BAB II TEKNIK AKROSTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BAHASA PRANCIS 2.1 Menulis 2.1.1 Pengertian Menulis Menulis adalah suatu keterampilan yang produktif untuk melahirkan atau menghasilkan tulisan yang berisi gagasan. Pada dasarnya setiap insan memiliki kemampuan untuk menulis, namun tidak semua orang dapat mengembangkan tulisan tersebut. Banyak ahli merumuskan pengertian menulis, di antaranya Moesey (dalam Tarigan, 1994: 4) memberikan pengertian mengenai menulis sebagai berikut. Menulis dipergunakan, melaporkan/memberitahu, dan mempengaruhi, dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakan dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. Sementara itu, pengertian menulis menurut Tarigan (1994: 22) adalah “Menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut apabila mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008: 1.497), menulis adalah “Melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan, roman, mengarang cerita, membuat surat, berkirim surat, menggambar, menulis, dan lain-lain”. Sedangkan pengertian menulis dalam bahasa Prancis yang terdapat dalam
7
Dictionnaire Larousse (2008: 295) yaitu “figurer sa pensée au moyen de signes convenus”. Pengertian tersebut dapat diartikan dengan berfikir menggunakan lambang-lambang yang konvensionel. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, bertujuan untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran dalam bahasa tulisan. 2.1.2 Fungsi dan Tujuan Menulis Pada dasarnya fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung dan tidak tatap muka. Menulis dapat memudahkan seseorang untuk merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi, dan menyusun urutan bagi pengalaman. Karsana (dalam Firmansyah, 2005: 9) menyatakan bahwa menulis memiliki beberapa fungsi, yaitu : (1) fungsi pengawetan, yaitu menyimpan tulisan dalam waktu yang lama, (2) fungsi penciptaan sesuatu baru, (3) fungsi pewarisan untuk generasi berikutnya, (4) fungsi keterangan mengenai berbagai hal, (5) fungsi petunjuk untuk memberikan perintah, permintaan, pendapat atau saran, (6) fungsi pengingat mengenai kejadian, situasi, tokoh, dan informasi tertentu, (7) fungsi korespondensi antara penulis dengan pembaca. Setiap orang harus memiliki tujuan saat menuliskan sesuatu. Dengan adanya tujuan, menulis akan berjalan lebih efektif dan efisien. Setiap jenis tulisan memiliki beberapa tujuan. Hal ini dapat terlihat
dari pendapatnya Tarigan (1994: 24)
menyebutkan bahwa yang ada empat tujuan dalam penulisan, yaitu: 8
1. 2. 3.
4.
Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse). Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif ( expressive discourse ). Akhadiah (1988: 11) menjelaskan bahwa “tujuan menulis adalah suatu
gambaran dalam kegiatan menulis selanjutnya”. Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu alat komunikasi yang bertujuan untuk mengungkapkan gagasan ataupun ide kepada orang lain secara tidak langsung melalui tulisan.
2.1.3 Manfaat Menulis Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pada dasarnya menulis memiliki beberapa manfaat, baik untuk pribadi maupun umum. Menurut Akhadiah (1988: 1-2 ) manfaat menulis adalah: 1. dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri; 2. dapat mengembangkan berbagai gagasan; 3. dapat lebih menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang akan ditulis; 4. dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkannya secara tersurat; 5. dapat meninjau serta menilai gagasan secara lebih objektif; 6. dapat lebih mudah memecahkan permasalahan dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret; 7. dapat mendorong belajar secara aktif; 8. dapat membiasakan kita berfikir serta berbahasa secara tertib.
9
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manfaat menulis, antara lain dapat mengembangkan gagasan, memecahkan masalah serta dapat mendorong belajar secara aktif dan kreatif. Selain itu manfaat yang bisa dipetik dari menulis adalah membiasakan kita berfikir dan berbahasa secara baik dan benar.
2.1.4
Ragam Tulisan Telah banyak para ahli yang membuat ragam tulisan. Mengenai ragam tulisan,
Salisburry (Tarigan, 1994: 27) membagi tulisan berdasarkan bentuknya, yaitu (1) bentuk –bentuk obyektif yang mencangkup penjelasan terperinci mengenai proses, batasan, laporan, dan dokumen, dan (2) bentuk – bentuk subjektif yang mencakup otobiografi, surat – surat, penilaian pribadi, esai informal, potret/gambaran, dan satire. Sedangkan Weayer (Tarigan, 1994: 28) membagi ragam tulisan ke dalam empat jenis, yaitu: (1) Eksposisi mencakup klasifikasi definisi dan analisis, (2) Deskripsi mencakup deskripsi ekspositori dan deskripsi literer, (3) Narasi mencakup urutan waktu, motif, konflik, titik pandang dan pusat minat, (4) Argumentasi mencakup induksi dan deduksi.
2.2 Menulis Puisi Menulis puisi merupakan kegiatan untuk melahirkan dan mengungkapkan perasaan, ide, gagasan dalam bentuk tertulis dengan memperhatikan diksi, bentuk dan bunyi serta ditata secara cermat sehingga mengandung makna khusus sesuai dengan keadaan penyair itu sendiri. Menulis puisi sangatlah penting dalam pengajaran bahasa. Dengan menulis puisi seorang pembelajar akan terampil dalam menggunakan 10
bahasa untuk mengungkapkan perasaannya. Tidak hanya itu saja seorang pembelajar juga terampil memilih kata-kata yang tepat yang bisa mewakili ungkapan perasaannya. Semuanya itu memerlukan wawasan pengetahuan yang luas, kepekaan batin dan daya imajinasi.
2.2.1 Pengertian Puisi Pengertian puisi dalam bahasa Prancis yang terdapat dalam Dictionnaire Larousse (2008: 670) adalah “art d’évoquer, de suggérer les sensations, les impressions, les émotions, par un emploi particulier de la langue, par l’union intense des sons, des rythmes, des harmonies, des images, etc”. Pengertian tersebut dapat diartikan seni yang menimbulkan perasaan, emosi, keadaan yang luar biasa, yang terikat oleh rima, rytme, harmoni dan imajinasi. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Wirjosoedarmo (dalam Pradopo, 2009 : 3) menjelaskan bahwa “puisi merupakan karangan terikat oleh banyak baris dalam tiap bait, banyak kata dalam tiap baris, banyak suku dalam tiap baris, rima dan irama”. Banyak para ahli telah memaparkan pengertian puisi, salah satunya Décaunes (18 : 2001) mengemukakan bahwa “La poési est un art et un genre littéraire. Elle ne se réduit pas aux vers, mais pendant plusieurs siècles, et encore aujourd’hui pour certaines productions, elle a utilisé ce mode d’écriture qui l’a distinguée de la prose”. Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa puisi adalah salah satu karya seni dan bagian dari karya sastra. Puisi tidak sama dengan sajak, tetapi selama beberapa
11
abad, dan sampai sekarang pun dalam beberapa karya sastra, puisi telah digunakan sebagai model tulisan yang membedakan dengan prosa. Sedangkan Hudson (Aminuddin, 2004: 134) mengemukakan puisi adalah “salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008 : 1.112) menjelaskan bahwa “puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait serta gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus”. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa puisi merupakan bahasa ekspresif yang mempunyai keindahan dan kekuatan makna dalam pilihan kata-katanya. Puisi disebut sebagai bahasa ekspresif dikarenakan puisi merupakan tulisan yang berisi perwujudan atau pengungkapan perasaan melalui kata-kata dengan makna yang tersirat. Itulah yang membedakan antara puisi dengan tulisan lainnya.
1.2.2 Ragam Puisi Ditinjau dari bentuk maupun isinya, ragam puisi itu bermacam-macam. Aminuddin (2004: 134-135) membedakan ragam puisi menjadi 10 jenis, yaitu: 1.
2.
Puisi epik, yaitu suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah; Puisi naratif, yaitu puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita;
12
3.
4. 5. 6.
7. 8. 9. 10.
Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya; Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang lewat dialog maupun monolog; Puisi didaktik, puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya terampil eksplisit; Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok ataupun masyarakat; Romance, yaitu puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih; Elegi, yaitu puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang; Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan; Himne, yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.
1.2.3 Hakikat Puisi Pradopo (2009: 315) menyatakan bahwa “hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi”. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi, yaitu sifat seni atau fungsi seni, kepadatan, ekspresi tidak langsung. 1.
Fungsi Estetik Puisi merupakan karya seni sastra yang memiliki estetika atau keindahan.
Fungsi estetika puisi dibentuk oleh unsur - unsur puisi kepuitisannya, misalnya diksi (pilihan kata), irama dan gaya bahasa. 2.
Kepadatan Puisi merupakan bahasa yang padat tetapi bermakna. Menulis puisi
merupakan kegiatan menuangkan ide atau ungkapan perasaan kedalam kata-kata
13
dengan singkat, yang dikemukakan dalam puisi hanyalah inti masalah, peristiwa atau cerita. 3. Ekspresi tidak langsung Riffaterre (Pradopo, 2009: 318) mengungkapkan bahwa puisi itu sepanjang waktu, dari waktu ke waktu, puisi itu selalu berubah. Perubahan itu disebabkan oleh evolusi selera dan perubahan konsep estetik. Akan tetapi, satu hal yang tidak berubah, yaitu puisi itu mengucapkan sesuatu secara tidak langsung. Ucapan tidak langsung itu adalah menyatakan suatu hal dengan arti lain. 1.2.4 Unsur – Unsur Puisi Puisi tidak terlepas dari unsur-unsur yang membentuk keindahan dan kepadatan makna puisi itu sendiri. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan dan membentuk kepuitisan puisi. Unsur-unsur yang terdapat dalam puisi terdiri atas unsur intrinsik (struktur batin) dan unsur ekstrinsik (struktur fisik). Richard (Aminuddin, 2004: 150 ) memaparkan bahwa struktur batin puisi adalah sebagai berikut : Sense, sesuatu yang diciptakan atau digambarkan oleh penyair lewat puisi yang dihadirkannya ; Subject matter, yaitu pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakannya ; Feeling, yaitu sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya ; Tone, yaitu sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif ; Totalitas, yakni keseluruhan makna yang terdapat dalam suatu puisi ; Tema, adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi. Selain unsur batin, hal yang terpenting dalam pembentukan puisi adalah struktur fisik. Hal-hal yang termasuk struktur fisik puisi adalah sebagai berikut. 14
1. Diksi ( Pilihan Kata) Meyer (Badrun, 1989: 9) membagi diksi dalam tiga tingkatan, yaitu: a. Diksi Formal Diksi formal adalah bermartabat, impersonal dan menggunakan bahasa yang tinggi. b. Diksi Pertengahan Diksi pertengahan adalah kata-kata yang digunakan dan dipakai oleh kebanyakan orang yang berpendidikan dan kata-katanya sedikit tidak formal. c. Diksi Informal Diksi informal adalah diksi yang menggunakan bahasa slang dan dialek. 2. Pengimajinasian Effendi (Aminuddin, 2006: 141) mengemukakan bahwa pengimajinasian adalah penataan kata yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi kongkret dan cermat. Badrun (1989: 15-21) menambahkan pengimajinasian (imajeri) terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu: • Imajeri Visual (visual imagery) Imajeri Visual adalah imajeri yang dihasilkan oleh indra penglihatan. Contoh: Buah Rindu Ibu, lihatlah anakmu muda belia Setiap waktu sepanjang masa Duduk termenung berhati duka Hamzah (Badrun, 1989: 16)
15
• Imajeri Pendengaran (auditory imagery) Imajeri Pendengaran adalah imajeri yang dihasilkan oleh indra pendengaran. Contoh: Subuh Sampai Magrib, Satu Hari Pada Awal Abad Lima Belas Dengarlah ratusan juta tangan Berdesir mengisaratkan takbir Taufiq Ismail (Badrun, 1989: 17) • Imajeri Penciuman (alfactory imagery) Imajeri
Penciuman
adalah
imajeri
yang
dihasilkan
oleh
indra
penciuman.Contoh: Bintaro Kini, jauh tinggal di luar kota, sehabis hujan Udara berbau tanah Dan bunga segera mengembangkan aroma Hari senja dan dingin Burung-burung mencicit di pohonan Latif (Badrun, 1989: 18) • Imajeri Pengecapan (gustatory imagery) Imajeri Pengecapan adalah imajeri yang dihasilkan oleh indra pengecapan. Contoh: Pergi Aku Ke Balik Malam Lelaki-lelaki lahir ke dunia Dan pergi-mestikah ia pamit Kepada siapa? Dijilatnya lidah cinta Yang ditelannya malam Rendra (Badrun, 1989: 19)
16
• Imajeri Peraba (tactile imagery) Imajeri peraba adalah imajeri yang dihasilkan oleh indra peraba, seperti
keras,
lembut, basah, panas, dan dingin. Contoh: Sementara langit Bunyi apa gerangan, bertahan-tahan asing dan jauh Mereka-reka bahagia, meraba-raba rahasia Ketika tanganmu menjamah, dingin dan kaku Kita pun terdiam dalam pandang yang beku Ismail (Badrun, 1989: 20) • Imajeri Organik (organic imagery) Imajeri Organik adalah imajeri yang berkaitan dengan perasaan, seperti kelaparan, kehausan, kelelahan, kebosanan. Contoh: Kuta Jane, Jane, matamu Samudra luas tak terduga Haus dan lapar Menyeringai bagai hantu Rusli (Badrun, 1989: 21) • Imajeri Gerakan (kinaesthetic imagery) Imajeri gerakan adalah imajeri yang menggambarkan sesuatu yang bergerak atau sesuatu yang tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai gerak. Contoh: Kebenaran Kebenaran di tubuhku ini meloncat-loncat Dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri Egoku duduk bersandar di tengah-tengah Seperti penonton pingpong di garis jaring net Mengisap bentul premium Sarhadi (Badrun, 1989:22)
17
3. Bahasa Figuratif Bahasa figuratif atau lebih dikenal dengan majas (gaya bahasa) adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding. Menurut Perrine (Badrun, 1989: 26) mangatakan bahwa “bahasa kiasan dapat menyampaikan makna secara efektif, karena memberikan imajinatif pada pembaca”. Fungsi bahasa kiasan adalah sebagai salah satu alat kepuitisan untuk menggambarkan puisi menjadi jelas, hidup, intensif dan menarik (Badrun, 1989: 26). Macam-macam bahasa figuratif atau majas adalah sebagai berikut: 1. Metafora Metafora adalah jenis gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Contoh : La nature est un temple où de vivants piliers Laissent parfois sortir de confuses paroles Baudelaire (Pourchot, 2005: 84) 2. Simile Simile adalah jenis gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara langsung dengan menggunakan kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan lain-lain. Contoh: La vie est comme un long fleuve tranquille
18
3. Personifikasi Personifikasi adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah hidup. Contoh: C’était une claret qui pensait, qui vivait Hugo (Pourchot, 2005: 103) 4. Sinekdoke Sinekdoke adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Contoh: Boire une bonne bouteille (du vin) 5. Metonimia Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Contoh: La ville est en pleine effervescence (les habitants) 6. Simbol Simbol adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu objek yang hidup atau tidak hidup dapat mewakili sesuatu yang lain. Contoh: À la fin, j’ai quitté la robe pour l’épée
19
7.
Allegori
Allegori adalah cerita atau deskripsi yang biasanya mengarah pada satu makna karena kejadian, tindakan, tokoh, setting dan objek yang mewakili abstraksi dan ide yang khusus. Contoh: Je vis cette faucgeuse. Elle était dans son champ Elle allait à grands pas, moissonnant et fauchant Noir squelette, laissant passer le crepuscule Le Contemplation, livre IV (Pourchot, 2005: 22) 4. Rima Rima adalah bunyi yang berselang/berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi (Aminuddin, 2004: 137). Berdasarkan letaknya, rima dibedakan menjadi sebelas, yaitu: 1.
Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
2.
Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi
3.
Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
4.
Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertikal
5.
Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal
20
6.
Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
7.
Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan larik ketiga (ab-ba)
8.
Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).
9.
Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa)
10.
Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb)
11.
Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik puisi (a-b-c-d)
5. Tipografi Cara penulisan puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang diamati secara visual dapat disebut dengan tipografi.
Aminuddin (2004: 146)
menjelaskan peranan tipografi adalah sebagai berikut ; 1. Sebagai aspek artistik visual; 2. Menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu; 3. Menunjukan gagasan-gagasan dan memperjelas adanya satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
21
1.3 Teknik-Teknik dalam Pembelajaran Menulis Puisi Dalam pembelajaran menulis puisi sebaiknya seorang pembelajar harus menggunakan suatu teknik untuk mempermudah dalam proses menulis puisi. Menurut
Mashudi
yang
terdapat
dalam
situs
http://mashudismada.wordpress.com/2010/11/06/variasi-teknik-kreatif-dalampengajaran-menulis-puisi/ ada beberapa teknik dalam pembelajaran menulis puisi, yaitu: 1. Teknik Peta Pasang Kata Teknik ini berpusat pada keberanian dalam memasang-masangkan kata secara bebas tetapi imajinatif. Di sinilah, akan memunculkan kata-kata baru yang imajinatif pula. Hal ini, kemudian menjadi hal yang potensial yang dapat dikembangkan menjadi larik yang menarik, kemudian dapat dikembangkan menjadi bait, selanjutnya dapat disempurnakan menjadi puisi yang utuh. 2. Teknik Epigonal Teknik epigonal adalah teknik pengekoran terhadap puisi-puisi yang telah ada. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah; (a) sebanyak mungkin membaca puisi para penyair, (b) mengidentifikasi kemenarikan puisi, (c) mengategorikan aspek kemenarikan puisi, (d) menyisihkan puisi-puisi yang inspirasional dan menarik, (e) mengedit secara cermat sehingga puisi yang ditulisnya sudah baik.
22
3. Teknik Lengkapi Puisi Teknik ini merupakan latihan mendasar mengawali puisi, mengisi isi puisi, sampai bagaimana mengakhiri puisi yang menarik. Di samping itu, teknik ini juga melatihkan kita agar kreatif menyesuaikan secara cepat gaya puisi yang dirumpangkan. 4. Teknik Outbond Pada prinsipnya teknik outbond mengajak kita untuk terlibat langsung dengan objek dan penulisan puisi menggunakan teknik ini menarik jika dilakukan di luar ruangan bersekat dan dialam terbuka. Misalnya, di pinggir kali, di alunalun kota, di tempat wisata, di pesawahan, di keramaian, dan seterusnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: (a) memilih tempat yang cocok dengan tema, (b) memaksimalkan objek langsung sebagai sumber inspirasi dan ekspresi, (c) mengekspresikannya sesuai dengan objek amatan, dan (d) menata dengan baik berbasis objek langsung. 5. Teknik Panggil Pengalaman Sumber yang paling diyakini dapat membantu dalam pembelajaran menulis puisi adalah pengalaman pribadi karena mengundang ide atau gagasan (brainstorming). Dalam kegiatan ini, satu tema bisa dipilih, misalnya kegiatan akhir pekan. Hal tersebut bisa dimulai dengan menulis paragraf pendek tentang kegiatan akhir pekan yang tak terlupakan. Setelah itu dengan bimbingan bisa dilanjutkan menulis puisi berdasarkan pengalaman yang tak terlupakan.
23
6. Teknik Akrostik Teknik akrostik merupakan suatu teknik yang dapat merangsang pemula untuk menulis sebuah puisi. Menulis puisi menggunakan teknik akrostik dilakukan dengan menggunakan huruf awal dalam sebuah kata untuk memulai menulis puisi. Huruf awal tersebut merupakan judul dari puisi tersebut. Caranya, diawali dengan menentukan tema kemudian menuliskan judul secara vertikal ke bawah sehingga membentuk huruf yang mengawali setiap baris puisi. Huruf yang di tulis
secara
vertikal
merupakan
rangsangan
bagi
mahasiswa
untuk
mempermudah dalam menentukan kata pertama untuk mengawali setiap baris puisi. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti memilih teknik akrostik dalam proses pembelajaran menulis puisi bahasa Prancis.
2.3.1 Pengertian Teknik Akrostik Dalam http://education.alberta.ca/media/640643/23_202ecr_lettre.pdf Un acrostiche est un petit poème où les lettres initiales de chaque vers composent un mot. Ce poème est composé de telle manière, qu’en lisant, dans le sens vertical, la première lettre de chaque vers, on peut découvrir un mot clé (le titre du poème, un mot évocateur, etc.) ou un nom (le nom d’une personne, le nom de l’auteur, etc.).
24
Dari pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akrostik adalah sebuah puisi dimana huruf awal dari setiap baris membentuk sebuah kata. Puisi ini disusun sedemikian rupa sehingga membacanya secara vertikal, huruf pertama dari setiap baris dijadikan sebagai kata kunci. Sudibyo (2008) menjelaskan bahwa akrostik berasal dari bahasa Prancis acrostiche dan Yunani akrostichis artinya sebuah sajak yang huruf awal barisbarisnya menyusun sebuah atau beberapa kata. Senada dengan Harianti (2008: 57) memaparkan bahwa teknik akrostik adalah sebuah teknik mengingat dengan cara mengambil huruf depan dari masing-masing kata yang akan diingat. Teknik akrostik dalam menulis puisi merupakan suatu teknik yang dapat merangsang pemula untuk dapat menulis sebuah puisi. Menulis puisi menggunakan teknik akrostik dilakukan dengan menggunakan huruf pertama dalam sebuah kata untuk memulai menulis tiaptiap baris puisi. Huruf awal tersebut merupakan judul dari puisi tersebut. Teknik akrostik merupakan cara menulis puisi yang diawali dengan menentukan judul kemudian menuliskan kata yang berhubungan dengan judul secara vertikal ke bawah sehingga membentuk huruf yang mengawali setiap baris puisi. Huruf yang ditulis secara vertikal merupakan rangsangan bagi mahasiswa untuk memudahkan dalam menentukan kata pertama untuk mengawali setiap baris puisi. Selanjutnya kata pertama tersebut dilanjutkan menjadi kata-kata yang indah. Menurut Salam
(2009)
yang
terdapat
dalam
situs
http://pelitapendidikan.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-menulis-puisi-
25
dengan.html kegiatan menulis puisi dengan menggunakan teknik akrostik dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: 1.
Tahap preparasi berupa kegiatan pengumpulan data atau informasi yang akan dijadikan bahan penulisan.
2.
Tahap inkubasi dilakukan untuk mengendapkan atau mematangkan ide-ide yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya.
3.
Tahap aluminasi merupakan tahap untuk melahirkan ide, gagasan atau pengalaman ke dalam bentuk puisi.
4.
Tahap verifikasi yaitu kegiatan menilai puisi hasil karya sendiri.
2.3.2 Manfaat Teknik Akrostik Salam
(2009)
dalam
situs
http://pelitapendidikan.blogspot.com/2009/pembelajaran-menulis-puisi-dengan.html memaparkan bahwa manfaat teknik akrostik dalam menulis puisi adalah
(1)
mengarahkan mahasiswa dalam menentukan ide dari sesuatu yang dikenal yang berada disekitarnya, (2) membantu mahasiswa menemukan kata-kata pertama dalam menulis puisinya, (3) membantu mahasiswa memperkaya perbendaharaan kosakata, dan (4) membimbing mahasiswa melakukan tahapan-tahapan menulis. Teknik akrostik memudahkan mahasiswa saat menggali ide awal untuk menulis puisi, selain itu teknik akrostik memudahkan mahasiswa saat proses menulis puisi karena puisi yang ditulis menggunakan kata pertama yang di susun vertikal sehingga dapat membantu untuk menentukan kata – kata setiap baris puisi. Teknik
26
akrostik dapat diterapkan kapan saja dan di mana saja. Teknik akrostik tidak mengharuskan media pembelajaran seperti barang elektronik berupa audio maupun visual.
2.3.3 Langkah-langkah Menulis Puisi menggunakan Teknik Akrostik Penerapan teknik akrostik dalam pembelajaran menulis puisi dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Penggalian ide Dalam kegiatan ini, mahasiswa diajak untuk berfikir dan mengenang pengalaman yang pernah dialami. Mahasiswa memejamkan mata agar lebih berkonsentrasi dalam mengingat pengalaman-pengalaman apa saja yang pernah dialaminya. 2. Tahap Penentuan Ide Pada tahap ini, mahasiswa dimotivasi untuk memilih satu pengalaman yang menarik untuk dijadikan judul puisi. Dengan diperolehnya ide yang bersumber dari dirinya sendiri, maka mahasiswa akan lebih mudah dalam menulis puisi. Pada tahap ini juga, mahasiswa diharuskan mengumpulkan kosakata yang mungkin akan digunakan dalam puisi akrostiknya. Kegiatan ini dilaksanakan setelah mahasiswa dikenalkan dengan model-model puisi akrostik yang mungkin akan dijadikan bentuk puisi yang dipilihnya.
27
3. Tahap Penulisan Pada tahap ini, mahasiswa mulai menuliskan apa yang dirasakan dan dipikirannya ke dalam puisi dengan bantuan pola akrostik sesuai dengan judul yang telah di pilih mahasiswa itu sendiri. Pola tersebut dapat berbentuk daftar nama diri, benda, keadaan dan hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman pribadi. Dengan pola tersebut, mahasiswa lebih mudah menyelesaikan puisinya. Tahapan penulisan puisi akrostik adalah sebagai berikut: a. Menentukan judul puisi Mahasiswa memilih satu pengalaman yang menarik untuk dijadikan judul puisi.
Pengalaman
tersebut
akan
membantu
mahasiswa
untuk
mengembangkan ide. b. Menyusun judul puisi tersebut secara vertikal Judul dibuat vertikal untuk membantu memudahkan dalam menentukan kata pertama untuk mengawali setiap baris puisi. c. Menyusun diksi ke dalam huruf-huruf yang telah di susun secara vertikal. Mengaitkan huruf awal dengan diksi yang telah ada dan melanjutkan kata pertama tersebut menjadi kata-kata yang indah tiap barisnya. 4.
Tahap Penyuntingan
Pada tahap penyuntingan, mahasiswa membaca kembali puisi yang telah ditulisnya. Setelah itu, mahasiswa menyunting kata-kata dalam puisinya, seperti mengganti, menghapus dan menambahkan kata-kata dalam puisinya tersebut. Dan selanjutnya mahasiswa menyalin puisi tersebut dengan rapi. 28
2.3.4 Penilaian Menulis Puisi Penilaian adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang pengajar untuk mengetahui sejauh mana hasil dan kemampuan dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran. Suatu penilaian dapat di jadikan bahan evaluasi bagi para pengajar agar proses belajar-mengajar menjadi lebih baik. Dalam menulis puisi bahasa Prancis, kita harus memperhatikan beberapa aspek yang harus di nilai. Salah satunya adalah aspek penilaian menulis puisi menurut lembaga Alberta education (Canada:
2004)
yang
terdapat
dalam
situs
http://www.sasked.gov.sk.ca/docs/francais/frlang/poesie/annexe2poesie.html, menyebutkan bahwa kriteria penilaian menulis puisi akrostik adalah sebagai berikut. 1. Originalité et de coherence (keaslian puisi dan kesinambungan antar bait puisi) 2. A vérifié l’orthographe et syntaxe (mengoreksi kesalahan ortograf dan sintaksis) Sedangkan menurut Hardianti (2010) dan Saskatchewan (1995) memaparkan aspek-aspek yang perlu di nilai dalam puisi adalah sebagai berikut. a.
Tema
b.
Pilihan kata (diksi)
c.
Bahasa figurative (majas)
d.
Rima
e.
Citraan
f.
Amanat
29
Aspek -aspek yang perlu di nilai dalam menulis puisi merujuk pada Hardianti (2008), Saskatchewan (1995) dan lembaga Alberta education (Canada: 2004), adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Format Penilaian Menulis Puisi
No
Aspek yang di nilai 1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Skala Penilaian 2 3
Skor Nilai 4
Tema Pilihan kata (diksi) Bahasa figuratif Rima Amanat Kesalahan sintaksis Kesalahan ortograf Citraan jumlah
Dalam penelitian ini, skor terbesar yang akan diperoleh mahasiswa adalah sebesar 32 poin dari 1 penilai dan ada tiga penilai yang terlibat dalam proses penilaian, sehingga skor terbesar yang akan diperoleh mahasiswa dari tiga penilai sebesar 96 poin. Di bawah ini adalah kategori penilaian puisi berdasarkan skor. Tabel 2.2 Kategori Penilaian Puisi Berdasarkan Skor Nilai 73 – 96 49– 72 925– 48 1 – 24
Klasifikasi Baik Sedang Kurang Sangat kurang
30
Peniliti akan memaparkan format kriteria penilaian yang di pakai dalam penelitian ini, yaitu format penilaian menulis puisi bahasa Prancis yang telah diadapsi dari Hardianti (2008), Saskatchewan (1995) dan lembaga Alberta education (Canada: 2004). Agar lebih jelas tertera seperti pemaparan di bawah ini. Tabel 2.3 Format Kriteria Penilaian Menulis Puisi Kategori
Tema
Pilihan Kata (diksi)
Rima
Bahasa Figuratif (majas)
Amanat
Kesalahan Sintaksis
Kesalahan Ortograf
Pengimajinasiaan (citraan)
Kriteria
Bobot
Isi puisi tidak berkaitan dengan tema Isi puisi kurang berkaitan dengan tema Isi puisi puisi hampir berkaitan dengan tema Isi puisi berkaitan dengan tema Diksi tidak tepat dan tidak bervariasi Diksi kurang tepat dan sangat terbatas Diksi kurang tepat, tetapi bervariasi Diksi tepat dan bervariasi Larik-larik puisi tidak memiliki rima Larik-larik puisi kurang memiliki rima Larik-larik puisi kurang memiliki rima tetapi menimbulkan estetika puisi Larik-larik puisi memiliki rima dan menimbulkan estetika puisi Tidak terdapat majas Puisi mengunakan 1 majas dan kurang tepat penggunaannya Puisi menggunakan 2 majas tetapi kurang tepat penggunaannya Puisi menggunakan 3 majas dan tepat penggunaannya Amanat tidak dipahami Amanat kurang dapat dipahami Amanat cukup dapat dipahami Amanat dapat dipahami Ada banyak kesalahan dalam struktur kalimat Ada beberapa kesalahan struktur kalimat Ada sedikit kesalahan struktur nampaknya kurang berhati-hati Tidak ada satupun kesalahan dalam struktur kalimat Ada banyak kesalahan dalam penululisan Ada beberapa kesalahan penulisan Ada sedikit kesalahan penulisan nampaknya kurang berhati-hati Tidak ada satupun kesalahan dalam penulisan Citraan yang digunakan kurang menimbulkan suasana dan tidak memperkuat daya baying citraan yang digunakan cukup menimbulkan suasana tetapi kurang memperkuat daya baying Citraan yang digunakan menimbulkan suasana dan memperkuat daya bayang Citraan yang d gunakan tepat, menimbulkan suasana dan memperkuat daya bayang
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Skor Maksimal
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
31