Makalah Seminar Kerja Praktek
PENGGUNAAN SISTEM WLL (WIRELESS LOCAL LOOP) SEBAGAI KOMUNIKASI DATA MENGGUNAKAN PERANGKAT AIRSPAN AS 4000 Nanda Yoni Ardiana (L2F 005 560) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH Semarang 50275 E-mail:
[email protected] Abstrak Di era teknologi yang maju ini banyak penyedia layanan komunikasi yang lebih memilih media transmisi radio untuk digunakan sebagai sarana komunikasi data, alasnnya adalah karena media ini merupakan investasi yang murah serta kemudahan instalasinya.maka dari itu penggunaan radio point to multipoint sebagai sarana pengiriman data menjadi alternatif yang sangat baik dibandingkan dengan media kabel fisik. Area cakupan yang luas dan dari segi kapasitas link yang ditawarkan besar menjadi pertimbangan dalam pemilihan jaringan wireless. Berdasarkan hal tersebut maka PT. Aplikanusa Lintasarta sebagai penyedia layanan komunikasi data, memiliki beberapa layanan berteknologi wireless untuk komunikasi data, salah satunya adalah Airspan AS4000. Perangkat Airspan AS 4000 merupakan perangkat komunikasi dari Airspan Network dengan platform wireless DSL dengan metode point to multipoint. Menggunakan teknologi air interface DS-CDMA, yang mempunyai koneksi IP, leased line data, telepon premium, dan koneksi ISDN. AS 4000 suatu alternatif untuk memecahkan keterbatasan media fisik seperti jaringan kabel tembaga baik dari segi ekonomi maupun kemudahan instalasi. Kata kunci : point to multi point, DS-CDMA, koneksi IP, leased line, ISDN
I 1.1
Pendahuluan Latar Belakang Pada saat ini, bidang telekomunikasi telah berkembang dengan pesatnya di seluruh dunia. Perkembangannya sendiri terus berlanjut tiap tahunnya. Banyak peneliti di seluruh dunia selalu mencoba untuk menemukan teknologi baru di bidang ini dengan terus membenahi kekurangan yang ditemukan dari penemuan sebelumnya. Komunikasi data merupakan salah satu bagian penting dari kegiatan terintegrasi teknik telekomunikasi. Berbagai macam kegiatan dapat dilakukan secara online. Jarak yang jauh sudah tidak lagi menjadi kendala dalam melakukan pertukaran data. Oleh sebab itu, Universitas Diponegoro khususnya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
sebagai salah satu lembaga yang berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan kerja praktek. Lintasarta yang menjajaki usaha perbankan dan non-perbankan seperti perdagangan, jasa, pertambangan, hingga manufaktur memberikan solusi jasa sesuai kebutuhan dan kemampuan pelanggan. Dengan banyaknya jasa-jasa yang ditawarkan, luas cakupan layanan dan teknologi yang digunakan oleh Lintasarta. Maka penulis yang menjalani disiplin elektronika dan telekomunikasi ini memilih P.T. Aplikanusa Lintasarta, Regional 2 Jawa Tengah, Semarang sebagai lokasi Kerja Praktek.
1.2
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam kerja praktek yang dilaksanakan pada P.T. Aplikanusa Lintasarta, Area Jawa Tengah, Semarang adalah untuk lebih memahami seputar layanan komunikasi data secara praktis di lapangan mulai dari perangkatperangkat yang digunakan, proses instalasi, hingga konfigurasinya. Penyusunan laporan dan makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan hasil pembelajaran penulis selama melaksanakan kerja praktek di PT Aplikanusa Lintasarta sehingga pembaca dapat lebih memahami tentang Komunikasi Data menggunakan Wireless Local Loop Airspan AS 4000. 1.3
Pembatasan Masalah Mengingat terbatasnya waktu pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan serta sangat luasnya aspek-aspek yang terkandung dalam sistem komunikasi data dan teknologi yang digunakan, maka penulis hanya akan menitikberatkan pembahasan pada instalasi subscriber terminal, khususnya WLL Airspan AS 4000 untuk akses komunikasi data. II 2.1
Komunikasi Data Pengertian Komunikasi Data Komunikasi data adalah merupakan bagian dari telekomunikasi yang secara khusus berkenaan dengan transmisi atau pemindahan data dan informasi diantara komputer-komputer dan piranti-piranti yang lain dalam bentuk digital yang dikirimkan melalui media komunikasi data. Komunikasi data merupakan bagian vital dari suatu masyarakat informasi karena sistem ini menyediakan infrastruktur yang memungkinkan komputer-komputer dapat berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi data dapat pula diartikan sebagai pengiriman data dengan menggunakan sistem transmisi elektronik. Adapun data yang ditransmisikan adalah sinyal-sinyal digital, yaitu bentuk dari pulsa-pulsa listrik yang disebut bit, yang biasanya dilambangkan
dengan angka “0” dan “1”. Kemudian kombinasi dari bit ini dapat dipresentasikan satu karakter. Komponen pokok suatu sistem komunikasi data adalah terminal data itu sendiri (dapat berupa komputer atau piranti lainnya), peralatan penerima, pengiriman data dan saluran komunikasi data. Konfigurasi dasar dari komunikasi data ini dapat dilihat pada gambar 1
Terminal
Peralatan Komdat
Saluran Transmisi
Peralatan Komdat
Terminal
Gambar 1 Konfigurasi dasar komunikasi data
Terdapat komponen-komponen penting dalam sistem komunikasi data, yaitu: • Pengirim, adalah piranti yang mengirimkan data • Penerima, adalah piranti yang menerima data • Data, adalah informasi yang akan dipindahkan • Media pengiriman, adalah media atau saluran yang digunakan untuk mengirimkan data • Protokol, adalah aturan-aturan yang berfungsi untuk menyelaraskan hubungan. 2.2
Transmisi Data Transmisi data merupakan proses pengiriman data dari satu sumber ke penerima data. Untuk mengetahui tentang transmisi data lebih lengkap, maka perlu hal yang berhubungan dengan proses ini menyangkut : 1. Tersedianya media transmisi yang dapat digunakan 2. Kapasitas kanal transmisi 3. Tipe dari kapasitas kanal transmisi 4. Mode transmisi 5. Protokol 6. Penanganan kesalahan transmisi
2.3
Perangkat Keras Komunikasi Data Selain perangkat keras utama, seperti input device, processing device, output device dan mass storage, dalam sistem komunikasi data diperlukan beberapa perangkat keras lainnya yang dipergunakan untuk memperlancar proses pengiriman data. a. Modem Umumnya jalur transmisi menyalurkan data dalam bentuk data analog, sedang data yang dihasilkan oleh sumber pengirim berbentuk data digital. Suatu modulator-demodulator (lebih dikenal dengan modem) atau disebut juga data set, dapat digunakan untuk merubah data dari bentuk digital ke analog. Gambar 1 menunjukkan bahwa data yang sudah dirubah ke bentuk analog oleh modem kemudian ditransmisikan lewat jalur transmisi dan diterima oleh modem kedua yang akan merubah kembali dari bentuk analog menjadi bentuk digital. Jadi modem yang pertama yang ada di sumber pengirim berfungsi sebagai pengubah (modulate) dari bentuk digital ke bentuk analog, sedang modem kedua yang berada di penerima berfungsi untuk mengembalikan (demodulate) dari bentuk analog menjadi bentuk digital. MODEM Pulsa Digital
3. Kapasitas channel transmisinya adalah 110 sampai dengan 9600 band yang dapat dipilih b. Concentrator Concentrator mempunyai fungsi yang sama dengan multiplexer, yaitu menggabungkan beberapa sinyal data dari channel transmisi kapasitas rendah ke channel transmisi kapasitas tinggi. Concentrator lebih mahal dibandingkan dengan multiplexer, karena concentrator dapat mengukur, dapat mengatur bentuk dari arus data sebelum digabung ke channel transmisi kapasitas tinggi dan biasanya mempunyai suatu simpanan luar tersendiri (mass storage). Karena concentrator mempunyai mass storage, maka semua arus data yang dikirim dari masing-masing terminal dapat disimpan terlebih dahulu di mass storage pada concentrator, dan dikirimkan melalui channel transmisi kapasitas tinggi bila komputer pusat telah siap menerimanya. Bentuk konfigurasi dari concentrator yang mengkonsentrasikan beberapa sinyal input ditunjukkan pada gambar 2
MODEM Pulsa Analog
Pulsa Digital
Gambar 3 Transmisi data dari beberapa terminal dengan concentrator
Gambar 2 Pengubahan dari digital ke analog dan sebaliknya oleh modem
Disamping modem yang menggunakan saluran telepon sebagai media transmisinya, juga sekarang tersedia modem yang tidak menggunakan kabel maupun telepon, disebut wireless modem. ESTeem Wireless modem menggunakan frekuensi radio VHF FM dengan spesifikasi sebagai berikut ini : 1. Tipe channel transmisi yang digunakan adalah full duplex 2. Mode transmisinya adalah serial asynchronous
c.
Multiplexer Multiplexer atau mux adalah suatu alat yang memungkinkan beberapa sinyal komunikasi yang menggunakan sebuah channel transmisi bersama-sama. Tujuan digunakannya multiplexer adalah untuk menghemat biaya transmisi. Bila beberapa terminal yang mempunyai kecepatan rendah berada jauh dari pusat komputer (central computer atau host computer) dan masing-masing terminal menggunakan sebuah channel transmisi kapasitas rendah (misalnya narrowband) sendiri-sendiri,
maka biaya transmisinya secara keseluruhan akan mahal. Pada gambar 3 beberapa sinyal dari modem masuk ke multiplekser untuk dilewatkan ke sebuah jalur komunikasi secara bersama-sama. Dengan digunakannya multiplexer, sinyal data dari masing-masing terminal yang menggunakan channel transmisi kapasitas tinggi (misalnya voice grade) dapat lebih efisien (biaya total akan lebih murah).
Gambar 4 Transmisi data dari beberapa terminal menggunakan multiplexer
d.
Communication Processor Bila terminal mengirimkan data ke pusat komputer maka Central Processing Unit (CPU) di pusat komputer selalu harus mengontrol terus menerus arus data dari yang masuk dari masing-masing terminal, maka waktu dari CPU di komputer pusat akan habis untuk kegiatan ini saja. Untuk mengatasi hal ini, maka suatu alat yang disebut communication processor dipergunakan untuk menggantikan CPU mengontrol arus data tersebut. Communication processor disebut juga dengan communication controlerer atau communication front-end atau frontend processor atau front-end device yang dapat berupa komputer mini atau komputer mikro sebagai penggantinya. Communication processor ini dirancang untuk melakukan tugas-tugas semacam pengaturan arus data yang dikirimkan, pendeteksian kesalahan dan pembetulan kesalahan bila memungkinkan untuk dibetulkan. Tujuan utamanya adalah supaya CPU di komputer pusat dapat melakukan proses yang lainnya dan tidak
terganggu dengan tugas tambahan tersebut data yang ditransmisikan tidak langsung diproses oleh CPU penerima. III
WLL Airspan AS 4000 AS 4000 merupakan salah satu dari Airspan Network dengan platform wireless DSL dengan metode point to multipoint pada pelayanan telekomunikasi. Menggunakan teknologi tinggi air interface DS-CDMA, yang mempunyai kemampuan meliputi koneksi internet IP, kecepatan akses, leased line data, telepon premium, dan koneksi ISDN. Sistem ini menggunakan jaringan radio digital point to multipoint. Antara perangkat konsumen dengan cakupan frekuensi carrier local yang disupport oleh AS 4000. Dan apabila AS 4000 ingin mencakup dan mempunyai jangkauan pelanggan yang lebih luas maka AS 4000 dapat ditempatkan digedung yang tinggi atau ditempat yang tinggi dibanding daerah di sekitarnya. AS 4000 adalah suatu alternatif untuk memecahkan masalah jaringan radio point to multipoint dan penggunaan jaringan komunikasi melalui kabel tembaga bila ditinjau dari sisi ekonomi dan layanan-layanan digital yang dapat diberikan AS 4000 untuk daerah-daerah yang baru yang membutuhkan telekomunikasi yang belum dapat dijangkau jaringan-jaringan kabel dan pelanggan bisnis yang membuat kawasan industri di daerah yang baru. Untuk gambaran statistik, interview radio membangkitkan sinyal-sinyal yang merupakan identitas yang terdapat dari channel-channel yang terdapat dalam AS 4000 ke subscriber terminal. Hal ini membuat nilai tambah dalam hal pelayanan karena membuat penggunaan channel-channel radio tersebut lebih efisien. Channel-channel tersebut dapat juga dialokasikan sebagai akses yang normal atau akses yang prioritas. Channel prioritas disetting untuk menyediakan akses untuk menghubungi layanan-layanan
darurat ketika semua channel sedang digunakan. Keunggulan teknologi Wireless Local Loop : 1. Handal terhadap pengaruh cuaca 2. Mempunyai tanggapan time/delay lebih baik 3. Mempunyai keamanan yang handal 4. Perangkat user (telepon, modem, router) standar 5. Mempunyai cakupan yang luas 6. Mudah dan cepat dalam pemasangan
1. 2. 3. 4.
1.
2. Jaringan menggunakan WLL AS 4000 dapat digunakan untuk berbagai keperluan komunikasi, baik data maupun voice. Di PT. Aplikanusa Lintasarta akses yang digunakan hanya untuk komunikasi data, hal ini karena untuk voice masih dikuasai oleh PT Telkom. Untuk lebih jelasnya mengenai arsitektur jaringan WLL AS 4000 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5 Konfigurasi Jaringan menggunakan WLL AS4000
Dari gambar konfigurasi diatas dapat dilihat bahwa, AS 4000 terdiri dari dua buah rak utama yaitu AC (Access Consentrator) dan CT (Central Terminal), keduanya terletak di sisi sentral. Rak CT berfungsi untuk menghubungkan sentral dengan pelanggan, baik transmitter (pengirim) maupun receiver (penerima). Sedangkan rak AC berfungsi untuk menghubungkan ke jaringan lain, misalnya server, router, dan modem, dan untuk selanjutnya diteruskan ke kanal dari PT Telkom untuk ditransmisikan ke tujuan.
3.
4.
Keuntungan Bisnis AS 4000 Kecepatan penyebaran Arsitekturnya dapat dikembangkan untuk modal minimum Investasi yang kukuh Mengurangi biaya tinggi untuk jangka panjang Keuntungan Teknik AS 4000 Kecepatan : kecepatan data yang dihasilkan oleh Airspan dapat mencapai 4,6 Mbps, tergolong cepat untuk kategori bisnis dan perumahan. Teknologi Optimal : Airspan Network merupakan teknologi yang optimal untuk fixed akses, packet data dan voice. Penggunaan spectrum yang efisien : pengalaman DS-CDMA memastikan penggunaan teknologi frekuensi/gelombang radio. Pilihan frekuensi yang luas : AS4000 menggunakan Bandwidth antara 900 Mhz – 4 GHz dan radius penyebaran sampai dengan 15 km.
IV Sub-Sub Sistem Airspan 4.1 Access Concentrator (AC) Access Concentrator yang biasa disebut AC terletak pada shelter dan hanya ada satu AC tiap shelter. Di AC inilah yang menjembatani Exchange dengan Base Station, dimana : Dapat mensupport 64 E1 (bergantung pada jumlah CT yang digunakan) Mengkonsolodasi traffic dari CT, dan AC tidak harus dekat dengan CT Memberi dan menerima traffic dan sinyal ke perangkat swicth network Biasanya disebut juga dengan Central Office (CO) atau Local Exchange (LE). Pada AC terdapat Access Concentrator Shelf dan AC Connector Panel, dimana pada AC Shelf terdapat beberapa Slot, ± 16 Slot. Pada tiap-tiap
slot dapat diisi beberapa card-card diantaranya : a. AC Shelf Controller (SC). Memonitor dan mengkonfigurasi semua card. Dapat mengupgrade software baru dari Sitespan. b. AC Concentrator Tributary Unit (CTU). Mengatur semua panggilan dan pensinyalan. Menjalankan semua routing antara Modem Shelves dan Exchange. c. AC Exchange Tributary Unit (XTU). Exchange Protocol Converter. Mensupport Exchange Interface yang berbeda tipe (CAS, DATA, GR303, V5.1/V5.2, PSTN dan ISDN) d. AC Compression Unit (CU). Tiap CU dapat menangani sampai 208 panggilan e. AC Packet Tributary Unit (PTU). f. AC Redundant Tributary Unit (RTU).
Gambar 6 Rak AC (Access Concentrator) dan Modem
Perangkat AC terhubung ke perangkat switching melalui interface ITUTG703 E1 2 Mb/s ports. Setiap satu port E1 membawa traffic data dan juga sinyalsinyal informasi. Interface switch tersebut menggunakan impedansi 75 Ω dan 120 Ω. AC biasanya ditempatkan di kantor pusat operator atau lokasi tempat lainnya. AC berfungsi untuk mengatur traffic dari beberapa shelf modem CT dan juga berfungsi untuk memberikan sinyal interface untuk digabungkan dari network switching atau routing dari suatu perangkat. AC dapat mensupport hingga 64 koneksi E1 ke perangkat switching. AC
juga berfungsi sebagai alat kontrol manajemen sistem komunikasi suatu perangkat. 4.2
Central Terminal (CT) Ditempatkan tidak selalu didekat AC, tetapi dapat ditempatkan dimana saja selama CT ini ada didalam ruang lingkup/coverage terbaik dari AC, berfungsi sebagai penyedia interface radio dengan Subscriber Terminals, dan suatu waktu jaringan menggunakan point to point ke operator Central Office. Terdiri dari satu rak yang didalamnya terdapat Shelf RF Combiner dan dua buah shelf modem. Perangkat ini juga mempunyai expansion rak untuk menyediakan dua shelf modem untuk penggunaan kedepannya. Keempat shelf modem tersebut akan menggunakan shelf RF combiner yang ada di rak CT untuk menyediakan suatu interface radio. CT biasanya ditempatkan di suatu lokasi yang memiliki jangkauan cakupan radio yang baik sehingga dapat mencakup jumlah pelanggan yang banyak dan dapat membuat jaringan BACKHAUL ke perangkat AC dengan baik. Contohnya yaitu dengan penggunaan perangkat microwave point to point dari AC ke CT. CT juga berfungsi untuk menghubungkan semua pelanggan secara keseluruhan dengan menggunakan interface radio CDMA. Pada CT, modem Shelf terdapat beberapa card-card yang dapat di konfigurasikan ke slot-slot yang terdapat di Modem Shelf, card-card itu adalah : a. Shelf Controller (SC) Menghandel semua software dan card lain di FLASH memory. Memonitor dan mengkonfigurasi semua card pada shelf b. Demand Assigment Tributary Unit (DTU) Mengatur kanal-kanal radio. Maintenance untuk yang akan on call untuk outgoing
c. Modem Card (MDM) Kode PN, RW, diaplikasikan untuk dihubungkan dengan Modem card d. Analogue Unit (AU) Melengkapi/menyediakan satu paduan Baseband sinyal untuk card RF e. Redundant Tributary Unit (RTU) RTU akan aktif jika DTU tidak aktif, RTU dapat menggantikan posisi DTU
sewaktu-waktu membutuhkan penambahan CT. 4.4 Antenna System
Gambar 8 Antena di sisi Central Terminal
Gambar 7 Rak CT (Central Terminal)
Pada saat tertentu ada yang disebut dengan Spare Analogue Unit yang dapat difungsikan sebagai pengganti card AU jika card AU tersebut tidak aktif/failure dan pada tiap shelf hanya dapat diberikan 1 card Spare Analogue Unit. 4. 3
RF Combiner Shelf Pada RF Combiner Shelf terdapat 2 Power Amplifier (PA) yang terletak di sisi paling kanan dan paling kiri dari Shelf itu, disamping itu juga terdapat 3 power supply unit dan DC supply ON/OFF. Untuk PA paling kanan (PA1) untuk menangani 1 dan 2 RF card, sedangkan PA2 menangani 3 dan 4 RF card. Dimana untuk 1 RF card dapat menampung 1 modem shelf, untuk memonitor dari kinerja shelf ini, disediakan monitor card yang dapat dipasang sebanyak 2 buah. Komponen yang lain yang terdapat pada RF Combiner Shelf ini adalah Diplexer/LNAs yang berfungsi untuk RX amplification dan TX, RX filter. Pada RF card, yang terpakai adalah RF 1 dan RF 2, sedangkan untuk RF 3 dan RF 4 dapat digunakan untuk ekspansi CT apabila
Terdapat 2 macam antenna sistem untuk jaringan Airspan ini, yaitu : Omni Directional Antenna System yang hanya menggunakan 2 antena yang menghadap bertolak belakang antara yang satu dengan yang lainnya pada tower antena Central Office. Dan Directional/Sectorised Antenna System, dimana pada antena Directional dipasang menembok dan sisi tower, sedangkan Sectorised menggunakan konfigurasi 6 antena. Kedua jenis antena system tersebut terdapat pada Central Terminal (CT) dan berfungsi sebagai transceiver (transmitter – receiver) antara CT dengan pelanggan. Data-data yang dipunyai Omni Directinoal Antenna System adalah : Tipe : Mutual Coupled Dual Omni Antennas Konstruksi : Stacked Dipoles Frekuensi : 1.7 GHz – 3.6 GHz Gain : 11 - 13.5 dBi (bergantung pada frekuensi) HPBW : 3.9 - 8.5 Derajat Azimuth : 360 Derajat Sedangkan untuk Directionalatau Sectorised Antenna System adalah : Tipe : Dual Directional antennas Konstruksi : Microstrip Frekuensi : 1.7 GHz – 3.6 GHz
c. Gerakkan antena perlahan-lahan di arah ke CT untuk mendapatkan downlink yang baik. d. Periksa received level dan soft error count. Bila masih jelek, coba di lokasi yang lain. Walaupun 1 m, dapat membuat perbaikan.
Gain : 17 to 18.5 dBi (bergantung pada frekuensi) HPWB : 7.5 Derajat Azimuth : 60/120/180 Derajat V
Instalasi Subscriber Terminal Ada beberapa macam tipe ST pada AS 4000 tergantung pada jenis layanan yang diinginkan, voice, ISDN, packet data atau yang lainnya. Namun pada PT. Aplikanusa Lintasarta menggunakan tipe L Series untuk Subscriber Terminalnya yang berfungsi untuk komunikasi data. Walaupun mempunyai tipe yang berbeda namun memiliki komponen-komponen yang sama yaitu : a. Antena eksternal b. IF drop cable dengan konektor tipe-F c. Internal Service Interface Unit (SIU) d. Power Supply Unit (PSU)
Gambar 9 Konfigurasi Subscriber Terminal LSeries
5.1
5.2
Instalasi Antena, Polarisasi, dan Interkoneksi Grounding Prosedur instalasi antena dapat adalah sebagai berikut : a. Hubungkan ground Antena (ODU), SIU, Power Supply, dan perangkat Terminal User dengan menggunakan kabel Y/G. b. Bila Antena ST berada di luar daerah proteksi penangkal petir existing (biasanya dengan sudut kemiringan 45°), maka harus dibuatkan penangkal petir yang baru. c. Penangkal petir yang baru ini dapat dihubungkan ke titik terdekat dari kabel tembaga yang datang dari pengangkal petir existing dengan menggunakan kabel BC yang ukurannya tidak kurang dari 35 mm2 d. Nilai tahanan tanah harus <1 ohm. e. Sistem grounding perangkat (dari antena ST sampai terminal user) harus terisolasi dari sistem penangkal petir .
Survey kuat sinyal RF
Sebelum instalasi, lakukanlah beberapa pemeriksaan di bawah ini dengan menggunakan antena di pole atau pump up mast untuk mengetahui lokasi terbaik untuk instalasi. a. Hubungan antena test ke SIU via drop cable. b. Hubungkan SIU dengan power supply, misalkan 12 Vdc dari aki mobil
Gambar 10 Instalasi Pole Mount Antena
Instalasi Drop Cable Prosedur instalasi drop cable adalah sebagai berikut : a. Terminasi drop cable di antena, koneksi tersebut harus di tutup dengan menggunakan weatherproof tape, kemudian di luarnya harus dibalut lagi dengan electrical tape.
d. Gunakan kunci pas 10 mm atau kunci sock 10 mm untuk mengencangkan baut-bautnya.
5.3
6.4mm 6.4mm (1/4”) (1/4”)
Trim cable to these dimensions
F-Type Connector
12.7mm (1/2”)
Note: the inner sleeve passes between the screen braid and core insulator 7/16” HEX
Crimp here using Amphenol 531-CR596R Crimp Tool
5.5
BER (Bit Error Rate) Test Setelah melakukan pointing sehingga diperoleh posisi antena yang baik dan dengan Downlink/Uplink Soft Error Count dan Tx/Rx Level yang baik pula maka langkah selanjutnya dilakukan prosedur BER Test dengan memasang loop di SIU dan jalankan test selama 15 menit. Periksa hasilnya di Central. Ambil kembali loopnya setelah test selesai. BER Test merupakan suatu tes yang bertujuan untuk mengetahui baik atau tidaknya kualitas dari jaringan yang telah terpasang.
Gambar 11 Terminasi Drop Cable
5.4
b. Rentangkan kabel sampai ke SIU. Buat “drip loop” secukupnya di dekat antena dan di tempat akan masuknya drop cable ke dalam gedung. Perkirakan panjang drop cable untuk kebutuhan terminasi di SIU (sisakan 15 cm untuk terminasi ulang, bila dibutuhkan), lalu potong. Menggerakkan Antena yang terinstal (Pointing) Langkah yang harus dilakukan : a. Menggerakkan antena 10 kirikanan dan melihat bearing dimana Rx level downlink yang paling tinggi. b. Memeriksa tegangan yang diperoleh dari pengukuran menggunakan Digital Voltmeter (DVM) sampai mendapatkan tegangan maksimal sampai dengan 1,5 Volt. c. Periksa Radio Data di ST MON dan lihat apakah Downlink Soft Error Count dan Uplink Soft Error Count kurang dari 400 dan jika perlu gerakkan lagi antena sedikit untuk menurunkan Soft Error Count.
V
Kesimpulan Setelah melakukan Kerja Praktek selama dua bulan di PT Aplikanusa Lintasarta, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu : a. Airspan AS 4000 menggunakan Time Division Multiplexing untuk downlink (CTST) dan menggunakan Code Division Multiplexing untuk uplink (STCT). b. Jarngan Airspan AS 4000 terdiri dari AC, CT pada sisi sentral dan ST pada sisi pelanggan. c. AS 4000 memilki radius penyebaran hingga 15 km. sisitem ini dapat mendukung akses simetrik mulai dari 32 kbps, 64kbps, 128 kbps, 144 kbps. d. Jumlah kanal pada AS4000 bergantung pada kecepatan yang digunakan pada masing-masing pelanggan. e. Dalam pemasangan antena propagasi LOS harus terpenuhi agar didapatkan sinyal yang baik. f. Sistem kelistrikan yang baik seperti nilai tegangan masukan dan grounding sangat berpengaruh pada transmisi dan umur peralatan. g. BER test dilakukan untuk mengecek kualitas jaringan yang terpasang.
h. Instalasi perangkat yang baik dan benar berpengaruh pada hasil transmisi sinyal.
Daftar Pustaka [1]
Chattopadhyay,D.,Rakshitt, P.C.,Saha.,B.,Purkait,n.n., Dasar Elektronika. Institut of Radio Physics and Electronics Calcuta University & UIPress,Jakarta, 1989 [2] Dwiantoro.Tino, Pengantar Teknik Informasi, PDF file, 2002 [3] Istiyanto,A.,Wireless Local Loop DRA 1900 Pada Daerah Telekomunikasi Jakarta Utara.Yogyakarta, 1997 [4] PT Aplikanusa Lintasarta, “Annual Report”, PT Aplikanusa Lintasarta, Jakarta, 2002 [5] Riantoro.Muh.Zaki, Komunikasi Data, PDF file, 2004 [6] Stalings.William, Dasar-Dasar Komunikasi Data, Salemba Teknika, Jakarta, 2001 [7] Tanenbaum, A.S., Jaringan Komputer, PT Prenhallinda & Peason Education Asia Ptc. Ltd., Jakarta, 2000 [8] ______, Buku Pedoman Instalasi WLL AIRSPAN, PT. Aplikanusa Lintasarta [9] http://www.airspan.com [10] http://www.lintasarta.co.id [11] http://www.occfibre.com
Biografi Penulis
Nanda Yoni Ardiana (L2F005560), Lahir di Klepu, 12 Juni 1987. Mulai mengenyam pendidikan di SD 2 Pudakpayung, kemu-dian SMP 21 Semarang, dan SMU 4 Semarang. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Teknik Elektro Universitas Diponegoro semester 7 konsentrasi Eltel.
Semarang, Desember 2008 Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ajub Ajulian Zahra, ST, MT NIP. 132 205 684