MAKALAH MIKROBIOLOGI PANGAN FOODBORNE DISEASE “CYCLOSPORA CAYETANENSIS” Dosen Pengampu : Fitriyono Ayustaningwarno S.TP, M.Si
Disusun Oleh: Kelompok 46
Iqlima Safitri
22030111130072
Izzaty Izzul Hawa
22030111130073
Sari Puspitasari
22030111130074
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012
1
DAFTAR ISI
Halaman Cover.....................................................................................................i Daftar Isi...............................................................................................................ii Daftar Tabel Tabel 1. Taksonomi Cyclospora cayetanensis....................................................4 Daftar Gambar Gambar 1. Ookista Cyclospora cayetanensis.....................................................5 Gambar 2. Ookista Cyclospora yang tidak bersporulasi.....................................6 Gambar 3. Ookista Cyclospora yang bersporulasi..............................................6 Gambar 4. Ookista Cyclospora tidak bersporulasi dan bersporulasi..................7 Gambar 5. Ookista dengan metode autofluorosence.........................................8 Gambar 6. Ookista Cyclospora metode pewarnaan safranin.............................8 Gambar 7. Life cycle Cyclospora cayetanensis................................................14 Gambar 8. Siklus hidup Cyclospora cayetanensis............................................15 Gambar 9. Siklus hidup Cyclospora dari zigot hingga di host...........................16 Gambar
10.
Penyakit
diare
karena
Cyclospora
di
dalam
gastrointestinal..................................................................................................17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..............................................................................................1 1.2 Permasalahan...............................................................................................1 1.3 Tujuan...........................................................................................................2 1.4 Manfaat.........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Cyclospora cayetanensis................................................................3 2.2 Definisi dan Taksonomi Cyclospora cayetanensis.......................................4 2.3 Habitat Cyclospora cayetanensis...............................................................11 2.4 Siklus Hidup Cyclospora cayetanensis......................................................13 2.5Penyakit
yang
ditimbulkan
serta
faktor
risiko
dari
Cyclospora
cayetanensis.....................................................................................................17 2.6 Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Cyclospora cayetanensis..............18 2.7 Akibat yang ditimbulkan oleh Cyclospora cayetanensis.............................20
2
2.8 Pencegahan transmisi Cyclospora cayetanensis.......................................23 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.................................................................................................27 3.2 Saran..........................................................................................................28 Daftar Pustaka..................................................................................................29 Lampiran
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Risiko terkena penyakit tropis dan luar biasa telah meningkat sejalan
dengan globalisasi supplai makanan, naiknya konsumsi makanan-makanan yang segar dan meningkatnya perjalanan. Transportasi yang cepat dari buahbuahan segar dan produksi dari negara berkembang dapat meningkatkan jumlah parasit. Perubahan nutrisi diakibatkan karena kenaikan konsumsi makanan
yang
belum
matang
(mentah),
sehingga
berpotensi
untuk
meningkatkan jumlah parasit. Dengan meningkatnya jumlah parasit maka penyakitpun akan berpotensi untuk hidup di dalam tubuh host. Seperti kita ketahui, penyakit disebabkan karena berbagai faktor. Ada yang karena lingkungan, pertahanan dirinya yang kurang baik, maupun sebab–sebab lain. Cara penanggulangannya- pun berbeda, tergantung jenis dari masing-masing penyakit. Salah satu penyakit yang merugikan tubuh adalah adalah penyakit gastrointestinal atau yang sering disebut dengan cyclosporiasis. Cyclosporiasis ini nantinya akan menimbulkan diare. Parasit Cyclospora cayetanensis merupakan salah satu dari parasit yang menimbulkan penyakit gastrointestinal.1
1.2
Permasalahan 1.2.1 Bagaimana sejarah Cyclospora cayetanensis ? 1.2.2 Apa itu Cyclospora cayetanensis ? 1.2.3 Bagaimana taksonomi Cyclospora cayetanenesis ? 1.2.4 Hidup dimana Cyclospora cayetanensis ? 1.2.5 Bagaimana siklus hidup Cyclospora cayetanensis ? 1.2.6 Menyebabkan penyakit apa Cyclospora cayetanensis ? 1.2.7 Gejala apa saja yang ditimbulkan dari bakteri Cyclospora cayetanensis ? 1.2.8 Akibat
apa
yang
ditimbulkan
cayetanensis?
4
oleh
adanya
Cyclospora
1.2.9 Langkah-langkah apa yang bisa dilakukan untuk mencegah perkembangan Cyclospora cayetanensis ?
1.3
Tujuan 1.3.1 Mengetahui sejarah Cyclospora cayetanensis 1.3.2 Mengetahui definisi bakteri Cyclospora cayetanensis 1.3.3 Mengetahui taksonomi dari Cyclospora cayetanensis 1.3.4 Mengetahui habitat Cyclospora cayetanensis 1.3.5 Mengetahui siklus hidup Cyclospora cayetanensis 1.3.6 Mengetahui penyebab yang ditimbulkan Cyclospora cayetanensis pada suatu penyakit 1.3.7 Mengetahui gejala yang ditimbulkan dari Cyclospora cayetanensis 1.3.8 Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari Cyclospora cayetanensis 1.3.9 Mengetahui langkah-langkah untuk mencegah perkembangan Cyclospora cayetanensis
1.4
Manfaat 1.4.1 Dapat mengetahui sejarah Cyclospora cayetanensis 1.4.2 Dapat mengetahui definisi dari Cyclospora cayetanensis 1.4.3 Dapat mengetahui taksonomi dari Cyclospora cayetanensis 1.4.4 Dapat mengetahui habitat dari Cyclospora cayetanensis 1.4.5 Dapat mengetahui siklus hidup Cyclospora cayetanensis 1.4.6 Dapat mengetahui penyebab yang ditimbulkan oleh Cyclospora cayetanensis pada suatu penyakit 1.4.7 Dapat mengetahui gejala yang ditimbulkan dari Cyclospora cayetanensis 1.4.8 Dapat mengetahui akibat yang ditimbulkan dari Cyclospora cayetanensis 1.4.9 Dapat mengetahui langkah-langkah pencegahan perkembangan Cyclospora cayetanensis
5
BAB II PEMBAHASAN
2.2
Sejarah Cyclospora cayetanensis Beberapa kasus awal infeksi Cyclospora telah dicatat pada tahun 1980-
an, ketika epidemik AIDS muncul dan Cryptosporidium diidentifikasi sebagai salah satu infeksi oportunistik yang paling penting diantara populasi pasien AIDS. Laporan pertama kali yang dipublikasikan dari infeksi Cyclospora pada manusia dapat diperkirakan pada tahun 1979. Ashford menjelaskan organisme coccidian menyebabkan diare pada dua anak dan seorang wanita di Papua Nugini dan dihasilkan bahwa mereka diperkirakan coccidian dari jenis Isospora. Pada tahun 1986 pada suatu penelitian menjelaskan empat wisatawan yang kembali dari Meksiko dan Haiti dengan penyakit seperti flu dan memberi kesan bahwa agen penyebabnya merupakan patogen enterik baru. Pada laporan berikutnya Cyclospora dijelaskan sebagai tubuh seperti coccidian (CLB), tubuh seperti Cyanobacterium, alga hijau-biru atau Cryptosporidium besar. Pada tahun 1989, 53 kasus dari infeksi CLB di Peru dan menghasilkan bahwa CLB merupakan flagellata yang tidak diketahui. Pada awal 1990-an dijelaskan alga hijau – biru merupakan agen penyebab diare yang parah di berbagai tempat yakni Meksiko, Amerika Selatan, India, Asia Tenggara dan di Nepal. Observasi yang telah dilakukan pada bentuk seperti bola, tidak memiliki banyak organel dan membran, namun struktur lamellar mirip dengan kloroplast. Pada tahun 1991 dan 1992, orgaisme ini merupakan organisme yang mampu menginfeksi manusia
dan
termasuk
dalam
genus
Cyclospora.
Di
laporan
yang
dipublikasikan pada tahun 1993 dan 1994, nama Cyclospora cayetanensis diusulkan. Etimologi dari nama trivialnya merupakan turunan dari Universitas Peruvian Cayetano Heredia, dimana universitas tersebut mempelajari tentang berbagai koleksi spesimen Cyclospora. Di tahun berikutnya, analisa filogenetik molekuler dari subunit kecil (SSU) RNAr dimasukkan bahwa Cyclospora merupakan parasit yang hubungannya dekat dengan genus Eimeria. Semenjak itu, lebih dari 400 artikel dipublikasikan mengenai Cyclospora.1
6
2.2
Definisi dan Taksonomi Cyclospora cayetanensis Cyclospora cayetanensis adalah protozoa yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan primata lain.2 Secara morfologi umum, C. cayetanensis mempunyai ookista yang berbentuk spherical yang diameternya antara 7,5 – 10 micrometer dan juga memiliki tebal dinding 50 nanometer dengan bagian luarnya terlapisi benang atau ulir yang disebut “wrinkle” atau kerut oleh beberapa peneliti. Cyclospora cayetanensis adalah sejenis protozoa dalam buah segar dan termasuk mikroorganisme yang banyak berpindah tempat melalui transaksi ekspor-impor.3 Resiko kesehatan penyakit ini biasanya terjadi pada pengunjung dewasa yang mengunjungi wilayah endemik dan mengalami infeksi: oleh sebab itu C. cayetanensis disebut penyebab "diare pelancong".2 Cyclospora cayetenensis merupakan mikroorganisme mikroskopik, termasuk jenis protozoa parasit usus yang untuk pertama kali dilaporkan pada 1979 telah diketahui sebagai cyanobacterium-like (bakteri sianida), coccidia-like (bakteri berbentuk kokus), dan sebagai Cyclospora-like bodies (bakteri yang menyerang
tubuh
manusia).
C.
cayetanensis
telah
diketahui
dapat
menyebabkan infeksi pada pencernaan manusia (biasa disebut cyclosporiasis), dimana kasus tersebut pernah meningkat di daerah Amerika Serikat dan Kanada.1
Domain
Eukariotik
Kingdom
Chromalveolata
Superphylum
Alveolata
Phylum
Apicomplexa
Class
Conoidasida
Subclass
Coccidiasina
Orde
Eucoccidiorida
Suborde
Eimeriorina
Family
Eimeriidae
Genus
Cyclospora
7
Species
C. cayetanensis
Nama binomial
Cyclospora cayetanensis
Nama Cyclospora cayetenensis diberikan pada tahun 1996. Kemudian pada 1997, seorang peneliti memberikan sinonim pada spesies ini yaitu Cryptosporidium cayetanensis.5
Gb. Ookista C. cayetanensis 10 mikrometer Cara Mengetahui Adanya Cyclospora cayetanensis Sampel yang diduga mengandung Cyclospora dapat diperiksa dengan menggunakan mikroskop, teknik deteksi molekuler atau studi sporulasi. Sampel dapat disimpan dalam kalium dikromat 2,5% untuk sporulasi atau deteksi molekul; dalam formalin 10% untuk metode mikroskopi langsung, metode konsentrasi, dan pewarnaan; atau dapat juga dibekukan untuk pengujian molekuler dan untuk penyimpanan jangka panjang. 4 Beberapa sampel feses dari orang yang sama selama interval 2-3 hari dapat digunakan untuk meningkatkan pendeteksian infeksi dengan jumlah ookista yang sedikit. Ookista Cyclospora dapat diobservasi pada preparat basah dengan mikroskop cahaya atau mikroskop epifourescence. Kotoran (tinja)
yang
dijadikan
sampel
dapat
diwarnai
dan
kemudian
diamati
menggunakan mikroskop cahaya atau dengan analisis molekul menggunakan sampel beku atau sampel yang disimpan dalam kalium dikromat. 4 Keahlian dalam identifikasi Cyclospora telah menjadi tantangan sejak awal 1990-an. Selama tahun 1993 sampai 1998, di Inggris, 58% laboratorium yang berpartisipasi dalam identifikasi sampel yang positif mengandung
8
Cyclospora menggunakan preparat basah; 42% melaporkan “the wrong parasite” atau tidak ada parasit sama sekali.4 a. Metode dengan Mikroskop Cahaya Cyclospora dapat diidentifikasi dengan mikroskop “phasecontrast” atau dengan mikroskop “bright-field” selama pemeriksaan spesimen untuk telur dan parasit. Ookista berukuran 8-10 mikrometer. Ookista jika dikeluarkan berbentuk spherical (bulat) dengan morula di pusat (gambar A). Jika sampel disimpan pada suhu 23 hingga 30° C selama 7 sampai 15 hari, ookista akan membedakan menjadi ookista yang bersporulasi yang memiliki dua sporokista (gambar B).4
Gb. Ookista Cyclospora yang tidak bersporulasi4
Gb. Ookista Cyclospora yang bersporulasi4 Lebih lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut : 6 Cyclospora cayetanensis (from a human; Lima, Peru)
9
unsporulated oocysts in sporont (contracted cytoplasm) stage oocysts average about 9.0 micrometers in diameter
sporulated oocysts oocysts average about 9.0 micrometers in diameter
Seperti coccidia yang lain (Eimeria, Toxoplasma, Isospora, dsb) pada ookista Cyclospora dapat dilakukan pemeriksaan dengan autofluoresce putihbiru (pewarnaan putih-biru) di bawah mikroskop epifluorescence, menggunakan eksitasi 330-380 DM filter, atau green fluorescent (pewarnaan hijau) saat menggunakan eksitasi filter 450-490 DM (Gambar C). Intensitas fluoresensi ookista mungkin dipengaruhi oleh kondisi waktu dan penyimpanan sampel fekal. Karakteristik ini telah digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis Cyclospora dan juga untuk memurnikan parasit yang ada pada sampel fekal manusia dengan sitometri. Deteksi fluoresensi juga telah disarankan sebagai alternatif yang berguna untuk skrining dalam jumlah sampel yang banyak jika terjadi wabah.4
10
Gb. Ookista dengan metode autofluoresce4 b. Metode Pewarnaan Pewarnaan ookista Cyclospora menggunakan cat MZN cepat-asam (MZN acid-fast stain). Beberapa ookista apabila dicek dengan senyawa ini berwarna merah tua, sedangkan yang lain bisa berwarna merah muda atau bahkan tidak berwarna sama sekali. Pewarnaan dengan safranin menghasilkan warna ookista yang seragam (98%) ketika fekal diolesi dengan cat dan dipanaskan dengan mikrowave (gambar D). Hasilnya juga sama jika dikenai perlakuan pemanasan pada suhu 85° C selama 5 menit menggunakan penangas air. Pewarnaan yang lain yang digunakan dalam pendeteksian parasit seperti Giemsa, trichrome, dan pewarnaan Gram-chromothrope, tidak untuk pewarnaan ookista Cyclospora.4
Gb. Ookista Cyclospora metode Pewarnaan safranin4 c. Metode Molekul Prinsip metode ini ialah menggunakan PCR pada gen RNAr 18S (posisi 685-978) yang dikembangkan oleh Relman et al. dan telah digunakan secara luas untuk memeriksa spesimen klinis dalam pengaturan yang berbeda dan
11
selama proses penyelidikan. Produk yang mengandung 300 basis tidak dapat membedakan Cyclospora dengan spesies Eimeria. Pencernaan produk yang diperkuat (the amplified products) dengan menggunakan enzim restriksi MnlI (PCR-fragmen panjang restriksi polimorfisme [PCR-RFLP]) diikuti dengan visualisasi oleh gel elektroforesis menghasilkan pola yang dapat membedakan dua spesies parasit ini. Dibandingkan dengan tes mikroskop konvensional, PCR merupakan alat diagnostik yang lebih sensitif.4 Dalam suatu penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap ookista Cyclospora dengan metode yang berbeda-beda namun dengan sampel yang sama. Sampel yang digunakan adalah sampel tinja dari 140 anak dengan diare; 17,8% adalah positif dengan pewarnaan Kinyoun, 22,2% adalah positif dengan autofluorescence; 22,9% adalah positif dengan sporulasi, dan 25% adalah positif dengan PCR. Penggunaan nukletida tunggal dari RNAr 18S, pada salah seorang anak yang diduga koinfeksi dengan strain Cyclospora yang bukan di manusia.4 Penggunaan MZN dan metode pewarnaan modified acid-fast trichrome (MAFT) diikuti dengan penggabungan metode menggunakan epifluorescence mikroskop, Cyclospora terdeteksi pada pasien dengan infeksi ringan (16%) sampai berat (60%). Penggunaan PCR dan real-time PCR (RT-PCR), Cyclospora diidentifikasi pada 100% kasus positif dan 20% dari kontrol.4 Lalonde dan Gajadhar menggambarkan tehnik PCR untuk mendeteksi ookista Cyclospora dengan menggunakan ITS2 DNA sebagai target. DNA diekstraksi menggunakan microkit QIAamp (Qiagen) dan DNeasy darah serta jaringan kit (Qiagen) yang mencakup 8 siklus proses beku-mencair dalam larutan buffer ATL dan diinkubasi dalam proteinase K yang diikuti oleh larutan buffer AL. Produk yang diperkuat dengan tes PCR adalah 116-bp segmen.4 d. Pengujian Serologis Tes serologis untuk paparan infeksi Cyclospora pada manusia belum tersedia. Namun, upaya untuk menentukan respon imun serologi dilakukan menggunakan
mikroskop
immunofluorescent-antibodi
(IFA).
Studi
awal
dilakukan di Cina untuk menentukan sel dan fungsi kekebalan humoral pada pasien yang terkena cyclosporiasis. Alat tes ookista digunakan pada kelinci
12
percobaan. Model hewan yang digunakan dan tes serologis perlu diuji ulang dan disahkan oleh ilmuan lain. Sebuah uji di Barat telah dikembangkan dan dapat
mengidentifikasi
penyembuahn
dari
fase
cyclosporiasis
akut.
Keterbatasan dari pengujian ini adalah jumlah ookista yang diperlukan banyak dan kurangnya model hewan untuk host Cyclospora yang dapat diperbanyak. 4 e. Metode Konsentrasi Ookista
Cyclospora
dapat
terkonsentrasi
sebelum
pengamatan
mikroskopis atau sebagai langkah utama dalam pemurnian parasit, dan sedimentasi etil asetat-formalin telah sering digunakan. Jika tujuannya untuk mengkonsentrasikan ookista supaya jelas, dilakukan modifikasi dari metode ini yaitu dengan penggantian formalim dengan larutan garam. Metode lain yang telah digunakan adalah dengan mengganti etil asetat dengan fekal CON-trate sistem. Setelah langkah ini, konsentrasi awal ookista juga dapat dimurnikan dengan menggunakan gradien sukrosa yang terputus-putus. Setiap kali ookista yang dimurnikan, biasanya diperlukan untuk tujuan penelitian, langkah pemurnian tambahan adalah dengan penggunaan klorida caesium. 4 Penggunaan konsentrasi lain pun telah dijelaskan. Yaitu dengan modifikasi air yang mengandung 0,563 mM H2Na2P2O7 dan 42,8 mM NaCl yang diikuti dengan gradien sukrosa putus-putus dengan diatrizoate meglumine (Renocal) dalam sukrosa 0,25 M menghasilkan ookista yang lebih jelas daripada penggunaan gradien sukrosa. Dalam sampel yang diawetkan dalam fiksatif SAF, direkomendasikan bahwa volume yang sama untuk sampel SAFtetap dan KOH 10% dikenakan untuk homogenisasi pusaran dan sentrifugasi dengan 0,85% larutan garam. Penambahan KOH menghasilkan jumlah ookista yang lebih besar daripada yang diperoleh dengan menggunakan sampel SAFtetap saja.4 Sebuah gradien Percoll dilaporkan mampu menggambarkan ookista yang lebih dari etil asetat dan gradien sukrosa. Metode Percoll ini terdirii dari larutan Percoll dan NaCl 1.5M dengan rasio pemberian larutannya 9:1. Sebuah gradien terputus kemudian disusun sesuai dengan volume yang sama dari larutan Percoll 60% sebagai lapisan atas, dengan larutan Percoll 77,7% di bagian bawah. Suspensi tinja kemudian ditempatkan di atas preparat. Larutan
13
Percoll disentrifugasi pada 250 g selama 15 menit. Dari sampel tersebut menghasilkan sampel yang lebih positif daripada sukrosa Sheather’s dan formol-eter. Penelitian ini juga bisa diaplikasikan untuk metode menunjukkan adanya parasit lain, seperti ookista Cryptosporidium, Giardia, dan Entamoeba dan ookista maupun kista protozoa lain.4
2.3
Habitat
Cyclospora
cayetanensis
Cyclospora merupakan mikroorganisme yang tidak tahan panas maka, potensi perpindahan patogen ini terjadi terutama pada transaksi pangan yang dikonsumsi segar seperti buah-buahan dan sayuran.3 Di Amerika Serikat, jumlah perkiraan kasus cyclosporiasis per tahun disebabkan oleh persebaran makanan penyebab penyakit (food-borne) sekitar 14.638 (dengan 4,1 % kasus disebabkan oleh parasit). Perkiraan ini dilakukan dari ketika banyak kasus cyclosporiasis yang telah dideteksi, kebanyakan diasosiasikan dengan hambatan yang penting. C. cayetanensis hadir dalam beberapa makanan yang menyebabkan makanan tersebut menjadi makanan penyebab penyakit (foodborne), makanan tersebut diantaranya raspberry, daun kemangi, biji kacang polong, apel. Kebanyakan makanan-makanan tersebut datang dari negara-negara yang endemik akan Cyclospora yang telah diimplikasikan pada kerusakan makanan-makanan ini. Tapi, banyak juga makanan-makanan
yang
belum
teridentifikasi
yang
terkontaminasi
mikroorganisme ini. Kasus ini terjadi di Amerika Serikat dan Kanada pada tahun 1996, dimana cyclosporiasis terjadi dengan pengonsumsian raspberry dengan prevalensi 0,05 dan juga terjadi pada pengonsumsian raspberry di Guatemala di 21-29 kasus. Cyclospora ini juga mengontaminasi air untuk pertanian pada tanaman-tanamannya.4 Raspberry juga diimplikasikan di Amerika Serikat pada 1997 dan di Georgia dan Pennsylvania pada 2000. Pada kasus Pennsylvania, kue pernikahan juga dapat menyebabkan penyakit ini dimana isian kuenya dengan raspberry yang terkontaminasi oleh Cyclospora. Pada kasus ini, raspberry dari jenis apa tidak diidentifikasikan. Satu ladang di Guatemala, satu di ladang Mexico dan beberapa ladang di Amerika Serikat dapat menunjukkan raspberry-
14
raspberry yang terkontaminasi, namun ladang di Guatemala diduga sebagai yang paling mungkin terkontaminasi karena hanya ladang raspberrynya saja yang terkena yang selanjutnya menjadi wabah Georgia. 4 Pada kasus isian raspberry pada kue yang dikenai keadaan beku, Cyclospora yang ada pada raspberry utnuk mengisi kue ternyata lebih tahan akan kondisi beku dibandingkan parasit yang lain. Atau dapat diindikasikan bahwa raspberry pada kondisi ini justru melindungi parasit Cyclospora.4 Pada tahun 1999, pasta salad ayam yang mengandung kemangi dan salad tomat kemangi juga terkait dengan kasus cyclosporiasis dalam dua peristiwa di Missouri. Dalam wabah ini, Cyclospora ditemukan dalam pasta salad ayam dan kemangi dengan PCR dan mikroskop. Produk segar yang juga terkena wabah ini di Amerika Serikat dan Kanada adalah kacang polong. Kacang polong yang ada dalam penyajian pasta salad diidentifikasi sebagai item makanan yang menyebar penyakit cyclosporiasis ini. 4 Pada tahun 2001, tercatat terjadi 17 kasus cyclosporiasis di British Columbia, Kanada. Pada penyelidikan dengan menggunakan case-control dilaporkan sebanyak 11 dari 12 (92%) kasus di Thailand mengkonsumsi kemangi yang terkontaminasi dan ternyata kemangi tersebut didatangkan dari Amerika Serikat.4 Iradiasi adalah pengendalian yang diharapkan dapat mengatasi masalah patogen dalam pangan segar tersebut. 3 Selain
mengkontaminasi
produk
pangan,
Cyclospora
ini
juga
mengkontaminasi air yang dikonsumsi manusia dalam beberapa kasus. Dilakukan sebuah penelitian yang menguji 27 sachet yang berisi air minum untuk manusia di Accra, Ghana. Ookista Cryptosporidium diteliti pada 63% dari 27 sachet, 59,3% mengandung ookista Cryptosporidium yang ditunjukkan dari kontaminasi fekal. Cyclospora juga diidentifikasi dalam 5 dari 12 sumber air yang digunakan untuk manusia konsumsi di daerah pedesaan dekat Guatemala.4 Dalam “Dakahlia Governorate”, di Mesir, 0,24% dari 840 sampel air minum yang disurvei terdapat ookista Cyclospora. Diagnosa dilakukan dengan menggunakan
pewarnaan
auramine-rhodamine.
Ziehl-Neelsen dimodifikasi
Meskipun
noda
15
tidak
spesifik
(MZN)
dan
noda
untuk
mendeteksi
Cyclospora dalam sampel, namun itu dapat memberikan indikasi potensial sumber kontaminasi Cyclospora.4 Infeksi yang paling mungkin adalah diperoleh dari konsumsi air yang tercemar. Di Pokhara, Nepal, wabah ditularkan melalui air yang terkontaminasi Cyclospora dimana 12 dari 14 tentara Inggris terserang diare. Air minum terdiri dari campuran sungai dan air kota mengandung klorin pada konsentrasi 0,3-0,8 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa klorinasi air berada di tingkat yang dapat diterima dan juga bakteri Coliform tidak terdeteksi dalam air ini. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan untuk menonaktifkan ookista Cyclospora. Ookista Cyclospora juga telah terdeteksi di sumber air minum di Guatemala, Nepal, dan Haiti.4 Sebagian besar informasi tentang penyebaran Cyclospora adalah dari wisatawan dan penduduk di daerah endemik akan protozoa ini, seperti Haiti, Guatemala,
Peru,
dan
Nepal.
Menariknya,
beberapa
laporan
mengidentifikasikan bahwa yang berkontribusi besar dalam hal ini adalah C. cayetanensis.3
2.4
Siklus hidup Cyclospora cayetanensis
16
7
Siklus hidup Cyclospora dimulai dengan menelan "sporulated" ookista (kista tahap tahan lingkungan). Sporulated ookista ini berisi 2 "sporocysts" (kista kecil dalam ookista tersebut), masing-masing disertai dengan 2 "sporozoit" (tahapan infektif; ookista masing-masing berisi total 4 sporozoit). Begitu di dalam usus, sporozoit keluar dari ookista sporocysts dan, akhirnya menembus sel epitel sepanjang usus kecil (jejunum). Sporozoit menjalani beberapa fase di dalam sel untuk membentuk "meronts," yang berisi banyak "merozoit." Pada reproduksi aseksual, yang memiliki 8-12 merozoit pertama dan kedua memiliki 4 merozoit. Generasi terakhir dari merozoit menembus selsel baru untuk membentuk gamet, yang juga dapat ditemukan di jejunum. Kebanyakan gamet hanya memperbesar untuk membentuk gamet betina, atau "macrogamete." Beberapa menjadi "microgametocytes," yang mengalami fase berganda untuk berbagai bentuk flagella sperma seperti "mikrogamet." Mikrogamet keluar microgametocyte tersebut, pupuk makrogamet, dan dinding
17
tahan ookista tersebut diletakkan di sekitar zigot. Ookista dari dinding usus bersama dengan sel inang dan masuk ke lingkungan eksternal dengan kotoran. Pengembangan lebih lanjut dari sporocysts dan sporozoit disebut "sporogony" atau "sporulasi" dan terjadi hanya di hadapan konsentrasi tinggi oksigen atmosfer. Sporulasi selesai dalam 7-12 hari pada suhu yang "hangat" ruang, misalnya di 30°C.
1
Siklus hidup Cyclospora hingga berada di dalam host dapat dilihat dari gambar berikut ini:
18
atau
Masa inkubasi dalam host sekitar 1 minggu dan penyakit bisa bertahan hingga enam minggu sebelum membatasi diri. Cyclospora dapat masuk ke epitel usus halus dan menyebabkan enteritis.8 19
2.5
Penyakit
yang
ditimbulkan
serta
faktor
resiko
dari
Cyclospora
cayetanensis Terdapat berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh spesies foodborne agent, dan salah satunya yang sering terjadi adalah diare atau bahkan diare akut. Berbagai spesies protozoa dan cacing dapat menimbulkan diare akut. Di negara-negara maju, parasit jarang menjadi penyebab diare akut, kecuali pada wisatawan. Cyclospora cayetanensis merupakan salah satu protozoa yang paling sering menimbulkan diare akut pada anak-anak. Diare akut adalah diare (defekasi dengan feses encer/berair sebanyak ≥ 3 kali sehari) yang berlangsung selama ≤ 14 hari. 9
pada orang yang terkena diare8 Dari pengamatan yang telah dilakukan dalam suatu penelitian selama satu tahun pada lembaga kesehatan di Guatemala, menunjukkan bahwa infeksi protozoa ini pada umumnya terjadi dalam musim semi, dan menyerang anakanak berusia 1,5 sampai 9 tahun, serta pada individu dengan penyakit gastroentritis. Dari 160 anak gastroentritis dalam range usia tersebut, diketahui terdapat 30 anak (19%) yang terinfeksi.10 Pada kebanyakan orang, diare akut ini berlangsung sekitar 9-43 hari. Pada anak-anak, rata-rata lamanya organisme berkembang biak adalah 23 hari. Diare pada orang yang imunokompeten bisa berlangsung lama tetapi dapat
sembuh
dengan
sendirinya.
Namun
pada
penderita
immunocompromised, diare ini akan berlangsung lebih lama, yaitu sekitar satu bulan jika tidak segera ditangani.
20
Individu
dengan
penyakit
immunocompromised,
seperti
limfoma,
transplantasi sumsum tulang, atau infeksi HIV berisiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi yang disebabkan oleh patogen usus dibandingkan individu sehat. Diare dilaporkan terjadi pada 60% dari pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) di negara-negara industri dan 95% pasien AIDS di negara-negara berkembang. Prevalensi diare akibat berbagai patogen tersebut pada pasien AIDS dilaporkan terus menurun dengan semakin luasnya pemberian terapi antiretroviral, walaupun diare masih sering dijumpai pada kelompok pasien tersebut. Cyclospora yang menjadi salah satu penyebab diare ini merupakan patogen di usus kecil. Gambaran klinis diare yang disebabkan oleh Cyclospora khas dengan lamanya yang rerata >3 minggu, disertai rasa letih dan lemah yang kuat.9 Selain diare akut, Cyclospora cayetanensis juga bisa menjadi penyebab kejang perut, anoreksia, kehilangan/ penurunan berat badan, serta mual dan muntah. Namun timbulnya penyakit ini tidak selalu diiringi dengan demam yang terjadi pada penderita, karena penyakit –penyakit tersebut disebabkan oleh parasit. Infeksi yang terjadi karena Cyclospora cayetanensis sering diasosiasikan dengan wisatawan mancanegara dan konsumsi produk impor. Konsumsi produk impor yang tidak diketahui kebersihannya dapat menjadi pembawa dari C.cayetanensis. Seperti kasus infeksi C.cayetanensis dalam buah raspberry impor yang ternyata sebelumnya telah terkontaminasi oleh air yang terdapat C.cayetanensis di dalamnya. Sehingga, selain penderita immunocompromised dan immunocompetent, wisatawan mancanegara yang berpergian ke negara tropis serta konsumen produk-produk impor merupakan subyek dengan faktor resiko terpapar C. Cayetaninsis yang lebih tinggi.10
2.6
Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Cyclospora cayetanensis Infeksi Cyclospora ditandai dengan anoreksia, mual, perut kembung,
kelelahan kram, perut, diare, demam ringan, dan penurunan berat badan. Kehadiran tanda-tanda klinis pada masing-masing daerah endemis berbeda, namun sering infeksi terjadi tanpa gejala terlebih dahulu. Anak-anak yang lebih
21
muda biasanya memiliki gejala klinis yang lebih parah. Di daerah yang endemik, infeksi cenderung menyerang anak-anak yang lebih tua dimana durasi infeksinya lebih pendek dan tingkat keparahannya tidak begitu tinggi. Seperti pada anak-anak muda, orang tua juga bisa terkena infeksi ini dengan disertai beberapa penyakit selain infeksi tersebut. Di daerah yang tidak endemik Cyclospora, infeksi hampir selalu disertai dengan gejala simtomatik dan beberapa laporan menyebutkan terjadi gejala klinis yang lebih dari satu. Seorang yang positif HIV sepulang dari Asia Tenggara menunjukkan gejala diare berair (mencret) yang berlebihan dan kelelahan. Namun, jarang kasus infeksi Cyclospora yang berujung pada kematian. Seorang pasien yang terinfeksi Cyclospora berusia 43 tahun mengalami diare dan demam secara bersamaan. Selama demam, pasien juga menderita serangan jantung. Hal itu mengindikasikan bahwa akibat yang ditimbulkan mungkin dapat menimbulkan beberapa komplikasi setelah infeksi Cyclospora menyerang tubuh dan hal ini berpotensi bisa menyebabkan disritmia ventrikel yang fatal. Gejala yang terkait dengan cyclosporiasis lebih parah di HIV / AIDS. Kerugian berat moderat (3,5 kg) adalah dilaporkan untuk non-AIDS (170, 171), sedangkan kerugian (7,2 kg) lebih berat pada pasien AIDS (171). Median Masa inkubasi sekitar 7 hari (68, 83), namun, rata-rata durasi diare untuk pasien HIVpositif adalah lebih lama dari itu untuk pasien HIV-negatif (masing-masing 199 hari dan 57,2 hari) (163, 172). Waktu di mana ekspatriat yang tidak diobati di Nepal disajikan dengan diare berada di 19-57 hari (171). Diare berlangsung lebih dari 3 minggu pada orang yang terjangkit infeksi Cyclospora pada pernikahan di Amerika Serikat (68). Frekuensi yang dilaporkan buang air besar pada orang imunokompeten dengan diare adalah 5 sampai 15 kali sehari. Selain hilangnya cairan peledak, D-xilosa malabsorpsi juga telah dilaporkan (44). Penyakit bilier juga telah dilaporkan setelah infeksi Cyclospora (50, 172). Kolesistitis Acalculous dilaporkan untuk HIV-positif dan AIDS asien (172, 196) dan diselesaikan setelah memulai pengobatan. Pasien ini disajikan dengan benar atas kuadran sakit perut dan fosfatase alkali tingkat tinggi (171). Koinfeksi dengan Cyclospora, Cryptosporidium, dan lain parasit telah dijelaskan
22
untuk imunokompeten dan immunocompromised individu (9). Guillain-Barre syndrome (GBS) (158) dan sindrom Reiter (41) juga telah dilaporkan setelah infeksi Cyclospora. Dalam kasus pertama, 18 jam setelah masuk pasien itu quadriparetic, areflexic, dan ventilasi mekanik. Bukti menyarankan Cyclospora akibat respon imun yang mengakibatkan GBS parah(158). Dalam kasus kedua, pasien memiliki cyclosporiasis dan alergi sulfa dengan demikian tidak dapat diobati dengan trimethoprim- sulfamethoxazole (TMP-SMX). Kemudian, pasien ini dikembangkan okular peradangan, oligoarthritis inflamasi, dan steril uretritis. Meskipun sindrom Reiter bisa memiliki menjadi kebetulan, penulis mengusulkan Cyclospora sebagai lain menular pemicu sindrom Reiter (41). Cyclospora
cayetanensis
menginfeksi saluran pencernaan
melalui
makanan dan air yang terkontaminasi atau dari kontak dengan kotoran. Gejala klinis yang timbul berupa diare cair (buang air lebih dari 6 kali perhari), kehilangan nafsu makan, perut kembung, kram, banyak flatus, sakit perut, muntah, mual, tidak nafsu makan, kejang abdomen, lelah dan penurunan berat badan, demam jarang terjadi. Gejala umumnya mulai sekitar 1 minggu (5-8 hari) setelah menelan ookista dan ini bisa bertahan selama sebulan atau lebih. Cyclospora masuk ke epitel usus halus dan menyebabkan enteritis. Usus kecil menjadi inflammed, dan parasit penyebab perubahan mukosa yang meliputi atropy vili dan hiperplasia crypt. Infeksi ringan dapat menghasilkan sedikit atau tidak ada tanda-tanda klinis .11
2.7
Akibat yang ditimbulkan oleh Cyclospora cayetanensis Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa Cyclospora cayetanensis
merupakan protozoa yang menyebabkan diare karena menginfeksi saluran pencernaan. Infeksi ini biasa disebut Cyclosporasis. Cyclospora cayetanensis paling sering menimbulkan diare akut pada anak-anak. Pada tahun 2005, di dekat desa untuk Ismir, Turki, ditemukan 30 kasus dengan gejala perut sakit, diare, dan mual pada anak usia sekolah. Di antara 191 penduduk setempat, 5% memiliki infeksi Cyclospora (22,8% pasien berusia di bawah 14 tahun). Infeksi yang paling mungkin adalah diperoleh dari konsumsi air yang tercemar. Di
23
Pokhara, Nepal, wabah ditularkan melalui air yang terkontaminasi Cyclospora dimana 12 dari 14 tentara Inggris terserang diare.4 Cyclospora menginfeksi usus kecil, terutama jejunum. Sembilan pasien yang mengalami sakit di saluran pencernaan yang disebabkan oleh Cyclospora di Nepal diperiksa secara endoskopik, dimana terdapat bukti histologis pada mereka yaitu adanya luka pada usus kecilnya. Lima dari sembilan pasien memiliki tingkat moderat yang ditandai dengan eritema pada duodenum distal. Ookista Cyclospora diamati pada aspirasi duodenum. Semua pasien memiliki peradangan akut tingkat ringan sampai sedang yang terjadi pada lamina propria, dan neutrofil (diamati pada 5 dari 9 kasus). Selain itu, peradangan kronis baik tingkat ringan atau sedang dialami pada semua sampel. Peningkatan plasma sel pada lamina propia juga diamati. 4 Pada infeksi akibat Cyclospora ini terjadi perubahan dari jaringan epitel termasuk fokus vakuolisasi yaitu dimana ujung-ujung vili di usus halus menghilang (lebih tepatnya menjadi rata atau tidak menonjol lagi) dari permukaan epitel dan juga terjadi perubahan sel-sel dari yang bentuk kolumnar menjadi kubus. Bentuk-bentuk jaringan ini menunjukkan tingkat ringan sampai moderat untuk fase keparahan atrofi vili parsial dan crypt hiperplasia, akibatnya vili-vili yang ada di usus menjadi tumpul (hampir rata, tidak menonjol lagi) dan daerah yang rata semakin luas. Oleh karena itu, mengakibatkan pencernaan tidak stabil dan akhirnya diare.4 Anehnya tidak ada vakuola parasit yang teramati selama pemeriksaan infeksi tersebut dalam salah satu bagian biopsi yang diperiksa. Pada tahun 1996, Deluol et al, mendeskripsikan adanya vakuola intracytoplasmic supranuclear yang berbentuk merozoit yang strukturnya seperti koma sebesar 6 – 8 pada pasien infeksi Cyclospora.4 Organisme ini hadir dalam lokasi supranuclear dari mukosa vili dan hadir di kriptus. Histologi pemeriksaan biopsi lambung, rektum, sigmoid dan melintang tidak ditemukan adanya organisme. Jadi, organisme parasit ini hanya hidup dan menginfeksi pada usus halus saja terutama yeyenum. Pada tahun 1997 dalam suatu penelitian ditunjukkan kehadiran stadium seksual dari organisme coccidian ini pada 17 pasien dengan infeksi Cyclospora. Kehadiran
24
tahap seksual dan aseksual di host yang sama mengindikasikan bahwa siklus kehidupannya yang dapat diselesaikan dalam satu host.4 Biopsi dari pasien-pasien ini menunjukkan edema dan infiltrasi difus dari mukosa vili oleh sel-sel inflamasi campuran. Sel-sel plasma dan limfosit-limfosit banyak yang muncul dan juga eosinofil di 4 dari 17 kasus. Pada tahun 1999, Connor dkk. mengamati tiga pasien dengan cyclosporiasis. Mereka melaporkan pada pasien-pasien ini terjadi akumulasi selubung mielin (MLM) antara dasar dan sisi enterosit. Dalam salah satu kasus, akumulasi selubung mielin muncul sesaat setelah infeksi, menunjukkan adanya inflamasi (peradangan) yang sedang berlangsung atau proses imunologi sedang berjalan.4 Masa inkubasi infeksi ini rata-rata 1 minggu. - Terhadap populasi yang rentan terkena infeksi C. cayetanensis: Rentang host yang dijadikan tempat hidupnya belum secara pasti ketahui, namun saat ini hanya manusia yang diketahui sebagai hostnya, dengan simpanse dan primata lainnya berpotensi sebagai hostnya pula. Infeksi oleh C. cayetanensis dimulai ketika partikel-partikelnya menginjeksi sel-sel epitel dari usus halus.4 Di negara-negara industri kebanyakan orang rentan terhadap infeksi. Kemungkinan populasi yang terkena penyakit ini adalah anak-anak atau orang tua. Di negara maju, cyclosporiasis telah diobservasi pada wisatawan (0,6%) atau ekspatriat yang mengunjungi negara endemik penyakit ini yaitu dengan cara melihat immunocompromised dan immunocompetent-nya. Orang dengan imun yang rentan, daya tahan tubuhnya tidak kuat, akan mudah terkena infeksi ini. Sementara di negara berkembang C. cayetanensis terdeteksi dalam 9,1 menjadi 13,6% dari kasus klinis antara ekspatriat, sebagai besar kasus menimpa orang dewasa. Infeksi diteliti pada musim hujan dimana feses mengandung 100 sampai 327.600 ookista Cyclospora per gram. Tingkat infeksi C. cayetanensis ini lebih rendah pada anak-anak sekolah yang diobservasi daripada kejadian infeksi per 19,3 orang per tahun.4 Pada daerah-daerah endemik, anak-anak lebih mungkin untuk terkena penyakit ini. Tingkat keparahan gejala dan durasi infeksi cenderung lebih ringan setelah terjadi infeksi berulang, karena lama-kelamaan infeksi tersebut bisa
25
mensugesti kekebalan tubuh dengan sendirinya. Anak-anak yang agak lebih tua dan orang dewasa mungkin resisten terhadap infeksi atau bahkan bisa tidak terkena infeksi tersebut. Orang yang positif mengidap HIV juga rentan dengan infeksi ini. Karena immunocompromised-nya tidak adekuat untuk melawan protozoa ini.4 Cyclospora telah dilaporkan menyerang anak-anak yang tinggal di pinggiran kota Trujillo, Peru. Prevalensi Cyclospora pada anak-anak ini (dari umur 1 sampai 9 tahun) adalah 13%. Nepal merupakan daerah endemik Cyclospora dan beberapa penelitian telah dilakukan di sana untuk lebih memahami epidemiologi dari Cyclospora ini. Antara tahun 1989 dan Juni 1991, diadakan penelitian dengan 964 sampel diperoleh dari wisatawan dan ekspatriat. Cyclospora diidentifikasi 108 (11%) orang mengalami infeksi dengan gejala gangguan gastrointestinal. Prevalensi Cyclospora di Nepal anak berusia 6 sampai 60 bulan juga mengalaminya yang ditandai dengan diare yaitu sebanyak 5%, sementara hanya 2% dari anak-anak tersebut yang tidak terkena cyclosporiasis.4
2.8
Pencegahan transmisi Cyclospora cayetanensis Setiap orang harus menyadari bahwa satu-satunya cara untuk
mencegah penyakit adalah menghindari kontak oral dengan produk yang terkontaminasi karena belum ada vaksinasi untuk cyclosporiasis. Makanan dan air harus dari sumber-sumber yang dapat dipastikan kebaikannya dan terawat. Cara terbaik untuk menghindari paparan Cyclospora adalah menghindari makanan yang tidak aman dari sumber kontaminan. Setiap makanan yang akan dimakan mentah, seperti memproduksi, harus dicuci dahulu dengan air yang benar-benar bersih sebelum digunakan atau dikonsumsi. Hal itu akan menurunkan, meskipun tidak akan menghilangkan risiko transmisi terhadap Cyclospora. Wisatawan yang datang ke negara miskin sumber daya atau daerah lain dengan sub-standar fasilitas pengolahan limbah cair yang rendah harus disarankan untuk mengikuti tindakan pencegahan yang dapat ditemukan di CDC "Buku Kuning," Kesehatan Informasi untuk Perjalanan Internasional.1
26
Risiko penyebarang cayetanensis C dari pasar atau dari fasilitas-fasilitas produksi (alat-alat produksi) bisa jauh berkurang apabila pedoman sanitasi dan kebersihan lingkungan yang dianjurankan oleh Food and Drug Administrasi diterapkan dengan tepat dan benar. Pedoman ini mencakup Kode Makanan FDA, Praktek-Praktek Pabrik yang baik untuk dewasa ini (Good Manufacturing Practices (cGMPs)) dan Standar Prosedur Pengoperasian Sanitasi, semua pedoman tersebut dapat dijadikan arahan dalam penangan makanan dan penyimpanannya. Informasi lebih lanjut juga dapat diperoleh dari situs Florida untuk
perusahaan
makanan
ritel,
yang
dapat
ditemukan
di
http://www.leg.state.fl.us/statutes.1 Menjaga higiene pada diri sendiri itu sangat penting. Banyak yang bisa dilakukan untuk higiene perorang yaitu salah satunya dengan mencuci tangan. Mencuci tangan yang benar sangat penting dalam menghindari transmisi dari berbagai penyakit-penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dan merupakan hal yang harus dipraktekkan oleh semua orang baik individu biasa maupun tenaga profesional (tenaga medis) untuk selanjutnya bisa menjaga sanitasi lingkungan umum.1 Penyebab utama penyakit bawaan makanan pada perusahaan ritel berasal dari rendahnya kebersihan pribadi (higiene perorangan), terutama dalam hal kurang tepatnya mencuci tangan. Baik higiene perorang maupun sanitasi lingkungan adalah faktor yang paling penting dalam mencegah foodborne disease. Tangan kotor bisa mencemari makanan. Meskipun tangan mungkin terlihat bersih, namun mikroorganisme yang menyebabkan penyakit terlalu kecil untuk dilihat. Oleh karena itu, setiap kali menyiapkan makanan, kontak dengan barang-barang yang bukan termasuk bagian dalam proses pengolahan makanan, maka harus segera mencuci tangan (kembali). Hal yang sama berlaku bahkan ketika memakai sarung tangan.1 Tidak ada aturan “belum lima detik” untuk makanan karena makanan yang sudah jatuh akan segera terkontaminasi dengan mikroorganisme yang tak terlihat oleh mata kita. Jutaan kuman dapat ditransfer melalui kontak. Berikut merupakan daftar saat-saat yang harus mencuci tangan, bahkan saat mengenakan sarung tangan:
27
Sebelum mengolah makanan, menyiapkan, atau melayani Sebelum menangani peralatan bersih-bersih atau dishware Setelah menggunakan kamar kecil; Setelah menyentuh wajah, luka; Setelah merokok, makan, atau minum; Setelah memegang daging mentah-terutama unggas; Setelah menyentuh peralatan yang tidak bersih, pakaian kotor, kain mengelap yang kotor, dll, serta Setelah mengumpulkan dan membuang sampah.1 Berikut cara mencuci tangan yang tepat, yaitu: 1. Basahi tangan dengan air hangat. 2. Gunakan
sabun
dan
cuci
tangan
selama
20
detik.
• Perhatikan daerah-daerah yang sulit dijangkau seperti lipatan bukubuku jari, antara lipatan buku jari, antara jari dan di bawah jari kuku • Sertakan pergelangan tangan di akhir proses caranya sama seperti mencuci tangan biasa. 3. Cuci bersih lalu keringkan dengan kertas atau handuk sekali pakai.3 Ada beberapa cara lain untuk meminimalkan risiko transmisi foodborne disease, yaitu: 1. Gunakan dan minum air murni (air perkotaan, air mineral dalam botol, dll), terutama ketika mengunjungi negara-negara berkembang atau di mana persediaan air sanitasinya masih di bawah tingkat sanitasi yang seharusnya. Bila perlu botol air mineral dimurnikan dengan cara direbus. 2. Mengupas, memasak, atau mencuci dahulu buah-buahan dan sayuran, bahkan salad yang dikemas pun sebelum disajikan atau sebelum pengolahan. Untuk pengolahan, hanya menggunakan air minum dari pasokan air kota bukan sungai apalagi sungai yang tercemar limbah industri. 3. Jangan gunakan pupuk kandang yang bukan pupuk khusus untuk buah dan sayuran. Program Nasional Organik USDA menetapkan peraturan mengenai waktu tabel yang terkait dengan pupuk kompos.
28
4. Aplikasi limbah lumpur untuk tujuan pertanian juga diatur oleh Kode Federal Peraturan. 5. Iradiasi mungkin bisa menghilangkan parasit Cyclospora dari produk segar; memungkinkan diterapkan pada langkah produksi produk segar.1
Bila sudah terlanjur terkena infeksi Cyclospora, maka yang dapat dilakukan adalah pengobatan, berikut adalah pengobatan yang dapat dilakukan: Cyclosporiasis dapat di obati dengan memberikan obat trimetroprim (TMP)-sulfametoksazol (SMX) selama 7 hari (untuk orang dewasa, 160 mg TMP plus 800 gram SMX dua kali sehari; untuk anak-anak, 5 mg/kg TMP ditambah 25mg/kg SMX dua kali sehari). Pada penderita yang tidak diobati, penyakit ini dapat berlangsung dalam waktu yang lama, dengan gejala yang hilang timbul.
29
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Cyclospora cayetanensis adalah protozoa yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan primata lain. Protozoa ini sering terdapat dalam buah segar. Sifatnya yang mudah berpindah tempat baik ekspor maupun impor maka mengakibatkan protozoa ini mudah berkembang, terutama pada wilayah yang endemik. Berbagai metode dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya Cyclospora dalam suatu tempat maupun bahan makanan. Cyclospora sifatnya tidak tahan panas sehingga potensi perpindahan patogen terutama pada transaksi pangan yang dikonsumsi segar seperti buahbuahan dan sayuran. C. cayetanensis terdapat dalam beberapa makanan yang menyebabkan makanan tersebut menjadi makanan penyebab penyakit (foodborne), makanan tersebut diantaranya raspberry, daun kemangi, biji kacang polong, apel. Selain itu, Cyclospora juga mengkontaminasi air untuk pertanian pada tanaman-tanamannya. Penyakit yang ditimbulkan oleh spesies foodborne agent ini, salah satunya yang sering terjadi adalah diare. Selain diare; kejang perut, anoreksia, kehilangan/ penurunan berat badan, serta mual dan muntah merupakan akibat yang ditimbulkan dari adanya Cyclospora ini. Infeksi Cyclospora ditandai dengan anoreksia, mual, perut kembung, kelelahan kram, perut, diare, demam ringan, dan penurunan berat badan. Gejala yang ditimbulkan dari Cyclospora ini berbeda, baik pada daerah endemik maupun nonendemik. Infeksi ini terjadi pada saluran pencernaan, dan disebut dengan Cyclosporiasis. Pencegahan yang dapat dilakukan yakni dengan menjaga higiene dan sanitasi diri sendiri, dan menghindari makanan dan minuman dari sumber kontaminan.
30
3.2
Saran Agar tidak terkena infeksi Cyclospora cayetanensis, maka jaga
kebersihan (higiene dan sanitasi) dalam segala hal, terutama dari makanan dan minuman yang akan dikonsumsi. Lakukan cara-cara untuk meminimalkan risiko terkenanya infeksi dari berbagai foodborne disease, salah satunya hindari sumber kontaminan foodborne agent ini. Bila sudah terkena infeksi maka lakukan pengobatan secepatnya.
31
DAFTAR PUSTAKA 1. Gerald S, Keith R. S, Renée M. G, Mike M, and Rajya S. Preventing Foodborne Illness: Cyclospora cayetanensis (online). 2012. (cited: 2012 April 28). Available from: http://edis.ifas.ufl.edu/fs130 2. Jimmy, E. S. Cyclospora cayetanensis. (update: 2011 Mei; cited: 2012 Mei 6).
Available
from:
http://jimmy-zone.blogspot.com/2011/09/cyclospora-
cayetanensis.html#!/2011/09/cyclospora-cayetanensis.html 3. Dewanti, Ratih,. Hariyadi. Emerging Pathogen dalam Industri Pangan (online).
(cited:
2012
Mei
06).
Available
from:
http://www.foodreview.biz/preview.php?view2&id=55886 4. Ortega, Ynes R, and Sanches Roxana. Update on Cyclospora cayetanensis, a Food-Borne and Waterborne Parasite. Clinical Microbiology Reviews. 2010 Januari: 23(1); 14-1. 5. Steve J. Upton. Cyclospora cayetenensis (online). 2001 (update: 2001 Oktober 11; cited: 2012 April 28). Available from:
http://www.k-
state.edu/parasitology/cyclospora/cyclospora.html 6. S.J. Upton. Animal Parasitology (online). (cited : 2012 April 29). Available from URL : http://www.kstate.edu/parasitology/625tutorials/Apicomplexa10.html 7. Life cycle of Cyclospora cayetanensis (online). (cited : 6 Mei 2012). Available from
URL
:
http://www.pathobio.sdu.edu.cn/sdjsc/parasiteimages/cyclospora_lifecycle.ht ml 8.Hastomo.DIARE YANG DISEBABKAN OLEH CYCLOSPORA (online). (update 29 Maret 2011; cited : 2012 April 29). Available from URL : http://hastomodjogja.blogspot.com/ 9. Eppy. Diare Akut. SMF Penyakit Dalam RSUP Persahabatan. Jakarta artikel 10. Barbara L. Herwaldt. Cyclospora cayetanensis: A Review, Focusing on the Outbreaks of Cyclosporiasis in the 1990s. Division of Parasitic Diseases, Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta, Georgia
32
11. Cyclospora cayetanensis (online). (cited 2012 May 05). Available from URL: http://akukamupintar.blogspot.com/2011/10/cylospora-cayetanensisblastocystis.html.
33