MAKALAH PELAYANAN ANAK BY REBECA BAR-ISRAEL
DAFTAR ISI
BAB I
: Pendahuluan
BAB II
: Gereja dan Pelayanan Anak A. Awal Mula Pelayanan Sekolah Minggu B. Mengapa Melayani Anak C. Peran Guru Sekolah Minggu dalam Pelayanan Anak D. Mengajarkan Alkitab kepada anak-anak
BAB III Daftar Pustaka
: Kesimpulan
BAB I PENDAHULUAN
Allah pasti memiliki rencana yang indah ketika menciptakan anak-anak. Allah ingin menjadikan anak-anak sebagai penyembahNya. Kasih anugerahNya selalu dilimpahkan bagi anak-anak yang dikasihiNya. Namun melihat fenomena yang terjadi hari-hari ini sangat memprihatinkan, bahwa pembinaan rohani anakanak cenderung bukan ditangani oleh keluarga-keluarga Kristen. Kesibukan orang tua dan kurangnya pemahaman mereka akan Firman Tuhan sering menjadi alasan. Akibatnya pembinaan rohani anak seringkali dibebankan kepada gereja. Namun apakah gereja juga menganggap pelayanan anak adalah sebuah pelayanan yang penting? Apakah pembinaan sekolah minggu juga menjadi perhatian dari hambahamba Tuhan? Beberapa kesaksian yang terdengar bahwa melalui pelayanan sekolah minggu pemberitaan Injil itu disebarluaskan. Banyak anak dari keluarga yang belum percaya justru menjadi alat untuk membawa keluarganya mengenal Kristus. Betapa pentingnya pelayanan ini menjangkau anak-anak sejak dini. Jika kita menganggap penting anak-anak maka pengelolaan Sekolah Minggu akan menjadi perhatian utama juga dalam pelayanan gereja. Mengajar anak-anak bukanlah pekerjaan mudah. Tujuan sekolah Minggu bukan hanya mengajak anakanak bernyanyi kemudian mendengar cerita lalu selesai. Tapi bagaimana anakanak ini akhirnya mengenal Tuhan dan Juruselamat-Nya serta hidupnya diubahkan oleh Firman. Sementara anak-anak juga punya beban masing-masing
dari rumah seperti, beban keluarga yang tidak harmonis, tuntutan orang tua atas studinya, tuntutan teman-temannya, dan sebagainya. Sehingga guru-guru Sekolah Minggu perlu diperlengkapi untuk melayani anak-anak baik secara pastoral maupun dalam skill mengajar. Sejak awal Tuhan sudah memberikan mandat, yaitu dalam kitab Amsal 22:6 dikatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Masa anak-anak adalah masa potensial. Mendidik anak sejak dini untuk diperkenalkan pada kebenaran akan memberi dampak buat hidup mereka di masa yang akan datang. Meski mendidik anak-anak termasuk di Sekolah Minggu adalah pekerjaan yang tidak mudah. Perlu persiapan ekstra, selain persiapan Firman, menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh anak-anak, dengan ilistrasi dari pengalam mereka yang terbatas. Anak-anak dapat memahami Injil di usia mereka yang muda sekali kalau kita dapat mengkomunikasikannya kepada mereka pada tingkat mereka.1 Juga kita mempersiapkan lagu-lagu yang sesuai dengan usia mereka, dan menyiapkan kreatifitas yang bisa mengingatkan Firman yang disampaikan. Penggunaan waktu pun perlu berhikmat, mengingat daya konsentrasi anak terbatas. Namun karena mereka potensial, maka tanggung jawab pelayanan anak ini harus dikerjakan dengan kesungguhan.
1
Ronald W. Leigh. Melayani Dengan Efektif (Jakarta: Gunung Mulia, 2007),hal 96
Bab II Gereja dan Pelayanan Anak
A.
Awal mula pelayanan sekolah minggu
Pelayanan anak oleh gereja atau yang biasa disebut dengan SEKOLAH MINGGU, tidak terlepas dari peran Robert Raikes, ia kemudian dikenal sebagai Bapak Sekolah Minggu. Robert Raikes lahir tanggal 14 September 1735 di Glovcester Inggris, sebuat kota kecil di tepi sungai Severn, kira-kira 150 Km Barat Laut kota London. Pada masa akhir abad 18, Inggris sedang dilanda suatu krisis ekonomi yang sangat parah. Orang- orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak-anak dipaksa bekerja untuk bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Kehidupan yang sangat berat, kemudian ketika itu seorang bernama Robert Raikes yang juga adalah seorang wartawan, mendapat tugas untuk meliput berita tentang anak-anak gelandangan di Gloucester bagi sebuah koran milik ayahnya. Robert melihat pemandanganyang sangat memprihatinkan, dimana anak-anak gelandangan itu bekerja di hari Senin sampai Sabtu. Apa yang dilakukan anak-anak pada hari Minggu itu? Hari Minggu adalah satu-satunya hari “kebebasan”mereka. mereka menghabiskan hari minggu untuk bersenang-senan. Mereka tidak memiliki pendidikan, sehingga membuat anakanak itu menjadi sangat liar, minum-minuman keras, berkelahi dan melakukan berbagai macam kenakalan juga kejahatan. Orang tua mereka tidak pernah mengajak mereka mengikuti kebaktian di gereja.
Melihat peristiwa tersebut Robert Raikers mencari solusi bagaimana mengatasi hal itu. Robert Raikers melihat bahwa sebenarnya anak-anak itu ada banyak potensi yang disia-siakan oleh masyarakat dan gereja. Kreativitas anakanak itu bisa berakibat buruk bagi masa depan mereka jika mereka tidak dididik sejak muda. Pada tahun 1780, Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. bersama beberapa teman. Ia mencoba melakukan pendekatan kepada anak-anak tersebut dengan mengundang mereka berkumpul di sebuah dapur milik Ibu Meredith di kota Scooty Alley. Di sana anak-anak mendapat makanan dan mereka juga diajarkan sopan santun, membaca dan menulis. Dan hal paling indah yang diterima anak-anak di situ adalah mereka mendapat kesempatan mendengar ceritacerita Alkitab. Mulanya pelayanan ini sangat tidak mudah. Banyak anak-anak itu datang dengan keadaan yang sangat bau dan kotor. Robert menerapkan metode pendidikan yang disiplin, kadang dengan pukulan rotan, tapi semuanya itu dilakukan dengan penuh cinta kasih, akhirnya anak-anak itu belajar mau menerima didikan dengan baik, sehingga semakin lama semakin banyak anak datang ke dapur Ibu Meredith. Semakin banyak juga yang guru disewa untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk belajar membaca dan menulis tapi juga Firman Tuhan. Dalam waktu 4 tahun sekolah minggu itu semakin berkembang bahkan ke kota-kota lain di Inggris, dan jumlah anak-anak yang datang ke sekolah hari minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh Inggris.
Gereja mulanya tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah Minggu yang dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi kegigihan Roberts menulis ke berbagai media dan membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat Kristen di Inggris,
juga atas bantuan John Wesley (pendiri gereja Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah Minggu diterima oleh gereja. Awalnya gereja Methodis, akhirnya gerejagereja protestan lain. Tahun 1811 Robert Raikes meninggal dunia dan jumlah anak yang hadir di Sekolah Minggu di seluruh Inggris waktu itu mencapai lebih dari 400.000 anak. Melslui pelayanan anak ini, Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi sosial, tapi juga diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan. Gerakan Sekolah Minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar ke berbagai tempat di dunia, termasuk negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika.
Pentingnya anak-anak melalui pernyataan Yesus dalam Injil, kita menyadari bahwa pada umumnya anak-anak sangat dihargai. Yosefus dalam tulisannya kira kira tahun 80 menegaskan hal tersebut. Dalam Against Apion (1:12) Josefus mengatakan, “Tanah kita itu baik, dan kita mengolahnya secara maksimal ,tetapi ambisi kita yang utama adalah untuk pendidikan anak-anak kita.” Penjelaan mengenai sasaran pola membesarkan anak mendapat dukungan kuat dalam kitab Amsal, “kita berusaha dengan keras dengan pengajaran anak-anak , dan menjunjung penerapan Hukum Taurat, dan kekudusan yang terkait dengan hal itu, hal yang paling penting di seluruh hidup kita.
Yesus sangat memihak kepada anak-anak. Dalam kitab Injil di ceritakan dimana orang- orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab
orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah (Mrk 10:13-14). Orang Yahudi punya kebiasaan membawa anak-anak mereka kepada imam atau guru agama supaya bisa diberkati. Kemungkinan saat itu, beberapa orang tua memohon Yesus memberkati, menumpangkan tangan dan mendoakan anak-anak (Mat. 19:13).
Namun para murid merasa tidak senang ketika melihat gurunya diganggu oleh anak-anak. Mungkin mereka ingin melindungi Gurunya supaya waktunya tidak terganggu atau kuatir jika Yesus terganggu istirahatnya ataupun tidak konsentrasi dengan pelayanan-Nya. Atau mungkin para murid tidak ingin repot atau mungkin menganggap pelayanan penyembuhan dan pengajaran lebih penting daripada memberkati anak-anak. Dari kejadian ini, sangat mungkin para murid menganggap anak-anak bukan sesuatu yang penting untuk diperhatikan.
Yesus sangat marah dengan sikap para murid. Kata Yunaninya adalah kata yang sangat kuat. Kata ini menunjukkan emosi Yesus begitu rupa terhadap para murid. Ia marah karena para murid-Nya salah paham tentang siapa Dia dan tindakan-Nya. Jika Yesus menganggap anak-anak begitu spesial dan menganggap pelayanan terhadap anak-anak juga sama pentingnya dengan pelayanan-pelayanan yang lain, apakah gereja juga sudah menganggap pelayanan anak ini juga penting? Atau gereja sama dengan sikap para murid yang cenderung mengabaikan anakanak karena menganggap ada pelayanan yang lebih penting dan butuh diperhatikan ketimbang mengurus anak-anak yang dampaknya belum bisa dilihat secara langsung? Bagian dari gereja berkontribusi terhadap seluruh formasi.
Sekolah minggu adalah dapat dengan sedemikian rupa direncanakan, terstruktur dan memiliki staff sendiri sehingga dapat berfungsi dengan baik dan mandiri.
B.
Mengapa Melayani Anak
Melayani anak merupakan bagian dari rencana Tuhan seperti yang tertulis di dalam Alkitab, antara lain:
1. Ulangan 6:4-9 "... Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun .... " 2. Amsal 22:6 "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." 3. Matius 28:19-20 "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu .... "
Jadi melayani anak, seperti juga melayani sesama yang lain dalam berbagai tingkatan usia, merupakan kehendak Tuhan. Anak-anak perlu dikenalkan jalan
keselamatan di dalam Tuhan Yesus. Anak-anak juga perlu dididik untuk hidup di dalam terang Firman Tuhan. Pertumbuhan iman anak-anak juga tumbuh dari kasih dan iman dari ibunya. 2 Meskipun tugas utama mendidik anak adalah tanggung jawab orangtua, namun orang-orang percaya yang terhimpun dalam organisasi gereja maupun organisasi Kristen lainnya sebagai Tubuh Kristus juga memiliki peran yang sangat penting dalam melayani anak, terutama dalam program penginjilan anak untuk menjangkau mereka yang belum mengenal Tuhan.
Mengajarkan Firman Tuhan kepada anak tidak terhitung faedahnya.
Banyak ahli sudah membuktikan bahwa pengalaman hidup seseorang pada masa kecilnya akan memiliki pengaruh yang besar dan menentukan pada masa
dewasanya
kelak.
Dengan
melayani
anak,
kita
melatih
dan
mempersiapkan angkatan muda dan generasi penerus Gereja.
Selain itu mengapa kita harus melayani anak? Karena kita harus mengakui perkembangan multimedia begitu pesat. Dan berhasil merebut perhatian anak. Banyak dampak negative yang bias mempengaruhi anak. Tayangan televise yang berbau kekerasan, dsb. Ada sisi positif, namun di lain sisi multimedia dapat menjadi mesin penghancur masa depan anak. 3 Kita melayani anak karena kita ingin menyelamatakan dan mempersiapkan generasi selanjutnya menjadi generasi yang mengenal Allah dan hidup dalam jalan Tuhan.
Seberapa pentingkah anak-anak di hadapan Tuhan? 2
Robert. R Boehlke. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen ( Jakarta: BPK Gunung Muila, 2009) hal 230 3
Edy Sulistyono. Anak-anak Sasaran Strategi Bidikan Iblis (Yogyakarta: ANDI,2009) hal 20
1. Tuhan marah jika ada yang menghalangi anak- anak datang kepada-Nya (MRK 10:13-14 ). MARKUS 10:13-16 13 Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang- orang itu. 14 Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang- halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. MARKUS 10:13-16 15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” 16 Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. MATIUS 18:1-6 1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” 2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka 3 lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
2. Tuhan senang menyambut, memberkati, dan mengasihi anak-anak( MRK 10:15-16 )Tuhan senang dengan keberadaan dan kerohanian anak-anak MAT 18:1-5 3. Tuhan mengutuk orang yang menyesatkan anak-anak (MAT 18:6 ) Riset Penginjilan dan Brewster (Compassion International) menunjukkan bahwa 60-85% orang dewasa yang menerima Kristus mengambil keputusan
antara usia 4 dan 14 tahun (dipopulerkan dengan sebutan Jendela 4/14). Kebanyakan orang memutuskan apa yang akan mereka lakukan terhadap Yesus sebelum mereka memasuki usia SLTA. Apakah mereka mengikuti-Nya dengan segenap hati, atau
sekadar mengetahui fakta-fakta tentang Dia, atau bahkan
mengabaikan/menolak Dia. Maka dari itu penting sekali membimbing seseorang untuk menerima Kristus ketika mereka muda. Jika seseorang tidak menerima Kristus sebelum usia remaja awal, kemungkinan dan keterbukaan untuk hal itu makin kecil dalam usia selanjutnya. Juga sangat penting dalam pembinaan perkembangan moral dan spiritual. Karena Perkembangan moral-spiritual dimulai sejak usia 2 tahun. Prosesnya mengalami kemajuan yang cukup cepat. Fondasi moral seseorang pada umumnya ditentukan ketika ia mencapai usia 9 tahun. Perkembangan kepribadian: 90% otak dibentuk sebelum usia 3 tahun, 85% kepribadian dewasa dibentuk hingga usia 6 tahun. Usia anak adalah usia yang paling strategis untuk membentuk kepribadian seseorang. Usia anak akan cepat berlalu, karena itu memerlukan perhatian yang lebih mendesak dari kelompok-orang lainnya. Maka dari itu jika mau memiliki pengaruh besar terhadap moral-spiritual seseorang lebih baik mempengaruhinya pada saat ia masih terbuka dan mudah dibentuk, yaitu pada usia anak. Jika pembentukannya ditunda hingga mereka semakin dewasa, prosesnya akan semakin kompleks karena fondasinya sudah terbentuk dan menyatu dengan hidupnya. Penelitian kondisi kerohanian kelompok usia 13 tahun dapat memperkirakan secara kuat kondisi kerohanian mereka ketika dewasa. Penyerapan informasi dan prinsip Alkitab pada umumnya memuncak
pada masa pra remaja. Kebiasaan-kebiasaan yang menyangkut pertumbuhan rohani dan keterlibatan dalam kegiatan gereja terbangun pada usia muda dan hanya sedikit berubah ketika usia semakin dewasa. Maka dari itu pembinaan rohani yang dalam dan kuat sangat perlu dilakukan pada tingkat usia anak hingga remaja awal. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” AMSAL 22:6
Pembinaan Intervensi semasa anak dapat mencegah kerusakan yang akan hampir tidak bisa diperbaiki jika dibiarkan hingga tingkat usia selanjutnya. Kemajuan yang signifikan dapat dicapai secara fisik, intelektual, emosional, sosial-ekonomi, dan semua aspek perkembangan seseorang jika dilayani pada masa anak. Melayani anak memberikan kesempatan yang luar biasa berharga untuk menolong dan memberkati mereka, keluarganya, komunitasnya, dan negaranya.
C.
Peran Guru sekolah minggu dalam pelayanan Anak.
Jika seseorang berbicara mengenai pelayanan gereja kepada anak-anak, maka pemikiran yang muncul adalah sekolah minggu. Sekolah minggu sebagai suatu tempat untuk pelayanan komunitas iman bagi anak-anak.4 Dalam keutamaan sekolah minggu, kelayakan dalam bagian ini ialah mengkonsentrasikan pikiran pada badan yang satu ini dan memperlakukannya sebagai panutan bagi latar belakng badan=badan yang lain. Siapakah orang-orang
4
Lawrence O. Richards. Pelayanan kepada Anak-Anak ( Bandung: Kalam Hidup, 2007) hal418
yang melayani anak-anak dalam gereja?para guru sekolah minggu lah yang dipercaya untuk melayani anak-anak dalam sekolah minggu. Orang-orang yang diberi kesempatan perlu diseleksi, diwawancarai, dilatih dan dimagangkan di kelas-kelas sekolah Minggu terlebih dahulu. Minimal mereka yang menjadi guru sekolah Minggu adalah jemaat yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sudah melewati kelas katekisasi dan tentunya memiliki hati untuk melayani anak-anak. Berapa banyak guru-guru sekolah Minggu yang mengajar di gereja justru tidak memiliki relasi dengan Tuhan Yesus? Akibatnya, tidak ada kuasa dalam pengajaran yang diajarkan kepada anak-anak. Tidak ada kesaksian hidup yang dapat dilihat oleh anak-anak. Bagaimana anak-anak bisa diajak mengenal Tuhan dan Juruselamat-Nya, jika gurunya sendiri tidak mengalami karya keselamatan di dalam Kristus. Anak-anak yang dipercayakan orang tua kepada gereja, justru berada di tangan yang salah jika guru-guru Sekolah Minggunya seperti ini modelnya. Dan sekali lagi tujuan sekolah Minggu bukan hanya mengajak anak-anak bernyanyi kemudian mendengar cerita lalu selesai. Tapi bagaimana anak-anak ini akhirnya mengenal Tuhan dan Juruselamat-Nya serta hidupnya diubahkan oleh Firman. guru-guru perlu diperlengkapi baik secara pastoral maupun skill mengajar. Hamba Tuhan atau Majelis perlu melakukan pengontrolan, pemotivasian dan pembinaan para pelayan anak melalui kelas-kelas persiapan rutin tiap minggu. Juga memperlengkapi mereka dengan buku-buku yang berkaitan dengan pelayanan anak juga sangat membantu. Sesekali perlu guru-guru ini diupgrade dengan cara mengikuti pelatihan Sekolah Minggu atau
Kamp Guru Sekolah Minggu yang sering diadakan oleh Sekolah-sekolah Teologia.
Namun ada yang lebih penting selain memperlengkapi guru dengan kelas persiapan yaitu mereka perlu bertumbuh melalui kelompok-kelompok PA guru sekolah minggu. Guru sekolah Minggu perlu dibawa kepada kecintaan akan Firman, yang akan mengubah pemahaman mereka yang kurang tepat, yang terus menerus akan mengoreksi motivasi pelayanan mereka, dan mendorong mereka untuk berkorban bagi anak-anak yang mereka layani. Intinya, para pelayan anak perlu berinteraksi dengan Firman dan mengaplikasikan Firman. Di sinilah peran hamba Tuhan sangat diperlukan. Meski tidak ikut terjun ke anak-anak secara langsung (bagi gereja yang tidak memiliki hamba Tuhan khusus untuk Membina Sekolah Minggu), namun hamba Tuhan tetap bisa mengontrol dan membina kerohanian para guru Sekolah Minggu. Jika tidak, guru-guru sekolah minggu ini hanya dituntut melayani tapi tidak ditolong dalam pertumbuhan rohaninya. Maka jangan heran, guru-guru sekolah Minggu yang tidak terbina justru bisa menjadi penghalang anak-anak datang kepada Allah. Anak-anak yang polos dan lugu tersebut menjadi sulit meneladani Kristus karena tidak melihat teladan dalam hidup guru-guru sekolah Minggu mereka sendiri.
Tanggung jawab umum personel sebagai guru sekolah minggu adalah:
1. Selalu hadir dengan tepat waktu untuk aktivitas awal. 2. Mempersiapkan diri dengan baik dan luwes untuk mengubah rencana bila perlu
3. Menjaga hal-hal yang rutin secara efisien 4. Mengawasi dan mengendalikan bidang tanggung jawab mereka sendiri 5. Ikut serta dalam peluang pelatihan yang disediaan oleh gereja dan sumberr-sumber lain 6. Menindak lanjuti murid-murid yang hadir dan yang absen 7. Menghadiri semua konferensi pengerja dan pertemuan-pertemuan lain yang dijadwalkan untuk para pengerja 8. Mengetahui bagaimana cara memimpin murid kepada Kristus dan membimbing mereka didalam pertumbuhan Kristen 9. Menyediakan kegiatan- kegiatan social 10. Berperan serta secara dengan aktif dalam program, entah pembukaan ibadah, pelajaran atau kegiatan-kegiatan lain 11. Waspada terhadap gagasan baru, bersikap kreatif, dan menggunakan variasi 12. Menggunakan sarana pengajaran yang disediakan 13. Mengaitkan kegiatan dengan pengerja-pengerja lain, badan, dan departemen.
D.
Mengajarkan Alkitab Kepada Anak-Anak.
Kita memulai pemikiran kita mengenai bagaiman mengajarkan Alkitab kepada anak-anak dengan seperangkat asumsi yang istimewa.
1. Alkitab adalah pernyataan Allah tentang realistas. Kebenarankebenaran Alkitab bukan hanya sekedar konsep-konsep yang abstrak.
Kebenaran itu berkaitas erat dengan realistas. Karena keterkaitan ini maka kebenaran Alkitab bertujuan untuk membentuk persepsi kita dan untuk membimbing pengalaman hidup kita. 2. Anak-anak sebagai pribadi yang dapat mengalami realistas. Mungkin anak-anak tidak mampu monkonsepkan Alkitab secara memadai namun mereka dapat mengalaminya. 3. Realistas yang dialami itu menyediakan dasar yang sama antara Alkitab dengan anak-anak.
Pandangan kita mengenai Kitab Suci sebagai kebenaran ( realistas yang disingkapkan) menolong kita untuk melihat bahwa isu dalam pengajaran anak-anak bukanlah komunikasi tentangkonsep-konsep Alkitab dan penguasaanya dalam tingkat formal. Namun sebaliknaya isu dalam mengajar anak-anak adalah menerjemahkan kebenaran iman yang agung kedalam unit-unit yang dapat dialami oleh anak-anak.
Pemahaman tentang pengajaran ini menolong kita untuk melihat sebuah hal penting . “mengajarkan Alkitab” bukanlah sekedar menceritakan kisah Alkitab dan kemudian menggunakan buku pegangan pengerja dan sarana-sarana lain untuk melatih penguasaan muatan cerita atau penerapannya. 5 Mengajarkan alkitab menuntut suatu rancangan dari berbagai pembelajaran dalam latar belakang pengajaran melalui nama anak-anak akan mengalami secara langsung 5
Lawrence O. Richard. Pelayanan kepada Anak_anak(Bandung: Kalam Hidup, 2007) hal 564
atau sebagai pengganti, realitas yang dikomunikasikan pada tingkat mereka sendiri. Seluruh proses kelas harus dirancang untuk menrjemahkan apa yang diajarkan dalam realistas yang dapat dialami, yang kemudian dapat dikaitkan dengan istilah-istilah Alkitabiah.
Selain itu,
Bab III Kesimpulan
Melihat pentingnya pelayanan anak maka kita tidak lagi menyepelekan dalam melayani anak. Baik orang tua maupun guru-guru sekolah minggu akan lebih lagi mempersiapkan diri untuk sungguh-sungguh dalam pelayanan anak. Meng-upgrade diri, lebih kreatif dan dengan kasih melayani anak-anak. Anakanak sangat penting dimata Allah. Oleh sebab itu sebuah kehormatan apabila kita dipercaya mengambil bagian dalam pelayanan anak. Beberapa kali Yesus mengatakan kita harus “seperti anak kecil” untuk dapat masuk dalam Kerajaan Sorga. Anak- anak adalah generasi selanjutnya yang akan memberitakan Injil kepada dunia ini. Dan iblis tentu saja tidak akan tinggal diam. Dunia modern telah banyak merusak generasi muda. Gadget , games, telah merebut perhatian anak. Mari kita lebih lagi serius dalam menbawa anak- anak untuk mengenal Tuhan dan bertumbuh dalam iman serta memiliki pengenalan yang benar akan Allah serta mengalami Tuhan.
.
Daftar Pustaka
Desti Samarenna, M. Th. 2016. Diktat Pelayanan Anak. Semarang. STT Harvest
Boehle , R. Robert. 2009. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Leigh,W Ronald. 2007. Melayani dengan Efektif. Jakarta: Gunung Mulia
Sulistyono, Edy. 2009. Anak-anak Sasaran Strategis Bidikan Iblis. Yogyakarta: ANDI