Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009 - ISSN 1411 - 397X
daftar isi index warna Pendidikan Tinggi, Menjunjung Tinggi Kemanusiaan ______1
berita utama Dari Mapram ke PKKMB ___________________________2
berita khusus Tiga PTN Surabaya Tiadakan OSPEK _________________3 Meneropong PKKMB _______________________________4 Peserta Donor Darah dalam rangka Lustrum IX Unesa
“happy face, make your world smily”
what’s up? Sejak 10 Maret 2003 Dikti mengeluarkan buku panduan pelaksanaan pengenalan kampus. Buku itu berisi lingkup materi yang diberikan, metode penyampaian, pelaksanaan, organisasi kepanitiaan, pendanaan, dan pertanggungjawaban keuangan. Keluarnya buku panduan itu sekaligus menghapus istilah Ospek. Sejak itu, istilah penyambutan maba di setiap perguruan tinggi berbeda-beda. Mengapa hal ini menjadi menarik dipertanyakan? Simak di berita khusus halaman 3.
tri dharma Membangun Apresisasi dan Kreatifitas Melalui Kolaborasi Seni _____________________________6
unesa on demand Tari Kembang Terop: Gabungkan Dua Tari Tradisional Jatim ________________7
suara stakeholders Terus Update Kurikulum dan Perbanyak Link ____________8
info unesa Dual Degree: Program Bergengsi PPs Unesa __________9 Kabar dari Pomnas IX 2009 Palembang ________________9
profil Kenalkan Batik Seru Kekancah Internasional ___________10
Seni memiliki sifat multi dimensional, multilingual, dan multikultural. Sifat multidimensional, mengandung makna bahwa seni mampu mengembangkan potensi dasar manusia dalam dimensi fisik, perceptual, intelektual, emosional, sosial, kreativitas dan estetik. Multilingual, berarti bahwa seni mampu mengembangkan potensi manusia untuk berkomunikasi dengan berbagai bahasa ungkap (ekspresi), baik melalui unsur rupa, gerak, maupun suara. Sementara itu sifat multikultural, mengandung pengertian bahwa seni, baik sebagai kreasi individu maupun kelompok merupakan bagian atau cerminan suatu kebudayaan. Apa yang membuat Unesa tertarik untuk menguak seni dilingkungannya? Simak di tri dharma halaman 6. Senin (26/10) di Gramedia Expo Lulut memajang hasil kreasinya batik khas Suroboyo yang lebih dikenal dengan sebutan batik Seru, yakni batik yang berasal dari sisa limbah mangrove. Bahan dasar batik ini memiliki makna tersendiri yaitu sebuah gerakan sosial cinta lingkungan melalui batik. Inovasi batik berjajar di antara puluhan batik lain yang berasal dari kota-kota di Jawa Timur. Apa yang membuat ibu satu putri ini sangat berkeinginan kuat untuk mengembangkan kreasi batik Seru? Simak di profil halaman 10.
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
gawe fakultas Kuliah Umum PMPKN FIS Hadirkan Doktor USM _________11
wawancara Hilangkan Berbudaya Bebek, Biasakan Berbudaya Elang _12
spotlight Wisudawan Teruslah Berkarya _____________________13
seputar unesa Share Walikota kepada Adik-adiknya __________________16 650 Tahun Rute Majapahit _________________________17 Halal bi Hahal, Menuju Kebersamaan Hidup ___________18 UNESA: Teman Sharing UNEJ Kembangkan Prodi Pendidikan _________________________________19 Laporan Tahunan Cetak Unesa Raih Juara III AMH ____21 Lagi: Dua Mahasiswa Unesa Belajar Ke Luar Negeri _____23
komparasi It's All About Poland's Education _____________________22
info sehat Rokok, Si Pembunuh Berdarah Dingin _______________24 Cara Tuntas Berhenti Merokok ______________________24 sampul depan: Acara Pembukaan PKKMB UNESA 2009 di GOR BIMA Kampus Lidah Wetan. sampul belakang: Jejak Rekam Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) Ke- XI di Palembang, Sumatera Selatan.
warna PELINDUNG Prof. Dr. H. Haris Supratno. (Rektor) PENASIHAT Prof. Dr. Budi Djatmiko, M.Pd. (Pembantu Rektor I) Prof. Dr. I Nyoman Adika, M.S. (Pembantu Rektor III) PENANGGUNG JAWAB Dr. Nurhasan, M.Kes. (Pembantu Rektor II) PEMIMPIN UMUM Drs. Budiarso, S.H., M.M. (Kepala BAU & K) PEMIMPIN REDAKSI Drs. Heru Siswanto, M.Si. SEKERTARIS REDAKSI Drs. H. Didik Purnomo M.M. REDAKTUR AHLI Dr. Suhartono, M.Pd Warju, S.Pd., M.T. REDAKTUR PELAKSANA Sudiarto Dwi Basuki, S.H. Dwi Sudarmanto, S.E., M.M. DESAIN DAN TATA LETAK Wahyu Rukmo Sulistyo, S.T. FOTOGRAFER Jarot Budi Jatmoko, S.Sos. REPORTER Bayu Dwi Nurwicaksono. (FBS) Herlina M. Arief. (FBS) Fithri Amaliyah (FMIPA) Wahyu Nurul Hidayati (FIS) Putri Diyanti (FIP) Alfanita Zuraida (FBS) ADMINISTRASI Supi’ah, SE. Hibowo DISTRIBUTOR Sutiyono, S.H. DITERBITKAN OLEH Humas Universitas Negeri Surabaya ISSN 1411 - 397X Alamat Redaksi : Humas Unesa Gd. F4 - Kampus Ketintang Surabaya - 60231 Telp : (031) 8280009 Psw 124 Fax : (031) 8280804 Website: http://www.unesa.ac.id Website Humas: http://humas.unesa.ac.id Blog: http://seputarunesa.blogspot.com Email:
[email protected]
Secara umum pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Namun dalam praktiknya, dunia pendidikan terlalu banyak dicampuri kepentingan-kepentingan tertentu yang absurd dan ansich untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa. Dunia pendidikan kurang diarahkan untuk memanusiakan manusia secara utuh lahir dan batin. Selama ini dunia pendidikan hanya diorientasikan pada hal-hal yang bersifat materialistis, ekonomis, teknokratis, jauh dari sentuhan nilai-nilai moral, kemanusiaan, dan budi pekerti. Praktik pendidikan lebih mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran tanpa diimbangi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, dan emosi. Akibatnya apresiasi output pendidikan terhadap keunggulan nilai humanistik, keluhuran budi, dan hati nurani menjadi dangkal. Dalam konteks ini, pendidikan telah melahirkan manusia-manusia berkarakter oportunistis, penjilat, hipokrit, dan hedonis. Pendidikan tinggi seharusnya menjadi basis penyemaian dan penyuburan nilai-nilai luhur dalam dimensi sosial, budaya, dan kemanusiaan kepada peserta didik terutama bagi mahasiswa baru (maba) saat masa orientasi dan pengenalan kampus. Konsep integral masa orientasi dan pengenalan kampus maba yang bisa mendidik seluruh aspek kemanusiaan manusia dalam menghadapi tantangan arus budaya global saat ini sangat dibutuhkan karena makna pendidikan yang hakiki merujuk pada kondisi yang mampu memberikan ruang kesadaran kepada peserta didik untuk mengembangkan jati diri melalui proses yang menyenangkan, terbuka, dan tidak terbelenggu dalam suasana monoton, kaku, dan menegangkan. Sebenarnya para founding fathers pendidikan nasional kita telah memberikan dasar-dasar pendidikan yang bagus. Ki Hadjar Dewantara, pendiri Taman Siswa melalui wejangannya: Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Artinya para pemimpin (dosen, senior/kakak kelas, dan maba. Red.) yang di depan harus memberi teladan, yang di tengah perlu mendorong kreativitas, akhlak, dan kemanusiaan, dan yang di belakang harus mengikuti teladan-teladan tersebut. Itulah konsep integral pendidikan yang menyangkut pendidikan dari segala aspek kehidupan. Akhirnya kami hanya bisa berharap kepada pimpinan dan semua orang yang peduli dunia pendidikan agar menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam membangun peradaban pendidikan di Indonesia yang humanis kini dan esok. Semoga! Redaksi Majalah Unesa menerima artikel, reportase, foto, berita, kritik, saran, dan seluruh materi tulisan yang tersedia di rubrik majalah ini. Tulisan yang dikirim disertai file dan print out. Redaksi berhak menyunting tulisan yang dikirim dan yang dimuat akan mendapat imbalan.
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
1
pkkmb09/jarot/dok.humas
berita utama
Sejarah Muncul dan Berkembangnya Ospek di Indonesia
Urgensi Tradisi Penyambutan Maba
Tradisi penyambutan mahasiswa baru (maba) di Indonesia telah ada sejak 1960-an. Kegiatan yang lebih bernuansa perploncoan ini saat itu disebut Mapram. Banyak korban berjatuhan saat pelaksanaan kegiatan itu. Pemerintah pun lalu menerbitkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1971 tentang Penggantian Nama Mapram menjadi Pekan Orientasi Studi (POS). Penerbitan SK itu tak berpengaruh banyak terhadap konsep penyambutan maba di berbagai perguruan tinggi. Buktinya perploncoan tetap terjadi pada POS. Tak lama kemudian, POS pun berganti nama menjadi Orientasi Studi (OS).
Memasuki dunia perguruan tinggi, maba harus siap secara psikologis dan sosial. Agar mampu beradaptasi dengan proses pembelajaran di kampus secara cepat, maba perlu mengetahui sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar di perguruan tinggi. Selain itu, maba juga harus memahami tata cara mengakses fasilitas itu melalui proses mekanistik dan interaksi sosial dengan mahasiswa senior, karyawan, dan dosen.
Istilah Ospek baru muncul pada 1990-an. Istilah ini berasal dari gabungan dua konsep nama penyambutan maba pada periode sebelumnya, yaitu Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek). Konsep penyambutan maba ini pun masih menimbulkan praktik perploncoan karena aturan pelaksanaan tidak dibuat secara jelas. Kemudian pada 1995, Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 5 diterbitkan. Surat edaran ini mengharuskan Ospek dilakukan dengan lebih lunak dan dikoordinasikan dengan pembantu rektor tiga di tingkat universitas dan pembantu dekan tiga di tingkat fakultas. Lalu pada perkembangan berikutnya, dalam Keputusan Dirjen Dikti Nomor 38/Dikti/Kep/2000 tentang Pengaturan Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi ditetapkan bahwa pengenalan terhadap program studi dan program pendidikan di perguruan tinggi di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) hanya boleh dilakukan dalam rangka kegiatan akademik dan dilaksanakan oleh pimpinan perguruan tinggi. Kemudian sejak 10 Maret 2003, panduan pelaksanaan pengenalan kampus diberikan untuk mempercepat proses adaptasi maba dalam kehidupan akademik dan nonakademik di perguruan tinggi dengan konsep tanpa kekerasan. Panduan itu mengatur lingkup materi yang diberikan, metode penyampaian, pelaksanaan, organisasi kepanitiaan, pendanaan, dan pertanggungjawaban keuangan. Keluarnya panduan ini sekaligus menghapus istilah Ospek. Sejak itu, istilah penyambutan maba di setiap perguruan tinggi berbeda-beda. Di Unesa nama penyambutan maba disebut Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB).
2
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
Karakteristik maba adalah secara psikologis belum siap menjalani proses pembelajaran pendidikan tinggi yang berbasis otonomi keilmuan dan kebebasan mengembangkan mimbar akademis untuk menemukan dan membawa kediriannya sebagai model intelektual dalam hidup bermasyarakat pada kemudian hari. Karena itu, kesiapan maba dalam hal akademis, psikologis, dan normatif-etis dalam memasuki kehidupan kampus sangat penting bagi keberhasilannya. Fakta menunjukkan bahwa saat ini proses pembimbingan terhadap maba untuk mengantarkan ke kehidupan pendidikan tinggi sangat beragam. Setiap perguruan tinggi mengembangkan model pengenalan kampus sesuai dengan interpretasi masing-masing. Namun demikian proses pengenalan kampus yang sangat beragam tersebut kurang dilandasi dengan kajian ilmiah kegayutan antara konsep penyambutan maba dengan esensi penyiapan psikologi-sosial humanistik yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menjalani pendidikan tinggi. Akibatnya, masih dijumpai penyimpangan praktik penyambutan maba berupa pelanggaran norma, etika, arogansi kekuasaan, kekerasan fisik yang mengakibatkan kesakitan psikis dan fisik, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Di alam reformasi pendidikan tinggi yang berbasis kompetensi dan otonomi penyelenggaraan perguruan tinggi ini, hal-hal paradoks dalam penyambutan mahasiswa sebagai warga baru di kampus harus diakhiri. Berbagai kegiatan yang bernuansa pengembangan soft skill, achievement motivation training, dan awareness training harus dikembangkan dengan dasar nilai-nilai humanistik. Sebagai bentuk pertanggungjawaban moral terhadap masyarakat, penyambutan maba harus dikonsep dapat dipantau dan dievaluasi secara terbuka oleh semua pihak yang terkait. Bayu
“Di kampus kami tidak ada Ospek!” Begitulah kalimat yang muncul saat kali pertama reporter Humas Unesa mengonfirmasi pihak-pihak yang terkait dengan Ospek di tiga kampus negeri di Surabaya ini. Wawancara pertama, dilakukan di Unesa dengan Prof. Dr. I Nyoman Adika, M.S., Pembantu Rektor III Unesa. Wawancara kedua, dilakukan di ITS dengan Prof. Dr. Suasmoro, Pembantu Rektor III ITS dan Lutfi, Ketua Divisi Media dan Informasi BEM ITS. Wawancara ketiga, dilakukan di Unair dengan Diana Rahmasari, M.Si., Psikolog Unair; Doddy S. Singgih, M.Si., Sosiolog Unair; dan Ahmad Faiz Khudlarie, Ketua BEM KM Unair.
Sejak 10 Maret 2003 Dikti mengeluarkan buku panduan pelaksanaan pengenalan kampus. Buku itu berisi lingkup materi yang diberikan, metode penyampaian, pelaksanaan, organisasi kepanitiaan, pendanaan, dan pertanggungjawaban keuangan. Keluarnya buku panduan itu sekaligus menghapus istilah Ospek. Sejak itu, istilah penyambutan maba di setiap perguruan tinggi berbeda-beda. Di Unesa, nama orientasi maba disebut Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). PKKMB itu diadakan pada (25--29/08) dan diberikan secara berjenjang. Mulai dari tingkat universitas, fakultas, hingga jurusan atau prodi. Hari pertama, materi-materi universitas diberikan dalam bentuk upacara penyambutan, ceramah universiana, dan pameran potensi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Hari kedua, ketiga, dan keempat materi-materi fakultas diberikan dalam bentuk ceramah fakultasiana, pembimbingan oleh tentor sebaya tentang cara menakar kelebihan dan kelemahan diri serta cara memaksimalkan kelebihan dan meminimalkan kelemahan guna meraih sukses belajar di perguruan tinggi, role play, dan pemberian wawasan organisasi kemahasiswaan di kampus. Hari kelima dan keenam merupakan waktu sambut kenal bersama dosen pembimbing dan pemanduan dalam merencanakan studi semester awal melalui Kartu Rencana Studi (KRS) online.
OSPEK
pkkmb09/jarot/dok.humas
berita khusus
DILARANG DI KAMPUS KAMI!
Di ITS, nama orientasi maba berbeda-beda karena orientasi maba diserahkan sepenuhnya terhadap fakultas dan jurusan masing-masing. Pengaderan maba di ITS meliputi serangkaian tahap, yaitu (1) pelatihan ESQ (Emotional Spiritual Quationt), (2) Mentoring (bimbingan/pendampingan spiritual) yang sistemnya diintegrasikan dengan mata kuliah agama, (3) Sistem Info Pendidikan Tinggi (IPT) ITS, yakni penjelasan segala peraturan akademis di ITS dan pengenalan technopreneurship yang pelaksanaannya diseseuaikan dengan jurusan masing-masing, (4) Pra-LKMMTD (Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar), dan (5) Pelatihan karya tulis ilmiah yang diadakan secara terintegrasi. Pelatihan ini untuk mengenalkan tradisi ilmiah dunia kampus dan melatih maba membiasakan diri menyampaikan gagasannya melalui karya tulis yang baik. Di Unair, orientasi maba diadakan selama enam hari. Orientasi itu diselenggarakan secara berjenjang, mulai dari tingat universitas, fakultas, sampai jurusan/atau prodi. Orientasi maba diarahkan untuk membangun karakter mahasiswa yang aktif dan peduli terhadap permasalahan bangsa. Pembangunan karakter itu dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, simulasi teknik role play, dan outbond. Bayu, Wahyu, Fithri, Alfanita
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
3
berita khusus
Praktik PKKMB dalam Teropong Unesa “Alhamdulillah, akhirnya aku diterima menjadi mahasiswa Unesa,” ucapan itu terdengar lirih setiap pengumuman penerimaan mahasiswa baru (maba) dari berbagai jalur di Unesa. Sadar bahwa waktu terus berputar dan hari pun silih berganti tanpa henti, Senin--Rabu (25--27/08) maba mulai menapaki kehidupan yang belum pernah mereka lalui. Serangkaian acara penyambutan maba diikutinya. Tradisi penyambutan maba di Unesa itu bernama Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Tak ada perploncoan dan pendzoliman atau perbuatan sia-sia yang diberikan panitia kepada maba terkait dengan atribut yang harus dikenakan. Suasana PKKMB tahun ini terasa lebih friendly dan bermakna. Friendly karena upacara pembukaan PKKMB tahun ini diadakan di dalam gedung (GOR Bima), tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, upacara pembukaan diadakan di lapangan terbuka. Keputusan ini membuat jumlah maba yang pingsan karena sengatan sinar matahari dapat diminimalkan. PKKMB 2009 ini juga terasa lebih bermakna karena atribut yang harus dikenakan maba tergolong sederhana namun memiliki arti dan kontekstualitas yang tinggi. Tahun ini maba hanya diwajibkan mengenakan peci dan pita petanda warna fakultas. Pemilihan peci sebagai atribut utama dalam PKKMB tahun ini selain karena pelaksanaan PKKMB yang berlangsung pada bulan Ramadan juga karena peci dianggap sebagai topi kebangsaan pemuda Indonesia. Di Unesa, PKKMB diberikan secara berjenjang. Mulai dari tingkat universitas, fakultas, hingga jurusan atau prodi. Hari pertama, materi-materi universitas diberikan dalam bentuk 4
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
upacara penyambutan, ceramah universiana, dan pameran potensi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Hari kedua, ketiga, dan keempat materi-materi fakultas diberikan dalam bentuk ceramah fakultasiana, pembimbingan oleh tentor sebaya tentang cara menakar kelebihan dan kelemahan diri serta cara memaksimalkan kelebihan dan meminimalkan kelemahan guna meraih sukses belajar di perguruan tinggi, role play, dan pemberian wawasan organisasi kemahasiswaan di kampus. Hari kelima dan keenam merupakan waktu sambut kenal bersama dosen pembimbing dan pemanduan dalam merencanakan studi semester awal melalui Kartu Rencana Studi (KRS) online. [Bayu] Sisi Pedagogi: Padukan 3-O dalam PKKMB Pada hakikatnya, ilmu pendidikan dikembangkan dari nilai-nilai kehidupan manusia. Nilai-nilai itu bersifat dinamis karena menjelma dari dalam perilaku kehidupan individu, komunitas, dan masyarakat. Nilai-nilai itu bisa datang dari nilai agama, ideologi, dan kekuasaan negara. Nilai-nilai itulah yang menjadikan manusia memiliki kebebasan dalam memanfaatkan kemampuan bernalarnya guna membangun peradaban. “Ilmu pendidikan itu bertujuan membentuk watak dan karakter manusia, bukan sekadar pengembangan akal dan pikiran, tetapi juga mencakup ketajaman olah rasa dan olah raga. Dalam konteks PKKMB tingkat universitas di Unesa tahun ini memang kurang maksimal, yakni hanya upacara pembukaan, ceramah tentang dunia perguruan tinggi dan/atau Unesa, serta pameran potensi UKM. Tahun depan penyambutan maba akan dikonsep dalam bentuk pembekalan berasrama selama tiga bulan secara bergiliran bagi semua maba karena tahun 2010 asrama baru mahasiswa Unesa di kampus Lidah telah siap dihuni,” ungkap Prof. Dr. I Nyoman Adika, M.S.
berita khusus “Unesa adalah universitas yang berbasiskan ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan adalah ilmu tentang moralitas yang dinamis, ilmu yang memanusiakan manusia, ilmu yang menghargai pruralisme dan menolak dominasi atau absolutisme. Karena itu praktik PKKMB di Unesa tidak diperbolehkan adanya perploncoan dan kekerasan. Justru itu nilai-nilai pendidikanlah yang mendasari konsep pengembangan dan praktik PKKMB selama ini,” tambah Pembantu Rektor III Unesa itu. Mahasiswa sebagai calon generasi penerus bangsa yang unggul harus dipersiapkan untuk menghadapi ketatnya persaingan global pada masa mendatang. Dunia pendidikan merupakan salah satu pilar utama suatu bangsa dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berkarakter. Inilah kata kunci sisi pedagogi yang harus dicermati guna menciptakan konsep dan strategi pembekalan maba yang berkarakter unggul. [Bayu] Sisi Psikologi: Waspadai Gejala Culture Shock Si Fulan (dalam Tabloid Gema edisi 173: September-Oktober 2008), salah satu maba asal kota Kediri mengaku sering mengalami homesick. Dia merasa kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Alhasil, setiap akhir pekan ia selalu pulang ke kampung halaman. Adanya rasa ketidaknyamanan dalam menyesuaikan diri, seperti yang dialami si Fulan ini, merupakan salah satu gejala culture shock. Tahun ini, fulanfulan baru pun bermunculan. Lundstedt, ahli Psikologi mengungkapkan bahwa culture shock merupakan salah satu bentuk ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri (personality mal-adjustment). Hal ini timbul sebagai reaksi terhadap upaya sementara yang gagal dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Jika sampai kurun waktu tertentu culture shock ini tidak mendapatkan penanganan solutif, maka mengakibatkan efek negatif bagi maba. Salah satu efek yang ditimbulkan adalah munculnya disorientasi, misalnya tidak nyaman belajar di kelas, sering pulang ke kampung halaman, tidak ingin aktif berkecimpung dalam kegiatan organisasi atau lembaga kemahasiswaan di kampus. Dari sisi psikologi, gejala culture shock itu berawal dari perasaan dan kesan maba tentang perlakuan yang diberikan senior kepada junior. Prof. Dr. Muhari, Guru Besar Unesa Bidang Psikologi Pendidikan menyampaikan bahwa penanaman nilai-nilai baru dalam waktu yang singkat dan cara penanaman yang memaksa tidak efektif dapat diterima maba karena setiap orang memiliki kerentanan psikologis yang berbeda-beda sehingga perlakuan yang menekan mental itu justru dapat menimbulkan trauma psikis.
Hal senada juga diungkapkan Diana Rahmasari, M.Si. Psikolog Universitas Airlangga (Unair) ini menuturkan bahwa membentuk atau mengubah perilaku individu ke arah yang baik bukan hal yang mudah karena dibutuhkan proses atau waktu yang berkesinambungan dan teknik yang memperhatikan aspek-aspek psikologis. Penggunaan caracara coercive atau pemaksaan yang berbuntut pressing itu kurang efektif dalam membentuk kepribadian. Kesadaran atau motivasi dirilah modal efektif yang diperlukan untuk membentuk karakter seseorang. [ Ula dan Putri] Sisi Sosiologi: Etika Komunikasi dan Pembauran Itu Penting PKKMB dilihat dari sisi ilmu sosial, menitikberatkan pembekalan maba dalam konteks interaksi atau hubungan komunikasi antarmanusia. Interaksi ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi bagi maba. Namun fenomena yang sering menjadi sorotan media massa saat awal tahun pelajaran baru ialah kesewenang-wenangan senior kepada junior. Awal tahun pelajaran baru itu seolah menjadi waktu yang tepat untuk balas dendam. “Mata rantai pembalasdendaman itu harus diputus dengan memberikan pencerahan kepada satu generasi tentang esensi adanya penyambutan maba. Pencerahan itu dapat dimulai dengan membahas hakikat mahasiswa dan aktivitasnya. Dari situ maba mulai dibiasakan mengkritisi kebijakan, melakukan kajian-kajian permasalahan masyarakat, bangsa, dan negara. Melalui pencerahan ini maba juga bisa dibelajarkan untuk menyampaikan opini, protes, dan kekecewaan dengan cara yang bijak dan bertanggung jawab,” jelas M. Jacky, M.Hum., Sosiolog Unesa. “Selain itu, PKKMB yang menciptakan konsep pembauran maba dari berbagai jurusan dalam satu fakultas harus lebih dicanangkan karena agar tercipta nuansa kebersamaan, saling mengenal, dan menyempitkan potensi diskursus atau pengotak-otakan maba dalam lingkup jurusan masing-masing serta yang lebih penting dapat memperluas wawasan dan pengetahuan maba lintas jurusan dengan adanya tukar pikiran atau diskusi,” tambah dosen Sosiologi FIS Unesa ini. [Wahyu] Inilah Tiga Sisi Berpadu Jadi Satu Fakta yang terjadi di lapangan secara praktis menunjukkan bahwa setiap mahasiswa memiliki kemampuan intektual, kondisi psikologis, dan latar belakang sosiokultural yang berbeda-beda. Tahap perkembangan maba pada umumya berada pada masa perkembangan remaja akhir, yaitu masa transisi dari masa remaja SMA ke perguruan tinggi. Bersambung ke hal. 20
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
5
figur/yoyo/dok.humas
tri dharma
6
Refleksi 45 Tahun Unesa oleh Drs. Muhajir, M.Sn. (Pembantu Dekan I FBS Unesa)
Seni memiliki sifat multi dimensional, multilingual, dan multikultural. Sifat multidimensional, mengandung makna bahwa seni mampu mengembangkan potensi dasar manusia dalam dimensi fisik, perceptual, intelektual, emosional, sosial, kreativitas dan estetik. Multilingual, berarti bahwa seni mampu mengembangkan potensi manusia untuk berkomunikasi dengan berbagai bahasa ungkap (ekspresi), baik melalui unsur rupa, gerak, maupun suara. Sementara itu sifat multikultural, mengandung pengertian bahwa seni, baik sebagai kreasi individu maupun kelompok merupakan bagian atau cerminan suatu kebudayaan. Beragamnya kebudayaan nusantara mengakibatkan beragam pula wujud kesenian, di antaranya seni rupa (termasuk di dalamnya seni busana), seni tari, drama, dan seni musik. Sebagai bangsa besar, yang secara historis memiliki catatan emas dalam bidang kebudayaan dan kesenian sudah selayaknya menempatkan apresiasi dan kreasi seni sebagai tanggung jawab bersama.
Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki berbagai jurusan/program studi dengan potensi yang beraneka ragam. Potensi-potensi kreatif, terutama yang termanifestasi dalam karya seni selama ini kurang dipublikasikan sebagai media apresiasi secara luas, sehingga pengenalan masyarakat terhadap potensi seni Unesa relatif terbatas. Sementara itu, berbagai karya (seni rupa, sendratasik, busana, teknologi pendidikan) kreasi sivitas akademika Unesa memiliki kualitas cukup membanggakan, yang ditunjukkan dengan prestasi dalam berbagai event, baik dalam kompetisi di tingkat nasional maupun pagelaran-lawatan seni di mancanegara. Di sisi lain, berbagai potensi kreatif Unesa tersebut bak energi yang terpencar, tidak saling mengenal, apalagi bersinergi. Bertolak dari latar belakang di atas, karya seni sivitas akademika Unesa layak dipublikasikan (dalam format kolaborasi), sebagai wahana pencitraan lembaga sekaligus sebagai media apresiasi masyarakat.
Sejarah menunjukkan bahwa bangsa besar senantiasa menunjukkan kreasi-kreasi seni genial yang diiringi sejajar dengan kemampuan mengapresiasi karya seni pada zamannya. Kesenian Yunani dan Romawi Kuno dengan identitas klasiknya adalah merupakan satu contoh kesenian yang eksis dalam iklim berkesenian yang kondusif. Demikian pula Kesenian India, Kesenian Cina, dan Kesenian Indonesia. Pada era kejayaannya merupakan cerminan matangnya sikap apresiasi masyarakat. Pada saat yang sama, sikap apresiatif terhadap karya seni (ciptaan orang lain) akan menumbuhkan sikap menghargai, menghormati, dan toleransi terhadap orang lain. Pada gilirannya iklim berkesenian yang matang, yang didukung cipta, rasa, dan karsa akan menumbuhkan perilaku halus dan santun atau bisa disebut sebagai pribadi yang ”merakati”.
Apresiasi dapat ditumbuhkembangkan melalui pengamatan karya dan juga dapat ditempuh melalui aktivitas berkarya. Dalam konteks Kolaborasi Seni ini apresiasi via berkarya tersebut dikemas dalam bentuk lomba seni yang melibatkan para siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tema ”Keragaman Budaya”. Dengan demikian, tujuan Kolaborasi Seni Unesa ialah (1) memperkenalkan karya-karya seni civitas akademika Unesa, (2) membangun media apresiasi masyarakat, dan (3) memotivasi sportivitas dan kreativitas siswa melalui lomba seni.
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
Secara rinci bentuk kegiatan Kolaborasi Seni Unesa yang dihelat pada tanggal 23-25 Oktober 2009 di Atrium Supermal Pakuwon Indah ialah (1) Pameran Karya Seni Rupa yang menampilkan lukisan pada kanvas sejumlah 18 karya, Kriya Logam sejumlah tiga karya, Poster sejumlah
tri dharma lima karya, Fotografi sejumlah 10 karya, Patung sejumlah dua karya; (2) Pameran Karya Cipta Boga dan Busana yang menampilkan rancangan busana pria sebanyak 12 karya dan busana wanita sebanyak 12 karya; (3) Pameran Foto Majapahit; (4) Pameran Teknologi Pendidikan; (5) Pagelaran Sendratasik; (6) Peragaan Busana; (7) Face Painting; (8) Body Painting; (9) Tata Rias; (10) Lomba Lukis; dan (11) Lomba Tari. Makna kolaborasi dalam hal ini dipahami secara sederhana, yakni menghelat pagelaran secara bersamasama yang melibatkan berbagai potensi, khususnya seni karya civitas akademika Unesa, dengan tujuan pencitraan publik dan membangun media apresiasi serta mengukur respon masyarakat. Dari sisi promosi, dampak kegiatan itu ialah terjadinya peningkatan animo masyarakat terhadap Unesa, terutama dalam kaitannya dengan penerimaan
mahasiswa baru. Jika peningkatan minat mendaftar di Unesa terjadi, asumsinya akan terjadi pula peningkatan kualitas input. Hal ini menjadi signifikan, karena bagi pemenang lomba melukis dan lomba tari akan dipertimbangkan diterima melalui jalur PMDK di program studi yang relevan. Sementara itu, pagelaran kolaborasi seni ini menemukan momentumnya dalam rangka Dies Natalis ke-45 atau Lustrum ke-9 Unesa yang secara resmi jatuh pada 19 Desember 2009. Usia 45 tahun merupakan usia yang cukup dewasa bagi lembaga untuk mewujudkan harapan dan menghadapi tantangan yang semuanya itu bertumpu pada satu kata: Mutu! Nah, Pagelaran Kolaborasi Seni Unesa 2009 ini kali hanyalah suatu sudut kecil potensi Unesa. Bermutu atau tidak, biarlah masyarakat yang menilai. Walahualam Bisawab!
kolabseni09/yoyo/dok.humas
unesa on demand
Kreasi sepanjang hayat, mungkin itulah tiga kata yang tepat untuk menggambarkan berbagai kreasi dosen dan mahasiswa Unesa saat ini. Tak mau ketinggalan, jurusan Sendratasik pun menampilkan sebuah kreasi yang berpadu dalam kesatuan yang utuh. Kreasi itu adalah tari Kembang Terop yang merupakan gabungan dua tari tradisional masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim), tari Kuntulan dan Jejer. Dalam Kolaborasi Seni Unesa pada Oktober lalu tari ini dijadikan penutup acara.
Internasional performance yang berasal dari berbagai negara di dunia. Satu hal yang membanggakan adalah Unesa merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang diundang karena peserta lain banyak yang berasal dari kalangan seniman. Tari yang dipertunjukkan di sana adalah tari tradisional dan kontemporer. Uniknya, kelompok tari Unesa yang akan menampilkan tari Kembang Terop banyak ditunggu para penonton. Alasannya, tari Kembang Terop berasal dari dua tari tradisional di Banyuwangi.
Sebelum ditampilkan dalam Kolaborasi Seni Unesa, tari ini telah dipertunjukkan di Solo Internasional Performance Art (SIPA), Solo pada Agustus lalu. Di SIPA, tari ini dipertunjukkan dalam
Djoko Tutuko, Ketua Jurusan Sendratasik mengatakan bahwa munculnya ide pembuatan tari Kembang Terop ini berawal dari acara Internasional Performance. “Tiga minggu sebelum acara
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
7
unesa on demand kolabseni09/yoyo/dok.humas
mengajak para penonton bergoyang bersama di atas panggung. Walaupun ada gerakan menari bersama penonton, namun tari ini masih dalam batas wajar, hanya untuk hiburan.
saya mendapat telepon dari Solo yang mengatakan bahwa Unesa diundang untuk menampilkan tari terbaiknya. Setelah itu saya, dosen, dan mahasiswa berembuk untuk menampilkan yang terbaik. Tidak mungkin jika dalam waktu yang sempit itu kami membuat gerakan tari dan musik baru, maka kami menggarap yang sudah ada yaitu tari Kuntulan dan Jejer yang berasal dari Jatim dan jadilah tari Kembang Terop ini” jelasnya. Tari Kembang Terop menceritakan seorang primadona dan para penari latarnya. Kembang Terop berasal dari dua kata yaitu kembang yang artinya bunga dan terop yang berarti panggung tradisional. Maknanya berarti kembang atau yang lebih sering disebut primadona tampil menari di atas panggung tradisonal. Di tengah-tengah, sang primadona dan penari latar akan turun dan
Dalam penggabungan tari selalu diselaraskan dengan beberapa hal misalnya tema dan tujuan pertunjukan tari itu sendiri. Begitu juga penggabungan dua tari tradisional ini, gerakan yang sudah ada dalam dua tari ini dipadukan dan dikembangkan. Sebenarnya dua jenis tari ini berbeda, tari Jejer merupakan tarian selamat datang, sedangkan tari Kuntulan adalah tarian islami yang berisi hadrah, syair, dan puji-pujian. Namun dengan sebuah kreasi, gabungan tari ini dapat menjadi tari yang apik. ”Tari ini digabungkan untuk menghibur penonton, kami tidak menampilkan simbol-simbol khusus dalam gerakan tari ini yang membuat penonton berpikir kemudian bingung, kami hanya ingin memberikan hiburan pada penonton” tambah pria yang meluluskan pendidikan S3 di STSI Solo itu. Tampaknya, tujuan tari Kembang Terop itu sudah terwujud. Dalam acara Internasional Performance di Solo tari Kembang Terop telah menjadi tari yang ditunggu-tunggu penonton di kota yang terkenal dengan batik solonya itu. Alfanita
suara stakeholders
“Saat ini ICT merupakan kebutuhan dasar dunia pendidikan dalam menciptakan kualitas pembelajaran yang diharapkan,” ujarnya. Kepala Seksi Produksi Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) ini menambahkan, ”Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini informasi menjadi komoditas primer kehidupan masyarakat. Tanpa mengupdate informasi, seseorang akan ketinggalan zaman karena informasi merupakan sumber kekuatan”. Alumnus jurusan Teknologi Pendidikan (TP) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini berpesan agar Unesa terus mengupdate kurikulum yang diterapkan, karena menurutnya saat ini Unesa telah mengalami kemajuan yang pesat baik dari segi kurikulum maupun fasilitas. Meski demikian, Unesa harus tetap menambah link ke berbagai instansi agar lulusannya dapat lebih mudah terserap dunia kerja. Penggencaran sosialisasi dan promosi jurusan bahwa prospek kerja jurusan teknologi pendidikan sangat
bmtv/putri/dok.humas
Kebutuhan manusia terhadap multimedia interaktif semakin terasa karena perkembangan teknologi informasi berkembang pesat. Dalam dunia pendidikan misalnya, anak-anak prasekolah, siswa SD, SMP, dan SMA/SMK dituntut melek teknologi sejak dini. Itulah yang membuat Drs. Subijanto terus tertarik menekuni materi perkuliahan yang telah didapatkannya di Unesa. Menurutnya, pembelajaran berbasis Information Communication Technology (ICT) dapat menciptakan inovasi pembelajaran, meningkatkan gairah belajar siswa, dan meningkatkan hasil belajar.
Drs. Subijanto
Kepala Seksi Produksi BPMTV
banyak, tidak selalu menjadi guru. Kini banyak tenaga pertelevisian program pendidikan justru digarap orang-orang yang bukan dari pendidikan, padahal ini adalah lahannya orang-orang teknologi pendidikan. Putri
8
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
info unsea Visi menjadi program yang unggul di tingkat nasional dan internasional bukanlah isapan jempol semata bagi Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (PPs Unesa). Setelah sukses dengan deretan program unggulan pada 2009, kini PPs mulai bersiap merentangkan sayapnya membuka program bergengsi Dual Degree. Program unggulan yang akan diberlakukan mulai 2010 ini merupakan wujud nota kesepahaman antara Unesa yang diwakili rektor, pembantu rektor, dan direktur PPs Unesa dengan Curtin University Australia. Demikian pemaparan Direktur PPs saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (30/9). Lebih lanjut, Prof. I Ketut Budayasa, Ph.D. menjelaskan, pada tahap rintisan, program ini hanya berlaku untuk program studi (prodi) Mathematic and Science Education. Alasannya, prodi ini sangat siap dan matang, baik dari segi fasilitas maupun ketenagaan. Apalagi ditunjang dengan tenaga pendidik lulusan luar negeri, seperti Australia, Jerman, Belanda, Prancis, dan berbagai negara lainnya.
Mahasiswa yang menempuh jalur ini akan menjalani kuliah di dua negara, Indonesia dan Australia. Semester pertama, mahasiswa akan kuliah di PPs Unesa. Dua semester berikutnya di Curtin University. Setelah memeroleh gelar dari negeri kanguru. Mahasiswa akan kembali menjalani sisa semester di tanah air. Bila mahasiswa lulus akan mendapat gelar lagi dari PPs. Mahasiswa yang memilih program ini hanya dalam tempo dua tahun akan mendapat dua gelar berskala nasional dan internasional. Itulah kabar mengembirakan untuk tahun depan dari kampus Unesa gedung K-9. Namun, ditegaskan Budayasa, langkah pasti yang akan segera terealisasi tak cukup membuat PPs berpuas diri. Program yang mulai dirintis sejak 1981/1982 itu tidak akan berhenti pada titik tetapi terus koma menuju program pesat dengan kualitas hebat, menghasilkan lulusan mandiri dan berdaya saing tinggi. Fafi
Tahun ini Jatim menduduki peringkat ketiga dalam ajang olahraga paling bergengsi bagi mahasiswa tingkat nasional. Kontingen Jatim berhasil mengoleksi 64 medali, yakni 22 medali emas, 16 medali perak, dan 22 medali perunggu pada acara yang digelar di Palembang (10-16/10). Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Unesa penyumbang atlet dan medali terbanyak. Hal itulah yang menjadikan Unesa sebagai kampus kebanggaan Jatim di bidang olahraga. Pada kompetisi olahraga dua tahunan ini kontingen Jatim mengikuti 12 cabang olahraga (cabor), yaitu atletik, renang, pencak silat, tae kwondo, sepak takraw, karate, panahan, gulat, tenis meja, panjat tebing, tenis lapangan, dan sepak bola. “Sebenarnya kami menargetkan peringkat II, namun prediksi itu meleset karena beberapa cabor tidak dimainkan panitia. Padahal kami sudah menyiapkan atlet tersebut dengan baik,” ucap Drs. Imam Marsudi, M.Si., Ketua
Kontingen Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) Provinsi Jawa Timur. Meski demikian Unesa patut berbangga karena tim sepak bola Jatim yang didukung banyak dari mahasiswa Unesa sebagai personilnya mendapatkan tiket berangkat ke Thailand dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Asean (POM ASEAN). “Saya bangga atas prestasi tim sepak bola Unesa yang berhasil mendapatkan medali emas tiga kali berturut-turut penyelenggaraan Pomnas ini,” ungkap Prof. Dr. I Nyoman Adika, M.S., Ketua Umum BAPOMI Jatim saat memberikan sambutan pada acara pembubaran kontingen Jatim di Pomnas XI itu. Aditya Tegar, mahasiswa Unair peraih medali emas dalam cabor tenis lapangan sangat terkesan dengan perjuangan kontingen Jatim terutama sportivitas dan kekompakan tim sepak bola Unesa yang berhasil mewakili Indonesia dalam kompetisi tingkat Asia Tenggara. Bersambung ke hal. 11 Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
9
profil Nama lengkap Tempat/Tanggal Lahir Riwayat Pendidikan
: Ferdinand Yulianus Boediono : Nadia Chirssanty Halim : Pejuang Kota Surabaya
figur/putri/dok.humas
Suami Anak Penghargaan
: Lulut Sri Yuliani : Surabaya / 24 Juli 1965 : - SMPN 1 Surabaya - SPG Prigdadi Surabaya - IKIP Surabaya(S1) - STIE Mahardika(S2)
Senin (26/10) di Gramedia Expo Lulut memajang hasil kreasinya batik khas Suroboyo yang lebih dikenal dengan sebutan batik Seru, yakni batik yang berasal dari sisa limbah mangrove. Bahan dasar batik ini memiliki makna tersendiri yaitu sebuah gerakan sosial cinta lingkungan melalui batik. Inovasi batik berjajar di antara puluhan batik lain yang berasal dari kota-kota di Jawa Timur. Penamaan batik Seru berasal dari kependekan kata ”Seni Batik Mangrove Rungkut Surabaya”. Selain kependekan dari frasa Seni batik Mangrove Rungkut Surabaya, nama itu saya anggap mudah diingat dan lagi pembuatan ini menggambarkan bahwa batik adalah karya seni yang seru,” ungkap Lulut yang pernah bercitacita sebagai biarawati. Berawal dari kekhawatiran dan empati yang besar terhadap lingkungan, Lulut berupaya menjaga kelestarian lingkungan mulai dari dirinya. Batik Seru ini memang ekslusif karena dibuat hanya berdasarkan pesanan para pelanggannya. Para pelanggannya itu kebanyakan berasal dari kalangan atas. Harganya yang ditawarkan berkisar antara enam ratus ribu hingga satu juta rupiah. Harga ini memang sepadan dengan proses pembuatannya yang rumit dan membutuhkan waktu satu bulan. Harga tersebut diprediksi akan mengalami kenaikan pada awal 2010 karena Batik Seru mulai memasuki pangsa pasar internasional. Awal 2010 nanti, Bambang D.H., mengajak Lulut yang juga alumnus bahasa Jawa Unesa ini ke Kanada dan Amerika Serikat untuk mempromosikan Batik Seru sebagai batik khas Surabaya. Selain itu, di dua negara besar itu, Lulut akan mendemonstrasikan kepiawaiannya dalam melukis batik.
10
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
Lulut memang patut diteladani sebagai perempuan teladan yang mampu berjuang mengentaskan kemiskinan melalui batik dengan berbagi ilmu dan pengalaman kepada warga Rungkut Surabaya. Saat ini telah ada enam puluh orang yang sudah mendapat penyuluhan di bawah binaannya. Berdasarkan ide kreatif dan cerdasnya, limbah mangrove itu ternyata tidak hanya dibudidayakan menjadi bahan pembuatan batik. Produk lain yang juga dihasilkannya adalah limun, sabun khusus untuk perawatan batik, dan pencuci tangan. Tak hanya itu, pengabdian kepada masyarakat yang telah ditasbihkan semenjak ia sembuh dari lumpuh adalah pembinaan pengembangan potensi anak. Aktivitas rutin yang dilakukan di Wisma Kedung Asem Indah, RT 7/RW 5 Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut tersebut adalah membina anak-anak sekolah dasar hingga pendidikan tinggi yang tergabung dalam kelompok Seni Batik Animasi Anak (Sitania). Kelompok binaan ini, dipimpin Nadia Chirssanty Halim, putri Lulut yang berusia 11 tahun. Dalam kegiatan-kegiatannya Lulut akan dibantu oleh Sos Comunity dan beberapa tim perusahaan terkenal. ”Saya sangat cinta dengan batik. Seni membatik merupakan karya seni dan ilmu pengetahuan yang wajib disalurkan kepada orang lain agar masyarakat dapat kreatif sekaligus mengentaskan kemiskinan,” ungkap Lulut menutup wawancara dengan reporter Humas Unesa. Wahyu/Lucky
gawe fakultas
Kamis (31/10) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) menggelar agenda tahunannya, yaitu mengundang dosen perguruan tinggi luar negeri dalam kuliah umum. Ini kali giliran jurusan PMPKn menghadirkan doktor ternama Universiti Sains Malaysia (USM), Reevani Bustami, Ph.D. doktor lulusan London School of Economic ini tidak datang sendiri ke Unesa. Ia mengajak enam mahasiswa program sarjana, tiga mahasiswa program magister, dan staf. Tema kuliah umum yang diangkat Reevani ialah “Role of Sosial Sciences and University Communty in Shaping the Transformation”. Acara ini merupakan bagian dari kerjasama yang digalang Unesa dengan USM. Kuliah umum merupakan kunjungan balik setelah tahun lalu FIS Unesa berkunjung dan menjadi pembicara dalam kuliah umum di USM. CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Konsep CSR yang kegiatan-kegiatannya dilakukan
perusahaan demi tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi secara ekonomis ini telah mengalami perkembangan signifikan. Jika awalnya hanya mengikat perlindungan hak-hak karyawan, konsumen, dan rekan serta masyarakat umum, maka saat ini CSR dituntut peduli pada lingkungan hidup, hak asasi manusia, dan bisnis yang bebas dari praktik suap atau korupsi. Bidang kerja CSR dalam penyelesaian persoalanpersoalan sosial di Indonesia antara lain dalam bidang pendidikan, kesehatan, kemiskinan, bencana alam, fasilitas public dan lingkingan hidup, pemberdayaan UKM, dan seni budaya serta olahraga. “Saat ini, Indonesia memiliki CSR dan Index Socially Responsible Investment (SRI) yang baik dalam hal peyertaan portofolio investasi. Karena itu sudah seharusnya kita sebagai generasi muda dari kalangan akademisi bersikap kritis terhadap masalah-masalah sosial yang ada,” tegas Reevany. Wahyu
Sambungan dari hal. 5 Kabar dari POMNAS XI 2009 di Palembang
Tak hanya tim sepak bola Unesa yang sukses mendapatkan tiket berlaga dalam kompetisi olahraga antarmahasiswa se-Asia Tenggara. Sejumlah atlet unggulan Unesa dari cabor lain pun turut memiliki kesempatan bersaing dalam kompetisi olahraga mahasiswa dua tahunan ini. Cabor lain itu adalah atletik kategori 200m/perorangan, kategori 4x400m estafet putra/beregu, kategori 1500m/perorangan, kategori 100m/ perorangan, kategori 4x100m estafet putri/beregu, dan kategori 4x400m estafet putri/beregu; pada cabor pencak silat kelas C/tanding/perorangan; pada cabor taekwondo kategori ligh/perorangan; serta pada cabor gulat 66kg/grego/perorangan dan 51kg/bebas/perorangan. Pada Pomnas 2009 di bumi Sriwijaya lalu atlet Unesa mengoleksi 11 emas, 9 perak, dan 10 perunggu. Medali perak itu didapat dari cabor atletik kategori 400m/perorangan, kategori lompat tinggi/perorangan, kategori estafet putra/beregu, kategori 4x100m, kategori ganti estafet putri/beregu, kategori 4x100m, dan kategori bebas estafet putri/beregu. Sementara itu medali
perak pada cabor renang diperoleh dari kategori 4x100m dan kategori gaya bebas. Pada cabor karate, medali perak diperoleh dari komite kelas-35 kg/perorangan dan pada cabor gulat, medali perak diperoleh dari kategori 48kg/bebas/perorangan dan speed/perorangan. Medali perunggu diperoleh dari cabor atletik kategori 2.000m steplechase/ perorangan. Pada cabor renang, medali perunggu diperoleh dari kategori 200m gaya bebas/perorangan, kategori 100m gaya bebas/perorangan, kategori 200m, dan kategori gaya bebas/perorangan. Pada cabor pencak silat, medali perunggu didapatkan dari kelas D/tanding/perorangan dan kelas tunggal/perorangan sedangkan pada cabor sepak takraw, medali perunggu didapatkan dari kategori beregu putra/beregu dan double event putri/beregu. Sementara itu, pada cabor panahan, medali perunggu diraih dari kategori beregu putri dan pada cabor gulat, medali perunggu didapatkan dari kategori 96kg/bebas/perorangan serta pada cabor tenis meja, medali perunggu diperoleh dari kategori beregu. [Putri] Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
11
figur/yun/dok.humas
wawancara
Drs. Mohamad Najid, M.Hum. Pelatih Nasional Kepemiminan Manajemen Mahasiswa Dikti "Mahasiswa adalah agent of change. Mahasiswa adalah generasi calon pemimpin bangsa. Untuk membentuk generasi unggul diperlukan perlakuan khusus pada mahasiswa. Bagaimana Drs. Mohamad Najid, M.Hum., dosen Unesa yang juga Pelatih Nasional Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Dikti memandang hal tersebut?
Bagaimana pendapat Bapak tentang orientasi mahasiswa baru? Orientasi mahasiswa di mata saya adalah masa transisi bagi mahasiswa baru. Pada masa ini yang penting bagaimana cara mahasiswa baru memanfaatkan masa transisi itu. Karena itu, panitia atau bagian kemahasiwaan juga harus memiliki konsep yang tepat dalam memperlakukan mahasiswa baru. Menurut Bapak bagaimana memanfaatkan masa transisi itu? Pada sisi mahasiswa baru, masa ini harus dihadapi secara aktif dengan misi memperoleh pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang banyak guna mencapai visi menjadi mahasiswa berprestasi baik akademik maupun nonakademik. Sementara itu, pada sisi panitia/ penyelenggara orientasi mahasiswa baru, masa ini harus dilihat sebagai waktu yang paling tepat dalam menyambut dan membuat mahasiswa baru merasa nyaman dalam mengembangkan potensi diri secara akademik dan nonakademik. Menurut Bapak bagaimana konsep orientasi yang baik bagi mahasiswa baru? Sebaiknya orientasi mahasiswa baru meliputi dua aspek yaitu aspek akademik dan mental. Aspek akademik meliputi pengenalan struktur,
12
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
kurikulum, fasilitas kampus, dan programprogram kemahasiswaan. Aspek akademik ini perlu diberikan sebagai pengetahuan dan bekal informasi bagi maba dalam menjalani proses pendidikan di perguruan tinggi. Aspek mental meliputi pembentukan karakter intelektual sejati, pembiasaan sikap peduli dan peka terhadap permasalahan bangsa, dan pelecutan semangat aktif berkegiatan atau berorganisasi. Aspek mental ini perlu diberikan sebagai bekal bagi maba sejati dalam menapaki dunia perguruan tinggi. Apa pesan dan harapan Bapak terhadap masa orientasi mahasiswa baru ke depan? Saya berharap pembinaan aspek akademik dan mental yang telah ada saat ini lebih memiliki substansi yang kontekstual dan bermakna bagi mahasiswa baru. Tantangan terbesar adalah bagaimana membentuk karakter mahasiswa baru yang unggul dan tangguh serta mahasiswa baru yang peka dan peduli terhadap permasalahan bangsa. Mahasiswa harus memiliki budaya elang bukan budaya bebek sebab mahasiswa harus memiliki pendirian dan sikap dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan di perguruan tinggi. Selama ini, tantangan itu belum terjawab secara total. [Yuneni]
spotlight
Wisudawan
Teruslah Berkarya Pertengahan Oktober ini menjadi satu titik sejarah hidup para wisudawan beberapa perguruan tinggi di Surabaya. Bagaimana tidak, empat Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di kota Pahlawan ini telah memastikan akan menggelar wisuda pada waktu yang sama. Unesa pada 10 Oktober 2009, ITS pada 10-11 Oktober 2009, IAIN pada 10 Oktober 2009, dan Unair pada 17 Oktober 2009. Bulan ini akan menjadi euforia bagi fresh graduated berbagai perguruan tinggi itu. Tak terkecuali wisudawan Unesa. Sebagai universitas pemroduk diploma, sarjana, magister, dan doktor, tahun ini Unesa meluluskan 2.228 orang. Jumlah lulusan itu terdiri atas 377 diploma, 1773 sarjana, 75 magister, dan 3 doktor. Warna-warni aktivitas wisudawan saat menjadi mahasiswa memunculkan pesan, kesan, dan harapan tersendiri. Inilah pesan Rektor dan kesan Pembantu Rektor I.
Pesan Rektor: “Saya terkesan dengan aktivitas wisudawan ke67 ini saat menjadi mahasiswa. Prestasi di berbagai bidang dari tahun ke tahun semakin bertambah. Aktivitas berkaryanya Prof. Dr. Haris Supratno menjadikan Unesa semakin dikenal banyak orang melalui prestasi yang gemilang. Saya berpesan selepas lulus dari Unesa ini pun teruslah Anda berkarya. Jika menjadi guru, jadilah guru profesional karena itu telah menjadi tuntutan zaman. Jika jadi pegawai baik di instansi negeri maupun swasta, jadilah pegawai yang beretos kerja tinggi. Mari kita tingkatkan kualitas pendidikan Indonesia dan layanan kepada civitas akademika bersama-sama melalui bidang kerja yang Anda geluti nantinya. Yang terpenting tetaplah jaga nama baik almamater kita tercinta.”
Kesan Pembantu Rektor I: “Secara akademik, prestasi lulusan Unesa dari tahun ke tahun semakin meningkat, termasuk pada wisuda ke-67 ini nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata lulusan Unesa pada semester genap tahun ini yang mencapai Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd. 3,01. Pada wisuda ke-65 dan ke-66, IPK lulusan Unesa ialah 2,98 dan 2,99.”
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
13
spotlight
Sumber: BAAK-PSI, September 2009
14
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
spotlight
Sumber: Buku Wisuda Ke-67, 10 Oktober 2009 - BAAK-PSI
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
15
figur/jarot/dok.humas
info unesa
Drs. Bambang Dwi Hartono, M.Pd.
Alumnus S1 Pendidikan Matematika IKIP Negeri Surabaya dan S2 Pendidikan Matematika Pascasarjana Unesa
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa boleh berbangga. Bagaimana tidak, kota tempat berdirinya kampus eks-LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) ini dipimpin alumnus terbaiknya. Ya, Drs. Bambang Dwi Hartono, M.Pd., alumnus S1 Pendidikan Matematika IKIP Negeri Surabaya dan S2 Pendidikan Matematika Pascasarjana Unesa merupakan Walikota Surabaya dua periode berturut-turut. Pagi itu, Rabu (14/10), auditorium FMIPA tampak ramai didatangi mahasiswa. Tak lama setelah itu sang kakak kelas masuk ruang dominan warna biru itu didampingi teman sepermainannya, Prof. Dr. Megah Teguh Budiarto, M.Pd., yang kini jadi Pembantu Dekan I FMIPA Unesa. “Dulu saat di kampung, saya jadi ketua karang taruna di Trenggalek dan Pak Bambang D.H. ini menjadi sekretaris saya. Dulu saat kuliah di kampus ini pun, kami pernah punya kebiasaan ngangsu bersama. Dulu kami susah payah mengawali hidup di kota. Kini beliau malah jadi walikota. Ini membuktikan bahwa alumnus kita pun bisa bersaing di era global. Karena itu, pada pagi hari ini, kami mendatangkan alumnus guna sharing tentang karir dan peluang kerja untuk adik-adik mahasiswa,” tutur Guru Besar FMIPA bidang geometri ini saat mewakili Dekan FMIPA dalam memberikan sambutan. Setelah itu, curhat walikota kepada adik-adik kelasnya pun dimulai. Bambang menekankan bahwa yang membuat seseorang sukses itu tidak hanya kemampuan secara
intelektual. Namun lebih dari itu, yang membuatnya kini dapat memimpin Kota Surabaya ialah kemampuan manajerial dan keberanian berinisiatif serta mengambil resiko. “Kita tidak kalah kok dengan lulusan perguruan tinggi lain. Yang penting kita harus selalu menyiapkan diri dan percaya diri terhadap kemampuan kita,” ujarnya bersemangat. Tak hanya memotivasi adik-adik kelasnya, Bambang pun mensharingkan suka dukanya menjadi walikota kota terbesar kedua di Indonesia ini. Mulai suka citanya berhasil mengantarkan kembali Surabaya sebagai kota Adipura Kencana, suka citanya dapat belajar dari negeri seberang tentang pengelolaan kota-kota besar di dunia, hingga duka nestapanya dicaci maki warga karena kebijakannya yang kurang populer bagi sebagian orang tentang penataan stan PKL, rumah kumuh di sepanjang setren Kali Surabaya, dan lain-lain. Pada akhir waktu sharingnya, Bambang memohon maaf jika hal-hal yang disampaikan kurang memberikan informasi tentang peluang kerja. Ia berjanji akan menugaskan Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Surabaya untuk memberikan informasi dan peluang kerja baru pada mahasiswa Unesa. Seusai share bersama adikadik kelasnya, Bambang langsung diburu wartawan media massa se-Surabaya terkait dengan kebijakan walikota tentang upah minimum untuk kebutuhan hidup layak (KHL) pekerja di Surabaya. Bayu
"An education isn't how much you have committed to memory, or even how much you know. It's being able to differentiate between what you know and what you don't." Anatole France (16 April 1844—12 October 1924), born François-Anatole Thibault, was a French poet, journalist, and novelist.
16
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
figur/wahyu/dok.humas
seputar unesa
Hanan Pamungkas
Dosen Sejarah dan Arkeolog Unesa
Tepat pada September tahun ini, perjalanan kerja Raja Hayam Wuruk, raja agung Majapahit dalam mengelilingi wilayah kekuasaannya di bagian timur Jawa mencapai 650 tahun. Untuk memperingatinya, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unesa menggelar berbagai kegiatan selama satu bulan, yakni 5 September hingga 4 Oktober 2009. Acara perdana yang digelar adalah Pameran Foto dan Kepurbakalaan bertema "Keindahan Panorama dan Kesenian Majapahit", yakni pada (3-7/10) dan Seminar Nasional bertema "Menggali Potensi Wisata Sejarah dan Budaya Sepanjang Majapahit" pada (5/10). Kedua acara ini diselenggarakan di Balai Pemuda Surabaya. Seminar nasional yang berlangsung selama lebih kurang empat jam dan diikuti oleh 66 peserta ini terdiri atas guru sejarah, pelajar, mahasiswa, pemerhati kepurbakalaan, budayawan, dan seniman. Narasumber seminar nasional itu adalah Hanan Pamungkas (arkeolog Unesa), Niggel Bullogh (budayawan), dan Nasution Ph.D (pakar pendidikan). “Tujuan kami mengadakan rangakaian acara ini adalah untuk menumbuhkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia sekaligus untuk memproteksi warisan budaya bangsa yang akhir-akhir ini marak diklaim negara lain,” ungkap Prof. Dr. Warsono, M.S., Dekan FIS Unesa. Sementara itu, Drs. Suwanto, M.Si., Kadiknas Jawa Timur, menyatakan bahwa warisan budaya bangsa leluhur kita luar biasa. Karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus pandai menggali potensi wisata sejarah sepanjang rute Majapahit sebagai akar identitas, asal usul budaya, dan harapan masa depan bangsa yang lebih baik. Selain itu peringatan 650 tahun rute Majapahit ini juga menggelar Lomba Foto dan Desain Poster Majapahit tingkat pelajar. Sepuluh foto dan poster terbaik dalam lomba itu dipamerkan di
Atrium Pakuwon Trade Centre (PTC), sedangkan Pameran Arkeologi dan Fotografi diselenggarakan di Museum House of Sampoerna dengan narasumber utama Niggel Bullogh. Pameran sejarah itu menampilkan 43 foto ekslusif jejak rekam desa-desa, lingkungan alam, dan bangunan suci peninggalan Majapahit. Nigel Bullough adalah budayawan warga negara Inggris yang memiliki nama Indonesia Hadi Sidomulyo. Awal mula penelusuran rute majapahit ini dimulai pada 2003, yakni bermula dari hobi riset Nigel Bullough dalam mendokumentasikan lokalitas (local identity) karena rute Majapahit merupakan kolaborasi rute yang unik, mencakup 11 kota di Jawa Timur yang jika digambarkan mirip gajah duduk. Tindak lanjut acara ini adalah road show ke 11 kota di Jawa Timur yang menjadi kota persinggahan Hayam Wuruk dalam pengembaraannya. Sebelas kota itu adalah Mojokerto, Jombang, Kediri, Malang, Blitar, Pasuruan, Lumajang, Jember, dan Situbondo. Kegiatan ini melibatkan dinas pariwisata, dinas pendidikan, dan pemerintah kota/ kabupaten setempat. “Jawa Timur memiliki aset sejarah yang menyimpan berbagai peristiwa, tidak hanya wisata raja, tetapi juga peristiwa sosial budaya yang menarik digunakan untuk mengembangkan potensi wisata dan budaya di sepanjang rute perjalanan Hayam Wuruk. Melalui pameran ini kita dapat saksikan bahwa Nigel Bullough berhasil merekam sisa-sisa kekayaan tersebut melalui penelitian dan hasil fotografinya,” ujar Hanan Pamungkas, dosen jurusan Pendidikan Sejarah, FIS Unesa yang juga merangkap sebagai ketua panitia kegiatan. “Sudah saatnya kita mengembangkan rute Majapahit ini sebagai ikon pariwisata baru di Jawa Timur dengan menonjolkan kekayaan dan keindahan alam, seni dan budaya setempat sebagai identitas lokal,” imbuh Hanan. Wahyu
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
17
seputar unesa
yoyo /ilus
trasi/ dok.h uma s
Manusia seperti bayi yang baru lahir ke dunia. Begitulah ungkapan yang sering kita dengar ketika Hari Raya Idul Fitri tiba. Setelah menjalankan puasa sebulan penuh dengan keimanan dan keikhlasan sebagai bentuk pengabdian pada Tuhan, 1 Syawal adalah momentum baik dalam melebur dosa antarsesama manusia. Idul fitri bermakna kelahiran kembali seorang manusia pada fitrahnya. Fitrah di sini adalah kesucian, yaitu kesucian lahir batin. Menurut Dr. Quraish Shihab, halal bi halal merupakan tradisi khas dan unik bangsa Melayu sebagai hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara.
Hari itu waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB, tak seperti biasa, gedung serba guna yang biasanya terlihat sepi, tampak berbeda. Beberapa orang berpakaian seragam putih dengan rompi coklat tampak sibuk mempersiapkan hidangan, beberapa orang yang berpakaian jas hitam juga terlihat memeriksa makanan yang sedang disiapkan. Beberapa orang mondar-mandir mengambil ini dan itu. Semua orang terlihat sibuk mempersiapkan acara tahunan ini. Ternyata, hari itu (30/9) Unesa tak mau ketinggalan menggelar halal bi halal bagi seluruh keluarga besar Unesa.
kemudian Rektor Unesa Prof. Dr. H. Haris Supratno beserta istri tiba di gedung yang baru direnovasi. Rektor yang juga mantan Ketua SNMPTN 2009 ini langsung menyalami penerima tamu. Setelah itu, Pak Haris (panggilan akrab Rektor Unesa, red.) langsung berjajar diikuti para pimpinan universitas, senat, dan fakultas. Mereka saling bersalaman sebagai tanda permintaan maaf. Jabat tangan pun akhirnya mengular panjang seiring dengan terus datangnya para undangan. Tak ada atasan dan bawahan, semuanya membaur menjadi satu.
Tak Ada Batasan Panitia merancang halal bi halal ini sedemikian rupa, hingga membuat nyaman para undangan. Setelah memarkirkan kendaraan, pimpinan Unesa dan undangan masuk melalui pintu utama. Dari tempat parkir menuju pintu masuk gedung Serba Guna, terlihat panggung peralatan life music. Sebelum undangan datang, beberapa panitia mencoba Sound System. Tepat pukul 10.00 WIB para undangan mulai ramai berdatangan, baik pimpinan universitas, senat, dan fakultas. Tak lama
Halal bi halal ini merupakan ajang berkumpulnya dosen dan karyawan Unesa, baik yang ada di kampus Ketintang, Lidah Wetan, maupun Gedangan. Dr. Hj. Lies Amin Lestari, M.A., M.Pd, berkata, ”Acara ini merupakan satu-satunya acara yang dapat mengumpulkan dosen dan karyawan se-Unesa untuk bersilaturahmi, karena itu saya selalu menyempatkan hadir”. Sebanyak 1800 undangan telah disebar. Uniknya tak hanya muslim yang hadir, dosen dan karyawan nonmuslim pun banyak yang ikut dalam acara ini. Ketua Halal Bi Halal Unesa 2009, Budiarso berkata, ”Acara Halal Bi Halal merupakan bentuk kebersamaan hidup antarumat beragama untuk saling menghormati. Karena itu kami mengundang seluruh dosen dan karyawan di Unesa tidak memandang jenis agama”.
hbh/jarot/dok.humas
Sebuah euforia yang indah ketika perbedaan bukanlah sebuah alasan untuk saling bermusuhan. Justru itu, perbedaan adalah alat untuk saling mengenal. Bukankah dalam surat Ar-rum Allah juga berfirman bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Begitu pula keberagaman dalam Unesa yang menimbulkan semangat untuk bekerja sama dalam menuju sebuah puncak kualitas yang tinggi.
18
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
seputar unesa
jarot/dok.humas
satu chef catering berkata, ”Kami memasak makanan itu semua pukul 04.00 WIB, sekitar pukul delapan kami mulai membawanya ke sini. Tujuh puluh koki dan pegawai kami libatkan dalam acara ini yang terbagi dalam tiga tugas, yaitu racik, service, dan produksi. Pegawai racik menyiapkan semua hal terkait masakan di dapur, pegawai service bertugas mengambilkan makanan untuk undangan di beberapa menu seperti bakso campur, lontong kikil, dan soto ayam, sedangkan pegawai produksi bertugas sebagai pengontrol dan penata makanan”. Hidangan yang disediakan membuat undangan tetap bertahan di gedung Serba Guna. Sri Utami, sekuriti FBS berkata, ”Cobain semua ja, enak-enak” ucapnya. Nikmatnya hidangan juga membuat banyak orang ingin mencoba lebih dari satu menu, bahkan salah satu undangan mencoba empat menu sekaligus.” saya sudah menghabiskan empat menu sekaligus yaitu bakso, sate, lontong kikil, juga es buah. Sekarang saya kekenyangan dan malas untuk beraktivitas”, kata salah satu undangan yang tidak mau disebutkan namanya. Doorprize Berhadiah Selain hidangan penggugah selera, ada lagi satu cara yang dilakukan panitia untuk membuat undangan betah berlamalama di gedung Serba Guna yaitu pembagian doorprize. Sebelum masuk ke gedung Gema, undangan harus mengisi daftar hadir terlebih dahulu. Setelah itu undangan akan diberi satu kupon yang berisi nama dan nama instansi. Setelah mengisinya, undangan memasukkan kupon ke dalam kardus yang nantinya akan diundi. Peserta yang keluar namanya akan dipanggil maju ke atas panggung untuk menerima hadiah.
Ada beberapa hadiah utama yang disediakan panitia yaitu satu lemari es, dua unit TV 21 in, lima unit sepeda mini, tiga unit kipas angin standing, lima unit magic com, 5 lima unit handphone Esia, tiga unit kipas angin duduk, 25 mukena dan 25 sarung juga disediakan panitia sebagai hadiah hiburan. Berbagai hadiah itu mampu membuat undangan tak lekas pulang.
hbh/jarot/dok.humas
hbh/jarot/dok.humas
Hidangan Penggugah Selera Setelah melebur dosa, tak lengkap rasanya bila tidak menikmati hidangan yang telah disediakan panitia. Setelah bersalaman, para undangan mulai menyerbu joglo-joglo makanan yang menggugah selera. Menu-menu makanan itu adalah soto daging, bakso campur, sate ayam ponorogo, salad buah cocktail, tak ketinggalan rujak cingur. Karmi, salah
Penantian mereka pun berbuah manis, banyak di antara mereka mendapatkan hadiah utama dan hadiah hiburan. Salah satu undangan yang beruntung adalah Supiah, S.E., staf administrasi Humas mendapatkan handphone Esia. Ibu muda ini tidak menyangka kalau ia akan mendapatkan doorprize untuk ketiga kalinya dalam tiga tahun t e r a k h i r. ” S a y a s e l a l u b e r u n t u n g d a l a m pengundian doorprize seperti ini. Tahun lalu saya dapat mukena, tahun sebelumnya saya dapat payung, dan tahun ini saya dapat handphone Esia,” katanya. Namun nasib baik tak berpihak pada Nanda. Reporter magang Humas ini harus gigit jari karena ketika panitia memanggil namanya berkali-kali ia tidak ada di tempat sehingga ia pun harus merelakan magic com lepas dari tangannya. “Setelah bersalaman dengan rektor beserta jajarannya, ada tugas wawancara, karena itu aku meninggalkan gedung. Setelah kembali aku baru tahu kalau namaku dipanggil panitia berkali-kali untuk mendapatkan hadiah. Ya, mungkin kali ini bukan rejekiku,” kata mahasiswa sosiologi ini. Sementara itu, hadiah utama pertama diperoleh Wiranto Arya Wijayadi, SE., M.Si. dosen FIK. Seusai pengundian hadiah utama berakhir, euforia halal bi halal warga Unesa terlihat nyata. Ini membuktikan bahwa keberagaman pun tak membuat kita saling bersitegang. Justru itu, keberagaman dan perbedaan membuat kita saling bekerja sama untuk mewujudkan visi dan misi Unesa. Alfanita
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
19
seputar unesa
Siang itu (15/10) di ruang sidang rektorat lantai 2 Unesa tim dosen program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Jember (Unej) berstudi banding pengembangan kurikulum S1 dan program PPG. Rombongan dosen Unej itu ditemui Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd., Pembantu Rektor I Unesa, Drs. Setyo Budi Adi, M.M., Dekan FE, dan Drs. I Nyoman Sudarka, M.S., Dekan FIP. “Di Unesa peserta PPG nantinya akan menempuh 38 SKS yang terdiri atas 20 SKS pendalaman modul referensi pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran dan 18 SKS untuk PPL. Diharapkan saat ber-PPL, peserta PPG nantinya dapat secara total berada di lapangan untuk menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan merefleksikan proses dan hasil belajar secara komprehensif sehingga terciptalah calon guru yang memiliki kompetensi dan profesional yang menguasai kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.,” jelas Pak Budi. Drs. Purwohandoko, M.M., Ketua Tim Program Badan Layanan Umum (BLU) Unesa menambahkan, “Dalam mewujudkan penyelenggaraan PPG yang profesional, setiap penyelenggara PPG harus memerhatikan kerjasama institusi dengan sekolah mitra karena sekolah mitra itu ibarat laboratorium nyata bagi peserta PPG dalam menggembleng diri,” ucapnya. Setelah lebih kurang satu jam berdiskusi di rektorat, tamu dari Jember itu ingin melihat kesiapan dan keunggulan Unesa secara nyata dengan survei ke jurusan-jurusan yang diinginkan, di antaranya ke Jurusan Pendidikan Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Ekonomi yang ada di kampus Ketintang dan meluncur ke kampus Lidah di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. “Saya rasa Unesa memang sudah siap menjadi perguruan tinggi pelopor program PPG di Indonesia. Saya telah membuktikan dengan mengunjungi kesiapan jurusanjurusan di Unesa. Syukurlah kami bisa belajar banyak dan membawa banyak info dari Unesa,” ungkap dosen Unej yang mengunjungi jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia ini. Selain memelajari Unesa menyiapkan mahasiswanya dalam mengimplementasikan tri darma pendidikan, Unej juga belajar konsep pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Unesa. Putri, Bayu
KOCIKA (Koperasi Civitas Akademika) UNESA Kunjungi dan penuhi semua kebutuhan Anda di KOCIKA UNESA, Kampus Ketintang Unesa. Nikmati kenyamanan dan keramahan yang dihadirkan untuk kenyamanan Anda dalam berbelanja.
Sambungan dari hal. 5 Meneropong PKKMB
Di sinilah peran PKKMB diperlukan untuk memfasilitasi maba dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Desain konsep PKKMB yang bernuansa humanis cocok dikembangkan mengingat kemampuan intelektual, kondisi psikologis, dan latar belakang sosiokultural maba yang berbeda-beda. Penguatan soft skills yang meliputi motivasi, kesadaran diri, perilaku, kebiasaan, karakter, dan sikap harus menjadi titik fokus pelaksanaan konsep PKKMB. Soft skills merupakan modal dalam mencapai kesuksesan. Yang paling menentukan kesuksesan seseorang bukanlah keterampilan teknis (hard skill), melainkan keterampilan lunak (soft skills) yang meliputi kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual. Peningkatan kualitas soft skills ini dapat dilakukan dengan memberikan Achievement Motivation Training (Pelatihan Motivasi Berprestasi) dan Awareness Training (Pelatihan Sadar Diri) yang berbasiskan nilai-nilai humanistik dalam nuansa kebersamaan dalam konteks pembauran. [Bayu]
20
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
seputar unesa
Angin, terbangkan aku Angin, arahkan aku pada dia yang mengatapi bumi. Angin, iringi gerakku Angin, pertemukan aku Angin, satukan jiwaku dengan matahari sang raja siang dan bulan si ratu malam, dengan laut tempat berkaca diri, dengan langit yang tak pernah bisa ditebak kapan melahirkan lengkung pelangi disadur dari puisi karya Inggit Putria Marga
Puisi itu menggambarkan doa, harapan, cita-cita, semangat berprestasi Humas Unesa dalam mewujudkan visi dan misinya. Ya, tampaknya secuil doa, harapan, dan cita-cita buah dari kerja keras, cerdas, dan ikhlas itu kini berubah menjadi kenyataan. Sabtu (30/10) lalu seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) menggelar Pertemuan Tahunan Bakohumas tingkat nasional di Yogyakarta. Dalam jajaran kategori perguruan tinggi se-Indonesia, Unesa berhasil menjadi nominasi juara umum dengan memasukkan dua media dalam nominasi juara, yakni media laporan tahunan cetak sebagai juara III dan profil lembaga cetak sebagai juara V. Saat diwawancarai di meja kerjanya, Drs. Heru Siswanto, M.Si., Kepala Humas berkata “Prestasi ini membuktikan bahwa kita itu bisa bersaing di tingkat nasional. Selama ini kita tidak percaya diri saja. Kita harus kerja lebih keras agar prestasi kita pada tahun mendatang dapat meningkat karena saya yakin Unesa pasti bisa.” Tahun depan pertemuan tahunan tingkat nasional akan diselenggarakan di Nusa Tenggara Barat. Sementara itu pertemuan regional barat akan ditempatkan di Pekanbaru, Riau; pertemuan regional tengah di Samarinda, Kalimantan Timur; dan pertemuan regional timur di Manado, Sulawesi Utara. Pada kesempatan itu, peserta pertemuan Bakohumas yang tahun ini sejumlah 750 peserta ini menyumbang lima belas juta untuk korban bencana gempa bumi di Sumatera Barat dan Jambi yang diperoleh dari hasil sumbangan spontan peserta.
Tahun ini 166 instansi mengikuti berbagai kompetisi dalam Penganugerahan Media Humas. Pemenang lomba dalam berbagai kategori kelompok Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah: A. Kategori Pelaporan Tahunan Cetak: 1. Universitas Terbuka (UT) 2. UIN Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) 3. Universitas Negeri Surabaya (Unesa) B. Kategori Profil Lembaga Cetak: 1. Universitas Airlangga (Unair) 2. Universitas Terbuka (UT) 3. Universitas Hasanuddin (Unhas) C. Kategori Profil Lembaga Visual: 1. Universitas Trunojoyo (Unijoyo Madura) 2. Institut Seni Indonesia (ISI Denpasar) 3. Politeknik Negeri Bandung D. Kategori Website: 1. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 2. Universitas Indonesia (UI Jakarta) 3. Universitas Negeri Malang (UM) E. Kategori Merchandise: 1. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 2. Universitas Terbuka (UT) 3. Universitas Airlangga (Unair)
Bayu
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
21
figur/alfanita/dok.humas
komparasi
Polandia atau Polska adalah salah satu negara berbentuk republik di Eropa Tengah yang berbatasan langsung dengan Jerman di sebelah barat. Negara ini memunyai 16 propinsi dan beribukota di Warsawa. Di negara yang seratus persen warganya menggunakan bahasa Polandia sebagai bahasa sehari-hari ini sangat memperhatikan pendidikan. Ini kali kita akan mengulas tentang pendidikan di Polandia dengan narasumber Krawczyk Krzysztof, mahasiswa asing program Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA) yang saat ini sedang mengenyam pendidikan di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa.
Krawczyk "Kris" Krzysztof Mahasiswa Asing Program Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA)
Pria ini datang ke Indonesia pada 1 September 2009 lalu untuk mendalami bahasa yang berasal dari bahasa melayu ini. ”Tujuan saya mempelajari bahasa Indonesia adalah untuk menjadi translator perusahaan Polandia yang bergerak di bidang ekspor-impor dengan Indonesia. Selain itu saya juga ingin belajar seni, sejarah, dan budaya Indonesia, salah satunya gamelan,” jelasnya. Kris (panggilan akrab Krawczyk Krzysztof, red.) mendapatkan beasiswa program darmasiswa. Darmasiswa adalah program beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa asing yang ingin belajar di Indonesia. Maret lalu, pria ramah ini browsing di internet dan mendapatkan informasi seputar program darmasiswa. Setelah itu ia segera mengirimkan application. Dari 60 orang yang mendaftar ia adalah satu dari sepuluh orang yang diterima. Kesepuluh mahasiswa asal Polandia itu datang ke Indonesia pada awal September dan kini menimba ilmu di beberapa kota di Indonesia, ada yang di Samarinda, Jogjakarta, Malang, Bogor, Solo, Bali, dan Jakarta. Ditanya mengenai pendidikan di negara asalnya, ia mengatakan bahwa pendidikan di Polandia renggang waktunya lebih lama daripada di Indonesia. Di sana usia sekolah dimulai pada usia playgroup yaitu 3-5 tahun, kemudian dilanjutkan dengan zerowka (TK) pada usia 6 tahun, pada usia 7-14 tahun siswa-siswa di Polandia memasuki szkola podstawowa (SD) dilanjutkan pendidikan di liceum (SMP dan SMA) pada usia 15-18. Tidak ada sistem untuk membagi antara SMP dan SD, hanya satu
22
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
sekolah liceum untuk SMP dan SMA. Kris menjelaskan ”In Poland there is no system dividing junior and senior highschools from each other, just one highschool. However government prepares reform to split highschool into two: gimnazjum (SMP) and liceum (SMA),” jelasnya. Untuk usia masuk uniwersytet atau politechnika (perguruan tinggi) sendiri berkisar antara 19-25 tahun atau lima tahun untuk mencapai master's degree (S-1) atau tiga tahun untuk bachelor's degree (D-3). Sebelum ke Indonesia dan menjadi bagian dari Unesa, pria kelahiran Warsawa ini telah meluluskan pendidikannya di University Commerce and Law jurusan Foreign Trade. Ada satu keunikan yang tidak dapat ditemukan di kelas-kelas di Indonesia. Di Universitas yang terletak di Warsawa ini kelas dibagi menjadi dua, yaitu lecture classes dan workshops. Dalam lecture classes, mahasiswa yang mengikuti perkuliahan diajarkan tentang teori. Lecture clasess ini biasanya terdiri dari 200 mahasiswa atau lebih. Sedangkan dalam workshop class yang terdiri dari 20-30 mahasiswa perkelas diajarkan bagaimana teori yang didapat dari lecturer class diterapkan. Karena itu di universitas ini dapat ditemukan kurang lebih enam aula besar yang digunakan untuk lecture classes. Ditanya mengenai Ospek, pria yang kini tinggal di Perumahan Citraland ini mengatakan bahwa sebelum kelas dimulai ada activity yang harus dilakukan oleh mahasiswa baru yaitu introduction meeting. Dalam introduction meeting mahasiswa baru akan dilkumpulkan untuk diberikan
informai seputar kehidupan kampus dan lingkungan sekitar kampus, selain itu mereka (mahasiswa baru di Polandia, red.) juga langsung diberikan handout yang berisi jadwal selama satu semester. Di sana juga ada para volunteer yang menawarkan mahasiswa baru untuk ikut dalam berbagi kegiatan ekstrakurikuler misalnya olahraga, cycle of philosophy, dan cycle of law. Dua kegiatan terakhir adalah kegiatan yang isinya diskusi mengenai berbagai hal tentang filsafat dan hukum. Di Polandia, jadwal dan pengaturan jadwal di kelas-kelas sangat teratur. Kelas-kelas di sana akan dimulai tepat dengan waktu yang dijadwalkan. “Di sana segala aktivitas selalu dimulai tepat waktu, jika ada mahasiswa terlambat, maka tergantung dosennya apakah mahasiswa itu diizinkan masuk atau tidak dan bila dosen terlambat lebih dari 15 menit, maka mahasiswa boleh meninggalkan lokasi perkuliahan,“ ujar pria yang masih berbahasa Indonesia secara terbata-bata ini. Yang perlu ditiru pemerintah Indonesia dari sistem pendidikan Polandia adalah pendidikan gratis. Untuk state school, pendidikan digratiskan pada semua jenjang
pendidikan mulai dari playgroup sampai uniwersytet atau politechnika (universitas atau politeknik). Namun untuk memasuki liceum dan uniwersytet atau politechnika muridmurid itu harus lulus tes. Siswa yang tidak lulus tes bisa mendaftar ke private university atau universitas swasta yang biayanya sekitar 500-600 zloty (sekitar Rp.1.500.0001.800.000). Di Polandia juga ada orang Indonesia, jumlahnya sekitar 130 orang. Mereka terdiri atas pegawai, warga Indonesia yang menikah dengan warga asli Polandia, dan ada juga mahasiswa ”I think more or less 10-20 persons now. Indonesian community in Poland is relatively small and we know one another quite well,” kata pria yang sudah lima tahun menikah dengan wanita asli Surabaya ini. Ditanya kesannya menjadi mahasiswa asing di Unesa, ia mengatakan “I'm happy studying in Unesa. In this opportunity, I would like to extend thanks to Pak Suhartono, the coordinator of Darmasiswa Program at Unesa, to Pak Puspo, Pak Heri from office, and to all our lecturers from Darmasiswa Program,” ucapnya mengakhiri wawancara dengan reporter Humas Unesa. Alfanita
seputar unesa Tampaknya modal Unesa dalam mewujudkan World Class University (WCU) semakin banyak. Tak hanya komponen pimpinan dan dosen yang berkontribusi dalam mewujudkan Unesa sebagai WCU. Mahasiswa pun turut berkontribusi dalam mengenalkan Unesa di dunia internasional. Dua mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman tahun ini kembali mendapatkan beasiswa belajar di negeri Jerman. Dua mahasiswa itu adalah Muhammad Findiansyah (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman 2005) dan Ajeng Dianing Kartika (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman 2006). Jejak langkah dua mahasiswa berprestasi Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) ini meneruskan tradisi jejak langkah kakak-kakak kelas angkatan 2003 dan 2004 yang berhasil mendapatkan beasiswa belajar di Jerman dan Jepang. Dua mahasiswa ini mendapatkan beasiswa dari Deutsche Akademische Austausch Dienst (DAAD), lembaga pemberi kesempatan belajar gratis ke Jerman bagi mahasiswa Indonesia. “Saya berharap tradisi mahasiswa FBS pada umumnya dan mahasiswa bahasa Jerman pada khususnya yang selalu mendapatkan beasiswa belajar ke luar negeri ini dapat terus diikuti oleh adik-adik kelas nantinya. Karena itu selalu buatlah atmosfer
berprestasi yang tinggi dan motivasi adik-adik kelas,” ucap Pak Lutfi, Dosen Pembimbing Kemahasiswaan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman. Tak mudah mendapatkan kesempatan belajar gratis seperti itu. Dua mahasiswa asal Surabaya ini harus menempuh serangkaian tes dan seleksi. Mulai seleksi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), lulus tes ZIDS (tes kemampuan dasar berbahasa Jerman), lulus tes TOEFL (tes kemampuan dasar berbahasa Inggris), hingga tes tulis dan wawancara motivasi mengikuti program beasiswa DAAD. Akhirnya berkat kerja keras, nama Muhammad Findiansyah dinyatakan berhak mendapatkan program beasiswa belajar di Bremen Universitat, Germany dan Ajeng Dianing Kartika berhak mendapatkan beasiswa belajar di Buhaus Universitat Weimar Germany. “Puji syukur pada Tuhan yang maha kuasa, akhirnya saya bisa memenuhi janji kepada mama untuk dapat membalas pengorbanan sang mama yang dulu batal mendapatkan beasiswa belajar ke luar negeri karena tidak kuasa meninggalkan saya dan adik saat masih kecil,” ucap Ajeng yang merupakan anak pasangan dosen Unipa dan Unesa ini. Ayu
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
23
info sehat
Banyak orang ingin berhenti merokok, namun seringkali ia tidak bisa menahan keinginannya untuk merokok lagi. Hal itu disebabkan rokok mengandung senyawa psikoaktif, yaitu nikotin yang menimbulkan ketagihan.
ini pula yang dipercaya para ahli dapat menciptakan efek ketergantungan pada obat-obatan lainnya seperti kokain dan heroin. Hal itulah yang menyebabkan seseorang susah sekali berhenti merokok.
Nikotin merupakan racun syaraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik. Nikotin, seperti halnya obat doping pada umumnya yang sebenarnya juga zat kimia beracun bahkan sangat beracun. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis (kegagalan) pernafasan. Molekul nikotin juga berbentuk serupa dengan bentuk sebuah transmisi saraf yang bernama asetil kolin. Asetil kolin dengan reseptornya bereaksi dalam berbagai fungsi, di antaranya dalam molekul yang mengatur pergerakan tubuh, pernapasan, denyut jantung, dan memori. Pasangan ini juga berperan dalam pelepasan transmisi syaraf lainnya dan sel hormon yang berefek pada perasaan hati, selera makan, memori, dan masih banyak yang lainnya. Waktu berada di otak, molekul nikotin ini langsung menyatu dengan reseptor dan bertindak seperti layaknya sebuah asetil kolin. Nikotin juga bereaksi di bagian otak yang mengatur pembentukan perasaan nyaman dan dihargai. Telah ditemukan bahwa perjalanan nikotin di bagian otak ternyata dapat mencapai tingkatan dopamin. Dopamin ini adalah sebuah transmisi syaraf yang memiliki fungsi menciptakan perasaan nyaman dan dihargai pada manusia. Perubahan pada molekul
Cara Tuntas Berhenti Merokok
Dengan Jeruk Nipis Salah satu solusi untuk berhenti merokok adalah dengan meminum air jeruk nipis. Solusi tersebut telah dibuktikan oleh Fithri Amaliyah* dkk. Inspirasi awal berasal dari adanya anggapan masyarakat bahwa jeruk nipis mampu membersihkan nikotin pada mulut perokok. Selanjutnya dilakukan pengujian kebenaran asumsi tersebut melalui uji pengaruh penambahan air jeruk nipis pada tembakau yang akan digunakan sebagai rokok dalam penelitian. Melalui alat GC-MS milik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, penambahan air jeruk nipis tersebut mampu menurunkan kadar nikotin hingga 70,65%. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa anggapan masyarakat itu benar. Air jeruk
24
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
nipis dapat membantu membersihkan nikotin yang menempel pada mulut perokok. Mengapa Air Jeruk Nipis Mampu Membantu Membersihkan Nikotin yang Menempel pada Mulut Perokok? Pada dasarnya merokok merupakan salah satu penyebab kekurangan vitamin C. Vitamin C adalah jenis vitamin yang larut di dalam air. Di dalam tubuh, vitamin C berfungsi sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh khususnya DNA selular dari kerusakan akibat oksidasi jutaan radikal bebas.
info sehat Radikal bebas berupa polusi dari asap kendaraan bermotor dan rokok. Semua itu membuat tubuh rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan. Daya tahan gampang menurun dan serangan radikal bebas membuat sel-sel tubuh mudah rusak dan tak mampu berfungsi dengan baik. Salah satu akibat dari proses kerusakan secara cepat itu adalah penuaan kulit lebih dini.
Para ahli memperkirakan 60 mg vitamin C per hari sudah cukup, tetapi dalam kondisi tertentu tubuh memerlukan lebih dari itu. Perokok pasif dan aktif, wanita yang sedang menyusui, mereka yang mengalami stres fisik sepeti luka bakar, keracunan logam berat, infeksi, dan sebagainya, memerlukan asupan vitamin C lebih banyak. Vitamin C yang dikonsumsi tidak 100% diserap oleh tubuh tapi hanya 50% saja yang diserap, dan kelebihan vitamin C akan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Jadi sejatinya selain air jeruk nipis, dapat menggunakan buah-buahan lain yang mengandung vitamin C. Namun untuk saat ini yang dapat dibuktikan secara illmiah adalah air jeruk nipis. Untuk mengetahui kandungan vitamin C pada buah, berikut adalah tabel kandungan pada buah-buah yang umum kita temui dalam 100 gram. Namun air jeruk nipis di sini adalah alat bantu untuk dapat berhenti merokok. Bagaiamanapun usaha kita untuk berhenti atau menghentikan orang lain merokok, akan sia-sia jika tidak ada niat dari pelakunya untuk berhenti merokok. Jadi yang paling penting adalah niat untuk berhenti merokok dari si perokok, kemudian sadar akan bahaya merokok bagi diri sendiri dan orang lain, baru usaha berhenti merokok itu akan berbuah manis. Fithri
Tabel Kandungan Vitamin C pada Buah
renungan
REFERENSI:
? (*) Solusi dibuktikan oleh Fithri Amaliyah , Ni'matus Sholihah, Arfindo Dwi Putrantoro, Hamidatul Baroroh, dan Tendika Sukmaningtyas R., mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Unesa tergabung dalam tim PKMP didanai Dikti tahun anggaran 2008 dan PKMAI yang dapat penghargaan pada 2009. Solusi tersebut dimasukkan ke dalam solusi PKMGT digagas oleh Tendika Sukmaningtyas R. dan Fithri Amaliyah yang juga finalis Pimnas di Universitas Brawijaya (UB) Agustus lalu. ? Amaliyah, Fithri, dkk. 2009. PKMAI DIKTI : Penambahan Air Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia L.) Sebagai Pendegradasi Nikotin Pada Tembakau (Nicotina Tabacum L.. Surabaya : UNESA. ? Rahardian, Tendika Sukmaningtyas dan Fithri Amaliyah. 2009. PKMGT PIMNAS DIKTI : Alternatif Solusi Mengatasi Kekontroversian Masyarakat Indonesia dalam Menanggapi Fatwa MUI (majelis Ulama Indonesia) Tentang Pengharaman Rokok. Surabaya: UNESA.
TIAP TAHUNNYA SEKITAR 57.000 JIWA MANUSIA BERHASIL RAME-RAME BERHENTI MEROKOK DISINI. MAU BERGABUNG? DATA DARI DINAS KESEHATAN (TAHUN 2000)
RENUNGAN DARI MEDIA NUANSA
Majalah Unesa Nomor 36 Tahun X September - Oktober 2009
25