Mahasiswa Ajak Warga Banyuwangi Tandatangani Petisi Kawasan Tanpa Rokok UNAIR NEWS – Dalam rangka memperjuangkan hak-hak untuk hidup sehat, Divisi Sport Art Society (SAS) Banyuwangi Public Health Assosiation (B-PHA) Universitas Airlangga 2017 kembali mengadakan aksi Sosialisasi Serentak (Soser) yang ke-3, belum lama ini. Dihubungi UNAIR NEWS Rabu (24/5), Meidyas Anggraeni, Koordinator Divisi SAS B-PHA UNAIR 2017, menjelaskan, aksi Soser ketiga itu dilaksanakan pada Minggu (14/5) lalu. Dalam penyelenggaraan yang ketiga kalinya ini, dikatakan acaranya lebih gencar. Pasalnya, mahasiswa tidak hanya mengajak masyarakat untuk melakukan longmarch dari Taman Sritanjung, Pasar Blambangan, hingga Taman Blambangan, tetapi juga mulai melibatkan siswasiswa SMA untuk ikut melanjutkan perjuangan dari Soser sebelumnya yang terkait dengan kebijakan KTR (Kawasan Tanpa asap Rokok) dan KTM (Kawasan Terbatas Merokok) di wilayah Kabupaten Banyuwangi. ”Soser yang ketiga itu kami adakan selama dua hari. Pada hari pertama kami isi sosialisasi ke sekolah-sekolah, kemudian esok harinya bersama-sama mengajak masyarakat dan perwakilan siswa dari SMA yang kami kunjungi untuk mengikuti longmarch serta menandatangani petisi,” kata Meidyas Dwi Anggraeni. Dijelaskan Meidyas, dalam Soser ketiga ini ada beberapa SMA yang dikunjungi, antara lain SMA Negeri 1 Glagah, SMAN Gajah Mada, SMA 17 Agustus 1945, SMK 17 Agustus 1945, SMA Sritanjung, SMKN PGRI 1 Giri, SMKN 1 Glagah, dan beberapa sekolah lainnya.
SOSIALISASI anti KTR dan KTM di salah satu SMA Negeri di Kota Banyuwangi. (foto: Siti Mufaidah) Sedangkan pada esoknya, hari yang kedua, panitianya dibagi dalam beberapa tim kecil untuk memberikan sosialiasi terkait bahaya merokok ke beberapa SMA terpilih. Mengapa memilih SMA? Kata Meidyas, karena remaja saat ini sudah banyak yang merokok, mereka perlu dilibatkan untuk melakukan penanggulangan melalui kader teman sebaya. Harapannya, dengan penandatanganan petisi KTR dan KTM ini, nantinya dapat menjadi salah satu bukti penguat dalam proses advokasi kepada pemerintah setempat. Semakin banyak yang terlibat maka akan semakin besar harapan kami agar pemerintah setempat menyetujui pengadaan KTR dan KTM di kawasan Kabupaten Banyuwangi. (*) Penulis: Siti Mufaidah Editor: Bambang Bes
Gandeng UNAIR, Miami Dade College Belajar Tentang Keberagaman di Indonesia UNAIR NEWS – Berbicara tentang keberagaman, Indonesia memang tempat yang sangat tepat untuk belajar. Selain agama, suku, dan bahasa, Indonesia memiliki banyak keberagaman yang sangat menarik untuk didalami. Oleh karenanya, tidak salah jika Miami Dade College Florida, Amerika Serikat, menggandeng Universitas Airlangga untuk mengenal Indonesia lebih dekat. Setidaknya ada 11 mahasiswa dan 1 dosen pendamping dari Miami Dade College hadir ke UNAIR untuk mengikuti serangkaian kunjungan ke beberapa tempat yang telah disepakati sebelumnya. Mewakili pihak UNAIR, Koordinator Inbound Mobility International Office and Partnership (IOP) Dr. Irfan Wahyudi, M.Comms., mengatakan, kegiatan yang bakal berlangsung selama dua minggu tersebut merupakan bentuk kerjasama yang telah dirancang sejak lama. “Ini adalah program spesial. Mereka ingin datang ke Indonesia dan menggandeng UNAIR untuk belajar keberagaman dan belajar lebih jauh tentang bagaimana masyarakat Indonesia hidup dan menjaga toleransi,” terangnya ditemui UNAIR NEWS usai acara penyambutan, Selasa (23/5). Irfan juga mengatakan bahwa selama dua minggu ke depan, peserta bakal diajak berkunjung ke beberapa situs bersejarah dan tempat-tempat keagamaan. Pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang dan situs Gereja Pohsarang di Kediri menjadi salah satu destinasi mengenal keberagaman di Indonesia. “Dengan ini mereka biar tahu Indonesia secara komplit tidak hanya lewat media massa. Diharapkan nantinya mereka bisa menjadi duta Indonesia saat kembali ke negaranya,” papar Irfan.
Menambahkan pernyataan Irfan, mewakili Miami Dade College Prof. Michael L mengatakan bahwa kerjasama UNAIR dengan kampusnya sudah terjalin selama tiga tahun ini. Michael juga menyatakan bahwa kerjasama tersebut juga terjalin dengan beberapa kampus di Indonesia. “Kerjasama yang kami jalin ini untuk mengembangkan hubungan baik antara dunia pendidikan di Amerika maupun Indonesia,” paparnya. Mengenai program ini, Michael mengatakan bahwa dari kerjasama yang sudah terjalin, pihaknya berusaha untuk menggagas sebuah program yang bermanfaat. Oleh karena itu, Michael mengajak mahasiswanya untuk memahami lebih dekat tentang kehidupan di Asia Tenggara, utamanya Indonesia. “Dalam prosesnya, kita selalu berkomunikasi untuk mengembangkan program yang menghasilkan sebuah nilai-nilai,” terangnya. Enrique R. Sepulveda selaku perwakilan dari mahasiswa Miami Dade College mengatakan, ini adalah kali pertamanya menginjakkan kaki di Indonesia. Baginya, kedatangannya ke Indonesia dan mengikuti kegiatan ini bisa membuat ia memiliki sudut pandang yang baru mengenai hidup. “Dengan program ini saya berharap bisa membawa saya kepada pengetahuan baru dan kepemimpinan,” jelasnya. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor
: Binti Q. Masruroh
Laserpunktur, Harapan untuk Kedaulatan Bibit Ternak Indonesia UNAIR NEWS – Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Prof. Dr. R. Tatang Santanu Adikara, MS, drh., yang baru dikukuhkan Rabu (24/5) lalu memiliki gagasan tentang pengembangan soft laser untuk titik-titik akupunktur pada hewan. Guru Besar FKH aktif ke-26 itu menyebutnya laserpunktur. Laserpunktur temuan Prof Tatang ini berfungsi menentukan titik akupunktur yang bisa diterapkan pada makhluk hidup, utamanya hewan. Menurutnya, titik akupunktur bisa dilacak dengan listrik sekecil apapun. Jika ditekankan pada permukaan tubuh, saat laserpunktur berbunyi, maka disitulah letak titik akupunktur. “Dengan catatan, seluruh permukaan (tubuh) harus kering ketika laserpunktur difungsikan,” ujar Tatang dalam konferensi pers pengukuhan guru besar Selasa (23/5). Penemuan Tatang dan tim membuktikan, titik akupunktur itu jika dirangsang dengan energi antara 0,1-0,5 Joule akan menyebabkan terjadinya stimulasi. Sedangkan, jika rangsangan energi lebih besar dari stimulasi kepentingan peningkatan
0,5 Joule, akan menyebabkan sedasi. Permainan dan sedasi itulah yang dimanfaatkan untuk pengobatan hewan atau perawatan kesehatan dan produktivitas.
Selain di bidang kesehatan, laserpunktur dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan atau penggemukan ternak. “Kami sudah mendapatkan titik akupunktur yang berhubungan dengan organ. Misalkan pada meridian atau pada titik organ paru-paru, jantung, dan lambung atau pencernaan, kita lakukan
stimulasi, ternyata terjadi peningkatan berat badan,” ujar Prof Tatang. Pada hewan, peningkatan tersebut cukup signifikan, yakni antara 0.9-1.00 kg per hari. Hal itu menunjukkan bahwa rangsangan atau stimulasi pada titik-titik akupunktur bisa meningkatkan pertumbuhan. Sedangkan untuk reproduksi, ternyata rangsangan pada titik akupunktur bisa meningkatkan hormon reproduksi, dan hal itu terjadi peningkatan yang signifikan. Prof Tatang memaparkan, ia dan tim telah mendirikan grup bernama Kelompok IPTEK Akupunktur Veteriner. Kegiatan yang dilakukan antara lain membantu pemerintah dalam upaya membesarkan dan menyehatkan ternak. “Kita bisa bikin berahi massal, bunting massal, dan hamil massal. Karena kalau kita lakukan itu bisa juga diikuti dengan inseminasi dengan mengambil bahan sperma segar. Dibandingkan kawin secara alami, itu bisa untuk betina berahi sampai 500 ekor. Ini sesuatu yang efisien, walaupun kelihatannya masih belum dikembangkan secara formal,” tandasnya. Terakhir, Prof Tatang dan melakukan tim dengar pendapat dengan komisi B DPRD Surabaya dan Dinas Peternakan Provinsi Jatim. Ia mengusulkan gagasan kedaulatan bibit. Sebab selama ini menurutnya, Indonesia belum memiliki kedaulatan teknologi. “Kita hanya sebagai perakit industri. Kita hanya sebagai peracik. Tidak ada pabrik yang betul-betul milik Indonesia yang menghasilkan produk Indonesia. Mungkin dulu pernah di zaman Pak Habibie, tapi tidak sempurna. Itu merupakan sesuatu bisa dilanjutkan,” tegasnya. “Kita ingin ilmuwan dan mahasiswa kita di masa mendatang, bisa menciptakan kedaulatan dengan produk teknologinya,” tambah Prof Tatang. Prof Tatang meyakini, teknik akupunktur bisa menghasilkan bibit yang bagus dan unggul. Sekaligus, bisa dikembangkan pada
ternak lokal di Indonesia. Yang digunakan Prof Tatang terutama adalah ternak sapi Madura. Ia sudah melakukan prototipe. Hasilnya, berat badan sapi cukup bagus. “Tinggal kita butuh provider DNA supaya nanti menjadi suatu produk kedaulatan bibit ternak Indonesia dengan fenotip dan genotip unggulan. Suatu saat kita nanti bisa menjadi eksportir ternak unggulan,” ungkap Prof Tatang mantap. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Kolaborasi Tingkatkan Keilmuan
Akademik Kompetensi
UNAIR NEWS – Berawal dari kolaborasi pelaksanaan konferensi internasional, pengajar Universitas Salahuddin-Irak tertarik untuk menjalin kerjasama dengan sivitas akademika Universitas Airlangga. Ketertarikan itu dibuktikan dengan kunjungan penjajakan yang dilakukan oleh delegasi Salahuddin Dr. Hewa Yaseen, Jumat (26/5). Yaseen disambut oleh Wakil Rektor III UNAIR Prof. Ir. M. Amin Alamsjah, Ph.D, beserta jajaran pimpinan di Ruang Sidang Pleno. “Capaian-capaian seperti reputasi maupun sitasi penelitian akan mungkin terjadi dengan adanya kolaborasi. Dalam hal ini Fakultas Sains dan Teknologi (FST) melihat bahwa Universitas Salahaddin memilki kemajuan yang signifikan di bidang sains dan teknologi,” tutur Amin selaku Wakil Rektor bidang
Kerjasama Akademik dan Publikasi. “Mereka ada bidang engineering, natural science (ilmu alam), yang kemudian kerjasama dengan FST dan juga tripartit Malaysia,” imbuh Amin. Sebelum adanya kerjasama ini, pihak pernah mengunjungi Irak untuk internasional. Di dalam konferensi peserta dari 40 perguruan tinggi diselenggarakan di Erbil, Irak.
sivitas akademika UNAIR keperluan konferensi tersebut, sebanyak 400 ikut dalam acara yang
“Kedatangan delegasi Irak bertujuan untuk meluaskan kerjasama bukan hanya dengan FST, tetapi juga dengan berbagai fakultas dan itu memungkinkan,” lanjutnya. Dengan
adanya
kerjasama,
diharapkan
dapat
mendukung
peningkatan kualitas dan kuantitas publikasi penelitian. Selain itu, kompetensi yang dimiliki dosen juga akan meningkat berkat adanya pertukaran ilmu antara peneliti, mengelaborasi alat-alat penelitian yang terbaru.
serta
Selain itu, kompetensi mahasiswa juga meningkat karena adanya mobilitas mahasiswa ke luar negeri dan sebaliknya, mahasiswa luar negeri akan datang ke UNAIR. Hal ini akan memperkaya wawasan dan pengalaman dalam transfer pengetahuan yang nantinya akan menguntungkan kedua belah pihak. “Mereka senang dengan Indonesia karena orang-orang kita terbuka dan rendah hati sehingga membuat mereka nyaman. Itu juga yang melatarbelakangi mereka memilih Indonesia, khususnya UNAIR untuk berkolaborasi,” tutur Wakil Rektor III UNAIR. Selain itu, kerjasama dengan universitas luar negeri akan terus dilakukan sivitas akademika UNAIR apalagi UNAIR tengah ditarget menembus posisi 500 perguruan tinggi terbaik di dunia. Penulis: Helmy Rafsanjani
Editor: Defrina Sukma S
Dua Mahasiswa Baru Merajut Asa dari Ujung Indonesia UNAIR NEWS – Universitas Airlangga menjadi salah satu kampus yang mampu merepresentasikan keragaman Indonesia. Para mahasiswa baru yang berhasil diterima melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Mereka yang datang dari provinsi paling ujung, Aceh dan Papua, berbagi cerita tentang harapan dan masa depan yang ditumpukan pada UNAIR. Keduanya adalah Yuni Indri Astina yang berasal dari Aceh Tenggara, dan Ifa Shintia berasal dari Merauke. Berawal dari pencarian informasi tentang UNAIR melalui internet, keduanya tertarik untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri terbesar di wilayah Indonesia timur. Baik Yuni maupun Ifa memilih perguruan tinggi yang berbeda daripada teman-teman sekolahnya. “Teman-temanku pada ambil di Jakarta, Yogyakarta, dan sekitaran Aceh. Aku mikirnya langsung di universitas yang jauh. Aku sebelumnya belum begitu tahu banyak tentang UNAIR. Jadi, kan ya namanya saya dari luar atau pinggiran, saya tertarik karena bagus,” tutur Yuni. Pada SNMPTN lalu, Yuni memilih dua program studi di UNAIR. Pilihan pertamanya adalah prodi Ilmu Hukum, dan disusul Matematika. Ia berhasil diterima di prodi yang menjadi pilihan pertamanya yakni Ilmu Hukum.
Ketertarikannya pada Ilmu Hukum dilatari masalah hukum yang tak adil di Indonesia. Ia memandang, peradilan di Indonesia cenderung tumpul ke bawah. “Aku sering belakangan nonton televisi. Saya melihat hukum di Indonesia lebih berpihak pada yang punya uang banyak atau orang-orang besar sedangkan orang yang kecil tidak adil,” tutur Yuni. “Ibaratnya kayak orang korupsi itu dibebaskan atau hukumannya cuma beberapa tahun. Sedangkan, kalau orang yang kecil bahkan kasusnya cuma sepele malah diperpanjang,” tegasnya. Berbeda dengan Yuni, Ifa memilih prodi S-1 Pendidikan Apoteker atas dorongan sanak keluarganya. Ifa mengatakan, prospek dunia kerja yang cerah mendorong dirinya untuk menuruti pendapat kakak orang tuanya. “Pertama, saya mengikuti saran dari pakde. Kedua, banyak yang bilang bahwa UNAIR adalah universitas terbaik di Indonesia. Akhirnya, saya memilih UNAIR,” terang Ifa. Cita-cita Tinggal puluhan ribuan kilometer dari kampung halaman, membuat Yuni dan Ifa harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Momen ini menjadi pengalaman pertama bagi mereka berdua untuk menginjakkan kaki di Surabaya. Apalagi, di ibukota Jawa Timur, keduanya tak memiliki sanak saudara. Namun, itu tak menjadi tantangan bagi mereka untuk terus menjalani hari demi hari. “Iya ini pertama kalinya ke Surabaya. Dulu pas saya ke Jember hanya lewat aja, belum tahu Surabaya kayak apa. Kali ini, saya ke Surabaya sendiri. Saya sempat berpikir kok bisa ya anak Aceh sampai sini. Saya merasa bangga dan bersyukur juga,” kisah perempuan tiga bersaudara itu. Sebelum berangkat menuntut ilmu, mereka juga mendapatkan pesan
dari kerabat keluarga agar senantiasa menjaga diri dan tekun berkuliah. Sesampai di Surabaya, baik Yuni dan Ifa memilih untuk tinggal di kos-kosan. Selama di tempat tinggal yang baru, mereka sering bertukar cerita dengan rekan-rekannya satu kos. Dari rekan-rekan satu kosan, mereka mendapatkan banyak tuturan pengalaman tentang perkuliahan di UNAIR. “Udah. Banyak mbak-mbak kosan yang cerita. Saya jadi pengin banget ikut kayak organisasi-organisasi yang baik buat aku. Tadi juga dijelasin sama bapak jangan sampai ikutan organisasi yang salah. Sama juga dijelasin sama bapak Direktur Kemahasiswaan pas sambutan,” imbuh Yuni. Beda orang beda saran. Ifa mengaku ingin fokus menuntut ilmu agar menjadi orang yang sukses ketika lulus kuliah. “Jangan jadi orang yang cari pekerjaan tapi biar pekerjaan yang mencari kamu,” tutur Ifa. Perbedaan jurusan dan latar belakang cerita hidup membuat keduanya berbeda dalam menentukan pilihan masa depan. Yuni bercita-cita menjadi seorang pengusaha atau jurnalis. Ia ingin membuat kehidupan keluarganya jauh lebih baik dari sekarang. “Bapak kerja sebagai tukang menggiling padi yang baru dipanen. Ibu jadi tukang pijat. (Saya) pengin jadi pengusaha, pengin buat kehidupan di keluarga lebih baik dari sekarang,” tuturnya. Sementara Ifa, ia ingin menjadi seorang farmasis. Sesuai dengan prodi yang diambilnya sekarang. “Dulunya, aku pengin jadi guru dan dokter. Karena udah masuk di Farmasi, ya, jadi apoteker,” kata Ifa yang memiliki seorang adik. Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
Pelatihan ’Public Speaking’ Mahasiswa PSDKU UNAIR di Banyuwangi UNAIR NEWS – Dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat dalam berkomunikasi, Divisi Sport Art Society (SAS) B-PHA UNAIR 2017 mengadakan kegiatan Pelatihan Public Speaking untuk mahasiswa Universitas Airlangga PSDKU (Pusat Studi Diluar Kantor Utama) di Banyuwangi, Jumat (19/5) pekan lalu. Dijelaskan oleh Jayanti Dian E.S., S.KM., M.Kes., pemateri kegiatan ini, bahwa berkomunikasi disini lebih diarahkan pada kemampuan komunikator dalam menyampaikan pesan pada masyarakat. Apalagi Ilmu Kesehatan Masyarakat sendiri memang mengacu pada aksi promotif dan preventif, sehingga mahasiswa dituntut untuk bisa aktif dan kreatif dalam berkomunkasi untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. ”Pesan yang disampaikan harus sesuai dan pas, bahasa tubuh yang sesuai, dan intonasi juga harus benar-benar diperhatikan. Pembawaan seseorang dalam berkomunikasi menjadi acuan penting apakah pesan tersebut mampu dipahami masyarakat ataupun tidak. Jadi kuncinya adalah percaya diri,” lanjut Jayanti Dian. Sementara dijelaskan oleh Dian Santoprayoga, S,KM., M.Kes, kegiatan seperti ini sangat penting untuk dilakukan. Tujuannya agar mahasiswa selalu siap setiap saat berhadapan langsung dengan masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi pemicu agar mahasiswa lebih kreatif lagi. ”Sebab kesehatan masyarakat itu kan seni, yaitu seni untuk mengajak masyarakat melakukan perubahan perilaku. Jadi, agar
mudah diterima maka mereka juga harus dilatih mulai dari sekarang saat masih mahasiswa,” kata Dian Santoprayogo, perwakilan prodi Kesehatan Masyarakat di PSDKU UNAIR Banyuwangi. (*) Penulis: Siti Mufaida Editor: Bambang Bes
Mahasiswa UNAIR Banyuwangi Ikuti Workshop ‘Social Media for Social Good’ UNAIR NEWS – Guna memperluas pengetahuan dan relasi, sedikitnya 20 orang perwakilan mahasiswa Universitas Airlangga PSDKU (Pusat Studi Diluar Kantor Utama) di Banyuwangi mengikuti kegiatan Workshop ‘Social Media for Social Good’ yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia, Minggu (21/5) kemarin di Banyuwangi. Menurut Guardit Singh, Deputi Press Atache of United States Embassy Jakarta, melalui kegiatan seperti ini pihaknya ingin mengajak anak-anak muda untuk menyebarkan kebaikan melalui media sosial (social media). Banyuwangi disebutnya sebagai kota ketiga yang dipilih Kedutaan Besar AS tempat penyelenggaraan workshop setelah Pontianak dan Palembang. Selanjutnya kegiatan ini akan terus berlanjut di Maumere, Ambon, Batam, dan Gorontalo. Di Banyuwangi sendiri kegiatan ini digelar selama dua hari, yaitu Sabtu (20/5) dan Minggu (21/5), acara ini digelar di Auditorium Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi.
Derry Candra, mahasiswa prodi S1 Kedokteran Hewan PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi, sebagai salah seorang peserta, memberikan testimoni bahwa kegiatan ini sangat baik. Maksudnya mengajak anak muda untuk menggunakan media sosial secara bijak, mengajarkan dan mengajak kebaikan melalui media sosial, termasuk bersosialisasi dengan sesama. ”Tidak hanya itu, kami juga diajak untuk lebih mencintai lingkungan bersama komunitas Greeneration Foundation dan Seasoldier Banyuwangi, serta belajar membuat blog dan vlog bersama tim ahli,” lanjutnya. (*) Penulis: Siti Mufaida Editor: Bambang Bes
Departemen Obgyn Australia Atasi Kematian Ibu
Gandeng Kasus
UNAIR NEWS – Sebagai lanjutan kerjasama pendidikan antara Departemen Obstetri dan Ginekologi (Obgin) Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan Adelaide University-Australia. Beberapa waktu lalu, Departemen Obgin menerima kedatangan seorang pakar di bidang Obstetri bernama Dr. Mohammad Afzal Mahmoodin M.B.,B.S., M.P.H., Ph.D. Perhelatan acara Visiting Dr. Mohammad Afzal Mahmoodin M.B.,B.S., M.P.H., Ph.D., ini berlangsung di Aula FK UNAIR (6/5). Acara ini merupakan puncak dari rangkaian acara kunjungan Afzal selama empat hari di Surabaya. Kunjungan Afzal ke Surabaya kali ini , selain mengikuti
beberapa acara seperti Audit Maternal Perinatal, Maternal Mortality Focus Group Discussion, Afzal juga berkesempatan menyampaikan kuliah kepada mahasiswa Program Pendidikan S1 Bidan, Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) , maupun pendidikan konsultan Obginsos. Menghadirkan sosok inspiratif seperti Afzal dalam acara tersebut tentu beralasan. Afzal dikenal sangat concern dalam upaya mengantisipasi kasus angka kematian ibu atau lebih dikenal AKI. Angka kematian Ibu di Indonesia, yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas, masih belum mencapai penurunan yang signifikan. Dr. Baksono mengatakan angka kejadian AKI di Provinsi Jawa Timur menempati urutan ke tiga terbesar setelah Jawa Barat yang berada di urutan ke dua. Di Jawa Timur sendiri, khususnya Surabaya merupakan kota dengan jumlah kematian ibu terbanyak, yaitu 38 kasus kematian ibu di tahun 2015 dan 37 kasus kematian ibu di tahun 2016. Berbagai upaya telah dilakukan demi menurunkan AKI. Namun demikian, usaha ini masih bersifat kedaerahan dan kurang mengena pada sasaran, sehingga penurunan jumlah AKI di wilayah Jawa Timur belum sesuai harapan. Sejauh ini, upaya menurunkan AKI juga telah diupayakan oleh kalangan dokter dari Departemen Obgin, antara lain dengan cara ‘jemput bola’, para dokter ini blusukkan ke daerah-daerah di wilayah kepulauan Madura. Di sana mereka menyosialisasikan berbagai program kehamilan sehat dan memberikan penyuluhan serta memeriksa para ibu hamil disana. Upaya jemput bola semacam ini juga serupa dengan apa yang selama ini diupayakan Afzal. “Selama 30 tahun terakhir saya telah bekerja untuk sejumlah besar pengembangan perawatan primer dan perawatan di rumah sakit. Untuk program ini, saya telah bekerja dengan departemen kesehatan pemerintah dan organisasi non-pemerintah di berbagai
negara termasuk Pakistan, Indonesia, Arab Saudi, Kenya, Myanmar, Cina, dan Australia,” jelasnya. Sejak tahun 1998, Afzal telah menjalin kerjasama dengan banyak departemen dan sejumlah universitas di Indonesia, seperti Universitas Trisakti dan Universitas Indonesia yang dirintisnya mulai tahun 2007. Termasuk dengan pemerintah provinsi Kalimantan Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten Tarakan, Bulungan, Kutai Kartanegara, Balikpapan, Samarinda, Kutai Barat, hingga Paser. Afzal bahkan telah melakukan penelitian terhadap 30 kematian ibu di Kalimantan Timur selama kurun delapan tahun terakhir. “Penelitian tersebut menggali secara mendalam seputar faktor apa saja terkait kematian ibu sejak awal kehamilan hingga kematian. Saya berharap penelitian ini mampu memberikan informasi yang diperlukan oleh para pelaku kesehatan, sehingga dapat menyusun upaya yang terarah dan berdayaguna dalam menurunkan AKI di Indonesia,” pungkasnya. Penulis: Sefya Hayu Editor: Nuri Hermawan
Kampus NKRI
Siap
Jaga
Keutuhan
UNAIR NEWS – Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Pol Drs Machfud Arifin SH mengundang semua Rektor dan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta ke Mapolda Jatim, Jumat pagi (26/5). Pertemuan itu dilaksanakan sebagai kelanjutan dari perintah Presiden RI untuk menindak tegas pihak-pihak yang akan memecah
belah persatuan dan kesatuan Indonesia. Sekaligus sebagai respon terhadap kondisi negara yang masih akrab dengan isu-isu tak sedap terkait dengan paham kebangsaan. Dalam kesempatan itu, Machfud mengatakan, pihaknya tidak akan bisa bekerja sendirian untuk mengawal agenda ini. Sebab, personel Polri memiliki jumlah terbatas. Maka itu, dibutuhkan bantuan semua elemen masyarakat. Termasuk, para akademisi. Machfud menilai, Rektor dan Guru Besar memiliki peran strategis. Mereka bisa berbaur dengan segenap warga dari ragam latar belakang. Sebagai kalangan terdidik, apa yang disampaikan mereka pun akan selalu didengar semua lapisan. “Kita semua harus meningkatkan kewaspadaan terhadap ormas atau gerakan yang bisa membahayakan keutuhan bangsa,” ungkap dia di hadapan ratusan hadirin. Rektor Universitas Airlangga Prof. Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak, CMA., yang diberi kesempatan mewakili para rektor mengutarakan, selama ini kampus sudah berupaya agar tetap steril dari ormas maupun gerakan yang menggerus kebhinekaan dan persaudaran. “Jadi, secara prinsip, kami mendukung ajakan Kapolda Jatim untuk turut serta menjaga Indonesia dari segala bentuk paham yang meresahkan masyarakat,” urai dia. Lelaki kelahiran Gresik itu menambahkan, Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bineka Tunggal Ika adalah pilar yang harus terus dijaga. Hanya dengan langkah itu, keutuhan negeri bisa dipertahankan dengan damai dan berkelanjutan.
Rektor UNAIR Moh. Nasih saat di Mapolda Jatim Di kesempatan yang sama, Rektor Universitas Jember Mochamad Hasan mengatakan, agenda melawan gerakan atau ideologi yang menggerus nilai-nilai kebangsaan tidak dapat dilakukan secara parsial. Semua pihak mesti saling bergandengan tangan. “Sinergi mutlak diperlukan,” urai dia. Para
Rektor
dan
Guru
Besar
juga
menyatakan
lima
poin
pernyataan sikap. Pertama, menolak serta tidak memberi ruang terhadap masuknya segala bentuk paham radikal maupun upaya provokasi ke dalam lingkungan kampus yang dapat mengancam kebinekaan dan keutuhan NKRI. Kedua, memberi dukungan penuh kepada pemerintah beserta TNIPolri untuk tidak ragu-ragu dalam menindak tegas segala bentuk ucapan dan tindakan yang mengganggu: persatuan dan persaudaran, NKRI, Bineka Tunggal Ika, serta yang tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Ketiga, mendukung Polri untuk melakukan tindakan hukum secara
tegas kepada orang atau kelompok-kelompok yang dengan segala cara berupaya memecah-belah bangsa Indonesia. Keempat, mendorong semua kekuatan elemen masyarakat untuk bersatu padu memberikan dukungan kepada aparat dalam melawan pihak-pihak tertentu yang berupaya memecah-belah bangsa khususnya di wilayah Jawa Timur. Kelima, merekomendasikan kepada pemerintah untuk diberikannya kembali materi-materi mengenai kepancasilaan dan wawasan kebangsaan masuk dalam kurikulum di sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Untuk menumbuhkan kembali jiwa nasionalisme dan rasa cinta tanah air. Pemberian pemahaman mengenai etika kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembentukan badan dari tingkat pusat hingga daerah yang mampu melakukan upaya pembinaan dan pengembangan bangsa Indonesia demi terjaganya kebinekaan dan keutuhan NKRI. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor: Defrina Sukma S
‘Sharing Session’ Rekatkan Sivitas FKM Banyuwangi dengan Alumni ‘Sharing Session’ Rekatkan Sivitas FKM Banyuwangi dengan Alumni UNAIR NEWS – ”Nikah, Kerja, atau S2?”. Sebuah tema yang unik ini diusungkan oleh Divisi Career Preparation Himpunan
Mahasiswa Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga PSDKU (Pusat Studi Diluar Kantor Utama) di Banyuwangi, dalam acara Alumni Sharing Session, Sabtu (20/5) kemarin di Banyuwangi. Menurut Ayu Fitri Lestari, Koordinator Divisi Career Preparation, kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan karir mahasiswa setelah lulus S1. Kegiatan ini merupakan modifikasi dari kegitan Kuliah Alumni tahun 2016 lalu. Perbedaannya, tahun ini dikemas lebih meriah dan lebih menarik. Pemateri yang dihadirkan juga alumni yang masih muda, sehingga masih fresh dan bisa membangkitkan semangat bagi peserta. ”Karena itu kami mengusung tema ‘Nikah, Kerja atau S2?’. Ini untuk membantu menjawab kegalauan dari mahasiswa pasca kuliah S1,” lanjut Ayu Fitri. Diantara pemateri yang dihadirkan, Nurmalasari, S.KM., alumni FKM UNAIR angkatan 2010, merupakan anggota relawan Pencerah Nusantara. Dalam presentasinya terkait materi tentang ”Nikah dan S2” mengatakan, bahwa setiap pilihan pasti ada risikonya, akan tetapi apabila tidak pernah mencoba maka akan ada pintu kesempatan yang terlewat dibaliknya. Satu lagi pemateri yang dihadirkan adalah Khairul Helmi, S.KM., alumni FKM yang kini menjadi seorang wirausahawan. Dalam Acara ‘Alumni Sharing Session’ kemarin, Khairul memaparkan materi bertema “Kerja”. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, pihak panitia bekerjasama dengan BPJS, Dinas Pendidikan, Dinas Pendapatan Pemkab Banyuwangi, PT Yakult dan beberapa pendukung lainnya. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Amir Hidayat, perwakilan dari Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) Kabupaten Banyuwangi. Menurut penilaian Amir Hidayat, kegiatan ini sangat bermanfaat. ”Saya cukup tersentuh ketika mahasiswa mampu mempersiapkan sejak dini apa yang diinginkannya. Jadi bermimpi saja tidak
cukup, untuk itu butuh perencanaan yang matang,” kata Amir Hidayat. (*) Penulis: Siti Mufaida Editor: Bambang Bes