PENGARUH UMUR PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA PASAR PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Bagus Permana Putra 125020400111013
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul : PENGARUH UMUR PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA PASAR PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang disusun oleh : Nama
:
Bagus Permana Putra
NIM
:
125020400111013
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 11 Februari 2016
Malang, 11 Februari 2016 Dosen Pembimbing,
Tyas Danarti Harcaryani, SE., ME. NIP. 19750514 199903 2 001
PENGARUH UMUR PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA PASAR PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA Bagus Permana Putra Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email:
[email protected] ABSTRAK Pada era globalisasi ini, persaingan usaha menjadi semakin ketat, semua perusahaan saling bersaing untuk dapat mempertahankan keberadaan perusahaannya, dengan melakukan initial public offering di pasar modal diharapkan perusahaan bisa memenuhi dana yang harus diperoleh untuk melakukan ekspansi perusahaan. Pada saat initial public offering IPO di pasar modal harga yang ditawarkan pada saat penawaran umum saham perdana berdasarkan kesepakatan antara perusahaan ( emiten ) dengan underwriter, dan pada saat penetapan harga saham itu juga sering terjadi underpricing, yaitu keadaan dimana harga saham pada waktu penawaran perdana relatif lebih rendah dibanding pada saat diperdagangkan di pasar sekunder. Pada penelitian kali ini menggunakan sampel yang terdiri dari perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai 2015 dan mengalami underpricing yang terdiri dari 84 perusahaan, dengan variabel independent adalah tingkat underpricing dan variabel dependent adalah umur, ukuran, profitabilitas, financial leverage. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent baik secara parsial maupun secara simultan. Pada hasil pengujian korelasi parsial didapatkan hasil bahwa variabel independent (ukuran dan profitabilitas) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent ( tingkat underpricing ) dan pada pengujian korelasi simultan didapatkan hasil bahwa variabel independet berpengaruh secara bersama – sama ( simultan ) terhadap variabel dependent.. Kata kunci: Initial Public Offering, Penawaran Umum, Underpricing, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage A. PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini, persaingan usaha menjadi semakin ketat, semua perusahaan saling bersaing untuk dapat mempertahankan keberadaan perusahaannya, Salah satunya adalah dengan cara melalukan ekspansi perusahaan, yang dimana untuk melakukan ekspansi perusahaan pasti membutuhkan dana yang cukup besar dan salah satu alternatif untuk mendapatkan dana selain menerbitkan obligasi adalah melakukan initial public offering di pasar modal, dengan melakukan initial public offering di pasar modal diharapkan perusahaan bisa memenuhi dana yang harus diperoleh untuk melakukan ekspansi perusahaan. Pada saat initial public offering di pasar modal harga yang ditawarkan pada saat penawaran umum saham perdana berdasarkan kesepakatan antara perusahaan ( emiten ) dengan underwriter sedangkan pada saat dipasar sekunder berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran saham oleh para investor atau dengan kata lain menganut mekanisme pasar dan pada saat penentuan harga ini juga berakibat pada resiko yang nantinya akan diterima oleh perusahaan dan underwriter. perusahaan menginginkan penawaran harga saham di pasar perdana yang lebih tinggi, sedangkan underwriter sebagai penjamin emisi lebih suka menetapkan harga yang lebih rendah dari hasil estimasinya, hal ini untuk berjaga – jaga melemahnya harga setelah di pasar perdana dan untuk memberikan insentif kepada para pembeli, menghindari banyak saham yang tidak laku terjual dan untuk menjaga reputasi underwriter tersebut ( Sitompul, 1996 ). Sehingga underwriter lebih sering meminta penawaran harga saham di pasar perdana dibuat lebih rendah, bahkan cenderung underpricing.
Tabel 1 : Data Sebagian Perusahaan Yang Mengalami Underpricing Saat Tahun 2011 – 2015 Tahu n 20 15 20 14 20 13
20 12
20 11
IPO
Pada
Emiten
harga perdana
harga di pasar sekunder
underpicing rasio
Bank Yudha Bhakti Tbk
115
195
0,70
Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
17000
24000
0,41
Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk
470
520
0,11
Link Net Tbk
1600
2400
0,50
PT. Bank Mintraniaga Tbk.
180
305
0,69
PT. Bank Maspion Indonesia Tbk.
320
325
0,02
Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
430
440
0,02
Inti Bangun Sejahtera Tbk
1000
1398
0,40
Mitrabahtera Segara Sejati Tbk
1600
1780
0,11
Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk
120
163
0,36
Sumber : Data Yang Diolah, 2015 Pada tabel 1 menjelaskan bahwa perusahaan yang melakukan Initial Public Offering ( IPO ) pada tahun 2011 – 2015 mengalami underpricing, dapat dilihat dimana harga saham perdana lebih rendah dari pada harga sekunder, itulah yang dimaksud dengan underpricing. Dengan adanya perbedaan informasi ( asymetry informasi ) inilah yang menyebabkan terjadinya underpricing pada saat penawaran umum saham perdana. Handayani dan Shaferi, (2011) menyatakan “underpricing adalah keadaan dimana harga saham pada waktu penawaran perdana relatif lebih rendah dibanding pada saat diperdagangkan di pasar sekunder” yang ini menyebabkan perusahaan tidak bisa mendapatkan dana yang cukup besar Retnowati ( 2013 ) yang meneliti tentang penyebab underpricing dengan variabel independent antara lain debt to equity ratio, return on asset, earning per share, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan prosentase penawaran saham yang hasilnya hanya variabel ukuran perusahaan dan prosentase penawaran saham yang berpengaruh signifikan. Sedangkan pada penelitian Purwanto dkk ( 2014 ) meneliti tentang penyebab underpricing ( initial return ) dengan variabel independent Reputasi underwriter, Reputasi auditor, Ukuran perusahaan, Financial leverage, Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) yang hasilnya hanya variabel Reputasi underwrite ryang berpengaruh signifikan. Kristiantari ( 2013 ) dengan data tahun 1997 sampai 2010, menyimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) dan financial leverage (DER) tidak mampu menjelaskan variabilitas initial abnormal return dan dan yang berpengaruh hanya reputasi underwriter, ukuran perusahaan dan tujuan penggunaan dana, Yang ini bertentangan dengan hasil penelitian Prastica ( 2012 ) dengan data perusahaan IPO tahun 2007 sampai 2010, menyimpulkan bahwa variabel bebas reputasi underwriter, reputasi auditor dan ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat underpricing saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan variabel bebas ROA mempunyai pengaruh terhadap tingkat underpricing saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu mengenai variabel – variabel yang mempengaruhi underpricing masih menghasilkan temuan yang berbeda-beda dan hasil penelitian yang tidak konsisten, sehingga penulis berkeinginan untuk meneliti kembali untuk memperoleh bukti empiris yang dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dengan variabel yang mempengaruhi terdiri dari data keuangan dan Non – Keuangan perusahaan. Data Keuangan terdiri dari Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan dan financial leverage
sedangkan data non – keuangan terdiri dari umur perusahaan. Dengan rumusan masalah sebagai apakah umur Perusahaan, ukuran Perusahaan, profitabilitas dan financial leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham pada pasar perdana di bursa efek indonesia ? dan dengan Tujuan Untuk menganalisis pengaruh umur perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage perusahaan terhadap tingkat underpricing saham pada pasar perdana di bursa efek indonesia B. KAJIAN PUSTAKA Adapun kajian pustaka yang mendukung dalam penelitian ini antara lain: Initial Public Offering Sebagai Sarana Mendapatkan Dana Semakin berkembangnya kegiatan pengembangan perusahaan di tingkat global yang tentunya membutuhkan dana yang sangat besar, maka perusahaan – perusahaan semakin giat mencari sumber – sumber yang dapat menyediakan dana dalam jumlah yang besar, untuk itu pandangan para pemilik perusahaan diarahkan ke pasar modal, dengan pasar modal diharapkan perusahaan dapat memenuhi sumber pendanaan perusahaan Dalam memenuhi kebutuhan dana tersebut perusahaan bisa menggunakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, baik alternatif yang berasal dari dalam perusahaan seperti penggunakaan laba ditahan, ataupun bisa menggunakan alternatif dari luar perusahaan seperti, mencari hutang, menerbitkan obligasi maupun penyertaan saham, ( go public ) ( Darmaji dan Fakhruddin, 2011). Yang dimaksud dengan penawaran umum adalah mencari pihak lain yang ingin ikut menanamkan modalnya kepada perusahaan, hal ini dilakukan dengan menjual sebagian kepemilikan perusahaan, penjualan kepemilikan tersebut dengan penjualan dari saham perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas yang dalam hal ini di sebut investor dan proses ini dikenal sebagai penawaran umum, dan penjualan saham oleh perusahaan yang dilakukan untuk pertama kali inilah perusahaan akan menerima uang tunai Kemungkinan Terjadinya Underpricing Fenomena underpricing pada saat penawaran umum terjadi karena adanya perbedaan informasi ( asymmetry informasi )dan kepentingan yang dimiliki antara pihak underwriter dengan pihak emiten maupun pihak investordi pasar perdana. Handayani dan Shaferi, (2011) menyatakan “underpricing adalah keadaan dimana harga saham pada waktu penawaran perdana relatif lebih rendah dibanding pada saat diperdagangkan di pasar sekunder” yang ini menyebabkan perusahaan tidak bisa mendapatkan dana yang cukup besar. Pada pihak perusahaan menginginkan penawaran harga saham di pasar perdana yang lebih tinggi dikarenakan menginginkan untuk mendapatkan dana yang lebih besar, pihak investor yang menginginkan harga saham saat penawaran umum saham perdana dengan harga lebih rendah agar dapat memperoleh initial return pada di pasar sekunder,sedangkan underwriter sebagai penjamin emisi lebih suka menetapkan harga yang lebih rendah dari hasil estimasinya, hal ini untuk berjaga – jaga melemahnya harga setelah di pasar perdana dan untuk memberikan insentif kepada para pembeli ( investor ), menghindari banyak saham yang tidak laku terjual dan untuk menjaga reputasi underwriter tersebut, sehingga akibatnya pada saat IPO lebih sering terjadi underpricing daripada overpricing Teori Yang Menjelaskan Underpricing Dalam penjelasan tentang underpricing, ada teori yang menjelaskan alasan terjadinya underpricing, teori – teori tersebut antara lain : Asymmetry Information Theory Asymmetry Information terjadi ketika ada ketidaksepahaman informasi yang dimiliki antara pihak manejemen perusahaan dengan pihak luar manajemen perusahaan ( shareholder dan stakeholder ), maka dari itu pihak manajemen perusahaan yang merasa memiliki informasi akan keadaan perusahaan dibandingkan pihak luar manajemen, berkewajiban untuk memberikan informasi kepada pihak luar tersebut, yang dimana informasi tersebut yang bisa berupa penerbitan laporan keuangan ( Retnowati, 2013)
1.
Asimetri informasi antara emiten dengan Underwriter Asimetri informasi antara emiten dengan underwriter ini terjadi ketika pihak underwiter lebih memiliki informasi tentang pasar modal dan kondisi pasar modal serta prospek penawaran umum daripada pihak perusahaan yang melakukan IPO ( emiten ) yang kurang mengerti tentang pasar modal, sehingga pihak underwriter cenderung akan menggunakan infomasi yang dimilikinya untuk membuat kesepakatan harga yang optimal dengan emiten, yaitu dengan mengurangi resiko yang ditanggung oleh underwriter dengan menetapkan harga lebih rendah ( underpricing ) ( Baron, 1982 dalam Kristiantari, 2013 ) 2. Asimetri informasi antara Informed dengan Uninformed Investor Kesenjangan informasi terjadi ketika investor yang memiliki tidak memiliki informasi ( uninformed investor ) akan perusahaan membeli saham secara acak, baik untuk saham yang menguntungkan atau tidak, underpricing atau overpricing, sedangkan bagi investor yang memiliki informasi ( informed -investor ) hanya akan membeli saham yang menguntungkan bahkan cenderung memilih saham yang underpricing. Sehingga akibatnya investor yang tidak memiliki informasi ( uninformed investor ) akhirnya akan meninggalkan pasar dikarenakan telah mengalami kerugian, sehingga agar semua investor dapat berpartisipasi di pasar perdana dan untuk mengurangi kerugian akan pembelian saham yang overpricing, harga saham pada akhirnya akan dibuat lebih rendah (underpricing) ( Rock, 1986) Signalling Theory Signalling theory menjelaskan pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap pihak yang membutuhkan ( pihak luar ), informasi ini sangat penting dikarenakan dengan informasi tersebut, pihak – pihak yang berkepentingan bisa mengetahui akan keadaan ataupun informasi perusahaan Ketika perusahaan memiliki informasi atas proyek atau investasi yang bagus di masa mendatang, maka ini nantinya akan menarik para investor, dan diterjemahkan pula oleh investor sebagai sinyal yang baik ( good news ), sehingga pada saat penawaran umum, perusahaan ini akan melakukan penetapan harga saham perdana yang underpricing dan menjual hanya sebagian kecil sahamnya. Yang dimana diharapkan ketika harga saham sekunder naik dan mulai terbentuk, maka perusahaan ini akan melakukan penawaran umum untuk kedua kalinnya, dengan harapan untuk mendapatkan penawaran saham, dengan harga yang lebih baik( Martani, 2003 ) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada bagian ini akan di jelaskan mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi underpricing : Umur Perusahaan Umur perusahaan menandakan telah lamanya perusahaan tersebut berdiri, dengan semakin tua umur perusahaan maka akan banyak orang yang semakin mengenal akan perusahaan tersebut, sehingga adanya informasi yang beredar di masyarakat juga semakin banyak, jadi dengan banyaknya informasi yang beredar di masyarakat maka diharapkan adanya Asymetric Information yang sering terjadi di pasar perdana tidak terjadi. Dengan umur perusahaan yang semakin tua juga mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut telah dikelola dengan baik, memiliki kinerja yang baik, sehingga mampu mempertahankan perusahaan dari pertama kali berdiri sampai hingga sekarang, sehingga dengan semakin tuanya umur perusahaan maka fenomena underpricing pada saat penawaran umum diharapkan dihindari Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan bisa menjadikan ukuran besarnya perusahaan, dengan semakin besar perusahaan di harapkan semakin banyak masyarakat atau investor yang mengenal akan perusahaan tersebut, dan dengan samakin besar perusahaan maka informasi yang beredar di masyarakat juga semakin banyak dikarenakan perusanaan yang memiliki ukuran yang besar lebih mudah di cari akan informasi perusahaan tersebut dari pada perusahaan dengan ukuran perusahaan yang kecil. maka diharapkan adanya Asymetric Information yang sering terjadi di pasar perdana tidak terjadi Dengan semakin besar ukuran perusahaan menandakan bahwa manajemen yang mengelolaan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik, dengan tanda bahwa ukuran perusahaan ( jumlah aset ) semakin bertambah. Dan dengan semakin besarnya ukuran perusahaan ketidakpastiaan yang nantinya dihadapi juga semakin rendah dikarenakan, perusahaan yang berskala besar lebih
cenderung tidak dipengaruhi oleh kondisi pasar tetapi lebih mempengaruhi kondisi pasar ( Retnowati, 2013 ) dan perusahaan dengan ukuran besar memiliki resiko semakin kecil yang ini berbeda dengan perusahaan yang berukuran kecil, sehingga fenomena underpricing pada saat penawaran umum diharapkan dihindari. Profitabilitas Perusahaan Profitabilitas perusahaan merupakan suatu keuntungan atau return yang didapatkan oleh perusahaan selama waktu tertentu, jadi dengan tingkat profitabilitas perusahaan yang semakin besar mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut telah dikelola dengan baik, sehingga dapat menghasilkan profitabilitas yang besar pula yang akhirnya resiko yang dihadapi oleh perusahaan juga semakin kecil. Dan dengan tingkat profitabilitas perusahaan yang besar, maka para investor memiliki pemikiran bahwa masa depan akan perusahaan tersebut bagus, dikarenakan ketidakpastian perusahaan di masa depan tersebut semakin kecil, maka ini akan menjadi signal bagi investor bahwa perusahaan tersebut layak untuk dijadikan tempat untuk menginvestasikan dananya. Sehingga adanya fenomena underpricing pada saat penawaran umum tidak terjad i. Dalam penelitian ini variabel profitabilitas perusahaan diwakili oleh return on equity dan return on asset. Financial Leverage Financial leverage menunjukan pada hutang yang dimiliki oleh perusahaan, ketika hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar maka perusahaan akan memiliki kewajiban membayar hutang yang besar pula, jadi dengan tingginya tingkat financial leverage maka risiko atas perusahaan tersebut tinggi. Dikarenakan semakin tinggi tingkat financial leverage maka resiko keuangan atau resiko kegagalan suatu perusahaan juga semakin tinggi, sehingga pada akhirnya investor akan mempertimbangkan kembali jika perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi (Retnowati, 2013) Sehingga pada akhirnya investor pada enggan untuk menginvestasikan dananya untuk saham perusahaan tersebut dikarenakan ketidakpastian masa depan akan perusahaan tersebut besar, sehingga ini akan menjadikan signal bagi investor bahwa perusahaan tersebut beresiko tinggi untuk dijadikan tempat untuk menginvestasinya dananya, sehingga pada saat IPO saham perdana, penentuan harga saham perusahaan lebih susah, yang akhirnya harga saham perdana akan dibuat underpricing. Di dalam penelitian ini variabel financial leverage diwakili oleh debt to equity ratio. Kerangka Pemikiran Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Variabel independent Umur Perusahaan
Ukuran Perusahaan
H1
H2
Variabel dependent Tingkat Underpricing
Profitabilitas Perusahaan
H3
H4 Financial Leverage
Sumber : Ilustrasi Peneliti, 2015 Hipotesis H1 : Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat undepricing H2
: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat undepricing
H3 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing H4
: Financial leverage berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dengan mengambil sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan yang melakukan initial public offering dari bursa efek Indonesia pada tahun 2011 sampai 2015 yang terdiri dari 84 perusahaan yang mengalami underpricing. Tingkat Underpricing Underpricing adalah keadaan dimana harga saham pada waktu penawaran perdana relatif lebih rendah dibanding pada saat diperdagangkan di pasar sekunderRumus underpricing :
Umur perusahaan Umur perusahaan menunjukkan berapa lama perusahaan, umur perusahaan dihitung berdasarkan lamanya beroperasi, dengan sejak pertama kali akte perusahaan dibuat ( established date ) sampai perusahan tersebut melakukan penawaran umum dan dihitung dengan skala tahunan. Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menghitung besarnya jumlah asset perusahaan pada periode terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan penawaran umum saham perdana Profitabilitas perusahaan Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pengembalian pada periode tersebut, dalam penelitian ini variabel profitabilitas perusahaan diwakili oleh return on equity dan Return On Asset.
Financial Leverage Pada penelitian ini variabel financial leverage diwakili oleh debt to equity ratio. yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. Dan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang ( wira, 2014 ).
Uji Asumsi Klasik Asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi oleh analisis regresi linier berganda, dan ada beberapa asumsi – asumsi yang yang harus di uji, antara lain : Uji Normalitas Uji normalitas merupakan salah satu bagian dari uji asumsi klasik, uji normalitas sendiri bertujuan untuk mengetahui apakah residual dari data penelitian yang akan kita lakukan berdistribusi normal atau tidak. Jika hasil plot – plot atau titik – titik menyebar mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal Gambar 2 : Grafik Normal Probability Plot ( P-P plot )
dapat dilihat bahwa nilai residual atau titik- titik berada mendekati atau tidak jauh dari garis diagonal, sehingga data berdistribusi normal Uji Autokorelasi Pada uji autokorelasi bertujuan untuk melihat korelasi di antara faktor gangguan antara variabel periode t dengan periode sebelumnya t-1, pada pengujian autokorelasi bisa dilihat dari nilai Durbin – Watson ( DW ) Tabel 2 : Tabel Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary Model 1
R ,432
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson a
,186
,133
,223389
1,686
a. Predictors: (Constant), der, ukuran, roe, umur, roa b. Dependent Variable: underpicing
Pada hasil pengujian diperoleh nilai Durbin – Watson sebesar 1,686, yang kemudian kita dihitung Kriteria pengujian autokorelasi, yang dimana hasilnya tidak ada kesimpulan dikarenakan nilai DW lebih besar dari DL ( 1,51 ) dan lebih kecil dari DU ( 1,77 ).
Uji Heterokedastisitas Pada uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah faktor pengganggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamaan yang lain atau tidak. Uji heterokedastisitas pada kali ini menggunakan uji glejser , jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
Gambar 3 : Tabel Coefficients
Model 1
t (Constant)
Sig.
3.234
.002
.057
.954
Ukuran
-.293
.770
Roa
1.769
.081
Roe
-.624
.535
Der .077 Dependent Variable: RES2
.939
Umur
Sumber : Output SPSS pada tabel pengujian heterokedastisitas dapat dilihat bahwa nilai signifikannya semua variabel melebihi 0,05 yang artinya dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas Uji Multikolinearitas Pada uji multikolinearitas bertujuan untuk menunjukkan adanya derajat kolinearitas yang tinggi diantara variabel – variabel bebas atau dengan kata lain untuk melihat kolerasi antar variabel bebas atau tidak. Pengujian bisa dilihat pada hasil varience – inflating factor (VIF ) jika melebihi 10 maka dikatakan terjadi multikolinearitas Tabel 4 : Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Variabel
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
Umur
,959
1,043
Ukuran
,953
1,050
Roa
,278
3,603
Roe
,289
3,456
Der
,901
1,110
Sumber : Output SPSS Pada hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat bahwa hasil VIF setiap variabel semuanya tidak ada yang lebih dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas Uji Korelasi Parsial ( Uji t )
Pengujian ini adalah suatu prosedur dimana hasil sampel digunakan untuk menguji benar atau tidaknya suatu hipotesis nol, cara menguji signifikasi dilihat dari nilai t, apabila nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel maka Ha diterima, demikian pula sebaliknya. dan bisa dilihat dari nilai signikannya, apabila lebih kecil dari 5% maka variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.
Tabel 5 : Tabel Hasil Uji Korelasi Parsial ( Uji t ) Coefficientsa Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) 1,618 ,429 3,775 ,000 umur ,025 ,033 ,079 ,752 ,454 ,959 1,043 ukuran -,047 ,015 -,326 -3,091 ,003 ,953 1,050 roa ,088 ,035 ,490 2,514 ,014 ,278 3,603 roe -,089 ,034 -,501 -2,621 ,011 ,289 3,456 der ,003 ,018 ,021 ,189 ,850 ,901 1,110 a. Dependent Variable: underpricing Sumber : Output SPSS Dari tabel 4.3 dapat ambil hasil untuk model regresi berganda sebagai berikut : Underpricing : 1,618 + 0,025 umur – 0,047 ukuran + 0,088 roa – 0,089 roe + 0,003 der + ∈ Dari hasil Uji statistik t maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Variabel Umur Dari hasil pengujian pada variabel umur, dapat diambil nilai signifikasi sebesar 0,454,yang lebih besar 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing 2. Variabel ukuran Dari hasil pengujian pada variabel ukuran, dapat diambil nilai signifikasi sebesar 0,003, yang lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing 3. Variabel ROA Dari hasil pengujian pada variabel ROA, dapat diambil nilai signifikasi sebesar 0,014, yang lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing 4. Variabel ROE Dari hasil pengujian pada variabel ROE, dapat diambil nilai signifikasi sebesar 0,011, yang lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROE berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing 5. Variabel DER Dari hasil pengujian pada variabel DER, dapat diambil nilai signifikasi sebesar 0,850, yang lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DER tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing Uji Korelasi Simultan ( Uji F ) Analisis varian dalam regresi pada hakikatnya diperlukan untuk menunjukkan sumber – sumber variasi yang menjadi komponen dari variasi total model regresi. cara menguji signifikasi dilihat dari nilai signikannya, apabila lebih kecil dari 5% maka Ha diterima Tabel 6 Tabel Hasil Uji Korelasi Simultan ( Uji F ) ANOVAa Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
,880
5
,176
Residual
3,843
77
,050
Total
4,722
82
a. Dependent Variable: underpicing
F 3,526
Sig. ,006b
b. Predictors: (Constant), der, ukuran, roe, umur, roa Sumber : Output SPSS Dari hasil pengujian statistik F dapat dilihat nilai F sebesar 3,526 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,006, yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independent umur,ukuran, roa, roe, dan der secara simultan ( bersama – sama ) mempengaruhi variabel dependent underpricing Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil dari penguji data serta alasan – alasannya Variabel Umur Perusahaan Tidak Menentukan Terjadinya Underpricing Variabel umur perusahaan tidak menentukan terjadinya tingkat underpricing, dikarenakan pada saat penawaran saham perdana, investor tidak melihat besar atau kecilnya umur perusahaan yang melakukan IPO, akan tetapi lebih melihat kepada ekspektasi perusahaan kedepannya bagaimana, apakah menguntungkan atau tidak menguntungkan, hal ini dikarenakan investor menanamkan dananya di pasar modal ini untuk memperoleh suatu ekspektasi keuntungan jangka panjang yang akan diperoleh, jadi ketika investor ketika ingin membeli saham perdana tidak mempertimbangkan umur perusahaan, akan tetapi lebih mempertimbangkan bagaimana ekspektasi kedepan perusahaan, hal ini dikarenakan ketika perusahaan dengan umur perusahaan yang telah lama akan tetapi ekspektasi kedepan perusahaan tidak menguntungkan maka akan merugikan investor. Variabel Ukuran Perusahaan Menentukan Terjadinya Underpricing Variabel ukuran perusahaan ini menentukan terjadinya underpricing, dengan tanda signifikan negatif, dikarenakan Perusahaan dengan ukuran yang besar yang besar ini memiliki hal yang tidak dimiliki oleh perusahaan dengan ukuran kecil, seperti tingkat keuntungan perusahaan yang besar, pembagian deviden yang besar, kekuatan bargaining yang kuat, serta mempunyai dana untuk mengadakan riset pasar sebelum perusahaan ingin melakukan IPO, sehingga pada saat penetapan atau menawarkan harga perdana perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang besar ini memiliki kepercayaan diri untuk menetapkan harga saham perdana yang tinggi. Variabel ROA Menentukan Terjadinya Underpricing Variabel return on asset ( ROA ) menentukan terjadinya underpricing dengan tanda signifikan positif, dikarenakan rasio ROA ini bisa mengukur kemampuan atau efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset yang dimilikinya,sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaaan, dan dengan semakin tinggi tingkat ROA maka kemampuan perusahaan dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan keuntungan semakin besar pula. Dan tingkat keuntungan perusahaan yang semakin besar maka akan menjadi informasi penting bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modal ( Iswibudilaksono, 2007 ). Dengan tingkat keuntungan perusahaan yang semakin tinggi maka ini akan menyebabkan para investor yang akan menanamkan modalnya kepada emiten akan lebih tertarik, dikarenakan tingkat return on asset perusahaan yang tinggi akan memberikan keuntungan atau pengembalian yang tinggi atas penyertaan modalnya di perusahaan tersebut. Hal ini membuat permintaan di pasar sekunder meningkat yang akhirnya harga saham saat di pasar sekunder juga menjadi meningkat yang disebabkan adanya peningkatan permintaan saham perusahaan tersebut. Variabel ROE Menentukan Terjadinya Underpricing Variabel return on quity ( ROE ) menentukan terjadinya underpricing, dengan tanda signifikan negatif, pada variabel melihat seberapa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah yang ditanamkan oleh investor, dengan tingkat return yang dihasilkan tinggi maka ini akan memberikan informasi kepada kepara pihak luar terutama kepada investor bahwa tingkat kemampuan menghasilkan return kepada investor juga tinggi, yang akhirnya dengan tingkat return on equity yang besar ini akan menarik investor tersebut membeli saham perdana perusahaan tersebut, dan akhirnya tingkat return on equity yang besar dapat memberikan kekuatan perusahaan untuk menawarkan harga saham
perdana yang tinggi, sehingga kemungkinan terjadinya tingkat underpricing saham perdana dapat di hindari
Variabel DER Tidak Menentukan Terjadinya Underpricing Variabel debt to equity ( DER ) tidak menentukan terjadinya underpricing, dikarenakan pada saat perusahaan melakukan penawaran umum, bisa jadi perusahaan tersebut bisa dalam kategori perusahaan yang berkembang yang ini dipastikan membutuhkan biaya yang tinggi dalam melakukan pengembangan perusahaan, sehingga perusahaan bisa melakukan alternatif dalam memenuhi biaya tersebut dengan cara berhutang ( Rohmawati, 2010), sehingga tingkat hutang perusahaan tersebut semakin bertambah. Dan dengan semakin bertambahnya hutang maka bisa jadi memberikan suatu sinyal positif kepada investor yang memberitahukan bahwa perusahaan tersebut sedang berkembang, hal ini nantinya akan dianggap oleh investor bahwa perusahaan tersebut di masa mendatang akan memiliki masa depan yang baik, yang pada akhirnya akan mengurangi ketidakpastian yang akan dihadapi oleh investor, sehingga pada akhirnya tingkat financial leverage perusahaan tidak terlalu dipermasalahkan D. PENUTUP Kesimpulan 1.
2.
Pada lima variabel independent hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent yaitu variabel profitabilitas perusahaan dan financial leverage, sedangkan variabel umur dan ukuran tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Terdapat pengaruh secara simultan variabel independent terhadap variabel dependent.
Saran 1.
2.
3.
Bagi perusahaan yang ingin melakukan penawaran umum, bisa memperhatikan ukuran perusahaan dan return on equitydan return on asset, dikarenakan kedua variabel ini mempengaruhi tingkat underpricingsaham perdana. Bagi investor yang ingin membeli saham perdana, di harapkan untuk mempertimbangkan variabel ukuran perusahaan dan return on equity, dikarenakan kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap tingkat underpricingsaham perdana, sehingga pada saat investor membeli saham perdana bisa meminimalisir kerugian atau risiko atas pembelian saham perdana tersebut dan dapat mengoptimalkan keuntungan yang didapatkan. Pada penelitian kali masih terdapat keterbatasan variabel – variabel independent yang mempengaruhi variabel dependent, hanya 5 variabel, serta jumlah tahun penelitian yang hanya 5 tahun, diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menambahkan variabel tambahan seperti reputasi underwriterdan tujuan penggunaan dana IPO dan juga menambah jumlah tahun penelitian, dikarenakan jika jumlah tahun penenlitian semakin banyak, maka secara otomatis data juga semakin banyak, maka hasil yang didapatkan juga akan lebih akurat.
Daftar Pustaka
Aini, Shoviyah. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan Ipo Di Bei Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Manajemen | Volume 1 Nomor 1. Hal 88 – 102. Https://Www.Scribd.Com. Darmaji, Tjiptono Dan Fakhruddin, Hendy M. 2011. Pasar Modal Di Indonesia ( Pendekatan Tanya Jawab ). Jakarta : Salemba Empat. Effendi, N dan Setiawan, M. 2014. Ekonometrika (pendekatan teori dan terapan). Jakarta: salemba empat Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Bandung : CV. Alfabeta. Firdaus, Muhammad. 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta : PT Bumi Aksara. Fitriani,Dini. 2012. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Setelah Ipo (Studi Kasus Ipo Perusahaan Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010). Diponegoro Journal Of Accounting. Http://Eprints.Undip.Ac.Id/. Diakses Pada 6 Oktober 2015. Gujarati. D Dan Porter. D. 2010. Dasar – Dasar Ekonometrika. Jakarta : Salemba Empat. Gumanti. T. Dan Alkaf. N. 2011. Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana Dan Penawaran Saham Susulan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia. Volume 8 - No. 1. Hal 21 – 35. Http://Jaki.Ui.Ac.Id. Diakses Pada 4 Oktober 2015. Hadi, Nor. 2013. Pasar Modal ( Acuan Teroritis Dan Praktis Investasi Di Instrumen Keuangan Pasar Modal ).Yogyakarta: Graha Ilmu. Hapsari.V. Dan Mahmud. M. 2012. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Umum Perdana Di Bei Periode 2008 – 2010.Diponegoro Journal Of Management. Volume 1, Nomor 1,. Hal 1 – 9. Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id. Diakses Pada 4 Oktober 2015. Isfatun E. Dan Hatta. A. 2010. Analisis Informasi Penentu Harga Saham Saat Initial Public Offering. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1, Volume 15. Hal 66 – 74. Ejournal.Stienusa.Ac.Id. Diakses Pada 21 Oktober 2015. Iswibuilaksono. Mahendra. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Umum Saham Perdana Dan Listing Di Bej Periode 2000 – 2009. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang : Program Sarjana Universitas Brawijaya. Junaedi I Dan Agustian. R. 2013. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering Di Bei. Jurnal Lmiah Widya, Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013.Hal 52 – 59. Http://E Journal.Jurwidyakop3.Com. Diakses Pada 2 Oktober 2015. Krstintari, I Dewa Ayu. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika. Volume 2 Nomor 2. Hal 785 – 811. Ejournal.Undiksha.Ac.Id. Diakses Pada 21 Oktober 2015. Kuniawati.Vivi. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Tidak Diterbitkan. Semarang. Marani, Dwi. 2003. Pengaruh Informasi Selama Proses Penawaran Terhadap Initial Return Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta Dari Tahun 1990 – 2000. Simposium Nasional Akuntansi Vi. Surabaya, 16-17 Oktober 2003. Pdeb.Fe.Ui.Ac.Id. Diakses Pada 2 Oktober 2015. Muradi, R Werner. 2013. Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi Dan Valuasi Saham. Jakarta : Salemba Empat.
Pbaragga. A Dan Yuyetta. E. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Saham Perdana. Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 2, Nomor 3. Hal 1-12. Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id. Diakses Pada 3 Oktober 2015. Prstica, Yurena. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Saat Penawaran Umum Saham Perdana. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi – Vol. 1, No. 2, . Hal 99 – 105 . Http://Journal.Wima.Ac.Id. Diakses Pada 3 Oktober 2015. Puspopranoto, Sawaldjo. 2004. Keuangan Perbankan Dan Pasar Kuangan ( Konsep, Teori Dan Realita ). Jakarta: Pustaka Lp3es Indonesia. Retnowati. Eka. 2013. Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di Indonesia. Accounting Analysis Journal. Aaj 2 (2). Hal 182 – 190. Journal.Unnes.Ac.Id. Diakses Pada 6 Oktober 2015. Rock, Kevin. 1986. Why New Issues Are Underpriced. Journal Of Financial Economics. 15. Hal 187-212. Www.Bc.Edu. Diakses Pada 3 Oktober 2015. Rohmawati. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana ( Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia ). Thesis Tidak Diterbitkan. Malang : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. Shaferi. I Dan Handayani. S. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006). Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi (JEBA) . Performance: Vol. 14 No.2. Hal 103 – 118. Http://Www.Jp.Feb.Unsoed.Ac.Id. Diakses Pada 4 Oktober 2015. Silonde, Arus Dan Iyas, Wirawan. 2011. Pokok – Pokok Hukum Bisnis. Jakarta : Salemba Empat. Sitompul, Asril.1996. Pasar Modal ( Penawaran Umum Dan Permasalahannya ). Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Sumodiningrat, Gunawan. 2012. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta : BPFE. Tim Penelitian Dan Pengembangan Wahana Komputer. 2001. Pengolahan Data Statistik Dengan Spss 10.0. Semarang : Selemba Infotek. Trihendra, Cornelius. 2010. Step By Step Spss 18 ( Analisis Data Statistik ). Yogyakarta: C.V Andi Offset. urwanto. Dkk. 2014. Fenomena Underpricing Pada Perusahaan Yang Go Public Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis Kewirausahaan. Vol. Iii, No. 1, Hal 22 – 43. Http://Www.Jurnal.Usahidsolo.Ac.Id. Diakses Pada 4 Oktober 2015. Wahyuni, Ayu. 2013. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Saat Ipo Di Bei. Accounting Analysis Journal. Aaj 2 (4). Hal 386 – 394. Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Aaj. Diakses Pada 4 Oktober 2015. Wira, Desmon. 2014. Analisis Fundamental Saham. ____ : Exceed. www. cmed.icamel.id/EmintenNEW/ProspectusReport, diakses 21 oktober 2015 www.britama.com, diakses 30 oktober 2015 www.dunia investasi.com, diakses 1 november 2015 www.finance.yahoo.com, diakses 24 oktober 2015 www.idx.co.id, diakses 16 oktober 2015 www.sahamok.com, diakses 11 oktober 2015