LINGUISTIK TERAPAN DAN PEMBELAJARAN BERBAHASA Yennie Pateda Pulubuhu Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FSB Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai keterkaitan antara linguistik terapan dengan pembelajaran bahasa. Linguistik pada dasarnya adalah ilmu tentang bahasa yang diterapkan berfokus pada berbagai daerah dan kompleks dalam masyarakat di mana bahasa memainkan peran, sehingga terdapat konsensus bahwa tujuan utama linguistik terapan adalah untuk menerapkan temuan dan teknik dari penelitian dalam linguistik dan disiplin terkait untuk memecahkan masalah praktis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara linguistik terapan dan pembelajaran bahasa. Hubungan tersebut terletak pada fungsi linguistic terapan yang dapat membantu guru bahasa memecahkan setiap masalah terkait dengan pengajaran bahasa. Ilmu bahasa memegang peranan penting untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi oleh pemakai bahasa. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data penelitian adalah metode analisis deskripitif. Kata Kunci: Linguistik Terapan, Pembelajaran, Berbahasa I.
PENDAHULUAN Diketahui bersama bahwa bahasa merupakan objek formal linguistic. Bahasalah yang diperikan, bahasalah yang di analisis dan bahasa pula yang diformulasi kaidah-kaidahnya dengan formulasi itu pembaca akan mengetahui atau memahami system bahasa yang diperiakan. Berbagai pandangan yang menyatakan bahwa minat manusia terhadap bahasa bukanlah sesuatu yang baru. Dari catatan sejarah ada bukti bahwa sejak zaman purba manusia sudah tertarik untuk menyelidiki seluk-beluk bahasa. Penyelidikan tentang bahasa oleh sekelompok manusia sebagai bangsa itu ada yang dicatat secara rapi, ada pula yang tidak dicatat, diceritakan dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dewasa ini, perkembangan linguistik sangat pesat. Aspek lain yang berkaitan dengan bidangbidang kajian bahasa juga berkembang. Kajian tentang bahasa tidak hanya meliputi satu aspek saja, tetapi telah meluas ke bidang atau aspek-aspek di luar bahasa yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dan kehidupan manusia. Teori linguistik terapan merupakan cabang linguistik yang memusatkan perhatian pada teori umum dan metode-metode umum dalam penelitian bahasa. Cabang linguistik bisa terbagi atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan Semantik. Oleh karena itu, linguistik terapan ini bisa diterapkan dalam segala bidang. Salah satunya adalah bidang pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa. Menurut Bloom & Lahey (Owen, 1992:14), bahasa adalah sistem yang sangat kompleks yang dapat dipahami dengan baik dengan merincinya menjadi elemen atau komponen fungsinya. Bahasa dapat dibagi tiga pokok, walaupun tidak sama penting, komponen: pola, isi, dan kegunaan. Ketika orang menggunakan bahasa, ia mengkode ide-ide (semantics); yaitu, ia menggunakan suatu symbol bunyi, kata, dan sebagainya melambangkkan suatu kejadian aktual, objek, atau hubungan. Untuk mengkomunikasikan ide-ide ini pada yang lain, orang menggunakan pola tertentu, yang termasuk seperti bagian penting sama dengan perangkat bunyi yang sesuai (phonology), urutan kata yang sesuai (syntax), dan awalan dan akhiran kata yang sesuai (morphology) untuk mengklarifikasi lebih spesifik. Penutur menggunakan komponen untuk menerima tujuan komunikasi tertentu, seperti mencari informasi, mendapatkan informasi atau mendapatkan tanggapan (pragmatics). Untuk membahas lebih mendalam mengenai hubungan linguistik terapan dan pembelajaran bahasa, berikut ini disebutkan beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Pertanyaannya sebagai berikut: 1. Apa linguistik terapan itu? 2. Apa saja obyek kajian linguistik terapan itu? 3. Bagaimana hubungan antara linguistik terapan dengan pembelajaran bahasa? II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Linguistik
Istilah linguistik dalam bahasa Indonesia berpadanan dengan kata linguistics dalam bahasa Inggris, dan berpadangan dengan kata linguistique dalam bahasa Prancis. Kata linguistik (linguisticsInggris) berasal dari bahasa Latin “lingua” yang berarti bahasa. Dalam bahasa Perancis “langagelangue”; Italia “lingua”; Spanyol “lengua” dan Inggris “language”. Akhiran “ics” dalam linguistics berfungsi untuk menunjukkan nama sebuah ilmu, yang berarti ilmu tentang bahasa, sebagaimana istilah economics, physics dan lain-lain. Menurut Pringgodigdo dan Hasan Shadili, sebagaimana dikutip oleh Mansoer Pateda (2011), “linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan”. Sedangkan AS Hornby (1995) membagi kata linguidtics ke dalam dua kategori, sebagai kata sifat dan kata benda. Linguistics sebagai kata sifat berarti “the study of language and languages”. Istilah linguistics sebagai kata benda, berarti “the science of language; methods of learning and studying languages”. Dengan demikian, linguistik menurut AS Hornby (1995) berarti ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa. Berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa linguistic adalah studi bahasa manusia secara ilmiah. Yang dipelajari adalah bahasa manusia dan cara mempelajarinya harus secara ilmiah. Dengan mempelajari linguistic berarti mempelajari teori bahasa pada umumnya dan bukan teori bahasa tertentu. 2.2 Pengertian Linguistik Terapan Kata terapan/menerapkan, berpadanan dengan to apply, yang artinya Memakai atau Menggunakan bisa juga dimaknai menginjak, mempergunakan, dan mengerahkan. Makna kata Applied = put to practical use. Dari kata applied lahir gabungan kata applied linguistic yang sepadan dengan linguistic terapan. Ada juga linguis yang kurang setuju dengan istilah applied linguistics, misalnya Spolsky (1978) dalam Pateda (2011), ia lebih setuju dengan istilah educational linguistics (linguistic pendidikan). Alasannya, ruang lingkup linguistic terapan lebih luas dari linguistic pendidikan, karena linguistic terapan mempelajari pula penerjemahan, leksikografi, perencanaan bahasa dan aspekaspek lain. Istilah linguistik terapan mengacu pada berbagai kegiatan yang melibatkan beberapa hal yang terkait dengan pemecahan masalah bahasa atau menangani beberapa kekhawatiran terkait bahasa. Adapun objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai (1) sistem komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; (2) bahasa keseharian manusia, (3) bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan an ordinary language atau a natural language. Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik, sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik, karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan. Untuk itu, berikut ini disebutkan beberapa ilmu yang berhubungan dengan linguistik terapan sebagai objek kajiannya, antara lain: (1) Linguistik terapan atau ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa; dan dalam hal ini bahasa digunakan dalam arti harfiah. Inilah yang disebut pure linguistik atau linguistik murni, (2) Ilmu-ilmu tentang bahasa; dan dalam hal ini, istilah bahasa digunakan dalam arti metaforis atau kiasan. Contoh ilmu yang termasuk kategori ini adalah kinesik dan paralinguistik. Kinesik adalah ilmu tentang gerak tubuh/kial/ body language, seperti anggukan kepala, isyarat tangan dan lain-lain. Paralinguistik adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas-aktifitas tertentu yang mengiringi pengucapan bahasa, seperti desah nafas, decak, ketawa, batuk-batuk kecil, bentuk-bentuk tegun seperti ehm, anu, apa itu, apa ya dan lain sebagainya, (3) Ilmu tentang pendapat-pendapat mengenai bahasa. Contohnya metalinguistik, yakni ilmu yang membicarakan seluk beluk “bahasa” yang dipakai untuk menerangkan bahasa yang tercermin dalam istilah studi teori linguistik, studi metode linguistik dan lain-lain, (4) Ilmu-ilmu mengenai ilmu bahasa. Yang termasuk kategori ini adalah studi-studi yang mengkhususkan dirinya pada ilmu linguistik itu sendiri, sperti studi tentang sejarah perjalanan ilmu linguistik, studi linguistik pada abad ke dua puluh dan lainlain. Dari keempat jenis ilmu tersebut di atas, maka hanya nomor (1) saja yang bisa disebut sebagai ilmu linguistik yang murni karena objeknya bahasa yang benar-benar bahasa, sedangkan objek keatiga ilmu lainnya bukanlah bahasa dalam pengertian sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa bahasa yang menjadi objek linguistik terapan dipelajari dari berbagai aspeknya atau tatarannya. Tataran bahasa itu meliputi aspek bunyi, morfem dan kata, frase dan kalimat serta aspek makna. Cabang linguistik yang mempelajari aspek bunyi bahasa adalah fonologi. Tataran morfem atau kata dipelajari dalam morfologi. Tataran frase/kalimat dibahas dalam sintaksis. Sedangkan
aspek makna bahasa dipelajari dalam ilmu tersendiri yang disebut semantik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa cabang-cabang linguistik ditinjau dari tatarannya terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa linguistic terapan lebih banyak diarahkan pada penerapan linguistic dalam pengajaran bahasa. Artinya bahwa linguistic terapan berhubungan erat dengan: (1) usaha penerapan linguistic dalam bidang yang bersifat praktis, (2) linguistic terapan bukan teori, tetapi penerapan teori, dalam hal ini teori linguistic, (3) tujuannya yaitu meningkatkan tugas-tugas praktis dengan jalan memusatkan perhatian pada bahasa. 2.3 Pengertian Pembelajaran Bahasa Menurut Degeng (1997), pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, sehingga akan pencapaian tujuan belajar yang sebenarnya. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Brown (2000:7) menyarankan untuk mempertimbangkan kembali beberapa definisi tradisional. Kamus ‘masa kini’ mengungkapkan bahwa belajar adalah pemerolehan pengetahuan, (acquiring or getting of knowledge of a subject or a skill by study, experience, or instruction). 2.4 Hubungan Linguistik Terapan dan Pembelajaran Bahasa Kaitan antara linguistik terapan dan pengajaran bahasa, Soenardji menjelaskan sebagai berikut: Analisis ilmiah atas berbagai gejala yang terumuskan menjadi kaidah fonologik, morfologik dan sintaktis diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa. Menurut Basiran (1999) tujuan pembelajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan pebelajar dalam berkomunikasi di berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut: (1) Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) Pembelajaran tersebut diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) Pembelajaran tersebut bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) Pembelajaran tersebut disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) Jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya, (6) Jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) Jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994). Dalam pengajaran bahasa ada istilah yang perlu dipahami pengertian dan konsepnya secara tepat, yakni pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakekat bahasa, dan belajar mengajar bahasa. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik yang di implementasikan dalam kelas, selaras dengan metode dan pendekatan yang telah dipilih. Dengan demikian pendekatan bersifat aksiomatis, metode bersifat procedural, dan teknik bersifat operasional. III.
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, atas dasar konsep tersebut, maka ketiga teknik pengumpulan data di atas digunakan dalam penelitian ini. IV. PEMBAHASAN Secara umum dapat dinyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya, sebagaimana yang dinyatakan Martinet (1987:19) telaah ilmu mengenai bahasa manusia. Ilmu linguistik sering disebut linguistik umum, artinya ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam istilah Perancis disebut langage. Misalnya, kata dalam bahasa Indonesia perpanjang dapat dianalisis menjadi dua morfem, yaitu morfem per- dan panjang. Morfem per- disebut sebagai morfem kausatif karena memberi makna ‘disebabkan jadi’ perpanjang berarti ’disebabkan sesuatu menjadi panjang’. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis. Yang dimaksud dengan sistemis adalah bahwa bahasa itu bukan suatu sistem tunggal, melainkan terdiri pula dari beberapa subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis. Sebagai ilmu, linguistik juga mempunyai sejarah yang panjang. Aktivitas pembelajaran bahasa merupakan upaya yang mengakibatkan peserta didik dapat mempelajari bahasa dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Suatu program pembelajaran bahasa yang menyeluruh dan terpadu tidak dapat melepaskan diri dari pemberian input kebahasaan dan aspek-aspek kebudayaan pada waktu yang bersamaan. Hal ini perlu dilakukan agar pelajar dapat mengaplikasikan kecakapan linguistik dan keterampilan berbahasa dalam suatu konteks budaya sebagaimana dianut oleh suatu masyarakat. Dalam proses belajar-mengajar bahasa ada sejumlah variabel, baik bersifat linguistik maupun yang bersifat nonlinguistik, yang dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu. Variabel-variabel itu bukan merupakan hal yang terlepas dan berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan hal yang saling berhubungan, berkaitan, sehingga merupakan satu jaringan sistem. Keberhasilan belajar bahasa, yaitu yang disebut asas-asas belajar, yang dapat dikelompokkan menjadi asas-asas yang bersifat psikologis anak didik, dan yang bersifat materi linguistik. Asas-asas yang yang bersifat psikologis itu, antara lain adalah motivasi, pengalaman sendiri, keingintahuan, analisis sintesis dan pembedaan individual. Jadi, dapat disimpulkan bahwa linguistik terapan sangat berkaitan dengan pembelajaran bahasa baik bahasa Indonesia ataupun bahasa kedua yang di ajarkan kepada peserta didik. Salah satu kajian linguistik terapan adalah analisis kontrastif yang sangat berguna bagi para pendidik dalam menentukan materi apa yang akan disampaikan dalam pembelajaran bahasa tersebut, yang disesuaikan dengan adanya persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu siswa dengan bahasa kedua yang akan di pelajari siswa. Dalam analisis kesalahan memudahkan siswa dalam menggunakan bahasa kedua dan mengoreksi setiap kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam penggunaan bahasa kedua tersebut, sehingga meminimalisir terjaadinya kesalahan dalam berbahasa. Penganalisisan bahasa juga membantu dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran bahasa. V.
KESIMPULAN
Linguistik terapan adalah pemanfaatan pengetahuan tentang alamiah bahasa yang dihasilkan oleh peneliti bahasa yang dipergunakan untuk meningkatkan keberhasilgunaan tugas-tugas praktis yang menggunakan bahasa sebagai komponen inti. Adapun objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai sistem komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa keseharian manusia, bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan an ordinary language atau a natural language. Untuk kepentingan pembelajaran bahasa, linguistik terapan memusatkan perhatiannya pada: (1) butir-butir teoritik yang mempunyai keabsahan kuat dalam linguistik, dan (2) berbagai kemungkinan dan alternatif untuk memandu pelaksanaan pengajaran bahasa. Kemungkinan dan alternatif itu diupayakan agar seiring dan sejalan dengan butir teoritik dalam linguistik. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa linguistik terapan sangat berkaitan dengan pembelajaran bahasa baik bahasa Indonesia ataupun bahasa kedua yang diajarkan kepada peserta didik. Salah satu kajian linguistik terapan adalah analisis kontrastif yang sangat berguna bagi para pendidik dalam menentukan materi apa yang akan disampaikan dalam pembelajaran bahasa yang disesuaikan dengan adanya persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu siswa dengan bahasa kedua yang akan di pelajari siswa. Dalam analisis kesalahan memudahkan siswa dalam menggunakan bahasa kedua dan mengoreksi setiap kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam penggunaan bahasa kedua tersebut, sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan dalam berbahasa. Penganalisisan bahasa juga membantu dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran bahasa.
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru 1994. Basiran, Mokh. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum 1994? Yogyakarta: Depdikbud, 1999. Brown. Principle of Language Learning and Teaching. New Yersey: Prentice Hall, 2000. Cresswell, J.W. Research Design:Qualitative & Quantitative Approaches. London: SAGE Publicational, 1998. Degeng, I.N.S. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI, 1997. Depdikbud. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar, 1995 Hornby, A.S. Oxford Advanced Learner’s Dictionary (5th edition). Oxford: Oxford University Press, 1995. Martinet, Andre. Ilmu Bahasa: Pengantar. Yogyakarta: Kanisius, 1987 Moleong, Lexi J. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosydakarya, 2007 Owen, Robert. Organizational Behavior in Educational Administration. New York: Prentice Hall, 1992. Pateda, Mansoer dan Jeni Pulubuhu. Linguistik Terapan. Gorontalo: Viladan, 2011. Robert L. Gilstrap dan William R. Martin. Current Strategies for Teachers. California: Goodyear Publishing Company, 1975