MAKALAH FITOTERAPI “HEPATITIS”
Disusun Oleh : Kelompok 3 Catty Amalia Yaricsha – 1206223751 Defira Metha Diandra – 1206257746 Maulidya Augustine – 1206210995 Mentari Mayang Suminar – 1206230706 Nuraini Azizah – 1206260135
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2015
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitoter dan untuk menambah pengetahuan mahasiswa/i mengenai tanaman yang dapat digunakan sebagai obat hepatitis. Tidak lupa kami ucapka terima kasih kepada dosen Farmasi terutama dosen pembimbing mata kuliah Fitoterapi, teman-teman kelompok dan temanteman lain yang telah membantu memperoleh informasi, dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik dan demi kemajuan pada makalah-makalah berikutnya. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kami maupun para pembaca.
Depok, Maret 2015
Penulis
2
Daftar Isi Kata Pengantar ...................................................................................................... 2 Daftar Isi ............................................................................................................... 3 Bab I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..........................................................................................4 1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4 1.3 Metode Penulisan ..................................................................................... 4 1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................... 5 Bab II. ISI Hepatitis.......................................................................................................….6 Tinospora cordifolia.......................................................................................11 Viscum album..................................................................................................14 Curcuma xanthorrhiza....................................................................................17 Panax ginseng.................................................................................................21 Phylantus Niruri..............................................................................................24 Glycyrrhiza glabra..........................................................................................28 Ganoderma lucidum........................................................................................31 Imperata cylindrical........................................................................................36 Bab III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan ..............................................................................................42 3.2 Saran .........................................................................................................43 Daftar Pustaka .......................................................................................................44
3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis adalah salah satu dari penyakit hati (Liver) yang ditandai dengan suatu perdangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati. Ada beberapa jenis hepatitis yaitu hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, dan hepatitis E. Pengobatan menggunakan bahan alam (tanaman obat) dapat digunakan dalam mengatasi dan mengobati hepatitis. Pengobatan dengan cara ini memiliki beberapa keuntungan seperti harganya yang relatif murah dan efek samping yang ditimbulkan sedikit. Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai obat hepatitis diantaranya Viscum album, Tinospora cordifolia, Curcuma xanthorrhiza, Panax gingseng, Phylantus niruri, Glycyrrhiza glabra, Ganoderma lucidum, Imperata cylindrical yang mengandung alkaloid purin. Masing-masing tanaman secara umum akan dijelaskan mengenai klasifikasi taksonomi, deskripsi tanaman, kandungan kimia, khasiat, efek farmakologi, simplisia yang digunakan, uji preklinis, uji klinis, dosis, efek samping, kontraindikasi serta bentuk sediaan yang beredar dipasaran. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai klasifikasi taksonomi, morfologi, kandungan kimia, khasiat, efek farmakologi, uji pre klinis maupun klinis yang dilakukan pada berbagai tanaman yang berkhasiat dalam melawan penyakit hepatitis. 1.3 Manfaat Makalah ini bermanfaat sebagai media informasi.
1.4 Metode Pengumpulan data Data-data yang ada dalam makalah ini, penulis dapatkan dari hasil studi pustaka, dengan mendapatkannya dari berbagai sumber baik yang ada di perpustakaan maupun yang penulis dapatkan dari hasil pencarian melalui internet. 4
BAB 2 ISI 2.1. Hepatitis
5
Hepatitis adalah salah satu dari penyakit hati (Liver) yang ditandai dengan suatu perdangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati. Banyak kasus hepatitis tidak diobati karena tidak ada gejala atau gejala dikira diakibatkan hanya oleh serangan flu biasa. Gejala hepatitis yang paling umum adalah nafsu makan hilang, kelelahan, demam, pegal sekujur tubuh, mual dan muntah serta nyeri pada perut. Beberapa orang mungkin mengalami air seni yang menjadi berwarna gelap, buang air besar berwarna pucat, dan kulit serta mata menguning (disebut ikterus atau jaundice). Jenis Hepatitis a. Hepatitis A
Hepatitis A adalah
satu-satunya
hepatitis yang tidak serius dan dapat sembuh secara spontan tanpa meninggalkan jejak. Penyakit ini bersifat akut, hanya membuat kita sakit sekitar 1 sampai 2 minggu. Penyebab hepatitia A yaitu Virus Hepatitis A (HAV) melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi. Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan menyantap makanan memudahkan penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya berjangkit di masyarakat yang kesadaran kebersihannya rendah. Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan kerusakan permanen. b. Hepatitis B
6
Hepatitis B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat fatal. Virus Hepatitis B (HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah (injeksi intravena, transfusi), peralatan medis yang tidak steril atau dari ibu ke anak pada saat melahirkan. Pada 90% kasus HBV menghilang secara alami, tetapi pada 10% kasus lainnya virus tersebut tetap bertahan dan mengembangkan penyakit kronis, yang kemudian bisa menyebabkan sirosis atau kanker hati. c. Hepatitis C
Hepatitis C dapat menular terutama melalui darah. Virus ditularkan terutama melalui penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obatobatan, pembuatan tato yang dilakukan dalam kondisi tidak higienis. Penularan virus hepatitis C (HCV) juga dimungkinkan melalui hubungan seksual dan dari ibu ke anak saat melahirkan, tetapi kasusnya lebih jarang. Seperti halnya pada hepatitis B, banyak orang yang sehat menyebarkan virus ini tanpa disadari. Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B. Namun, hepatitis C lebih berbahaya karena virusnya sulit menghilang.
7
Pada sebagian besar pasien (70% lebih), virus HCV terus bertahan di dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi liver. d. Hepatitis D
Hepatitis D, juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang memerlukan pertolongan virus hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang terinfeksi hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari semua virus hepatitis. Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15 juta orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis (superinfeksi). Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang besar (70%-80%) menjadi sirosis.
e. Hepatitis E
8
Hepatitis E mirip dengan hepatitis A. Virus hepatitis E (HEV) ditularkan melalui kotoran manusia ke mulut dan menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Tingkat tertinggi infeksi hepatitis E terjadi di daerah bersanitasi buruk yang mendukung penularan virus. Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi kronis. Secara umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka panjang. Pada sebagian sangat kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E menyebabkan gagal hati akut yang berbahaya. TES FUNGSI HATI Tes fungsi hati dapat dilakukan dengan pemeriksaan ALT (Alanin aminotranferease), AST (aspartat aminotransferase), ALP (Alkalin phosphatase), bilirubin, albumin, dan total protein. Alkalin phosphatase (ALP) merupakan indikator kerusakan hepar. Alanin aminotranferease (ALT) dan aspartat aminotransferase (AST) adalah enzim yang terletak di sel-sel hati, jika sel-sel hati terluka maka akan masuk ke sirkulasi umum (Corwin, 2001.)
2.2. Tanaman Yang Berkhasiat Dalam Pengobatan Hepatitis No. 1 2 3 4
Nama Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Meniran (Phyllanthus niruri) Jombang (Taraxacum officinale) Inggu (Ruta angustifolia)
Suku
Simplisia
Zingiberaceae
Rimpang
Euphorbiaceae Asteraceae Rutaceae
Herba Herba dan akar Herba 9
5 6 7
Mimba (Azadirachta indica) Kedelai (Glycne max) Alang-alang (Imperata cylindica)
Meliaceae Fabaceae Poaceae
8
Bambu kuning (Bambusa sp)
Gramineae
9
Brotowali (Tinospora perculata)
10
Ketapang (Terminalia cattapa) Semanggi gunung (Hydrocotyle
11 12 13 14 15 16
sibthorpioides) Umbi bangle (Zingiber purpureum) Daun serut (Malpighia coccigera) Reishi mushroom (Ganoderma lucidum) Viscum album Keladi Tikus (Typhonium
17
flagelliforme) Glycyrrhiza glabra
18
Silybum marianum
19 20 21 22
Sarang semut (Myrmecodia pendens) Ginseng (Panax ginseng) Andrographis paniculata Centella asiatica
Menispermaceae
Daun Biji Akar Tunas mudanya (rebung) Daun dan Batang
Combretaceae
Daun
Umbelliferae(Apiaceae)
Herba
Zingiberaceae Malpighiaceae
Rimpang Daun
Ganodermataceae
Buah
Viscaceae Aracaceae
Buah Herba
Fabaceae Asteraceae
Radix
Rubiaceae
Umbi
Araliaceae Acanthaceae Apiaceae
Rimpang Herba Herba
2.2.1 Tinospora cordifolia
10
Gambar. Tinospora cordifolia Taksonomi Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Ranunculales
Suku
: Menispermaceae
Marga
: Tinospora
Jenis
: Tinospora cordifolia
(Abhimanyu Sharma et al., 2010)
Kandungan Kimia Alkaloid, diterpene lakton, steroid, glycosides aliphatic compounds, polisakarida. (Abhimanyu Sharma et al., 2010). Senyawa aktif dalam Tinospora cordifolia yaitu
11
Alkaloid berperan dalam aktivitas hepatoprotektif secara signifikan (B. T. Kavitha et al., 2011).
Gambar. Kandungan Kimia Tinospora cordifolia
(Soham Saha and Shyamasree Ghosh, 2012) Efek Farmakologi Antioksidan, anti alergi, anti inflamasi, anti-diabetes, anti-artritis, anti-malaria, anti-osteoporosis, hepatoprotektif (Avnish K. Updahyay et al., 2010). Tinospora cordifolia untuk mengobati Hepatitis B. (Lakshmi C. Mishra, 2003)
Uji Pre-klinis dan Uji Klinis Dilakukan penelitian pada tikus Albino dengan berat 150- 200 gram. Terdapat 6 perlakuan, kelompok 1 diberikan normal saline, kelompok 2 diberikan CCl4, kelompok 3 diberikan sirup Liv. 52 selama 20 hari diikuti dengan pemberian CCl4, kelompok 4; 5; dan 6 diberikan larutan ekstrak T. cordifolia 1ml/100g diberikan secara oral 2 kali sehari pada tikus selama 10; 20; dan 30 hari. Dari hasil penelitian menunjukkan kelompok 3 dengan pemberian CCl4 mengalami kenaikan Alanine Transaminase (ALT), Alkaline phosphatase (ALP), dan Total Bilirubin, sedangkan kelompok dengan pemberian T. cordifolia menunjukkan penurunan ALT, ALP, dan total bilirubin. Hal itu menunjukkan ekstrak T. cordifolia efektif mengontrol kadar ALT, ALP dan bilirubin total dalam penelitian tersebut. Dari hasil penelitian menunjukkan Tinospora cordifolia adalah agen hepatoprotektif yang kuat. Penggunaan tanaman ini dapat digunakan dalam pengobatan herbal untuk gangguan hati. (Vipin Kumar et al., 2012) Pada Uji Klinis, dilakukan penelitian pada 20 pasien yang terinfeksi hepatitis diberikan obat Tinospora cordifolia
4 tablet (masing- masing 500 mg)
sehari tiga kali selama 4 minggu. Hasilnya menunjukkan bahwa Tinospora 12
cordifolia berperan untuk mengobati gejala yang dialami pasien. (Kirti Sinha et al., 2004) Efek samping, Kontraindikasi, dan Dosis Efek samping dari obat Tinospora cordifolia
dapat menurunkan gula
darah sehingga untuk pasien dengan pengobatan diabetes harus disesuaikan dengan penggunaan Tinospora cordifolia. Efek samping lainnya yaitu dapat meningkatkan sistem imun, sehingga untuk pasien dengan penyakit autoimun seperti Multiple Sclerosis, Lupus, Rheumatoid Arthritis sebaiknya menghindari pemakaian obat Tinospora cordifolia. Kontraindikasi obat Tinospora cordifolia bagi ibu hamil dan menyusui. Dosis yaitu 300 mg ekstrak batang Tinospora cordifolia 3 kali sehari untuk 8 minggu. Interaksi Obat Obat Tinospora cordifolia memiliki interaksi obat dengan obat antidiabetes dimana kedua obat tersebut memiliki efek yang sama yaitu menurunkan gula darah. Sehingga pemakaian keduanya akan mengakibatkan gula darah akan semakin menurun (Avnish K. Updahyay et al., 2010). Selain itu juga memiliki interaksi obat dengan obat immunosupresan. Dimana Tinospora cordifolia memiliki efek meningkatkan sistem imun sehingga dapat menurunkan efektivitas obat immunosupresan tersebut. (Manjrekar PN et al.)
2.2.2 Viscum Album
13
Taksonomi Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Tracheophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Santalales
Suku
: Santalaceae
Marga
: Viscum L.
Jenis
: Viscum album L.
(Nickrent DL, 2004)
Kandungan Kimia Ekstrak Viscum album mengandung mistletoe lectins, glikoprotein sitotoksik yang biasa dikenal dengan sebutan viscumin atau aglutinin yang merupakan anggota dari protein yang menonaktifkan ribosom tipe 2, dan viscotoxin yang merupakan peptida asam amino-46 yang merusak membran sel. Dalam Viscum album juga memiliki kandungan kimia lain seperti polisakarida, alkaloid, flavonoid, triterpen, sterol (Yang Li et al., 2011). Efek Farmakologi Dapat menurunkan peningkatan serum Alanine Aminotransferase (ALT), Aspartate Aminotransferase (AST), dan Alkaline Phosphatase (ALP), serta mencegah perkembangan nekrosis hati yang disebabkan oleh CCl4 (Omar et al., 2010). Viscum album untuk mengobati Hepatitis C (Lakshmi C. Mishra, 2003)
14
Uji Preklinis Penelitian dengan hewan percobaan tikus Sprague- Dawley berat 120- 130 gram. Terdapat 6 perlakuan. Kelompok 1- 5 diberikan CCl4 dalam minyak zaitun (1:1 vol/vol) secara oral pada dosis 2,8 ml/kg dan selanjutnya setiap minggu diberikan CCl4 dosis 0,14 ml/kg untuk mempertahankan kerusakan hati. Kelompok satu sebagai kelompok kontrol diberikan normal saline, kelompok 2 dan 3 diberikan 0,1 atau 0,2 ml/kg ekstrak Viscum album secara subkutan satu minggu sekali. Kelompok 4 diberi Silymarin 25 mg/kg secara oral setiap hari. Kelompok 5 diberikan ekstrak Viscum album 0,2 ml/kg secar subkutan dan Silymarin 25 mg/kg secara oral satu minggu sekali selama 30 hari. Kelompok 6 diberikan saline tanpa CCl4 setiap hari selama 30 hari. Setelah 30 hari perlakuan, tikus dimatikan dengan anestesi eter dan hati tikus diambil untuk diteliti. Dari hasil penelitian kadar Alanine aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), dan alkaline phosphatase (ALP) dalam plasma meningkat karena CCl4. Pemberian 0,1 mL/kg ekstrak Viscum album menurunkan kadar ALT sebanyak 51,2%; AST sebanyak 52,6%; dan ALP sebanyak 27,7%. Sedangkan untuk pemberian 0,2 mL/kg ekstrak Viscum album menurunkan kadar ALT sebanyak 65,6%; AST sebanyak 61,1%; dan ALP sebanyak 57,6%. Hasil dari 0,2 mL/kg ekstrak Viscum album dikombinasikan dengan Silymarin menurunkan kadar ALT, AST, dan ALP dalam plasma sebesar 73,1%; 67,6%; dan 65,8%. Dari hasil penelitian ini membuktikan ekstrak Viscum album dapat mengobati kerusakan hati. (Omar et al., 2010). Efek Samping, Kontraindikasi, dan Dosis Efek samping yang dihasilkan seperti FLS (Flu like symptoms), demam, menghasilkan reaksi lokal pada tempat bekas injeksi, dan adanya reaksi alergi. Jika dikombinasi dengan Mistletoe lectin (ML) dapat menimbulkan efek hepatotoksik yang reversible. Kontraindikasi dari obat Viscum album untuk ibu hamil dan menyusui. Dosis yang diberikan akan berpengaruh kepada efek yang ditimbulkan. Seperti dari sebuah hasil penelitian dapat dilihat bahwa, efek pemberian Viscum album tergantung dari dosis yang diberikan. Pemberian Viscum album (0,1 dan 0,2 15
ml/kg) secara signifikan dapat menurunkan ALT sebesar 51,2% dan 65,6%; AST sebesar 52,6% dan 61,1%; serta ALP sebesar 27,7% dan 57,6%. Sedangkan, Viscum album (0,2 mL/kg) yang diberikan bersama dengan Silymarin menghasilkan penurunan ALT dalam plasma sebesar 73,1%; AST sebesar 67,6%; dan ALP 65,8% (Omar et al., 2010). Interaksi Obat Obat Viscum album memiliki interaksi obat dengan obat anti- hipertensi dimana kedua obat tersebut memiliki efek yang sama yaitu menurunkan tekanan darah. Sehingga pemakaian keduanya akan mengakibarkan tekanan darah akan semakin menurun (Henriettes Herbal, 2011). Selain itu juga memiliki interaksi obat dengan obat immunosupresan. Dimana Viscum album memiliki efek meningkatkan sistem imun sehingga dapat menurunkan efektivitas obat immunosupresan tersebut (Anik Savoie et al.) 2.2.3 Curcuma xanthorrhiza Roxb
Gambar 1. Curcuma xanthorrhiza Roxb Temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb) merupakan salah satu kekayaan alam asli Indonesia, temulawak mengandung kurkuminoid dan minyak atsiri yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan dari berbagai penyakit. Rimpang temulawak yang terdapat di Jawa Barat. Kurkuminoid berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi (antiperadangan), antibakteri, antihepatotoksik (anti liver), antikolesterol, antikanker dan anti 16
platelet agregasi (pembekuan darah yang bisa menyebabkan stroke). Sementara salah satu komponen minyak atsiri yang dikandungnya, yakni xanthorrhizol adalah antikanker, terutama kanker payudara. Aktivitas imunomodulator dari kurkumin (salah satu kandungan dalam kurkuminoid) juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. “Dibandingkan ginseng, komponen dalam temulawak jauh lebih banyak. a. Klasifikasi Kerajaan
: Plantae
Sub Kerajaan : Tracheobionta Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Sub Kelas
: Commelinidae
Bangsa
: Zingiberales
Suku
: Zingiberaceae
Marga
: Curcuma
Jenis
: Curcuma Xanthorrhiza Roxb.
b. Deskripsi Tanaman Temulawak pada dasarnya merupakan tumbuhan terna dengan batangsemu yang bisa mencapai ketinggian di atas 1 meter tetapi jarang yang melewati 2 meter. Batang temulawak berwarna hijau atau coklat gelap dengan akar rimpang yang terbentuk secara sempurna dan dilengkapi sistem percabangan yang kuat. Setiap batang temulawak memiliki 2 sampai 9 helai daun bentuk bundar memanjang. Warna daunini bervariasi, bisa hijau atau coklat keunguan terang hingga gelap. Daunnya memiliki panjang antara 31 cm sampai 85 cm. Sedangkan lebarnya bisa 10 cm sampai 18 cm. Jumlah daunnya ada 5 namun 3 bagian 17
diantaranya lebih panjang dari yang lain, berwarna hijau tua. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bungaberbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merahdadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1 cm. Rimpang ini berkembang subur pada kondisi tanah yang gembur. c. Kandungan Kimia Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid yang didalamnya terdapat kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri yang terdiri dari kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, fellandren, borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineal, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmerol, artmeron, sabinen,germakron,atlantone (Wijayakusuma,2007). d. Efek Farmakologi Rimpang temulawak mempunyai efek farmakologi yaitu hepatoprotektor, menurunkan kadar kolestrol, antiinflamasi, laxative, diuretik, meningkatkan produksi ASI, tonikum, dan menghilangkan nyeri sendi, khasiat lain yaitu sebagai analgesik,
antibakteri,
antijamur,
antidiabetik,
antidiare,
antiinflamasi,
antihepatotoksik, antioksidan, antitumor, depresan, diuretik, hipolipidemik, dan insektisida e. Uji Pre klinik untuk Efek Antihepatotoksik Pemberian seduhan rimpang temulawak sebesar 400, 800 mg/kg bobot mencit selama 6 hari serta 200, 400 dan 800 mg/kg bobot mencit pada mencit selama 14 hari mampu menurunkan aktivitas enzim Glutamic Pyruvic Transaminase (GPT) akibat dosis hepatotoksik parasetamol dan mampu mempersempit
luas
daerah
nekrosis
parasetamol
secara
nyata.
Daya
antihepatotoksik tergantung pada besarnya dosis maupun jangka waktu pemberiannya (Raharjo, 2010). f. Uji Pre klinik untuk Efek Hipolipidemik
18
Penggunaan temulawak sebagai minuman pada ternak kelinci betina menunjukkan bahwa tidak terdapat lemak tubuh pada karkas dan jaringan lemak di sekitar organ reproduksi (Raharjo, 2010). Pada tikus dengan diet tinggi kolesterol, temulawak tidak menurunkan tingginya kolesterol serum walaupun menurunkan kolesterol hati. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa kurkuminoid tidak mempunyai efek yang nyata terhadap lemak serum dan lemak hati, maka disimpulkan bahwa temulawak mengandung zat aktif selain kurkuminoid yang dapat merubah metabolisme lemak dan lipoprotein. g. Uji Klinis Obat-obatan yang telah dikembangkan untuk memperbaiki kelainan fungsi hati pada hepatitis kronik antara lain: 1. Schizandrae yang dapat menghambat nekroinflamasi sel hati, normalisasi fungsi hati, regenerasi sel hati, anti-hepatocarcinogenesis 2. Sylimarin, mempunyai efek anti oksidan kuat, stabilisator membrane sel, regenerasi sel hati, dan memuluhkan kerusakan struktur sel hati 3. Curcuma, mempunyai efek kolagoga (mengaktifkan sekresi kolesterol dan empedu) 4. Liquiritiae, dapat meningkatkan sistem imunitas (imunoregulator) 5. Vitamin B6, membantu metabolisme asam amino yang dibutuhkan oleh hepar 6. Choline bitartrate, menjaga kenormalan fungsi hati, melindungi hati dari sirosis Sediaan yang akan diuji: –
Shizandrae tunggal Satu macam kaplet berisi ekstrak schizandrae fructus 135 mg
–
Shizandrae kombinasi Satu kaplet berisi schizandrae fructus 135 mg, sylimarin phytosome 35 mg, ekstrak curcuma xanthorizzae 150 mg, liquiritiae radix 135 mg, choline bitartrate 150 mg, vitamin B6 2 mg Kriteria inklusi adalah penderita hepatitis kronik dan tidak sedang menjalani
terapi anti virus.
Dasar diagnosis hepatitis kronis adalah penderita sudah
diketahui minimal dalam 6 bulan terakhir mempunyai kadar SGOT dan SGPT > 19
1,5 kali diatas batas atas nilai normal. Terhadap seluruh subyek penelitian dilakukan pemeriksaan SGOT, SGPT, bilirubin total, PT, INR. Penderita mendapat kaplet schizandrae tunggal 3 x 1 per hari atau Schizandrae kombinasi 3 x 1 kaplet per hari selama 28 hari. Jumlah penderita yang menyelesaikan penelitian dari kelompok schizandrae tunggal sebanyak 19 orang dan dari kelompok scizandrae kombinasi sebanyak 18 orang. Lima belas orang perempuan, 22 orang laki-laki, berumur antara 21 – 76 tahun Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa, pemberian kombinasi schizandrae fructus 135 mg, sylimarin phytosome 35 mg, ekstrak curcuma xanthorizzae rhiz. 150 mg, liquiritiae radix 135 mg, choline bitartrate 150 mg, B6 2 mg sebanyak 3 x 1 kaplet / hari selama 28 hari menunjukan penurunan SGOT dan bilirubin total yang lebih baik dibandingkan schizandrae fructus 135 mg tunggal. h. Contoh sediaan yang beredar
Gambar 5. Sediaan Curcuma xanthorrhiza Roxb
2.2.4 Panax ginseng
20
Gambar 6. Panax ginseng a. Klasifikasi Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Apiales
Suku
: Araliaceae
Marga
: Panax
Jenis
: Panax ginseng
b. Deskripsi tanaman Ginseng terkenal di masyarakat Cina dan Korea sebagai obat sejak 5000 tahun yang lalu.Ginseng dipercayai selama berabad–abad untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit serta telah berbudaya dalam kehidupan masyarakat Cina dan Korea sampai hari ini .Ginseng China dan Korea ternyata merupakan tanaman yang sama jenis yaitu Panax ginseng dari famili Araliaceae .Seiring dengan kemajuan masa kini , ginseng telah dibuat dalam berbagai bentuk produk untuk dipasarkan ke luar negeri. Produk yang dipasarkan adalah teh ginseng , tablet dan madu. Tanaman temulawak siap dipanen pada umur 10-12 bulan, dengan dicirikan tanaman sudah senescen (mengering batang dan daunnya). Penelitian tentang terapi dengan ekstrak ginseng pada pasien diabetes, hipertensi, kanker, dan penyakit lain menunjukkan peningkatan kondisi kesehatan yang relatif cepat dan tanpa efek samping. Hasil ini dibandingkan dengan 21
penggunaan obat kimia yang seringkali bersifat toksik serta menimbulkan komplikasi. c. Kandungan Kimia
\
d. Efek Farmakologi 1. Ginsenoside memiliki aktivitas antibiotik dan antivirus hepatitis. 2. Ginsenoside bekerja sebagai hepatoprotektif dengan mekanisme antioksidan Ginsenoside meningkatkan aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD), catalase (CAT), glutathione peroxidase(GPx), glutathoine reductase (GR), glutathione transferase (GSH) 3. Ginsenoside mampu menekan mitogen-activated protein kinase (MAPK), nuclear factor kappa B (NF-kB) dan inducible nitric oxide synthase (iNOS) untuk proliferasi sel kanker hati (Tung, 2012) e. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol. 22
Dalam uji toksisitas akut ini, digunakan mencit galur DDY jantan, bobot badan 24-34 gram Hasil LD 50 oral
225,575 mg/kg BB.
Berdasarkan batasan
Gleason
179,179 – 283,983
termasuk aman.
f. Contoh
rentang
Sediaan
Gambar 7. Sediaan Panax ginseng
2.2.5 Phylantus niruri L.
23
Gambar . Phylantus niruri a. Klasifikasi (www.plantamor.com) Kerajaan
: Plantae
Sub Kerajaan
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Rosidae
Bangsa
: Euphorbiales
Suku
: Euphorbiaceae
Marga
: Phyllanthus
Jenis
: Phyllanthus niruri L. Nama umum
Indonesia
: Meniran
Melayu
: Dukung anak
Pilipina
: Sampa sampalukan
Nama simplisia Phyllanthi Herba
b. Deskripsi Tanaman
24
Artikel yang dilansir dari meniran.com menjelaskan bahwa tanaman ini adalah tanaman herbal tegak yang mempunyai tinggi 0,5-1 meter dan dapat tumbuh diberbagai tempat sehingga sangat mudah dijumpai disekitar kita. Tanaman meniran memiliki morfologi batang yang berbentuk bulat berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50 cm dengan bentuk daun tunggal bersiri genap dengan setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk yang berukuran kecil dan lonjong. Tanaman meniran memiliki buah yang rasanya pahit, serta bunga yang terdapat pada ketiak daun menghadap ke arah bawah. Di Indonesia meniran tumbuh secara liar di daerah gembur yang mengandung pasir, di ladang, di tepi sungai dan di pantai. Tumbuhan meniran berupa perdu dan mudah sekali tumbuh. Tanaman meniran dapat tumbuh pada dataran tinggi pada ketinggian 1-1000 mdpl. c. Kandungan Kimia Phyllanthus niruri Linn mengandung beberapa senyawa aktif seperti senyawa flavonoid (kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, ruitn, kaemferol, dalam bentuk bebas dan terikat sebagai glikosida), alkaloid (entnorsekurini), terpenoid, polifenol, tanin, kumarin, saponin dan lignan (filantin, hipofilantin, nirantin, nirtetralin, norsekurinin, sekurinin, alosekurinin, nirfilin, filinirunin) (Paithankar, 2011) d. Efek Farmakologi Phyllanthus niruri Linn, merupakan tanaman kecil dan menjadi salah satu herbal yaang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, antara lain sebagai antiradang, dieuretik dan penghancur batu ginjal karena ekstrak
Phyllanthus
niruri dapat menghambat agregasi kristal oksalat sebelum terjadi penumpukan, anti malaria, antipiretik dan antidiabetes.
Uji pre klinis dan klinis telah
membuktikan herbal tersebut memiliki aktivitas imunostimulasi. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam P. niruri L berkhasiat sebagai antioksidan dan antineoplastik. Ekstrak P. niruri L diduga memiliki aktivitas sebagai antikanker namun masih harus diuji melalui in vivo pada hewan coba. (Sawitri,2012)
25
Selain itu, genus Phyllanthi (Euphorbiaceae) banyak digunakan untuk mengobati penyakit kuning dan hepatitis Thyagarainan et al. menemukan bahwa P. amarus memiliki aktivitas anti-HBV untuk pertama kalinya pada tahun 1982. Penelitian selanjutnya menunjukan
bahwa
tanaman genus Phyllanti
dapat
menghambat aktivitas DNA polimerase yakni suatu enzim yang dibutuhkan oleh virus hepatitis untuk bereproduksi sehingga dengan dihambatnya enzim tersebut maka
proses transkripsi mRNA dan replikasi HBV akan terganggu dan
mengurangi jumlah virus hepatitis B di dalam darah. (Qiu, 2013) e. Uji Preklinis Percobaan dilakukan pada bebek yang telah positif terinfeksi DHBV. Kemudian di kelompokan secara acak menjadi lima kelompok. Tiga kelompok diberikan dosis nirtetralin B masing masing ( 25, 50, 100 mg/kg/hari). Kelompok yang menjadi kontrol positif diberikan dosis nirtetralin B sebanyak 50 mg/kg/hari dan kelompok kontrol (normal saline). Obat diberikan secara oral selama 14 hari secara terus menerus. Pada akhir percobaan, bebek dimatikan dan diambil jaringan hatinya untuk diuji histopatologi. Kemudian dilakukan pemeriksaan HBSAg dan HBeAg. Hasilnya secara signifikan pemberian nirtetralin B dapat mengurangi kadar HBsAg plasma dan sekresi HBeAg dengan penghambatan tertinggi pada dosis 100 mg/kg/hari. (Liu,2014)
f. Uji Klinis Meniran berfungsi sebagai liver detoxyfying pada penderita liver. Ekstrak etanol 95% dari meniran efektif membunuh virus hepatitis B, dimana aktivitas antiviral diukur pada serum pasien yang positif mengidap virus hepatitis B dengan mekanisme memblok enzim DNA polymerase yang dibutuhkan virus hepatitis B untuk bereplikasi. (usia,2010) Sebuah penelitian menunjukan 37 pasien dengan positif virus hepatitis B diobati dengan dosis harian 600 mg meniran selama 30 hari. 59% dari pasien
26
mengalami penurunan kadar HbsAg
dua minggu setelah pengobatan selesai.
(Paithankar, 2011) g. Dosis Dosis yang tepat dari meniran tergantung pada beberapa faktor seperti usia pengguna, kesehatan, dan beberapa kondisi lainnya. Pada saat ini tidak ada informasi ilmiah yang cukup untuk menentukan kisaran yang tepat. Dianjurkan untuk mengikuti petunjuk yang relevan pada label produk dan berkonsultasi apoteker atau dokter atau profesional kesehatan lainnya sebelum menggunakan. h. Contoh sediaan
Gambar . Contoh Sediaan
27
2.2.6 Glycyrrhiza glabra
Gambar . Glycyrrhiza glabra a. Klasifikasi Tanaman (Damle,2014) Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Rosales
Suku
: Leguminosae
Marga
: Glycyrrhiza
Jenis
: Glycyrrhiza glabra
Nama Simplisa
: Glycyrrhiza radix
b. Deskripsi Tanaman Tanaman akar manis ini merupakan tanaman sejenis polong-polongan yang berasal
dari
Eropa
Selatan dan
beberapa
bagian
wilayah Asia.
Nama liquorice berasal dari bahasa Yunani kuno yang artinya "akar manis". Akar manis termasuk tanaman tahunan berbentuk terna dan dapat tumbuh sampai satu meter dengan daun yang tumbuh seperti sayap dengan panjang 7 sampai 15 cm. Daun-daunnya dapat berjumlah 9-17 helai dalam satu cabang. Bunga akar manis tersusun secara inflorescens (berkelompok dalam satu cabang),warnanya berkisar dari keunguan sampai putih kebiru-biruan serta berukuran panjang 0,8-1,2 cm. Buah akar manis berpolong dan berbentuk panjang sekitar 2-3 cm, dan mengandung biji. 28
c. Kandungan Kimia Hasil isolasi dari tanamana Glycyrrhiza glabra mengandung pati,
pektin,
polisakarida, gula sederhana, asam amino, tanin, flavonoid, minyak atsiri. Kandungan utama dari tanaman ini adalah senyawa Glycyrrhizin (Asam glychyrrhizin) sebesar 10-25 % dari ekstrak Glycyrrhiza radix. Selain itu, terdapat juga senyawa
saponin, triterpenoid dan flavonoid. Golongan flavonoid yang
ditemukan diantaranya; liquirtin, isoliquertin, liquiritigenin dan rhamnoliquirilin. Senya flavonoid inilah yang memberikan warna kuning pada tanaman Glycyrrhiza glabra. (Damle, 2014) d. Efek Farmakologi Glycyrrhiza glabra ekspektoran.
memiliki efek farmakologi sebagai antitusif dan
Ekstrak dari tanaman
Glycyrrhiza glabra ditemukan dapat
mengobati sakit tenggorakan dan bantuk namun mekanisme spesifiknya belum diketahui. Liquorice telah terbukti dapat menurunkan iritasi dan menghasilkan efek espektoran. Carboneksolon (senyawa sintesis turunan dari Glycyrrhiza) menstimulasi produksi mukus oleh lambung dan juga menstimulasi sekresi mukus trakea, menghasil penawar rasa sakit dan efek ekspektoran. (Damle, 2014). Glycyrrhizin secara signifikan dapat mengobati kerusakan hati yang disebabkan oleh induksi CCl4 dengan konsentrasi 25-200 μg/ml. Asam 18 βglycyrrhetic
(sebuah
aglikon
asam
glycyrrhizin)
menunjukkan
aktivitas
hepatoprotektif. Bermanfaat juga sebagai profilaksis dan terapi pada ulser lambung dan duodenal, dyspepsia, sebagai agen antiinflamasi pada reaksi alergi, reumatik, antibakteri, antivirus, sera sebagai imunomudulator. (Damle, 2014). e. Uji Pre Klinis Reaksi peroksidase lipid, stres oksidatif, dan transaminase adalah beberapa penyebab terjadinya disfungsi hati. Studi dirancang untuk mengevaluasi kemampuan silymarin (SLN) dan glycyrrhizin (GLN) dalam rejimen dosis yang berbeda untuk mengurangi stres oksidatif pada tikus yang mengalami kerusakan hati yang terinduksi oleh hepatotoksin karbon klorida. Tikus albino jantan (jumlah 60) secara acak dikelompokan menjadi enam kelompok. Kelompok A sebagai kontrol positif, kelompok B,C,D,E dan F diberikan dosis CCl 4 dua kali seminggu 29
untuk menginduksi kerusakan hati. Setiap kelompok menerima dosis SLN dan GLN yang berbeda-beda selama enam minggu. Hasilnya, pemberian dosis SLN dan GLN dapat mengurangi ALT,AST, ALP dan meningkatkan super oksida dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation peroksidase (GSH-Px), glutation reduktase (GR), Glutathione S-transferase (GST) sehingga dapat disimpulkan bahwa SLN dan GLN memiliki efek hepatoprotektif.(Rasool, 2014) f. Uji Klinis Dalam penelitian ditemukan bahwa glycyrrhizin dalam ekstrak licorice terbukti dapat menekan sekresi hepatitis B virus (HBV) surface antigen (HbsAg) pada penderita hepatitis B. Uji klinik menggunakan suatu dekokta dari akar licorice yang diberikan secara oral 15-20ml, tiga kali sehari selama 10-20 hari memperlihatkan adanya pengurangan sakit pada hati dalam selang waktu 8 hari, dan hasil pemeriksaan air kemih menunjukan hasil negatif terhadap pigmen bilirubin pada hari ke 10. (Usia, 2010) g. Dosis, Efek Samping dan Kontra Indikasi Dosis: Dosis harian 2-15 gram untuk maag dan gastritis. Asupan harian yang disarankan untuk glycyrrhizin 0,2 mg/kg/hari. Efek Samping: Glycyrrhizin dapat menyebabkan efek okular, hipokalemia dan hipertensi, penyakit kardiovaskuler. Kontra Indikasi: • Pasien dengan hipertensi , • Hipokalemia , atau • Insufisiensi ginjal kronis , dan selama kehamilan.
30
h. Contoh sediaan
Gambar . Contoh Sediaan
2.2.7. Reishi mushroom (Ganoderma lucidum)
Gambar 10. Reishi mushroom a. Klasifikasi Kerajaan : Fungi Divisi : Basidiomycota Kelas : Basidiomycetes Bangsa : Polyporales Suku : Ganodermataceae Marga : Ganoderma Jenis : Ganoderma lucidum P. Karsten (P. Dinesh Babu, 2010) b. Deskripsi Tanaman
31
Reishi mushroom tumbuh liar di kayu busuk dan tunggul pohon. Jamur ini berukuran besar, berwarna merah dengan eksterior mengkilap dan bertekstur kayu. Di Cina, Reishi mushroom disebut Lingzhi sedangkan di Indonesia disebut jamur sinduk. Simplisia yang digunakan yaitu berupa tubuh buah yang sudah kering. Ganoderma termasuk dalam kelompok jamur kayu. Beberapa jamur ini parasit di pohon, dapat ditanam pada media serbuk gergajian kayu seperti jamur saprofit. Jamur ling zhi memiliki tubuh buah berbentuk sinduk, mempunyai tangkai sepanjang 3-10 cm yang menancap kedalam medianya. Diujung tangkai terdapat tubuh buah berbentuk setengah lingkaran yang melebar dengan diameter 10-20 cm. Tubuh buah berwarna kuning (1-2 bulan) , kemudian berubah menjadi merah atau coklat tua, yang kemudian dapat dipanen untuk dijadikan bahan baku pembuatan obat-obatan, termasuk jamu (P. Dinesh Babu, 2010) c. Kandungan Kimia Sebagian besar jamur terdiri dari sekitar 90% air. Sisanya 10% yang terdiri dari protein 10-40%, lemak 2-8%, karbohidrat 3-28%, serat 3-32%, fosfor, magnesium, selenium, zat besi, seng dan tembaga. Selain itu, jamur mengandung berbagai molekul bioaktif seperti terpenoid, steroid, fenol, nukleotida dan turunannya, glikoprotein dan polisakarida. Protein jamur mengandung semua asam amino esensial dan terutama kaya lisin dan leusin. Total kandungan lemak rendah dan proporsi yang tinggi dari asam lemak tak jenuh ganda relatif terhadap total asam lemak jamur dianggap kontributor yang signifikan terhadap nilai kesehatan jamur. Secara fisiologis polisakarida, peptidoglikan dan triterpen adalah tiga kandungan aktif utama pada Ganoderma lucidum (Angel trigos, 2011)
32
Isolasi dari tubuh buah berhasil mendapatkan beberapa macam triterpenoid yang bersifat bioaktif yaitu , ganoderic acid, ganodermic acids, lucidenic acid, lucidone, ganoderal, ganoderol (Solomon, 2013) d. Efek Farmakologi Polisakarida pada Reishi mushroom dapat digunakan sebagai antikanker. Reishi mushroom juga memberikan tindakan sebagai hepatoprotektif, antivirus, dan efek menguntungkan pada system kardiovaskuler, rheumatoid arthritis, sindrom kelelahan kronis dan diabetes (Solomon, 2013). Adanya aktivitas inhibitor α-glukosidase (Kim et al 2004 ) e. Uji Preklinik Uji preklinik menggunakan tikus, dengan tetrachloride yang menyebabkan hepatits, terjadi penghambatan kerusakan hati dengan pemberian dosis reishi tinctur dan hati dapan beregenerasi menjadi baru kembali. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan (n=5 ekor). Kelompok I sebagai kontrol normal (tanpa perlakuan); kelompok II sebagai kontrol negatif (parasetamol dosis toksik 2,5 g/kg bb); kelompok III-V berturut-turut diberi ekstrak etanol 50% jamur lingzhi dalam CMC Na 1% (peroral) dosis 0,5; 1 dan 2 g/kg bb 1 kali sehari selama 7 hari berurutan, diberi parasetamol 2,5 g/kg bb dan pada jam ke-48 setelah induksi parasetamol, diambil darahnya guna penetapan aktivitas SGPT dengan metode GPT ALAT. Sesaat kemudian, hewan uji diambil hatinya untuk dibuat preparat histologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 50% jamur lingzhi 1 kali sehari selama 7 hari berurutan pada tikus putih jantan dosis 0,5; 1 dan
2
g/kgbb
mempunyai
efek
hepatoprotektif
yang
memiliki
daya
hepatoprotektif berurutan 81,91%; 85,50% dan 96,82%. Gambaran histologi sel-sel hati tikus menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 50% jamur lingzhi 1 kali sehari selama 7 hari berurutan mulai dosis 0,5; 1 dan 2 g/kg bb memberikan efek hepatoprotektif terhadap kehepatotoksikan parasetamol (mengurangi nekrosis hati) (Sujono,2010). f. Uji Klinik Fraksi polisakarida dan triterpen pada Ganoderma lucidum menunjukan adanya efek proteksi pada hati Studi yang dilakukan secara double-blind,
33
randomized dan multi center bertujuan untuk mengevaluasi keamanan serta efikasi dari ekstrak G. lucidum pada pasien hepatitis B kronis. Sebanyak 90 pasien dengan hepatitis B kronis, hepatitis B viral DNA positif dan peningkatan level aminotransferasi dimasukan dalam studi prospektif ini. Kepada 60 pasien diberikan Ganopoly dan placebo kepada 30 pasien lainnya selama 12 minggu. Pengaruh terapi pada tingkat HBV DNA dan aktivitas aminotransferase dalam serum dan HBeAg diselidiki. 78 pasien (52 dari 60 & 26 dari 30) masuk tahap efikasi dan keamanan. Hasilnya pada kelompok yang menerima Ganopoly terdapat penurunan antigen HB serta HBV DNA yang signifikan (P < 0.05). Responden yang memiliki level AST < 100 U/L sebanyak 41% (n=29), sedangkan yang memiliki level AST > 100 U/L sebanyak 65% (n=23). Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa Ganopoly dapat ditoleransi dengan baik serta memiliki aktifitas yang baik dalam melawan virus hepatitis (Gao, et al., 2010) g. Mekaninsme, Dosis, Kontraindikasi dan Efek Samping Mekanisme Skema mekanisme jamur lingzhi sebagai hepatoproketor dan obat hepatitis B adalah sebagai berikut (Solomon, 2013)
Dosis Untuk mengobati penyakit kanker, hepatitis B kronis, jantung dan diabetes yaitu 600-1800 mg tiga kali sehari selama 12 minggu. Untuk risiko penyakit jantung, dua kapsul 360 mg diminum dua kali sehari selama 12 minggu. Untuk 34
tekanan darah tinggi, 55 mg ekstrak reishi diminum setiap hari selama empat minggu. Untuk menajemen nyeri pada herpes zoster, 12 – 24 gram reishi kering di minum tiga kali sehari selama 10 hari. Untuk keracunan oleh Russula subnigricans,100 gram reishi direbus dalam 600 ml air perdosis. Untuk proteinuria, 500-1,125 mg diminum setiap hari hingga 26 bulan. (Solomon, 2013) Kontra indikasi Reishi mushroom dapat meningkatkan resiko perdarahan saat dikonsumsi dengan obat yang dapat meningkatkan resiko perdarahan seperti aspirin, warfarin, heparin, ibuprofen, naproxen. Reishi dapat menurunkan kadar gula darah, untuk orang yang mengonsumsi obat-obatan diabetes melalui mulut atau insulin harus dipantau ketat. Reishi juga dapat berinteraksi dengan adenosine, zat yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan saraf, agen yang menurunkan kolesterol, anestesi, antibiotik, agen antikanker, ARV, agen antivirus, agen jantung, agen hormonal, agen-hati merusak, agen paru-paru, agen muskuloskeletal , penghilang rasa sakit, agen kulit, agen lambung dan usus, hormon tiroid. Gunakan hati-hati pada orang dengan gangguan kekebalan tubuh atau tiroid dan mereka yang menggunakan agen untuk sistem kekebalan tubuh atau tiroid. Gunakan hati-hati pada pasien dengan lambung, usus, kulit, otot, tulang, sistem saraf, hormonal, atau gangguan pernapasan pada pasien dengan gangguan hati atau mereka yang memakai agen merusak hati. Hindari pada pasien dengan alergi atau sensitivitas diketahui reishi, setiap bagian-bagiannya, atau anggota keluarga pabrik. Hindari pada wanita hamil atau menyusui, atau pada anak-anak, karena kurangnya informasi keselamatan yang memadai. (Solomon, 2013) Efek samping Efek samping yang paling umum dilaporkan adalah ruam kulit, pusing, dan sakit kepala. Reishi juga dapat menyebabkan tinja berdarah, nyeri tulang, nyeri payudara, diare, kulit yang meradang, influenza, insomnia, gatal, pusing, kehilangan libido, ketidaknyamanan perut ringan, mual, sakit tenggorokan, dan hidung meler. Reishi dapat meningkatkan risiko perdarahan, menurunkan kadar gula darah, menyebabkan tekanan darah rendah. (Solomon, 2013) Sediaan di Pasaran
35
Gambar 11. Sediaan GanoPoly
2.2.8 Akar Alang-Alang (Imperita cylindrica)
a
b
Gambar 12 : simplisia akar alang-alang (a), akar alang-alang (b) a. Klasifikasi Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophiyta
Kelas
: Liliopsida
Bangsa
: Poales
Suku
: Poaceae
Marga
: Imperata
Jenis
: Imperata cylindrical
Simplisia
: Akar
(http://www.plantamor.com)
b. Deskripsi Tanaman 36
Alang-alang atau ilalang (Imperata cylindrica) adalah jenis tanaman rumput-rumputan
liar
awalnya
memiliki
fungsi untuk mencegah
erosi
(Herbal,2014). Di beberapa daerah di Indonesia alang-alang dikenal dengan nama ilalang. Alang-alang merupakan tumbuhan menahun dengan tinggi 1 sampai 1.5 meter, mudah berkembang biak, mempunyai rimpang kaku yang tumbuh menjalar. Batangnya padat, bukunya atau ruasnya berambut jarang. Alang-alang tumbuh liar di lahan terbuka atau sedikit terlindung, seperti ladang atau perkebunan. Bunganya menguncup dengan panjang 6 – 30 cm, berwarna putih dan mempunyai biji-biji sangat kecil sekitar 1 mm dan berwarna coklat tua. Bunga atau bijinya berambut halus dan mudah diterbangkan angin. Alang-alang banyak terdapat di pulau jawa dengan ketinggian tempat tumbuh dari 0-2700 mdpl. Tumbuhan ini biasa ditemukan liar di hutan, lapangan rumput, sisi jalan, dan lahan-lahan lain yang mendapat sinar matahari cukup. (Kurdi, 2010 ) c. Kandungan Kimia Akar alang-alang memiliki banyak kandungan senyawa bioaktif. Akar alang-alang mengandung senyawa golongan sterol, arundoin, fermenol, isoarborinol, katekol, kumarat, asam asetat, asam malat, asam sitrat, dan kalsium. Akar dan daun alang-alang mengandung beberapa turunan flavonoid, yaitu 3,4,7trihidroksi flavon, 2,3-dihidroksi kalkon, flavonol tersubstitusi, 6-hidroksi flavanol. Fraksi etil asetat akar alang-alang mengandung flavonoid yang termasuk ke dalam golongan flavon, flavonol, tersubstitusi pada 3-OH, isoflavon. Dalam fraksi air terkandung flavonoid golongan flavon tanpa OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-OH, dan isoflavon. (Rini, 2012). d. Efek Farmakologi Alang-alang berkhasiat sebagai pembersih darah, penambah nafsu makan, radang ginjal akut, demam, batuk, darah tinggi, demam, mimisan, kencing darah, dan hepatitis akut. Terkait potensi akar alang-alang sebagai obat hepatitis akut disebabkan oleh senyawa bioaktif yang terdapat pada akar alang-alang yang berperan sebagai hepatoprotektor. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid yang
37
terdapat pada akar alang-alang dapat dikaitkan dengan potensi hepatoprotektor alang-alang. (Rini, 2012). e. Uji Preklinis Toksisitas Akut Mencit percobaan diadaptasikan selama satu minggu di kandang biokimia dan ditimbang bobot badan 3 hari sekali. Dalam penentuan LD50 akan digunakan 5 kelompok dosis ( 10 mencit/kelompok), yaitu 2000, 5000, 10000, 15000, dan 20000 mg/kg BB. Satu kelompok lainnya sebagai kontrol dan hanya akan dicekok akuades. Semua hewan pada setiap kelompok hanya menerima ekstrak satu kali untuk setiap dosis yang telah ditentukan (dosis tunggal), lalu hewan diamati dan dicatat tingkat kematiannya pada 24 jam pertama untuk menentukan kisaran dosis yang tidak menimbulkan kematian dan dosis yang menimbulkan kematian guna memperoleh LD50. Pengamatan dilanjutkan hingga hari ke 14, pengamatan meliputi gejala klinis seperti nafsu makan, bobot badan, serta tingkah laku (Rini, 2012). Pemberian dosis tunggal 2000, 5000, 10000, 15000, dan 20000 mg/Kg BB tidak menyebabkan kematian pada mencit setelah 24 jam pengamatan. Pengamatan bobot badan, setelah perlakuan tidak menunjukkan adanya gejalagejala toksik yang timbul pada hewan uji. Bobot badan mencit pada semua kelompok mengalami peningkatan (Rini,2012). Peningkatan ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar alang-alang tidak toksik setelah pemberian dosis tertinggi, yaitu 20000 mg/Kg BB. Nilai LD50 tidak dapat ditentukan karena hingga dosis terbesar, yaitu 20000 mg/Kg BB, tidak menyebabkan kematian pada mencit. Meskipun LD50 tidak dapat ditentukan melalui penelitian ini, namun dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol akar alangalang praktis nontoksik berdasarkan klasifikasi toksisitas (Rini,2012). Berdasarkan uji histopatologi, pemberian dosis 20000 mg/Kg BB menyebabkan nekrosis pada hati mencit, sedangkan pemberian dosis di bawah
38
20000 mg/Kg BB tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap sel hati mencit (Rini,2012). Nekrosis adalah kematian sel akibat perlukaan jaringan yang didahului dengan kerusakan sel-sel hati, gangguan integritas membran plasma, keluarnya isi sel, dan timbulnya respon inflamasi yang menyebabkan banyak sel mati. Ciri-ciri nekrosis adalah tampaknya fragmen sel disertai reaksi radang (Rini,2012). Analisis data Analisis statistik terhadap kadar enzim ALT dan AST dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yaitu uji analysis of varian (ANOVA) dan uji lanjutan uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α=0.05. Seluruh data tersebut dianalisis menggunakan program perangkat lunak statistical analysis system (SAS) (Rini, 2012) Uji Aktivitas ALT Hasil uji in vivo menunjukkan ekstrak etanol akar alang-alang dosis 750 mg/Kg BB mampu memberikan perlindungan terhadap hati tikus Wistar dari kerusakan akibat parasetamol dengan jumlah enzim ALT dan AST yang lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan ekstrak akar alang-alang lainnya (Rini, 2012). Jumlah enzim ALT kelompok tikus yang mendapatkan ekstrak etanol 70% dosis 750 mg/Kg BB lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan dosis 500 mg/kg BB, dosis 250 mg/kg BB, kelompok kontrol positif, dan kelompok kontrol negatif dengan jumlah enzim ALT (Rini, 2012). Berdasarkan hasil uji statistik Duncan, kelompok perlakuan dosis 750 mg/kg BB tidak berbeda nyata dengan kelompok norma. Sementara itu, kelompok perlakuan dosis 500 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB berbeda nyata dengan kelompok perlakuan 750 mg/kg BB dan kelompok normal, serta tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif (Rini, 2012).
39
Hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dosis 750 mg/kg BB mempunyai efek hepatoprotektor seperti yang terjadi pada kelompok normal, sedangkan kelompok perlakuan dosis 500 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB tidak memberikan efek hepatoprotektor seperti yang terjadi pada kelompok kontrol negatif (Rini, 2012). Penelitian Terhadap Ekstrak Etanol Akar Alang-Alang Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat keamanan melalui uji toksisitas akut, mengkaji khasiat hepatoprotektor, serta menganalisis kandungan fitokimia ekstrak etanol akar alang-alang pada tikus Wistar yang diinduksi parasetamol. Parameter
uji
biokimia
yang
digunakan
untuk
menganalisis
aktivitas
hepatoprotektor adalah enzim transaminase alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat amino transferase (AST). Kerusakan jaringan hati akan dievaluasi melalui uji histopatologi. Akar alang-alang yang diekstrak menggunakan etanol 70% menghasilkan rendemen sebesar 12.48%. Analisis fitokimia menunjukkan bahwa esktrak etanol akar alang-alang mengandung alkaloid dan triterpenoid (Rini, 2012). Ekstrak etanol akar alang-alang dosis 750 mg/Kg BB berkhasiat sebagai hepatoprotektor, hal ini didasarkan pada hasil analisis aktivitas ALT dan AST dengan nilai secara berurutan 68.6 dan 221.2 U/L (kelompok normal), 222.2 dan 509.6 U/L (kelompok dosis 750 mg/Kg BB), 491.2 dan 576.4 U/L (kelompok kontrol positif), 517.4 dan 527.8 U/L (kelompok dosis 500 mg/Kg BB), 555.6 dan 660.0 U/L (kelompok kontrol negatif), dan 558.4 dan 595 U/L (kelompok dosis 250 mg/Kg BB). Jaringan hati tikus yang diberi ekstrak etanol akar alang-alang 750 mg/kg BB tidak menunjukkan kerusakan seperti fibrosis dan tanda-tanda lainnya pada uji histopatologi organ hati. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ekstrak etanol akar alang-alang memiliki khasiat sebagai hepatoprotektor (Rini, 2012) f. Dosis, Efek Samping dan Kontraindikasi Dosis:
40
Tidak ada dosis yang disepakati untuk akar alang-alang. Sedangkan cara penggunaan akar alang-alang adalah sebagai berikut: 1. Direbus, 250 gram akar alang-alang dibersihkan lalu direbus kedalam air 3 gelas air selama 10 menit, lalu diminum. Rebusan ini biasa digunakan untuk diuretik, penyakit kuning, hipertensi, sakit perut dan sebagainya 2. Obat gosok, akar kemudian dihancurkan kemudian dicampur dengan minyak untuk mengobati batuk Efek Samping: efek samping yang muncul biasanya pusing, mual, dan peningkatan buang air. Kontra Indikasi: Penderita lambung lemah dan banyak buang air kecil dilarang mengonsumsi akar alang-alang. g. Sediaan Dipasaran
Gambar13. Sediaan akar alang-alang BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN 3.1.
Kesimpulan Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati karena virus yang menyerang serta menyebabkan peradangan dan kerusakan pada sel-sel dan fungsi organ hati. 41
Pengobatan menggunakan bahan alam (tanaman obat) dapat digunakan
dalam mengatasi dan mengobati hepatitis. Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai obat hepatitis diantaranya adalah alkaloid purin, seperti Viscum album, Tinospora cordifolia, Curcuma xanthorrhiza, Panax gingseng, Phyllantus niruri, Glycyrrhiza glabra, Ganoderma lucidum, Imperata cylindrica, dll
Virus
HEPATITIS A
HEPATITIS B
HEPATITIS C
HEPATITIS D
HEPATITIS E
Virus Hepatitis A (HAV)
Virus Hepatitis B (HBV)
Virus Hepatitis C (HCV)
Virus Hepatitis D (HDV)
Virus Hepatitis E (HEV)
Hubungan seksual, darah (injeksi iv transfusi), peralatan medis yg tidak steril/ dari ibu ke anak saat melahirkan.
Penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obat-obatan, pembuatan tato yang dilakukan dalam kondisi tidak higienis.
Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah terkena hepatitis B kronis (superinfeksi).
Kotoran manusia masuk ke mulut dan menyebar melalui makanan / minuman yang terkontaminasi.
Pengembangka n penyakit kronis.
Mengganggu fungsi liver.
Berpeluang besar menjadi sirosis.
Gagal hati akut yang berbahaya.
Gambar Virus
Persebaran
Menyebabka n
Makanan dan air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi.
Pembengkakan hati.
3.2. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman-tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat.
42
DAFTAR PUSTAKA
Angel trigos, j. s. (2011). Biologically active metabolites of the genus Ganoderma : Three decades of myco-chemestry research . Revista Mexicana De Micologia Vol 34, 63-83. Abhimanyu Sharma, Asmita Gupta, Sakshi Singh Amla Batra. 2010. Tinospora cordifolia (Willd.) Hook. F. & Thomson - A plant with immense economic potential. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research
43
Anik Savoie, Valerie Lavastre, Martin Pelletier et al. 2000. Activation of human neutrophils by the plant lectin Viscum album agglutinin-I: modulation of de novo protein synthesis and evidence that caspases are involved in induction of apoptosis. Journal of Leukocyte Biology. Anonim.
Informasi
Spesies
Phyllanthus
niruri
L.
Retrivied
from
http://www.plantamor.com/index.php?plant=990 Anonim.
Meniran
dan
Khasiatnya.
Retrivied
from
http://meniran.com/menirandan-khasiatnya/ Anonim. Retrivied from http://www.drugs.com/npp/licorice.html Arianti, Rini. 2012. Aktivitas Hepatoprotektor dan Toksisitas Akut Ekstrak Akar Alang-Alang. IPB Avnish K. Upadhyay, Kaushal Kumar, Arvind Kumar, Hari S. Mishra. 2010. Tinospora cordifolia (Willd.) Hook. f. and Thoms. (Guduchi) – validation of the Ayurvedic pharmacology through experimental and clinical studies. NCBI. B. T. Kavitha, S. D. Shruthi. 2011. Phytochemical analysis and hepatoprotective properties of Tinospora cordifoliaagainst carbon tetrachloride-induced hepatic damage in rats. NCBI. Damle, Monica. 2014. Glycyrrhiza glabra ( Liquorice)-A Potent Medicinal Herb. International Journal of Herbal medicine 2 (2) : 132-136. European Medicines Agency. 2012. Assessment report on Viscum album L., herba. Committee on Herbal Medicinal Products (HMPC). Gao, Yihui, et al. A Phase I/II Study of a Ganoderma lucidum (Curt.: Fr.) P. Hepatitis В. International Journal of Medicinal Mushrooms. Inhibitor from The Fungus Ganoderma Lucidum. Journal of Microbiology Karst. (Ling Zhi, Reishi Mushroom) Extract in Patients with Chronic
44
Kim, S.D., dan H.J. Nho. 2004. Isolation And Characterization of αglucosidase42: 223 - 227. Kirti Sinha, N P Mishra, J Singh, and SPS Khanuja. 2004. Tinospora cordifolia (Guduchi), a reservoir plant for therapeutic applications: A Review. Indian Journal of Traditional Knowledge. Kurdi, A. (2010 ). Tanaman Herbal Indonesia. Jakarta . Lakshmi C. Mishra. 2003. Scientific Basis for Ayurvedic Therapies. CRC Press. Liu, Sheng.,et.al. 2014. In Vitro and In Vivo Anti-Hepatitis B Virus Activities of The Lignan Nirtetralin B Isolated From Phyllanthus niruri L. Journal Of Ethnopharmacology 157: 62-68. Manjrekar PN, Jolly CI, Narayanan S. 2000. Comparative studies of the immunomodulatory activity of Tinospora cordifolia and Tinospora sinensis. NCBI. Nickrent DL. 2004. Viscum Album. NCBI. Omar Mohamed ABDEL-SALAM, Amany Ameen SLEEM, Nermeen M. SHAFFIE. 2010. Effect of Viscum album on acute hepatic damage caused by carbon tetrachloride in rats. Turk J Med Sci. Paithankar, V.V.,Raut K.S., Charde R.M., Vyas J.V. 2011. Phyllanthus Niruri : A Magic Herb. Research in Pharmacy 1(4): 1-9. P. Dinesh Babu, R. S. (2010). the Sacred Mushroom "Reishi". American-Eurasian Journal of Botany, 107-110. Qiu, Li-Peng., Ke-Ping Chen,. 2013. Anti-HBV derived from botanical origin. Institute of life Science, Fitoterapia Journal 84 : 140-157. Rasool, Muhammad., et.al. marianum (Silymarin)
2014. Hepatoprotective Effects of Silybum and Glycyrrhiza
glabra (Glycyrrhizin)
in
Combination: A Possible Synergy. Hindawi Publishing Corporation.
45
Sawitri, Endang,. Ign. Riwanto., Tjahjono., Edi Dharmana.2012. Ekstrak Phyllanthus niruri Linn., Pertumbuhan Tumor dan Proliferasi sel Kanker Kolorektal. Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro. Semarang. Soham Saha and Shyamasree Ghosh. 2012. Tinospora cordifolia: One plant, many roles. NCBI. Sujono, Tanti A. 2010. Efek Hepatoprotektor Ekstrak Jamur Lingzhi (Ganoderma Systematic Reviewthe 2010. Standard Research Collaboration. Journal of the Society for Integrative Oncology, Vol 8, No 4. p 148-159 Ulbricht, Catherine, et al. Review: Reishi Mushroom (Ganoderma lucidum): Usia, Tepy. 2010. Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Sakit Hati. Retrivied from http://www.ikatanapotekerindonesia.net/articles/34-pharmacynews/308pemanfaatan-tanaman-obat-untuk-sakit-hati.html Vipin Kumar, Pankaj K. Modi, K. K. Saxena. 2012. Exploration of Hepatoprotective Activity of Aqueous Extract of Tinospora Cordifolia- An Experimental Study. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. Wasser, Solomon P. Reishi or Ling Zhi (Ganoderma lucidum).2013. Institute of Evolution, University of Haifa, Mount Carmel, Haifa, Israel Yang Li, Yan-Li Zhao, Yong-Ping Yang, Xiao-Li Li. 2011. Chemical constituents of Viscum album var. meridianum. Elsevier Biochemical Systematics and Ecology
46