikian pula 86,0% dari total sample di kabupaten Lornbok Timur mempunyai kebiasaan rnakan pagi. Profil kebiasaan rnakan pagi baik di kota Pekalongan rnaupun di kabupaten Lornbok Timur terrnasuk kategori baik.
Hasll Analisis Beban Kerja Nelayan
Seseorang bila bekerja rnerupakan beban yang harus didukung oleh kernarnpuan orang tersebut. Meski kapasitas kerja rnemadai, narnun beban kerja terlalu berat dapat pula menimbulkan gangguan kesehatan. Menurut Kebijakan Teknis Program Kesehatan Kerja (Dep.Kes R.I., 2002) yang dirnaksud beban keTja adalah beban fisik rnaupun non fisik yang ditanggung oleh seorang pekerja dalarn rnenyelesaikan pekerjaannya. Beban kerja merniliki macam-macam ukuran seperti nomogram Astrand dan lain-lain. Namun di dalam kenyataan di Iapangan pengukuran tersebut sulit dilakukan. Oleh karena itu pengukuran secara kasar lewat satuan jam kerja dan jumlah hari kerja dan ada tidaknya pekerjaan tarnbahan atau sarnbilan (Achmadi 1988), dan cara pengukuran beban kerja tersebut dilakukan pula pada nelayan sebagai salah kelornpok pekerja informal. Sebagai akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemarnpuan fisik yang terlalu lemah dapat rnengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan kesehatan atau penyakii akibat kerja. Pengukuran Beban Kerja meliputi: a. Pengukuran jam kerja harian, b. Pengukuran jam kerja rningguan dan c. Pengukuran pekerjaan sambilan.
Profit Kesehatar Kerja Nelayan (Lestarl K.V\I, SK.Purwani. Tri Martlanai
Tabel 7a. Distribusi frekwensi beban kerja dalam sehari pada nelayan aktif di Kota Pekalongan dan di Kabupaten Lombok Timur tahun 2003
sehari 5 7 jam
> 7 jam
Total
100,O
100,O
Tabel 7b. Distribusi frekwensi beban kerja dalam seminggu pada nelayan aktif di Kota Pekalongan dan di Kabupaten Lombok Timur tahun 2003 Jam kerja
> 40 jam Total
66,O 100,O
100,O
Tabel 7c. Distribusi frekwensi pekerjaan sambilan/tambahan para nelayan aktlf di Kota Pekalongan dan di Kabupaten Lombok Timur tahun 2003
Timur (%) Tidak ada Total
100,O
100.0
Pada table 7 a , 7b, dan table 7C. rnenggambarkan beban kerla Yang disandang oleh para nelayan ternyata
dalam sehari 73,0% dari total sampel di kota Pekalongan dan 60,0% dari total sampel di kabupaten Lornbok Timur para nelayan bekerja > 7 jam sehari dan 47,W dari total sampel di kota Pekalongan dan 40,0% dari total sampel di kabupaten Lombok Timur para nelayan bekerja = 7 jam sehari. Pada pengukuran b e b a ~ kerja dalam seminggu hasil penelitiar menunjukkan bahwa 34.0% dart total sampel di kota Pekalongan dan 24,O0/0 dari total sampel dari total sampel dl kabupaten Lombok Timur para nelayar bekerja = 40 jam seminggu dan 66.O0fr dari total sampel di kota Pekalongan dar 76,0% dari total sampel di kabupater Lombok Timur para nelayan bekerja > 4C jam dalam seminggu, sedangkan pada pengukuranpekerjaan sambilan ternyata 7 2 , 0 % dari totai sampel dl kota Pekalongan dan 68,8% dari total sampel di kabupaten Lombok Timur para nelayar tidak mempunyai pekerjaan sambilan tambahan. Profil beban kerla para nelayan baik di Kota Pekalonganmaupur Kabupaten Lombok Timur termasuk dalam kategori bumk Hasil Analisis Lingkungan kerja (Beban Tambahan) Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi kondisi fisik, kimia, biologik. faali (ergonomic), dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 7. No. 1 Juni 2004: 14-30
Pomsi behays ffngkungenkerja tersebut terdiri dari Kondisi lingkungan kerja, Kondisi lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya yaitu suhu lingkungan (panas, cuaca dingin), sinar ultra violet, ergonomikeluhan backpain dan lain-lain. Tabel 8 menunjukkan bahwa beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja yang diderita oleh para nelayan, ternyata 78,0% nelayan di kota Pekalongan mengeluh rasa panasldingin. Demikian pula di kabupaten Lombok Timur 76,0% nelayan ada keluhan rasa panas/ dingin. Ternyata suhu lingkungan memperberat beban kerja sehingga
profil lingkungan kerja baik di kota Pekalongan maupun di Kabupaten Lombok Timur termasuk kategori buruk. Ini berarti bahwa suhu lingkungan berpotensi , bahaya terhadap kesehatan kerja nelayan. Tabel 8. Distribusifrekwensi Suhu lingkungan kerja nelayan aktif di Kota Pekalongan dan di Kabupaten Lornbok Timur tahun 2003
T a b l 9. Distribusifrekwensi gangguan kelainan pada tubuh nelayan di Kota Pekalongan dan di
Kabupaten Lornbok Tirnur tahun 2003
Ancylostom Duodenale Trichuris Trichura Trichomnas Ascaris + Trichomnas
14,O
2,o
Profil Kesehatan Kerja Nelayan (Lestari K.W., SK. Purwani, Tri Martiana]
Pada tabel 9 hasil penelitian menunjukkan bahwa a. Gangguan kelainan pada kulit Kulit tubuh merupakan barierl pelindung kerja terakhir dan ini juga dapat dijadikan sebagai indikator adanya gangguan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya. 39,0% dari total sampel para nelayan di kota Pekalongan dan 80,096 dari total sampel di kabupaten Lombok Timur mempunyai kelainan pada kulit yaitu hiperpigmentasi. Biasanya hiperpigmentasi disebabkan karena adanya pemaparan terhadap sinar ultraviolet dari sinar matahari (Berry,1978). Oleh karena itu profil gangguan kelainan pada kulit yang menyebabkan hiperpigmentasi termasuk kategori buruk. b. Gangguan kelainan pada mata Penglihatan dalam pekerjaan merupakan faktor yang penting agar pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan optimal dan tidak melakukan kesalahan. Gambaran mengenai gangguan kelainan pada mata meliputi 1) Kelainan visus/visus abnormal 42,0% dari total sampel para nelayan di kota Pekalongan dan 51,0% dari total sampel di kabupaten Lombok Timur mempunyai kelainan visus pada mata baik
rnelihat pada jarak dekat maupun jauh. Oleh karena itu profil kelainan visus pada mata termasuk kategori buruk. 2) Adanya iritasilperadangan pada mata ditandai dengan mata berwarna merah hasil menunjukkan bahwa 38,0% dari total sampel di kota Pekalongan dan 33,0% dari total sampel di kabupaten Lombok Timur para nelayan mengalami peradangan pada mata, ha1 ini disebabkan karena air sehingga profil gangguan iritasi pada mata para nelayan termasuk kategori buruk. 3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa 16,0% dari total sampel di kota Pekalongan dan 23,0% dari total sampel di kabupaten Lombok Timur para nelayan menderita gangguan pada sclera mata yaitu pterygiumcukup rendah, sehingga profil penyakit pterygium baik. c. Gangguan kelainan pada pendengaran Gangguan kelainan pendengaran pada nelayan 41,0% dari total sampel di kota Pekalongan dan 28,0% dari total sampel di kabupaten Lombok Timur adalah telinga berdenging, ha1 ini disebabkan karena kebisingan
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 7. No. 1 Juni 2004: 14-30 suara kapal dan ombak, oleh karena itu profil kelainan fisik pendengaran tennasuk buruk. d. Gangguan kelainan pada persendian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada nelayan ditemukan adalah 35,0% dari total sampel para nelayan di kota Pekalongan dan 59,0% dari total sampel di kabupaten Lombok Timur mempunyai gangguan kelainan persendian. Keluhan nyeri pada tulang belakanglbackpain mempunyai hubungan dengan masalah ergonomic. Masalah ergonomic yang sering dijurnpai pada nelayan adalah ketidak serasian antara sikap dan alat kerja tral ini disebabkan karena beban yang diangkut nelayan terlalu berat. Oleh karena itu ~ r o f i l gangguan nyeri tulang punggung termasuk kategori buruk. e. Gangguan .kelainan pada parupaw. Pada gangguan kelainan pada paru-paru dirasakan oleh para nelayan yaitu adanya keluhan batuk lebih sebulan dan berdahak di kota Pekalongan sebesar 34,0% dari total sampel dan di
f.
kabupaten Lombok Timur sebesar 38,0%. Dan total sampel Jadi profil gangguan kelainan pada paru adalah buruk. Gangguan kelainan pada abdomen. Gangguan kelainan daerah abdomen pada nelayan aktif berupa rasa mual, rnuntah, pedih dan kolik di Kota Pekalongan sebesar 48,0% dari total sampel dan di Kabupaten Lombok Timur sebesar 59,0% dari total sample. Jadi profil kelainan pada daerah abdomen terrnasuk kategori buruk.
*. Kondisi lingkungan rumah (kondisi
rumah. Dalam analisis kondisi lingkungan rumah mencakup kondisi perumahan nelayan, sumber air yang dipakai beserta cara memasak air rninum, tempat buang air besar, keadaan halaman sekitar rumah dan tempat penyirnpanan bahan baku dan peralatan serta penyimpanan hasil penangkapan ikan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi rumah para nelayan yang terkena sampel, cara pengumpulan data dengan wawancara dan observasi.
Profil Kesehatan Keqa Nelayan (Lestan K.W., SK.Purwani, Tri Martiana) a. Kondisi perumahan nelayan
Tabel 10a, tabel lob, dan tabel 10c menunjukkan bahwa profil keadaan rumah para nelayan di kota Pekalongan termasuk kategori baik karena jenis atap terluas terdiri dari genteng 98,0% dari total sampel, jenis lantai terluas yang dipakai adalah bukan tanah sebesar 91,0% dari total sampel dan jenis dinding yang dipakai sebesar 86,0°h dari total sampel. Sedangkan di kabupaten LombokTimur pada tabel tersebut di atas untuk jenis atap rumah 77,0% dari total sampel terdiri dari genteng dan jenis lantai yang dipakai 96,0°h terdiri dari bukan tanah, jadi untuk pemakaian atap dan lantai terrnasuk kategori baik, tetapi bila dilihat dari jenis dinding yang dipakai karena terdiri dari bukan tembok sebesar 96,0% dari total sample maka profilnya dinding rumah yang dipakai terrnasuk kategori buruk.
Tabel l O a . Distribusi frekwensi jenis atap rurnah nelayan aktf terluas yang dipakai di Kota Pekalongan dan di Kabupaten Lombok Timur tahun 2003
Tabel lob. Distribusi frekwensi jenis lantai rurnah nelayan aktii terluas yang dipakai di Kota Pekalongan dan di Kabupaten Lombok Timur tahun 2003 Jenis lantai[ Pekalongan Lombok terluas (%) ITirnur(%) Bukan tanah Tanah Total 100,O 100,O
Tabel 10C. Distribusi frekwensi jenis dinding rumah nelayan aktif terluas yang dipakai di Kota Pekalongan dan di Kabupaten Lombok Timur tahun 2003
Tabel 11,
Distribusi frekwensi jenis sumber air yang dipakai dari nelayan aktii yang dipakat di kota Pekalongan dan di Kabupaten Lornbok Timur tahun 2003
sumber air
terluas Bukan tembok '. 100,o
100,o
Sumur Total
100,O
100,O
Buletin Penelitian Sistem Kesehatsn - V d . 7. No. 1 Juni 2004: 14-30 Dan tabel 11. untuk kedua daerah penelitian penggunaan surnber air terrnasuk kategori baik karena pemakaian surnber air 100,0% sudah benar yaitu PDAM dan surnur. Tabel 12 Distribusi frekwensi cara mernasak air minum dari nelayan aktif yang dipakai di kota Pekalongan dan di kabupaten Lombok Timur tahun 2003
air minum Dimasak Tidak dimasak Total
Tlmur (%)
Sebaglan besar baik di kota Pekalongan yaitu 46,0% dari total sarnpel maupun di kabupaten Lombok Timur 86,0% dari total sampel ternpat buang air besar di laut, oleh karena itu kebiasaan rnernbuang air besar para nelayan tersebut termasuk kategori buruk. Tabel 13. Distribusifrekwensi ternpat buang air besar dari nelayan aktif yang dipakai di kota Pekalongan dan di kabupaten Lombok Tirnur tahun 2003
100,O 100,O
100,O
Pada tabel 12 menunjukkan bahwa di kota Pekalongan penggunaan air minum dimasak terlebih dahulu 100.0% dari total sample jadi profil cara rnemasak air termasuk kategori baik. Sedangkan untuk kabupaten Lornbok Thlur hanya 52,0% dari total sarnoel cara ~emakaianair minum dimasak lebih dahulu, sehingga profil cara mernasak air minum termasuk kategori buruk. Tabel 13 mernperlihatkan bahwa ternpat buang air besar ternyata para nelayan hanya 41,0% dari total sampel di kota Pekalongan dan 2,0% dari total sampel di kabupaten Lombok Tirnur para nelayan di jamban keluarga.
Tabel l4a. Distribusi frekwensi adanya kotoran hewanlmanusia di halaman rurnah nelayan aktif dan di kota Pekalongan dan di kabupaten Lombok Tmur tahun 2003
manusiaihewan Tidak ada Total
Pekalongan Lombok (%) Tirnurp) 74,O
100,O
69,O 100,O
Profil Kesetiatan Kerja Neiayar~(Lesfari K.W., SK. Purwani, Tri Maniena) Tabel l4b. Distribusi frekwensi adanya sampah di haiaman rumah nelayan aktif dan di kota Pekalongan dan di kabupaten Lombok fimur tahun 2003
sampah
Ada Tidak ada Total
Kota Pekalongan
(%I 26,O
Kab.
lornbok TirnYr
("/.) 57,O
74,O
43.0
100,O
100,O
Pada table 14a dan 14b menunjukkan bahwa profil halaman sekitar rumah para nelayan baik di kota Pekalongan maupun di kabupaten Lombok Timur termasuk kategori buruk. Untuk kota Pekalongan kotoran manusid hewan dan sampah ada di halaman rumah sebesar masing-masing 26,0% dari total sarnpel sedangkan di kabupaten Lombok Timur adanya kotoran manusia/ hewan di sekitar halaman rumah sebesar 31,0% dari total sarnpel dan sampah ada di halaman rumah sebesar 57,0% dari total sampel.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ternyata sebagian besar variable yang diteliti termasuk dalam kategori buruk dan hanya sebagian kecil yang termasuk dalam kategori baik. a. Komponen kapasitas kerja yang terdiri dari Tingkat pendidikan, Status gizi, Tekanan darah, Kadar hemoglobin terrnasuk kategori buruk, sedangkan infeksi cacing, dan
Kebiasaan makan pagi termasuk kategori baik. Kapasitas kerja amat penting untuk mendukung kemampuan seseorang untuk bekerja. Bila kemampuan ini tidak dapat mendukung akan timbul gangguan kesehatan kerja. b. Komponen Beban Kerja yang terdiri dari Pengukuran beban kerja dalarn sehari, jam kerja dalam seminggu dan adanya pekerjaan sambilanl tambahan kategori buruk. Oleh karena itu beban kerja tersebut menyebabkan ancaman kesehatan kerja nelayan. c. Lingkungan kerja sebagai beban tambahan meliputi: 1. Kondisi lingkungan kerja termasuk kategori buruk baik di "'kota Pekalongan maupun di kabupaten Lombok Timur yang terdir~dari Suhu lingkungan, Gangguan kelainan kulit, Gangguan kelainan pada mata (Kelainan Visus dan adanya iritasiiperadangan kategori termasuk buruk sedangkan adanya pterygium/kelainan pada sclera mata kategori baik), gangguan kelainan pada pendengaran, gangguan kelainan pada persendian, gangguan kelainan pada paru-paru dan gangguan kelainan pada abdomen. 2. Kondisi lingkungan rumah terdiri dari Kondisi perurnahan nelayan (Jenis atap rumah yang d~pakai
-
Buletin Penefitian Sistem Kesehatan Vd.7. No. 1 Juni 2004: 14-30 dan jenis lantai yang dipakai kategori baik sedangkan jenis dinding rumah yang dipakai di kota Pekalongan termasuk kategori baik, di kabupaten Lombok Timur termasuk kategori buruk). Sumber air yang digunakan, cara memasak air minum di kota Pekalongan termasuk, tempat buang air besar. Adanya kotoran manusialhewan di halaman rumah dan adanya sampah di halaman rumah kategori buruk. Ketidak seimbangan hasil hubungan interaktif antara ke-3 komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungah kerja yang merupakan beban tambahan telah menimbulkan outcome berupa penyakit akibat kerja yang harus diderita oleh para nelayan sehingga menjadi masalah yang memerlukan penanganan yang serius.
SARAN Agar profil kesehatan kerja nelayan baik maka perlu dikembangkan 3 upaya strategis yaitu: 1. Bina Program pertu dilakukan Upaya kesehatan kerja nelayan melalui pendekatan ke masyarakat atau Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) yang
cirinya adalah a) penyelenggaraan program Usaha Kesehatan Kerja (UKK) hams bertumpu pada upaya peran serta masyarakat penyelenggara kesehatan maupun masyarakat keja, b) adanya konsepsi dan pelaksanaan pelayanan dasar kesehatan kerja, dan c) adanya kegiatan lintas sector. 2. Bina lnstitusi dilakukan untuk memperkuat institusi atau unit-unit organisasi dalam pelaKSanaan program UKK. Unit yang perlu dikembangkan adalah puskesmas dan unit UKK pada kelompokkelompok pekerja. 3. Bina profesi adalah upaya-upaya peningkatan pengetahuan di bidang UKK bagi petugas pelaksana, dan pendukung program. Dalam rangka bina profesi perlu disusun silabus pelatihan yang sistematis dan terencana dengan - memperhatikan bina institusi. Dengan kata lain untuk menyusun silabus nasional pelatihan dokter puskesmas dan pelatihan kader kesehatan kelompok kerja terlebih dahulu disusun bagaimana UKK pada tingkat puskesmas dan masyarakat kerja di kalangan nelayan. Setelah disusun konsepsi bagaimana UKK pada tingkat paling bawah ini hendak diselenggarakan, baru dapat ditentukan apa fungsi dan peran kader kesehatan kelompok kej a (K4) serta dokter puskesmas.
Profil Kesehatar, Kerja N e l ~ y (Lestari ~n K.W.. SK. Purwani. Tri Martiarre)
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, 1994. Kesehatan Kerja Sektor Informal: Konsepsi dan Perspektif Pengembangan Program, Jakarta: Dirjen Bin Kes Mas, Dep.Kes.R.1. Badan* eenelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2003. Panduan Penyusunan Proposal, Protokol, LaporanAkhir Penelitian dan Penulisan Artikel llmiah, Jakarta. Berry CM, 1978. Agricultural Hazards, Pany's Industrial Hipiene and Toxicology, 3a Revised Edition, USA. Clinical Epidemiologi & Biostatistics Unit.1995. Sistem Surveilans Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta lndonesia Departemen Kesehatan, 1999. Kebijaksanaan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kesehatan, Jakarta. lndonesia Departemen Kesehatan, 2001. Pedoman Pewawancara Studi Morbiditas dan Disabllitas Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium pada SKRT, Jakarta. lndonesia Departemen Kesehatan, 1993. Pedoman Teknis: Upaya Kesehatan Kerja bagi Perajin Penyamak Kulit, Perajin Mebel Kayu, Perajin Peleburan Aki Bekas, Perajin Tahu dan Tempe, Perajin Batik: Pedoman untuk petugas, Jakarta. lndonesia Departemen Kesehatan, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju lndonesia Sehat 2010, Jakarta.
lndonesia DeparternenKesehatan, 1990. Stud Data Dasar dan Studi Operasional Kesehatan Kerja Sektor Informal pada 6 Propinsi di Indonesia, Jakarla. National Academy of Science, 2002. The Airliner Cabin Environment and the Health of Passengerand Crew. National Academy Press, Washington DC. National Health Research and Development and Central Bureau of Statistic, 2001. Benefit Evaluation Study (BES) 2. (in Indonesian). Jakarta. Prajoga, 1994. Housing Quality as Risk Factor for Pulmonary Tuberculosis in Salam, Srumbung and Candimulyo Magelang district (in Indonesian). Heakh Sewices Research Bulletin, I, Oct. p. 46-63. Pugliese G and Favero M, 1999. Back to Quarantine: Man with TB Jailed for Infecting Family. Infection Control and Hospital Epidemiology, Therefore; Jun 1999. (2 May 2002). Available at: http://. ../pqdlink?Ver= 1& Exp=03-072002 Rieder H, 1999. Epidemiologyc Basis of Tuberculosis Control. Paris. Int. Union of Tuberculosis and Lung Diseases. RoosihermiatieB, Nishiyama M and Nakae K, 2000. The comparison of Tuberculosis Treatments: a Short Course Therapy and the DirectlyObserved Short Course Treatment (DOTS) East Java Province, Indonesia. SoutheastAsianJ Trop. Med Public Health. Vol 31. No. 1. March. Snider D, Raviglione M, and Kochi A. 1994. Global Burden of Tuberculosis. In Bloom BR (edt., 1994, Tuberculosis,
-
Buletln Penetitlan Slstern Kesehaten Vol. 7. No. IJuni 2004: 14-30 PafhogBnesis, Protection and Contd.. American Society for Microbiology, Washington DC, p. 3-1 1.
R.B (edt.), 1994. Tuberculosis, Pathogenesis, Profection and Control. Washington DC: ASM Press. p. 73-83
Timor Tengah Selatan District Health Office, 2001. Health Profile 2001. (In Indonesian) So'e.
Wilson M, 2001. Ecology and Infectious Disease. In Aaron & Patz (ed.), 2001. Ecosystem Change and Public Health. A Global Perspective. The John Hopkins University Press. Baltimore. p. 28-24. ,-
Tokars J. McKinley G, Otten J, and Woodley C, 2001. Use and Efficacy of Tuberculosis Infection Control Practices at Hospitals with Previous Outbreaks of Multidrug-resistant Tuberculosis. Infection Control and Hospital EpidBmiology, Vol. 22(7), July 2001. (10 March 2002). Available at: hffp.A/ www.slackinc.com/general/lche/ stor0701/7tok.htm. United Nation, 2001. Human Development Index, 2001. (10 March 2002). Available at: http://www.infoplease.com/ipa/ A0778562. html. USAID, 2000. Improvingthe Health of Women and Children. Transition to a Prospering and Democratic Indonesia. (11 Maroh2002). Available at: http:// www.usaid.gov/d/docs-csp2kes.html
Wayne LG 1994. Cultivation of Mycobacteriu Mycobacterium Tuberculosis for Research Purposes. In Bloom,
World Health Organization, 2002. Global Tuberculosis Control. Surveillance, Planning, Financing. Geneva. (26 May 2002). Available at: hftp://who.int/gtW publications/slobrepoulndex.html. World Health Organization, 2000. Health a Key to Prosperity. Success Stories in Developing Countries. Geneva. World Health Organization, 1989. Health Principles of Housing. Geneva. World Health Organizatton, 1990. Indoor Air Quality: B i o l o g i c ~Contaminants. l Report on a WHO meeting. Denmark. World Health Organization, 2000. Tuberculosis Fact Sheet, 2000. (2 May 2002). Available at: http:// who.int/inf.fs/en/ facfl04.html.