MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
Di buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa Dosen pengampu : RENI CIPTO PAMUNGKAS, S.Kep, Ns. Di susun Oleh : Kelompok 1 1. ADITYA NUGROHO 2. ALVI NURUL HIDAYAH 3. CENDEKIA ISRA TESTIANA 4. CHEPTIANA WULAN 5. DHIMAS MAYLIANA P. 6. M. MAHFUD 7. WINDA LISTIANI 8. YUDHI REZA SATRIA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA (STIKES BHAMADA ) PROGRAM STUDI PROFESI NERS Jalan. Cut Nyak Dhien No. 16 Kalisapu Slawi
2013/2014 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Inayah kepada semua hambaNya. Salawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan kerabat beliau hingga akhir jaman. Alhamdulillah karena berkat Rahmat Allah-lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berkaitan dengan “ Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi ” sebagai tugas berstruktur mata kuliah Keperawatan Jiwa. Selama penyusunan makalah ini kami selaku penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, terutama dari Ibu Reni Cipto Pamungkas, S.Kep., Ns. , selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami persembahkan kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Dan semua pihak yang telah ikut andil dan terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu penulisan makalah ini, yang mana tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami hanya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua, khususnya di bidang Keperawatan. Slawi, 9 Desember 2013
Penulis
2
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif dan delirium. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempresepsipkan sesuatu yang sebenarnya tidakterjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca ondera tanpa stimulus eksteren persepsi palsu. Salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien ( Stuart, 2009 ). Perubahan persepsi tentang halusinasi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan
antara
rangsang
yang
timbul
dari
sumber
internal
seperti
pikiran,perasaan, dan sensasi somatic dengan inpuls dan stimulus external. Manusia pada dassarnya masih mempunyai kemampuan dan membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataan. Mereka dalam menggunakan proses fikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan memvalidassikan serta mengevaluasisecara akurat ( Nasution, 2003) B.
Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi.
2.
Tujuan Khusus a.
Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan halusinasi
b.
Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan halusinasi
c.
Mampu
membuat
diagnose
keperawatan,
rencana
keperawatan,
implementasi keperawatan pada klien dengan halusinasi d.
Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
3
BAB II TINJAUAN TEORI
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI A.
Masalah utama Perubahan sensori perseptual : halusinasi.
B.
Proses terjadinya masalah 1.
Pengertian Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada ( Keliat & Akemat, 2010 ). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).Klien memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Farida, 2010). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas.(Sunaryo, 2004). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada rangsangan dari luar ekternal.
4
Tanda dan Gejala: a.
Bicara, senyum, tertawa sendiri
b.
Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata.
c.
Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
d.
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
e.
Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
f.
Sikap curiga dan saling bermusuhan.
g.
Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
h.
Menarik diri menghindar dari orang lain.
i.
Sulit membuat keputusan.
j.
Ketakutan.
k.
Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias yang rapi.
2.
l.
Mudah tersinggung, jengkel, marah.
m.
Menyalahkan diri atau orang lain.
n.
Muka marah kadang pucat.
o.
Ekspresi wajah tegang.
p.
Tekanan darah meningkat.
q.
Nafas terengah-engah.
r.
Nadi cepat
s.
Banyak keringat.
Jenis Halusinasi Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain : a.
Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 % Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b.
Halusinasi penglihatan (Visual) 20 % Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c.
Halusinasi penghidu (olfactory) Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu 5
bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. d.
Halusinasi peraba (tactile) Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e.
Halusinasi pengecap (gustatory) Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f.
Halusinasi sinestetik Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g.
Halusinasi Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3.
Fase Halusinasi Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase halusinasinya).Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel. Tabel 1 Fasetingkat Halusinasi (Stuart &Laraira, 2005) Halusinasi FASE 1
Karakteristik Klien mengalami perasaan
Perilaku Klien Tersenyum dan tertawa
Comforting
seperti ansietas, kesepian,
tidak sesuai menggerekan
Ansietas sebagai rasa bersalah dan takut
bibir tanpa suara
halusinasi
mencoba untuk befokus
mengegerkan mata yang
menyenangkan
pada pikiran menyengkan
cepat dan respon verbal
untuk meredakan ansietas
yang lambat jika
individu mengenal bahwa
Sedang asik sendiri
pikiran-pikiran dan
meningkat tanda-tanda
pengalaman sensor berada
sarat otonomi
dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani FASE II
psikotik. Pengalaman sensasi
Ansietas seperti
Complementing
menjijikan dan
peningkatan denyut
Ansietas berat
menakutkan,klien mulai
jantung pernafasan dan
halusinasi
lepas kendali dan mungkin
tekanan darah, rentang 6
memberatkan
mencoba untuk mengambil
perhatian menyempit asik
jaraknya dengan sumber
dengan penglaman sensori
yang dipersepsikan klien
dan kehilangan
mungkin mengalami
kemampuan membedakan
pengamalan sensori dan
halusinasi dan realita
menarik diri dari orang lain, FASE III
psikotik ringan Klien berhenti
Kemampuan dikendalikan
Controling
menghentikan perlawanan
halusinasi akan lebih
Ansietas berat
terhadap halusinasi dan
ditakuti, kerusakan
pengalamn
menyerah pada halusnasinya berhubungan
sensorsi menjadi
menjadi menarik, klien
dengan orang lain, rentang
berkuasa
mengalami pengalaman
perhatian hanya beberapa
kesepian jika sensori
detik / menit adanya tanda-
halusinasinya berhenti
tanda fisik ansietas berat
psikotik
berkeringat, tremor, tidak mampu memahami
FASE IV
peraturan. Pengalaman sensori menjadi Perilaku tremor akibat
Conquering
mengancam jika klien
panik, potensi kuat
panik
mengikuti perintah
suicida / nomicide aktifitas
Ansietas panik
halusinasi berakhir dari
merefleksikan halusinasi
pengalaman
beberapa jam / hari jika
perilaku isi, seperti
sensori
intervensi terapeutif psikoti
kekerasan, agitas menarik
menaklukan
berat.
diri katafonici, tidak mampu merespon terhadap pemerintah, yang komplek tidak mampu berespon lebih dari satu orang
4.
Penyebab Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi. Tanda dan gejala : 7
a.
b.
c.
d.
5.
Aspek fisik : •
Makan dan minum kurang
•
Tidur kurang atau terganggu
•
Penampilan diri kurang
•
Keberanian kurang
Aspek emosi : •
Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
•
Merasa malu, bersalah
•
Mudah panik dan tiba-tiba marah
Aspek sosial •
Duduk menyendiri
•
Selalu tunduk
•
Tampak melamun
•
Tidak peduli lingkungan
•
Menghindar dari orang lain
•
Tergantung dari orang lain
Aspek intelektual •
Putus asa
•
Merasa sendiri, tidak ada sokongan
•
Kurang percaya diri
Akibat Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain. Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku : Tanda dan gejala : 1)
Muka merah
2)
Pandangan tajam
3)
Otot tegang
4)
Nada suara tinggi
5)
Berdebat
6)
Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang. 8
C.
Pohon Masalah Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Halusinasi Menarik diri
D.
Akibat Core Problem Penyebab
Masalah keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji 1.
2.
Masalah keperawatan a.
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b.
Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c.
Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji a.
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data Subyektif : •
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
•
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jikasedang kesal atau marah.
•
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif : •
Mata merah, wajah agak merah.
•
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
b.
•
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
•
Merusak dan melempar barang-barang.
Perubahan sensori perseptual : halusinasi Data Subjektif : •
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
•
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
•
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
•
Klien merasa makan sesuatu
•
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
•
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
•
Klien ingin memukul/melempar barang-barang
9
Data Objektif : •
Klien berbicara dan tertawa sendiri
•
Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
•
Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
• c.
Disorientasi
Isolasi sosial : menarik diri Data Subyektif : •
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif : •
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
E.
F.
Diagnosa Keperawatan a.
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
b.
Isolasi sosial : menarik diri
Rencana Keperawatan Diagnosa I
: Perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan khusus : 1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi seanjutnya Tindakan : 1.1
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara : a.
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b.
Perkenalkan diri dengan sopan
c.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d.
Jelaskan tujuan pertemuan
e.
Jujur dan menepati janji
f.
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 10
g. 2.
Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
Klien dapat mengenal halusinasinya Tindakan : 2.1
Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2
Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolaholah ada teman bicara
2.3
Bantu klien mengenal halusinasinya a.
Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b.
Apa yang dikatakan halusinasinya
c.
Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
2.4
d.
Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e.
Katakan bahwa perawat akan membantu klien
Diskusikan dengan klien : a.
Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b.
Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5
Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3.
Klien dapat mengontrol halusinasinya Tindakan : 3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll) 3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian 3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi: a.
Katakan “ saya tidak mau dengar”
b.
Menemui orang lain
c.
Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d.
Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap 3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih 3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil 3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi 4.
Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya 11
Tindakan : 4.1
Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2
Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah): a.
Gejala halusinasi yang dialami klien
b.
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
c.
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d.
Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5.
Klien memanfaatkan obat dengan baik Tindakan : 5.1
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum obat
5.2
Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3
Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat yang dirasakan
5.4
Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
Diagnosa II
: isolasi sosial menarik diri
Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi Tujuan khusus : 1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1.1
Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
1.2
Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
1.3
Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2.
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan : 2.1
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya 12
2.2
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.3
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul
2.4 3.
Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Tindakan : 3.1
Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain a.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b.
Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c.
Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2
Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain a.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b.
Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c.
Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4.
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Tindakan : 4.1
Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2
Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : •
K–P
•
K – P – P lain
•
K – P – P lain – K lain
•
K – Kel/Klp/Masy
4.3
Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4
Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5
Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6
Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan 13
4.7 5.
Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Tindakan : 5.1
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
5.2
Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain
5.3
Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6.
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga Tindakan : 6.1
6.2
6.3
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : •
Salam, perkenalan diri
•
Jelaskan tujuan
•
Buat kontrak
•
Eksplorasi perasaan klien
Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : •
Perilaku menarik diri
•
Penyebab perilaku menarik diri
•
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
•
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
6.4
Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu
6.5
Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
14
DAFTAR PUSTAKA Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya : Airlangga Universitas Press Stuart & Laraia. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition. Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA Stuart, GW.( 2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to Psychiatric Nursing Alih bahasa Kapoh. Jakarta: EGC Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
15
STRATEGI PELAKSANAAN PSIKOTERAPEUTIK PASIEN DENGAN HALUSINASI PADA PERTEMUAN I A.
Masalah Utama : Halusinasi Nama Pasien
: Tn. D
Tanggal SP
: 8 Desember 2013
Pertemuan
: Pertama
Kondisi Pasien
:
•
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
•
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
•
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinyatidak jelas serta melihat setan-setan.
B.
Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
C.
Tujuan
D.
1.
Tujuan umum
: Pasien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan
2.
Tujuan khusus
:
a.
Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b.
Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c.
Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
Strategi Pelaksanaan SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrolhalusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi 1.
Fase orientasi 1)
Salam terapeutik Selamat pagi Bapak perkenalkan nama saya Sinta Damayanti. Saya biasa dipanggil Sinta, saya dinas pagi dari jam 07.00 sampai siang nanti jam 14.00. Kalau boleh kenalan nama Bapak siapa ? Suka dipanggil apa ? Wah bagus sekali namanya.
2)
Evaluasi / Validasi Sudah berapa lama Bapak di sini ? Apakah Bapak masih ingat siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Bapak saat ini? Apa keluhan Bapak saat ini ?
16
3)
Kontrak Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini Bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit ?
2.
Fase kerja Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu ? Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”
3.
Fase Terminasi a.
Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi ?
b.
Evaluasi obyektif Bapak tadi sudah melakukan latihan mengontrol halusinasi dengan cara mengusir suara yang bapak dengar, sekarang coba Bapak lakukan latihan lagi saya mau lihat.
c.
Rencana tindak lanjut Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebutyang telah saya ajarkan tadi, atau jika dengan teknik tersebut tidak berkurang Bapak bisa memanggil perawat yang ada di sini.
d.
Kontrak bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang 17
kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya” SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara keduabercakap-cakap dengan orang lain 1.
Fase Orientasi a.
Salam terapeutik Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?
b.
Evaluasi / validasi Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya ? Bagus !
c.
Kontrak Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
2.
Fase Kerja Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suarasuara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suarasuara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
3.
Fese Terminasi a.
Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini?
b.
Evaluasi obyektif Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi.
c.
Rencana tindak lanjut Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul!
d.
Kontrak Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? 18
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi” SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal 1.
Fase Orientasi a.
Salam terapeutik Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?
b.
Evaluasi / validasi Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus !
c.
Kontrak Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.
2.
Fase Kerja Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
3.
Terminasi a.
Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara?
b.
Evaluasi obyetif Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara.
c.
Rencana tidak lanjut Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
19
d.
Kontrak Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.
SP 4 Pasien 1.
: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Fase Orientasi a.
Salam teraupetik Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?
b.
Evaluasi / validasi Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat?
c.
Kontrak Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
2.
Fase Kerja: Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suarasuara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HLP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
20
3.
Fase Terminasi a.
Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
b.
Evaluasi obyektif Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan!
c.
Rencana tindak lanjut Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang.
d.
Kontrak Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga 1.)
Tujuan
: 1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun di rumah 2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
2)
Tindakan Keperawatan Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah: a.
Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
21
b.
Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
c.
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
d.
Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien
Strategi pelaksanaan pada klien dengan halusinasi keluarga SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi. 1.
Fase Orientasi a.
Salam teraupetik “Selamat pagi Bapak/Ibu!. Saya yudi perawat yang merawat Bapak”
b.
Evaluasi / validasi “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
c.
Kontrak “Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang Ibu bisa berikan.” “Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
2.
Fase Kerja “Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?” “Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya. ”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab” “Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.” “Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.” ”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Caracara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
22
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersamasama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!” ”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suarasuara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan” ”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut. Bapak
sudah saya ajarkan cara menghardik
halusinasi”. ”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak, katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak” ”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan” ”Bagus Bu” 3.
Fase Terminasi a.
Evaluasi subyektif “Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi Bapak?”
b.
Evaluasi obyektif “Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
c.
Rencana tindak lanjut ”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
d.
Kontrak ”Jam berapa kita bertemu? Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
23
SP 2 Keluarga : Melatih
keluarga praktek
merawat pasien
langsung
dihadapan pasien 1.
Fase Orientasi a.
Salam teraupetik “Selamat pagi. Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”
b.
Evaluasi / validasi ”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
c.
Kontrak ” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak”. ”mari kita datangi bapak”
2.
Fase Kerja ”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyumsenyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga
3.
Fase Terminasi a.
Evaluasi subyektif “Bagaimana perasaan Ibu
setelah mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan Bapak?” b.
Evaluasi obyektif ”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak mengalami halusinasi”.
c.
Rencana tindak lanjut “bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan harian Bapak.
24
d.
Kontrak Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”
SP 3 Keluarga : 1.
Menjelaskan perawatan lanjutan
Fase Orientasi a.
Salam teraupetik “Selamat pagi Bu
b.
Evaluasi / validasi Sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk membicarakan jadual bapak selama dirumah”
c.
Kontrak “Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu. Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
2.
Fase Kerja “Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”
3.
TERMINASI “Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat bapak. Bagus (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”
25
STRATEGI PELAKSANAAN PSIKOTERAPEUTIK PASIEN DENGAN MENARIK DIRI PADA PERTEMUAN I A.
Masalah utama : Menarik diri Nama Pasien
: Tn. D
Tanggal SP
: 9 Desember 2013
Pertemuan
: Pertama
Kondisi Pasien
:
a.)
Data obyektif: Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b.)
Data subyektif: Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak.
B.
Diagnosa keperawatan : Isolisasi sosial menarik diri
C.
Tujuan Tujuan umum
: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus
:
1.
Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
2.
Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
3.
Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain
4. D.
Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Strategi Pelaksanaan SP 1 Pasien : Membina
hubungan
saling
percaya,
membantu
pasien
mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan ORIENTASI (PERKENALAN): “Selamat pagi ” “Saya dandy hestia , Saya senang dipanggil dandy, Saya mahasiswa UNDIP yang akan merawat Ibu.” “Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?” 26
“Apa keluhan ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman ibu ? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, bu? Bagaimana kalau 15 menit” KERJA: (Jika pasien baru) ”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat ibu jarang bercakap-cakap dengannya?” (Jika pasien sudah lama dirawat) ”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? O.. ibu merasa sendirian? Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini” “Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?” “Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?” ”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah ya ibu ? belajar bergaul dengan orang lain ? « Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain” “Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang dipanggil T. Asal saya dari Flores, hobi memancing” “Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?” “Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan saya!” “Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali” “Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.” TERMINASI: ”Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?” ” ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali” ”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.” ”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?” ”Baiklah, sampai jumpa.” 27
SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-) ORIENTASI : “Selamat pagi bu! ” “Bagaimana perasaan ibu hari ini? « Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan perawat ! » « Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak ibu mencoba berkenalan dengan teman saya perawat T. Tidak lama kok, sekitar 10 menit » « Ayo kita temui perawat T disana » KERJA : ( Bersama-sama klien saudara mendekati perawat N) « Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N » « Baiklah bu, ibu bisa berkenalan dengan perawat T seperti yang kita praktekkan kemarin « (pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat T : memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya) « Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada perawat T . coba tanyakan tentang keluarga perawat T » « Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat T, misalnya jam 1 siang nanti » « Baiklah perawat T, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan ibu akan kembali ke ruangan ibu. Selamat pagi » (Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat T untuk melakukan terminasi dengan klien di tempat lain) TERMINASI: “Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan perawat T” ” ibu tampak bagus sekali saat berkenalan tadi” ”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”
28
SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang pasien) ORIENTASI: “Selamat pagi bu! Bagaimana perasaan hari ini? ”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Tkemarin siang” (jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain ”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat T kemarin siang” ”Bagus sekali ibu menjadi senang karena punya teman lagi” ”Kalau begitu ibu ingin punya banyak teman lagi?” ”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O” ”seperti biasa kira-kira 10 menit” ”Mari kita temui dia di ruang makan” KERJA: ( Bersama-sama S saudara mendekati pasien ) « Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. » « Baiklah bu, ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah ibu lakukan sebelumnya. » (pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). » « Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada O» « Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti » (ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan O) « Baiklah O, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke ruangan ibu. Selamat pagi » (Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain) TERMINASI: “Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan O” ”Dibandingkan kemarin pagi, T tampak lebih baik saat berkenalan dengan O” ”pertahankan apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore nanti” ”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari ibu dapat berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu bisa bertemu dengan T, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya ibu bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.
Bagaimana ibu, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman ibu. Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.” 29
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Tujuan
: Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
Tindakan : 1.
Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial
2.
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.
3.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi: 1.) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien. 2.) Menjelaskan tentang: •
Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
•
Penyebab isolasi sosial.
•
Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain: -
Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji.
-
Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.
-
Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
-
Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
3.) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial 4.) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi. 5.) Menjelaskan perawatan lanjutan SP 1 Keluarga :
Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi
sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat
pasien dengan isolasi sosial ORIENTASI: “Selamat pagi Pak” ”Perkenalkan saya perawat Y....., saya yang merawat, anak bapak” ”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?” ” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak sekarang?” “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara perawatannya” 30
”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah jam?” KERJA: ”kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak bapak? Apa yang sudah dilakukan?” “Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”. ” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk” ”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan
saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan orang–orang terdekat” “Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang
bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.” “Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus sabar menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak bapak, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan anak bapak yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada anak bapak untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.” « Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.” ”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu” ” Begini contoh komunikasinya, Pak: anak bapak, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana anak bapak, kamu mau coba kan, nak ?” ”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan” ”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali” ”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak” TERMINASI: “Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?” “Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial »
31
« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami masalah isolasi sosial » « Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut » «Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. » « Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ? » « Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama » SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien Orientasi: “Selamat pagi Pak/Bu” ” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?” ”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari yang lalu?” “Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30 menit.” ”Sekarang mari kita temui anak bapak” Kerja: ”Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?” ”Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal kegiatannya!” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut) ”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu” (Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya). ”Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?” ”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga) Terminasi: “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.” « «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak » « Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak » « Sampai jumpa »
32
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan ORIENTASI: “Selamat pagi Pak/Bu” ”Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan di rumah.” ”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja” ”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?” KERJA: ”Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya” ”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa anak bapak ke rumah sakit” TERMINASI: ”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
33
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis seseorang (Baihaqi, 2007). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Dimana halusinsi itu sendiri terbagi menjadi halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
B.
Saran 1.
Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada halusinasi, perlu melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan sebagai upaya untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
2.
Perawat sangat diharapkan selalu memberikan semangat dan dorongan kepada klien dalam menyelesaiakan masalah yang dihadapinya. Sehingga dapat mempercepat penyembuhan klien.
3.
Keluarga merupakan salah satu elemen yang sangat berpengaruh pada pemulihan klien dirumah setelah diijinkan pulang dari rumah sakit oleh karena itu peran sangat penting dalam perawatan klien dirumah untuk menghindari kambuhnya kembali gangguan jiwa pada klien.
4.
Rumah sakit diharapkan bisa menambah fasilitas dan senatiasa menciptakan lingkungan yang terapeutik guna mempercepat penyembuhan klien.
34
DAFTAR PUSTAKA Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya : Airlangga Universitas Press Stuart & Laraia. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition. Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA Stuart, GW.( 2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to Psychiatric Nursing Alih bahasa Kapoh. Jakarta: EGC Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
35