X
LSM dan masalah yang dihadapi perempuan dalam kerangka pemerintah, agama, kebudayaan dan kodrat. Tugas Studi Lapangan Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam program ACICIS Studi Lapangan.
Oleh: Jennifer Cotter 99250021
Kerjasama antara:
ACICIS Australian Consortium for In Country Indonesian Studies
Malang, Indonesia 1999
ACICIS
Studi Lapangan
Abstraksi
Jennifer Cotter
TOPIK:
LSM dan masalah yang dihadapi perempuan dalam kerangka
pemerintah, agama, kebudayaan dan kodrat.
UNTVERSITAS
"t^ifeiP'
~:^^T
MUHAMMIDIYAH
MALANG
*'
Studi Lapangan ini membahas topik "LSM dan masalah dihadapi perempuan: dalam kerangka pemerintah agama, kebudayaan dan kodraf. Tiga LSM yang akan dibahas dalam laporan ini adalah Puskowanjati, YPP (Yayasan Pengembangan Pedesaan) dan LSPPA (Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuandan Anak).
Ana itu LSM?
Jika menjelaskan topik saya, seringkali saya juga harus menjelaskan, 'apa itu LSM?'. Banyak orang yang tidak tahu, bahkan menggolongkan organisasi pemerintah sepeiti PKK dan Dhanna
Wanita sebagai 'LSM yang membantu perempuan'. LSM adalah singkatan untuk lembaga swadaya masyarakat, salah satu istilah untuk mendeflnisikan organisasi non-pemerintah, yaitu organisasi yang lepas dari pengaruh dan tekanan pemerintah, secara finansial maupun arah programnya.
Ada banyak unsur yang mampu mempengaruhi keefekrifitas LSM yang sebenarnya bermaksud baik. Pikiran ini dikuatkan oleh seorang pekerja di Annisa Swasti Yogyakarta, "kadang-kadang seperti sudah bertahun-tahun bikin sumur, tetapi hasilnya belum kelihatan'. Segala macam aspek harus diperhatikan dan dipikirkan sebelum menjalankan suatu program yang bermaksud untuk membantu. Aspek yang sangat penting dalam suasana Jawa termasuk pemerintah, agama, kebudayaan dan kodrat.
Empat Penearuh terhadap pekeriaan LSM dan masalah vane dihadapi perempuan Pemerintah
Peranan LSM di Indonesia menjadi sangat penting pada akhir zaman Orba. Salah satu peranan LSM adalah membantu menyelesaikan masalah masyarakat bermacam-macam, karena program pemerintah seringkali, kalau memang ada, dalam kenyataan kurang efektif. Justru karena itu, dalam pemerintah Orde Baru, banyak LSM di Indonesia tertindas dan diancam aparat, karena
kegiatannya tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah. Ancaman ini merupakan salah satu alat kontrol terhadap rakyat Indonesia. Untuk membenarkan ketindasan tersebut di bawah hukum, pemerintah menciptakan undang-undang
baru yang memberi pemerintah shak' untuk
merabekukan atau membubarkan ormas (organisasi masyarakat), kalau ormas tersebut dianggap
oleh pemerintah 'menganggu kebijakan pemerintah dan bangsa'. Seringkali, kebijakan Orba mempunyai dampak yang kurang positif terhadap rakyat kecil, apalagi terhadap perempuan dalam rakyat kecil ini. Seperti ditunjukkan peraturan organisasi pemerintah seperti PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) dan Dhanna Wanita, mulai Orba peran perempuan berubah untuk menjadi 'ibu dan istri yang baik'. Organisasi ini tidak mengamati
masalah perempuan, namun menciptakan masalah baru.
Menurut Wieringa, salah satu peneliti
yang sering mengkaji tentang perempuan dan organisasi perempuan di Indonesia, gerakan
perempuan seperti Gerwani 'dihancurkan' dan sekarang digantikan dengan 'kuntilanak wangi'1. Sepeiti dihahas dalam buku dia "Penghancuran Gerakakan Wanita Indonesia", sebelum Orde Baru, organiasi wanita merupakan gerakan kuat, yang menuntut hak-hak untuk perempuan dalam
politik, maupun kehidupan sehari-hari.
Lalu, alih-alih ide-ide maju, yang bertujuan untuk
memberdayakan perempuan, yang timbul ketika Orde Lama, Orde Baru menawarkan organisasi yang memerankan wanita sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga, seperti PKK dan Dhanna
Wanita. Bahkan PKK (yang juga terkenal dengan nama "Perempuan Kesana-Kemari" atau
"Perempuan Kurang Kerja") adalah kewajiban setiap wanita Indonesia dan istri pegawai negeri sipil, secara otomatis menjadi anggota Dharma Wanita di kantor suaminya.
Agama
Di Indonesia orang wajib beragama. Kenyataan ini sendiri, menunjukkan bahwa agama adalah
faktor yang sangat penting dalam masyarkat Indonesia. Lebih dari 90% penduduk Indonesia beragama Islam (paling tidak secara resmi). Akibatnya, pikiran dari penafsiran Islam masuk ke
hampir semua tingkat kehidupan rakyat Indonesia. Karena agama Islam merupakan agama paling dipercaya di Indonesia, itu juga merupakan agama yang paling berpengaruh. Selain itu, agama
seringkali menjadi dasar pembenaran untuk ketidakadilan terhadap perempuan. Agama bisa mempengaruhi semua aspek kehidupan perempuan, baik di dalam maupun di luar rumah. Sering dikatakan bahwa perempuan dalam agama Islam sangat dihargai karena dalam ajaran agama
disebut, bahwa 'Surga di bawah telapak kaki ibu1 atau 'wanita adalah tiang negara' (Hadist
-J0C^y
*Saskia Wieringa, 1998
Rasulullah Muhammad, Saw) . Walaupun begitu, kadang-kadang kata-kata ini menjadi kambing hitam untuk ketidakadilan kepada perempuan.
Yang lebih membingungkan adalah perbedaan dalam penafsiran - masing-masing orang mempunyai penafsiran yang berbeda-beda. Ternyata, masalah ini tidak hanya dihadapi 'orang luar', tetapi juga oleh banyak orang Islam sendiri. Masalahnya, penafsiran dipikirkan dan ditulis oleh orang juga, tergantung pengertian mereka sendiri.
Kebudayaan
Di Indonesiasekarang ada yang bisa dikatakan 'alternative realities' - yaitu realitas yang macammacam dan cara hidup yang jauh beda dari yang lain. Misalkan cara hidup di kota metropolitan seperti Jakarta, dibandingkan dengan cara hidup di kota yang dianggap lebih tradisional sepeiti Yogyakarta, dibandingkan dengan Malang, dan terutama dengan kehidupan di desa. Memang
sangat berbeda. Bahkan, yang kebudayaan di satu desa tidak mesti sama dengan kebudayaan di desa sebelah.
Masalah perempuan di Indonesia juga beraneka macam, karena masalah yang
dihadapi perempuan di satu desa bisa berbeda dari masalah yang dihadapi perempuan di desa lain,
beda lagi dari kota kecil, apalagi kalau dibandingkan dengan kota seperti Jakarta. Masalah paling
besar yang harus dihadapi LSM yang menangani masalah perempuan adalah konsep, bahwa peranan perempuan yang sudah ada dianggap 'Kebudayaan Indonesia' dan oleh karena itu tidak mesti dirubah. Yaitu, karena kebudayaan yang lama, ketidakadilan ini dibenarkan.
Kodrat
Kodrat secara teoretis adalah sesuatu yang di luar kebudayaan, karena merupakan sebuah
kemampuan, kelemahan atau kekuatan yang alami, yang 'dari sananya', yaitu Tuhan. Walaupun demikian, waktu berbicara tentang kodrat, orang seringkali tetap menyerahkan kepada 'kebudayaan Timur' dibandingkan 'kebudayaan Barat'. Hal ini ditunjukkan dengan pertanyaan
Ibu Ketua PKK Dau, Malang, sesudah berbicara tentang kodrat perempuan di Indonesia, "Lain
mungkin dengan di sana, ya?" Kalau kodrat benar-benar adalah sesuatu yang ditentukan oleh
^F***?
2ProfJai Singh Yadar, "Pesan Falsafah Jawa untuk wanita Indonesia", Kedaulatan Rakyat, April 1998
Tuhan, apakah kodrat mungkin berubah antara negara? Tiga kasus LSM
Puskowanjati
Puskowanjati (Pusat Koperasi Karya Wanita Jawa Timur) adalah badan pengurus atau untuk memakai kata Puskowanjati, 'payung di atas banyak LSM kecil. Bentuk badan ini terdiri dari
primer-primer wanita, yang mendukung kelompok wanita di tingkatdaerah atau desa. Pelayanari Puskowanjati adalah pembinaan tentang usaha dan administrasi, simpan-pinjam untuk kelompok koperasi dan pelatihan untuk membangkitkan kemampuan keuangan dan kemampuan wanita dalam kelompok untuk mengurus kelompoknya.
Tujuan utama Puskowanjati adalah
'memberdayakan wanita lewat kelompok-kelompok koperasi'3. Program Puskownajati terfokus kepada ekonomi. Menurut satu pembina, waktu ditanya mengapa
Puskowanjati tidak tebih tertarik kepada masalah-masalah seperti hak-hak perempuan d.1.1., dia
menjawab bahwa, khususnya dalam keadaan seperti sekarang, masalah yang paling penting,
paling riil untuk anggota di desa adalah uang4. Menurut dia, ada anggota yang akan menganggap pembicaraan topic seperti hak-hak perempuan dan kekerasan sepeiti membuang-buang waktu.
Pekerjaan dan tambahan uang untuk keperluan keluarga adalah hal yang paling penting untuk
mereka. Namun, seperti dikatakan anggota dari satu kelompok, karena ada dana dari koperasi, suami menjadi lebih sadar dan perempuan mulai 'diberdaykan'. Semua koperasi yang dikunjungi pada umumnya, tidak mempermasalahkan kerangka pemerintah, agama, kebudayaan ataukodrat.
Yayasan Pengembangan Pedesaan
Tujuan umum YPP dalam program 'Penyuluhan dan Kesehatan Reproduksi untuk Petard
Perempuan*, adalah "Mewujudkan kemitra-sejajaran perempuan dan lelaki guna menunjang pembangunan ekonomi melalui program penyuluhun pertanian bagi petani perempuan". Menuruc
pemerintah Orde Baru petani perempuan dianggap 'istri petani', cuma laki-laki yang dianggap 3Wawancara tanggal 30.09.99 di kantor Puskowanjati
petani yang nyata. Akibatnya perempuan tidak teriibat dalam program penyuluhan pertanian yang disediakan untuk 'petani' (yaitu, dalam mata pemerintah, hanya laki-laki).
Menurut YPP, pendekatan terhadap masalah petani perempuan dan persoalan jender harus
didekatkan 'dari bawah'5. Untuk memenuhi syarat tersebut, YPP telah mengembangkan model penyuluhan pertanian partisipatif bagi petani perempuan. Yaitu, sebuah program yang melibatkan sekolah lapangan, dengan petani perempuan sebagai 'pelaku'. Program YPP dilaksanakan di desa lewat 'kelompok tani perempuan' yang didampingkan seorang pendamping dari YPP secara
intensif.
Kegiatan kelompok-kelompok termasuk sekolah lapangan (pertanian), penjelasan
tentang kesehatan reproduksi (lewat video, diskusi d.1.1), arisan, simpan-pinjam, pembahasan masalah kelompok dan masalah yang dihadapi di desa dan simpanan kesehatan. Rukun, pengalaman, bersahabat adalah beberapa alasan yang disebutkan anggota untuk menjelaskan mengapa mereka ingin mengikuti 'Kelompok Tani Perempuan' yang dibina YPP. Antara lain,
masalah yang dihadapi di lokasi YPP adalah KB (Keluarga Berencana), perkawinan usia muda
dan pertanian. Dalam program Kesehatan Reproduksi, YPP khususnyamenghadapi masalahtabu.
LSPPA
LSPPA menarik perhatian untuk beberapa alasan. Yang pertama, justru karena LSPPA berada dalam 'lingkungan LSM', di 'kota pelajar' Yogyakarta. terhadap masalah jender, yang berbeda dari biasa.
Yang kedua,
pendekatan LSPPA
Semboyan LSPPA adalah 'Bebaskan
Tumbuh\ sebuah fokus kepada sosialisasi anak yang bebas bias gender. Melalui program yang
dilaksanakan, LSPPA berharap bisa mendorong kesejahteraan antara perempuan dan laki-laki, dalam pendidikan anak, formal maupun informal.
Strategi yang dipakai LSPPA untuk memenuhi tujuannya digolongkan dalamtiga bidang program,
yaitu lingkungan keluarga, sekolah, pendidikan masyarakat dan media masa. Dalam tiga bidang tersebut, LSPPA memakai bermacam cara untuk menanamkan konsep tentang sosialisasi yang lebih adil dan tidak berdasarkan jenis kelamin.
Laporan Tahun III: 1999, 2
Dilihat dari tujuan dan kegiatan LSPPA, bisa dikatakan, bahwa tujuan organisasi ini bertentangan dengan kerangka pemerintah yang ada. Paling tidak LSPPA tidak mendukung sosialisasi dari organisasi yang dibentuk Orba untuk mengelola kegiatan dan kerangka pikiran organisasi perempuan di Indonesia, seperti Dharma Wanita dan PKK. Tentang hal agama, LSPPA melihat
bahwa dalam setiap kegiatan yang mereka melaksanakan, "selalu muncul pertanyaan ataupun penolakan gagasan kesetaraan laki-laki dan perempuan berdasarkan pemahaman agama yang
diyakininya"6.
'Unsur perlawanan' LSPPA terhadap kebudayaan yang ada, terlihat dari kritik
dari beberapa kelompok di masyarakat, bahwa LSPPA hanya meniru feminisme barat, yang tidak cocok dengan kebudayaan Indonesia.
Bisa dikatakan LSPPA mendukung, maupun menentang konsep kodrat. Tergantung melihat 'kodrat' dari pemahaman siapa. Kalau konsep kodrat perempuan yang 'murni', yaitu yangtermasuk hanya menstruasi, melahirkan dan menyusui, justru konsep itu yang LSPPA
perjuangkan.
Dengan semboyan 'Bebaskan Tumbuh', LSPPA menentang gagasan bahwa
perempuan 'dikodratkan' untuk tugasdi dalam rumah tangga, melayani suami dan mengasuh anak dan laki-laki 'dikodratkan' untuk memimpin dan mencari nafkah.
Kesimpulan
Pada dasarnya, untuk memberdayakan perempuan, kerangka pemerintah, agama, kebudayaan dan korat di Indonesia harus dirubah. Dalam kebijakan pemerintah yang belum berubah dengan
'zaman reformasi', penafsiran-penafsiran agama, kebudayaan patriarki maupun kesalah-gunaan konsep kodrat, perempuan diperdayakan, daripada keberdayakan. LSM yang ingin mengubah masalah yang dihadapi perempuan harus menangani kerangka ini dengan kesadaran dan imajinasi.
http://www.lsppa.or.id
Kata Pengantar Laporan ini merupakan tugas terakhir Studi Lapangan untuk program ACICIS (Australian Consortium for In Country Indonesian Studies) di Malang.
Dalam pembuatan laporan ini penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya atas segalabantuan kepada: ♦
Bapak Drs. David Reeve, selaku Resident Director ACICIS.
♦
Mbak Lestari Widiastuti, selaku 'operations asistant' ACICIS di Yogyakarta
♦
Ibu Dra. Vina Salviana, MSi., Bapak Drs. H.A. Habib, M.A. dan para dosen Fisip Universitas Muhammidiyah Malang.
♦
YPP (Yayasan Pengembangan Pedesaan) khususnya anak-anak yang bersemangat
mengikuti kursus bahasa Inggris dan kelompok Tani Perempuan di Peniwen, Bojonegoro serta Jember. ♦
LSPPA (Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak), Yogyakarta
♦
Puskowanjati (Pusat Koperasi Karya Wanita Jawa Timur), Malang.
♦
Keluarga dan teman-teman di Australia.
♦
Teman-teman gila di Yogyakarta.
♦
Anak kos di Malang, karena selalu bawa masuk cucian.
♦
Semua teman-teman ACICIS.
♦
And last but not least, Pak Toto, Bu Mirry, Bonny dan Ian atas rumah kedua di Malang.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan sebagaimana keterbatasan akan kemampuan baik secara
teoretis, kemampuan bahasa Indonesia, maupun pengalaman sebagai seorang mahasiswa yang dituntut untuk dapat berfikir, bemalar ilmiah dalam cakrawala ilmu pengetahuan.
Malang, 17 Desember 1999 Penyusun
Jennifer Cotter 99250021
DAFTAR isi DAFTARISI
BAB I
PENDAHULUAN
"Apakah Yang anda temui akan diimplementasikan?" ApaituLSM? kerangka kerja lsm-lsm tiga kasus lsm di jawa
3 4 5 6
BAB II
KERANGKA PAKK -PEMERINTAH. AGAMA. KEBUDAYAAN DAN KODRAT PEMERINTAH
ORGANISASI ISTRI DAN IBU YANG BAIK' YANG DIBENTUK ORDE BARU AGAMA
'SURGA DI BAWAH TELAPAK KAKI IBU"' KEBUDAYAAN
PEREMPUAN JAWA
'ALTERNATIVE REALITIES' KODRAT
8 8 10 15
15 17
18
19 20
BAB 111
24
PUSKOWANJATI
24
LATAR BELAKANG
24
KOPERASI DAN KELOMPOK KOPERASI. KOPERASI SU BUDI WANITA DI MALANG KOPERASI WANITA SDDOMUKTI KOPERASI KARUNIA WANITA
26 26 29 31
KOPAS CITRA KARTIN1, SENGGRENG PEMBAHASAN
BAB IV
33 35
37
YAYASAN PENGEMBANGAN PEDESAAN
3?
LATAR BELAKANG CARA PENDEKATAN YPP PENDAMPING "KESEHATAN REPRODUKSI: SUATU PENDEKATAN BARU"
37 37 3g 39
BEKERJASAMA DENGAN PEMERINTAH LOKASIPENTWEN KELOMPOK TANI PEREMPUAN 1- "KODRAT DAN GENDER" KELOMPOK TANI PEREMPUAN H- REPRODUKSI, PKKDAN SUAMI
40 41 41 45
BOJONEGORO PERJODOHAN DAN MASALAH KB PERJODOHAN DAN GAGASAN 'TIDAK LAKU' KEPERCAYAANDIDESAALASGUNG JEMBER
47 47 54 56 57 57 60
AGAMA "SEKS BEBAS DAN KESEHATAN REPRODUKSI" BABV
63
LSPPA - LEMBAGA STUDI DAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK
63
LATAR BELAKANG STATEGI DAN CARA PENYAMPAIAN LSPPA KEMASADEPAN
PAKK - PENGARUH PEMERINTAH, AGAMA, KEBUDAYAAN DAN KODRAT PEMERINTAH AGAMA KEBUDAYAAN KODRAT
63 65 68
69 69 70 72 75
BAB VI
77
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
77
LAMP1RAN-LAMPIRAN
81
DAFTARPUSTAKA
82
BAB I
Pendahuluan
"Apakah Yang anda temui akan diimplementasikan?"
Selama mengerjakan laporan ini, saya sering ditanya, (khususnya oleh laki-laki) mengapa, seorang perempuan dari Australia ingin belajar tentang perempuan di Indonesia. Beberapa alasan yang pernah diusulkan, mencerminkan pikiran laki-laki tersebut tentang masalah perempuan di Indonesia. Usulan pertama adalah "agar dapat menyusuaikan diri, jika mendapat pacar di sini". Waktu saya menyangkal usulan ini, laki-laki tersebut menyusui lagi, mungkin supaya apa yang
saya dapatkan "bisa mengimplementasikan, jika sudah pulang ke Australia".
Bayangkan reaksi
pendengar di Pusat Studi Wanita di Australia, kalau kesimpulan penelitian ini menyusui, bahwa peranan perempuan di Indonesia, sebaiknya diimplementasikan di sana.
Sebagai perempuan 'bule' yang dibesarkan dengan gagasan bahwa perempuan mempunyai hak yang same dengan laki-laki, tidak sulit untuk merasa kadang-kadang kaget dengan status yang
ditekankan pada dan bahkan pada umumnya diterima kebanyakan perempuan di Jawa. Namun demikian, sesudah sering diulangi secara lisan maupun visual, bahwa peranan perempuan di Jawa
adalah sepeiti yang telah dikodratkan, saya sendiri sempat meragukan dan mempertanyakan kembali beberapa pendapat saya. Akan tetapi, sesudah pikiran saya jelas kembali, saya merasa bahwa keadaan ini memang tidak adil.
Hal ini mendorong keinginan saya untuk mengerti
mengapa keadaannya begini, siapa yang bekerja untuk melakukan perubahaan dan bagaimana
cara mereka meiakukannya. Apa itu LSM?
Jika menjelaskan topik saya, seringkali saya juga hams menjelaskan, 'apa itu LSM?\ Banyak orang yang tidak tahu, bahkan menggolongkan organisasi pemerintah seperti PKK dan Dharma
Wanita sebagai 'LSM yang membantu perempuan'. Di sisi lain, komentar dari beberapa orang, maupun bacaan, membuat saya berpikir lagi tentang pemahaman saya mengenai tujuan LSM di Indonesia.
"LSM berarti orang yang hanya ingin mencari dana dari luar negeri." "LSM adalah perpanjangan tangan pemerintah." "LSM mengada-ada tentang masalah yangsebenarnya tidak ada."
Apalagi, waktu saya membaca pendapat Agus Purnomo, pengurus salahsatu LSM, WALHI, yang sangat berpengaruh di Indonesia. "Saya menemukan bahwa kebanyakan kegiatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tidak terfokus.... Usahanya macam-macam, berada di permukaan dan tidak cukup dalam."1
Apakah LSM di Indonesia memang begitu? LSM adalah singkatan untuk lembaga swadaya
masyarakat. LSM adalah salah satu istilah yang digunakan untuk mendefinisikan organisasi non-
pemerintah, yaitu organisasi yang lepas dari pengaruh dan tekanan pemerintah, secara fmansial maupun arah programnya.
Istilah lain dalam bahasa Indonesia untuk LSM adalah omop
(organisasi non-pemerintah), terjemahan dari 'non-government organisation' dalam bahasa Inggris. Namun seperti diusulkan Ismid H&dad, penerjemahan dari NGO ke Omop "mempunyai
1AgusPumomo, "LSM: Apadan bagaimana kini?", Prisma, 1998,17:004, hal S3
konotasi negatif seakan-akan sebagai lawan pemerintah"2.
Setidaknya, konotasi ini terlihat
karena kerangka kontrol dan'negara kesatuan' yang diinginkan Orde Baru.
LSM pada dasarnya adalah organisasi non profit (tidak mencari keuntungan), tetapi bekerja untuk memperbaiki masalah sosial dalam masyarakat. Bantuan ini biasanya terdiri dari bantuan
ekonomi, program pendidikan dan ekonomi, penelitian dan lobbying. Pada dasarnya, tujuannya adalah memperbaiki kehidupan.
Kerangka keria LSM-LSM
Apakah pikiran yang mencurigai kepentingan dan 'hidden agenda' LSM didasarkan pada
kenyataan? Kalaupun ada LSM seperti itu (dan dalam suasana KKN yang dibiarkan berjalan di Indonesia, memang sangat mungkin), LSM tersebut pasti tidak ingin diobservasi oleh seorang mahasiswa dari Australia, yang akan menulis laporan tentang cara bekerja mereka. Namun
demikian, kemungkinan besarada banyak unsur yang dapat mempengaruhi efektifitas LSM yang sebenamya bermaksud baik. Pikiran ini dikuatkan oleh seorang pekerja di Annisa Swasti
Yogyakarta, yang mengatakan "kadang-kadang seperti sudah bertahun-tahun bikin sumur, tetapi hasilnya belum kelihatan'. Yaitu ada pengaruh sengaja, maupun tidak sengaja yang menggangu pekerjaan LSM-LSM.
Saya pemah mendengar tentang salah satu LSM di Yogyakarta, yang bergerak dalam bidang
lingkungan hidup dan program konservasi masyarakat lokal. Dalam salah satu program LSM
2
disebutkan dalam AgustinusRumanian, Peninjau, 1992:97
?
tersebut, mereka merencanakan menanam pohon di suatu desa. LSM ini membeli ribuan pohon kecil untuk program tersebut. Namun, ternyata masyarakat di desa itu belum siap untuk menanam pohon itu, karena ingin menunggu sampai 'waktu pas'.
Yang dimaksud oleh orang desa itu
dengan 'waktu pas' adalah waktu yang paling baik menurut kalander Jawa untuk menanam
pohon. Masalahnya, waktu yang 'pas' tersebut, ternyata masih beberapa bulan kemudian. Jadi, apa yang terjadi dengan pohon-pohon tersebut? Tidak ada apa-apa yang terjadi, hingga ada
banyak pohon yang mati dan sisanya tidak sampai mati tetapi tidak dalam kondisi baik lagi untuk
ditanam. Selain itu, karena kegagalan rencana ini, LSM tersebut akhirnya juga ketinggalan dalam rencana projek lain.
Kesalahan ini dilakukan oleh LSM di Jawa dengan stafyang juga orang Jawa. Namun demikian,
mereka tidak memikirkan hal yang berkaitan dengan kebudayaan atau kepercayaan orang di tempat pelaksanaan programnya. Ketidaksiapan ini akhirnya sangat merugikan program mereka
dan orang desa yang akan mereka bantu. Jika orang lokal pun dapat begitu, bayangkan kesalahan yang mungkin dilakukan oleh orang yang sama sekali belum mengerti sebuah kebudayaan.
-Contoh ini menunjukkan betapa penting pengertian unsur-unsur lingkungan dan kebudayaan, terhadap kelancaran pekerjaan LSM. Segala macam aspek harus diperhatikan dan dipikirkan
sebelum menjalankan suatu program yang bermaksud untuk membantu. Aspek yang sangat penting dalam budaya Jawa di bidang perempuan, adalah pemerintah, agama, kebudayaan dan kodrat (PAKK).
Tiga kasus LSM di Jawa
Tiga LSM akan dibahas dalam laporan ini untuk menunjukkan pengaruh kerangka PAKK: Puskowanjati (Pusat Koperasi Karya Wanita Jawa Timur), YPP (Yayasan Pengembangan Pedesaan) dan LSPPA (Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak). Pemilihan tiga LSM ini berdasarkan beberapa alasan:
1. Saya mau memfokuskan beberapa kasus Studi Lapangan ini di luar Yogyakarta, karena Yogyakarta sudah terkenal sebagai pusat LSM yang menangani masalah dihadapi perempuan. Oleh karena itu, saya mau melihat LSM yang bekerja di luar jaringan itu.
2. Walaupun demikian, justru karena Yogyakarta dianggap begitu, satu LSM, LSPPA dipilih untuk memperdalam pengertian tentang LSMsejenis itu. 3. Keinginan untuk kerangka pekerjaan LSM di desa, maupun di kota. 4. LSM yang menangani masalah perempuan di Malang terbatas
Kasus LSM ini akan dibahas dalam bab 3 sampai bab 5. Dalam bab 2 dibahas pengaruh kerangka PAKK secara umum.
+i
Bab II
Kerangka PAKK - Pemerintah. agama. kebudayaan dan kodrat Pemerintah
"Annisa Swasti harus muncul, tetapi kalau di-blacklist-kan, tidak akan bisa membantu
buruh lagi."3 Kutipan ini mencerminkan suasana yang diciptakan oleh zaman Orde Baru. Akibat kecurigaan Orde Baru terhadap LSM, pemerintah membuat hukumbaru untuk mengontrol kegiantannya. "Menyimpang dari optimisme tersebut, pada 1985 pemerintah Indonesia mengeluarkan seperangkat undang-undang yang menyangkut kehidupan politik. Salah satunya adalah Undang-Undang keormasan yang oleh para pengamat dilihat sebagai alat bagi pemerintah
dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan LSM."4 Pasal 13 Undang Undang ini memberi pemerintah 'hak' di bawah hukum untuk membekukan atau membubarkan ormas (organisasi masyarakat), kalau ormas tersebut dianggap pemerintah melakukan salah satu, bahkan semua 'kejahatan' yang berikut: 1.
Melakukan kegiatan yang menganggu keamanan dan ketertiban umum;
2.
Menerima bantuan dari pihak asing tanpa persetujuan pemerintah;
3Wawancara Annisa Swasti Yogya, 25.09.99 4BiUah & Wusantara, "LSM Masa KinT, Prisma, 1988, 17:004, hal 16
Memberi bantuan kepada pihak asing yang merugikan kepentingan Bangsa dan Negara5
Melalui Undang-Undang seperti yang chcontohkan, LSM dituntut permeritah untuk menjalankan program yang 'mendukung'
pembangunan nasional.
Kebijakan pemerintah berhasil
mempengaruhi pola pikir, baik laki-laki, maupun perempuan. Sisa-sisa kebijakan tersebut masih
akan terasa untuk waktu yang lama, karena sudah lama 'program untuk rakyat' dilihat dari kaca
mata pemerintah, bukan dari kaca mata rakyat yang perlu dibantu. Akibatnya, seringkali program LSM yang berdasarkan kebutuhan masyarakat, berhasil, sedangkan program pemerintah sudah gagal. Seperti dikatakan Billah dan Nusantara,
"Kim" LSM di Indonesia dapat pula dikatakan sebagai cerminan kesadaran tentang dampak program pembangunan yang dilaksanakan pemertintah serta tindakan yang diambilnya dalam melaksanakan program tersebut."6
Pengaruh 'zaman reformasi' sudah membawa perubahan untuk LSM, maupun masalah yang dihadapi perempuan yang ingin mereka bantu. Namun demikian, tentu semua masalah yang ada tidak mungkin diatasi dalam waktu dua tahun. Kata satu wakil Yayasan Annisa Swasti di Yogyakarta "Sesudah reformasi, lebih terbuka tetapi tetap sangat kompleks". Wakil Rifka Annisa
WCC menegaskan hal ini, "Walaupun sekarang lebih mudah daripada waktu Orde Baru, sekarang masih sangat sulit". Di sisi masyarakat umum, juga memerlukan perubahan lebih dalam. Kata anggota kelompok remaja di satu lokasi YPP di Jember, "Reformasi belum sampai ke tingkat desa".
5Billah &Wusantara, "LSM Masa Kini", Prisma, 1988, 17:004, hal 20 6M.M Billah dan Abdul Hakim G. Nusantara, Prisma, 1988:17
Organisasi 'Istri dan Ibu vang baik* yangdibentukOrde Baru
Kebijakan Orde Baru, tidak hanya menyentuh program LSMnya, tetapi juga masalahnya yang akan mereka atasi. Seringkali, kebijaksanaan Orde Baru mempunyai dampak yang kurang positif terhadap rakyat kecil, apalagi terhadap perempuan dalam rakyat kecil ini. Sepeiti menjadi jelas dari peraturan organisasi pemerintah seperti PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) dan
Dharma Wanita, mulai Orde Baru peran perempuan berubah untuk menjadi 'ibu dan istri yang baik'. Organisasi ini tidak mengamati masalah perempuan, namun menciptakan masalah baru. Menurut Wieringa, salah satu peneliti yang sering mengkaji mengenai perempuan dan organisasi perempuan di Indonesia, gerakan perempuan yang ada waktu Orde Lama, seperti Gerwani
(Gerakan Wanita Indonesia) 'dihancurkan' dan digantikan dengan 'kuntilanak wangi'7. Seperti dibahas dalam buku dia "The Politicization of Gender Relations in Inodnesia: The Indonesian
Women's Movement and Gerwani Until the New Order State", sebelum Orde Baru, organisasi
wanita merupakan gerakan kuat, yang menuntut hak-hak untuk perempuan dalam politik, maupun kehidupan sehari-hari.
Pada tahun 1965, tokoh pemerintah dan tentara yang kemudian menjadi tokoh Orde Baru, melihat
bahwa gerakan perempuan merupakan gerakan yang tidak mendukung tujuan mereka. Akibatnya, perempuan-perempuan yang teriibat, kira-kira 700 000 pada tahun I9608, digolongkan sebagai
'perempuan radikal', lalu dinamakan komunis, sebuah kata yang sama dengan 'paling jelek'
7Wieringa,1995 8Wieringa, 1998:19
10
menurut propoganda Orde Baru. Seperti ditunjukkan penelitian Wieringa, memang ada anggota Gerwani yang teriibat dalam partai komunis, tetapi Gerwani tidak merupakan bagian dari Partai Komunis Indonesia.
"Talking about women's emancipation, having avision of greater sosial justice has become suspect, for it is associated not only with 'Communism' but with Old Order thinking in general."9 Lalu, alih-alih ide-ide maju, yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan, yang timbul ketika Orde Lama, Orde Baru menawarkan organisasi yang memerankan perempuan sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga. Keanggotan organisasi seperti PKK dan Dhanna Wanita hanya tersedia untuk perempuan. Bahkan PKK (yang juga terkenal dengan nama "Perempuan KesanaKemari" atau "Perempuan Kurang-Kerja) adalah kewajiban setiap wanita Indonesia dan istri pegawai negeri sipil, secara otomatis menjadi anggota Dharma wanita di kantor suaminya. Kebijaksanaan ini belum berubah dengan zaman reformasi.
Seperti dikatakan ketua PKK
kacamatan Dau, "Belum dicabut itu.....jadi sekarang ini, PKK masih tetap seperti dulu"10.
Sepuluh Program Pokok PKK adalah: 1. Penghayatan dan pengamalan pancasila 2. Gotong Royong 3. Pangan 4. Sandang 5. Perumuhan dan tatalaksana Rumah Tangga 6. Pendidikan dan Ketrampilan 7.
Kesehatan
8. Pengembangan kehidupan berkoperasi 9. Kelestarian Lingkungan Hidup 10. Perencanaan Sehat
9Wieringa, 1995:xxiv 10 Ibu Ketua PKK, Kacamatan Dau, Kabupaten Malang 11
Seperti dikatakan seorang perempuan di Desa Peniwen, Jawa Timur, 'Kenapa, kok, perempuan harus lebih berpancasila daripada laki-laki?'. Pertanyaan ini memang harus dipikirkan, karena menurut UUD45 (Undang-Undang Dasar 1945) Republik Indonesia, "Setiap warga negara sama
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya"11.
Jawaban yang berangkali paling pas, adalah karena ini
merupakan alat kontrol Orde Baru dan sampai baru-baru ini orang cenderung kurang berani mempertanyakan kebijakan pemerintah.
PKK adalah kebijakan pemerintah untuk seluruh Indonesia. Indonesia terkenal sebagai negara yang terdiri dari bermacam-macam kebudayaan dan suku, namun program PKK sama, tidak
meliputi perbedaan kebutuhan, keinginan dan kebudayaan.
Namun, PKK menganggap mereka
sendiri sebagai organisasi yang memberdayakan perempuan. "Mengingat bahwa perempuan itu punya peranan penting dalam keluarga, kan? Untuk mengasuh anak, jadi Ibu rumahtangga, mengasuh suami, mengatur rumah tangga dan lain sebagainya. Itu perempuan. Dan perempuan-perempuan di Indonesia yang dulu tertinggal
pendidikannya, sekarang ini diberi kesempatan untuk sejajar dengan laki-laki".12 Di dalam kegiatan anggota PKK adalah program KB (Keluarga Berencana), yang ternyata juga merugikan status, maupun kesehatan perempuan. Seperti akan dibahas dalam kasus-kasus LSM
berikut (khususnya bab IE tentang Kelompok Tani yang didampingi YPP), pelaksanaan program ini sampai melanggar hak-hak perempuan. Yaitu hak atas pilihan, hak atas tubuh sendiri, hak atas
11 disebutkan Tim Penelitian LSPPA, 1999:8
12 Ibu Ketua PKK, kacamatan Dau, Kabupaten Malang 12
informasi yang bebas. KKN di tingkat desa bahkan masuk ke dalam program KB. Ada kasus yang menunjukkan rupanya ada keuntungan untuk aparat desa kalau sebagian besar perempuan menjadi 'akseptor* KB, bahkan 'akseptor1 kontrasepsi tertentu (yaitu yang paling murah). Pesan KB begitu luas dan dipentingkan, sampai di desa semua rumah diberi tanda KB dan tanda 'dua anak cukup\ semboyan KB, mewarnai jalan masuk ke banyak rumah di desa. KB, menurut HAM (Hak Asasi Manusia) merupakan pilihan orang masing-masing. Namun dalam kebijaksanaan dan KKN Orde Baru, program KB tidak lepas dari kepentingan politik.
"Ketika alat reproduksi perempuan menjadi wacana berbagai kepentingan politik dan ekonomi permerintah atas nama pembangunan dan masa depan dan praktik koersi (pemaksaan denga menggunakan ancaman, termasuk militer), batasan privat-publik
sebenamya sudah sama sekatli terhapus)."13
Dharma Wanita dibentuk pada 5 Agustus 1974 dan tetap berdiri sampai sekarang. Posisi wanita
dalam Dharma Wanita tergantung pada tingkat posisi suami sebagai pegawai negeri sipil. Yaitu, kalau suami menjadi ketua kantor pemerintah, istri akan menjadi ketua Dharma Wanita di kantor
itu. Ketrampilan, keinginan maupun pendapat si istri tersebut tidak diperhatikan.
Anggota
Dharma Wanita adalah istri pegawai negeri sipil, tetapi, anehnya, tidak ada organisasi yang sama
untuk suami pegawai negeri sipil - kebijakan yang menguatkan diskriminasi lagi.
Seperti
diserahkan baru-baru ini di dalam Swara, Kompas,
"Selama 30 tahun, organisasi ini, oleh dukungan kekuasaan yang menciptakannya, berhasil menutup seluruh progresifitas perempuan Indonesia, dengan mitos-mitos yang telanjur
masuk kedalam susmsum tulang sebagian besar perempuan."14
13 "Hakikat KB:Penghormatan Atas Hak Reproduksi Perempuan, Swara, no60, Kompas, 9 Desember 1999:3 14 Swara no 54, KOMPAS, 18 Nopember 1999:2 13
Dharma Wanita menguatkan pikiran, bahwa perempan harus merupakan istri dan ibu yang baik, bahkan adalah 'pelengkap suami'. Menurut program dan kegiatan Dharma Wanita, di antara lain, kewajiban istri adalah mendukung karier suami, sampai seringkali dipaksa mengorbankan
keinginan sendiri untuk karier yang memuaskan. Bahkan Ketua Presidium Dharma Wanita, Ny. Harini Hartarto menyetujui bahwa Dharma Wanita "memang organisasi iniadalah alat politik".
Walaupun organisasi Dharma Wanita tetap ada sesudah 'reformasi' sekarang ini ada dua
kecenderungan yang terlihat di tingkat rakyat. Pertama, seperti untuk PKK, 'anggota' organisasi tersebut memutuskann untuk tidak ikut, walaupun seharusnya, keanggotaan adalah 'kewajiban', sebagai istri pegawai negeri. Ny. Harini Hartarto dianggap 'progresif, sebagai Ketua Presidium
Pemimpin Dharma Wanita, karena dia tidak mewajibkan semua istri menjadi anggota aktif15. Kedua, secara politik rakyat, sekarang ada pertanyaan tentang apa sebenarnya kegunaan organisasi seperti Dharma Wanita. Seperti disebut dalam artikel Swara, "Drama Dharma Wanita", "Mitos ini dikukuhkan dalam organisasi Dharma Wanita. Organisasi yang menjadi wadah sekitar empat juta istri Pegawai Negeri Sipil itu mendominasi wajah pergerakan perempuan Indonesia selama masa Orde Baru, yang sebenarnya merupakan cermin
pengebirian potensi perempuan sebagai manusia."16 Seperti dikatakan dalam artikel tersebut, ada banyak perempuan yang tidak menyadari hal ini.
Mereka menganggap posisi mereka dalam Dharma Wanita sebagai satu kebanggaan, maupun
'kewajiban' sebagai istri dan ibu yang baik. Pikiran yang dikeluarkan organisasi perempuan ini, memang masuk ke dalam pikiran banyak perempuan Indonesia. Alih-alih mendorong perempuan untuk menjadi mandiri, posisi dan status perempuan terkait, bahkan tergantung pada posisi laki-
15 Swara, no. 54, 18.11.99: hal 2 16 M'Drama' Dharma Wanita", Swara, no 54, KOMPAS, 19.11.99:1 14
laki.
Agama
'Surga di bawah telapak kaki ibu'"
Di Indonesia orang wajib beragama. Kenyataan ini sendiri, menunjukkan bahwa agama adalah
faktor yang sangat penting dalam masyarkat Indonesia. Lebih dari 90% penduduk Indonesia beragama Islam (paling tidak secara resmi). Akibatnya, pikiran dari penafsiran Islam masuk ke
hampir semua tingkat kehidupan rakyat Indonesia. Karena agama Islam merupakan agama paling
dipercaya di Indonesia, itu juga merupakan agama yang paling berpengaruh. Selain itu, agama seringkali menjadi dasar pembenaran untuk ketidakadilan terhadap perempuan. Seperti nanti akan dibahas dalam kasus-kasus LSM (khususnya bab IV), agama bisa mempengaruhi semua aspek kehidupan perempuan, baik di dalam maupun di luar rumah. Sering dikatakan bahwa perempuan dalam agama Islam sangat dihargai karena "dalam ajaran agama disebut, bahwa 'Surga di bawah telapak kaki ibu"' atau "wanita adalah tiang negara" (Hadist Rasulullah
Muhammad, SAW)17. Walaupun begitu, kadang-kadang kata-kata ini menjadi kambing hitam untuk membenarkan semua ketidakadilan kepada perempuan. Daripada mengatasi masalah yang
ada, kalau ditanya tentang ketidakadilan kepada perempuan, jawabannya langsung adalah "tetapi dalam agama Islam, perempuan mempunyai posisi yang sangat tinggi - Surga di bawah telapak kaki ibu". Walaupun secara teoretis ajaran memang begitu, secara realitas, ideal ini belum dicapai dalam masyarakat sehari-hari.
17 ProfJai Singh Yadar, "Pesan Falsafah Jawa untuk wanita Indonesia", Kedaulatan Rakyat, April 1998 15
Yang lebih membingungkan adalah perbedaan dalam penafsiran - masing-masing orang mempunyai penafsiran masing-masing. Dalam kenyataan, seperti nanti dibahas dalam kasus
LSM, masalah ini tidak hanya dihadapi 'orang luar', tetapi juga oleh banyak orang Islam sendiri. Masalahnya, penafsiran dipikirkan dan ditulis oleh orang juga, tergantung pengertian mereka sendiri.
"Interpretasi, betapapun objektivitas diperturuhkan, akan selalu mengandung 'prior teks' yang berupa persepsi, keadaan, latar belakang orang yang menginterpretasikan.... Setiap individu akan membuat sejumlah pilihan yang sifatnya subjektif sesuai dengan weltanschauungnya."1* Salah satu masalah yang sulit diatasi adalah kebanyakan sumber penafsiran tentang agama Islam.
Seperti dibuktikan dalam buku Masdar F. Mas'udi, "Islam dan hak-hak reproduksi perempuan", kadang-kadang dari dua pikiran dan ide yang berlawan, kedua-duanya bisa dibuktikan memakai penafsiran tertulis.
"Kedua pandangan di atas padagilirannya mempengaruhi konsep pemikahan itu sendiri. Bagi penganut pandangan pertamautamanya dari penganut mazhab Syafi'i, pemikahan didefinisikan sebagai aqad tamlik (kontrak pemilikan). Yakni bahwa dengan pemikahan seorang suami telah melakukan kontrak pembelian perangkat seks {budh 'w) sebagai alat melanjutkan keturunan, dari pihak perempuan yang dinikahinya Sementara itu, penganut pandangan kedua dedua berpendapat bahwa pemikahan bukanlah aqd tamlik melainkan hanyaaqd Ibahah' (kontak untuk membolehkan sesuatu- dalam hal ini, alat
seks - yang semula dilarang."19 Gagasan ini juga didukung oleh salah satu dosen dari PSW (Pusat Studi Wanita) Universitas Muhammidiyah Malang, waktu ditanyakan tentang konsep bahwa istri harus 'minta ijin' dari suami.
18 Aminah Wadud Mudud Muchsin, disebutkan Siti Ruhaini Dzuhayatin dalam DrIrwan Abdullah ed., 1997:65 19 Mas'udi, 1997:107 16
"Ini memang penafsiran yang keliru. Siapa saja dalam Islam harus minta izin baik lakilaki maupun perempuan. Yang selama ini kita tangkap selalu sajamengatakanbahwa istri itu, misalnya kalau pergi harus ijin, sementara suami tidak. Jadi seolah-olah, kesannya istri itu berada pada subordinat, selalu di bawah, yang selalu dikuasai, selalu minta ijin,
sementara laki-laki mau berbuat apa saja terserah - ituyang keliru."20 Seringkali hanya 'kewajiban' istri yang dibicarakan, yang diperhatikan, walaupun sebenarnya
dalam Al Quran juga ada 'kewajiban laki-laki' yang 'seimbang'. Salah satu masalah yang sering harus dihadapi LSM dengan melaksanakan program mereka adalah peibedaan antara harapan agama antara perempuan dan laki-laki. Seringkali perempuan yang cenderung dituntut untuk taat agama, walaupun si laki-laki cenderung dianggap bebas.
"Islampun tidak menyatakan bahwa Hawa adalah pihak yang menyebabkan kejatuhan Adam di dunia. Namun demikian, dalam karya-karya Islam klasik maupun kontemporer, perempuan selalu digambarkan sebagai sumber kejahatan, birahi, dan dekadensi moral
yang akan menjerumuskan laki-laki ke neraka."21 Masalah ini, dalam kerangka agama yang berada di Indonesia, memang sulit diubah. Mungkin
yang harus diusulkan adalah, kalau penafsiran bahwa perempuan tidak dibedakan dalam Islam memang benar, tindakan mendiskriminasikan perempuan adalah semacam melawan ajaran agama, yaitu dosa.
Kebudayaan
20Wawancara03.11.99
21 Siti Ruhaini Dzuhayatin, dalam DrIrwan Abdullah ed. 1997:63 17
Perempuan Jawa
Faktor utama dalam kerangka kebudayaan adalah peranan perempuan yang ditentukan oleh kebudayaan Jawa tradisionil.
"Di antara anggota masyarakat, baik pria maupun wanita masih ada yang memandang wanita sebagai DEWI, yang selalu harus dibela, tidak dapat mandiri, selalu dalam ketergantungan, dan berfungsi sebagai penjaga rumah tangga dengan segala isinya, serta
menjadi pelengkap dan pemanis dalam interkasi sosial kemasyarakatan."22 "Ideologi yang menekankan bahwa peran perempuan yang utama adalah di sekitar rumah tangga, sebagai ibu dan isteri telah berabad-abad disosialisasikan dan diinternalisasikan
dalam masyarakat Jawa."23 Anggapan ini masih sangat diperhatikan sampai saat ini dan tidak hanya di desa atau dalam
pikiran orang konservatif. Di kota pelajar pun, seperti Yogyakarta dan Malang, anggapan ini juga jelas. Perempuan pada umumnya mempunyai jam malam, laki-laki tidak. Ini mungkin dapat dianggap hal kecil, tetapi sebenarnya adalah tanda kontrol terhadap perempuan. Perempuan harus dilindungi, laki-laki boleh bebas.
'Perlindungan* tersebut, yang sudah lama disosialisasikan,
membatasi pilihan perempuan.
Peranan perempuan ini juga dicerminkan dalam 'kebudayaan modem', seperti 'Famili 100'24, satu acara televisi yang sangat terkenal di Indonesia. Pada tanggal 7 Oktober 1999, satu pertanyaan
adalah, "Ciri-ciri apa yang akan membuat suami bangga tentang istrinya?" dengan tambahan dari
pembawa acara, "supaya istri akanlebih disayangi suami". Kontestan dalam pertandingan hari itu adalah Puspom melawan Kopassus. Jawabannya adalah: 1.
Cantik
22 Hemas, 1992:1 23 Shi Kusujiarti dalam Dr. Irwan Abdullah ed., 1997:90 24 Famili 100, Indosiar, 07.10.99
18
2.
Pintar
3.
Masakan
4.
Setia
5.
Sabar
6.
Rajin
Usulan lain dari peserta yang tidak masuk dalamjawaban di papan: 1.
seksi
2.
perhatian kepada keluarga
4Alternative realities'
Di Indonesia sekarang ada yang bisadikatakan 'alternative realities' - yaiturealitas yang macammacam dan cara hidup yang jauh beda dari yang lain. Misalkan, cara hidup di kota metropolitan
seperti Jakarta, dibandingkan dengan cara hidup di kota yang dianggap lebih tradisional seperti Yogyakarta, dibandingkan lagi dengan Malang, dibandingkan dengan kehidupan di desa. Memang sangat berbeda. Bahkan, kebudayaan di satu desa tidak mesti sama dengan kebudayaan
di desa sebelah. Masalah perempuan di Indonesia juga beraneka macam, karena masalah yang dihadapi perempuan di satu desa bisa berbeda dari masalah yang dihadapi perempuan di desa lain, bedalagi dari kota kecil, apalagi kalau dibandingkan dengan kota seperti Jakarta.
Peranan perempuan yang ada, seringkali dianggap TCebudayaan Indonesia' yang harus berbeda dari
konsep tentang perempuan yang ada 'di Barat'. Oleh karena itu, kebudayaan tersebut dianggap tidak mesti dirubah. Jadi, karena kebudayaan lama, ketidakadilan dibenarkan. Ini merupakan salah satu masalah paling besar yang harus dihadapi LSM yang menangani masalah perempuan.
Adat dapat dilestarikan, tanpa mengorbankan kebebasan dan pilihan jutaan perempuan Jawa
19
untuk melestarikan unsur-unsur kebudayaan yang mengandung ketidakakilan.
Soeharto pun
menjadi sebuah 'kebudyaan lama' di Indonesia, yang pada akhirnya juga harus dirubah.
Kodrat
"Memang sudah kodratnya lelaki mengejar perempuan." (K.H. Abdurrahman Wahid, Presiden Republik Indonesia, ketika menjabat sebagai Ketua
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)25 "Kodrat adalah keadaan yang tidak bisadirubah, walaupun manusia mau coba. Misalnya, perempuan melahirkan anak, suami adalah pemimpin rumah tangga dan istrinya mendukung". (Perempuan, Malang, 21 Tahun)
"Kodrat perempuan adalah menstruasi, melahirkan dan menyusui." (Ibu R.A. Siti Hariti, PSW, UGM, Seminar Sehari "Kekerasan dan Kesadaran Politik Perempuan, Hotel Santika Yogyakarta Mitra Wacana) "Perempuan itu dikodratkan sebagai ibu, pendamping suami, ibu sebagai pendidik anaknya, ibu sebagai pencari nafkah tambahan, ibu bisa menjadi anggota warga negara masyarakat. Jadi, kodrat ibu itu, meskipun dia itu sebagai wartita karier misalnya, itu dia, masih harus mempertanggung-jawabkan sebagai kodratnya yang saya sebutkan tadi sebagai istri, sebagai ibu anak-anaknya, sebagai anggota warga masyarakat." (Ketua PKK, Kacamatan Dau)
"kodrat n 1. Kekuasaan (Tuhan): manusia tidak akan mampu menentang — atas dirinya sebagai makhluk hidup 2. hukum (alam): benih itu tumbuh menurut —nya 3. sifat yang asli; sifat bawaan: kita harus bersikap dan bertindak sesuai dengan - kita masing-masing".
(Damus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua)26 Kodrat secara teoretis adalah sesuatu yang di luar kebudayaan, karena mempakan sebuah
kemampuan, kelemahan atau kekuatan yang alami, yang 'dari sananya', yaitu Tuhan. Konsep kodrat berbeda dari konsep gender.
25
K.H. AbdurrahmanWahid, dalam Lily zakiyah Munir (ed), 1999: 37
26 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, 1995
20
Gender tidak bersifat universal. la bervariasi dari masyarakat yang satu ke masyarakat lain
dan dari waktu ke waktu. Sekalipun demikian, ada dua elemen gender yang bersifat universal:
1. Gender tidak identik dengan jenis kelamin
2. Gender mempakan dasar dari pembagian kerjadi semuamasyarakat
Gallery, 198727
Walaupun demikian, waktu berbicara tentang kodrat, orang tetap seringkali menyerahkan kepada
'kebudayaan Timur' dibandingkan 'kebudayaan Barat'. Hal ini ditunjukkan dengan pertanyaan
Ibu Ketua PBCK Dau, Malang, sesudah berbicara tentang kodrat perempuan di Indonesia, "Lain
mungkin dengan di sana, ya?"28. Kalau kodrat benar-benar adalah sesuatu yang ditentukan oleh Tuhan, apakah kodrat mungkin berubah antara negara?
Pada kenyataanya, konsep kodrat seringkali dicampuri dengan konsep Jawa. Dalam banyak tulisan aktual di Indonesia, konsep Simone de Beavoir, 'The Second Sex'29 (dalam bahasa
Indonesia makluk nomor dua) memasuk ke dalam pembahasan tentang kodrat dan gender.
Konsep ini sangat cocok dengan konsep kebudayaan Jawa 'konco wingking', atau konsep 3M. 3M itu adalah "kodrat perempuan' menurut kebudayaan Jawa lama, yaitu "Masak, Manak,
Macak'. Konsep ini dibahasa-Indonesiakan dengan kata yang agak lebih kasar, "Dapur, Kasur,
27 Dewi HSusilastuti dalam Ridjal, Margiyani dan Husein ed, 1993:30
28 Wawancara tanggal 03.11.99
29 Misalnya, dalam "fDrama, Dharma Wanita", Swara, no. 54, Kompas, 18.11.99 Sekarang konsep 3M untuk kodrat juga digantikan dengan Menstruasi, Melahirkan dan Menyusui 21
Pupur" atau Dapur, Sumur, Kasur*. Bisa disimpulkan dari ungkapan ini bahwa konsep kodrat tersebut tidak hanya 'dari sananya'tetapi juga dari sini, yaitu kebudayaan setempat.
Jadi bisa disimpulkan bahwa di Indonesia sekarang ini, ada sebuah konsep kodrat yang 'keliru'. Yang disebut konsep kodrat yang 'keliru', adalah konsep kodrat yang diwamai unsur-unsur di luar unsur biologis. Seringkali wanita dianggap 'secara kodrat' lemah, maupun memiliki kemampuan di bawah laki-laki. Konsep ini menimbulkan keadaan, di mana pria menempati peranan dominan
dan perempuan peranan lawan, yaitu subordinat. Perempuan dibiasakan, atas nama kodrat, untuk menerima 'apa adanya'. Bahkan perempuan disosialisasikan untuk merasa salah kalau tidak melakukan apa yang dianggap 'peran perempuan', yaitu sepantasnya perempuan mengutamakan tugas-tugas di rumah tangga. 'Pasrah' ini mempengaruhi pola pikir paraperempuan.
Salah satu (dari banyak kemungkinan) contoh tentang kesulitan yang dialami perempuan, akibat
penggunaan konsep kodrat tersebut, adalah dalam hubungan seksual.
Keadaan seperti
digambarkan dalam kutipan berikut, dibiarkan menjadi kebiasaan dalam terlau banyak rumah tangga di Indonesia.
"Suami yang hanya memperhatikan pencapaian orgasme pada dirinya dan tidak peduli terhadap orgasme pada pihak istri, artinya langsung tidur, membalikkan tubuhnya ke arah lain tanpa memperhatikan istri. Dalam hal ini istri akan merasa hanya dimanfaatkan saja dan tidak memperoleh apapun dari hubungan intimnya. la merasa dieksploitasi, direndahkan, dimanfaatkan secara sia-sia, tetapi perempuan ini takut untuk menolak relasi
seksual yang diinginkan suaminya."31
31 Sawitri Supardi, "Frighas" Swara, no 54,18.11.99, hal. 8
22
Yang lebih jelek lagi, seperti bisa disimpulkan dari kasus-kasus LSM berikut, ada banyak perempuan yang tidak merasa dieksploitasi, direndahkan atau dimanfaatkan secara sia-sia.
Bahkan, sebagian besar perempuan menganggap hubungan seksual dengan suami sebagai kewajiban istri dalam kodrat untuk melayani suami.
Seringkali menurut Tcodrat setempaf
perempuan dikodrati untuk melayani suami - "manak' atau 'kasur1. Tidak mengherankan bahwa sebaliknya tidak dituntut. Banyak perempuan yang diwawancarai tidak merasa berhak menuntut
hubungan seksual yang menyenangkan untuk mereka juga, karena dari masa kanak-kanak dengan alasan kodrat, disosialisasikan, bahwa laki-laki lebih mampu menikmati hubungan seksual, dan perempuan harus melayani. Masyarakat tidak menganggap bahwa suami hams memperhatikan
kebutuhan dan keinginan istri. Mungkin tren 'batang pisang'32, diserahkan suami-suami akan berubah, kalau perempuan dibiasakan untuk menikmati hubungan seksual juga. Namun, seperti nanti akan dibahas dalam kasus-kasus LSM, kodrat laki-laki, jarang sekali dipikirkan.
32
Sawitri Supardi, "Frigitas" Swara, no 54, 18.11.99, hal. 8
23
BAB III
Puskowanjati Latar Belakang
Puskowanjati (Pusat Koperasi Karya Wanita Jawa Timur) adalah badan pengurus koperasikoperasi wanitadi selumh Jawa Timur. Atau untuk memakai kata Puskowanjati sendiri, mereka
adalah 'payung di atas banyak LSM kecil di Jawa Timur'. Puskowanjati didirikan tahun 1968 di Surabaya dan sekarang mendukung primer-primer koperasi dengan jumlah anggota kira-kira
28000 perempuan. 'Pelayanan' Puskowanjati adalah pembinaan tentang usaha dan administrasi, simpan-pinjam dan pelatihan untuk membangkitkan kemampuan keuangan dan kemampuan
wanita untuk mengurus kelompok. Tujuan utama Puskowanjati adalah 'memberdayakan wanita
lewat kelompok-kelompok koperasi'33.
Sistem 'Tanggung Renteng' adalah salah satu cara yang digunakan Puskowanjati untuk meningkatkan kemampuan wanita dalam kelompok-kelompok.
Sistem ini diciptakan untuk
membangkitkan rasa bertanggungjawab anggota dan kelompok masing-masing.
"Tanggung Renteng adalah tanggung jawab bersama diantara anggota di satu kelompok, atas segala kewajiban terhadap koperasi dengan dasar keterbukaan dan saling
mempercayai"34.
33 Wawancara tanggal 30.09.99 di kantor Puskowanjati 34 Brosur Puskowanjati, 1988-1992 24
tf>
Menumt Puskowanjati, sistem ini berarti bahwa anggota-anggota akan lebih menghargai kesempatan untuk meminjam uang dan akan lebih mungkin mengembalikan pinjaman tersebut. Tanggung Renteng berarti anggota harus mampu mengembalikan uang, kemampuan itu hams
disetujui kelompok dan kalau kelompoknya sudah setuju dan anggota tidak mampu mengembalikan hutangnya, hutang itu menjadi tanggung jawab kelompok mereka.
Tujuan
Tanggung Renteng dijelaskan seperti berikut: "Untuk mengamankan usaha koperasi; Untuk
memantapkan rasa kekeluargaan dan kegontong-royongan; Untuk menciptakan kader pimpinan
(kaderisasi)"35.
Simpan-pinjam adalah kegiatan utama kelompok-kelompok koperasi di bawah Puskowanjati.
Modal pinjaman biasanya dipakai anggota koperasi untuk tambahan modal usaha atau keperluan keluarga, seperti ongkos sekolah anak-anak atau perbaikan rumah. Di beberapa primer juga ada
program pinjaman harian untuk para perdagang kecil, program KPPK (Kelompok Pedagang /
Pengusaha Kecil).
Menumt brosur Puskowanjati, program KPPK ini dijalankan "sebagai
jembatan bagi masyarakat ekonomi lemah untuk menjadi anggota koperasi".
Pinjaman dalam
program ini 'sesuai kemampuan' masing-masing anggota. Oleh karena itu, pinjaman ini bisa sekecil beberapa ribu rupiah per hari, dengan tujuannya menambah modal untukjualan kecil.
Program Puskowanjati terfokus kepada persoalan ekonomi. Menumt satu pembina, waktu ditanya mengapa Puskowanjati tidak tebih tertarik kepada masalah-masalah lain yang dihadapi
perempuan seperti hak-hak perempuan, dia menjawab bahwa, khususnya dalam keadaan seperti
35
Brosur Puskowanjati, 1988-1992
25
sekarang, masalah yang paling penting, paling riil untuk anggota di desa adalah uang36. Menumt dia, ada anggota yang akan menganggap pembicaraan topik seperti hak-hak perempuan dan
kekerasan, seperti membuang-buang waktu.
Pekerjaan dan tambahan uang untuk keperluan
keluarga adalah hal yang paling penting untuk mereka.
Setiap bulan, Puskowanjati melaksanakan program Kegiatan Bulanan, yaitu pembinaan di setiap
primer yang didampingi Puskowanjati. Kalau mungkin, pendamping mengunjungi setiap koperasi sebulan sekali untuk bertemu dengan pengums koperasi dan ketua kelompok. Pada pertemuan
tersebut, tujuannya adalah mendiskusikan masalah-masalah kelompok dan menyampaikan informasi yang diperlukan anggota kelompok, seperti masukan dari pelatihan pengurus yang
diadakan Puskowanjati. Namun ternyata di beberapa kelompok, walaupun anggota diberitahu
tentang pelatihan, pemgertian atau pembahaan nyata tidak dititikberatkan. Tugas pembina lain
adalah mengawasi administrasi dan dengan kelompok menciptakan metode penyelesaian untuk
masalah yang ada. Pada umumnya anggota koperasi tidak bertujuan untuk membuat pembahaan
dalam kerangka masyarakat yang ada, namun cenderung mendukung wacana PAKK yang ada.
Koperasi dan kelompok koperasi
Koperasi SU BudiWanita di Malang37 Pengurus koperasi dan satu kelompok
Koperasi
36 Dikantor Puskowanjati 37 Lihat Lampiran A 26
Menumt ketua koperasi SU Budi Wanita, kendala paling besar untuk koperasi ini adalah kemampuan anggota. Oleh karena itu, tujuan koperasi ini adalah meningkatkan kemampuan anggota lewat "pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia)" . Pendidikan tersebut terfokus pada organisasi dan administrasi dalam kelompok. Untuk mendorong partisipasi, setiap bulan semua anggota diwajibkan membeli 2 kilo beras dan 1
kilo gula dari koperasi. Bahan dari usaha anggota juga dijual di kelompok dengan maksud agar dana akan kembali ke anggota kelompok.
Dalam koperasi SU Budi Wanita ada kelompok pengusaha dan perdagang kecil (KPPK).
Kelompok ini terfokus di tempat seperti pasar atau tukang kaki lima yang membutuhkan pinjaman kecil untuk menambah modal usaha.
Pinjaman yang diperbolehkan hams sesuai dengan
kemampuan mereka. Kelompok ini hanya mempunyai lima anggota. Semua anggota ini harus hadir dan setuju kalau ada satu (atau lebih) aggota yang mau meminjam modal - tanggung renteng.
Koperasi SU Budi Wanita menegaskan peranan mereka sebagai pendukung pemerintah. "Jelas
bahwa pengaruh positif ada, karena kita membantu pemerintah... temtama yang KPPK tadi, kita membantu meringankanbeban dari pemerintah" .
Pertemuan Kelompok 53
Pertemuan kelompok 53 dibuka dengan lagu tanggung renteng tentang organisasi yang transparen
38 Wacancara dengan Ketua Koperasi, 05.10.99 39 Kantor Koperasi SUBudi Wanita, 04.11.99 27
dan terbuka.
Alasan anggota-anggota kelompok 53 tentang mengapa mereka ikut koperasi
adalah:
•
Modal untuk meyekolahkan anak
•
Wawasan
•
Berorganisasi
•
Tambah teman
•
Membantu suami
Kegiatan utama kelompok 53 adalah simpan-pinjam.
Pada pertemuan ini dua SPP (Surat
Permintaan Pinjaman), yang menumt Tanggung Renteng hams disetujui anggota kelompok, ditandatangani. Alasan pinjaman adalah: Mudik
Rp 800 000
Tambahan Usaha
Rp 600 000
Menumt anggotakelompok 53, kodrat bukan mempakan tuntutan suami, tetapi memang peraturan
dari dulu, 'dari nenek-moyang kita'.
Kodrat perempuan dijelaskan anggota sebagai kewajiban
perempuan, yaitu: •
Melayani suami
•
Memasak
• •
Mengasuh anak Tugas dalam mmah tangga
Beberapa anggota menambahkan, bahwa seperti dalam peraturan Dharma Wanita dan PBCK, hams ada kerjasama dalam setiap keluarga. Yang akan menjadi masalah, adalah kalau seorang istri tidak mampu memenuhi kodrat 3M, yaitu Masak, Manak, Macak. Menumt anggota ini, kalau ada masalah lain seperti kekerasan terhadap perempuan, wanita biasannya akan berbicara dengan sahabat akrab atau saudara, daripada mencari LSM.
28
Koperasi Wanita Sido Mukti
Desa Kenongo Rejo, Kecamatan Pilang Kenceng Pengurus Koperasi dan satu Kelompok
Koperasi ini didirikan padatahun 1967 dan walaupun waktunya sudah lama, menumt pendamping Puskowanjati, kegiatannya "mandeg" dan koperasi ini belum begitu maju.
Tujuan koperasi ini, dengan 200 - 300 anggota, adalah 'membantu untuk mencari nafkah tambahan' dan 'memberdayakan ibu-ibu'. Walaupun koperasi ini berbentuk independen (sesuai
tujuan Puskowanjati), pengamh pemerintah juga masuk ke dalam fokusnya. Ibu Sekretaris menjelaskan di mana peranan Koperasi Wanita Sido Mukti dalam 10 Program Pokok PKK. Memang, di desa ini seperti kebanyakan desa, pengaruh kebijakan pemerintah Orde Bam jelas kelihatan. Di pusat desa ada kantor PKK dan cabang Dharma Wanita di samping kantor-kantor
pegawai negeri sipil. Selain itu, setiap jalan masuk ke rumah dan jalan ada tanda UUD45 dan 'dua anak cukup', program pemerintah dengan pengaruhyang sangat luas.
Kebetulan bam beberapa hari sebelum pertemuan sementara yangberlangsung, pengurus koperasi
menghadiri pelatihan gender yang diadakan Puskowanjati. Oleh karena itu, salah satu agenda
yang dijelaskan adalah konsep kodrat dan gender. Kata 'dijelaskan' dipakai di sini daripada 'dibahas', karena yang terjadi hanya informasi diberikan oleh satu pihak, yaitu sekretaris dan bukan mendiskusikan bersama-sama pendapat dan pengertian masing-masing. Ibu Sekretaris
menjelaskan bahwa kodrat adalah melahirkan, menyusui dan menstruasi, "Pokoknya yang tidak bisa ditukar, karena dari Tuhan". Gender dijelaskan sebagai peibedaan antara pria dan wanita
29
yang dibentuk oleh lingkungan masyarakat. Namun tidak ada pembicaraan tentang kodrat lakilaki, kodrat dijelaskan sebagai konsep yanghanyamelibatkan perempuan.
Contoh yang dipakai Sekretaris untuk menguatkan gagasan kodrat dan gender adalah: 1. Mega bisa menjadi Presiden (Sekretaris ini aktif dalam PDI Perjuangan) 2. Perempuan juga bisa menjadi doktor atau sopir 3. Laki-laki boleh main dengan boneka
Satu laki-laki juga menambahkan pemahaman dia tentang konsep ini, ke diskusinya. "Laki-laki yang biasannya menggergaji kayu, walaupun sebenarnya ibu-ibu juga boleh".
Perempuan ini barangkali sudah takut, tugas apa lagi yang akan ditambahkan ke 'kewajiban'
mereka. Masalahnya, tidak ada yang berbicara bahwa laki-laki juga boleh mengerjakan tugas di
dalam rumah tangga. Seperti dijelaskan anggota-anggota kelompok, peranan utama perempuan di desa ini, di rumah. Berikut adalah penjelasan anggota mengenai peranan tersebut. • •
Kalau sudah menikah, tidak satu orang dengan satu orang lagi, tetapi menjadi sepasang. Perempuan seringkali dihina, direndahkan.
•
Kalau semua kebutuhan keluarga tidak bisa dipenuhi dengan gaji suami, istri hams mencari nafkah tambahan.
• • • •
Perempuan tidak merasa lemah kalau bisa mendapat uang sendiri. Apakah wanita kurang dihargai tergantung rasa egoisbapaknya. Bapak ke sawah. Ibu juga ke sawah. Dulu menumtadat Jawa, perempuan dilarang oleh orang tuanya ke luar rumah. Sekarang hal ini sudah berubah. Sekarang sudah 'kebo nyusu gudeF (orang tuamengikuti anak).
• Sekarang ada 'gum gratis' di rumah, yaitu televisi. Melalui sumber ini, banyak pandangan dan pengalaman masuk ke desa.
Walaupun baru diberi informasi tentang istilah kodrat dan gender, waktu ditanya,
pada
kenyataannya, paling banyak, cuma istilah konsep ini yang masuk. Menumt anggota kelompok,
30
kodrat perempuan adalah melayani suami, mengasuh anak, menyapu, memasak, mencuci dan tugas-tugas lain di dalam rumah tangga. Jawaban mereka untuk pertanyaan 'apa kodrat laki-laki,
adalah laki-laki dikodratkan sebagai pencari nafkah. Oleh karena pengertian mereka tentang kodrat, wanita ini tidak merasa berhak menuntut suaminya misalnya menyapu, karena 'nyapu adalah kewajiban, pekerjaan istri'. Namun, kata mereka, "perlu kesadaran dari suami kalau istri lagi repot".
Menumt satu bapak, kalau istri tidak minta uang terus, dia dapat lebih dihargai suaminya. Kata
dia, "dulu kalau istri repot, saya 'malangkerik' (tolak pinggang), sekarang saya ikut cuci".
Seorang anggota kelompok menambahkan, karena ada dana dari koperasi, suami menjadi lebih sadar dan perempuan mulai 'diberdayakan'. Mereka tidak merasa selemah kalau bisa mendapat uang sendiri.
Anggota kelompok juga berpendapat bahwa, karena koperasi bukan program
pemerintah, mereka merasalebih bebasberbicara tentang pendapat mereka. Mereka merasa lewat
koperasi, merekamampu 'dapatketrampilan lain' dan 'bisa maju'.
Seperti dikatakan Sekretaris, koperasi Wanita Sido Mukti 'mengarahkan kepada ekonomi rakyat di bawah garis kemiskinan'. Koperasi ini menitikberatkan faktor ekonomi sebagai masalah yang paling mesti ditangani.
Koperasi Karunia Warita Jl. Gadia Mada 15. Baaeil
Pengurus Koperasi dan Ketua-Ketua Kelompok
31
Pada tahun 1987, Koperasi Karunia Wanita menjadi anggota Puskowanjati. Sebelum itu, koperasi ini pemah menjadi satu koperasi di dalam organisasi pemerintah, Dharma Wanita. Sekarang di koperasi ini ada sepuluh kelompok, masing-masing dengan 10 - 30 anggota. Menumt anggota yang hadir, yaitu pengurus dan ketua kelompok, tujuan kelompok adalah menambah
kebutuhan keluarga dan mengembangkan usaha kecil. Tujuan ini didukung oleh kegiatan
simpan-pinjam dan penjualan barang pokok di koperasi. Alasan anggota untuk mengikuti koperasi, adalah supaya membantu kesejahteraan keluarga dan supaya aktif. Semua anggota yang hadir hari itu masihmengikuti PKK. Keikutsertaan PKKmasih dianggap kewajiban perempuan di desa masing-masing.
Tentang hal kodrat, ada dua usulan tentang apa yang mempakan kodrat. Menumt kebanyakan anggota, memasak, mengasuh anak dan melayani suami mempakan kodrat perempuan. Namun
Ibu Ketua Koperasi, yang pemah ikut pelatihan Puskowanjati, tidak sependapat. Kata dia, kodrat
perempuan adalah menstruasi, melahirkan dan menyusui saja. Jadi, anggota menyetujui- bahwa
tugas masing-masing tergantung kemampuan masing-masing. Yang penting, menumt mereka adalah orang bisa sesuai dengan kondisi yang ada dan bisa bekerja-sama. Contoh dari anggota untuk mendukung pandangan ini adalah: 1. Pakaian lahir harus dicuci suami.
2. Suami yang masak (bercanda tentang indomie dan telur), kalau istrinya lemah karena sakit atau bam melahirkan. Namun demikian, biasanyaada saudara yang bisa membantu.
3. Tentang hal istri harus pamit sama suami: "Saya pamit, pak, kerja", tetapi kalau bilang mau bekerja, jangan main-main.
Anggota kelompok tidak memasalahkan konsep kodrat yang ada, namun, menumt seorang anggota, wanita dengan pimpinan IbuKartini sudah mencapai emansipasi.
32
Waktu pengurus ditanya mengapa mereka pada awalnya memutuskan untuk menjadi anggota koperasi, mereka menjawab, bahwa mereka merasa 'terpanggil'. Mereka juga memberi alasan bahwa mereka ingin ikut untuk membantu wanita. Anggota-anggota lain, bilang mereka ikut untuk menambah wawasan.
Pengaruh 'zaman reformasi' juga kelihatan dalam kelompok ini. Waktu pertemuan, anggotaanggota diingatkan pendamping dari Puskowanjati, bahwa pemilik koperasi adalah anggota sendiri. Dia meneruskan, "Kalau misalkantidak setuju - 'sembarang', sekarang sudah 'reformasi' - satu orang, satu suara.".
Kopas Citra Kartini, Senggreng Sumber Pucung II Pengurus Koperasi
Koperasi ini didirikan tahun 1992 dan sekarang mempunyai 27 kelompok Simpan-Pinjam,
masing-masing dengan 15-30 anggota. Selain 27 kelompok tersebut juga ada KPPK (Kelompok
perusaha perdagang kecil) dari tiga pasar. Tujuan koperasi ini adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota dan membantu mendidik wanita untuk bisa mejadi mandiri, minimal dengan perusahaan kecil. Kebanyakan anggota (kira-kira 85%) memanfaatkan hak mereka untuk meminjam dari koperasi. Modal dipakai kebanyakan anggota untuk modal usaha jualan di pasar, seperti sayuran, buah dan makanan lain.
33
Koperasi ini mempunyai beberapa macam usaha kecil, termasuk wartel dan unit perdagangan di depan kantor koperasi, perusahaan susu dari sapi anggota dan perusahaan penjualan dede. Penghasilan usaha ini kembali ke koperasi dan anggota.
Menumt pengurus, informasi yang didapat dari pelatihan Puskowanjati tentang gender sudah
berlangsung di desa ini sebelum mengetahui istilahnya, sebab keadaan dan situasi setempat. Mereka menjelaskan bahwa dalam desa ini banyak perempuan yang ke luar negeri untuk 'mencari nafkah tambahan' untuk keluarga mereka. Kalau istri tidak ada, tinggal suami yang harus mengurus anak-anak. Kalau memang istrinya masih ada di desa, pada umumnya keduaduanya petani.
Kata pengurus, kalau misalnya seorang istri tidak boleh bekerja, biasanya
alasannya adalah dia terlalu disayangi suami.
Menumt mereka itu adalah hal yang positif
daripadamerendahkan kemampuan dan kemandirian perempuan.
Pengurus koperasi menjelaskan bahwa koperasi ini tidak mcngalami kesulitan dari kerangka pemerintah, agama, kebudayaan yang ada. Kata Ketua Koperasi:
• - Berkait dengan agama, orang beragama apapun boleh menjadi anggota, yang penting harus
menganut agama. Kalau orang tidak mempunyai agama, mungkin uang pinjaman tidak akan dikembalikan.
• Koperasi ini menyadari berbagai macam budaya. Yang penting, jangan mencari perbedaan, tetapi mencari persamaan. Kebudayaan tidak harus diikuti, yang penting harus dihargai. • Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah tidak begitu mempengaruhi pekerjaan pemerintah. Namun kalau ada misalkan yang merugikan koperasi, mereka akan menolak atau tidak
34
mengikuti kebijakan itu.
Pembahasan
Pada umumnya, Puskowanjati dan koperasi-koperasi di bawah pembinaannya tidak mempermasalahkan kerangka PAKK yang ada.
Puskowanjati pemah mengadakan pelatihan
tentang 'Gender dan Kodraf, tetapi pengertian atau pembahaan nyata dari anggota-anggota kelompok koperasi, tidak dititikberatkan.
Kebanyakan anggota-anggota koperasi tetap
menggolongkan 'kewajiban istri', seperti melayani suami, mengasuhanak dan tugas rumah tangga, sebagai kodrat perempuan.
Pada umumnya pengurus dan anggota kelompok tidak menganggap
kerangka pemerintah yang ada, sebagai masalah. Bahkan seorang pengurus salah satu koperasi mengatakan, bahwa koperasi tersebut mempunyai pengaruh positif untuk pemerintah. Pengaruh
kebijakan Orde Bam dan organisasi 'wanita' yang dibentukkan Orde Baru, juga terlihat dalam
kelompok-kelompok di bawah pembinaan Puskowanjati. Banyak pendapat yang dijelaskan
anggota-anggota kelompok mencerminkan istilah dan sosialisasi PKK dan Dharma Wanita.
Walaupun demikian, dalam satu pertemuan kelompok, pembina Puskowanjati menyerahkan kepada kebebasan baru yang ada akibat 'zaman reformasi'.
Pendekatan Puskowanjati mungkin paling sedikit dipengaruhi oleh kenyataan bahwa
Puskowanjati adalah koperasi. Walaupun Puskowanjati menerima sebagian dana dari sumber luar, sebagian besar adalah hasil simpan-pinjam anggota. Kenyataan ini membatasi pengaruh
pemberi dana, khususnya pengaruh luar negeri terhadap programnya. Di satu sisi, ini berarti Puskowanjati mungkin lebih independen dari LSM lain secara finansial, namun belum tentu
35
secara tujuannya.
LSM yang mendukung kerangka pemerintah, hampir pasti akan mendukung kerangka PAKK yang ada. Soalnya, Orde Bam paling tidak mendukung, kalau tidak menciptakan kerangka tersebut. Walaupun ada anggota-anggota kelompok yang mengatakan mereka lebih diberdayakan, akibat
keikutsertaan dalam koperasi, hams ditanyakan pemberdayaan tersebut mencapai tingkat mana? Pengaruh positif dari program Puskowanjati terbatas, karena hal-hal lain yang harus diatasi untuk mencapai tujuannya 'memberdayakan perempuan' belumdipikirkan atau dipentingkan.
36
Bab IV
Yayasan Pengembangan Pedesaan Latar Bciakang
YPP (Yayasan Pengembangan Pedesaan) dibentuk secara resmi pada tahun 1986. Sejak awal
persoalan gender selalu teriibat dalam program dan projek yang dilaksanan40. Tujuan umum YPP dalam program 'Penyebarluasan Penyuluhan Pertanian bagi Petani Perempuan berwawasan Kemitra-sejajaran Lelaki-Perempuan", adalah "Mewujudkan kemitra-sejajaran perempuan dan lelaki guna menunjang pembangunan ekonomi melalui prgram penyuluhun pertanian bagi petani
perempuan"41. Selain itu, tujuan khusus adalah: 1. Memberikan kesempatan penyuluhanbagi petani perempuan secaralangsung
2. Menyebarluaskan model penyuluhan sekolah lapang sensitifjender, ke wilayah pertanian lain 3. Mencari / mengembangkan rekayasa temuan-temuan baru, baik teknis maupun sosial untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sekolah lapang
4. Mengubah kerangka pikir pejabat, pengambil keputusan / departmen aparat pelaksana instansi teknis terkait dengan sektor pertanian di tingkat daerah sampai pusat agar terbebas dari ideologi jender dan memberi kesempatan petani wanita sama halnya petani pria."
Cara pendekatan YPP
Menumt YPP, pendekatan terhadap masalah petani perempuan dan persoalan gender hams didekatkan 'dari bawah'43. Untuk memenuhi syarat tersebut, YPP telah mengembangkan model
penyuluhan pertanian partisipatifbagi petani perempuan. Yaitu; sebuah program yang melibatkan
40 Tolong lihat lampiran B 41 Laporan Tahun ffl, Oktober 1999 42 Laporan Tahun ffl, Oktober 1999:4 43 Laporan Tahun III, Oktober 1999:2 37
sekolah lapangan, dengan petani perempuan sebagai pelaku. Program YPP dilaksanakan di desa
lewat 'Kelompok Tani Perempuan' yang didampingkan seorang pendamping dari YPP. Anggota Kelompok Tani Perempuan YPP terdiri dari 27 kelompok atau kurang-lebih 840 anggota44.
YPP menetikberatkan cara-cara yang partisipatip, demokratis dan mandiri dalam semua kegiatan
kelompok, yaitu mulai dalam pertemuan mtin, sampai pelaksanaan kampanye publik tentang masalah aktual. Pada umumnya, kegiatan kelompok meliputi sekolah lapangan (pertanian), pendidikan tentang kesehatan reproduksi (lewat video, diskusi d.1.1), arisan, simpan-pinjam, pembahasan masalah kelompok dan masalah yang dihadapi di desa dan simpanan kesehatan. Di kebanyakan desa juga bam ada atau merencanakan acara 'kampanye publik', di mana
kelompoknya mengadakan acara informasi dengan dokter, untuk masyarakat umum45.
Pendamping
Satu cara pendekatan penting dari YPP adalah peranan pendamping di setiap lokasi. Pendamping
ini biasanya ke desa, setidaknya beberapa hari setiap minggu. Satu pendamping menjelaskan betapa penting pendampingan tersebut untuk pelaksanaan program YPP.
"YPP hams tahu kondisi di lapangan...kalau nggak terjun langsung ke lapangan, kita nggak tahu, gimana itu mereka. Terus kita hams ikut sama mereka, mengenal dengan mereka. Kalau kita nggak mengenal dengan mereka, mereka nggak bisa cerita apa-apa ke
kita. Jadi kita kan nggak tahu, kalau cuma datangnya, ini, ini,ini nggak valid"46.
44 Laporan Tahun ffl, Oktober 1999 45 lihat iampiran B 46 Wawancara dengan pendamping YPP, 03.11.99 38
Hanya dengan pendampingan intensif ini, para pendamping mampu mengerti keperluan dan
kerangka PAKK setempat. Pendamping hams bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan anggota kelompok. Misalnya, banyak pembicaraan berlangsung di dapur, yaitu pendamping mendapat informasi tentang kebutuhan di desa, waktu mereka mengikuti memasak. Kepercayaan orang di lokasi juga hams dihargai, misalnya, kata satu pendamping YPP, walaupun dia sendiri tidak
percaya bahwa, kalau duduk di atas daun tertentu, akan menyebabkan haid, dia tetap mengikuti kepercayaan ini kalau di desa.
"Kesehatan Reproduksi; Suatu Pendekatan Baru"
47
Buku "Kesehatan Reproduksi: Suatu Pendekatan Bam"
mempakan pendekatan YPP yang
digunakan untuk pelaksanaan program "Penyebarluasan Penyuluhan Pertanian bagi petani
Perempuan
berwawasan
kemitra-sejajaran
Lelaki-Perempuan".
Pendekatan
tersebut
memanfaatkan sekolah lapangan untuk petani perempuan. Pendekatan ini digunakan untuk tiga
alasan. Yang pertama untuk menambah pengetahuan petani perempuan tentang pertanian. Yang kedua, untuk mengatasi masalah tabu, dan yang ketiga untuk mempermudahkan pelajaran topik baru ini.
"Pada masyarakat sudah terbentuk pribadi-pribadi di mana pola pemikirannya mewarisi cara berpikir generasi sebelumnya, yaitu sesuai dengan norma dan budaya tabu yang tak membenarkan pembicaraan apapun yang berkaitan dengan aspek reproduksi. Petani perempuan sejak kecil berkecimpung di bidang pertanian. Umumnya mereka sudah mengenal sistem reproduksi melalui pengalamannya sehari-hari maupun diperoleh dari pendidikan oleh Yayasan Pengembangan Pedesaan dan didukung oleh The Ford Foundation".48
47 Sri Hadipranoto, Sugiyanto, Heru Santoso dan Gunawan, 1997 48 Sri Hadipranoto, Sugiyanto, Heru Santoso, Gunawan, 1997:1 39
Dalam buku ini yang dipakai di lokasi-lokasi program tersebut ada penjelasan tentang hal-hal seperti:
Organ reproduksi Menstruasi
Persalinan/melahirkan
Alat kontrasepsi Aborsi
Infertilitas/Kemandulan pada perempuan dan laki-laki Penyakit Menular Seksual HIV/AIDS
Menopause
Hal ini dibandingkan dengan fimgsi pada tanaman dengan fungsi pada manusia (Lihat lampiran B untuk contoh-contoh dari program tersebut).
Bekeria sama dengan pemerintah
Seperti diebut di atas, salah satu tujuan YPP adalah "Mengubah kerangka pikir pejabat, pengambil keputusan / departmen aparat pelaksana instansi teknis terkait dengan sektor pertanian di tingkat daerah sampai pusat agar terbebas dari ideologi jender dan memberi kesempatan petani wanita
sama halnya petani pria"49. Tujuan ini adalah akibat ketidak-efektifan kebijakan Orde Bam. Menumt pemerintah Orde Bam petani perempuan adalah 'istri petani', bukan 'petani nyata' seperti laki-laki.
Akibatnya perempuan tidak teriibat dalam program penyuluhan pertanian yang
disediakan untuk 'petani'.
Selain masalah penyuluhan, juga ada masalah KKN dalam program pemerintah KUT (Kredit Usaha Tani).
Dalam kenyataannya sangat sedikit dari uang yang secara resmi disediakan
pemerintah, sampai tingkat desa, apalagi sampai ke para perempuan di desa. Selain itu ada
49 Laporan Tahun ffl, Oktober 1999:4
40
masalah ketidaktahuan banyak petani perempuan tentang program yang ada. Dalam program KUT ada syarat tertentu yang sulit dicapai petani miskin atua burah tani. Tujuannya ternyata bukan untuk membantu 'rakyat kecil'. Seperti dikatakan Kastorius Sinaga, "As a credit program therefore it must bejudgedas a failure"50.
Untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kegagalan program pemerintah, YPP bertujuan untuk mengadakan kerja-sama dengan pemerintah untuk memperbaiki keadaan pertani perempuan.
"Alasan utama dalam setiap sekolah lapang melibatkan Dinas adalah supaya kelompok petani perempuan mendapat akses dari Dinas dan supaya ada kerjasama denga Dinas."51 " sering mengundang aparat pemerintah terkait untuk memberikan dukungan dengan membantu memecahkan masalah jika ada."52
Lokasi Peniwen
Penduduk desa Peniwen, menumt YPP, secara relatif, adalah 'petani kaya'. Pemandangan di
Peniwen adalah sawah hijau. Dibandingkan dengan lokasi YPP lain, kebanyakan pendukuk Peniwen beragama Kristen.
Kelompok Tani Perempuan 1 - "Kodrat dan Gender"
50 Sinaga, 1994:124
31 Kabupaten Jember, Kacamatan Ajung dan Jenggawah, Laporan Tahunan III, Oktober 1999:15 52 Laporan Tahunan III, Oktober 1999:173 41
Seperti dalam semua kelompok yang didamping YPP, di Desa Peniwen, juga ada pertemuan
kelompok mtin, biasanya paling tidak sebulan dua kali. Dalam pertemuan kelompok pertama yang dikunjungi, topiknya adalah peibedaan antara kodrat dan jender. Pernah ada beberapa anggota kelompok yang mengikuti latihan YPP yang meliputi topik 'gender dan kodrat'. Yang dianggap paling sulit dimengerti adalah isu gender ini. Oleh karena itu, pendamping YPP mau menjelaskan istilah ini lagi, supaya menjadi jelas untuk semua anggota kelompok. Untuk membangkitkan pemahaman anggota tentang konsep ini, pendampingnya menanyakan apa yang dianggap oleh anggotanya sebagai ciri-ciri khas perempuan dan laki-laki.
Mbak Nina,
pendamping YPP, menulis usulan anggotanya di papan tulis, supaya terlihat oleh semua anggota.
Ciri-ciri Peremouan
Ciri-ciri Laki-laki
Menstruasi, hamil, menopause Menyusui, melahirkan Mudah tersinggung
Keras
Buahdada
Malu, marahan, nangis Lemah, cerewet Mudah purus asa
Sebagai pendamping suami Mengurus anak Melayani suami Mengatur rumah tangga Mencari tambahan nafkah
Temanbelakang* Tidak mengambil keputusan*
Mencari nafkah
Tanggung jawab Kepala rumah tangga
Suka memarahi / menyalahkan Memiliki sperma Sunat, kumis, kala menjing Alat kelami
Menyayangi, melindungi keluarga Tak nangis Lebih menggunakan pikiran Ambil kebanyakan keputusan Ingin menang sendiri Bisa menghamili*
* Ada yang disarankan Mbak Nina, tetapi sebelum ada yang ditulis di depan persetujuan selalu dicek dulu. Kebanyakan usulan tersebut adalah lawan usulan untuk lain jenis kelaminnya. Setelah itu para anggota ditanya beberapa pertanyaan untuk mendorong mereka untuk memikirkan ide-ide mereka secara lebih kritis.
42
P: Siapa yangmenentukanciri-ciri ini? J: Perempuan sendiri.
P: Apakah ada seorang perempuan yang tidak suka nangis? J: Nggak ada/ada
P: Apakah perempuan bisa punya pikiran yang sama dengan laki-laki? J: Bisa sama.
Mbak Nina juga menambahkan pikiran lain seperti:
"Kalau kita menganggap kita lemah, laki-laki akan menganggap kitalemah." "Ini yang namanya "bias gender1. Kita punya hak sendiri."
"Jadi, kalau suami bilang "Kodrat kamu melayani saya", ibu-ibu hams menjawab "Itu bias gender, pak".
Mbak Nina juga memakai contoh dalam kebudayaan Indonesia, di mana pikirannya tidak sama dengan kebudayaan Jawa, "Di Masyarakat Jawa suami dianggap di atas, tetapi dalam masyarakat Batak, perempuan yang kepala rumah tangga", untuk menguatkan pengertian tentang kodrat dan gender. Dia menemskan bahwa, seringkali di Indonesia kalau perempuan asertif mereka merasa
salah atau setidaknya dianggap begitu oleh teman-teman. Walaupun ada perempuan yang asertif
dan pandai seperti Megawati dan di Inggris, Margaret Thatcher. Jadi, perempuan hams berani berbicara. Tugas seperti menyapu bisa menjadi tugas bersama, sama dengan tanggungjawab atas anaknya, ini tidak mempakan tugas yang hanya mampu dikerjakan oleh perempuan.
Lalu, setelah berdiskusi tentang perbedaan antara apa yang bisa diklarifikasikan sebagai jender dan apa yang mempakan kodrat, Mbak Nina menulis di papan tulis, "Gender adalah perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan secara sosial". Dia juga mengingatkan anggota, bahwa ide-
ide yang bias jender sebenarnya merugikan dirinya sendiri. Anggota diingatkan bahwa, "kodrat
adalah sesuatu yangdiberikan oleh Tuhan dantidak bisa ditukar antara perempuan dan laki-laki".
43
Jadi apa dari daftar ini bisa diklasifikasi sebagai kodrat perempuan?
Kodrat laki-laki?
Mens*
Kepala rumah tangga
Hamil*
Memiliki sperma*
Menopause* Menyusui*
Sunat Kumis
Melahirkan*
Kalamenjing
Buahdada*
Alat kelamin *
Sebagai pendamping Melayani suami
Ingin menang sendiri Bisa menghamili*
a) menyiapkan makan, strika, cuci, sepatu disemirkan b) 'biologis' cari nafkah tambahan
55
Sepertinya, pada akhir pertemuan, istilah "itu bias gender" sudah menjadi semboyan di kelompok mi.
Dalam diskusi tentang jender ini, topik organisasi pemerintah untuk wanita muncul. Seperti dijelaskan oleh para anggota, menumt PKK, peranan paling penting bagai istri yang baik, adalah
sebagai pendamping dan pelayan suami. Sesudah itu ada pertanyaan dari satu anggota tentang organisasi Dhama Wanita - "Jadi Dharma Wanita bias gender juga, ya Mbak?" Mbak Nina
menyetujui pertanyaan ini dan menyatakan bahwa Dharma Wanita hams dihapus, karena
organisasi ini mempersulit kehidupkan perempuan dengan propaganda seperti: "istri yang baik menyiapkan makan untuk suami".
Yang tidak punya *bukan kodrat, tetapi umum, sesudah diskusi lagi, pendamping, lewat pertanyaan menglarifikasikan hanya yang mempunyai *
sebagai kodraL
44
Sesudah pembicaraan ini, Mbak Nina menanyakan, "Apa yang membuat Ibu-ibu senang dan bangga sebagai perempuan?". Jawabannya seperti berikut: Mendidik anak dengan baik Anak berhasildenganbaik Bisa memberikan keturunan
Keluarga bahagia Menikah - punya suami Sesuai dengan apa yangdiinginkan suami
Anak ikut sekolah dan tidak ada masalah di rumah tangga Mendidik anak supaya pandai Menerima hasil dari suami
Mempunyai anak Diberi uang Yang bareng-bareng Berorganisasi Berkumpul dengan kawan Kodrat dilahirkan sebagai wanita Keluarga harmonis
Sudahdikodratkan sebagai perempuan - keturunan Melahirkan
Kodrat dan suami
Kelompok Tani Perempuan II - Reproduksi. PKK dan Suami
"Sepi sekali di sini. Kalau orang lewat, mereka cumamau ke sawah atau pulang dari sawah", kata
satuanakanggota kelompok Tani Perempuan, sambil menceritakan keadaan di desa. Ternyata di
desa itu ada 'banyak kecelakaan' yang berarti ada remaja yang terpaksa menikah dengan usia muda. Namun, juga ada yang melakukan aborsi tidak aman. Yang menceritakan menyetujui, bahwa pendidikan kesehatan reproduksi diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
45
Pendidikan Kesehatan Reproduksi juga mempakan alasan penting yang medorong anggota mengikuti Kelompok Tani Perempuan., karena "selalu bisa belajar yang bam". Satu anggota menerangkan,
"Sebelum nonton video itu (video dari YPP tentang reproduksi), saya tidak mengerti. Walaupun saya sudah punya anak, bam sekarang mengerti tentang alat reproduksi."
Kata para anggota kelompok, di dalam Kelompok Tani Perempuan ada kesempatan untuk belajar dan bekerja, yang tidak tersedia di tempat lain. Hampir semua anggota masih anggota PKK ("ya harus", kata mereka), tetapi kegiatan PKK dianggap agak 'membosankan'. Menumt anggota masalahnya adalah, dalam organisasi PKK di selumh Indonesia, kegiatannya dan fokusnya sama. Program yang ada di Jawa Barat sama dengan yang ada di Jawa Timur, sama dengan di Kalimantan dan seterusnya, walaupun keperluan pasti berbeda. Kata para anggota, biasanya kegiatan tentang uang; seperti simpan-pinjam. Namun dari uang dari pemerintah yang disediakan untuk PKK, "yang akhirnya sampai bawah, sedikit sekali". Seorang anggota menjelaskan pikiran diatentang PKK dengan pendek kata, "sampai ketiduran, begitumembosankan".
Dibandingkan dengan PKK, pada awalnya anggota ingin mengikuti Kelompok Tani Perempuan, karena 'melihat keungtungan yang ada untuk kelompok lama*. Kata mereka, kegiatan dalam Kelompok Tani Perempuan tergantung kebutuhan para anggota. Sepeiti diterangkan salah satu anggota, "Orang harus bersemangat, kalau akan tetap jalan kaki jauh-jauh ke tempat pertemuan
setiap dua minggu". Terlihat bahwa anggota kelompok senang dengan program-program YPP.
46
Namun ada beberapa hal, yang walaupun ada dalam program YPP, belum jalan secara nyata. Konsep kodrat pada umumnya masih di tingkat istilah saya. Namun anggota mengatakan bahwa
suaminya 'tidak bias gender1, karena kadang-kadang suka membantu di dapur. Juga dalam Program Kesehatan Reproduksi, masih ada banyak kasus kesalahgunaan alat kontrasepsi. Seperti satu ibu mengakui, dia mulai minum pil sesudah menstruasi selesai, walaupun tahu, seharusnya
diminum setiap hari. Masalahnya, kata anggota itu, kalau minum setiap hari, menstruasi menjadi lebih lama.
Boionegoro
Desa Alasgung, DusunKrajan Kelompok Makmur Kelompok Jeiita
Kelompok Merpati Putih(Remaja) Desa Alasgung, Dusun Puttiuk Kelompok Maju Makmur
DesaAlasgung, DusunBayong Kelompok Sekar Bayong Desa Glagahwangi Dusun Rowoanyar Kelompok Melati Putih
Periodohan dan masalah KB
"Sekarang, perkawinan muda menjadi bagian dari proses menciptakan ikatan sosial
ekonomi dan sosial politik." (K.H. Abdurrahman Wadid)54 Kelompok Remaia
K.H. Abdurrahman Wadid, Presiden Republik Indonesia, ketika menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Syafiq Hasyim (ed), 1999:171
47
Selain Kelompok Tani Perempuan, di Bojonegoro juga ada kelompok remaja, Merpati Putih. Usia anggota dari 13 sampai 26 tahun. Fokus kelompok Merpati Putih adalah kegiatan terkait
dengan arisan dan kesehatan reproduksi. Berkaitan dengan program Kesehatan Reproduksi, kelompok remaja mempunyai beberapa lagu tentang topik yang berkaitan dengan topik tersebut (iihat lampiran B). Lagu yang ditulis remaja ini, dinyanyikan pada pemikahan dengan alat musik tradisionil. 'Pementasan' ini adalah salah satu cara untuk menyebarluaskan ke masyarakat umum, pendidikan yang diterima tentang reproduksi.
Diskusi terpimpin:
Kalau menikah, terus apa? Mau punya anak.
Jadi, harus hamil dulu. Apakah organ reproduksi siap?
Sebelum 20tahun organ reproduksi kurang siap dan sikap mental juga kurang siap. Apa akibat yang mungkindari kekurangsiapan ini? Bayi kurang sehat, kawin cerai, proses melahirkan sulit, belum mandiri, badan ibu masih dalam
proses pertumbuhan, kematian ibu pada saatmelahirkan / kematian anak pada persalinan. Tentang perkawinan usia muda:
Apa yangbisadilakukan kalau dipaksamenikah oleh orang tua ? •
Pendamping YPP / remaja sendiri - penyadaranorang tua
•
kasih tahu orang tua tentang kesulitan / masalah kalau menikah terlalu muda
•
pengetahuan sendiri
•
menolak - halus atau kasar (kalau memang dipaksa)
48
Kalau mau sendiri?
• Tunggudulu. Paling tidak, tunggu sampai 18 tahun sebelum punya anak. Alasan untuk menikah muda:
•
mitos perawantua
•
takut tidak laku
•
calon kaya
Mengapa para remaja suka mengikuti kelompok inidari YPP? •
menambah pengetahuan
•
di sekolah sedikitsekali tentang reproduksi
Ide-ide untuk masadepan kelompok remaja: •
pertanian
•
simpan pinjam (orang luar kelompok bolehpinjam)
•
memeliharajangkrik
Pendampin YPP menanyakan sumber modal untuk ide-ide bam ini dan untuk apa remaja ingin
mempunyai uang. Karena tidak ada yang bisa menjawab, pendamping YPP minta remaja memikirkan lagi.
Waktu ditanya apakah mereka menganggap penting bahwa laki-laki juga ikut kelompok seperti
ini, anggota menjawab bahwa laki-laki tidak menanyakan tentang kelompok ini, karena tidak tertarik.
49
Ada orang dalam masyarakat setempat yang setuju dengan keadaan kelompok remaja, tetapi ada juga yang tidak setuju. Kalau orang tua tidak setuju, anaknya tidak dipeibolehkan mengikuti kelompok. Pada umumnya orang khususnya tidak setuju dengan film tentang kesehatan reproduksi. Ada orang juga yang menanyakan, untuk apa remaja hams tahu tentang kesehatan
reproduksi. Namun, seperti terlihat dari pengertian remaja dalam kelompok tentang kodrat, kelompok ini memang mengubah pikiran mereka - padahal belum semua unsur kebudayaan 'diusir'. Menumt para remaja, kodrat perempuan adalah melahirkan anak, masak, menstruasi, menyusui.
Kelompok Tani Makmur dan Jelita (Jendela Informasi Wanita)
Yang sangat menarik untuk anggota kelompok adalah program Kesehatan Reproduksi. Perempuan di desa ini pemah dipaksa aparat untuk memakai K.B. (Keluarga Berencana), sampai ada yang melarikan diri dan bersembunyi di pegunungan. Oleh karena itu, perempuan sekarang menuntut pilihandan ingin informasi yang bebas dari kepentingan politik.
Dalam kelompok Jelita, yang bam menjalankan selama dua tahun, banyak anggota yang buta huruf.
Oleh karena itu, pelajaran tentang pertanian dianggap gampang, tetapi pemahaman
kesehatan reproduksi kadang-kadang sulit. Mbak Wiji (pendamping YPP) menjelaskan bahwa
oleh karena itu, pendekatan harus pelan-pelan, supaya para anggota benara-benar mengerti hak-
hak mereka. Seperti diterangkan Mbak Wiji, walaupun ada anggota-anggota yang sudah sadar tetang kesehatan reproduksi, tetap ada masalah dengan akses terhadap pelayanan kesehatan
50
reproduksi. Misalnya kalau anggota kelompok mau mendapat papsmear, mereka harus ke
Surabaya. Masalah ini menegaskan bahwa pembahaan bukan hanya masalah penididkan dan informasi, namun juga masalah kesediaan fasilitas dan modal.
Pada umumnya anggota sependapat, bahwa tidak ada organisasi pemerintah yang mampu memenuhi keperluan yang dipenuhi program YPP. Kata Mbak Wiji, PKK tidak dijalankan lagi di sini, kecuali undangan ke luar desa untuk Ibu Ketua PKK. Para anggota mempunyai bermacammacam alasan mengapa mereka ingin mengikuti Kelompok Tani Perempuan: •
tambahan pengetahuan
• "Sudah punya anak, tetapi belum pemah tahu apa yang ada di dalam tubuh saya". • Tidak ada organisasi yang lain yang akan memberi informasi seperti ini. •
Sekarang ibu-ibu bisa ikut pekerjaan yang dulu hanya untuk laki-laki. Sesudah ikut sekolah lapangan, sekarang tahucaranya.
Salah satu cara pendamping YPP untuk mengerti keadaan dan masalah yang dihadapi di desa adalah 'jalan-jalan', mengunjungi anggota-anggota kelompok. Di desa Alasgung, kebanyakan
orang bekerja di sawah dan para laki-laki juga ada yang tukang mebel. Yang berikut adalah cerita-cerita anggota kelompok, maupun anggota lama kelompok remaja.
•
Pekerjaan ibu-ibu adalah masak, terus ke sawah. Mereka hams menyelesaikan persiapan di dapur untuk keluarga sebelum ke sawah.
51
Perempuan menikah pada usia 17 tahun. Dari 17 tahun sampai 20 tahun dia memakai KB
dan bam beberapa bulan yang lalu berhenti, tetapi belum hamil.
Keluarga, yang seorang anak perempuan bekerja sebagai TKW di Malaysia. Perempuan itu mempunyai anak (yang dilahirkan di luar pemikahan). Anak itu, yang umurnya kira-kira tiga tahun, sekarang dengan keluarga ibunya. Ibunya sudah mengirim uang dari 10 bulan
pekerjaan di Malaysia. Uang ini dipakai untuk membayar hutang dari memperbaiki rumah, sampai uangnya habis. Rencananya ibu itu akan duatahun di Malaysia. •
Ibu (anggota kelompok) yang merencakan menikahkan anaknya yang bam lulus SMP, 15
tahun, dengan laki-laki yang tinggal di desa lain. Anaknya, yang anggota kelompok remaja menolak. Anak tersebut bilang bahwa dia masih terlalu kecil dan masih suka bermain. Dia
marah bahwa orang tuanya mau menjodohkan dia, waktu dia masih kecil. Tetapi laki-laki itu ingin menikah. Orang tua memutuskan untuk 'nunggu dulu\ karena masih terlalu muda.
Anak ini akan dikirim ke Surabaya sebagai TKW untuk dapat pengalaman dulu. Ibu menikah waktu 14 tahun.
Anak bam menikah pada usia 17 tahun.
Mbak Wiji
mentanyakan apakah dia mulai pakai KB, karena tampaknya jauh lebih kurus.
menjawab, bahwa dia tidak memakai KB, karena mau menjadi hamil.
Ibunya
Kemarin dia
diperiksa di puskesmas, karena haid sudah satu bulan terlambat. Dia hams membayar
RplOOOO untuk pemeriksaan tersebut, yang positif hamil.
Ternyata dua hari sesudah
pemeriksaan, perempuan itu mendapat menstruasi.
Ibu yang memakai spiral yang sampai 11 tahun belum pemah dilepas. Kalau diperiksa, hanya ditekan di perut, kalau tidak sakit, dikatakan dokter di Puskesmas, baik-baik saya. Kemarin dia sakit dan harus ke Puskesmas dan spiral harus dilepas. Untuk pelayanan ini dia
52
harus membayar Rp5000. Untuk perempuan itu, Rp 5000 banyak. Oleh karena itu, Mbak
Wiji mengusulkan bahwa ibu ini menyimpan beberapa ratus rupiah setiap hari, supaya kalau sakit atau perlu diperiksa, dia akan mempunyai uang untuk membayar. Sesudah haid dia mau diperiksa lagi dan menanyakan jenis KB apa yang paling cocok untuk dipakai. Dia mungkin ingin mencoba suntik. •
Pemah ada satu perempuan terinfeksi sampai selumh kakinya sakit. Dia memakai spiral yang sudah 13 tahun tidak dilepas, tetapi walaupun sudah sakit, takut diperiksa. Seperti banyak orang di desa, perempuan ini merasa Puskesmas kurang memperhatikan masalah perempuan.
•
Suami yang ke sawah dan anggota ini biasanya di rumah saja, karena 'tidak biasa pekerjaan berat'. Ibu ini ikut kekompok untuk pertemuan saja. Dia tidak tahu pada awalnya bahwa
dia hams turun ke sawah. Kalau belajar tentang kesehatan reproduksi, sampai rumah dia sudah lupa, apa yang mereka pelajari. •
Anggota ini sudah menikah Deberapa tahun yang lalu. Sesudah lulus SMP dia langsung dicarikan suami oleh orang-tuanya, walaupun sudah mempunyai pacar (pacarnya juga
langsung dinikahkan).
Sesudah menikah dia memakai KB. Sejak Desember berhenti
memakai KB, tetapi belum hamil. Anggota tersebut mengikuti Kelompok Tani Perempuan
untuk menambah pengetahuan tentang pertanian dan kesehatan reproduksi.
Suami
mendukung dia ikut, karena mempunyai kesempatan untuk menambah pengetahuan,
berkumpul dengan teman-teman. Kata suaminya, kalau di rumah terns, istrinya akan cepat tua.
53
•
Banyak remaja yang pernah mengikuti kelompok berhenti kalau sudah hamil. Tren ini
berarti bahwa ada pergantian anggota yang agak tinggi dalam kelompok, yaitu yang paling lamadan paling tua.
•
"Laki-laki pun nggak kuat menolak orang tua". Ada laki-laki (27 tahun) di desa sekarang yang dijodohkan orang tua. Perempuannya pemah menikah, tetapi bercerai lagi. Laki-laki sudahmempunyai pacar sendiri.
•
Ada satu perempuan di desa, umurnya 25 tahun, yang dijodohkan oleh orang tua dengan orang yang belum pemah dia temui. Pada malam pertama itu, dia bam mengenal wajah
suami dia - pasangan hidupnya. Oleh karena itu, sesudah satu minggu mereka bam melakukan hubungan seks, dan sampai saat itu sangat ditekan keluarga, 'supaya mau'. •
Di sini ada dua sapi dari YPP, tetapi bam ada satu yang mati. Sapi ini dibeli waktu kecil,
dibesarkan dengan tujuan dijual lagi untuk membesarkan modal kelompok.
Periodohan dan gagasan 'tidak laku'
Desa Alasgung. Dusun Bavong. Kelompok Sekar Bavong
Dusun yang didiami anggota kelompok sekar Bayong, disebut pendamping YPP sangat miskin. Sesudah panenan laki-laki cenderung mencari nafkah di luar desanya, supaya, seperti dijelaskan Mbak Wiji, hampir tidak ada laki-laki lagi di desa ini. Banyak dari desa ini yang ke Malaysia, laki-laki maupun perempuan. Seorang anak perempuan anggota kelompok, sudah 10 bulan di
Malaysia, dia berangkat sesudah lulus SMP.
Pada saat ketemu orangtuanya mereka
mengkhawatirkan keselamatannya kerena dia tidak mempunyai visa. Ayahnya bam mendengar
54
tentang kasus perempuan dipenjarakan, karena ditangkap bekerja 'illegal'. Uang yang sudah dikirim, dihabiskan untuk pesta pernikahan dan 1000 hari.
Di desa ini, perempuan di atas 25 tahun yang belum menikah dianggap 'tidak laku'. Mereka akan
'dijelek-jelekkan' tetangganya. Kata para anggota, usia menikah biasa untuk perempuan di sini antara 16 dan 18 tahun, dan ada yang antara 14 dan 20. Laki-laki biasanya menikah sebelum 30
tahun, tetapi kata para anggota, "tidak ada yang menolak" atau berbicara secara negatif tentang laki-laki yang lebih dari usia itu dan belum menikah. Kemarin satu anggota kelompok ini mau memkahkan anaknya (perempuan, 16 tahun). Anaknya bamtahu tentang rencana ini waktu orang tualaki-laki melamar dia. Kata ibunya, dari saat itu anaknya menangis sampai hari berikut karena tidak mau menikah. Oleh karena itu, ibunya membawa anaknya ke pasar dan membelikan kelang emas - "bam berhenti ngangis setelah itu, dia bam mau". Kemudian laki-laki juga dibelikan emas dan "dia mau lagi juga".
Menumt anggota kelompok, di desa itu 50 persen semua pemikahan ditentukan orangutanya dan
50 persen yang jodohnya dicari sendiri. Jika ada suami-istri yang belum pemah ketemu sebelum menikah, mereka bisa mengalami 'kesulitan' pada awal pemikahan. Kadang-kadang antara 3
sampai 12 bulan sebelum mereka melakukan hunbungan seksual. Menumt anggota ini kadangkadang karena laki-laki, tetapi lebih sering akibat ketidakinginan 'si istri'. Kalau merka tidak tahan, bisa bercerai dalam waktu ini.
55
Salah satu cara orang desa untuk mendorong pengantin bam 'supaya mau' adalah memukuli dan
mencubiti dia, sampai dia akhirnya menyerah. Namun, tidak ada yang menjelaskan hubungan seksual kepada pengantin bam sebelum dia menikah. Katanya, bukan kebudayaan untuk
berbicara tentang hubungan seksual. Para anggota menceritakan bahwa ada suami-istri bam yang begitu takut sampai mereka 'membangun dinding guling' antara mereka.
Kewajiban istri di sini adalah masak, mengasuh anak, menyapu, mencuci piring, mencuci baju dan melayani suami. Perempuan bisa memilih kalau mau bekerja di sawah. Suami diwajibkan mencari nafkah. Waktu satu suami anggota ditanya mengapa dia tidak membantu di rumah
tangga, dia menjawab, "buat apa saya menikah?". Waktu para ibu ditanya mengapa mereka
menikah, mereka diam dulu, waktu memikir, lalu menjawab "perempuan menikah untuk uang". Hasil nafkah yang dicari suami diberikan si istri. Satu ibu mengatakan bahwa dengan uang itu dia bebas memutuskan apa yang akan dibeli.
Satu ibu lagi, menjelaskan, walaupun dia yang
memegang ijangnya, keputusan tentang apa yang akan dibeli hams disetujui suami dulu. Anggota kelompok biasanya membeli emas - tabungan yang menghiasi.
Kepercayaan di desa Alasgung
Satu segi kebudayaan yang dihadapi program YPP di desa ini adalah kepercayaan yang masih kuat. Misalnya:
- 40 hari sesudah melahirkan, ibu bam tidak boleh ke luar rumah. Namun, dia masih bisa
mengerjakan tugas dalam rumah tangga. Biasanya ada keluarga untuk mendukung dia, yangke
56
pasar karena dia tidak boleh ke luar. Selama 40 hari ini, kalau tidur dia harus duduk, tidak bolehtidurberbaring.
- Ibu dengan bayi kecil tidak boleh makan nasi yang masih panas.
- Placenta ibu dikuburkan. Tempat ini dikelingi lilin dan bunga selama tiga bulan. Tempat ini tetap dipelihara sampai bayinya sudah belita. Placenta ini dianggap saudara bayi yang akan membantu bayi.
Satu cara YPP untuk mengatasi kepercayaan adalah penidikan yang membandingkan kepercayaan dengan kenyataan55.
Jember Agama
Jember Kelompok 1
Kebanyakan anggota kelompok dari desa ini sangat miskin. Menumt Mbak Heni, pendamping YPP, kalau mereka memegang RplOOO mpiah, mereka 'suenang' (sangat senang). Biasanya
pekerjaan di luar rumah untuk perempuan di desa ini ada di sawah, atau sebagai buruh di gudang tembakau. Di gudang mereka mendapat Rp5800 sehari. Anggota ini mengikuti Kelompok Tani Perempuan untuk rukun, pengalaman dan bersahabat.
"Istri yang baik adalah istri yang taat dan patuh terhadap suami", kata satu anggota kelompok. Seperti dikatakan pendamping YPP, masalahnya seringkali perempuan merasa harus sangat taat
55
lihat lampiran B
57
kepada 'syarat' ini, walaupun jarang ada yang membaca syarat-syarat untuk suami yang baik. Namun, kalau ditanya yang kewajiban suami, perempuan ini hams membaca di penafsiran agama yang ada di kamar tidur untuk menjawab. Ini adalah sebuah buku kecil dalam bahasa Jawa
dengan tulisan bahasa Arab. Waktu anggota ditanya sumber informasi dari mana, mereka menjawab "dari Al Qur'an". Sebenarnya informasi ini mempakan bagian dari Kitab Maratus
Solikhah. Kata para anggota, pada umumnya perempuan di desa ini mengikuti penafsiran tersebut Menumt perempuan ini, di masyarakat umum, yang terjadi tidak sama dengan peraturan
ini. Kata satu anggota, dia masih merasa kurang mengerti pelajaran agama Islam dan sebenarnya mau lebih memperdalam pengertian dia pribadi. Yang berikut adalah penafsiran agama yang 'pada umumnya diikuti di desa ini'.
Kewajiban Istri
Kewajiban Suami
Gotong-Royong
Kehakiman
DPR
Menjaga harta suami Mengatur keuangan
Pertanian dan agraria Penerangan
MPR
distribusi
Produksi
Sosial
Berhubungan Agama Pertahanan di luar negeri
Melayani
suami
secara
baik
Perburuhan
Menteri dalam negeri Wakil presiden
Presiden
Orgamsasi masyarakat Medidik putra & putri
56
Menumt para anggota kodrat perempuan adalah "menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui" dan
"tidak ada kodrat untuk laki-laki". Yang berikut adalah komentar-komentarlain dari para anggota tentang kodrat dan peranan perempuan:
56
Tolong dicatat, ini adalah penerjamahkan wanita ini sendiridariteks Kitab Maratus Solikhat.
58
♦
Kalau perempuan rusak, negara pasti rusak juga, ini sudah diakui agama.
♦
"Menumt saya, laki-laki lebih kuat dari perempuan".
♦
Kalau perempuan mempunyai terlalu banyak kepentingan di luar rumah, kewajiban pribadi sebagai istri tidak bisa dipenuhi, yaitu kewajiban istri akan terbengkalai (tidak diurus).
♦
Laki-Laki mempunyai pikiran yang lebih luas.
♦
Perempuan tidak bisa mengambil keputusan yang tepat, karena pertimbangan perasaan.
♦
Laki-laki mempunyai perasaan tetapi tidak sehalus perasaan perempuan.
♦
Adat mempengaruhi kegiatan perempuan dan kebudayaan dipengaruhi agama.
♦
Kata satu ibu, kalau perempuan sudah menikah, badannya menjadi milik suami. Oleh karena itu, dia dituntut minta ijin, melayani suami dan setemsnya.
Para ibu menyetujui pelajaraan agama yang mereka terima, kata mereka "mau, nggak mau, hams
diterima". Pada hari itu ada dua pendamping YPP, satu yang bertugas di desa ini dan satu yang bertugas di desa lain. Mereka mengingatkan para anggota, bahwa sebenarnya di Al Qur'an seimbang dan flexibal. Pendamping ini, yang juga beragama Islam, menyerahkan pandangan Gus Dur tentang Al Qur'an dan keadilan jender. Sebagian besar penduduk desa ini beragama Islam,
aliran NU (Nahdlatul Ulama). Gus Dur, (K.H. Abdurrahman Wahid, Presiden Repulik Indonesia, mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), sangat dihormati di desa ini.
Menumt wanita ini, perempuan seharusnya tidak boleh bekerja, tetapi kadang-kadang kemampuan
keluarga tidak memungkinkan keinginan ini. Kalau keluarganya kurang mampu, kadang-kadang perempuan harus bekerja. Kata para ibu, di desa ini tidak ada yang memaksa perempuan bekerja,
59
tetapi ada banyak yang melarang. Yang penting, kalau perempuan bekerja, niatnya hams untuk
membantu suami. Anggota kelompok juga ditanya menumt mereka tentang orang seperti saya dan pendamping YPP yang mentuntut hak-hak sama dengan laki-laki dan ingin bahwa suami akan
berperan sama dalam kewajiban pengasuhan anak. Satu anggota menjawab bahwa, perempuan seperti sunggai, yang hams mengikuti arah yang sudah ditentukaa Perempuan seperti saya dan pendamping YPP dianggap seperti sunggai yang salah, yang tidak mengikuti cara alami lagi. Menumt ibu tersebut, kasihan anak dalam keadaan seperti itu, karena akan kurang diperhatikan dan kurang disayangi. Menumt dia, kasih-sayang seorang ibu berbeda dari seorang bapak dan karena itu, laki-laki kurang cocok untuk mengasuh anak-anak.
Istri yang lebih telaten dan
mengasuh anak adalah kewajiban seorang istri.
Seperti dijelaskan pendamping YPP, ada banyak penafsiran agama Islam yang mengatakan istri hams taat kepada suami, tetapi tidak menjelaskan caranya haras bagaimana. Oleh karena itu, penafsiraan ketaatan tergantung pendapat orang masing-masing. Masalahnya, penafsiran satu orang sering dianggap penafsiran yang benar dan menumt Al Qur'an dan diikuti banyak orang, walaupun mungkin ada banyak penafsiran lain.
"Seks bebas dan Kesehatan Reproduksi"
Jember - Kelompok 2
Mulai dari alasan mengapa saya bisa sakit perut (makanan Indonesia yang tidak cocok, makan yang terlalu pedas, kangen sama pacamya, kangen sama keluarga, masuk angin, makan tidak teratur, dan sebagainya) sampai konsep 'seks bebas' di barat - pada satu malam, kami mempunyai
60
kesempatan untuk mendiskusikan tentang semuanya yang kami ingin tahu. Pembicaraan mulai
dengan diskusi tentang pendidikan seks di sekolah di Australia. Anggota-anggota kelompok (di sini satu anggota adalah laki-laki), tampaknya agak heran waktu dijelaskan bahwa murid di Austaliamulai belajar tentang reproduksi di Sekolah Dasar. Tambah lebih heran lagi, waktu saya bilang, bahwa di SMP dan SMA, murid belajar tentang kesehatan reproduksi, termasuk PMS (Penyakit Menyular Seksual) dan KB (Keluarga Berencana). Mereka memastikan saya, bahwa tidak ada pendidikan semacam itu di Indonesia, sambil mengulangi lagi, oleh karena itu, mereka
senang sekali mempunyai kesempatan untuk menjadi anggota Kelompok Tani Perempuan.
Lalu, pertanyaan tentang 'seks bebas' muncul. Ternyata mereka sangat ingin tahu tentang keadaan di Australia. Saya menjelaskan bahwa, walaupun hubungan seks pranikah memang
sudah biasa di Australia, orang biasanya tidak melakukan hubungan seksual dengan siapa saja
(bayangan saya tentang konsep seksbebas). Sekali lagi mereka heran, mereka berpendapat bahwa
orang ganti-ganti pasangan dan langsung tidur dengan orang yang mereka bam lima menir sebelumnya kenal. Memang ada orang seperti itu di Australia, tetapi saya menjelaskan, bahwa mungkin pikiran ini lebih berdasarkan acara televisi seperti Melrose Place dan Beverly Hills.
Setelah itu, mereka menjelaskan apa yang akan terjadi di desa ini, kalau orang yang belum
menikah tidur bersama, apalagi kalau tinggal satu rumah. Sambil ketawa-ketawa, " Polisi akan
datang ke rumahnya, mereka akan ditangkap, dibawa de balai desa dan segera dinikahkan". Katanya kalau ada yang seperti itu di sini, itu akan dianggap benar-benar 'kasus'. Orang akan
61
bicara tentang itu bertahun-tahun. Menumt anggota kelompok keadaan yang berada sekarang tidak akan berubah, 'karenaini di desa'.
Pandangan ini sangat penting diperhatikan LSM yang bekerja di desa. Seperti anggota Kelompok Tani Perempuan, mereka menganggap keadaan di desa sebagai sebuah kesungguhan yang tak mungkin berubah atau dirubahkaa Walaupun demikian, sepeiti dikatakan pendamping
Perempuan sudah mulai megatasi tabu yang ada. Topik petani perempuan dan kesehatan
reproduksi dulu dianggap topik yang 'tabu', dan dilarang dibicarakan. Namun, sekarang topik seperti itu sudah mulai dibicarakan, padahal unsur-unsur ketabuan yang dulu masih tersisa.
Anggota kelompok ini juga mengatakan mereka jarang mengikuti kegiatan PKK. Alasannya adalah tempat pertemuan jauh dan selain itu kegiatannya dan informasi sering tidak menarik atau berguna.
62
BabV
LSPPA - Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak Latar Belakang
"LSPPA adalah oganisasi non-pemerintah (omop) yang bergerak menangani masalah gender dalam rangka mendorong terciptanya masyarakat yang demokratik dan bebas dari segala bentuk diskriminasi."57
LSPPA (Lembaga Studi dan Pengembangan Perempun dan Anak) didirikan pada tahun 1991 sebagai bagian dari Yayasan Prakarsa, Yogyakarta. Pada tahun 1995, mereka memisahkan diri untuk menjadi lembaga mandiri, yang lalu dibakukan secara hukum tahun 1996. LSPPA adalah
salah satu dari agak banyak LSM di Yogyakarta yang menanangi masalah perempuan, termasuk antara lain Mitra Wacana, Rifka Annisa Women's Crisis Centre dan Yasanti.
LSPPA menarik
perhatian untuk beberapa alasan. Yang pertama, justru karena LSPPA berada dalam 'lingkungan LSMy, di 'kota pelajar' Yogyakarta. Yang kedua, pendekatan LSPPA terhadap masalah gender, yang mengambil pendekatan bam, yang berbeda dari yang biasa.
Semboyan LSPPA adalah
'Bebaskan Tumbuh', sebuah fokus kepada sosialisasi anak yang bebas bias gender. Melalui program yang dilaksanakan,
LSPPA berharap bisa menggalakkan kesejahteraan antara
perempuan dan laki-laki, dalam pendidikan dan sosialisasi anak, formal maupun informal.
57 pamphlet LSPPA
63
Seorang konsultan di LSPPA, Sofi, adalah seorang Australia. Dia menceritakan satu pengalaman dia, waktu berdiskusi dengan sekelompok remaja di Yogyakarta. Satu remaja laki-laki, waktu
berdiskusi mengatakan bahwa 'yang jelas laki-laki lebih bemafsu dan lebih menikmati hubungan seksual daripada perempuan'.
Sofi mencatat 'pernyataan' ini dan sesudah diskusinya selesai,
bertanya pada laki-laki itu, mengapa dia berpendapat begitu. Agak malu, dia menjawab, bahwa belum mempunyai pengalaman sendiri tetapi, 'karena katanya begitu'. Sofi memakai cerita berikut untuk mempertanyakan pandangan remaja itu.
"Misalkan ada dua orang di rumah sakit. Kedua-duanya dengan penyakit yang sama. Kedua-duanya bam dioperasi oleh dokter yang sama. Satu orang sesudah dioperasi berteriak, menangis dan dari expresinya kelihatannya sakit sekali. Orang kedua diam.
Namun kita tidak mungkin tahu siapa yang sebenarnya mengalami nyeri yang paling sakit, karena tidak mungkin mengukur rasa sakit. Tidak ada skala 1 - 10 untuk rasa sakit.
Yang kelihatan hanya reaksi orang masing-masing terhadap rasa sakit itu. Mungkin yang satunya tersosialisi untuk mengekspresikan perasaan dan satu tersosialisasi untuk diam.
Sama dengan rasa dan reaksi lain. Ukurannya dibuat setiap orang sendiri dan tidak ada satu orang pun yang mampu menentukan siapa yang lebih sakit... atau yang lebih
menikmati. Yang mungkin dibedakan hanya sosialisasi yang menentukan 'seharusnya' siapa yang 'boleh' merasa apa."58
Pengalaman ini dengan remaja menguatkan pendukungannya untuk program-program LSPPA. Menumt Sofi, diskusi ini lebih membuktikan lagi, bahwa walaupun usia remaja masih muda,
pandangannya telah dibentuk menumt lingkungan dan pengalaman yang mereka ketahui, dan
sudah sulit dirubah. Oleh karena itu, dia sangat mendukung pendekatan LSPPA yang mulai pada masa kanak-kanak untuk mensosialisasikan pikiran yang adil dan bebas bias.59
Pembicaraan asli dalam bahasa Inggris, wawancara 16.11.99 59 Wawancara 16.11.99
64
Stategi dan cara penvampaian LSPPA
Strategi yang dipakai LSPPA untuk memenuhi tujuannya digolongkan dalam tiga bidang program,
yaitu lingkungan keluarga; sekolah; pendidikan masyarakat dan media massa. Dalam tiga bidang tersebut, LSPPA memakai bermacam cara untuk menanamkan konsep tentang sosialisasi yang lebih adil dan tidak berdasarkanjenis kelamia
Program Sosialisasi di Lingkungan Keluarga
"Pada gilirannya susunan tentang cara-cara berpikir, merasa dan berperilaku yang paling dasar ini akan menentukan bentuk dan kualitasbangunan di atasnya.
LSPPA melihat lingkungan keluarga sebagai salah satu lingkungan belajar yang sangat penting dan berpengaruh untuk anak. LSPPA membentuk berbagai macam kelompok diskusi di Yogyakarta untuk membangkitkan pemikiran yang kritis dan bam tentang pandangan dan keadaan gender dalam keluarga. Kelompok ini terdiri dari para ibu yang bertemu secara mtin untuk membicarakan cara pengasuhanbebas bias jender dan ketidakadilan.
Faktor keluarga dilihat LSPPA sebagai faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan anak, sebagai 'lingkungan belajar utama'. Kebiasaan, tingkat percaya diri dan tindakan, kemungkinan
besar akan berdasarkan pendidikan dan pengalaman dari rumah. Memang pada umumnya, orang dewasa cenderung sudah 'nyaman' dengan pikiran dan kebiasaan mereka, sehingga sulit diubah lagi.
http://www.lsppa.or.id
65
Satu program dalam fokus 'Sosialisasi di Lingkungan Keluarga' adalah kelompok para Ibu. Salah satu contoh pembicaraan dalam kelompok ini, adalah kecerdasan anak dan cara untuk menghadapi masalah yang berkait dengan tema kecerdasan anak.
Salah satu ibu menceritakan
tentang anak dia, yaitu dua anak yang dianggap pandai dan satu anak yang dianggap bodoh. Ternyata dalam keluarga itu, sudah kebiasaan untuk mengingatkan 'anak bodoh' itu, bahwa dia
memang bodoh, di depan anak itu sendiri.
Pendamping LSPPA berkata kepada ibu itu
"Bayangkan bagaimana Anda akan merasa, kalau keluarga Anda bilang Anda bodoh di depan
Anda". Ibu itu meneruskan, bahwa anak itu didorong untuk bisa masuk ke sekolah tinggi negeri.
Anak itu stres sampai tidak menstruasi selama 7 bulan dan rambutnya rontok. Pendamping LSPPA mengatakan bahwa, anaknya dibiarkan untuk memutuskan sendiri, dengan dukungan orang tuanya. Pasti orang tua mempunyai harapan untuk anak mereka, tetapi, kata pendamping
LSPPA, "jangan sampai kita memaksakan anak lebih dari kemampuan mereka". Topik ini juga dibahas dalam buletin TUNAS, penerbitan LSPPA, pada bulan Mei61.
Satu program bam dari LSPPA adalah kelompok para ibu yang diikuti kelompok bermain yang
didampingkan LSPPA. Waktu anaknya 'bebas main', para ibu mendikusikan hal yang berkaitan dengan anak dan keluarga. Pikiran bias gender yang dihadapi dalam masyarakat dan sementara
didiskusikan kelompok juga muncul dalam kelompok bermain.
Walaupun kebanyakan ibu
teriibat dalam diskusi kelompok, satu ibu terdengar mengatakan kepada anak laki-laki, "Ini bagus
61 Tunas, Terbitan Mei, hal 16, lihat lampiran C Pertemuan kelompok para ibu tanggal 19.11.99
66
untuk laki-laki, lho".
Pendamping LSPPA mendengar komentar tersebut dan mengatakan
"Perempuan juga boleh main dengan ini", sambil menawarkan mainan tersebut kepada seorang anak perempuan.
Program Sosialisasi di Lingkungan Sekolah
Program sosialisasi di lingkungan sekolah bertujuan untuk menciptakan kerangka sekolah yang tidak bias gender. Menumt program ini, pendidikan yang setara harus meliputi semua aspek pendidikan, misalnya kurikulum, buku pelajaran, metode pengajaran, sikap gum dan suasana di
klas. Program LSPPA di lingkungan sekolah meliputi pembangunan jaringan denga kilompok bermain, TK (Taman Kanak-Kanak) dan SD (Sekolah Dasar). Salah satu cara LSPPA adalah
'media centre' yang keliling, untuk anak-anak. Sekolah-sekolah juga diundang ke kegiatan LSPPA seperti 'Pekan Anak 99'.
Program Sosialisasi di Lingkungan Masyarakat termasuk Media Massa
LSPPA menganggap media massa sebagai 'cermin masyarakat', maupun pengaruh kuat terhadap masyarakat. Oleh karena itu, mereka membuat program Media Massa, dengan rangka perjalanan enam tahun. Rencana ini meliputi membangun jaringan dengan organisasi media dan pelatihan tentang gender.
Kegiatan LSPPA lain di ma?yarakat umum termasuk: ♦
pelatihan untuk mendorong pikiran bam dan kritis
♦
Siaran Radio - Program 'talk back', yang meliputi pendengar dalam diskusi tentang berbagai macam isu gender.
♦
Bekerjasama dengan jaringan LSM (misalnya GAKTPI -GerakanAnn" Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia).
67
♦
Aksi
♦
Perpustakaan - Tujuan perpustakaan LSPPA menyediakan informasi luas untuk masyarakat umum. Buku yang tersedia adalah buku yang aktual (berbeda dari banyak perpustakaan yang di Indonesia) dari berbagai macam penafsiran tentang feminisme, agama, pendidikan, pengasuhan anak danhal lain yang diliputi dalam tujuan dan program LSPPA.
♦
Pekan Anak 99 pemutaran film anak Panggung Gembira (dongeng, tarian, nyanyian) Pameran dan display Konsultasi anak bersama para psikolog Workshop kreativitas anak Funwalk Keluarga pendampingan kelompok-kelompok perempuan di desa penelitian workshop, seminar, diskusi dan ceramah
♦ ♦
♦ ♦ ♦
♦
homepage
stiker, poster,kaos dan pamphlet. penerbitan- Tunas (buletin), buku, leaflet, booklet
Ke Masa Depan
Untuk memenuhi tujuan LSPPA, mereka ingin membangun sebuah 'Media Centre untuk anak-
anak'. Rencananya, media centre ini akan berbentuk sebuah tempat untuk memudahkan proses sosialisasi yang positif, yaitu bebas bias jender. Dalam Media Centre akan ada perpustakaan unuk orang dewasa, maupun untuk anak-anak, yang memiliki buku-buku yang lebih menitikberatkan persamaan hak, kesetaraan dan pilihan untuk perempuan dan laki-laki. Selain itu direncanakan
tempat bermain yang menciptakan suasana untuk kreativitas untuk anak-anak, yang memudahkan konsep LSPPA 'bebaskan tumbuh', dan tempat konsultasi untuk orangtua. Pada saat ini, LSPPA
mempunyai sebuah 'media centre keliling', yaitu pusat yang melayani di tempat belum ada tempat sendiri untuk menerima orang yangtertarik.
68
PAKK - Pengaruh Pemerintah, Agama. Kebudayaan dan Kodrat PEMERINTAH
"Kenangan akan adanya kesadaran politik Rakyat pada masa sebelum Orde Bam menjadi model yang dirindukan."63
Dilihat dari tujuan dan kegiatan LSPPA, bisa dikatakan, bahwa tujuan organisasi ini tidak
disesuaikan dengan tujuan pemerintah.
Paling tidak LSPPA tidak menyesuaikan dengan
organisasi yang dibentuk Orde Bam untuk mengelola kegiatan dan kerangka pikiran organisasi perempuan di Indonesia, seperti Dharma Wanita dan PKK. Fokus LSPPA melawan organisasi
perempuan tersebut yang bertujuan untuk membentuk masyarakat yang berdasarkann jenis kelamin.
Cara pendekatan dan tujuan LSPPA lebih cenderung ditentang, bahkan dilarang pemerintah Orde Bam. Namun, sejak awal 'zaman reformasi', rakyat Indonesia sudah mulai merasa lebih bebas
dan berani menentang kebijakan pemerintah. Lusi, direktur LSPPA, menjelaskan bahwa sebelum 'reformasi' aparat cendemng sangat mencurigai pekerjaan dan kegiatan LSPPA. Pada zaman
Orde Bam sampai sekarang, LSPPA hams melewati cara informal karena tujuan programnya belum mungkin tercapai melewati jalur pemerintah. Waktu Orde Bam, kalau rakyat berani, pemerintah mencurigai. Oleh karena itu, demonstrasi ditindas Orde Bam. Seperti disebut di atas, aksi adalah salah satu cara LSPPA, dan kata Lusi, kalau LSPPA mengadakan aksi sebelum 'reformasi', merekadicuragai aparat.
63 http://www.lsppa.or.id 69
Mbak Lusi menemskan, bahwa pada satu kali, aparat begitu mencurigai tujuan LSPPA, sampai Intel datang ke rumah Mbak Lusi setiap hari selama satu minggu. Mereka menanyakan tentang 'sumber uang' dan 'siapa teman' LSPPA di dalam dan di luar negeri. Mereka menelpon ke kantomya dan menanyakan kegiatan. Keteriibatan Lusi dalam organisasi 'yang melawan
pemerintah ini' dilaporkan ke kepala desa. Bahkan, orang tua Mbak Lusi dikunjungi dan ditanya.
AGAMA
Pada awalnya, LSPPA juga menerima kritik tentang program umum, seperti berikut: ♦ LSPPA adalah agen Yahudi yangakanmerusak Islam. Oleh karena itu mereka bisa dibunuh -
'darahnyahalaF. ♦
Perempuan hams di sektor domestik, padahal, LSPPA mengatakan 'perempuan mempunyai hak yang sama'
Kata Mbak Lusi, 'kritik' ini mencapai puncak waktu diancam kantor LSPPA akan dibakar. Pekerja LSPPA dianggap menyerang Islam, walaupun kebanyakan pekerja beragama Islam.
Menumt Mbak Lusi, pada umumnya orang yang mengancam LSPPA mewakili orang
fundamentalis. Seperti dia sebutkan, ancaman ini terjadi kira-kira pada tahun 1993, waktu juah
lebih banyak perempuan mulai berjilbab. Perubahan ini juga dibahas Siti Ruhaini Dzuhayatin.64
"Di Indonesia gerakan ini65 cukup mencengangkan dan sekaligus meresahkan.
64 dalam DrIrwan Abdullah, ed, 1997:73
65 Disebut 'muncul dalam bentuk neo-donservatisisme yang berseifat 'politis' 70
Mencengangkan, karena dalam waktu relatifsingkat terjadi "lautan jilbab" di kampuskampus perguruan tinggi, yang sedikit sekali bersentuhan dengan ilmu-ilmu keislaman.
Meresahkan, karena fenomenajilbabisasi ini disertai dengan domestifikasi perempuan yang tidak proporsional".
Justru karena pengaruh agama begitu pentingdalam masalah yang dihadapi perempuan, agama difokuskan LSPPA pada tahun 1993-1994.
"Fokus tersebut (persoalan Perempuan dan Agama terutama muncul karena dalam setiap
kegiatannya, baik di kelompok masyarakat terdidik, maupun masyarakat dampingan selalu muncul pertanyaan ataupun penolakan gagasan kesetaraan laki-laki dan perempuan
berdasarkan pemahaman agama yang diyakininya."66
Kesadaran ini menyebabkan kajian kritis, yang selanjutnya menyebabkan penerbitan buku "Setara
di hadapan Allah" dan Dialog Publik dengan Rifat Hassan dan Ali Asghar Engineer, seorang perempuan dan seorang laki-laki feminis. Dalam buku "Setara di hadapan Allah" penerbitan kedua, ada komentar dari LSPPA berikut:
"Terutama komentar-komentar yang mengatakan bahwa buku ini telah membuka wawasan baru tentang perempuan dalam Islam yang lebih manusiawi. Sebuah pemahaman keislaman yang memberi ruang pembebasan dan keadilan bagi perempuan."67 Namun tidak semua komentar tentang buku tersebut bersitfat positif. Ada orang yang sangat marah tentang buku ini, yang diterjemahkan dari sumber luar negeri. Bahkan ada orang yang mengatakan LSPPA menghujat dengan penerbitan 'Setara di Hadapan Allah'.
LSPPA melihat bahwa isu agama lebih bisa ditangani LSM lain, yaiiu seperti P3M (Perhimpunan
66 http://www.lsppa.or.id 67 LSPPA, 1996:v 71
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat), yang mendapat dukungan dari masyarakat Islam yang jauh lebih luas.
Kebudayaan
"Gender yang terejawantah dalam bentuk relasi sosial yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan, diakui atau tidak, disebabkan oleh ams nilai budaya patriarkhi - sebuah
sistem nilai yang mengunggulkan posisi kaum laki-laki di atas kaum perempuan."68
'Unsur perlawanan' LSPPA terhadap kebudayaan yang ada, terlihat dari kritik yang dilemparkan terhadap LSPPA dari beberapa kelompok di masyarakat. Masyarakat umum, mahasiswa, maupun tokoh agama mengritik LSPPA untuk beberapa alasan, termasuk pendapat mereka bahwa LSPPA
hanya menim 'feminisme barat'. Mereka berpendapat bahwa ide seperti yang ada dalam program LSPPA tidak cocok dengan kebudayaan Indonesia. Menumt Lusi, kritik dan penolakan ini cendemng dari orang yang belum tahu dan mengerti tujuan dan cara programnya.
LSPPA
dianggap 'mengada-adakan, di mana sebenarnya tidak ada masalah', 'lawan laki-laki' dan 'nggak pakai BH'.
"
LSPPA mengulirkan penyebarluasan isu gerakan perempuan Indonesia. Pada tahun
1992 isu tersebut masih bisa dikatakan sangat bam, karena itubanyak sekali tanggapan muncul. Sebagian mereka menganggap isuyang digulirkan LSPPA mengada -ada, tidak terpijak pada realitas dan hanya meniru-niru gerakan feminis Barat".69 Menumt Lusi, banyak dari kesalah-pahaman tersebut berasal dari pengertian 'feminisme' yang
kelim.
Feminisme dianggap konsep dan gerakan barat yang anti laki-laki, yang menuntut
68 http://www.lsppa.or.id 69 http://www.lsppa.or.id 72
perempuan menguasai laki-laki, daripada gerakan yang menuntut hak-hak dan pilihan yang sama untuk laki-laki dan perempuan.
Lusi menceritakan pengalaman pribadi di hadapan pandangan seperti ini. Sebagai seorang yang dianggap 'feminis', banyak teman dan kenalan Lusi, termasuk orang dalam golongan LSM dan mahasiswa, heran dan sampai bersifat kecewa waktu dia memutuskan untuk menikah. Menumt
teman-teman ini, seorang feminis sudah menjadi lemah dan bukan feminis lagi kalau menikah.
Tetapi sperti dijelaskan Lusi, "Tapi feminis pun boleh menikah, juga boleh mau punya anak'. Menumt Lusi, bam empat sampai lima tahun sesudah LSPPA didirikan, pikiran seperti ini mulai berubah.
Kondisi ini mungkin berkaitan dengan kenyataan bahwa pada waktu itu, bam ada satu LSM lain
di Yogya yang memfokuskan kepada perempuan, yaitu Yasanti, yang menangani masalah buruh.
Jadi pikiran tentang 'memberdayakan perempuan' dan 'sosialisasi yang tidak bias gender* adalah
pikiran yang sangat bam untuk kebanyakan orang. Selain hanya mengkritisi keadaan, LSPPA juga menawarkan pilihan lain. Misalnya melalui seminar tentang berbagai tema, seperti KB dan
kekerasan negara terhadap perempuan, kesadaran mulai meningkat. Waktu program seminar LSPPA mulai, sampai 200 orang dari orang wanita, LSM, wartawan dan mahasiswa menhadiri.
Ada yang ikut karena 'pingin tahu' dan ada juga yang ikut karena menyerang. Menumt Lusi,
seminar ini berhasil 'buka mata' banyak orang tentang masalah yang dihadapi perempuan, yang seringkali tidak terlihat.
73
LSPPA sedang menerjemakan sebuah program "P5 - Participatory Program Promoting Pleasureable Parenting, yang diterjemahkan LSPPA sebagai 'Menjadi Orangtua menyenangkan'. Program tersebut diciptakan seorang Selandia Bam, Kate Birch. Program ini mendukung prinsip LSPPA, bahwa dasar-dasar kepribadian setiap orang bangun mulai masa kanak-kanak. "LSPPA
percaya bahwa kepribadian manusia masa depan harus dijaga kualitasnya sejak mereka masih
kecil." Program ini telah menyediakan banyak ide baru, yang menumt LSPPA, cocok dengan tujuan mereka. Walaupun demikian, ada beberapa hal yang kurang cocok diimplementasikan dan
disampaikan ke masyarakat karena kurang sesuai dengan budaya Jawa. Beberapa contoh yang disediakan dalam buku P5 tersebut, tidak beriaku di Jawa. Misalnya satu contoh tentang anak yang dianggap rewel, karena ingin makan kue manis sebelum makan malam. Kata satu pekerja,
"Itu bukan masalah di sini - makan malam pun bisa manis, kok". Namun, kata dia, yang akan menjadi masalah adalah kalau anak menuntut mengambil makanan sebelum yang lebih tua atau tamu. Dalam kebudayaan Indonesia, anak hams menunggu dulu.
Selain itu ada satu hal tentang bagaimana menangani masalah tentang bapak atau ibu tin. Mereka sadari bahw?. ini juga bukan masalah besar di Indonesia. Yang biasa terjadi adalah kesulitan
dengan pembantu atau nenek yang menjaga anak. Walaupun contoh-contoh tersebut mungkin
kelihatan faktor yang kurang penting, sebenarnya harus dianggap penting. Kalau contoh yang dipakai kelihatan 'asing', kemungkingan besar, usulan lain dalam programnya bisa dianggap asing juga.
Seperti dikatakan LSPPA, walaupun ide dalam program ini sangat beriaku, aplikasinya
hams disesuaikan dengan keadaan setempat.
70
http://www.lsppa.or.id
74
KODRAT
Terlihat dari tujuan dasar LSPPA, bisa dikatakan mereka mendukung, maupun menentang konsep kodrat. Tergantung melihat 'kodrat' dari pemahaman siapa. Kalau konsep kodrat yang 'murni', yaitu yang termasuk hanya menstruasi, melahirkan dan menyusui, justru konsep itu yang diperjuangkan LSPPA. Di sisi lain, program LSPPA menentang konsep kodrat yang diwarnai pengaruh luar. Dengan semboyan 'Bebaskan Tumbuh', LSPPA menentang gagasan bahwa perempuan 'dikodratkan' untuk tugas di dalam mmah tangga, melayani suami dan mengasuh anak dan laki-laki dikodratkan untuk memimpin dan mencari nafkah.
Jadi, pertanyaan apakah kodrat mempengaruhi pekerjaan LSPPA sangat cocok untuk program LSPPA. Pada semua tingkat program LSPPA yang menitikberatkan sosialisasi bebas bias gender, yang ditentangkan adalah konsep kodrat. Yaitu gender dan kodrat, karena seperti dibahas dalam
bab I, konsep ini berlawanan. Tujuan LSPPA untuk mewujudkan 'kebudayaan bam', supaya orang membiasakan diri atau dibiasakan untuk tidak membedakan orang menumt jenis kelamin,
berarti bahwa konsep kodrat harus bembah. Yaitu, LSPPA, melalui programnya bertujuan untuk mengubah sosialisasi anak-anak yang berdasarkan kosep kodrat yang kelim.
Tentu unsur kerangka kodrat seringkali terlihat pada waktu pelaksanaan program LSPPA dengan anak. Dalam masyarakat patriaki yang sekarang ada di Jawa, ada kekhawatiran tentang 'seandainya....'. Yaitu, ada orang yang menolak program LSPPA karena khawatir bahwa, kalau
75
anak dibesarkan tanpa sosialisasi yang bias gender, "laki-laki akan menjadi banci kalau masak
atau main dengan boneka".
Pengertian orang yang teriibat dalam program LSPPA kadang-
kadang 'menarik'. Di satu desa yang ada program pendampingan dari LSPPA ada kebiasaan bam bisadianggap baik,misalnya:
Dari bapak-bapak: "lho katanya perempuan hams berani bicara, ayo ngomong".
Tetapi, kata Mbak Lusi, dia pemah dengar pengertian masalah gender yang masih agak 'kacau'. Kata satu bapak:
"Saya sedang gender, Mbak"
Mbak Lusi:
"Sedangapa, Pak?"
Bapak:
"Saya sedang masak."
76
Bab VI
Pembahasan dan Kesimpulan Dari kasus-kasus LSM terlihat bahwa faktor-faktor PAKK tidak terisolasi, melainkan saling terkait. Semua faktor PSKK mempengaruhi masalah yang dihadapi perempuan dan juga faktor teresebut mempengaruhi LSM Selain itu, kerangka PAKK juga mempengaruhi cara pelaksanaan program-program LSM. Pada dasarnya, kerangka PAKK di Indonesia harus dirubah, supaya tujuan LSM unutk memberdayakan perempuan dapat tercapai.
Organisasi 'wanita' dari pemerintah, seperti PKK dan Dharma Wanita menciptakan Tcebudayaan bam', yang memerankan perempuan sebagai istri dan ibu yang baik yang harus melayani suami. Pengaruh organisasi paling jelas terlihat dari kasus-kasus Puskowanjati, maupun dari istilah-istilah
yang digunakan para anggota YPP untuk menjelaskan peranan dan kodrat perempuan. Yang * menjadi masalah adalah pola pikir perempuan, laki-laki, maupun anak-anak sudah dirubah dengan keadaan organisasi-organisasi pemerintah tersebut yang begitu luas dan wajib. Organisasi seperti tersebut hams dihapuskan, supaya sebuah masyarakat yang lebih adil dan rata dapat muncul.
Perbedaan dalam penafsiran agama, maupun pelaksanaan penafsiran berarti faktor agama sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Masalahnya, banyak orang menerima pelajaran agama, tanpa mempertanyakan sumbemya atau cara pelaksanaan yang penafsiran tersebut
memungkinkan. Unsur-unsur dari pengaruh agama juga teriibat dalam pengertian PAKK. Agama seringkali dianggap sebuah hal yang suci dan tidak boleh dipertanyakan. Akibatnya, ketidakakilan
77
yang dikandung penafsiran agama ditemskan. Hal ini paling jelas ditunjukkan di lokasi YPP di
Jember. Kata anggota kelompok, hampir semua orang di desa mengikut penafsiran yang menentukan peranan perempuan di rumah dan peranan laki-laki di luar rumah. Padalah mereka
sendiri mengakui kurang mengerti banyak hal dalam penafsiran tersebut. Apalagi, perempuan dituntut taat agama dan laki-laki dianggap bolehlebih bebas.
Seperti dilakukan YPP dan LSPPA, pikiran dan penafsiran yang menentang harus dikenalkan
kepada masyarakat. Mayarakat harus tahu, bahwa agama adalah sesuatu yang bertujuan untuk
kehidupan yang lebih adil dan kalau mereka kurang mengerti atau kurang menyetujui penafsiranpenafsiran agama, mereka berhak mempertanyakan.
Faktor kebudayaan dan kodrat juga terkait dengan faktor pemerintah dan agama. Pada dasarnya
kodrat adalah sesuatu yang di luar kebudayaan, yang 'dari sananya'. Namun, pada kenyataannya, konsep kodrat tersebut seringkali dicampur dengan unsur-unsur kebudayaan setempat. Ini terlihat
dari semua kasus-kasus. Unsur-unsur kebudayaan Jawa tradisionil yang menempati perempuan di
dapur, kasur, sumur dan laki-laki di luar rumah, dicampurkan dengan istilah kodrat. Sehingga sering terdengar bahwa kodrat perempuan adalah melayani suami, mengasuh anak, menyapu, mencuci dan memasak dan kodrat laki-laki adalah sebagai pemimpin keluarga dan pencari nafkah. Dengan semboyan 'Tumbuh Bebas', LSPPA bertujuan untuk mengubah konsep tersebut di masa kanak-kanak, sebelum kerangka PAKK terlalu mempengaruhi pola pikir anak-anak.
78
Kebijakan pemerintah Orde Bam paling tidak sangat mempengaruhi, kalau tidak menciptakan kerangka PAKK yang sekarang ada di Jawa. Selain itu, Orde Bamjuga menciptakan hukum bam
untuk mengontrol LSM-LSM yang bertujuan untuk mempertanyakan atua mengubah kerangka tersebut. Dengan demikian, bam dengan zaman reformasi LSM-LSM menjadi lebih bebas dengan programnya, maupun cara pelaksanaan program tersebut.
Namun kerangka PAKK yang
menciptakan masalah yang dihadapi perempuan akan makan waktu yang jauh lebih lama daripada
beberapa tahun 'zaman reformasi'. Pembahaan akan tergantung pemerintah bamini dan bekerjasama dengan LSM, yang mewakili gerakan untukmemberdayakan perempuan.
Namun seperti terlihat dari Puskowanjati, YPP dan LSPPA, tujuan dan pengertian 'memberdayakan perempuan' sangat mempengaruhi apakah kerangka PAKK ditentang. Apakah LSM yang ingin mengubaah ketidakadilan gender di masyarakat dan membantu perempuan bisa mendukung sebuah kerangka yang pada dasarnya merugikan perempuan?
Masalah yang dihadapi perempuan diakibatkan bermacam-macam pengaruh.
Masalah yang
.dihadapi sekaran di Jawa, mirip dengan masalah yang ditangani 'di barat', 20 sampai 50 tahun
yang lalu. Pengaruh dari Barat kelihatan dalam program banyak LSM di Indonesia. Sebenarnya hak-hak dasar adalah sama, hanya kerangka PAKK yang berbeda. Oleh karena itu, LSM-LSM
hanya bisa menagatasi masalah tersebut jika ditangani dari pendekatan holistik. LSM-LSM harus
memungkinkan pembahaan dari masyarakat melalui penciptaan suasana, kerangka bam. Sebuah
kerangka yang membangkitkan pikiran bam dan kritis, sambil mendukung perubaaan yang diperlukan.
LSM hams mempertanyakan kerangka pemerintah, Agama, Kebudayaan dan
79
Kodratyang ada, karena dengan kebijakan pemerintah yang belum bembah dengan 'zaman
reformasi', penafsiran-penafsiran agama, kebudayaan patriarki maupun kesalah-gunaan konsep kodrat, perempuan diperdayakan, daripada diberdayakan.
80
Lampiran-Lampiran
81
Lampiran A
KOPERASI SIT "SETIA BUDI WANITA"
TR
KPPK
SP
Kel.
RAT PPL
Pembina
A
Tanggung Renteng
«aris Koordinasi
Garis tanggung jawab
ssxsr1"Pedasans Kecii
Sinjpan Pinjam
Kelompok
Pembina Penyuluh Lapangan
«apat Anggota Tahunan
Adalah lembaga yang terkait
Anggota
$JL. TRUNOJOYO NOMOR 76 MALANG
RAT
SgffiCTrajRGANISASI KOPSRASQU "SETIA BUDI WANITA.. u*M
PENGAWAS
Pengurus Koperasi Karunia Wania, Bangil dengan pembina Puskowanjati
Lampiran B
By its nature, to fond its activities, collaboration, support
4. Publication ofresearch and development reports.
individuals;
3. Consultation to organization, institutions as well as
organization;
skills and capability through a better program and
2. Training to raise consciousness and awareness, improving
action research;
1. Research and development, that cover applied research and
perspective as follows:
There are 4 major activities of YPP, all with feminist
ACTIVITIES
are also important goals of YPP.
abetter standard of living. Enhancing the productivity of human resources, and that of natural resources for agricultural purpose
the society in general, and the rural villagers in particular, toward
YPP has its prime objective to provide recommendations as well as technical assistance to the Indonesian Government and
OBJECTIVES
would enhance its activities.
various institutions at a local national level, regional level and of course at international level, which share similar interests orthat
To build contact, YPP welcomes networking with
is necessarily sought from funding agencies.
women.
study the impact of the underwent development programs on
activities, credits, organization and legal literacy as well as to
including enhancing women's role through income generating
development by various activities according to the needs
its existence, a gender specific approach has been taken into account in all of its activities, with programs in the field of rural
the welfare ofthe unfortunates and the marginal population. Since
practitioners and field workers who have interests in improving
Organization, has been run by scientists interdisciplinary,
Officially established in 1986, YPP, a Non-Government
********************** ***********#**»***t^+>^#^^#
(THE RURAL DEVELOPMENT FOUNDATION)
(YPP)
YAYASAN PENGEMBANGAN PEDESAAN
APDC, the Asian an Pacific Development Center, in net
Government
II.
10.
Autonomous "Government
Perspective in Malang Regency (in co-operation with Malang
Education and Information/LP3ES), 1992-1993; Soil Conversation Farming System with a Women
(sponsored by Institute for Social and Economic Research,
Working Condition of Women Workers in Several Enterprises (sponsored by ILO), 199I - I992; Evaluation on Income Generating Activities of Women
sponsored by USAID), 1988-1992;
co-operation with Malang
!. Action Research on Selani Innovation Project ofthe Upland Agriculture and Conservation Project in Malang Regency (in
co-operation with Malang Autonomous sponsored by USAID), 1988-1992;
I Action Research on Selani Innovation Project ofthe Upland Agriculture and Conservation Project in Blitar Regency (in
3. Research on Women's Access to Agricultural Extension (sponsored bythe Ford Foundation), 1988-1991;
the Ford Foundation), 1988-1990;
>. Action Research on Developing Rural Women (sponsored by
Labor Organization, Asian and Pacific Reeional Office) 1989-1990; h
of Workers in Garment Industry (sponsored by International
4. Homebased Women Workers in Rural East Java : The Case
Women (sponsored by the Ford Foundation), 1988-1990;
3. Impact ofLand Use Reform on Fire-Wood Consumption by
Women for the New Era), 1988/189;
working with DAWN, the Development Alternatives with
21.
20.
19.
18.
Government,
sponsored
by USAID),
Agricultural Extension for Women Fanners (sponsored by the
International), 1995-1999;
Contract Workers as Domestic Helpers (sponsored by Plan
Reproductive Health Protection for Women Farmers (sponsored by the Ford Foundation). 1995-2000; Social Protection for the Overseas Indonesian Women
CURRENT RESEARCH AND DEVELOPMENT
approach (Collaborative work with Plan International, 1996
Community Program Planning in Pacitan and Ponorogo PRA
by Coffee Trade, England). 1987;
Impact of World Coffee Prices to Coffee Farmers (sponsored
collaboration withthe Ford Foundation)
Prevention in Malang (1995, sponsored by YLKI in
Educating Women in the Family welfare Movement on AIDS
1995-1996;
BAPPEDA Jatim/East Java Development Planning Board)
Women's Self Reliance : Soine Indicators from Experiences to Empower East Javanese Women's (sponsored by
(sponsored by PCI Project Australia) 1995-1997;
Planning Board and PCI Project Australia), 1994-1995; Pollution Control Implementation with Women Perspective
Baseline Study on Pollution Control Implementation Project (sponsored by BAPPEDA Jatim/East Java Development
Ford Foundation), 1993-1996;
Selani Dissemination Project (sponsored by BAPPEDA Jatim/East Java Development Planning Board), 1993;
Garment Industry of Rural East Java (sponsored by ILO) 1990-1995; h
workers in Indonesia : The Case of Women Workers in
Action Research on Social Protection for Women Home
Netherland Government), 1989-1992;
Arabia (in cooperation with the APDC, sponsored by the
Perspective in Blitar Regency (in co-operation with Blitar Autonomous Government, sponsored byUSAID), 1991/1992 International Migration of Indonesian Women to Saudi
Soil Conversation Farming System with a Women
1991/1992;
Autonomous
International), 1998-1999;
Undocumented International Migration of the Indonesian Women (sponsored by the Asia Foundation), 1998-1999; Clean Urban Project (in Collaboration with Care
The Ford Foundation), 1997-1999,
Women's Access to Agricultural Extension (sponsored by
17.
Areas with Special Attention to Women (sponsored by
Foundation), 1987- 1990
2. Impact of Devaluation Policies on the Poor in The Rural
15. 16.
Socio-economic Survival Strategies :
Women Headed Household :
14
12
A Case of Upland Village of Indonesia (in co-operation with Center Bureau of Statistics, Jakarta and Funded by the Ford
I
COMPLETED RESEARCH WORK
2. Conservation ofCritical Upland Agriculture
women's heterogenities.
1. Women in Development which covers various sectors and
Currently, YPP concentrates on the following priorities :
PROJECT PRIORITIES
TTT..i.>v.«-..>r. •
6. Globalization and Rural
Women's
livelihoods
Study
(sponsored by APDC), 1998-1999. 7. Support Homeworkers-Response to (sponsored by ILOGeneva), 1999-2002.
economic
Crisis
ORGANIZATION
Director Secretary
: Dr Hesti R. Wijaya : Ir. Yayuk Yuliati, MS
Treasurer
: Heru Santoso, M.Sc
Board Members : dr. Setyo Darmono Drs. Widada, MS Sections:
1. Gender in Development (Coordinator: Dr. HestiR. Wijaya) 2. Environment (Coordinator: Heru Santoso, M.Sc) Presently, YPP support by 14 Field Workers, 4 Administration Staffs, 3 Supporting Service Staffs, and 16 Graduates, Master Degree holders, and Ph.D. holders of multidicipline
YAYASAN PENGEMBANGAN PEDESAAN (YPP) THE RURAL DEVELOPMENT FOUNDATION
Jl. SimpangGajayana611 AB, Malang- 65144 Jawa Timur - Indonesia
Telp. 62-341-560995, Fax : 62-341-560995|
Strategi YPP
Strategi yang dilakukan dalam program aksi ini adalah: 1. Mengikut-sertakan petani perempuan dan keluarganya;
2. Menciptakan jaringan kerja (network) antara petani, LSM dan Pemerintah; 3. Mengimplementasikan isu strategis yang menjadi isu global, yaitu: a.
Keaneka-ragaman hayati;
b.
Pengetahuan dan teknologi lokal petani;
c.
Pengurungan ketergantungan petani pada faktor eksternal;
d.
Pertanian kerkelanjutan
1. Mempergunakan sebagai acuan: a.
Landasan ideologi (Pancasila)
b.
Landasan juridis (peraturan perundangan organik yangmendukung)
c.
Landasan operasional (GBHN dan Repelita)
d
Komitmen-komitmen / dokumen intemasional yang disepakati oleh PBB: CEDAW
Forward looking Strategy for the advancement ofWomen (Nairobi) Deklarasi Hak Azasi Manusia
Agenda 21
Platform ofaction for women in Development Beijing 1995l
1Laporan Tahun m YPP: 1999, 8
Kesehatan Reproduksi: Suatu Pendekatan Baru
50
KEPERCAYAAN YANG FAKTUAL DAN MITOS PENJELASAN
KEPERCAYAAN
/. Gadis dapat hamil sejak
FA KTA
Menstruasi berarti bah wa
organ reproduksi perempuan telah berfungsi. Tetapi itu tidak
menstruasi pertama
berarti bahwa keadaan fisik, sosial, dan mentalnya
telah siap untuk menghadapi kehamilan, walaupun dia dapat hamil. 2. Gadis dapat hamil sebelum mcngalami menstruasi
FA KTA
menstruasi ada kemungkinan bahwa seorang gadis dapat hamil sebelum mengalami menstruasi pertama
pertama.
Perempuan yang sedang men struasi dilarang berenang atau mandi di sungai
Karena indung telur mengeluarkan telur sebelum masa
MITOS
Tidak ada alasan bagi
perempuan yang sedang menstruasi untuk tidak melakukan aktivitas
karena hal itu akan meru-
normal, kecuali bila
gikan kesehatannya.
dia mengalami kram. Tetapi dia harus menjaga kebersihan secara khusus.
4. Perempuan yang sedang mens truasi dilarang bekerja di sawalt/ladang, karena dapat mempengaruhi hasil panenan.
MITOS
5.
MITOS
Menstruasi adalah kotor.
Hasil panenan tidak ada hubungannya dengan darah menstruasi.
Menstruasi merupakan siklus biologis. Uterus menyiapkan diri untukpertumbuhan janin. Bila kehamilan tidak terjadi lapisan
uterus bagian dalam akan lepas (luruh). menstruasi adalah peris tiwa alami, tidak kotor.
Melakukan hubungan seks pada waktu menstruasi
tidak mungkin hamil.
MITOS
Memang kecil kemungkinan perempuan hamil bila berhubungan seksual ketika menstruasi.
Tetapi tetap ada kemungkinan hamil, bila siklus menstruasinya
pendek dan hubungan seksual dilakukan pada akhir menstruasi.
Kesehatan Reproduksi : Suatu Pendekatan Baru
34
Gambar 9. Kemiripan fungsi organ bunga betina jagung dan organ repro duksi perempuan
'C4.».W.».C«.4.»
Kemiripan antara panenan pada tanaman dengan melahirkan pada manusia Tanaman Padi
1. Tanda tanaman padi siap panen
Manusia
1. Tanda menjelang melahirkan, al:
antara lain :
- Perut turun
- > 80% anakan menguning - Biji-bijian padi pada malai paling bawah sudah mengeras - Padi sudah menguning
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan
- Pinggang pegal - Pecahnya ketuban
- Tangkai kelihatan menunduk
2. Persiapan untuk panen : - Menyiapkan tempat panen (kering dan bersih) - Persiapan alat-alat: sabit, pe rontok, karung, dll. - Mencari/menentukan tenaga kerja dan angkutan
2. Persiapan yang diperlukan menje lang melahirkan : - Suami/Keluarga memberikan dukungan moril - Menentukan tempat melahir kan : dukun terlatih, RS, bidan, dll.
- Membersihkan reriimputan sebelum panen - Menyediakan tempat penyimpanan yang mcmadai. 3. Hal-hal yang dipcrtimbangkan : - Tidak melakukan panen saat hujan - Perhitungkan secara tepat umur tanaman (umur panen) - Ambil tindakan seccpatnya jika terjadi perubahan cuaca - Segera lakukan pengeringan gabah setelah panen
3. Hal-hal yang dipertimbangkan :
4. Proses pemanenan hasil: - Tahap menuai - Tahap pcngumpulan hasil di
4. Proses persalinan : - Tahap pembukaan - Tahap pengeluaran - Pemotongan tali pusar - Tahap ari-ari
lahan
- Tahap membawa hasil 5. Mcnghitung waktu panen : - + 30 setelah pembungaan
- Kebersihan
- Kemudahan menghubungi: dukun, dokter, bidan, RS, dll. - Kondisi/kesehatan ibu
5. Menghitung waktu persalinan : Rumus :
- Tanggal haid terakhir
+ 7
- Bulan - Tahun
- 3 + 1
Lagu-lagu remaja
diciptakan olehkelompok remaja dengan bantuan dari para ibu. Marilah man hal kawan
Semua remaja putri Berkumpul menuntut ilmu demi masa depankita. Meski kita kaum wanita \
*2
harus berani melangkah / Agar tidak di remehkan kedudukan kita semua
dupaya bisa sejajar dengan para kaum pria Meski kita kaum wanita
Berhak dapat perlindungan Meski kita kaum wanita
Berhak dapat perlmgungan. Agar harkat martabat kita
Semua dapat meningkat. Gender
Hai semua kelompok tani Marilah kita tinggalkan anggapan yang tidak benar tentang permasalahan gender Agar bisa mempersiapkan \ *2 rumah tangga yang bahagia / Semua kerjaan rumah tangga tanggung jawab bersama-sama Bukankah suatu kewajiban \ *2 yang harus dijulung tinggi / Saling Hormat menghormati sesama putra dan putri AIDS
Marilah semua peduli akan penyakit AIDS yang membahayakan. Dengarlan dengar derita mereka
yang t'lah mengidap Virus HIV Mereka punya hak dapat pelayanan kesehatan serta kerahasiaan
mencegah penyebarluasan HTV jadi tanggung jawab kita semua
karena mereka berhak mendapatkan informasi mengenai HTV Jangan takut pada penderita AIDS yang terpenting tahu cara penanggulangan
jangan dikucilkan jangan disingkirkan sirami hatinya untuk sisa hidupnya itulah kawan hak-hak mereka
dengarlah dengar dengan seksama. Merpati Putih
Merpati putih tak pernah ingkar janji Indah nian bulumu putih bersih Laksana awan putih di cakrawala menghiasi tubuh kecil yanglinah Terbang tinggi mencapai cita-cita yang mulia tak kenal lelahdan putus asa kau terjang rintangan yang menghadang kau usir kemalasan yang merugikann Bagimu waktu adalah sangat berharga Tak rela berlalu begitu saya Karena waktu yang telah berlalu
Tak mungkin dapat di kejar lagi Selamat Datang
Selamat datang kami ucapkan Para Bapak serta Ibu sekalian
Dari Yayasan Pengembangan Pedesaan kota Malang itulah dari asalnya Yang mengemban tugasnya Yang teramat mulia
dalam mengembangkan kesehatan reproduksi
Dari itulah kami dapat mengetahui
hak-hak kesehatanreproduksi Dari itulah kami
kelompok Merpati Putih Hanyalah dapat mengucapkanTerima Kasih Kepada Bapak serta ibu sekalian
Dari kantor YPP Malang
Jember Lokasi 2 - Peraturan kelompok Svarat Kelompok
1. Harus ada anggota 2. Harus ada kegiatan 3. Harus ada pengurus 4.
Harus ada dana
5.
Harus ada aturan
6. Harus ada musyawarat Tujuan Kelompok
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman 2. Meningkatkan kerukunan 3. Meningkatkan kwalitas wanita
4. Menggiatkan penggalian dana untuk kemajuan 5. Meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok 6. Mengupayakan wanita berkembang kemempuannya Jenis Kegiatan Kelompok Sumber Reieki II
1. Pertemuan rutin satu bulan dua kali
2. Simpan Pinjamtiap akhirbulan 3. Arisan dua kali tiap bulan 4.
Pertanian
5. Kesehatan Reproduksi 6. Usaha Dagan 7. Tabungan 8.
Dana Sehat
Aturan Kelompok Sumber Reieki II
1. Setiap anggota baru menambah dana Rp 500 2. Pergantian pengurus setiap diperlukan
3. Anggota harus hadir setiap ada pertemuan kecuali ada kepentingan 4. Setiap anggota harus mengikuti semua kegitatan yang ada dalam kelompok Struktur Kelompok Tani Sumber Reiek n Ketua I Ketua II
Sekretaris I SekretariH
Bendahara I Bendahara II Anggota
Aturan Simpan Piniam
1. 2. 3. 4.
Hanya anggota kelompok boleh pinjam Membayar kas 2% tiapbulanbagi peminjam Lama pinjamanempat bulan Apabila belum melunasi pinjaman, tidakboleh pinjam lagi
Aturan Arisan
1. Apabila mendapat arisan tidakdiberikan dan dilotre kembali, jika tidar hadir. 2. Membayar uang kas Rp500 bagi yang mendapat arisan. Aturan tabungan
1. Menabung setiap bulandua kali pada waktu pertemuan. 2. Jumlah tablingtidak dibatasi.
3. Bisadiambil sewaktu-waktu, bilaada kepentingan Aturan dana sehat
1. 2. 3. 4.
Setiap anggota membayar jimbitan RplOO setiap pertemuan. Memberikan bantuan pada keluarga anggota yang sakit antara lain: Bapak, Ibu, Anak Bagi yang sakitnya tidak terlau berat diberikan bantuan Rp 2500 Bagi yang sakit berat (Opname) diberi bantuan Rp 5000
5. Diberikan pada Anggota yang sakit maximal satu bulan sekali. Aturan Usaha Pagang
1. Hasil dan laba dari usaha dagang harus dilaporkan 2. Semua pekerjaan dilakukan bersama
3. Khusus bagian penjalan dan keuangan ada pembagian togas sendiri. 4. Pembagian hasil - untuk kas 20% - untuk pengembalian modal 20%
- untuk penjualan danbagiankeuangan 20% - untuk kelompok 40%
YPP - Peniwen
Satu Kelompok Tani Perempuan di Peniwen dengan pendampine YPP .Mbak Nina.
'
Kelompok Tani Perempuan di Peniwen main gamelan sambil menyanyi lagu tentang Kesehatan Reproduksi dalam bahasa Jawa.
Kampanye Publik di Peniwen
*».
.—m*jx.uam&*Tf?''&fK.
YPP - Bojonegoro
^
•?;^^"-i&pi:
,;.*---•
Kelompok Remaja di Bojonegoro dengan pendamping YPP, Mbak Wiji.
YPP - Jember
Ksswgregi
fllfIL EMILnfl
k6ndom(I
Ovlew
'.
Sefcudfi Telur <Jtfep»k
_ Jen :ndu;ia ^r[uc
JW^ '•; .::•-',,;
~
• ' : '•• rv ! . ill ^"^V^
Lampiran C
*"Vmm
e. Perpustakaan
Dipcrsiapkan sebagai pusat bacaan tentang perempuan dan pengasuhan anak, terbuka untuk umum setiap Senin - Jum'at. 09.00 - 16.00 WIB f. Homepage Bila anda suka berinternet, home page LSPPA menyediakan info terbaru
tentang kegiatan LSPPA, termasuk temuan-teniuan dari berbagai kegiatan LSPPA selama ini.
Personalia Direktur
Lusi Margiyani
Manajer Pelayanan Umum Koord. Progam Sosialisasi di Lingkungan Keluarga
Sutrisnowati
Sri Marpinjun
Koord. Progam Sosialisasi di Lingkungan Sekolah
Elga Andriana
Koord. Progam Sosialisasi di Lingkungan Media Massa Koord. Pendidikan Masyarakat
Aiissa Qotrunnada MR.
LSPPA (Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak) Jl.Mangun Negaran Kidul No.21,Yogyakarta 55131 Telp/Fax (62) 0274-374813 E-mail:
[email protected] Homepage: http://www.lsppa.or.id
•
LSPPA
•.-•"•
-
UMIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALAriQ PROGRAM AUSTRALIAN CONSORTIUM
FOR IN COUNTRY INDONESIAN STUDIES Jl. Raya Tlogomas KM. 8 Telp. (0341) 464318 - 21 Psw. 132 Malang 65144
SURAT
Nomor
Dengan di
ini
kami
: E.6.J/476/UMM/IX/1999
menerangkan bahwa mahasiswa Program ACICIS
Universitas Muhammadiyah Ma 1ang
N
a
m
JENNIFER
a
Austra 1 ia
No.
L1175025
Paspor
melaksanakan
program
mewawancarai
Jakarta
dan
"Program Pengalaman Lapangan",
tersebut
beberapa
Malang.
:
COTTER
Kebangsaan
Sedang melaksanakan
dan
KETERANGAN
yang
bersangkutan
masyarakat
Pengamatan
dan
di
akan
sekitar
Wawancara
hndava
Demikian,
masvarakat
mengamati Surabaya,
tersebut
rangka mempraktekkan Bahasa Indonesia dan mendalami sosial
selama
dalam
kehidupan
Indonesia.
surat keterangan
berhuhungan dengan mahasiswa
ini
dibuat
agar semua
pihak yang
tersebut memakluminya.
9 September 1999 ogram ACICIS,
Drs.
H.A.
Habib,
MA.
Daftar Pustaka
82
Daftar Pustaka
Buku
Abdullah, Dr Irwan(ed), (1997), Sanekan Paran Gender PustakaPelajar, Yogyakarta
Gunawan, Hadipranoto, Sugiyanto dan Santoso, (1997), Kesehatan Reproduksi: Suatu Pendekatan Baru (Sen Kesehatan Reproduksi dan Petani Perempuan Modul II) PT Danar Wijaya - Brawijaya University Press, Malang Hassan & Mernissi (Tim LSPPA ed.), (1996), Setara di Hadapan Allah Kurnia Kalam Semesta, Yogyakarta
Hasyim, Syafiq, (1999), Menakar 'Harga' Perempuan Penerbit Mizan, Bandung
Hemas, Gusti Kanjeng Ratu, (1992), Wanita Indonesia: Suatu Konsepsi dan Obsesi Liberty, Yogyakarta
Husein, Margiyani dan Ridjal, (1993), Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia PT Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta Ibrahim, Rustam, (1997), Agenda LSM Menvonesong Tahun 2000 CESDA - LP3ES
Ilyas, Drs H. Yunahar, (1997), Feminisme dalam Kaiian Tafsir Al-Our'an Klasik dan Kontemporer Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Mas'udi, Masdar, F. (1997), Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan: Dialog Fiqih Pemberdayaan
PenerbitMizan, Bandung
Munir, Lily Zakiyah, (1999), Memposisikan Kodrat Penerbit Mizan, Bandung
Salim, Hairus, ed. dan Tim Penelitian LSPPA, (1999), Menjadi Perempuan PustakaPelajar Offset, Yogyakarta
Sinaga, Kastorius, (1995), NGOs in Indonesia: A study ofthe Role ofNonGovernmental Organizations in the Development Process
Verlag fuer Entwicklungspolitik, Saarbrueken Tim YPP, (Oktober 1999), Laporan Tahun HI. Penyebarluasan Penyuluhan Pertanian
bagi Petani Perempuan berwawasan Kemitra-sejaiaran Lelaki-Perempuan Yayasan Pengembangan Pedesaaan
Wieringa, Saskia Eleonora, (1995), The Politicization ofGender Relationsin Indonesia: The Indonesian Women's Movement and Gerwani Until the New Order State
Universiteit van Amsterdam
Wieringa, Saskia, (1998), Kuntilanak Wangi: Organisasi-Organisasi Perempuan Indonesia Sesudah 1950
Kalyanamitra, Jakarta
Terbitan
Billah dan Nusantara, "Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia: Perkembangan r
dan Prospeknya" Prisma 17:00^ 1988
Billah dan Nusantara, "LSM Masa Kini" Prisma, 17:004,1988
Pumomo, Agus, "LSM:Apa dan bagaimana Kini?" Prisma 17:004,1988
Rumansara, Augustinus, "Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai Penggerak Potensi Ekonomi Rakyat" Peninjau, 1992
Yadar, Prof Jai Singh, "Pesan Falsafah Jawa untuk Wanita Indonesia" Kedaulatan Rakyat, April 1998 Swara, KOMPAS, no. 45,14 Oktober 1999
no. 54,18 Nopember 1999