PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA
Oleh Novita Tabelessy Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura
Abstrak: Setiap keterampilan berbahasa mempunyai hubungan yang sangat erat dengan keterampilan berbahasa lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan atau proses yang berurutan. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum masuk ke jenjang pendidikan. Keempat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang sangat penting. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, dan tidak secara tatap muka dengan orang lain, selain itu menulis juga merupakan suatu kegiatan yang sifatnya aktif produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis itu ialah suatu proses, yaitu proses penulisan. Hal ini berarti bahwa kita melakukan kegiatan menulis dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan , dan tahap pascapenulisan. Kata-Kata Kunci: Pembelajaran menulis, dan Keterampilan Berbahasa.
PENDAHULUAN Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami pada umumnya oleh seorang pelajar. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Kehidupan dalam era modern ini, jelas menunjukkan bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Menulis sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yanga sing bagi kita. Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bantuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita. Tulisan-tulisan tersebut menyajikan secara runtut dan menarik, ide, gagasan, dan perasaan penulisnya. Sayangnya aktivitas menulis atau kadang orang menyebutnya mengarang, tidak banyak di antara kita yang menyukainya. Menurut Graves (1978), seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-7, Cetakan ke-16
86
di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Smith (1981) mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Karena itu, untuk menutupi keadaan yang sebenarnya muncullah berbagai mitos atau pendapat yang keliru tentang menulis dan pembelajarannya. Menurut Tarigan menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampaian. Menurut Tarigan (dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno, 2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Menurut Heaton (dalam Slamet 2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Sedangkan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa. PEMBAHASAN Hubungan Menulis dengan Keterampilann Berbahasa Lainnya mencakup empat komponen atau empat aspek berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek itu memiliki keterkaitan yang sangat erat. Mari kita simak keempat aspek tersebut yang disajikan melalui matrik berikut.
Tabel 1 Hubungan Antaraspek Keterampilan Berbahasa Keterampilan Berbahasa
Lisan dan Langsung
Aktif Reseptif (menerima pesan) Aktif Produktif (menyampaikan pesan)
Menyimak
Tertulis dan Tidak Langsung Membaca
Berbicara
Menulis
Menulis dan membaca adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan penulis dan diterima oleh pembaca dijembatani oleh lambang bahasa yang dituliskan. Baca-tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis. Penulis sebagai pembaca, artinya ketika aktivitas menulis berlangsung si penulis membaca tulisannya. Ia membayangkan dirinya sebagai pembaca untuk melihat dan menilai apakah tulisannya telah menyajikan sesuatu yang berarti, apakah ada yang tidak layak saji, serta apakah tulisannya menarik dan enak dibaca. Pembaca sebagai penulis, artinya ketika berlangsung kegiatan membaca, pembaca melakukan aktivitas seperti yang dilakukan penulis. Pembaca menemukan topik dan tujuan tulisan, gagasan, kejelasan uraian, serta mengorganisasikan bacaan, memecahkan masalah, dan memperbaiki simpulan bacaannya. Dia menganalisis bacaan dengan membayangkan apa yang dimaksudkan dan diinginkan penulisnya sehingga pesan yang disampaikan dapoat ditangkap dengan baik. Menulis dan menyimak merupakan dua aspek yang tidak bisa lepas pisahkan.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-7, Cetakan ke-16
87
Sewaktu menulis seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal itu dapat diperolehnya dari berbagai sumber. Jika dari sumber tercetak informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak perolehan informasi itu dilakaukan dengan menyimak. Melalui menyimak, penulis tidak hanya memperoleh idea tau informasi untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik hatinya, yang akan berguna untuk aktivitas menulisnya. Menulis dan berbicara pun demikian. Keduanya merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif produktif. Artinya, penulis dan pembicara berperan sebagai penyampaian atau mengirim pesan kepada pihak lain. Keduanya harus mengambil sejumlah keputusan berkatain dengan topik, tujuan, jenis informasi yang akan disampaikan, serta cara penyampaiannya sesuai dengan kondisi sasaran pembaca atau pendengar dan corak teksnya (eksposisi, narasi, deskripsi, persuasi, dan argumentasi). Kalaupun ada perbedaan, hal itu lebih disebabkan karena perbedaan cara dan medianya. Tujuan dan Manfaat Menulis Aktivitas menulis yang dilakukan oleh penulis didsarkan pada suatu tujuan tertentu. Akan tetapi karena tujuan itu sangat beraneka ragam, maka bagi penulis yang pemula sebaiknya memperhatikan kategori tujuan penulisan sebagaimana di bawah ini: a. memberitahukan dana mengajar b. meyakinkan atau mendesak c. menghibur atau menyenagkan d. mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapiapi.
Berdasarkan pemahaman bahwa tujuan menulis adalah respons yang diharapkan penulis dari pembaca, Hartig dalam Tarigan (1994) merangkumkan tujuan penulisan sebagai berikut: a. tujuan penugasan; b. tujuan altruistik/ menyenangkan pembaca; c. tujuan persuasif/ meyakinkan; d. tujuan informasional/ penerangan; e. tujuan pernyataan diri; f. tujuan kreatif; g. tujuan pemecahan masalah. Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1995: 1) mengemukakan banyak keuntungan atau manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan menulis. Hal ini terlebih khusus bila dihubungkan dengan kegunaan tugas atau kegiatan menulis yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan. Kurang lebih ada delapan manfaat yang dapat diperoleh dari ekgiatan menulis, di antaranya sebagai berikut: pertama, dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Maksudnya, kita mengetahui sampai di mana pengetahuan kita tentang suatu topik itu. Kedua, melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan. Maksudnya, kita terpaksa bernalar; menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika kita tidak menulis. Ketiga, kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis sehingga
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-7, Cetakan ke-16
88
wawasan luas.
berpikir menjadi semakin
Keempat, menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik kemudian menuangkannya secara tersurat. Dengan demikian, kita dapat menjelaskan permasalahan yang semula menjadi samar bagi diri kita sendiri. Kelima, melalui suatu tulisan kita dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri lebih objektif. Penilaian objektif ini sangat penting untuk membiasakan diri memahami setiap masalah secara proposional. Keenam, lewat tulisan di atas kertas, kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu menganalisisnya secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret. Ketujuh, tugas menulis tentang suatu topik akan mendorong kita belajar secara aktif. Kita berlatih menjadi penemu, perintis, dan pemecah masalah, bukan sekedar menyerap informasi. Kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib. Kebiasaan berbahasa secara tertib akan berpengaruh pula pada aspek keterampilan berbahasa kainnya. Selanjutnya kegiatan menulis akan menunjang berbagai kompetensi lainnya yang berhubungan dengan kemampuan berpikir dan berbahasa yang tertib dan terarah. Selain itu, lewat kegiatan menulis kita dipacu untuk memiliki wawasan berpikir yang luas dan mendalam.
Menulis sebagai Suatu Proses Seperti ketiga keterampilan berbahasa lainnya, kegiatan menulis merupakan proses yaitu proses penulisan. Oleh sebab itu, menulis membutuhkan suatu proses berpikir atau bernalar saat kita menuangkan gagasan dalam bentuk wacana tulis. Tidak heran jika dikatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, kegiatan menulis memang membutuhkan abnyak tenaga, waktu serta perhatian yang sungguh-sungguh. Kita dapat saja langsung menghasilkan suatu tulisan, entah sederhana atau pun cukup kompleks. Namun, pada dasarnya, untuk menghasilkan suatu tulisan akhir yang baik, kegiatan menulis meliputi suatu proses penulisan yang terdiri atas beberapa tahap penulisan, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi/ pascapenulisan. Ketiga tahapa penulisan ini menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Tahap Prapenulisan Mengawali sebuah tulisan, sebaiknya penulis membuat perencanaan atau persiapan menulis. Terkait dengan hal itu menurut Proett dan Gill (dalam Suparno dan Yunus 2004), tahap ini merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Selanjutnya di bawah ini akan dikemukakan beberapa hal menyangkut tahap prapenulisan sebagai berikut: a. menentukan topik; b. membatasi topik agar lingkup penulisan/ masalah menjadi lebih terfokus dan lebih khusus;
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-7, Cetakan ke-16
89
c.
menentukan tujuan penulisan agar seluruh tulisan dapat terarah dan terkendali secara menyeluruh; d. menentukan bahan, yakni semua informasi atau data, dan e. menyusun kerangka karangan sebagai rancang bangun sebuah tulisan. Tahap Penulisan Pada tahap ini, penulis sudah siap menulis berdasarkan kerangka karangan yang sudah disusun pada tahap prapenulsian. Kita menulis dengan menggunakan bahan atau data yang telah terkumpulkan. Sekalin lagi perlu diingat, bahwa menulis merupakan suatu proses. Jangan berharap sekali tulis langsung menjadi bagus. Proses menulis membutuhkan ketekunan dan ketelitian, yaitu dengn memperhatikan teknik pengembangan alinea dan gaya serta cara pembahasannya. Pada tahap ini juga kita membahas setiap butir yang ada dalam kerangka yang sudah disusun. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini kita harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Ini berarti bahwa kita harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan. Tetapi itu saja abelum cukup. Tulisan ini harus ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai dengan tanda baca yang digunakan secara tepat. Di samping itu masih harus diketahui bagaimana menuliskan judul, subjudul, kutipan, catatan kaki, daftar pustaka, teknik
pengetikan sebagainya.
atau
layout,
dan
Tahap Revisi/ Pascapenulisan Jika buram seluruh tulisan sudah selesai, maka tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin buram itu perlu direvisi. Pembacaan kembali buram seluruh tulisan perlu dilakukan dalam tahap ini agar dapat dilakukan perbaikan, penyuntingan, dan penyempurnaan. Kegiatan ini dapat dilakukan lebih dari satu kali. Apakah dengan demikian, tulisan yang kita buat telah selesai. Semua itu tergantung penilaian anda sebagai sang penulis itu sendiri. Jika telah sesuai dengan keinginan, hasil tulisan anda atau karangan tersebut dapat dinyatakan sudah selesai. KESIMPULAN Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, dan pembaca sebagai peenrima pesan. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi tulisan lainnya. Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainnya. Apa yang diperoleh mellaui kegiatan menyimak, membaca, dan berbicara akan memberikan masukan berharga untuk kegiatan menulis. Selain itu juga tujuan dan manfaat dari kegiatan menulis sangat penting bagi seorang penulis. Sebagai proses, menulis melibatkan
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-7, Cetakan ke-16
90
serangkaian kegiatan yang terbagi atas tahapan menulis, di antaranya tahap prapenulsian, tahap penulsian, dan tahap revisi atau pascapenulisan. SUMBER RUJUKAN Akhadiah, Sabarti. 1995. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Keraf,
Gorys. 1993. Komposisi. Jakarta: PT. Gramedia.
Suparno dan Mohamad Yusuf. 2004. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatru Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-7, Cetakan ke-16
91