Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997
ANALISA USAHA PENGGEMUKAN AYAM BURAS DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Erwanto Balai Penelitian Ternak Ciawi, P .O . Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Ayam buras merupakan ayam lokal yang banyak dipelihara oleh petani di pedesaan . Laju perkembangan ayam ini sangat lambat karena produktifitasnya sangat rendah dan manajemen pemeliharaan masih sangat sederhana . Mansyur dan Martodjo (1977) melaporkan bahwa berat badan ayam buras pada umur 10 minggu dengan sistem pemeliharaan terkurung dan pemberian pakan yang rasional akan mencapai 552,34 ± 41,44 gr, dan pada umur 20 minggu adalah sebesar 1441 ± 54,01 gr. Astuti dkk . (1978), melaporkan bahwa berat badan ayam buras yang dipelihara dengan pemberian pakan yang rasional dapat mencapai 713,45 gr pada umur 12 minggu . Kingston (1979) melaporkan bahwa berat badan ayam buras berumur 10 minggu sebesar 454 gr, dan pada umur 20 minggu sebesar 1027 gr . Ayam buras mempunyai berbagai keuntungan yaitu kestabilan harga yang tidak dapat dipengaruhi oleh pengusaha besar dan mempunyai keunggulan kualitas daging yang kenyal dan rendah kadar kolesterolnya . Ayam buras merupakan komoditi unggas yang paling aman untuk diusahakan karena hampir tidak terjadi fluktuasi harga . Seorang sumber grosir besar ayam buras di Jakarta mengatakan, bahwa untuk tahun 1997, pasokan ayam buras dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat kurang . Dengan sendirinya tidak terjadi penurunan harga ayam buras . Peluang pasar untuk ayam buras sangat cerah, namun sangat sulit bagi peternak di desa untuk merubah sistem pemeliharaan tradisional menjadi pemeliharaan semi intensif atau secara intensif, karena dibutuhkan modal yang besar serta ketergantungannya terhadap pabrik pakan ternak . Oleh sebab itu berbagai pihak yang terkait pada bidang peternakan mulai mengangkat ayam buras sebagai usaha yang dapat diandalkan . BAHAN DAN METODE Bahan Penggemukan ayam buras dengan skala 2 .000 ekor (jantan dan betina) melalui beberapa fase penelitian dengan sistem perkandangan yang berbeda dari minggu pertama ke minggu selanjutnya .
40
Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997
Sistem Perkandangan 1 . Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1 x 4 m sebanyak 3 buah dengan kapasitas 400 ekor/kandang . 2 . Umur 2-3 minggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1 x sebanyak 10 buah dengan kapasitas 200 ekor/kandang . 3 . Umur 3-4 minggu digunakan kandang triplek ukuran 1 x 4 m sebanyak 15 buah dengan kapasitas 133 ekor/kandang . 4 . Umur 4-5 minggu digunakan kandang bambu ukuran 1 x 8 m sebanyak 5 buah dengan kapasitas 400 ekor/kandang . 5 . Umur 5-12 minggu digunakan kandang ukuran 4 x 30 m dengan sistem kandang litter dengan kapasitas 2000 ekor/kandang . Susunan Pakan Umur 0-2 minggu menggunakan makanan starter broiler umur 3-5 minggu makanan finisher broiler, sedangkan umur 6-12 minggu menggunakan makanan dedak 50% dan makanan finisher broiler 50% . Obat-obatan Untuk keberhasilan usaha ini dilakukan vaksinasi sebanyak 3 kali, yaitu vaksinasi B1 pada minggu pertama, vaksinasi gumboro pada minggu kedua dan vaksinasi lasota pada minggu ketiga, dengan cara pemberian tetes mata clan- juga pemberian anti stress dan antibiotik . METODE Untuk mengetahui rugi laba peternak digunakan analisa rugi laba dan perhitungan BEP (Break Even Point) . Dalam analisa ini digunakan rumus BEP menurut Riyanto (1982) yaitu
BEP =
BL + BT Hj
Keterangan BL = Biaya tak terduga BT = Biaya Tetap Hj = Harga Jual
41
Lokakarya Fungsional Non Penei ti 1997
Analisa Usaha Biaya Tetap Penyusutan Jenis Barang
Umur Ekonomi
Harga (Rp000)
Lama penyusutan/angkatan 1 mg
2 mg
2 bl
Total
3 bl 100000
2000
5 th
- Umur 0-2 mg
500
5 th
- umur 2-3 mg
1000
5 th
4166
4166
- Umur 3-4 mg
1500
5 th
6250
6250
- Umur 4-5 mg
1000
5 th
4166
4166
- Umur 5 -12 mg
5000
5 th
500
5 th
25000
25000
1350
5 th
67500
67500
1 . Sewa Lahan 2 . Kandang
3 .Tempat Pakan+Minum 4.Listrik+ Pompa Air Total
11000000
4166
4166
166667
166667
377915
Analisa Usaha DOC 2000 ekor a Rp. 1000,Pakan 0-2 mg : 8 gr x 7 2000 x 1010 2-5 mg 45 gr x 7 x 2000 x 970 5-12 mg : 2964 gr x 7 x 2000 x 685 Vitamin : 8 x 9800 Antibiotika : 2 x 70 .000 Vaksinasi gumboro 2 x 26 .000 Vaksin B1 + Lasota 4 x 8 .000 Sekam 40 karung a Rp . 350,Kapurtahar Formalin Listrik Lampu Alat-alat penunjang Tenaga kerja Total
42
2 .000 .000,113 .120,611 .100,4 .060 .680,78 .400,140 .000,52 .000,32 .000,14 .000,5 .000,12 .000,55 .200,66 .000,10 .000,300 .000,7 .549 .500,-
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997
Produksi Kematian 5% = 0,05 x 2 .000 = 100 ekor Penjualan ayam : 1900 ekor a Rp . 5 .500,-
10 .450 .000 ;
Pupuk kandang : 45 karung a Rp. 1 .000,-
45 .000,10 .495 .000,-
Total
7549 + 3773 .915 1 .441,5
BEP = 5500
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pemeliharaan ayam sebanyak 2000 ekor, hasil akhir yang didapatkan sampai panen adalah 1900 ekor, karena adanya kematian diperkirakan sebesar 5% dari jumlah awal . Rata-rata pakan yang dikonsumsi adalah 3,33 kg/ekor, dengan variasi konsumsi yang berlainan . Karena ayam buras tidak mempunyai keseragaman jenis, sehingga tingkat konsumsinya mempengaruhi umur panen dengan kisaran antara umur 2,5 bulan sampai 3 bulan dengan berat antara 780 gr sampai 800 gr sesuai dengan standar pasar untuk rumah makan . Dalam krisis ekonomi saat ini harga pakan pada bulan OktoberNopember 1997 naik sampai 3 kali . Tetapi bila dilihat dari analisa usaha tersebut, usaha ayam buras masih layak dilakukan . Karena harga ayam tersebut terus mengikuti kenaikan sesuai dengan harga pakan . ANALISA BEP Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan peternak ayam buras yaitu menekan kematian dan pemanfaatan makanan seefisien mungkin . Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penggemukan yang hanya mampu menutupi biaya digunakan analisa BEP (Riyanto, 1982) . Alwi (1980) . mengemukakan bahwa BEP adalah suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian . Hasil analisa titik impas didapatkan BEP sebesar 1 .441,3 ekor/peride . Hasil ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keuntungan, petani harus mampu menghasilkan lebih banyak dari 1441,3 ekor/periode .
43
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997
KESIMPULAN Rata-rata hasil per ekor penggemukan selama 2,5 bulan sampai 3 bulan menghasilkan pakan sebanyak 3,33 kg dan mendapatkan keuntungan bersih rata-rata Rp 1 .328,-/ekor . Hasil analisa BEP dalam penggemukan 2000 ekor untuk mencapai titik impas harus mencapai keberhasilan 1 .441,3 ekor/periode. DAFTAR BACAAN Alwi, S . 1980 . Alat-alat analisa perbelanjaan Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia . Yogyakarta . Astuti, M ., Mulyadi dan J .S . Purba . 1978 . Pengukuran parameter genetik ayam kampung . Fak . Universitas Gadjah Mada . Yogyakarta . Kingston, D .J . 1979 . The Role of the scavenging chicken in Indonesia . Proc. Second Poultry Science and Industry Seminar . Centre for Animal Research and Development, Bogor, Indonesia . Mansyoer, S .S dan H . Martoyo . 1977 . Produktivitas ayam kampung dan ayam persilangan F1 (Native X .RIR) pada pemeliharaan dalam kandang . Seminar Pertama Tentang Ilmu dan Industri Perunggasan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak, Bogor, Indonesia . Riyanto, B . 1982 . Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan . Yayasan Penerbit Gadjah Mada . Yogyakarta .
44