MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK MANUVER PEMBEBASAN TEGANGAN SISTEM DISTRIBUSI SISI INCOMING 20 KV DAN BUSBAR GUNA PEKERJAAN DI KUBIKEL GI TAMBAK LOROK PLN APD JAWA TENGAH DAN DIY Suryo Sardi Atmojo.1, Ir. Agung Warsito DHET.2 1 Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Email :
[email protected] Abstrak
PLN sebagai perusahaan yang tumbuh dan berkembang harus terus melayani kebutuhan listrik masyarakat dalam rangka menunjang kebutuhan ekonomi, tentu harus terus berinovasi. Peningkatan pelayanan pasokan tenaga listrik kepada konsumen merupakan program prioritas dari PT PLN (Persero) salah satunya dengan pengoperasian PMT (Pemutus Tenaga) penyulang 20 kV Gardu Induk secara remote yang dikendalikan dari pengatur distribusi. Sistem kendali secara remote ini disebut dengan SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition). Dengan diterapkannya pengoperasian PMT penyulang 20 kV secara remote diseluruh Gardu Induk Distrubusi Jawa Tengah & DIY diharapkan memperbaiki SAIDI (System Average Interuption Duration Index) & SAIFI (System Average Interuption Frequency Index). Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi waktu padam akibat gangguan, mempercepat manuver pelimpahan, pemantauan pembebanan , serta untuk monitoring gangguan yang muncul pada suatu jaringan SUTM (Saluran Udara tegangan Menengah). . Kata Kunci : Manuver, Scada,Remot.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan indikator pertumbuhan ekonomi nasional. Bagaimana PLN berhasil meningkatkan penyediaan dan keandalan listrik nasional untuk memenuhi tuntutan kehidupan masyarakat sekaligus menunjang kegiatan industri adalah tantangan masyarakat dan pertanyaan yang harus dijawab. Selain mempunyai manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia, listrik juga menimbulkan bahaya yang sangat menakutkan, listrik ini bila tidak diperhatikan sangat merugikan. Namun, PLN tetap konsisten dalam menjalankan tugasnya melayani konsumen menyangkut masalah bahaya listrik, sehingga masalah diusahakan sekecil mungkin tidak akan terjadi. Seiring dengan semakin meningkatnya konsumen energi listrik, PLN sebagai Perusahaan Listrik Terbesar di Indonesia harus berusaha untuk meningkatkan kualitas penyaluran energi listrik yang ada. Kualitas tersebut dapat terliahat dari indikator SAIDI (System Average Interuption
Duration Index) dan SAIFI (System Average Interuption Frequensi Index). Untuk mengurangi SAIDI dan SAIFI pada pelanggan, dibutuhkan langkah yang strategis dalam pengoperasian sistem tenaga listrik. Salah satunya dengan melakukan Manuver-manuver pembebasan tegangan dalam rangka pekerjaan di Trafo ataupun di jaringan tegangan menengah. Manuver-manuver tersebut harus dilaksanakan secara efisien, sehingga tidak hanya akan meningkatkan keamanan pekerjaan tetapi juga akan mengurangi waktu padam atau bahkan bisa menghindari padam di Pelanggan. 1.2 Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari kerja praktek adalah: 1. Mengenal kerja praktek di lapangan untuk persiapan dunia kerja, memiliki wawasan praktek lapangan, serta kemampuan professional yang intelektual. 2. Mengetahui sistem jaringan distribusi tegangan menengah 20kV. 3. Mengetahui kegiatan pada jaringan distribusi tegangan menengah 20Kv.
4. Mengetahui jenis pemeliharaan jaringan distribusi tegangan menengah 20kV. 5. Mengetahui berbagai macam peralatan pengaman pada jaringan distribusi tegangan menengah 20kV. 1.3 Pembatasan Masalah Penulisan laporan kerja praktek di PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi (APD) Jawa Tengah dan DI.Yogyakarta, permasalahan dibatasi pada manuver-manuver yang harus dilakukan pada saat akan dan setelah ada pekerjaan yang mengharuskan sisi incoming 20 kV bebas tegangan, sehingga juga dibutuhkan bebas tegangan pada busbar 20 kV. II. DASAR TEORI SCADA (supervisory control and data acquisition) adalah sistem yang dapat memonitor dan mengontrol suatu peralatan atau sistem dari jarak jauh secara real time. SCADA berfungsi mulai dari pengambilan data pada Gardu Induk atau Gardu Distribusi, pengolahan informasi yang diterima, sampai reaksi yang ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi. Secara umum fungsi dari sistem SCADA adalah : a. Telecontrolling Seorang Operator Dispathcer melakukan atau mengoperasikan ON OFF suatu peralatan yang sudah terintegrasi ke system scada di Gradu Induk / pada Lapangan (Key Point) secara remote dari Control Center. Jadi tele kontrol hanya dilakukan dari sisi Control Center/ sebagai inputnya. b. Tele Signal Opretaor Dispathcer dapat mengetahui atau memonitor segala indikasi peralatan yang sudah terintegrasi ke system scada di gardu/ lapangan secara remote, jadi tele signal adalah segala status/ indikasi yang ada di gardu induk baik yang tetap ataupun jika terjadi perubahan akan secara cepat / real time di ketahui oleh dispathcer, dan sebagai inputnya adalah peralatan yang ada di GI/ lapangan. Perintah tele signal yaitu setiap kejadian yang dicatat oleh system scada disebut Event, sedangkan semua indikasi yang menunjukan adanya perubahan status di scada di sebut sebagai ALARM. Semua status harus diproses untuk mendeteksi setiap perubahan status lebih lanjut untuk event yang terjadi secara spontan atau setelah permintaan remote kontrol dikirimoleh dispathcer. c. Tele Metering Operator Dispathcer dapat mengetahui atau membaca semua pengukuran yang sudah
terintegrasi ke system scada di Gardu Induk / lapangan secara remote, jadi telemetering adalah pembacaan parameter pengukuran , dan sebagai inputnya adalah peralatan metering yang ada di GI/ lapangan (Key Point). 2.1 Peralatan Sistem SCADA Peralatan Sistem SCADA terdiri dari perlengkapan hardware dan software. Peralatan Hardware SCADA terdiri dari: 1. Master Komputer yang terdiri dari server dan Front End Komputer 2. Sarana Komunikasi Data yang terdiri dari Modem, defuser, amplifier, kabel Pilot, Radio, Fiber Optic, PLC 3. Remote Terminal Unit 4. Interface ke rangkaian proses 2.2 SCADA di APD Jateng-DIY Menurut sistemnya, scada di APD jatengDIY dibagi menjadi 3 jenis : 1. Scada ROPO (Remote Operating Penyulang Outgoing) 2. Scada Survalent 3. Scada IDAS (intelegen Distribution System) Masing-masing jenis scada tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan. a. Scada ROPO (Remote Operator Penyulang Outgoing) Scada ROPO ini adalah salah satu kebanggan Bangsa Indonesia, karena system scada ini dibuat dan dikembangkan oleh anak negri sendiri. Scada ROPO dibuat oleh kerjasama anatara PT.PLN (persero) dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). ROPO dibangun pertama tahun 2005 (3 APJ, 11 GI, 63 Penyulang). Pembangunan kedua tahun 2008 (4 APJ, 21 GI, 122 Penyulang).
Gambar 2.2 Scada ROPO
b. Scada Survalent Scada Survalent pada mulanya Diterapkan di wilayah APJ Semarang saja. Dibangun pertama tahun 2004 untuk 6 GI 53 Penyulang, 15 Recloser. Pengembangan kedua tahun 2006 untuk 7 GI, 36 Penyulang, Pengembangan ketiga tahun 2008 untuk 11 Penyulang Latar belakang : mendukung perbaikan SAIDI & Citra PLN.
2.3 Keypoint 2.3.1 Recloser Recloser merupakan salah satu peralatan proteksi pada JTM yang mampu melepaskan beban saat terjadi gangguan dan mampu menutup kembali (reclose) sesuai dengan setting yang ditetapkan. Penempatan recloser di jaringan sangat membantu mengatasi gangguan temporer dan membagi jaringan menjadi section-section yang lebih kecil. Penempatanya sebagai keypoint harus tetap memperhatikan koordinasi proteksi recloser tersebut dengan peralatan prteksi lain yang terdapat di penyulang yang sama. 2.3.2 LBS LBS (Load Breaker Switch) merupakan alat switching yang dapat dioperasikan (lepas ataupun tutup) dalam keadaan bertegangan dan berbeban. Seiring dengan perkembangan teknologi dan permintaan pelanggan, beberapa LBS saat ini sudah di lengkapi dengan fitur deteksi arus gangguan. LBS yang dilengkapi fitur deteksi arus gangguan ini dapat digunakan sebagai keypoint pada JTM. LBS ini bukan termasuk peralatan proteksi, jadi dalam penempatanya sebagai keypoint di jaringan lebih fleksibel daripada recloser.
Gambar 2.3 Scada Survalent
c. Scada IDAS (intelegen Distribution System) Scada IDAS untuk sekarang hanya diterapkan di wilayah APJ Semarang. Dibangun pertama pada tahun 2007 (3 recloser, 15 LBS). Scada IDAS merupakan Grant (bantuan hibah) dari pemerintah Korea Selatan melalui KEPCO.(Korea Elektric Power Corporation).
Gambar 2.4 Scada IDAS
2.4 Peralatan Komunikasi Untuk menunjang kinerja dispatcher APD dibutuhkan peralatan Komunikasi berupa Radio PTT, Telpon JWOT, dan Telpon dari Telkom yang digunakan untuk berkoordinasi dengan Area, Region Maupun SAPD.
III. MANUVER PEMBEBASAN TEGANGAN SISTEM DISTRIBUSI SISI INCOMING 20 KV KV DAN BUSBAR 20 KV GUNA PEKERJAAN DI KUBIKEL GI TAMBAK LOROK PLN APD JAWA TENGAH DAN DIY 3.1 Pengertian Pembebasan Tegangan Istilah bebas tegangan yang sering dipakai dalam lingkungan kerja sistem distribusi mengandung arti bahwa peralatan yang akan dikerjakan (pemeliharaan/perbaikan) dalam kondisi aman tidak bertegangan. Aman yang dimaksud adalah aman dari tegangan 20 kV maupun aman dari tegangan sisa. Untuk menghindari dari tegangan sisa, peralatan harus dilocal groundingkan. Sehingga tegangan yang tersisa dari sisi PMT maupun jaring telah dinetralkan ke tanah. Kemudian setelah aman baru petugas pekerjaan boleh melakukan pekerjaan.
3.2 Peralatan yang Harus Bebas Tegangan Guna menjamin keselamatan dan keamanan petugas pekerjaan, maka perlu diadakan pembebasan tegangan pada beberapa peralatan di sisi 20kV. a. b. c. d.
Trafo 2 30 MVA GI Tambak Lorok PMT incoming 20 kV Busbar 20 kV PMT TBL9, TBL 10, TBL 11, TBL 12, dan TBL 13. e. Pelepasan ABSW Pertama pada TBL9, TBL 11, TBL 12, dan TBL 13 3.3 Alur Komunikasi Alur komunkasi dalam pengoperasian sistem pendistribusian , baik kondisi normal, gangguan maupun darurat digambarkan sebagai berikut : a. Region Jawa Tengah dan DIY menginformasikan bahwa akan ada pekerjaan pada Trafo 2 30 MVA GI tambak lorok, Sehingga meminta persiapan dari APD Jateng dan DIY, Area Semarang, Rayon Semarang tengah, dan GI Tambak lorok. b. Setelah Petugas Pekerjaan telah siap, maka manufer pelimpahan beban dilaksanankan oleh Petugas Rayon Semarang Tengah, Area Semarang, dan berkoordinasi dengan APD. c. Setelah pelimpahan selesai, APD membuka PMT Outgoing TBL9, TBL10, TBL11, TBL 12, dan TBL 13 (TBL9 dan TBL11 telah terbuka dari awal). d. Setelah itu Piket area Koordinasi dengan GI membuka ABSW pertama. Kecuali Pada TBL10 karena ada pelanggan. e. Setelah itu Piket Har GI APD Jateng DIY melakukan recout dan local grounding pada PMT Outgoing TBL9, TBL10, TBL11,TBL12,dan TBL13. f. Setelah Itu petugas GI melepas incoming 20 KV sesuai dengan perintah APD. 3.4 Manuver Jaringan Distribusi Manuver / Manipulasi jaringan adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat adanya gangguan / pekerjaan jaringan sehingga tetap tercapainya kondisi penyaluran tenaga listrik yang maksimal atau dengan kata lain yang lebih sederhana adalah mengurangi dareah pemadaman . Kegiatan yang dilakukan dalam manuver: Memisahkan bagian-bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan / tidak bertegangan.
Menghubungkan bagian-bagian jaringan yang terpisah menurut keadaan operasi normalnya dalam keadaan bertegangan / tidak bertegangan. 3.4.1. Pembebasan Tegangan a. Pengalihan beban Proses pengalihan beban dilakukan oleh APJ Semarang, Rayon Tengah dan APD Jateng DIY. APD jateng bertugas untuk memonitor tegangan antara feeder yang akan dialihkan dengan feeder yang akan ditambah beban. Pengalihan beban dilakukan untuk menghindari pelanggan pada feeder yang bersangkutan padam. Syarat pengalihan beban : Tegangan antara 2 feeder harus dalam range (±5%) Feeder yang akan dibebani harus mampu memikul beban total pada jam beban puncak. Apabila beda trafo, maka trafo yang akan ditambah beban harus mampu memikul beban pada jam beban puncak. Berikut cara melihat kondisi tegangan dan beban menggunakan scada survalent. : 1. Klik symbol survalent . 2. Maka akan akan metering berikut.
di muncul
worldview beberapa
Gambar 3.2 pengecekan tegangan dan beban
1. Dengan itu bisa dilihat kondisi tegangan, rangenya adalah ±5% Vnominal atau 19,95-22,05 KV. 2. Kemudian kondisi beban total harus dibawah setting maksimum yaitu 0.8 dari 600A atau sekitar 480A pada beban puncak.
Berikut adalah beberapa feeder yang harus dialihkan bebanya :
Pengalihan Beban Tambak lorok 13 Untuk TBL13 akan dilimpahakan ke TBL 10. Manuvernya adalah : ABSW TBL13-17 dimasukan, PMT TBL13 di lepas TBL13-2 dilepas (ABSW pertama),
Pengalihan Beban Tambak lorok 12 Untuk TBL12 akan dilimpahakan ke TBL 2. Manuvernya adalah ABSW 19/T3-144 (Open) Close PMT TBL12 di lepas ABSW TBL12-5 (ABSW Pertama)
Gambar 3.5 Single line diagram TBL12
Gambar 3.3 Single line diagram TBL13
Pengalihan Beban Tambak lorok 10 Untuk TBL10 akan dilimpahakan ke TBL 12. Manuvernya adalah : ABSW 5/T3-44 (Normally Open) close ABSW 16/T3-11 (Normally Open) Sebagian melimpah ke TBL 1 PMT TBL10 TBL 10-2 Open
b. Pembebasan PMT Semua operasi buka tutup PMT area Semarang menggunakan aplikasi worldview survalent. Pada kondisi normal posisi PMT akan tampak seperti gambar dibawah ini dengan aplikasi worldview (survalent). Nampak bahwa TBL9 dan TBL11 memang dalam kondisi tidak dipakai, kubikel ini hanya sebagai cadangan apabila nantinya akan dibangun feeder lagi.
TBL13 - 17
TBL. 13 GI.TAMBAK LOROK
TBL. 12
I : 56
II : 30 INC
INC 5 / T3- 44 jl.coaster T3 - 4E jl. M. Pardi
13
12
11
10
9
2
5
7
PS
1
3
4
6
36 / T3- 11
TBL.10 - 2
TBL.1
PDL. 4
16 / T3- 11 JL.Kalibaru
Gambar 3.4 Single line diagram TBL10
Gambar 3.6 Tampilan worldview TBL trafo 2
Pelepasan PMT untuk pelimpahan beban biasanya didahului oleh ABSW pertama, karena ABSW hanya disetting untuk pemisah dalam kondisi tidak berbeban. Lain halnya dengan PMT outgoing. PMT adalah pemutus arus dalam kondisi berbeban ataupun tidak berbeban sesuai dengan setting arusnya. Untuk buka tutup ABSW maka PMT harus lepas dulu.
Nampak bahwa busbar masih bertegangan, untuk membebaskan busbar, maka PMT INC II harus dilepas, dan semua PMT outgoing harus testposisi. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan grounding lokal, kemudian posisi lokal. (dilakukan oleh tim HAR 20KV APD).
Berikut adalah cara melepas PMT outgoing menggunakan scada survalent. 1. Klik simbol PMT yang akan dikontrol satu kali.
2. Maka akan muncul kotak dialog sebagai berikut.
Gambar 3.9 Kondisi PMT, Busbar, Incoming, dan Trafo bebas tegangan Gambar 3.7 Perintah Control open PMT TBL10
3. Klik satu kali pada perintah open. 4. Kemudian klik execute. Demikian seterusnya perintah open close ke PMT TBL12, dan TBL13. Sehingga kondisi PMT pada Trafo 2 adalah sebagai berikut:
Gambar 3.8 Kondisi PMT bebas tegangan.
3.4.2. Pernomalan Penormalan jaringan dilakukan apabila pekerjaan sudah dilaksanakan, dan semua feeder dan PMT di trafo 2 siap dibebani. Manuver diawali dari masuknya PMT 150 trafo 2, sampai PMT incoming 20 KV. Kemudian dilanjutkan dengan APD Jateng-DIY. Berikut adalah manuvernya. a. Melakukan pelepasan Grounding lokal, kemudian dilanjutkan posisi reck in dan kondisi remote. b. Melepas PMT Outgoing , apabila petugas sudah siap c. Penormalan konfigurasi dengan cara melepas NO yang menjadi Join antara 2 feeder. ABSW 19/T3-144, d. Memasukan ABSW pertama pada GI tambak lorok trafo 2 yang sebelumnya dilepas. e. Pemasukan PMT Outgoing TBL10, TBL12,TBL13 setelah dinyatakan aman. Apabila sudah normal, kondisi pmt seperti gambar 3.5
IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat kami ambil dari kerja praktek yang kami laksanakan di Area Pengatur Disitribusi Jawa Tengah dan DIY UPT Semarang sebagai berikut : 1. SCADA ( Supervisory control and data aqusition) adalah sistem yang dapat memonitor dan mengontrol suatu peralatan atau sistem dari jarak jauh secara real time. 2. SCADA berfungsi mulai dari pengambilan data pada Gardu Induk / Gardu Distribusi, pengolahan informasi yang diterima, sampai sampai reaksi yang ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi. 3. PLN APD Semarang mempunyai 3 sistem Master SCADA yaitu Survalent, Ropo, IDAS. 4. Dalam melakukan Manuver Pembebasan tegangan hendaknya dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada. 5. Dalam melakukan pengalihan Beban besar tegangan, Besar arus, kemampuan dalam memikul beban sebuah penyulang harus di perhatikan. 4.2 Saran 1. Meningkatkan koordinasi antara APD Jateng dan DIY dengan Area Semarang, maupun APD dengan Region Jawa Tengah dan DIY 2. Penggeseran ABSW pertama pada TBL10 guna melindungi pelanggan pada jaringan tersebut supaya tidak sering padam. 3. Semakin berkembangnya zaman, sistem SCADA dapat di terapkan untuk menciptakan berbagai inovasi di PLN dengan kerjasama dengan bidang lain. 4. Supaya lebif effisien setiap Area Distribusi hanya menggunakan satu sistem yang terbaik. DAFTAR PUSTAKA [1]. SOP ISO 9001 Pemeliharaan Rutin SCADATEL [2]. PT. PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan, 2008, Overview SCADA, Semarang [3]. PT. PLN (Persero) Udiklat Semarang, 2010, Remote Terminal Unit (RTU), Semarang. [4]. PT. PLN (Persero) APD Jateng & DIY.
2011. SOP Pengoperasian Keypoint.
-
BIODATA PENULIS SURYO SARDI ATMOJO (21060110141006) Lahir di kota Semarang pada tanggal 30 Juni 1992. Penulis mengawali pendidikannya di bangku SDN Tinjomoyo, Setelah itu melanjutkan ke SMP N 8 Purworejo. Tahun berikutnya melanjutkan di SMK N 4 Semarang. Dan sekarang penulis masih melanjutkan studi sebagai mahasiswa di Fakultas Teknik Elektro angkatan 2010 Universitas Diponegoro dan mengambil konsentrasi Teknik Tenaga Listrik.
Semarang, Desember 2013
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ir. Agung Warsito DHET. NIP. 19580617 198703 1 002