MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN 2 Pertumbuhan dan Perkembangan Dari Konsepsi Sampai Usia Sekolah
KELAS B KELOMPOK 4
Nama Kelompok: Afif Ni’matul Khoiriyah
(1106014210)
Azhari Putri Cempaka
(1106053426)
Dina Wulandari
(1106053224)
Ratna Susiyanti
(1106053363)
Paramudita Tri Hardani
(1106000842)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS INDONESIA 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Makalah ini kami susun berdasarkan data-data yang telah kami kumpulkan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan Unit 3. Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
•
Ibu Enie Novieastari
• Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis •
Seluruh teman-teman yang telah membantu
• Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Depok, 28 November 2011
Penulis
ABSTRAKSI
Dalam makalah Konsep Dasar Keperawatan Unit 3 ini focus group 3 sebagai penulis membahas mengenai pertumbuhan dan perkembangan pada masa konsepsi sampai usia sekolah. Tujuan dalam penyusunan makalah ini agar penulis lebih memahami mengenai tahapan-tahapan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pada spesifikasi waktu masa konsepsi sampai usia sekolah berikut tugas-tugas perkembangan pada setiap tahapannya.Sehingga, pada akhirnya perawat dapat menerapkan intervensi keperawatan secara baik dan sesuai pada masalah kesehatan yang terkait pada masa-masa tersebut. Selain itu, dengan mempelajari pertumbuhan dan perkembangan dari masa konsepsi sampai usia sekolah membuat penulis memahami kelainan-kelainan yang mungkin terjadi jika terdapat ketidak sesuaian antara pertumbuhan dan perkembangan yang lazim ditemui.
Masa pertumbuhan dan perkembangan bersifat kontinu dan kompleks. Pada setiap masa perkembangan, terdapat tugas-tugas perkembangan yang spesifik dan harus dilakukan dan dilewati untuk melanjutkan perkembangan ke tingkat selanjutnya. Masa prenatal (konsepsi sampai kelahiran) merupakan masa yang penting karena terjadi pertumbuhan yang sangat cepat dan ketergantungan total terhadap ibu. Pelayanan prenatal yang tepat penting demi kesehatan dan kesejahteraan bayi. Pada masa infansi(kelahiran sampai 12 bulan), terjadi perkembangan yang cepat pada sistem motorik, kognitif, dan sosial.Bulan pertama pasca kelahiran mendapat perhatian karena terjadi penyesuaian fisik terhadap kehidupan diluar janin dan penyesuaian psikologis pada orangtua. Masa Toddler (1-3 tahun) dan masa prasekolah adalah masa yang ditandai dengan perkembangan fisik yang menonjol .Anak akan menjalin hubungan sosial yang lebih luas, menyadari ketergantungan dan kemandirian serta membangun konsep diri. Sementara itu, masa sekolah akan membuat fokus anak bergeser dari keluarga ke hubungan kelompok yang lebih luas. Masa ini sangat penting untuk pengembangan konsep diri.
Manusia berkembang sepanjang masa kehidupannya. Pada setiap masa, terdapat tugas-tugas perkembangan yang berbeda pada tiap tahapannya. Jika tugas-tugas perkembangan tersebut berhasil dipenuhi oleh setiap individu,hal inin menunjukkan individu tersebut melakukan proses yang normal menuju perubahan. Namun jika tugas-tugas perkembangan tidak terpenuhi seperti semestinya, hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki kemungkinan mengalami kesulitan dalam menunaikan tugas berikutnya.
Bab I Pendahuluan
•
Latar Belakang
Profesi perawat merupakan profesi yang membutuhkan pemahaman yang kompleks mengenai pertumbuhan manusia. Pada dasarnya, manusia selalu berkembang sepanjang masa kehidupannya. Perawat memberikan pelayanan kepada individu di berbagai tahap perkembangan. Adalah penting bagi perawat untuk menilai dan memahami respons kliennya di berbagai usia. Dengan mempelajari teori pertumbuhan dan perkembangan disertai tugas-tugas perkembangan yang spesifik di tiap masa perkembangan dari konsepsi sampai usia sekolah dapat membantu perawat untuk memahami mengenai risiko keterlambatan perkembangan, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, atau risiko pertumbuhan yang tidak seimbang. Sehingga, perawat dapat membuat diagnosis keperawatan yang sesuai. Karena, perawat harus dapat memberikan pelayanan keperawatan kepada individu di berbagai tahap perkembangan.Untuk itu, kami membahas topik ini agar mampu melakukan diagnosisi keperawatan secara tepat dan memberikan intervensi keperawatan dengan baik. Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan tulisan ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk pembaca sekalian. Terima kasih.
•
Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
•
Mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan dari konsepsi sampai usia sekolah
•
Mengetahui tentang tugas-tugas perkembangan dari konsepsi sampai usia sekolah
Bab II Pertumbuhan dan Perkembangan dari Konsepsi Sampai Usia Sekolah
A.
Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Masa Konsepsi
Masa konsepsi merupakan periode pembuahan yang kemudian embrio tumbuh dari sel tunggal menjadi sel kompleks. Dari saat kejadian konsepsi, perkembangan manusia berlangsung dalam waktu yang cepat. Seluruh sistem organ utama berkembang dalam uterus, dengan bebrapa fungsi sebelum lahir. Kondisi perkembangan psikososial juga mulai terbentuk selama masa gestasi. Dalam masa ini, masalah kesehatan intrauterin disebabkan baik karena faktor genetik maupun faktor lingkungan. Kondisi fisik dan psikologis dari ibu juga sangat mempengaruhi kondisi janin. Kehidupan Intrauterin Kehidupan intrauterin secara umum terjadi selama 9 bulan atau 10 bulan menurut putaran bulan. Kehidupan organisme mulai setelah terjadi hubungan seksual, pada saat ovum dibuahi satu sperma. Fertilisasi terjadi di tuba fallopii dalam waktu 12-24 jam setelah pelepasan ovum dari ovarium. Ovum yang difertilisasi (zigot) melewati tuba fallopii ke uterus selama 4 hari. Pada hari ketiga, terbentuk morula yang kemudian membentuk rongga pusat yang disebut blastosit. Sel-sel mulai berdiferensiasi dalam struktur dan fungsi, kemudian berkembang menjadi embrio dan membentuk plasenta. Pada hari keempat embrio mulai implantasinya pada dinding uterus. Periode gestasi terbagi menjdai tiga periode yang disebut trimester. Perkembangan fetus berada dalam tahapan berbeda pada tiap semester, interferensi dengan proses perkembangannya mempunyai hasil yang berbeda pula. Perkembangan Fisik Trimester Pertama Waktunya adalah tiga bulan pertama kalender. Setelah implantasi, sel janin terus berdiferensiasi dan berkembang ke sistem organ yang penting. Proses diferensiasi dan perkembangan ini terjadi pada waktu dan kecepatan berbeda. Setiap organ sangat rapuh terhadap gangguan dari lingkungan. Perawat mengajarkan kepada ibu cara menghindari pajanan terhadap agens teratogen. Salah satu contoh teratogen adalah rubella atau virus cacar Jerman, yang bisa menyebabkan aborsi spontan, mati pada saat lahir, atau lahir dengan gangguan pada mata, telinga, dan jantung; utamanya terpajan pada saat trimester pertama. Trimester Kedua Berlangsung pada bulan ketiga sampai keenam. Beberapa sistem organ melanjutkan perkembangan dasar, sementara kemampuan fungsional organ lainnya
disempurnakan. Pada akhir bulan keenam kebanyakan sistem organ lengkap dan dapat berfungsi. Oleh karena itu, janin dipertimbangkan dapat hidup, atau mempunyai kemampuan untuk hidup di luar uterus. Berat badan sekitar 0,7 kg dengan panjang hampir 30cm. Jari-jari tangan dan kaki berkembang, dasar awal fungsi ginjal, dan jenis kelamin dapat ditentukan. Janin terbungkus verniks kaseosa, substansi yang menutupi kulit. Lanugo (rambut halus) menutupi hampir seluruh permukaan tubuh. Denyut jantung janin dapat terdengar pada auskultasi dengan stetoskop, dan Ibu menjadi waspada terhadap gerakan janin. Kedua kejadian tersebut merupakan hal yang sangat berarti untuk orang tua karena hal tersebut memberi bukti kejadian dari kehamilan dan meyakinkan mereka bahwa janin tersebut hidup. Dengan demikian perawat harus berfokus pada kejadian ini selama perawatan prenatal. Trimester Ketiga Selama tiga bulan terakhir masa kehidupan intrauterin, janin bertumbuh panjang mendekati 50 cm. Lemak subkutan dihancurkan, dan berat badan meningkat sampai sekitar 3,2-3,4 kg. Kulit menebal, lanugo mulai menghilang, tubuh janin menjadi lebih bulat dan penuh. Pertumbuhan otak mulai pada trimester ini dan berakhir dengan baik dalam beberapa tahun pertama kehidupan. Pada akhir trimester ketiga ini, janin yang normal secara fisik mampu membuat peralihan dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Sistem jantung dapat mengubah sirkulasinya untuk mengakhiri bypass dari paru-paru. Paru-paru mempunyai kemampuan untuk mempertahankan status perkembangan untuk pertukaran gas. Suhu primitiv yang mempertahankan sIstem, refleks, dan organ sensorik siap untuk digunakan. Perawat dapat meningkatkan kewaspadaan ibu tentang bahaya pemajanan terhadap agens melalui konseling dan membantu ibu untuk mengevaluasi kualitas pemasukan nutrisinya. Pemikiran tentang melahirkan bayi yang sehat merupakan hal yang paling utama dalam pemikiran ibu sesuai dengan fokusnya pada persiapan dan tubuhnya untuk persalinan. Pekembangan Kognitif Hubungan antara kejadian prenatal dan perkembangan kognitif merupakan hal yang sulit ditetapkan. Sejumlah besar penelitian tentang perkembangan yang menghasilkan janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mengindikasikan bahwa janin ini memiliki penigkatan risiko gangguan belajar, kegagalan di sekolah, masalah tempramen, gangguan neurologi dan motoric dan hambatan perkembangan. Keluarga dari janin BBLR ini harus dikaji untuk kebutuhan intervensi keperawatan yang bisa memberikan fasilitas dukungan lingkungan rumah untuk hasil kognitif . Perkembangan Psikososial Beberapa ahli percaya bahwa lingkungan biokimiawi dari uterus dapat mempengaruhi perkembangan psikososial selanjutnya. Lingkungan biokimiawi, kondisi emosi, dan fisik
ibu mempengaruhi konsekuensi psikososial yang signifikan untuk anak yang belum lahir, yang nantinya akan mempengaruhi perkembangan psikososial anak. B.
Transisi Kehidupan Intrauterin ke Ekstrauterin
Perubahan kehidupan intrauterin menjadi ekstrauterin membutuhkan banyak perubahan fisiologis pada neonatus. Segera setelah kelahiran, perawat akan menilai status jantung, pernapasan, termoregulasi, dan kehadiran anomali yang dapat mengganggu adaptasi bayi terhadap lingkungan ekstrauterin (Murray dan McKinney, 2006).
Perubahan Fisik
Perubahan fisiologis yang paling menonjol terjadi saat neonatus meninggalkan sirkulasi rahim dan membangun fungsi pernapasan sendiri. Pelayanan keperawatan ditujukan pada pemeliharaan saluran napas yang terbuka, stabilisasi dan pemeliharaan suhu tubuh, juga perlindungan dari infeksi. Tolak ukur yang sering digunakan adalah skor apgar. Status keseluruhan ditentukan oleh frekuensi jantung, usaha pernapasan, tonus otot, iritabilitas refleks, dan warna bayi. Skor apgar dapat dinilai pada menit pertama dan kelima pasca kelahiran dan terkadang diulang sampai kondisi neonates stabil. Perubahan Psikososial Sebagian besar neonatus telah sadar penuh pada 30 menit pertama pasca-lahir. Ini merupakan waktu yang tepat untuk memulai interaksi orangtua-anak. Perawat akan mendorong kontak fisik antara orangtua dan bayi. Interaksi awal akan mendorong terbentuknya kedekatan orangtua-anak. Hal ini dapat dimulai dengan kontak tubuh yang dekat dan sering, termasuk kegiatan menyusui. Risiko Kesehatan Untuk menjamin potensi saluran napas dapat dilakukan pengisapan sekresi nasofaring dan orofaring. Neonatus sangat rentan terhadap kehilangan panas dan stress akibat dingin (Askin, 2002). Hipotermia akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga anda harus menstabilkan dan mempertahankan suhu tubuh neonatus. Tempatkan neonatus diatas perut ibu dan tutup dengan selimut hangat atau tempatkan dalam penghangat bayi dengan suhu yang sesuai tanpa pakaian. Untuk neonatus yang tidak dapat mempertahankan suhu tubuh yang sesuai, gunakan inkubator yang dapat memberikan radiasi panas. Sistem imun pada neonatus belum matang menjadikan pencegahan infeksi sebagai masalah penting dalam perawatannya. Faktor terpenting untuk melindungi bayi dari infeksi adalah teknik mencuci tangan yang baik. Perawat membantu pencegahan infeksi dengan menginstrusikan orangtua dan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum menyentuh bayi.
Perawatan tali pusat masih bervariasi dan lebih sering didasarkan pada kebijakan institusi daripada penelitian berbasis bukti (Ball dan Bundler, 2006). Pastikan potongan tali pusat telah bersih dan kering agar tidak terjadi infeksi dan mendorong pemutusannya. Neonatus Masa neonatus adalah bulan pertama kelahiran atau 28 hari setelah kelahiran. Pada masa ini, fungsi fisik neonatus masih berupa refleks. Stabilisasi sistem organ utama merupakan fokus bagi tubuh neonatus. Tingkah laku sangat memengaruhi interaksi antara neonatus, lingkungan, dan pengasuh. Sebagai contoh bayi berusia 2 minggu dapat tersenyum spontan dan mampu melihat ke arah wajah sang ibu. Ini akan menimbulkan perasaan kasih sayang pada sang ibu dan mendorongnya untuk menggendong bayi. Perubahan Fisik Neonatus normal memiliki berat badan 48-53 cm, dan lingkaran kepala 33-35 cm. Neonatus kehilangan 10% berat badan lahir pada beberapa hari pertama melalui respirasi, urin, defekasi, dan masukan cairan yang sedikit. Pada minggu kedua, berat badan neonatus akan kembali naik, begitu juga dengan tinggi badan dan lingkar kepala. Pengukuran yang tepat dapat menjadi dasar pengkajian adanya risiko potensial dan bagi pertumbuhan selanjutnya (Hockenberry dan Wilson, 2007). Karakteristik fisik normal meliputi lanugo pada kulit punggung, sianosis tangan dan kaki selama 24 jam pertama, serta abdomen yang menonjol dan lembut. Warna kulit sesuai ras dan genetik, lalu akan berubah seiring pertumbuhan. Molding, atau tulang kepala yang bertindihan akan memungkinkan kepala janin beradaptasi dengan diameter pelvis ibu dan merupakan hal yang umum ditemui pada kelahiran per vagina. Tulang akan mengalami penyusunan ulang dalam beberapa hari sehingga tampak bulat. Sutura dan fontanella dapat diraba pada saat lahir. Bentuk ketupat pada fontanella anterior dan bentuk segitiga pada fontanella posterior diantara tulang kepala belum menyatu. Karakteristik tingkah laku normal pada neonatus adalah mengisap, menangis, tidur, dan aktivitas. Pergerakan terjadi secara tidak teratur, asimetris, dan melibatkan keempat ekstremitas. Neonatus biasanya melihat wajah pengasuh, tersenyum secara refleks, dan memberikan respons terhadap stimulus sensorik, terutama pada suara, wajah, dan sentuhan pengasuhnya. Perubahan Kognitif Neonatus memulai aktivitas refleks, mempelajari tingkah laku, dan keinginannya. Sebagai contoh, neonatus beralih kepada puting dan mempelajari bahwa menangis akan membuat orangtua memberi makanan, mengganti popok, dan memeluk. Saat lahir, bayi dapat berfokus pada objek yang berjarak 8-10 inci. Bayi lebih menyukai melihat wajah manusia. Bagi neonatus, menangis merupakan cara komunikasi dengan orangtua. Hal ini bisa berarti popok yang basah, rasa lapar, atau keinginan untuk dipeluk. Bayi lainnya menangis hanya untuk mengeluarkan suara atau membutuhkan perubahan posisi.
Perubahan Psikososial Pada bulan pertama kehidupan, orangtua dan bayi akan membangun ikatan kuat yang semakin dalam. Interaksi saat perawatan rutin dapat meningkatkan atau mengganggu proses ikatan. Keterlibatan keluarga akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Orangtua atau bayi yang mengalami gangguan pembentukan ikatan atau bonding. Orangtua yang terlalu lelah atau sakit juga memiliki kesulitan menerjemahkan tingkah laku bayinya. Bayi dengan kelainan kongenital terlalu lemah untuk memberi respons terhadap orangtuanya dan membutuhkan perawatan khusus. Sebagai contoh, bayi dengan kelainan jantung akan sangat mudah lelah selama menyusu. Tingkah laku bayi terlalu lemah untuk diartikan sehingga pengasuhan menjadi tidak memuaskan. Risiko Kesehatan Hiperbilirubinemia adalah akumulasi bilirubin dalam darah yang menyebabkan kulit berwarna kuning, disebut juga jaundice. Hal ini terjadi jika tubuh bayi tidak dapat mempertahankan keseimbangan antara penghancuran sel darah merah dengan penggunaan atau pembuangan hasil sisanya. Keseimbangan ini terganggu oleh prematuritas, menyusui, produksi bilirubin yang berlebihan, penyakit tertentu, atau gangguan hati. Sebagian besar neonatus tidak menderita jaundice sehingga tidak menderita jaundice sehingga tidak dibutuhkan terapi. Jaundice patologik muncul dalam 24 jam pertama kelahiran dan membutuhkan fototerapi untuk menghancurkan bilirubin agar lebih mudah diekskresikan. C.
Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Masa Infantil
Pertumbuhan dan perkembangan bersifat kontinu dan kompleks. Masa ini dibagi berdasarkan kelompok usia. Seperti pada masa konsepsi sampai masa remaja. Pada masa infantil, 1-12 bulan terjadi pertumbuhan fisik dan perkembangan yang drastis. Perkembangan psikisosial dibantu oleh perubahan tingkah laku refleks. Interaksi bayi terhadap lingkungan akan bertambah. (Potter dan Perry, 2009). Menurut Ericson (1963) tahap satu (dari lahir sampai satu tahun) adalah berkaitan dengan memperoleh rasa percaya sementara mengatasi ketidakpercayaan. Kepercayaan yang berkembang tersebut adalah kepercayaan dari diri sendiri, dari orang lain, dan dunia. Perkembangan biologi pada bayi meliputi perubahan yang sesuai, pekembangan sensorik, termasuk binocularry, penerapan fikiran, presepsi visual, pematangan sisitem biologi, perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar. (Perry, Hockenberry, Lowdermik, dan Wilson, 2010). Pada masa infantil, usia 1-12 bulan bayi mempunyai pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sangat cepat. Perkembangan fisik pada bayi pada umur satu bulan adalah bertambahnya berat badan 150-200 gram perminggu untuk enam bulan pertama,bertambahnya tinggi badan 2,5 cm perbulan dalam enam bulan pertama, lingkar kepala meningkat 1,5 cm perbulan untuk enam bulan pertama, mulai adanya refleks primitif, refleks mata, dan tarian refleks walaupun masih kabur. Setelah itu pada usia dua bulan posterior ubun-ubun mulai menutup dan
merangkak refleks. Pada usia tiga bulan refleks dalam memudar, kemudian pada usia empat bulan bayi mampu mengangkat kepalanya sampai 90 derajat saat dalam posisi tengkurap. Pada usia lima bulan bayi sudah mulai ada tanda akan tumbuhnya gigi pertama. Pada usia enam bulan, tingkat pertumbuhan mulai menurun, berat badan dari 90-150 gram perminggu untuk enam bulan berikutnya, mulai tumbuh gigi biasanya dimulai dengan tumbuhnya dua gigi seri tengah bawah, dan dapat mengunyah dan menggigit. Pada usia tujuh bulan gigi seri tengah atas mulai tumbuh. Pada bulan berikutnya bayi mulai menunjukkan pola yang teratur pada kandung kemih, selanjutnya gigi seri lain mulai tumbuh. Kemudian pada usia sepuluh bulan bayi mempunyai refleks yang kuat, bayi bisa mengangkat kepala saat berada dalam posisi terlentang. Pada usia sebelas bulan gigi seri yang lebih rendah tumbuh. Dan pada usia duabelas bulan berat badan bayi tiga kali lipat dari berat lahir, panjang lahir mningkat 50%, lingkar kepala dan dada sama (lingkar kepala 46 cm), memiliki total enam sampai delapan gigi, ubun-ubun anterior hampir tertutup dan kurva lordosis lumbal mengembang terlihat selama berjalan. (Wong dan Whalley 1995 dan Perry,2010). Perkembangan motorik kasar bayi pada masa infantil pada usia satu bulan, bayi mulai mampu mengasumsikan posisi tertekuk dengan panggul tinggi, mampu mengubah kepala dari sisi ke sisi dan mengangkatnya. Bayi mampu mangangkat kepala terutama ketika ditarik dari berbaring ke posisi duduk, selain itu bisa dipegang pada posisi berdiri, tubuh lemas di lutut dan panggul. Pada usia dua bulan bayi dapat mengasumsikan posisi kurang tertekuk ketika panggul datar dan kaki diperpanjang, lengan tertekuk, kepala kesamping. Selain itu mampu melemaskan leher saat ditarik untuk posisi duduk, dapat mengangkat kepala hampir 45 derajat saat tengkurap, ketika pindah ke posisi duduk, bayi dapat mengangkat kepala, tapi membungkuk ke depan. Pada usia tiga bulan bayi mampu menahan kepala lebih tegak saat duduk, tapi masih kurang seimbang, mampu mengangkat kepala dan bahu dari posisi tengkurap dengan sudut 45 sampai 90 derajat, dan jika dipegang sedikit berat badan pada kaki, dan mampu salam tangan sendiri. Kemudian pada usia empat bulan leher bayi sudah tidak lentur saat ditarik keposisi duduk, mampu duduk tegak jika bersandar, mampu mengangkat kepaa dan dada dari permukaan ke sudut 90 derajat. Pada usia lima bulan dapat menahan kepala dengan kuat dan mantap, dapat duduk untuk waktu yang lebih lama, mempunyai punggung lurus, dapat membalik dari perut ke belakang dan ketika terlentang menempatkan kaki ke mulut. Pada bulan berikutnya saat tengkurap, bayi dapat mengangkat dada dan perut ke atas dari permukaan dengan bantalan berat di tangan, dapat duduk condong ke depan dengan bersandar ditangan, dapat duduk di kursi tinggi denagn punggung lurus. Kemudian pada usia tujuh bulan bayi dapat mengangkat kepalanya dari permukaan saat terlentang, mampu duduk condong ke depan dengan bersandar pada tangan, mampu duduk tegak sejenak, bobot penuh pada kaki. Pada usia delapan bulan mampu duduk tegap tanpa sandaran, mampu berdiri sendiri sambil memegang suatu furnitur. Pada umur Sembilan bulan bayi dapat merayap dengan tangan dan lutut, mampu duduk dilantai dengan waktu yang lama, mampu menyeimbangkan tubuh ketika mencondongkan tubuh ke depan, dan mampu menarik diri ke posisi berdiri dengan memegang furnitur. Pada usia sepuluh bulan sampai sebelas bulan bayi mampu berubah dari tengkurap ke posisi duduk, keseimbangan pulih dengan mudah sambil duduk, sambil berdiri dapat mengangkat satu kaki untuk mengambil langkah, dan dapat berjalan memegang furniture atau dengan kedua tangan dipegang. Pada
usia duabelas bulan bayi mampu berjalan denagn salah satu tangan di pegang, dan dapat duduk dari posisi berdiri tanpa bantuan. (Perry dkk, 2010). Selain perkembangan motorik kasar, juga terdapat perkembangan motorik halus. Pada umur satu bulan bayi dapat mengepalkan tangan pada kontak dengan mainan, satu bulan selanjutmya tangan sering membuka. Pada umur tiga bulan bayi aktif berusaha memegang mainan tapi tidak akan pernah mencapai barang tersebut, tangan terus terbuka longgar. Pada umur empat bulan bermain dengan tangan, menarik pakaian atau selimut ke wajah, dapat membawa barang ke mulutnya. Pada umur lima bulan mampu menangkap objek secara sukarela, kemudian pada usia enam bulan bayi mampu menangkap kaki dan menaruh pada mulutnya. Kemudian pada bulan selanjutnya dapat memindahkan barang dari tangan satu ke tangan lainnya. Pada usia delapan bulan dapat mencapai pesistenly untuk mainan di luar jangkauan. Pada usia sembilan bulan dapat membandingkan dua kubus dengan membawanya bersama-sama. Kemudian pada bulan selanjutnya mampu menangkap bel dengan tangannya. pada usia duabelas bulan dapat mengubah halaman pada suatu buku dengan membutuhkan beberapa waktu. (Perry, 2010). Pada masa infantil juga terjadi perkembangan dalam sensori motor. Perkembangan otak yang kompleks selama setahun pertama dapat dilihat dari tingkah laku bayi. Otak yang sedang berkembang akan memproses stimulus yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan sentuhan. Bayi akan belajar melalui pengalaman dan manipulasi lingkungan. Peningkatan keterampilan motorik dan mobilitas akan memperluas lingkungan bayi dan dengan adanya visual dan auditorik, bayi dapat meningkatkan perkembangan kognitif. Seperti pada bayi yang berusia satu bulan dapat memerhatikan mainan yang digantung ketika dalam posisi terlentang. Dapat mengikuti objek sampai 180 derajat pada usia tiga bulan. Mampu mengakomodasi objek dekat terjadi pada saat bayi berusia empat bulan hingga dapat mengikuti objek bergerak cepat dalam usia dua belas bulan. ( Potter dan Perry, 2009). Sedangkan pada perkembangan vokalisasi bayi dapat menangis atau mengeluarkan suara untuk mengekspresikan apa yang dirasakan. Seperti menangis untuk mengekspresikan ketidaksukaan bayi terhadap sesuatu terjadi pada usia satu bulan. Dapat menyuarakan tangis yang berbeda terjadi pada usia dua bulan. Pada usia tiga bulan dapat menjerit keras untuk menunjukkan kesenangan. Pada bulan selanjutnya dapat tertawa keras dan dapat menyuarakan huruf konsonan (n, k, g, p, b). Pada bulan kelima bayi dapat membuat suara vokal pendek dengan suara konsonan (ah..go..). pada usia enam bulan bayi bisa bersuara ke mainan, atau gambar dalam kaca seolah-olah mengajak bicara. Sedangkan pada usia tujuh bulan dapat membuat suara dan dirantai menjadi satu kata (baba, mama, papa, kaka). Selanjutnya dapat mendengarkan dengan selektif untuk kata-kata familiar, dan pada usia sembilan dapat merespon perintah verbal sederhana, memahami “bye-bye”. Kemudian pada usia yang ke sebelas bulan dapat mengatakan kata disamping kata “mama, papa, kaka, dada”, misalnya “mama makan”. (Wong dan Whalley, 2010).
Pada perubahan atau perkembangan psikososial bayi akan belajar membedakan dan membatasi dirinya dari dunia luar. Hal ini diperoleh melalui pengalaman lingkungan yang
berulang. Dengan adanya pembelajaran ini, bayi akan belajar member respons kepada pihak lain. Bayi pada usia 2-3 bulan mulai tersenyum untuk memberikan respons dan bukan sekedar refleks. Mereka juga mulai mengenali perbedaan antar individu karena peningkatan kemampuan sensorik dan kognitif. Saat berusia delapan bulan bayi telah dapat membedakan orang asing dengan individu yang dikenal sehingga memberikan respons yang berbeda pula. Pada usia Sembilan bulan bayi telah ikut dalam permainan sosial seperti memasak dan “ciluk-ba”. Pada masa infantil, temperamen anak akan tampak dan mempengaruhi interaksi orang tua-anak. (Potter & Perry,2009). Pada masa infantil, kesehatan bayi sangat rawan terkena permasalahan. Resiko kesehatan tersebut adalah cedera, penganiayaan anak, dan berbagai masalah kesehatan pada nutrisi, imunisasi, dan pola tidur bayi. ( Potter & Perry, 2009).Jadi, pada masa infantil bayi mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dibandingkan dengan masamasa yang lain. Maka dari itu orang tua harus memperhatikan dengan teliti perkembanganperkembangan yang dialami bayi pada masa infantil. D.
Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Masa Toddler
Masa toddler berada dalam rentan dari masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai 36 bulan. Toddler ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif yang lebih besar. Perkembangan keterampilan motorik yang cepat membolehkan anak untuk berpartisipasi dalam tindakan diri sendiri seperti makan, berpakaian, dan eliminasi. Pada awal toddler berjalan dalam posisi tegak dengan sikap papan berjalan, abdomen menonjol, dan lengan berada di luar sisi untuk keseimbangan. Keterampilan daya gerak segera meliputi berlari, melompat, berdiri pada satu kaki selama beberapa detik, dan menendang bola. Kemampuan motorik halus meningkat dari menggambar lingkaran secara spontan sampai menggambar garis silang dengan benar. Peningkatan keterampilan daya gerak, kemampuan untuk melepaskan pakaian, dan perkembangan kontrol sfingter memungkinkan anak untuk toilet training jika toddler telah mengembangkan kemampuan kognitif yang penting. Perawat perlu mengingatkan orangtua bahwa kesabaran, konsisten dan tindakan yang tidak menghakimi, selain untuk kesiapan anak, merupakan hal yang penting untuk keberhasilan toilet training. Sistem jantung paru menjadi lebih stabil pada masa toddler. Rata-rata denyut jantung dan pernapasan lambat sampai rata-rata 110 kali permenit dan 25 kali pernapasan permenit, secara berurutan, dan tekanan darah bervariasi rendah pada masa bayi dan peningkatan sedikit pada diastolik. Rentang normal dari tekanan darah adalah sistolik 70-110 dan distolik 40-70. Fontanel anterior menutup antara usia 12 dan 18 bulan, akhir periode pertumbuhan yang paling cepat dari tulang kepala dan otak. Pengukuran rutin terhadap lingkar kepala harus dilakukan sampai usia 3 tahun.
Waktu rata-rata peningkatan berat badan dan panjang badan berlangsung lambat. Pada usia 2 tahun, berat badan anak 4 kali berat badan lahir. Tinggi badan selama masa toddler meningkat 3 sampai dengan inci pertahun, utamanya sebagai hasil dari peningkatan panjang kaki. Rata-rata pertumbuhan yang lambat bersamaan dengan penurunan kebutuhan kalori dan pemasukan makanan yang lebih sedikit (anoreksia fisiologis), yang membuat beberapa orang tua khawatir mengenai pemasukan makanan yang adekuat. Perawat dapat meyakinkan orangtua bahwa nutrisi anak tersebut adekuat dengan memperlihatkan status anak yang memuaskan pada tabel pertumbuhan. Kebutuhan nutrisi yang meningkat terpenuhi dengan makanan padat dari piramida makanan. Karena pemakaian yang lebih dari 1L susu per hari, biasanya menurunkan selera makan anak terhadap makanan padat yang penting ini dan menghasilkan pemasukan zat besi yang tidak adekuat. Perawat harus memberi saran kepada orangtua untuk membatasi pemasukan susu sampai 840 cc per hari. Pencapaian toddler terhadap perkembangan benda permanen, kemampuan mereka untuk mengingat kejadian dan kemampuan permulaan mereka untuk menempatkan pemikiran ke dalam kata pada kira-kira usia 2 tahun memperlihatkan transisi mereka dari perkembangan kognitif tahap sensori motorik ke tahap pemikiran praoperasional menurut Piaget, 1952. Toddler menggunakan simbol untuk menunjukkan benda, tempat, dan orang. Pada anak usia 18 bulan menggunakan hampir 100 kata. Anak usia 24 bulan memiliki kosakata sampai 300 kata dan secara umum mampu berbicara dalam kalimat yang pendek. Menurut Erikson (1963), perasaan autonom muncul selama masa toddler. Anak-anak mencoba kemadirian dengan menggunakan otot-otot mereka yang berkembang untuk melakukan apa saja untuk mereka sendiri dan menjadi ahli fungsi tubuh mereka. Temper tantrum mungkin terjadi pada saat toddler frustasi dengan batasan orang tua. E.Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Anak Usia Pra-Sekolah Masa pra-sekolah berada pada usia tiga sampai lima tahun. Perkembangan fisik pada usia ini terjadi lebih lambat dibandingkan perkembangan kognitif dan psikososial. a.Perubahan Fisik Beberapa aspek perkembangan fisik masih terus berjalan pada masa pra-sekolah. Anak bertambah berat badan sekitar 2,5 kg per tahun, dan tumbuh sebanyak 2,4 sampai 3 inci per tahun. Sebagian besar anak telah dapat buang air besar sendiri pada usia prasekolah.(Hockenberry dan Wilson,2007). Koordinasi otot besar dan halus akan meningkat. Anak usia pra-sekolah dapat berdiri, menaiki dan menuruni tangga dengan mudah, serta belajar melompat. Keterampilan motorik halus berperan pada kegiatan sekolah. Anak akan belajar meniru gambar garis dan kotak.
Pada anak yang menderita penyakit akut, mereka tetap membutuhkan kesempatan berkembang. Para orangtua dan perawat memberikan kesempatan ini ke dalam kegiatan harian anak sesuai kemampuan, kebutuhan, dan tenaga anak. b.Perubahan Kognitif Anak usia pra-sekolah dapat berpikir secara lebih kompleks dengan mengategorikan objek berdasarkan ukuran, warna, atau dengan pertanyaan. Mereka mengalami peningkatan interaksi sosial, dan menjadi sadar terhadap adanya hubungan kausa-danefek. Mereka juga dapat berpikir dalam konteks waktu dan tempat. Pada usia 5 tahun, anak belajar menggunakan aturan tertentu untuk memahami penyebab, dan proses ini akan membentuk dasar pemikiran logis. Anak usia pra-sekolah memiliki pengetahuan yang berkaitan erat dengan pengalamannya yang konkret, dan juga fantasi yang dimilikinya. Gabungan fantasi dan pengetahuan tersebut dapat menimbulkan rasa takut yang kadang dianggap orang dewasa sebagai kebohongan. Rasa takut terbesar terletak pada bahaya terhadap tubuh yang dapat dilihat dari ketakutan anak terhadap kegelapan, hewan, guntur, dan staf medis. Ketakutan ini akan mengganggu kesediaan mereka untuk menerima intervensi keperawatan. Oleh karena itu, mereka perlu dilibatkan dalam melakukan intervensi keperawatan, misalnya dengan diizinkan untuk membantu perawat mengukur tekanan darah orangtuanya. c.Perkembangan Moral Perkembangan moral pada anak usia pra-sekolah bertambah dengan pengetahuan tingkah laku yang dianggap benar atau salah menurut masayarakat. d.Bahasa Pada usai 6 tahun anak akan memiliki perbendaharaan kata sebanyak 8000-14000 kata. Kata yang dikuasai mencakup kata benda, warna, dan kata-kata untuk mengekspresikan keinginan dan kemarahannya (Santrock,2007). Bahasa yang digunakan menjadi lebih sosial dan pertanyaan lebih berarah pada "mengapa?" untuk menambah informasi. e. Perubahan Psikososial Dunia pra-sekolah akan mengenalkan mereka kepada lingkungan di luar keluarga, yaitu anak lainnya dan orang dewasa. Rsa ingin tahu menyebabkan mereka menjelajahi lingkungan dengan aktif, membangun keterampilan baru, dan menjalin persahabatan baru. Anak pra-sekolah memiliki banyak energi yang memungkinkan mereka melakukan banyak aktivitas. Rasa bersalah akan timbul jika mereka merasa telah bertingkah laku salah. Erikson (1963) menyarankan agar orangtua membantu anak mencapai keseimbangan antara inisiatif dan rasa bersalah dengan cara mengizinkan mereka melakukan kegiatan sendiri sambil memberi petunjuk dan menetapkan batasan yang tegas.
Masa pra-sekolah dengan perubahan pola pengasuhan dan dimulainya sekolah dapat menimbulkan ketergantungan pada orangtua mereka. Kepastian perawat bahwa ini merupakan tingkah laku adaptasi yang normal akan membuat orangtua lebih lega. f. Permainan Sebagian besar anak berusia tiga tahun dapat bermain bersama secara kooperatif dimana mereka memainkan peran tertentu. Permainan pura-pura membantu anak untuk memahami sudut pandang orang lain, membangun keterampilan memecahkan masalah sosial, dan menjadi lebih kreatif. Televisi, video, permainan elektronik, dan program komputer juga membantu perkembangan keterampilan dasar. American Academy of Pediatrics menyarankan oranguta untuk menjadwalkan waktu terbatas untuk menonton televisi agar anak melakukan kegiatan lain seperti membaca, aktivitas fisik, dan bersosialisasi dengan orang lain. (Hockenberry dan Wilson, 2007). g. Risiko Kesehatan Pada usia pra-sekolah, risiko kecelakaan jatuh menjadi lebih kecil dengan semakin tingginya kemampuan motorik anak. Anak harus mempelajari keamanan di rumahnya dan orangtua harus memonitori kegiatan anak. Anak pada usia ini merupakan peniru yang baik sehingga dibutuhkan penyajian contoh yang baik oleh orangtua. Penggunaan helm saat bersepeda akan menjadi contoh yang baik bagi anak pra-sekolah. h. Nutrisi Nutrisi yang dibutuhkan anak usia pra-sekolah berkisar 1.800 kalori per hari. Orangtua sering mengkhawatirkan jumlah makanan yang dikonsumsi anak, padahal kualitas makanan lebih berperan dibandingkan dengan kuantitas. Anak usia pra-sekolah mengonsumsi sekitar setengah kuantitas konsumsi individu dewasa. i. Tidur Anak usia pra-sekolah tidur sekitar 12 jam pada malam hari dan jarang melakukan tidur siang. Pada masa ini sering terjadi gangguan tidur. Membiasakan mereka untuk lebih tenang sebelum tidur akan menghasilkan kebiasaan tidur yang lebih baik. j. Penglihatan Skrinning penglihatan biasanya dimulai pada usia pra-sekolah dan harus dilakukan dengan interval yang teratur. Pemeriksaan yang terpenting adalah mendeteksi adanya penglihatan yang tidak binokular atau strabisnus. F. Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah menjalani kehidupan yang penuh tuntutan dan tantangan. Anak akan membangun, memperluas, memperhalus dan melakukan sinkronisasi keterampilan fisik, psikososial, kognitif,dan moral sehingga ia akan diterima sebagai anggota masyarakat yang produktif. Lingkungan juga menjadi lebih luas dan beragam. Anak akan menghadapi kesulitan baru karean adanya harapan untuk perkembnangan, penigkatan keterampilan dan pengetahuan, serta perluasan lingkungan. Perawat harus meninjau harapan perkembangan untuk tiap kelompok usia. Dengan membantu mereka mencapai kesimbangan perkembangan yang dibutuhkan, perawat telah melakukan promosi kesehatan. Anak dapat memperoleh masalah kesehatan fisik dan psikososial karena stres pada perubahan perkembangan. Perawat merancang promosi kesehatan berdasarkan tingkat perkembangan anak. a. Perubahan Fisik Kecepatan pertumbuhan pada usia sekolah awal bersifat perlahan dan konsisten sebelum terjadinya lonjakan pertumbuhan pada usia remaja. Kecepatan pertumbuhan bervariasi pada setiap anak. Peningkatan tinggi badan berkisar antara 2 inci, dan berat badan meningkat sekitar 4-7 pon per tahun. Anak usia sekolah menjadi lebih terkoordinasi karena dapat mengatur otot besar dan kekuatannya meningkat. Seiring kendali yang meningkat pada jari dan pergelangan tangan, anak semakin ahli pada berbagai kegiatan. Pencapaian keterampilan motorik halus akan membuat anak mandiri dalam melakukan kegiatan mandi, berpakaian, dan merawat dirinya. Jika mereka jatuh sakit dan dirawat inap, kendali mereka pada bidang ini akan terancam. Oleh karena itu, biarkan mereka berpartisipasi dalam perawatan dan berikan mereka kebebasan sebesar mungkin. Pertumbuhan gigi juga tampak jelas pada masa ini. Gigi sekunder muncul pada usia 6 tahun. Pada usia 12 tahun, anak telah kehilangan seluruh gigi primer dan sebagian gigi permanen telah erupsi. Tampilan dan postur tubuh juga berubah. Postur anak yang semula sedikit lordosis dengan penonjolan abdomen berubah menjadi lebih tegak. Bentuk mata berubah karena terjadi pertumbuhan tulang. Perawat sekolah umumnya menilai pertumbuhan, fungsi penglihatan dan pendengaran, lalu menilai jika terdapat kelainan. b. Perubahan Kognitif Perubahan kognitif memberikan kemampuan untuk berpikir secara logis tentang waktu dan lokasi dan untuk memahami hubungan antara benda dan pikiran. Anak telah dapat membayangkan suatu peristiwa tanpa harus menglaminya terlebih dahulu (Hockenberry dan Wilson, 2007). Anak usia sekolah mulai memahami bahwa tinjauan orang lain berbeda dari mereka. Mereka memahami bahwa unsur yang sama dapat dikandung dalam dua benda padat
yang sama. Selain itu, anak usia pertengahan menggunakan kognisinya untuk memcahkan masalah. c.Perkembangan Bahasa Terjadi peningkatan penggunaan bahasa dan perluasan pengetahuan struktural. Mereka memahami peraturan bahasa, frase dan kalimat. Mereka memahami bahwa bahasa merupakan alat penyampaian untuk menggambarkan dunia secara subjektif, dan kata-kata memiliki arti relatif. Mereka mulai memperhitungkan makna kata berdasarkan konteks. d. Perubahan Psikososial Pada usia sekolah, anak mencoba memperoleh kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berfungsi kelak pada usia dewasa. Respons positif akan menimbulkan adanya rasa harga diri. Sebaliknya,kegagalan membuat mereka merasa rendah diri.Mereka mulai mendefinisikan konsep diri dan membangun kepercayaan diri yang merupakan suatu evaluasi diri. Interaksi dengan kelompok akan menyebabkan mereka membandingkan pencapaian dirinya dibanding orang lain. e. Perkembangan Moral Kebutuhan akan nilai moral dan sosial semakin dirasakan oleh anak usia sekolah. Mereka menganggap peraturan sebagai prinsip kehidupan yang penting, dan mengevaluasi peraturan untuk penerapannya dalam situasi tertentu. f. Hubungan Kelompok Keberhasilan pribadi dan kelompok penting bagi anak usia sekolah. Mereka lebih menyukai kelompok sesama jenis dibandingkan lawan jenis. Keseragaman tampak jelas pada tingkah laku, gaya berpakaian, dan pola berbicara yang semakin dipengaruhi oleh kontak kelompok. g. Identitas Seksual Peneliti masa kini mengungkapkan bahwa anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap seksualitas mereka. Rasa penasaran tentang majalah dewasa atau makna dari kata-kata seksual yang eksplisit contohnya. Ini merupkan waktu bagi anak untuk mendapatkan sex education. (Hockenberry dan Wilso, 2007). h. Stres Stres timbul akibat harapan orangtua dan kelompok, lingkungan sekolah, dan kekerasan di lingkungan. Anak yang ditinggalkan sendiri di rumah terkadang mengalami stres yang meningkat dan lebih berisiko menderita cedera ataupun tingkah laku yang tidak aman. (Hockenberry dan Wilson, 2007). Perawat membantu anak menghadapi stres dengan membantu orangtua dan anak mengenali stresor yang potensial dan merancang intervensi untuk meminimalisasi stres anak.
i. Risiko Kesehatan Anak usia sekolah memiliki pajanan yang lebih besar terhadap lingkungan dengan pengawasan yang lebih sedikit, namun kemampuan kognitif dan motorik yang ada menghindarkan mereka dari cedera yang tidak disengaja. Beberapa anak senang mengambil risiko dan mencoba kegiatan yang berada diluar kemampuan mereka. (Hockenberry dan Wilson, 2007). Infeksi merupakan penyakit terbanyak pada anak. Sementara itu, kemiskinan dan penyakit sangat berkaitan erat. Bagi keluarga miskin yang tidak mempunyai asuransi, masalah kesehatan yang utama terjadi adalah mortalitas bayi, kesehatan gigi, nutrisi buruk, dan ketiadaan imunisasi. j.Masalah Kesehatan -Persepsi Pada masa usia sekolah, identitas dan konsep diri kian kuat dan lebih terindividualisasi. Anak usia 6 tahun memiliki kesadaran tentang tubuhnya dan merasa malu jika tidak mengenakan pakaian. Perawat harus memberikan privasi dan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan untuk mengurangi ketakutan mereka akan nyeri (Popovich, 2000). -Pendidikan Kesehatan Masa usia sekolah sangat penting untuk perolehan tingkah laku dan praktik kesehatan pada masa dewasa. Pada masa ini masih terjadi perkembangan kognitif sehingga pendidikan kesehatan yang efektif harus disesuaikan. Promosi kesehatan merupakan tanggung jawab keperawatan. Berikan instruksi pada orangtua mengenai promosi kesehatan yang sesuai untuk anak sekolah. Kunjungan pemeliharaan kesehatan setiap tahun adalah penting. Saat anak mencapai usai 10 tahun, orangtua perlu menyiapkan anak menghadapi pubertas. -Keselamatan Merupakan prioritas dalam pendidikan kesehatan karena kecelakaan merupakan penyebab utama kematian dan cedera pada usia sekolah. Perawat dapat mendidik mereka tentang tindakan pengamanan untuk menghindari kecelakaan. Dorong anak untuk bertanggung jawab atas keselamatan dirinya. -Nutrisi Perawat berperan penting dalam mendorong terbentuknya pola hidup sehat. Anak usia sekolah harus dapat memilih makanan yang memenuhi pedoman nutrisi piramida makanan yang dirancang oleh U.S. Departement of Agriculture (2005), dimana dilakukan pembatasan masukan lemak total, lemak jenuh, dan meningkatkan asupan karbohidrat kompleks, buah-buahan, dan sayuran.
Anak usia sekolah membangun pola makan yang terlepas dari pengawasan orangtua. Kehadiran cemilan dan makanan cepat saji membuat anak kesulitan memutuskan pilihan makanan yang sehat, sehingga anak berisiko tinggi menderita obesitas. Menyediakan cemilan bergizi merupakan cara terbaik bagi keluarga untuk menjamin masukan nutrisi yang baik. Perawat membantu keluarga dan anak mencegah obesitas melalui pendidikan tentang nutrisi yang tepat dan olahraga.
Bab III Kesimpulan
Individu selalu mengalami perubahan di tiap proses kehidupannya. Sejak masa konsepsi dimana individu masih mengalami ketergantungan yang tinggi terhadap orangtuanya,sampai masa lansia dimana individu telah mengalami banyak proses perubahan baik dari segi fisik, kognitif, maupun psikososial. Teori perkembangan menyatakan secara tidak langsung sebuah kemajuan dan kelanjutan proses perubahan. Teori perkembangan juga merupakan suatu cara untuk mengetahui bagaimana dan mengapa manusia tumbuh sebagaimana mestinya. Tugas perkembangan merupakan pencapaian yang terkait usia. Jika tugas perkembangan terpenuhi dengan baik, maka individu tersebut telah melalui tahapan perkembangan yang normal. Sementara itu, jika tugas perkembangan tidak dicapai dengan baik, individu akan mengalami kesulitan dalam menunaikan tugas perkembangan selanjutnya. Secara umum, masa prenatal (konsepsi sampai kelahiran) merupakan masa yang penting karena terjadi pertumbuhan yang sangat cepat dan ketergantungan total terhadap ibu. Pelayanan prenatal yang tepat penting demi kesehatan dan kesejahteraan bayi. Pada masa infansi(kelahiran sampai 12 bulan), terjadi perkembangan yang cepat pada sistem motorik, kognitif, dan sosial. Bulan pertama pasca kelahiran mendapat perhatian karena terjadi penyesuaian fisik terhadap kehidupan diluar janin dan penyesuaian psikologis pada orangtua. Masa Toddler (1-3 tahun) dan masa pra-sekolah adalah masa yang ditandai dengan perkembangan fisik yang menonjol. Anak akan menjalin hubungan sosial yang lebih luas, menyadari ketergantungan dan kemandirian serta membangun konsep diri. Sementara itu, masa sekolah akan membuat fokus anak bergeser dari keluarga ke hubungan kelompok yang lebih luas. Masa ini sangat penting untuk pengembangan konsep diri.
Daftar Pustaka
Referensi:
Potter P.A & Perry A.G. (2009). Fundamental of Nursing, edisi 7, buku 1, Terj. oleh Fenderika A. Jakarta :Salemba medika.
Zethel Sloane. 2004.Anatomi dan Fisiologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : EGC.Wong Dona L. & Whalley L.F. (1995). Nursing care of infant and children, volume 1. Oleh Mosby-Year Bock, inc.
Perry S.E.(2010). Maternital Child Nursing Care, volume 2, oleh Mosby, inc. , an affiliate of Elsevier inc.
Kozier, Barbara dkk.2004. Fundamentals of Nursing:Concepts, Process, and Practice. Edisi 7. New Jersey:Pearson Education.