PERANAN ATTITUDE TOWARD THE BEHAVIOR, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIOR CONTROL DALAM MEMPREDIKSI INTENSI PEMILIH PEMULA UNTUK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA PADA PEMILU PRESIDEN 2014 Mahaputra Adipradana Universitas Bina Nusantara, Jakarta,
[email protected] Mahaputra Adipradana, Raymond Godwin S.Psi., M.Si
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan attitude toward the behavior, subjective norm, dan Perceived Behavioral Control Pemilih Pemula dalam memprediksi intensi pemilih pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden 2014. Dengan subjek sejumlah 100 orang Pemilih Pemula yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan pekerja. Metode yang digunakan adalah kuantitatif non eksperimental dengan tujuan memprediksi antar variabel. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan teknik regresi linier berganda. Hasilnya adalah Sikap untuk menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014, subjective norm, dan perceived behavior control secara bersama-sama berperan secara signifikan dalam meprediksi intensi Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014 (F = 24,163; p < 0,05), Kesimpulannya, attitude toward behavior, subjective norm, dan Perceived Behavioral Control berperan dalam memprediksi intensi. (MAS)
Kata Kunci: Theory of Planned Behavior, Pemilih Pemula, Pemilu Presiden 2014
Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Pemilih pemula memiliki suara yang potensial untuk memenangkan pemilihan umum. Berdasarkan data BPS 2010 dalam Rosit, M (2013), penduduk Indonesia yang berada pada kelompok umur yang berusia 10-14 tahun yaitu sebanyak 22.677.490, sedangkan pada kelompok umur yang berusia 15-19 tahun yaitu sebanyak 20.871.086. Jika diasumsikan pada umur yang berusia 10-14 sstahun separuhnya berusia 17 tahun pada tahun 2014, dan pada kelompok umur yang berusia 15 -19 tahun semuanya menjadi
pemilih pada Pemilu 2014, maka ada sekitar 32 juta potensi suara Pemilih Pemula pada Pemilu 2014. Besarnya suara potensial yang dimiliki oleh Pemilih Pemula tidak di imbangi dengan jumlah Pemilih Pemula yang menggunakan hak pilihnya. Terlihat bahwa jumlah partisipasi Pemilih Pemula selalu mengalami penurunan pada setiap Pemilu yang dilaksanakan. Menurut Yudha, penggurus pusat Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). (Yudha, H, 2013), pada tahun 1999 partisipasi Pemilih Pemula ada sebesar 92,7 %, sedangkan pada tahun 2004 partisipasi Pemilih Pemula sebesar 84,07 %, dan partisipasi Pemilih Pemula pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar 71 %. Berdasarkan data yang tersebut terlihat bahwa selama tiga kali pemilu terakhir (1999, 2004, dan 2009) terdapat penurunan partisipasi Pemilih Pemula dalam pesta demokrasi. Secara umum terdapat beberapa faktor yang menyebabkan menurunya pasrtisipasi Pemilih Pemula pada Pemilu. Syamsuddin Haris, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa terdapat empat faktor yang meyebabkan turunnya perilaku partisipasi Pemilih Pemula dalam penggunaan hak pilihnya pada Pemilu. (Beritasatu, 2013). Pertama karena adanya kekecewaan pada institusi demokrasi yang terbentuk. Kedua, adanya kekecewaan pada wakil rakyat yang sudah duduk di pemerintahan maupun calon legislatif yang akan duduk di pemerintahan. Ketiga, karena faktor teknis administrasi pemilu, yakni tidak terdaftarnya yang bersangkutan dalam daftar pemilih tetap (DPT). Keempat, karena momentum pemilu yang ditetapkan sebagai hari libur, sehingga digunakan sebagai waktu berlibur daripada untuk menggunakan hak pilihnya. Pemilih Pemula yang memiliki rentan usia antara tujuh belas hingga dua puluh lima tahun secara psikologis termasuk dalam tahap perkembangan emerging adulthood. Arnett (dalam Kahandik, Untario, Wahyuningsih, & Setyaningsih, 2009) mengatakan bahwa emerging adulthood merupakan tahap perkembangan yang berfokus pada usia 18-25 tahun. Arnett (dalam Kahandik, Untario, Wahyuningsih, & Setyaningsih, 2009) mengatakan bahwa emerging adulthood adalah suatu tahapan perkembangan yang muncul setelah individu melewati masa remaja dan sebelum memasuki masa dewasa. Pemilih Pemula sebagai Emerging adulthood menurut Arnett ( dalam Kahandik, Untario, Wahyuningsih, & Setyaningsih, 2009), memiliki lima karakteristik khas yaitu: identity explorations, instability, being self focused, feeling in betwen and in transition, dan possibilities. Pemilih Pemula sebagai emerging adulthood memiliki beragam karakteristik. Pemilih Pemula masi mengeksplorasi dampak terhadap dirinya kedepan, mengenai apabila ia menggunakan hak pilihnya atau ketika ia akan memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Pemilih Pemula juga masi belum dapat memutuskan secara pasti apakah akan menggunakan atau tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu. Dalam menggunakan hak pilihnya, lingkungan sekitar Pemilih Pemula tidak terlalu berpengaruh dalam mengambil keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan hak pilihnya. Pemilih Pemula juga merasa bahwa untuk menggunakan atau tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu merupakan haknya, namun Pemilih Pemula kurang memahami dampak apabila ia tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu. Pemilih Pemula juga memiliki harapan dan pengharapan yang tinggi bahwa dengan menggunakan hak pilihannya dapat menang dan dapat menepati janjinya saat berkampanye. Berdasrkan karakteristik yang dimiliki oleh Pemilih Pemula tersebut, bagaimanakah niat dari Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014. Niat (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014) adalah [1] maksud atau tujuan suatau perbuatan; [2] kehendak atau keinginan dalam hati untuk melakukan sesuatu. Ajzen dan Fishbein (dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2007), mengatakan bahwa ketika seorang individu memiliki waktu untuk merenungkan atau memikirkan bagaimana mereka akan berprilaku, maka prediktor terbaik dari perilaku tersebut adalah intensi perilaku. Sehingga ketika Pemilih Pemula memunculkan perilaku untuk menggunakan hak pilihnya atau tidak menggunakan hak pilihnya maka sebelumnya Pemilih Pemula memiliki niat untuk menggunakan atau tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu. Perilaku menggunakan atau tidak menggunakan hak pilihnya oleh Pemilih Pemilih pemula didasari atas niat yang dimiliki oleh Pemilih Pemula untuk menggunakan atau tidak menggunakan hak pilihnya. Niat sebagai pendahuluan langsung dalam berprilaku menurut Ajzen (dalam Haugtuedt, Herr, & Carder, 2008), dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu, evaluasi dari perilaku yang disukai atau tidak disukai (attitude toward behavior), tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut (subjective norm), dan kepercayaan diri untuk berperilaku ( perceived behavior control). Faktor pertama yang mempengaruhi intensi untuk menggunakan atau tidak mengguanakan hak pilih pada Pemilu presiden 2014 adalah evaluasi positif atau negatif dari perilaku menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014. Evaluasi tersebut didasari oleh pertimbangan terhadap kemungkinan kosekuensi perilaku menggunakan hak pilih pada Pemilu presiden 2014. Konsekuensi perilaku tersebut dapat berupa yang positif ataupun negatif. Salah satu contoh konsekuensi darin perilaku menggunakan
hak pilih yang bersifat negatif adalah kekecewaan dari institusi demokrasi yang terbentuk dan kekecewaan pada wakil rakyat. Ajzen (Haugtuedt, Herr, & Carder, 2008) Faktor kedua yang mempengaruhi intensi untuk menggunakan atau tidak mengguanakan hak pilih pada Pemilu presiden 2014 adalah persepsi dari Pemilih Pemula terhadap tekanan sosial yang menjadi acuan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014. Tekanan yang dirasakan didasari oleh kemungkinan persetujuan atau tidak persetujuan terhadap melakukan perilaku menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014. Persetujuan tersebut dapat berasal dari rekan kerja, anggota keluarga ataupun lainnya. Ajzen dan Fishben (Albarracin, johnson, & Zanna, 2005) Faktor ketiga yang mempengaruhi intensi untuk menggunakan atau tidak mengguanakan hak pilih pada Pemilu presiden 2014 adalah persepsi pemilih pemula mengenai memiliki atau tidak memilikinya kapasitas untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014 didasari oleh keyakinan mengenai ada atau tidak adanya faktor yang membuat kinerja perilaku lebih mudah atau lebih sulit. Hal yang dapat membuat perilaku menggunakan hak pilih pada Pemilu adalah terdaftar atau tidaknya Pemilih Pemula sebagai daftar Pemilih tetap. Apabila tidak terdaftar akan menghambat perilaku menggunakan hak pilih, sedangkan apabila terdaftar akan mempermudah Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu. (Albarracin, johnson, & Zanna, 2005) Secara umum theory planned of the behavior yang mengatakan bahwa intensi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavior control adalah teori yang sudah teruji dalam memprediksi intensi. (Albarracin, johnson, & Zanna, 2005). Namun pada penelitian ini peneliti ingin menggunakan theory planned of the behavior untuk melihat bahwa apakah intensi perilaku dapat memprediksi perilaku Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014.
Pertanyaan Penelitian Apakah sikap terhadap perilaku, subjective norm, dan Perceived behavioral control dalam menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014 berperan untuk memprediksi intensi menggunakan hak pilih Pemilih Pemula pada Pemilu Presiden 2014?
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan attitude toward behavior, subjective norm, dan perceived behavior control dalam memprediksi intensi pemilih pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden 2014.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Karakteristik subjek pada penelitian ini adalah Warga Negara Indonesia dengan rentang usia tujuh belas hingga dua puluh lima tahun, memiliki hak untuk menggunakan hak pilih pada Pemilu, belum pernah menggunakan hak pilihnya pad Pemilu presiden sebelumnya, dan berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa atau pekerja. Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah non probability sampling, yaitu tidak setiap pemilih pemula dapat menjadi sampel pada penelitian ini. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Menurut Kuswanto (dalam Kuswanto, 2012) teknik convenience sampling adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan pada kebetulan saja, dimana anggota populasi yang ditemui oleh peneliti dan bersedia menjadi responden yang dijadikan sample penelitian oleh peneliti.
Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Bordens dan Abbott (dalam Bordens, K.S, & Abbott, B.B, 2011) adalah menghitung dan mengukur kuantitatif hasil perilaku, yang disajikan dalam secara numerik. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk ke dalam correlational research. Menurut Bordens dan Abbott (2011) correlational research adalah penelitian yang bertujuan untuk menentukan apakah dua atau lebih variabel berkorelasi, dan juga untuk menentukan arah hubungan, besaran hubungan, serta bentuk hubungan yang teramati. Menurut Bordens dan Abbott (dalam Bordens, K.S, & Abbott, B.B, 2011) ,Ketika mengunakan hubungan korelasi untuk memprediksi, variabel yang digunakan untuk memprediksi disebut predictor variables, serta variabel yang nilainya sedang diprediksi disebut criterion variables.
Alat Ukur Penelitian Alat ukur penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah skala yang mengukur intensi menurut Ajzen, berdasarkan faktor yang mempengaruhi yaitu, attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control. Dalam pembuatan alat ukur penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan yaitu: 1. Elisitasi Elisitasi adalah pemberian pertanyaan kepada responden dengan pertanyaan terbuka, yaitu responden diminta mengisi sesuai dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Yang kemudian jawaban dari responden akan digunakan oleh peneliti sebagai item-item untuk penyusunan kuesioner. Dibawah ini peneliti cantumkan hasil dari elisitasi. 2. Penyusunan item kuesioner Penyusunan item dalam lembar kuesioner, berdasarkan hasil dari elisitasi. Dalam penyusunan item dibagi menjadi ke dalam empat dimensi yaitu, dimensi attitude toward behavior, subjective norm, perceived behavior control dan intensi. Dimensi Attitude Toward the Behavior Dalam dimensi attitude toward the behavior terdapat dua bagian dalam penyusunan item: yaitu item behavioral beliefs dan item attitude toward behavior. Cara perhitungan pada item behavior beliefs menggunakan skala likert dengan skala perhitungan -3 – 3 ( -3 untuk paling tidak disukai dan 6 untuk paling disukai). sedangkan pada item attitude toward the behavior menggunakan skala likert dengan skala perhitungan 1 – 6 ( 1 untuk paling tidak disukai dan 6 untuk paling disukai). Dimensi Subjective Norm Dalam dimensi subjective norm terdapat dua bagian dalam penyusunan item: yaitu item normative beliefs dan item subjective norm. Cara perhitungan pada item normative beliefs menggunakan skala likert dengan skala perhitungan -3 – 3 ( -3 untuk paling tidak disukai dan 3 untuk paling disukai). sedangkan pada item subjective norm menggunakan skala likert dengan skala perhitungan 1 – 6 ( 1 untuk paling tidak disukai dan 6 untuk paling disukai). Dimensi Perceived Behavior Control Dalam dimensi perceived behavior control terdapat dua bagian dalam penyusunan item: yaitu item control beliefs dan item perceived behavior control. Cara perhitungan pada item control beliefs menggunakan skala likert dengan skala perhitungan -3 – 3 ( -3 untuk paling tidak disukai dan 3 untuk paling disukai). sedangkan pada item perceived behavior control menggunakan skala likert dengan skala perhitungan 1 – 6 ( 1 untuk paling tidak disukai dan 6 untuk paling disukai). Dimensi Intensi Cara perhitungan pada item intensi menggunakan skala likert dengan skala perhitungan 1 – 6 ( 1 untuk paling tidak disukai dan 6 untuk paling disukai).
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Pengukuran uji validitas dilakukan dengan menguji validitas konten atau isi. Menurut Sugiyono (dalam Sujianto, 2009) Validitas konten didasarkan pada sejauh mana suatu pengukuran mencerminkan maksud spesifik dari domain isi. Validitas isi mengukur apakah ada kecocokan antara isi alat ukur itu sendiri dengan isi sasaran yang ingin diukur. Untuk mengujinya, peneliti melakukan expert judgment kepada dosen pembimbing. Tabel 1 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s alpha ATB 0,755 SN 0,730 PBC 0,720 Sumber : Hasil Pengolahan Data
N 7 Pasang 2 Pasang 3 Pasang
Pengukuran uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji reliabilitas Cronbach Alpha, menurut Masrun (dalam Sugiyono, 2012) item dikatakan reliabel jika skor nilai koefisiennya lebih besar atau sama dengan 0,6. Hasil uji reliabilitas didapatkan bahwa bahwa item soal Attitude Toward Behavior didapatkan skor sebesar 0,755. Untuk Subjective Norm didapatkan skor sebesar 0,730. Sedangkan untuk Perceived Behavioral Control didapatkan skor sebesar 0,720. Maka item soal yang digunakan pada penelitian ini sudah reliabel.
Prosedur Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimulai dengan menentukan fenomena yang layak untuk diangkat menjadi topik penelitian. Setelah fenomena dan topik penelitian didapat, maka peneliti selanjutkan melakukan studi kepustakaan dengan mencari teori-teori yang berkaitan baik melalui literatur digital ataupun literatur cetak. Setelah selesai dengan studi kepustakaan maka selanjutnya peneliti menetapkan populasi pada penelitian ini dan kemudian dari populasi tersebut diambil sampel yang mewakili populasi untuk kemudian akan digunakan sebagai responden dari penelitian. Setelah itu peneliti menentukan desain penelitian apa yang akan digunakan dan alat ukur penelitian seperti apa yang akan dipakai. Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti mempersiapkan lembar kuesioner yang akan digunakan untuk menghimpun data dari responden. Setelah lembar kuesioner tersebut siap, peneliti menyebarkan kuesioner tersebut kepada sampel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah selesai disebarkan, kemudian peneliti mengumpulkan data dari hasil penyebaran lembar kuesioner tersebut, kemudian nantinya akan di coding untuk kemudian diolah. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 22.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2 Uji Normalitas attitude toward the behavior, subjective norm, perceived behavior control dan intensi Variabel Statistik Sig ATB 0,107 0,007 SN 0,148 0,000 PBC 0,112 0,004 Intensi 0,401 0,000 Sumber : Hasil Pengolahan Data Berdasarkan tabel di atas, maka terlihat bahwa pesebaran data pada variabel attitude toward the behavior adalah tidak normal (ks = 0,107; p < 0,05). Variabel subjective norm juga memiliki pesebaran data yang tidak normal (ks = 0,148; p < 0,05). Pada pesebaran data variabel perceived behavior control juga memiliki pesebaran yang tidak normal (ks = 0,112; p < 0,05). Pada pesebaran data variabel intensi juga memiliki pesebaran data yang tidak normal (ks = 0,401; p < 0,05). Karena pesebaran data tidak normal maka, peneliti pada penelitian ini melakukan normalitas data dengan cara di lakukan transformasi menjadi z score. Transformasi untuk menjadi z score, dilakukan dengan cara, nilai data dikurangi oleh mean dan dibagi oleh standart deviation. Tabel 3 Peranan Attitude Toward the Behavior, Subjective Norm, dan Perceived Behavioral Control dalam memprediksi intensi Variabel R R² F Sign ATB, SN, dan PBC*Intensi 0,656 0,430 24,163 0,000 Sumber : Hasil Pengolahan Data Berdasarkan tabel diatas, variable attitude toward the behavior, subjective norm dan perceived behavioral control secara bersama-sama berperan dalam memprediksi variabel intensi secara signifikan (F = 24,163; p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat diputuskan bahwa H04 yaitu, “Sikap tehadap perilaku, Subjective Norm, dan Perceived Behavioral Control untuk menggunakan hak pilih pada pemilu presiden 2014 tidak berperan secara signifikan untuk memprediksi intensi menggunakan hak pilih Pemilih Pemula pada Pemilu Presiden 2014” di tolak dan yang berati Ha3 yaitu, “Sikap tehadap perilaku,
Subjective Norm, dan Perceived Behavioral Control untuk menggunakan hak pilih pada pemilu presiden 2014 berperan secara signifikan untuk memprediksi intensi menggunakan hak pilih Pemilih Pemula pada Pemilu Presiden 2014” di terima. Peranan variabel attitude toward the behavior, subjective norm dan perceived behavioral control secara bersama-sama dalam memprediksi variabel intensi adalah berperan dengan kuat, karena memiliki peranan sebesar 0,430. Arah peranannya adalah peranan yang positif, yang berarti bahwa semakin tinggi attitude toward the behavior, subjective norm dan perceived behavioral control semakin tinggi pula intensi untuk menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014. Variabel attitude toward the behavior, subjective norm dan perceived behavioral control secara bersama-sama memiliki kontribusi terhadap variabel intensi sebesar 43%. Tabel 4 Peranan antar variabel dalam memprediksi intensi Variabel Β Sig. ATB * Intensi 0,372 0,001 SN * Intensi 0,90 0,430 PBC * Intensi 0,105 0,005 Sumber : Hasil Pengolahan Data Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa variabel attitude toward the behavior signifikan dalam memprediksi intensi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilu presiden 2014.variabel subjective norm tidak signifikan dalam memprediksi intensi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilu presiden 2014. Variabel perceived behavior control signifikan dalam memprediksi intensi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilu presiden 2014.
SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka didapatkan bahwa attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavior control berperan secara signifikan untuk memprediksi intensi pemilih pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden 2014. Maka, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. attitude toward the behavior, subjective norm dan perceived behavioral control untuk menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014, mampu memprediksi intensi Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden 2014. Semakin positif sikap seorang Pemilih Pemula terhadap perilaku menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014, Semakin positif keinginan individu untuk mengikuti significant other dalam menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014, dan Semakin positif persepsi kemampuan terhadap dirinya untuk menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014, maka semakin tinggi pula intensi Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden 2014. Semakin Semakin positif sikap seorang Pemilih Pemula terhadap perilaku menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014, Semakin positif keinginan individu untuk mengikuti significant other dalam menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014, dan Semakin positif persepsi kemampuan terhadap dirinya untuk menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 2014, maka semakin tinggi pula intensi Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden 2014. 2. Berdasarkan hasil uji regresi yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa hanya dua variabel yang signifikan dalam memprediksi intensi. variabel yang signifikan dalam memprediksi intensi adalah, variabel attitude toward the behavior dan perceived behavior control. variabel yang tidak signifikan dalam memprediksi intensi adalah, variabel subjective norm.
Diskusi Dari hasil penelitian ini diperlihatkan bahwa attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavior control Pemilih Pemula mampu memprediksi intensi untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden 2014. Hasil penelitian ini sesuai dengan theory planned of behavior. Menurut Ajzen (dalam Crano, & Prislin, 2008) theory planned of behavior adalah prinsip kesesuaian yang diterapkan untuk memprediksi dari perilaku tertentu. Teori ini mendeskripsikan bahwa intensi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku merupakan penentu langsung dari dari
tindakan tersebut. TPB intensi seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavior control secara bersamaan ketiga variabel tersebut memiliki kontribusi sebesar 43% terhadap intensi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden 2014. Terdapat variabel lainnya yang juga mempengaruhi intensi Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014 sebesar 57%. Variabel lain tersebut tidak diketahui dan di ukur pada penelitian ini Pada hasil perhitungan uji regresi pada penelitian ini, terlihat bahwa subjective norm tidak signifikan memiliki peran untuk memprediksi intensi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014. Penyebab tidak signifikannya subjective norm dalam meprediksi intensi Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu, dalam pengambilan data dari dimensi subjective norm hanya terdapat dua item yang mengukurnya. Kedua item tersebut yaitu orang tua dan keluarga, sehingga mungkin kedua item tersebut kurang mempuni untuk mengukur peranan subjective norm dalam memprediksi intensi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014. Penyebab tidak signifikannya subjective norm dalam memprediksi intensi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu presiden 2014. Dapat juga dilihat berdarkan aspek teoritis. Secara teoritis Pemilih Pemula termasuk kedalam tahap perkembangan emerging adulthood. Salah satu ciri-ciri emerging adulthood adalah being self focused, yaitu pada konteks ini Pemilih Pemula sudah memiliki tujuan hidup secara mandiri dan tidak lagi terlalu tergantung pada subjective norm dalam pengambilan keputusan.
Saran Peneliti memiliki saran dalam Pemilu kedepan bahwa diperlukan peningkatan dalam aspek sikap dari Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu. Peningkatan aspek sikap dalam Pemilih Pemula dapat diberikan dengan cara dijelaskan manfaat positif dari Pemilu dan manfaat terhadap menggunakan hak pilih. Faktor lain yang perlu menjadi perhatian dalam Pemilu kedepan juga adalah faktor persepsi terhadap kontrol perilaku dari Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihya. Faktor tersbut dapat dilakukan dengan membuat hal-hal yang mempermudah bagi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya yaitu, dengan memanfaatkan teknologi dalam pemungutan suara. Teknologi dalam pemungutan suara dapat berbentuk surat suara online sehingga Pemilih Pemula dapat menggunakan hak pilihnya dimana saja. Dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan e-KTP dalam pemungutan suara sehingga secara otomatis setiap penduduk Indonesia yang memiliki KTP sudah pasti tertdaftar sebagai Pemilih Pemilu, tanpa perlu lagi adanya DPT (Daftar Pemilih Tetap). Dengan begitu tidak ada lagi faktor yang menghambat Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu. Pada penelitian selanjutnya diperlukan juga mencari tahu dan mengukur variabel lainnya yang sebesar 57% dalam memprediksi intensi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu.
REFERENSI Albaracin, D., Johnson, B.T., & Zanna, M. P. (2005) (Eds.), The handbook of attitude. Mahwah, NJ: Erlbaum Aronson, E., Wilson,T. D., & Akert, R. M. (2007) (Eds. 6), Social psychology. New Jersey, USA: Pearson Berita Satu. (2013, 21 Juni). Melirik generasi apolotis yang kian kronis. Diakses 6 Maret 2014. Dari: http://www.beritasatu.com/fokus/121100-melirik-generasi-apolitis-yang-kian-kronis.html Bordens, K. S., Abbott, B. B. (2011) (Eds. 8), Research design and methods: A process approach. New York: Mc Graw Hill Haugtuedt, C. P, Herr, P. M, & Cardes, F. R. (2008) (Eds.), Handbook of consumer psychology. New York: Lawrence Elbaum Associates Kahandik, S. M., Untario, C., Wahyuningsih, S., & Setyaningsih, I. (2009). Kriteria kedewasaan menurut orang tua dan anaknya berdasarkan teori emerging adulthood. Anima, Indonesia Psychological Journal, 24 (2), 162-182 Rosit, M. (2013, 10 April). Melirik potensi pemilih pemula pada Pemilu 2014. Liputan 6.com [Online]. Diakses 8 Januari 2014, dari: http://news.liputan6.com/read/558286/melirik-potensi-pemilihpemula-pada-pemilu-2014
Setiawan, E. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses 2 September 2014. Dari: http://kbbi.web.id/niat Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sujianto, A. E. (2009). Aplikasi statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Prestasi Pustaka Kuswanto, Dedy. (2012). Statistik untuk pemula dan orang awam. Jakarta: Laskar Aksara
Mahaputra Adipradana, lahir di Kota Tangerang pada tanggal 12 September 1992. Penulis menamatkan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2014.