Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Analisis Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Bagi Masyarakat Miskin di Lembaga Keswadayaan Masyarakat Kecamatan Seberang Ulu di Kota Palembang Lis Djuniar dan Welly Universitas Muhammadiyah Palembang
[email protected] Abstract: The aim of this research was to find out monitoring in PNPM for poor citizen in Lembaga Keswasdayaan Masyarakat Kecamatan Seberang Ulu II in Palembang. This type of this research was descriptive. Technique for collecting the data was used interview and documentation techniques. The data was used primer and secunder. The method was used quantitative and qualitative analysis method. The result of analysis indicated that monitoring in the six LKM did not do well, in monitoring administratif indicator LAR, PAR, ROI and CCr indicated that result was not effective and monitoring field was not done intensively. As the effect there was some mistakes in using loan. Keywords : loan, loan at risk, portfolio at risk, retun on investment, cost average.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemantauan di PNPM untuk warga miskin di Lembaga Keswasdayaan Masyarakat Kecamatan Seberang Ulu II di Palembang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara dan dokumentasi teknik. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa monitoring dalam enam LKM tidak dilakukan dengan baik, dalam pemantauan administratif indikator LAR, PAR, ROI dan CCR menunjukkan hasil yang tidak efektif dan bidang pemantauan tidak dilakukan secara intensif. Sebagai efeknya ada beberapa kesalahan dalam menggunakan pinjaman. Kata kunci: pinjaman, pinjaman berisiko, portofolio beresiko, pengembalian investasi, biaya rata-rata.
1.
PENDAHULUAN
PNPM Mandiri perkotaan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan dan penurunan penggangguran melalui pinjaman bergulir, dana yang diberikan pemerintah tidak langsung diserahkan kepada masyarakat, tetapi harus dikelola terlebih dahulu oleh organisasi pengelola kegiatan pinjaman bergulir. Agar tujuan pemberian pinjaman bergulir ini tercapai dengan kualitas yang baik, maka monitoring terhadap pemberian pinjaman ini wajib dilakukan secara berkesinambungan dan terarah. Kota Palembang merupakan salah satu kota yang
Vol. 3 No. 1 September 2013
mendapatkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dalam PNPM Mandiri Perkotaan, dimana kota Palembang terdiri dari 14 kecamatan, salah satu nya kecamatan seberang ulu II. Kegiatan pinjaman bergulir bagi rumah tangga miskin mencakup kegiatan peningkatan kapasitas atau keterampilan kelompok usaha ekonomi dan penambahan modal Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) serta untuk Usaha Ekonomi Produktif. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan melalui wawancara dengan petugas fasilitator kelompok ekonomi di Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM), diketahui bahwa terjadi peningkatan tunggakan atas pinjaman.
Hal - 37
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Petugas pinjaman telah melakukan penyuluhan sebelumnya tentang hal-hal yang seharusnya dilakukan dalam kegiatan pinjaman bergulir dan pemanfaatan modal pinjaman bergulir bagi rumah tangga miskin, tetapi masih
banyak jumlah peminjam aktif yang masih kurang paham atas penyuluhan yang diberikan. Hal ini terlihat dari saldo pinjaman menunggak di kelurahan masih besar. Hal ini dapat diihat dari table 1 :
Tabel 1 : Saldo Pinjaman Menunggak di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang Per 31 Desember 2008 s.d 2009 No 1 2 3 4 5 6
Kelurahan 12 Ulu 13 Ulu 14 Ulu 16 Ulu Tangga Takat Sentosa
Nama LKM Mandiri Temenggungan Tulus Ikhlas Tunas Bangsa Melati Nusantara
Peminjam Aktif 2008 2009 10 10 54 59 31 0 35 39 51 42 54 57
Total Pinjaman Menunggak 2008 (Rp) 2009 (Rp) 19.580.000 19.580.000 28.285.000 69.415.000 105.250.000 110.650.000 22.550.000 92.925.000 35.350.000 66.010.000 14.250.000 31.480.000
Sumber : Form pengumpulan data dana pinjaman bergulir, 2010 Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jumlah saldo pinjaman menunggak dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami peningkatan. Adanya peningkatan saldo pinjaman menunggak ini perlu diketahui apakah dalam proses
pemberian pinjaman bergulir terdapat kesalahan atau apakah sesudah diberi pinjaman tidak dilakukan pengawasan (monitoring) oleh Pengawas dan PetugasK. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari grafik di bawah ini :
Sumber : Hasil pengolahan, 2010 Gambar 1: Tunggakan Saldo Pinjaman 2008-2009 Gambar 1 menjelaskan bahwa terjadi peningkatan tunggakan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009, warna kuning untuk tahun 2008 dan warna hijau untuk tahun 2009. Tunggakan terbesar terjadi di KSM (Kelompok Keswadayaan
Hal - 38
Masyarakat) Tunas Ikhlas Kelurahan 14 Ulu dan yang kedua KSM Tunas Bangsa Kelurahan 16 Ulu. Hal ini menandakan apakah program PNPM Mandiri Perkotaan telah berjalan secara
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
optimal atau belum, atau hanya sebatas pemberian dana sedangkan untuk keberlanjutan program itu sendiri tidak dimonitoring dan dievaluasi. Hal ini yang memotivasi peneliti untuk menganalisis dan melihat lebih jauh mengenai program PNPM Mandiri Perkotaan dengan penelitian analisis monitoring pinjaman bergulir dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perkotaan bagi masyarakat miskin di lembaga keswadayaan masyarakat kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah monitoring pinjaman bergulir dalam PNPM Mandiri Perkotaaan bagi masyarakat miskin di Lembaga Keswadayaan Masyarakat Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang?. 2.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Pengertian PNPM Mandiri Perkotaan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat Indonesia dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan dan penurunan tingkat penggangguran. PNPM Mandiri Perkotaan dimulai pada tahun 2008 yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tahun 1999 saat Indonesia mengalami krisis moneter dalam Program Penanggulangan Kemiskinan diPerkotaan (P2KP). Program Nasional Pemberdayaan Mayarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah kebijakan dan program pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan (Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perkotaan , 2008; 1). 2.2 Tujuan Pelaksanaan Perkotaan
PNPM
Mandiri
Tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah: 1) Mewujudkan masyarakat “berdaya” dan “mandiri” yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan diwilayahnya sejalan dengan kebijakan PNPM Mandiri Perkotaan. 2) Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menerapkan model pembangunan
Vol. 3 No. 1 September 2013
partisipatif yang berbasis kemitraan dengan masyarakat dan kelompok peduli setempat. 3) Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk optimalisasi penanggulangan kemiskinan. 4) Meningkatkan capaian manfaat bagi masyarakat miskin untuk mendorong peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia). 2.3 Pinjaman Bergulir Pengertian pinjaman bergulir adalah pinjaman dalam PNPM Mandiri Perkotaan yang diberikan kepada rumah tangga miskin di wilayah kelurahan atau desa dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan kepada mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar. Pinjaman tersebut disalurkan melalui pola berguliran. Pengelolaan pinjaman bergulir dalam PNPM Mandiri Perkotaan pada hakekatnya dipengaruhi tiga hal yaitu Unit Pengelola Keuangan (UPK) sebagai pengelola dan penyalur seluruh dana bergulir ditingkat kecamatan, kelompok peminjam sebagai pengelola dan penyalur dana bergulir kepada anggotanya sebagai pemanfaat langsung serta aturan dan prosedur / mekanisme perguliran. Pinjaman bergulir dalam PNPM Mandiri Perkotaan merupakan bantuan modal usaha bagi para warga miskin yang memiliki kegiatan usaha namun mengalami keterbatasan modal. (Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perkotaan, 2008; 1) 2.4 Prinsip – Prinsip Pemberian Kredit 1. Karakter (character, Character merupakan syarat atau watak seseorang. Sifat atau watak seseorang yang akan diberikan kredit benarbenar harus dipercaya. Untuk dapat melihat watak atau sifat calon nasabah dapat dilihat dari latar belakang sinasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.
Hal - 39
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
2. Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit, dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. 3. Modal (capital), Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. 4. Kondisi ekonomi (condition of economy), Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi yang akan datang. 5. Jaminan dan agunan (collateral), Merupakan jaminan yang diberikan oleh nasabah yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hakekatnya melebihi jumlah kredit yang diberikan. 2.5 Monitoring ( Pengawasan ) Menurut Halim (2000; 265), salah satu risiko yang akan dihadapi oleh bank adalah risiko kredit, yakni dimana suatu pinjaman tidak bisa dikembalikan oleh debitur. Salah satu cara yang harus dilakukan oleh bank dalam rangka meminimasikan risiko kredit ini adalah adanya peninjauan atau pengawasan yang terus selama periode pinjaman. Menurut Manulang (2001; 132), pengertian dari pengawasan kredit yaitu kegiatan dalam rangka penggunaan pemberian suatu fasilitas kredit. Menurut Muljono (2001; 462), pengawasan kredit merupakan salah satu fungsi manajemen dalam usahanya untuk penjagaan dan pengamanan dalam pengelolaan kekayaan bank dalam bentuk perkreditan yang lebih baik dan efisien, guna menghindari terjadinya penyimpanganpenyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya kebijaksanaan-kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkan serta mengusahaan penyusunan administrasi perkreditan yang benar. 2.6 Kinerja Kinerja adalah sesuatu yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada
Hal - 40
organisasi yang antara lain termasuk kuantitas Output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja dan sikap kooperatif (Wibowo, 2007; 67). Kinerja adalah hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi kepada konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Heidjrahman dan Suad Husnan, 2000; 99). Dari difenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil dari pekerjaan atau kontribusi yang diberikan seseorang atau badan usaha kepada konsumen. 2.7 Manfaat Pengukuran Kinerja 1) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen. 2) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan. 3) Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja. 4) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. 5) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi. 6) Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. 8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.. 2.8 Penelitian Dibidang yang Relevan Penelitian sebelumnya berjudul Pengaruh Pinjaman Dana Bergulir dan Pendampingan terhadap Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif Pada Program Pengembangan Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas oleh Kaspini (2009). Kesimpulannya rata-rata pinjaman dana bergulir sebesar 71,45% termasuk kategori sangat membantu, dan pendampingan sebesar 85,97% termasuk dalam kategori sangat
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
membantu, dan kegiatan usaha ekonomi produktif sebesar 70,39% termasuk dalam kategori baik. Pinjaman bergulir dan pendampingan berpengaruh secara bersamasama terhadap kegiatan usaha ekonomi produktif. Pengaruh pinjaman dana bergulir dan pendampingan terhadap kegiatan usaha ekonomi produktif sebesar 54,30% sedangkan sisanya 45,70% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian. Secara parsial pinjaman dana bergulir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegiatan usaha ekonomi produktif dengan pengaruh sebesar 58,60% dan pendampingan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap kegiatan usaha ekonomi produktif dengan pengaruh sebesar 6,50%.
3.
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian untuk mengetahui kinerja monitoring pinjaman bergulir dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan bagi masyarakat miskin di Lembaga Keswadayaan Masyarakat Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang. Unit penelitian dilakukan pada Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang, lebih jelas lihat Tabel berikut ini:
Tabel 2: Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang No 1 2 3 4 5 6
LKM Kelurahan 12 Ulu Kelurahan 13 Ulu Kelurahan 14 Ulu Kelurahan 16 Ulu Kelurahan Tangga Takat Kelurahan Sentosa
Nama LKM Mandiri Temenggungan Tulus Ikhlas Tunas Bangsa Melati Nusantara
Sumber : form pengumpulan data dana pinjaman bergulir, 2010 Untuk menjelaskan operasionalisasi variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 3: Operasionalisasi Variabel Variabel Monitoring Pinjaman Bergulir
Defenisi Pengawasan / pemantauan dalam pelaksanaan atas pemberian pinjaman bergulir yang dilakukan secara berkesinambungan dan terarah
Sub Variabel Monitoring Administratif
Monitoring Lapangan 4.
TEKNIK ANALISIS DATA
Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif, yaitu dengan
Vol. 3 No. 1 September 2013
Indikator a) Loan at Risk (LAR) b) Portfolio at Risk (PAR) c) Return on Investment (ROI) d) Cost coverage (CCr) Berkala
cara menguraikan dan menjelaskan bagaimana kinerja monitoring pinjaman bergulir di Lembaga Keswadayaan Mayarakat Kecamatan Seberang Ulu II. Metode kuantitatif, yaitu dengan mengukur tingkat keefektifan kinerja
Hal - 41
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
monitoring administratif dengan indikator kinerja pinjaman bergulir berdasarkan Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perkotaan antara lain:
5.
1. Peminjam yang menunggak (Loans at Risk/LAR), adalah angka persentase yang menunjukkan berapa peminjam yang menunggak. Dapat dikatakan memuaskan apabila peminjam menunggak < 10%.
Berdasarkan perhitungan terjadi peningkatan peminjam di LKM Temenggungan Kelurahan 13 Ulu dari 88 KSM menjadi 97 KSM, LKM Tunas Banga Kelurahan 16 Ulu dari 62 KSM menjadi 69 KSM dan LKM Nusantara Kelurahan Sentosa dari 91 KSM menjadi 130 KSM, sedangkan LKM Mandiri Kelurahan 12 Ulu, LKM Tulus Ikhlas Kelurahan 14 Ulu dan LKM Melati Kelurahan Tangga Takat tidak terjadi peningkatan peminjam dimana jumlah peminjam tahun 2009 sama dengan tahun 2008. Berdasarkan rupiah peningkatan pinjaman terjadi di LKM Nusantara Kelurahan sentosa meningkat sebesar Rp. 199.900.000, kemudian LKM Tunas Bangsa Kelurahan 16 Ulu meningkat sebesar Rp. 35.750.000 dan terakhir yang mengalami peningkatan adalah LKM Temenggungan Kelurahan 13 Ulu sebesar Rp. 31.900.000.
LAR =
Jlh. KSM Peminjaman menunggak 3bulan x100 % Jlh. KSM Peminjam Aktif LAR=
2. Pinjaman yang tertunggak (Portfolio at Risk/PAR), adalah angka persentase yang menunjukkan berapa besar saldo pinjaman yang mengandung resiko (menunggak). PAR sebesar 10% merupakan standar memuaskan yang harus dicapai. PAR = Pinj. Tertunggak 3 bln x 100% Realisasi Saldo Pinjaman 3. Pencapaian Laba (Return on Investment/ROI), adalah kemampuan UPK (Unit Pengelola Keuangan) untuk menghasilkan laba dari modal yang digunakan untuk pinjaman bergulir. Dapat dikatakan memuaskan apabila > 10%.
ROI = Laba Bersih Modal Investasi
x 100%
4. Efisiensi biaya (Cost Coverage/CCr), adalah kemampuan UPK (Unit Pengelola Keuangan) untuk menutup biaya dari pendapatan yang diperolehnya. Dapat dikatakan memuaskan apabila >125%.
CCr = Total Pendapatan x 100% Total Biaya
Hal - 42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Berdasarkan perhitungan dapat terlihat bahwa jumlah KSM yang menungggak di masingmasing LKM tiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan tunggakan terparah terjadi di KSM Nusantara Kelurahan Sentosa dari 37 KSM di tahun 2008 menjadi 73 KSM di tahun 2009 atau meningkat sebanyak 36 KSM. Kedua KSM Tulus Ikhlas Kelurahan 14 Ulu dari 8 KSM di tahun 2008 menjadi 39 KSM di tahun 2009 atau meningkat sebanyak 31 KSM. Ketiga KSM Melati Kelurahan Tangga Takat dari 0 KSM di tahun 2008 menjadi 9 KSM di tahun 2009 atau meningkat sebanyak 9 KSM. Sedangkan kinerja dikatakan baik dimana peningkatan yang tidak begitu besar terjadi di KSM Tunas Bangsa Kelurahan 16 Ulu dan KSM Temenggungan Kelurahan 13 Ulu dimana peningkatan KSM yang menunggak sekitar 3-4 KSM. Pengecualian untuk di LKM Mandiri Kelurahan 12 Ulu dimana Jumlah KSM yang menunggak tahun 2008 dan 2009 sama yaitu sebanyak 5 KSM.
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Berdasarkan perhitungan bahwa jumlah KSM yang menungggak > 3 bulan di masingmasing LKM tiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi di LKM Temenggungan Kelurahan 13 Ulu dari 14 KSM ditahun 2008 menjadi 40 KSM di tahun 2009 atau meningkat sebanyak 26 KSM, jika diukur dengan rupiah peningkatan yang terjadi sebesar Rp. 41.130.000. Peningkatan kedua terjadi di LKM Tunas Bangsa Kelurahan 16 Ulu dari 15 KSM ditahun 2008 menjadi 33 KSM di tahun 2009 atau meningkat sebanyak 18 KSM, jika diukur dengan rupiah peningkatan yang terjadi sebesar Rp. 70.375.000. Peningkatan ketiga terjadi di LKM Nusantara Kelurahan Sentosa dari 7 KSM ditahun 2008 menjadi 15 KSM di tahun 2009 atau meningkat sebanyak 8 KSM, jika diukur dengan rupiah peningkatan yang terjadi sebesar Rp. 17.230.000. Kinerja menunggak > 3 bulan yang baik terjadi di LKM Tulus Ikhlas Kelurahan 14 Ulu dari 27 KSM ditahun 2008 menjadi 0 KSM di tahun 2009 atau meningkat sebanyak 27 KSM, jika diukur dengan rupiah peningkatan yang terjadi sebesar Rp. 5.400.000. Kedua terjadi di LKM Melati Kelurahan Tangga Takat dari 32 KSM ditahun 2008 menjadi 30 KSM di tahun 2009 atau menurun sebanyak 2 KSM. Pengecualian untuk LKM Mandiri Kelurahan 12 Ulu dimana Jumlah KSM yang menunggak > 3 bulan tahun 2008 dan 2009 sama yaitu sebanyak 8 KSM.
6.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1 Analisis Monitoring Administratif . Berikut analisis masing-masing LKM dilihat dari indikator LAR, PAR, ROI dan CCr tahun data 2008 dan 2009 : a. LKM Mandiri Kelurahan 12 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II. 1) Peminjam yang menunggak (LAR /Loan At Risk). Tahun 2008, Jumlah KSM menunggak > 3 bulan sebanyak 8 kelompok dengan jumlah
Vol. 3 No. 1 September 2013
KSM yang masih memiliki saldo pinjaman sebanyak 10 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR atau peminjam menunggak sebesar 80% dengan menunjukkan status kinerja penundaan karena LAR > 20%. Tahun 2009, Jumlah KSM menunggak > 3 bulan sebanyak 8 kelompok dengan jumlah KSM yang masih memiliki saldo pinjaman sebanyak 10 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR atau peminjam menunggak sebesar 80% dengan menunjukkan status kinerja penundaan karena LAR > 20%. 2) Pinjaman yang tertunggak (Portfolio at Risk / PAR). Tahun 2008, Saldo pinjaman yang sebesar Rp. menunggak > 3 bulan 19.580.000 dengan saldo pinjaman sebesar Rp. 48.145.000 ini menyebabkan indikator PAR sebesar 40,67 % dengan status kinerja penundaan karena PAR > 20%. Tahun 2009, Saldo pinjaman yang menunggak > 3 bulan sebesar Rp. 19.580.000 dengan saldo pinjaman sebesar Rp. 48.145.000 ini menyebabkan indikator PAR sebesar 40,67 % dengan status kinerja penundaan karena PAR > 20%. 3) Pencapaian Laba (Return on Investment / ROI). Tahun 2008, laba bersih sebesar Rp. 5.057.293 dan modal Rp 67.500.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 7,49 % menunjukkan kinerja minimal, karena ROI > 0%. Tahun 2009, laba bersih tahun 2009 yaitu Rp. 0 dengan modal sebesar Rp 67.500.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 0 % menunjukkan kinerja penundaan, karena ROI < 0 %. 4) Efisiensi biaya (Cost Coverage / CCr). Tahun 2008, Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan pendapatan Rp. 6.203.678 dengan biaya Rp. 1.146.385 sehingga menghasilkan CCr 541,15 %, ini menunjukkan kinerja memuaskan, karena CCr > 125 %. Tahun 2009, Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan pendapatan sebesar Rp.0 dengan biaya Rp.0 sehingga menghasilkan CCr
Hal - 43
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
0%, ini menunjukkan kinerja penundaaan, karena CCr < 100 %. b. LKM Temenggungan, Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II.
dengan total biaya sebesar Rp. 0 dimana tidak terdapat laba bersih atau rugi bersih tahun 2009 dengan modal sebesar Rp 156.500.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 0 % menunjukkan kinerja penundanaan, karena ROI < 0 %. 4) Efisiensi biaya (Cost Coverage / CCr). Tahun 2008, Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2008 sebesar Rp. 24.202.651dengan total biaya sebesar Rp. 4.290.500 sehingga menghasilkan CCr sebesar 564,09 %, ini menunjukkan kinerja memuaskan, karena CCr > 125 %. Tahun 2009, Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2009 sebesar Rp. 0 dengan total biaya sebesar Rp. 0 sehingga menghasilkan CCr sebesar 0 %, ini menunjukkan kinerja penundaan, karena CCr < 100 %.
1) Peminjam yang menunggak (LAR /Loan At Risk). Tahun 2008, Jumlah KSM menunggak > 3 bulan pada tahun 2008 sebanyak 14 kelompok dengan jumlah KSM yang masih memiliki saldo pinjaman sebanyak 54 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR atau peminjam menunggak sebesar 25,93 % dengan menunjukkan status kinerja penundaan karena LAR > 20 %. Tahun 2009, Jumlah KSM menunggak > 3 bulan pada tahun 2009 sebanyak 40 dengan jumlah KSM yang masih memiliki saldo pinjaman sebanyak 59 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR sebesar 67,79 % dengan menunjukkan status kinerja penundaan karena LAR > 20 %. c. LKM Tulus Ikhlas, Kelurahan 14 Ulu, 2) Pinjaman yang tertunggak (Portfolio at Risk / Kecamatan Seberang Ulu II. PAR). Tahun 2008, Saldo pinjaman yang 1) Peminjam yang menunggak (LAR /Loan At menunggak > 3 bulan pada tahun 2008 Risk). sebesar Rp. 28.285.000 dengan saldo Tahun 2008, Jumlah KSM menunggak > 3 pinjaman sebesar Rp. 304.400.000, ini bulan pada tahun 2008 sebanyak 27 menyebabkan indikator PAR sebesar 9,29 % kelompok dengan jumlah KSM yang masih dengan kinerja memuaskan karena PAR < memiliki saldo pinjaman sebanyak 31 10%. Tahun 2009, Saldo pinjaman yang kelompok, ini menyebabkan indikator LAR menunggak > 3 bulan pada tahun 2009 atau peminjam yang menunggak sebesar sebesar Rp. 69.415.000 dengan saldo 87,09 % dengan menunjukkan status kinerja pinjaman sebesar Rp. 336.300.000 ini penundaan karena LAR > 20%. Tahun 2009 menyebabkan indikator PAR sebesar 20,64 % Jumlah KSM menunggak > 3 bulan pada dengan kinerja penundaan karena PAR > tahun 2009 sebanyak 0 kelompok dengan 20%. jumlah KSM yang masih memiliki saldo 3) Pencapaian Laba (Return on Investment / ROI). pinjaman sebanyak 0 kelompok, ini Tahun 2008, Pendapatan yang diperoleh pada menyebabkan indikator LAR atau peminjam tahun 2008 sebesar Rp. 24.202.651 dengan total yang menunggak sebesar 0 % dengan biaya sebesar Rp. 4.290.500 hasil pengurangan menunjukkan status kinerja memuaskan dari angka tersebut merupakan laba bersih tahun karena LAR < 10%. 2008 yaitu Rp. 19.912.151 dengan modal 2) Pinjaman yang tertunggak (Portfolio at Risk / sebesar Rp 156.500.000.Pencapaian laba (ROI) PAR). diperoleh dari hasil membandingan antara laba Tahun 2008, Saldo pinjaman yang menunggak bersih dengan modal. ROI diperoleh sebesar > 3 bulan pada tahun 2008 sebesar Rp. 12,72 % menunjukkan kinerja memuaskan, 105.250.000 dengan saldo pinjaman sebesar karena ROI > 10%. Tahun 2009, Pendapatan Rp. 200.000.000 ini menyebabkan indikator yang diperoleh pada tahun 2009 sebesar Rp. 0 PAR sebesar 52,63 % dengan kinerja
Hal - 44
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
penundaan karena PAR > 20%. Tahun 2009 Saldo pinjaman yang menunggak > 3 bulan pada tahun 2009 sebesar Rp. 110.650.000 dengan saldo pinjaman sebesar Rp. 200.000.000, ini menyebabkan indikator PAR sebesar 55,53 % dengan kinerja penundaan karena PAR > 20%. 3) Pencapaian Laba (Return on Investment / ROI). Tahun 2008, Pendapatan yang diperoleh pada tahun 2008 sebesar Rp. 11.890.534 dengan total biaya sebesar Rp. 3.352.207 hasil pengurangan dari angka tersebut merupakan laba bersih tahun 2008 yaitu Rp. 8.538.327 dengan modal sebesar Rp 162.500.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 5,25 % menunjukkan kinerja minimal, karena ROI > 0 %. Tahun 2009 Pendapatan yang diperoleh pada tahun 2009 sebesar Rp. 0 dengan total biaya sebesar Rp. 0 hasil pengurangan dari angka tersebut merupakan laba bersih tahun 2009 yaitu Rp 0 dengan modal sebesar Rp 162.500.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 0 % menunjukkan kinerja penundaan, karena ROI < 0 %. 4) Efisiensi biaya (Cost Coverage / CCr). Tahun 2008 , biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2008 sebesar Rp. 11.890.534 dengan total biaya sebesar Rp. 3.352.207 sehingga menghasilkan CCr 354,71 %, ini menunjukkan kinerja memuaskan, karena CCr > 125 %. Tahun 2009Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2009 sebesar Rp. 0 dengan total biaya sebesar Rp. 0 sehingga menghasilkan CCr sebesar 0 %, ini menunjukkan kinerja penundaan, karena CCr < 100 %. d. LKM Tunas Bangsa, Kelurahan 16 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II. 1) Peminjam yang menunggak (LAR /Loan At Risk). Tahun 2008, Jumlah KSM menunggak > 3 bulan pada tahun 2008 sebanyak 15 kelompok dengan jumlah KSM yang masih memiliki
Vol. 3 No. 1 September 2013
saldo pinjaman sebanyak 35 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR atau peminjam menunggak sebesar 42,86 % dengan menunjukkan status kinerja penundaan karena LAR > 20 %. Tahun 2009 Jumlah KSM menunggak > 3 bulan pada tahun 2009 sebanyak 33 kelompok dengan jumlah KSM yang masih memiliki saldo pinjaman sebanyak 39 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR atau peminjam menunggak sebesar 84,62 % dengan menunjukkan status kinerja penundaan karena LAR > 20%. 2) Pinjaman yang tertunggak (Portfolio at Risk / PAR). Tahun 2008, Saldo pinjaman yang menunggak > 3 bulan pada tahun 2008 sebesar Rp. 22.550.000 dengan saldo pinjaman sebesar Rp. 205.750.000 ini menyebabkan indikator PAR sebesar 10,96 % dengan kinerja minimal karena PAR < 20 %. Tahun 2009 Saldo pinjaman yang menunggak > 3 bulan pada tahun 2009 sebesar Rp. 92.925.000 dengan saldo pinjaman sebesar Rp. 241.500.000 ini menyebabkan indikator PAR sebesar 38,48 % dengan kinerja penundaan karena PAR > 20% 3) Pencapaian Laba (Return on Investment / ROI). Tahun 2008, Pendapatan yang diperoleh pada tahun 2008 sebesar Rp. 15.458.688 dengan total biaya sebesar Rp. 3.873.134 hasil pengurangan dari angka tersebut merupakan laba bersih tahun 2008 yaitu Rp. 11.585.554 dengan modal sebesar Rp 111.000.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 10,44 % menunjukkan kinerja memuaskan, karena ROI > 10%. Tahun 2009 Pendapatan yang diperoleh pada tahun 2009 sebesar Rp. 0 dengan total biaya sebesar Rp. 0 hasil pengurangan dari angka tersebut merupakan laba bersih tahun 2009 yaitu Rp. 0 dengan modal sebesar Rp 111.000.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 0 % menunjukkan kinerja penundaan, karena ROI < 0 %. 4) Efisiensi biaya (Cost Coverage / CCr). Tahun 2008, Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2008 sebesar Rp. 15.458.688 dengan total
Hal - 45
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
biaya sebesar Rp. 3.873.134 sehingga menghasilkan CCr sebesar 399,13 %, ini menunjukkan kinerja memuaskan, karena CCr > 125 %. Tahun 2009 Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2009 sebesar Rp. 0 dengan total biaya sebesar Rp. 0 sehingga menghasilkan CCr sebesar 0 %, ini menunjukkan kinerja penundaaan, karena CCr < 100 %. e. LKM Melati, Kelurahan Kecamatan Seberang Ulu II.
Tangga
Takat,
1) Peminjam yang menunggak (LAR /Loan At Risk). Tahun 2008, Jumlah KSM menunggak > 3 bulan pada tahun 2008 sebanyak 32 kelompok dengan jumlah KSM yang masih memiliki saldo pinjaman sebanyak 51 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR atau peminjam menunggak sebesar 62,75 % dengan menunjukkan status kinerja penundaan karena LAR > 20%. Tahun 2009, Jumlah KSM menunggak > 3 bulan pada tahun 2009 sebanyak 30 kelompok dengan jumlah KSM yang masih memiliki saldo pinjaman sebanyak 42 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR atau peminjam menunggak sebesar 71,43 % dengan menunjukkan status kinerja penundaan karena LAR > 20%. 2) Pinjaman yang tertunggak (Portfolio at Risk / PAR). Tahun 2008, Saldo pinjaman yang menunggak > 3 bulan pada tahun 2008 sebesar Rp. 35.350.000 dengan saldo pinjaman sebesar Rp. 188.300.000 ini menyebabkan indikator PAR sebesar 18,77 % dengan kinerja penundaan karena PAR > 20%. Tahun 2009 Saldo pinjaman menunggak > 3 bulan pada tahun 2009 sebesar Rp. 66.010.000 dengan saldo pinjaman sebesar Rp. 188.300.000 ini menyebabkan indikator PAR sebesar 35,06 % dengan kinerja penundaan karena PAR > 20%. 3) Pencapaian Laba (Return on Investment / ROI). Tahun 2008, Pendapatan yang diperoleh pada tahun 2008 sebesar Rp. 13.873.203 dengan total biaya sebesar Rp. 4.549.540 hasil pengurangan dari angka tersebut merupakan laba bersih tahun 2008 yaitu Rp. 9.323.663 dengan modal
Hal - 46
sebesar Rp 115.000.000.Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI diperoleh sebesar 8,11 % menunjukkan kinerja memuaskan, karena ROI > 10% . Tahun 2009 Pendapatan yang diperoleh pada tahun 2009 sebesar Rp. 0 dengan total biaya sebesar Rp. 0 dimana tidak terdapat laba bersih atau rugi bersih tahun 2009 dengan modal sebesar Rp 115.000.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 0 % menunjukkan kinerja penundanaan, karena ROI < 0%. 4) Efisiensi biaya (Cost Coverage / CCr). Tahun 2008, Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2008 sebesar Rp. 13.873.203 dengan total biaya sebesar Rp. 4.549.540 sehingga menghasilkan CCr sebesar 304,94 %, ini menunjukkan kinerja memuaskan, karena CCr > 125 %. Tahun 2009, Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2009 sebesar Rp. 0 dengan total biaya sebesar Rp. 0 sehingga menghasilkan CCr sebesar 0 %, ini menunjukkan kinerja penundaan, karena CCr < 100 %. f. LKM Nusantara, Kelurahan Kecamatan Seberang Ulu II.
Sentosa,
1) Peminjam yang menunggak (LAR /Loan At Risk). Tahun 2008, Jumlah KSM menunggak > 3 bulan pada tahun 2008 sebanyak 7 kelompok dengan jumlah KSM yang masih memiliki saldo pinjaman sebanyak 54 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR atau peminjam yang menunggak sebesar 12,96 % dengan menunjukkan status kinerja minimum karena LAR < 20%. Tahun 2009 Jumlah KSM menunggak > 3 bulan pada tahun 2009 sebanyak 15 kelompok dengan jumlah KSM yang masih memiliki saldo pinjaman sebanyak 57 kelompok, ini menyebabkan indikator LAR atau peminjam yang menunggak sebesar 26,32 % dengan menunjukkan status kinerja penundaan karena LAR > 20%. 2) Pinjaman yang tertunggak (Portfolio at Risk / PAR).
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Tahun 2008, Saldo pinjaman yang menunggak > 3 bulan pada tahun 2008 sebesar Rp. 14.250.000 dengan saldo pinjaman sebesar Rp. 313.400.000, ini menyebabkan indikator PAR sebesar 4,55 % dengan kinerja memuaskan karena PAR < 10 %. Tahun 2009 Saldo pinjaman yang menunggak > 3 bulan pada tahun 2009 sebesar Rp. 31.480.000 dengan saldo pinjaman sebesar Rp. 513.300.000 ini menyebabkan indikator PAR sebesar 6,13 % dengan kinerja memuaskan karena PAR < 10 %. 3) Pencapaian Laba (Return on Investment / ROI). Tahun 2008, Pendapatan yang diperoleh pada tahun 2008 sebesar Rp. 26.800.207 dengan total biaya sebesar Rp. 4.343.775 hasil pengurangan dari angka tersebut merupakan laba bersih tahun 2008 yaitu Rp. 22.456.432 dengan modal sebesar Rp 137.000.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 16,39% menunjukkan kinerja memuaskan, karena ROI > 0% . Tahun 2009 Pendapatan yang diperoleh pada tahun 2009 sebesar Rp. 0 dengan total biaya sebesar Rp. 0 hasil pengurangan dari angka tersebut merupakan laba bersih tahun 2009 yaitu Rp 0 dengan modal sebesar Rp 137.000.000. Pencapaian laba (ROI) diperoleh dari hasil membandingan antara laba bersih dengan modal. ROI sebesar 0 % menunjukkan kinerja penundaan, karena ROI < 0% . 4) Efisiensi biaya (Cost Coverage / CCr) Tahun 2008 , Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2008 sebesar Rp. 26.800.207 dengan total biaya sebesar Rp. 4.343.775 sehingga menghasilkan CCr 616,78 %, ini menunjukkan kinerja memuaskan, karena CCr > 125 %. Tahun 2009 Efisiensi biaya (CCr) diperoleh dari membandingkan antara total pendapatan tahun 2009 sebesar Rp. 0 dengan total biaya sebesar Rp. 0 sehingga menghasilkan CCr sebesar 0 %, ini menunjukkan kinerja penundaan, karena CCr < 100 %. Berdasarkan perhitungan dari beberapa indikator monitoring administratif dari laporan keuangan dapat dilihat bahwa kinerja monitoring dari tahun 2008 hingga tahun 2009 di masingmasing LKM rata-rata tidak mengalami
Vol. 3 No. 1 September 2013
peningkatan ini terlihat dari peminjam yang menunggak (LAR) dan pinjaman yang tertunggak (PAR) masih sangat tinggi, sedangkan pencapaian laba (ROI) masih rendah, tidak sesuai dengan target yang ditentukan. Agar peminjam yang menunggak (LAR), pinjaman yang tertunggak (PAR) dan pencapaian laba (ROI) sesuai dengan target yang ditentukan maka pengawas dan UPK harus memantau kelengkapan administrasi berkas pinjaman pada saat pemberian kredit secara terus-menerus dengan tertib dan benar sampai pelunasan pinjaman Namun, hal tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga masih banyaknya kecurangan dan kesalahan dalam penggunaan dana pinjaman sehingga banyak peminjam yang tidak mampu mengembalikan pinjamannya. 6.2 Analisis Monitoring Lapangan Monitoring lapangan atau pengawasan aktif dilakukan oleh Pengawas dan petugas UPK secara berkala atau intensif minimal sebulan sekali dengan uji petik yang mengarah keseluruh peminjam dengan melakukan konfirmasi atas transaksi maupun saldo yang ada dipeminjam. Dalam pengawasan lapangan pengawas dan petugas UPK selain memberikan pembinaan pada saat pemberian kredit dan pada saat kegiatan pun dilakukan pembinaan khususnya kepada para peminjam yang menunggak dilakukan lebih intensif. Namun, dari informasi yang didapatkan diketahui bahwa pengawas dan UPK masingmasing LKM jarang melakukan kunjungan ke rumah atau ke lokasi usaha peminjam guna menagih tunggakan dan memberi pembinaan bagi para penunggak, selain itu pengawas dan petugas UPK jarang menganalisis perkembangan usaha peminjam. Padahal, salah satu tujuan monitoring lapangan adalah untuk mengetahui perkembangan usaha atau kesejahteraan peminjam.Hal ini disebabkan karena jarak lokasi yang jauh dan menyebar selain itu juga karakter tidak baik si peminjam dan faktor usia yang lebih tua yang menyebabkan pengawas atau petugas UPK tidak bersedia untuk memberikan pembinaan.
Hal - 47
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Kurangnya monitoring yang dilakukan pengawas dan petugas UPK di masing-masing LKM baik monitoring administratif maupun monitoring lapangan terhadap kegiatan pinjaman bergulir ini merupakan suatu kesalahan yang telah dilakukan oleh masing-masing LKM karena adanya hal ini dapat menimbulkan suatu masalah dalam kegiatan pinjaman bergulir yaitu adanya atau terjadinya tunggakan dalam pelunasan pinjaman. Dalam suatu kegiatan kredit diperlukan suatu pengawasan kredit baik pengawasan pasif ataupun aktif. Begitu pula dalam kegiatan pinjaman bergulir diperlukan adanya monitoring administratif dan monitoring lapangan. Monitoring administratif dalam hal ini maksudnya petugas UPK dalam pembukuan harus lebih paham mengenai target indikator yang harus dicapai sesuai dengan pedoman PNPM Mandiri Perkotaan guna meningkatkan kinerja monitoring pinjaman bergulir. Pengawas UPK dan UPK juga harus memantau kebenaran berkas pinjaman pada saat pemberian kredit dan dilakukan secara terusmenerus sampai terjadinya pelunasan kredit oleh peminjam. Sedangkan monitoring lapangan dalam hal ini pengawas maupun petugas UPK mempunyai tugas untuk memberikan pembinaan secara intensif dan menagih tunggakan secara intensif kepada peminjam yang menunggak dan mempunyai laporan mengenai perkembangan usaha peminjam dan dari laporan tersebut pengawas dan petugas UPK wajib untuk menganalisisnya guna melihat perkembangan usaha peminjam. Jadi dalam kegiatan pinjaman berulir, monitoring administratif dan monitoring lapangan merupakan kegiatan yang sangat penting guna tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
7.
KESIMPULAN DAN SARAN
Monitoring pinjaman bergulir di enam Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang telah dilakukan dengan 2 cara sesuai dengan pedoman PNPM Mandiri Perkotaan yaitu Monitoring
Hal - 48
Administratif dan Monitoring lapangan. Monitoring Administratif dilakukan dengan menganalisis indikator pinjaman bergulir dari laporan keuangan yaitu LAR, PAR, ROI, dan CCr selain itu kelengkapan dan kebenaran berkas pinjaman pada saat pemberian pinjaman dan selama kegiatan pinjaman sampai pelunasan kembali pinjaman juga harus dimonitoring. Kinerja monitoring administratif di enam LKM tersebut dapat dikatakan belum efektif, hal ini disebabkan karena masih banyak peminjam yang menunggak dan kemampuan dalam menghasilkan laba masih minimal dikarenakan penggunaan dana yang tidak dilakukan secara benar dan kendala-kendala yang dialami peminjam sehingga peminjam tidak mampu mengembalikan pinjaman. Dalam monitoring lapangan juga tidak dilakukan dengan baik. Pengawas dan petugas UPK karena lokasi yang berjauhan dan faktor usia sehingga jarang melakukan monitoring ke rumah peminjam atau ke lokasi peminjam guna menagih tunggakkan dan memberikan pembinaan serta menganalisis perkembangan usaha peminjam. Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi LKM 12 Ulu, 13 Ulu, 14 Ulu, 16 Ulu, Tangga Takat dan Sentosa. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Monitoring administratif tetap dilakukan dengan menganalisis indikator LAR, PAR, ROI dan CCr agar lebih efektif hasilnya sebaiknya pengawasan mengenai kebenaran dan kelengkapan berkas-berkas pinjaman pada saat pemberian pinjaman harus lebih teliti dan dilakukan terus-menerus hingga pelunasan pinjaman. 2. Monitoring lapangan ke rumah atau ke lokasi usaha peminjam hendaknya dilakukan secara berkala atau intensif sesuai dengan pedoman dalam PNPM Mandiri Perkotaan. 3. Kepada peminjam yang menunggak > 3 bulan dalam menagih tunggakan sebaiknya kunjungan
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
dilakukan lebih intensif dengan memberikan pembinaan, dan 4. Menganalisis perkembangan usaha para peminjam tanpa harus memikirkan faktor usia dan lokasi yang berjauhan karena sebagai pelaksana kegiatan harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
DAFTAR PUSTAKA [1] Halim, Abdul. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen, Cetakan pertama. YKPN Yogyakarta. [2] Kaspini. 2009. Pengaruh Pinjaman Dana Bergulir dan Pendampingan terhadap Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif Pada Program Pengembangan Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, http://digilib.Unnes.ac.id. September. [3] Muljono, Teguh. 2001. Manajemen Perkreditan, Cetakan kedua. BPFE. Yogyakarta. [4] Manulang, Muchdarsyah. 2001. Manajemen Dana Bank, Edisi kedua. PT. Bumi Aksara. Jakarta. [5] Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perkotaan . 2008. Buku Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, Jakarta. [6]
2008. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan, Jakarta.
Vol. 3 No. 1 September 2013
Hal - 49