MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MEMBANGUN KEPRIBADIAN MUSLIM
OLEH : MUHAMMAD YUSUF HABIBIE (M0613025) NUR ROHMAN EFENDI
(M0613030)
ZALFA’ DHIAULHAQ
(M0613043)
S1 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepribadian adalah sesuatu yang pasti terdapat dalam diri setiap manusia, baik manusia itu beragama maupun tidak. Secara umum kepribadian terdapat dalam diri setiap individu yang normal. Sedangkan orang yang tidak normal kepribadiannya tidak tentu dan tidak dapat diamati secara pasti, walaupun pada dasarnya setiap kepribadian itu dapat diamati melalui gejala-gejala yang tampak. Islam
sebagai
agama
rahmatan
lil
‘alamin
ternyata
telah
menunjukkan bagaimana setiap muslim harus bertindak dan mempunyai kepribadian. Sesungguhnya banyak orang yang menilai sebuah agama dari kepribadian penganutnya dan bukan agama itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian seorang muslim mencerminkan islam, sehingga sudah sepantasnya seorang muslim harus menjiwai kepribadian islam. Dalam membangun kepribadian tersebut tentu mempunyai proses yang panjang dan melalui banyak cara, salah satunya adalah dari dunia perkuliahan. Dalam membangun kepribadian muslim di dunia perkuliahan, terdapat mata kuliah pendidikan agama Islam yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa semester I. Pada mata kuliah pendidikan agama Islam ini diberikan berbagai macam pengetahuan yang dapat membangun kepribadian. Sarana pembelajarannya pun juga bermacam-macam, salah satunya melalui tugas. Melalui sarana ini, penulis menyusun sebuah tulisan yang berjudul “Membangun Kepribadian Muslim” yang penulis kumpulkan dari berbagai referensi yang ada.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana pengertian kepribadian muslim? b) Bagaimana ciri-ciri seseorang yang mempunyai muslim? c) Bagaimana integrasi kepribadian muslim? d) Bagaimanakah kepribadian yang sempurna itu? C. Tujuan a) b) c) d)
Untuk Untuk Untuk Untuk
mengetahui mengetahui mengetahui mengetahui
pengerian kepribadian muslim ciri-ciri kepribadian muslim integrasi kepribadian muslim kepribadian yang sempurna
kepribadian
BAB II MEMBANGUN KEPRIBADIAN MUSLIM
A. Pengertian Kepribadian Muslim Kepribadian muslim berasal dari dua kata yaitu kepribadian dan muslim. Dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari, kata kepribadian sering dikaitkan dengan sifat, watak, tingkah laku maupun bentuk fisik seseorang. Contohnya, kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “kepribadian pemalu”, kemudian orang yang supel dikenakan atribut “berkepribadian supel”. Sehingga dapat diperoleh gambaran bahwa kepribadian menurut terminologi awam menunjukkan bagaimana tampil dan menimbulkan kesan di depan orang (Koeswara, 1991 : 10). Menurut tinjauan buku-buku psikologi, kepribadian berasal dari kata personare (Yunani), yang berarti menyuarakan melalui alat. Di zaman Yunani Kuno para pemain sandiwara bercakap-cakap atau berdialog menggunakan semacam penutup muka (topeng) yang dinamakan persona. Dari kata tersebut, kemudian dipindahkan ke bahasa Inggris menjadi personality (kepribadian). Dalam al-Qur’an tidak ditemukan term/istilah yang pas mempunyai arti kepribadian. Di antara term-term yang mengacu pada kepribadian adalah alsyakhshiyat, al-huwiyat, al nafsiyat, zat, dan khulq. Term-term tersebut mempunyai makna spesifik yang membedakan satu sama lain. Dalam psikologi, kata kepribadian lebih cenderung menggunakan istilah syakhsiyat. Karena di samping secara psikologis sudah popular, term ini mencerminkan makna kepribadian lahir dan batin (Jalaluddin,2001 : 171). Sedangkan definisi kepribadian secara terminologi menurut beberapa psikolog yaitu: 1. Menurut Sigmund Freud yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata adalah organisasi yang dibentuk oleh id, ego dan super ego. Id adalah pribadi yang berhubungan dengan pemuasan dorongan biologis. Ego adalah pribadi yang timbul setelah berhubungan
dengan lingkungan dan erat hubungannya dengan psikologis. Sedangkan superego adalah pribadi yang terbentuk oleh norma, hal ini berkaitan dengan sosiologis. 2. Allport dalam buku Agus Sujanto, mendefinisikan personality is the dynamic organization within the individual of these psychopysical system, that determines his unique adjusment to his environment. Artinya, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri atas sistem psikopisik yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya. 3. Menurut Usman Najati, kepribadian adalah organisasi dinamis dari peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk karakternya yang unik dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya ( Najati,1997 : 240 ). Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dari kemampuan fisik maupun psikis seseorang yang membentuk karakter yang unik dalam penyesuaian dengan lingkungannya. Sedangkan kata “muslim” dalam Ensiklopedi Muslim adalah sebutan bagi orang yang beragama Islam. Dalam pengertian dasar dan idealnya adalah orang yang menyerahkan diri, tunduk dan patuh pada ajaran Islam. Sedangkan menurut Toto Tasmaran, muslim adalah orang yang konsekuen bersikap hidup sesuai dengan ajaran Qur’an dan sunnah (Tasmaran, 1995 : 157). Jadi, muslim adalah yang menempuh jalan lurus, yaitu jalan yang dikehendaki Allah dan diridlai-Nya. Mereka yang menempuh jalan lurus dan mengambil penerangan dari cahaya kebenaran Tuhan, itulah orang-orang yang mencerminkan kemanusiaan yang benar dan lurus, yang telah mewujudkan maksud dan tujuan hidupnya dan telah melaksanakan tugasnya dalam hidup ini. Muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung segala ujian dan penderitaan dengan tenang. Demikian juga menunggu hasil pekerjaan, bagaimana jauhnya memikul beban hidup harus dengan hati yang yakin tidak ragu sedikitpun. Hal ini sesuai dengan QS. Al-Baqarah ayat 112:
بل خى من أ خسل خم وجههۥ ل هل له وههو محسنن فخل خ خ ف عند خ خرب بههۦ وخخل خ خوو ف جهره هۥ ه ه خ خ ه و ه ن ه ۥۥ أ و ه خ ى خ و و خ خ و خ ه ن حخزهنو خ م يخ و م وخخل هه و ع خل خي وهه و
Artinya : (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Soenarjo,1989: 30)
Dalam konteks ini, pengertian kepribadian muslim merupakan satu komponen. Menurut Ahmad D. Marimba, kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspekaspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya mewujudkan kepribadian kepada Tuhan dan menyerahkan diri kepada-Nya. Hal ini senada dengan definisi Fadhil al-Jamaly yang dikutip oleh Ramayulis bahwa kepribadian muslim menggambarkan muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tingkah laku hidupnya dan tanpa akhir ketinggiannya. Kepribadian muslim ini mempunyai hubungan erat dengan Allah, alam dan manusia. (Ramayulis, 1994:132) Jadi, kepribadian muslim adalah identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya dalam rangka pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah.
B. Ciri-ciri Kepribadian Muslim Kepribadian muslim merupakan identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik ditampilkan secara lahiriah maupun sikap batinnya. Hal itulah yang memunculkan keunikan pada seseorang yang biasa disebut ciri. Ciri dapat berupa sikap, sifat maupun bentuk fisik yang melekat pada pribadi seseorang. Citra orang yang berkepribadian muslim terdapat pada muslim sejati. Muslim yang meleburkan secara keseluruhan kepribadian dan eksistensinya ke dalam Islam. Muslim ini benar-benar beriman kepada Allah. Adapun menurut Usman Najati, ciri-ciri kepribadian muslim diklasifikasikan dalam 9 bidang perilaku yang pokok, yaitu: 1. Sifat-sifat berkenaan dengan akidah Yaitu beriman kepada Allah, para Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat, hari akhir, kebangkitan dan perhitungan, surga dan neraka, hal yang gaib dan qadar. 2. Sifat-sifat berkenaan dengan ibadah Ibadah dalam pengertian umum adalah segala yang disukai dan diridlai Allah. Hal ini meliputi menyembah Allah, melaksanakan kewajiban-kewajiban shalat, berpuasa, zakat, haji, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa, bertakwa kepada Allah, mengingat-Nya melalui dzikir, doa dan membaca al-Qur’an.
3. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan sosial Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari orang lain, saling membutuhkan dalam hidupnya. Sifat-sifat sosial ini meliputi bergaul dengan baik, dermawan, bekerjasama, tidak memisahkan diri dari kelompok, suka memaafkan, mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. 4. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan kekeluargaan Hal ini meliputi berbuat baik kepada orang tua dan kerabat, pergaulan yang baik antara suami dan istri, menjaga dan membiayai keluarga. 5. Sifat-sifat moral Keadaan yang menimpa hati manusia selalu berubah-ubah. Pada jiwa manusia ada dorongan nafsu dan syahwat yang kadang-kadang terpengaruh Sang Khalik. Untuk itu seorang muslim harus memiliki sifatsifat: sabar, lapang dada, adil, menepati janji, baik terhadap Allah maupun manusia, rendah diri, istiqomah dan mampu mengendalikan hawa nafsu. 6. Sifat-sifat emosional dan sensual Meliputi: cinta kepada Allah, takut akan azab Allah, tidak putus asa akan rahmat Allah, senang berbuat baik kepada orang lain, menahan dan mengendalikan kemarahan, tidak dengki pada orang lain, dan lainlain. 7. Sifat-sifat intelektual dan kognitif Intelektual dan kognitif berhubungan dengan akal. Akal dalam pengertian Islam bukanlah otak. Akal ada tiga unsur yaitu: pikiran, perasaan dan kemauan. Akal merupakan alat yang menjadikan manusia dapat melakukan pemilihan antara yang betul dan salah. Allah selalumemerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya agar dapat memahami fenomena alam semesta ini. Sifat-sifat yang berhubungan dengan ini adalah memikirkan alam semesta, menuntut ilmu , tidak bertaqlid buta, memperhatikan dan meneliti realitas, menggunakan alasan dan logika dalam berakidah. 8. Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan professional Islam sangat menekankan setiap manusia untuk memakmurkan bumi dengan cara memanfaatkan karunia yang telah diberikan kepadanya. Di samping itu manusia dituntut untuk beramal shaleh dan bekerja sebagai kewajiban yang harus dilakukan setiap manusia sesuai dengan kapasitasdan kemampuan dirinya. Dalam bekerja, manusia harus bertanggungjawab atas pekerjaannya. Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan professional ini meliputi tulus dalam bekerja, bertanggung jawab, berusaha dan giat dalam upaya memperoleh rizki dari Allah. 9. Sifat-sifat fisik Keseimbangan kebutuhan tubuh dan jiwa merupakan kepribadian yang serasi dalam Islam. Jadi, kebutuhan tubuh atau jasmani perlu diperhatikan karena berpengaruh pada
jiwa seseorang. Pepatah mengatakan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik adalah kuat, sehat, bersih dan suci dari najis. Dalam hadis Nabi dikatakan: Artinya : “Sesungguhnya Allah itu baik, maka menyukai yang baik, bersih, maka menyukai hal-hal yang bersih”. (HR. at-Turmudzi). (Najati, 1997: 240) Ciri-ciri tersebut merupakan gambaran kepribadian yang lengkap, utuh, matang, mantap dan sempurna. Citra kepribadian itulah yang dibentuk oleh agama Islam sehingga menemukan kebahagiaan dunia dan akhirat yang merupakan tujuan hidup setiap manusia.
C. Hubungan Manusia dengan Tuhan Islam memerintahkan kepada penganutnya agar benar-benar beriman dan selalu taat kepada Allah SWT, dekat dengan-Nya, mengingat-Nya, dan bertawakkal kepada-Nya. Beriman dan taat kepada Allah SWT merupakan bentuk kesediaan hamba untuk menjalankan printah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT , dia selalu menjaga kesalehan sosialnya, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka ia hendaknya berkata yang baik atau diam, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari Muslim) Setiap orang muslim yang ikhlas dalam beribadah senantiasa mengedepankan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT dalam kondisi apapun walaupun ketaatannya kadang-kadang bertentangan dengan nafsu atau keinginan yang ada pada dirinya. Kondisi seperti ini menjadi ujian keimanan seorang muslim, apakah tetap istiqamah atau kemudian lengah dari ketaatan kepada Allah SWT. Kesabaran juga menjadi unsur yang sangat penting dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Maryam ayat 16 :
وخ صط خب هور ل هعهب ىخد خت هههۦ هخ و هۥ موىخ ه لر ب ب ٱل ل م لخ ه ل ت خعول خ ه ما ب خي ون خهه خ ض وخ خ س خى ما فخٱع وب هد وه ه وخٱ و ت وخٱلور ه م ني يا س ه خ Artinya : “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” Yusuf Qordhowi (1989 : 51-52) menyebutkan bahwa orang yang taat memerlukan kesabarannya dalam tiga tahapan, yaitu, pertama, sebelum melaksanakan ketaatan, yaitu dalam bentuk meluruskan niat, ikhlas dan menjauhkan perbuatan riya’- perbuatannya ingin dilihat orang lain (pamer), dan sum’ah – perbuatan ingin didengar orang lain – dari dirinya. Sabar ini termasuk ujian yang berat bagi orang yang mengetahui hakikat niat, keikhlasan, dan penyakit-penyakit hati. Kedua, dalam melaksanakan ketaatan, yaitu mengerjakan ketaatan dengan ketentuan dan syarat yang telah ditetapkan dalam ajaran agama agar tidak melupakan Allah SWT ketika melaksanakannya, dan tidak mengabaikan adab dan sunah-sunah Rasul-Nya. Ketiga, setelah selesai pelaksanaan, yaitu dengan cara menahan diri dari sikap berlebih-lebihan misalnya sabar untuk tidak memamerkan perbuatannya dalam rangka mencari popularitas atau ujub (membanggakan diri yang berlebih-lebihan) dalam melihat hasilnya dan sabar dari segala sesuatu yang dapat membatalkan amalnya. Bentuk
ketaatan
lainnya
adalah
dengan
cara
mensyukuri
kenikmatan yang diperoleh dari Allah swt. Rasa syukur dapat diwujudkan dengan lisan berupa pujian kepada-Nya dan dengna anggota badan berupa ketaatan dan menggunakan segala kenikmatan tersebut untuk semakin dekat kepad Allah. Mengingkari dan tidak mensyukuri nikmat Allah termasuk perbuatan yang tidak etis. Allah SWT berfirman :
فخٱذ وك هرون ه خ م وخٱ و ن شك ههرو اا هلى وخخل ت خك و ه ى أذ وك هورك ه و فهرو ه ه ى
Artinya : Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (QS Al Baqarah: 152)
D. Hubungan dengan Sesama Manusia Hubungan dengan sesama manusia adalah interaksi manusia dengan sesamanya untuk mencapai keharmonisan dan ketergantungan dalam kehidupan. Manusia yang beragama harus membangun hubungan baik antar sesamanya dan sejalan dengan aktivitas ibadah yang benar kepada tuhannya. Berkaitan dengan hubungan sesama manusia ini setidaknya ada tiga kajian pokok yang harus dipahami oleh setiap muslim. Pertama, menghargai dirinya sendiri sebagai manusia yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah SWT dan memahami bagaimana cara untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Kemuliaan ini dapat diraih oleh manusia dengan senantiasa melakukan pembinaan, perbaikan, dan penyucian dirinya. Sebaliknya, kehinaan ,manusia didapat karena mengotori dan merusak diri sendiri (Q.S. Asyams (91):9-10) Menurut Abu Bakar Jabir Al Jazari (2000:123-130), ada empat langkah melakukan pembinaan, perbaikan, dan penyucian diri sebagai berikut. 1. Taubat, yaitu melepaskan diri dari semua dosa dan kemaksiatan, menyesali semua dosa-dosa masa lalunya, dan bertekad tidak kembali kepada dosa di sisa-sisa umurnrnya. 2. Muraqabah, yaitu kita senantiasa mengondisikandiri merasa diawasi Alah SWT di setiap waktu kehidupan hingga akhir kehidupannya, bahwa Allah SWT melihatnya,
mengetahui
rahasia-rahasianya,
memperhatikan
semua
amal
perbuatannya, mengamatinya, dan mengamati apa saja yang dikerjakan oleh semua jiwa. 3. Muhasabah, yaitu melakukan evaluasi diri terhadap dirinya atas amal perbuatan yang dijalani sepanjan harinya 4. Mujahadah, adalah bersungguh-sungguh melakukan amal kebajikan karena pada dirinya ada musuh besar yang harus dilawannya, yaitu hawa nafsu yang secara paradox selalu mengajak kita untuk berbuat keburukan, lari dari kebaikan, dan memerintahkan untuk melanggar syariat Allah SWT, serta meniupkan kemalasan dalam menjalankan perintah-Nya.
Kedua, menjalin hubungan baik dengan lingkungan keluarga karena keluarga merupakan lembaga untuk menjalin persaudaran didasarkan ikatan keturunan, perkawinan, atau pergaulan dan menjadi lingkungan terkecil dalam masyarakat. Ketiga,hubungan dengan masyarakat di sekitarnya, yaitu dengan menjalin hubungan baik yang tidak hanya ditunjukan pada pergaulan antarmanusia secara personal, tetapi lebih pada tindakan kita dalam berbagai macam situasi dan kondisi untuk menciptakan suasana harmonis dalam tatalaku bermasyarakat.
E. Hubungan Manusia dengan Alam Islam telah menetapkan tujuan manusia diciptakan Allah untuk: -Beribadah kepada Allah SWT (QS. Ad-dzariyat (51) :56) - Sebagai khalifah di muka bumi (QS. Al-baqarah (2):30) -Memakmurkan bumi (QS. Hud (11):51) -Menjaga kelestarian alam (QS. Al-qashash (28) :77) Islam sebagai agama menekankan pentingya seorang muslim untuk menjaga kelestarian alam dalam rangka memenuhi kewajibannya sebagai mahluk ciptaan Allah SWT dan menjadi tanggung jawab seorang muslim untuk menjaga alam demi kepentingan mereka sendiri di atas muka bumi. Menurut Mary Tucker agama mempunya 5 tugas untuk melestarikan alam yaitu : 1 refrerence agama memerintahkan untuk mengelola alam dengan benar 2 respect menghargai alam 3 restrain exploitasi alam tanpa merusaknya 4 redistribution semua mahluk punya hak dan kewajiban sama dalam pemanfaatan
alam
5 responsibility bertanggung jawab memelihara ekosistem bumi
F. Kepribadian Sempurna Setidaknya
ada
3
hal
yang
harus
diperhatikan
dalam
membina
kepribadiann Islam : a) Ruhiyah (ma’nawiyah) merupakan aspek yang harus mendapatkan perhatian khusus setiap muslim sebab ruhiyah menjadi penggerak perilaku seseorang sebagaimana dalam QS. Asy Syam ayat 7-10 . Ayat-
ayat
tersebut
memberikan
arahan
kepada
kita
akan
pentingnya untuk menjaga ruhiyah karena sangat merugi bagi orang yang mengotorinya. Aspek –aspek yang sangat terkait dengan ma’nawiyah seseorang adalah, pertama, aspek akidah. Ruhiyah yang baik akan melahirkan akidah yang lurus dan kokoh, dan sebaliknya ruhiyah yang lemah bisa ruhiyah yang lemah bisa menyebabkan lemahnya akidah. Kedua, aspek akhlaq, dimana akhlak menjadi bukti nyata dari nilai yang diyakini seseorang. Akhlak merupakan bagian penting dari keimanan. Akhlak juga salah satu tolok ukur kesempurnaan iman seseorang. Terawatnya ruhiyah akan membuahkan bagusnya akhlak seseorang. b) Fikriyah atau akal. Kepribadian Islami juga ditentukan oleh sejauh mana kokoh tidaknya aspek fikriyah. Kejernihan berpikir, kekuatan akal seseorang akan memunculkan amalan, kreativitas, dan akan lebih dirasa daya menfaatnya untuk orang lain. Fikrah meliputi wawasan keislaman, pola pikir islami dan disiplin dan tetap ( tsabat). c) Amaliah atau bekerja. Diantara sisi yang harus dibangun pada pribadi muslim adalah sisi perbuatannya beramal soleh akan mengubah kehidupan seorang muslim menjadi lebih baik.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut. a) Kepribadian muslim adalah identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya dalam rangka pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah. b) Ciri-ciri kepribadian muslim diklasifikasikan dalam 9 hal pokok yaitu berkenaan dengan akidah, ibadah, hubungan sosial, hubungan kekeluargaan, moral, emosional, intelektual, kehidupan profesi serta sifat fisik. c) Kepribadian muslim adalah integrasi antara hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam. d) Dalam membina kepribadian muslim, terdapat 3 hal yang harus diperhatikan yaitu ruhiyah, fikriyah, dan amaliyah.
DAFTAR PUSTAKA Jalaluddin.2001. Teori Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Koeswara, E. 1991.Teori-teori Kepribadian. Bandung : Eresco Najati, Muhammad Usman. 1997. Al-Quran dan Ilmu Jiwa. Bandung : Pustaka Ramayulis. 1994. IlmuPendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia Soenarjo. 1989. Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra Tasmaran, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf