PENGARUH ETIKA PROFESI, INDEPENDENSI, DAN PEMAHAMAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN DKI JAKARTA.
Lindri Widiya Atfa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Akses UI Kelapa Dua Depok
Abstract This research aims to examine the influence of Professional Ethics, Independence, and Understanding the Performance of Accounting Information Systems Auditor at State Audit Agency Representative Jakarta. Variables used in the study consisted of the dependent variable is performance auditor, and the independent variables consisting of Professional Ethics, Independence, and Understanding Accounting Information Systems. The population in this study is the auditor who worked on BPK Jakarta Representative. Sample of this study is comprised of 55 auditors. Sampling using Slovin formula, and analysis of research data using multiple regression analysis using SPSS version 20.00. The results showed that: Professional Ethics (X1) has a significant influence on the Performance Auditor, which is indicated by the sig value of 0.028; independence (X2) has a significant influence on the Performance Auditor, which is indicated by the sig of 0,023; Understanding SIA (X3 ) has a significant effect on the performance auditors, which is indicated by the sig of 0,018, and Professional Ethics, Independence, and understanding SIA jointly have a significant effect on performance auditors, which is indicated by the sig value of 0.01. Of the coefficient of determination (R2) for the performance of 0,270 auditors. This means that the percentage contribution of the influence of professional ethics, independence, and understanding of SIA by 27%, while the remaining 73% is influenced by other variables not included in this study.
1.
Pendahuluan Badan Pemeriksa Keuangan merupakan lembaga Negara yang bebas dan mandiri dengan tugas khusus untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara (Pasal 23 E (1) UUD 1945). Tugas khusus BPK untuk memeriksa mengelola keuangan negara maupun daerah, dan BPK juga melakukan audit kinerja pemerintah atau badan yang keuangannya merupakan keuangan negara atau daerah, audit dengan tujuan tertentu misalnya audit atas belanja pemerintah atau audit investigasi. Sedangkan kantor akuntan publik adalah lembaga yang memiliki izin dari Mentri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan pekerjaannya. Kantor Akuntan Publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa. Kantor Akuntan Publik melaksanakan empat jenis jasa utama, yaitu jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, serta jasa auditing. Audit sendiri terdiri dari audit laporan keuangan, audit operasional, dan audit ketaatan. Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Namun masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan terhadap profesi akuntansi publik. Karena terjadinya banyak kegagalan audit pada beberapa dekade belakangan ini, telah menimbulkan krisis kepercayaan pada masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi akuntansi dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini memang beralasan, karena cukup banyak laporan keuangan suatu perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, tetapi justru mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dikeluarkan. Kasus kegagalan audit menimbulkan dampak yang sangat merugikan dan pasti reputasi auditor dari akuntan publik juga menjadi taruhannya. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting dalam penyediakan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Sebenarnya kasus kegagalan audit akan mudah terbongkar jika auditor (pemeriksa) keuangan perusahaan, baik orang dalam maupun akuntan publik yang disewa, jujur mengatakan hal sebenarnya, dan seorang auditor juga harus menerapkan etika profesi pada dirinya. Menjaga citra profesi menjadi tanggung jawab semua akuntan. Secara profesional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan secara konsisten menjaga reputasi profesi dan menghindari tindakan yang merendahkan
martabat profesi. Akuntan dalam segala tindakannya selalu mempertimbangkan diri pada etika profesi serta tangungjawab sebagai profesional. Pada tahun 1998, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merumuskan Kode Etik IAI sebagai pedoman etika profesional, Etika profesi ini dirumuskan agar dalam memberikan jasa profesional akuntan selalu bertindak tegas dan jujur. Mematuhi rambu-rambu standar profesional dan teknis yang relevan. Namun saat menghadapi penugasan, keahlian dan ketelitian berjalan dalam ritme yang tinggi sesuai dengan syarat integritas, obyektivitas, serta syarat independensi yang berlaku. Keberadaan akuntan publik sebagai suatu profesi tidak dapat dipisahkan dari karakteristik independensinya. Akuntan publik sudah semestinya harus independen, karena akuntan publik tidak akan berarti tanpa adanya independensi. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dibidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi juga harus menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan independensinya diragukan masyarakat. Sikap mental independen auditor menurut masyarakat inilah yang tidak mudah diperoleh. Selain etika profesi dan Independensi, pemahaman Sistem Informasi Akuntansi juga menjadi sangat mutlak bagi seorang auditor, karena melihat dari salah satu faktor yang menyababkan rendahnya tingkat penyelesaian laporan hasil audit adalah pemahaman auditor yang kurang terhadap Sistem Informasi Akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Sistem Informasi Akuntansi merupakan proses mengumpulkan, menggolongkan, mengolah data transaksi, lalu menganalisis, dan mengkomunikasikan hasilnya dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Pemakai informasi keuangan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi adalah pihak dalam perusahaan, terutama manajeman, dan pihak luar yang berkepentingan terhadap perusahaan, termasuk auditor BPK. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kombinasi variabel-variabel independen penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, untuk di analisis pengaruhnya terhadap kinerja auditor di kantor akuntan publik. Penelitian terhadap kinerja auditor sangat penting karena kinerja auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor.
2.
Tinjauan Literatur dan Hipotesis.
2.1
Tinjauan Literatur. Kinerja Auditor Kinerja auditor adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang auditor dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman,
dan
kesungguhan
waktu
yang
diukur
dengan
mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Sedangkan tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan, baik yang bersifat instrinsik.
Etika Profesi Kode etik akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik IAI yang terdiri dari kode etik umum akuntan Indonesia, kode etik kompartemen, dan interpretasi kode etik kompartemen. Maka dari itu etika professional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktek profesi bagi masyarakat. Etika professional harus lebih dari sekedar prinsip-prinsip moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang professional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistic. Sedangkan kode etik professional dapat dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal, sehingga harus bersifat realistic dan dapat ditegakkan. Professional berarti tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat. Sebagai professional, akuntan publik mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien dan
terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk perilaku yang terhormat, sekalipun ini berarti pengorbanan pribadi.
Independensi Auditor. Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Keberadaan akuntan publik sebagai suatu profesi tidak dapat dipisahkan dari karakteristik independensinya. Akuntan publik selalu dianggap orang yang harus independen. Tanpa adanya independensi, akuntan publik tidak berarti apa-apa. Masyarakat tidak percaya akan hasil auditan akuntan publik sehingga masyarakat tidak akan meminta jasa pengauditan dari akuntan publik. Masyarakat akan meminta pihak lain yang dianggap independen untuk menggantikan fungsi akuntan publik. Atau dengan kata lain, keberadaan akuntan publik ditentukan oleh independensinya. Keeratan hubungan akuntan publik dengan independensi ini dapat ditinjau dari posisi penting kata independensi dalam berbagai literatur pengauditan. Dalam beberapa definisi pengauditan yang dikemukakan oleh pakar pengauditan terkandung makna independensi, baik secara tersurut maupun tersirat. Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas, objektifitas dan independensi dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Disamping itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.
Sistem Informasi Akuntansi
Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi yaitu proses mengumpulkan, menggolongkan, mengolah data transaksi, lalu menganalisis, dan mengkomunikasikan hasilnya dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Pemakaian informasi keuangan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi adalah pihak dalam perusahaan, terutama manajemen dan pihak luar yang berkepentingan terhadap perusahaan. Sistem informasi merupakan sebuah susunan dari orang. Aktifitas, data, jaringan dan teknolongi yang terintegrasi yang berfungsi untuk mendukung dan meningkatkan operasi sehari-hari sebuah bisnis, juga menyediakan kebutuhan informasi untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan oleh manajer. Ada dua tipe sistem informasi, personal dan multiuser. Sistem informasi personal adalah sistem informasi yang didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi personal dari seorang pengguna tunggal (single user). Sedangkan sistem informasi multiuser didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi dari kelompok kerja (departemen, kantor, divisi, bagian) atau keseluruhan organisasi. Untuk membangun sistem informasi, baik personal maupun multiuser, haruslah mengkombinasikan secara efektif komponen-komponen sistem informasi yang dikelompokkan ke dalam lima building blocks, yaitu: orang, aktivitas, data, jaringan, dan teknologi.
2.2
Pengembangan Hipotesis.
Berdasarkan atas hal-hal yang telah dikemukakan dalam telaah pustaka diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ho :
Tidak ada pengaruh antara etika profesi, independensi, dan pemahaman sistem informasi akuntansi terhadap kinerja auditor pada BPK.
Ha :
Ada pengaruh antara etika profesi, independensi, dan pemahaman sistem informasi akuntasi terhadap kinerja auditor pada BPK.
3.
Metode Penelitian.
3.1
Penentuan Sampel. Penelitian ini menganalisis persepsi atau pendapat responden mengenai pengaruh etika profesi, independensi, dan pemahaman SIA terhadap kinerja auditor. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan DKI Jakarta. Total auditor yang bekerja pada BPK perwakilan DKI Jakarta diperkirakan sebanyak 120 auditor. Sampel yang digunakan adalah 55 auditor dari perhitungan menggunakan rumus slovin.
3.2
Operasi Variabel Penelitian. Tabel 1 Operasi Variabel Penelitian
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Skala
Etika Profesi
Menurut Arens dan Loebbecke, 1997 Kuesioner : Etika profesi mencakup prinsip Likert moral, independensi, integritas serta 1 - 5 objektivitas.
Ordinal
Independensi
Menurut Mulyadi, 2002 Kuesioner : Independensi berarti adanya Likert kejujuran dalam diri auditor dalam 1 - 5 mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Ordinal
Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Wilkinson, 1991 Sistem Kuesioner : Informasi Akuntansi merupakan Likert kerangka pengkoordinasian sumber 1 - 5 daya untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjadi keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Ordinal
Kinerja Auditor
3.3
Kinerja auditor merupakan tindakan Kuesioner : atau pelaksanaan tugas pemeriksaan Likert yang telah diselesaikan oleh auditor 1 - 5 dalam kurun waktu tertentu.
Ordinal
Teknik Pengolahan Data. Data-data yang diperoleh akan diolah menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Deskriptif Kualitatif Keeratan atau kekuatan hubungan (korelasi) pada teknik pengolahan data ini, r dapat bervariasi dari –1 sampai +1 (-1 = r = +1), dengan ketentuan di bawah ini : o r = 0 atau mendekati 0, maka hubungannya sangat lemah atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali. o r = +1 atau mendekati +1, maka hubungannya kuat dan searah. o
2.
r = -1 atau mendekati –1, maka hubungannya kuat dan tidak searah.
Deskriptif Kuantitatif Pengolahan data kuantitatif (data yang berbentuk angka-angka) dengan
menggunakan metode statistik sebagai berikut : a. Penghitungan dengan menggunakan SPSS metode statistik dan regresi linear berganda yang menghasilkan tabel-tabel yang kemudian dipaparkan dalam kata-kata yang merupakan pembahasan dari tabel tersebut.
Persamaan Umum Regresi Berganda : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + …………. + b nXn Ket : Y X1, X2, X3, …, Xn
= Variabel dependen = Variabel independen
Yang menyatakan bahwa : Y = Nilai estimasi a = Nilai Y pada perpotongan antara garis linear dengan sumbu vertikal (constant)
X1, X2,..., Xn = Nilai variabel independen X1, X2,…, Xn b1, b2,..., bn = Slope yang berhubungan dengan variabel X b. Uji hipotesis regresi berganda menggunakan standar alpha (a) 5% untuk mencari nilai tabel (t tabel) yang kemudian dibandingkan dengan nilai hitung, apakah lebih besar atau lebih kecil dari nilai hitung untuk menentukan menerima atau menolak Ho.
4.
Pembahasan. Hasil pengolahan data disajikan secara lengkap pada lampiran. Sedangkan untuk memperoleh model regersi yang baik maka perlu dilakukan uji asumsi, hasil uji asumsi dapat dilihat juga pada lampiran. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa model regresi memenuhi asumsi yang dipersaratkan berdasarkan pada hasil berikut: a. Nilai Durbin-Watson sebesar 1,731 untuk variabel terikat kinerja auditor, menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. b. Nilai Variance Inflation Factor(VIF) dan Tolerance mempunyai nilai disekitar satu dan nilai korelasi antar variabel independen tidak signifikan, hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel
Colliniearity Statistics
Kesimpulan
Etika Profesi
TOL 0,964
VIF 1,037
Tidak Terjadi Multikolinieritas
Independensi
0,963
1,039
Tidak Terjadi Multikolinieritas
Pemahaman SIA
0,991
1,009
Tidak Terjadi Multikolinieritas
c. Berdasarkan pengujian normalitas data yang digunakan grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual yang hasil pengujiannya dapat dilihat pada lampiran, yang menunnjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
d. Berdasarkan plot dari studentized residual(sumbu Y) dengan standardized predicted value(sumbu X) menunjukkan tidak ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien determinan (R2) untuk kinerja auditor sebesar 0,270. Hal ini berarti persentase sumbangan pengaruh etika profesi, independensi, dan pemahaman SIA sebesar 27%, sedangkan sisanya sebesar 73% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hasil analisis varian menunjukkan nilai F test signifikan pada tingkat 0,001 untuk kinerja auditor. Hal ini menunjukkan bahwa etika profesi, independensi, dan pemahaman sistem informasi akuntansi berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja auditor. Secara parsial etika profesi, independensi, dan pemahaman sistem informasi akuntansi juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap dengan kinerja auditor.
5.
Penutup. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh
etika
profesi,
independensi, dan pemahaman SIA terhadap kinerja auditor pada BPK RI. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Etika Profesi (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Auditor, yang ditunjukkan oleh nilai sig sebesar 0,028; Independensi (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Auditor, yang ditunjukkan oleh nilai sig sebesar 0,023; Pemahaman SIA (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Auditor, yang ditunjukkan oleh nilai sig sebesar 0,018; dan Etika Profesi, Independensi, dan Pemahaman SIA secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Auditor, yang ditunjukkan oleh nilai sig sebesar 0,01. 2. Dari hasil penelitian diketahui nilai koefisien determinasi (R2) untuk kinerja auditor sebesar 0,270. Hal ini berarti persentase sumbangan pengaruh etika profesi, independensi, dan pemahaman SIA sebesar 27%, sedangkan sisanya
sebesar 73% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2001, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Agoes, S. 2004. Auditing : Pemeriksaan Akuntansi Oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid 1, Edisi ke-3. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Arens, A.A., Loebecke, J.K. 2003. Auditing. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemah Jusuf, A.A. Salemba Empat, Jakarta. Arens, Alvin A, Randal J.E dan Mark S.B. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Pendekatan Terpadu. Jilid 1, Edisi Kesembilan. Penerbit PT. Indeks. Jakarta. Ares, Alvin A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2001. Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Edisi ke-9. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Ares, Alvin A. And J.K Loebbeck. 1997. Auditing An Integrated Approach, Edisi ke-7, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Barlow, Victor M, Bentley, Lonnie D, Whitten, Jeffrey L. 1994. System Analysis and Design Methods. Edisi ke-3. Richard, D Irwin inc. Boynton, W, C., Johnson, R.N., & Kell, W.G. 2002. Modern auditing. Jakarta : Penerbit Erlangga. Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Andi Offset. Gujarati, 1995. Basic Econometrics. Third Edition. Singapore: McGraw-Hill Book Corporation. Hasibuan, S.P. Malayu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan ketujuh Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta. Halim, Abdul, Prof., Dr., MBA., Akt. 2004. Auditing dan Sistem Informasi. Yogyakarta: UUP AMP YKPN. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2000. SAK. Jakarta. Salemba Empat. Kalbers, Lawrence P. dan Fogart, Timothi j. 1995. “Profesionalism and Its Consequences : A Study Of Internal Auditors”, Auditing : A Jounal of Practice and Theory, 14: 64-86. Ohio. Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Makridakis, Spyros. 1983. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta : UI.
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Edisi ketiga, Cetakan Ke-3 : Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi ke-6, Cetakan Ke-1 : Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi. 1997. Sistem Akuntansi. Edisi ketiga. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Mulyadi. 1998. Sistem Akuntansi 1. Edisi 3. Yogyakarta : BPFE. Purbayu Budi Santosa, Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS. Yogyakarta : Andi Offset. Rietveld P., dan Sunaryanto, 1994. 87 Masalah Pokok Dalam Regresi Berganda. Yogyakarta: Andi Offset. Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart. 2006. Accounting Information System (Sistem Informasi Akuntansi). Jakarta: Salemba Empat. Saifuddin Azwar. 2004. Metode Penelitian, Cetakan V, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Sunyoto. Dadang. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Jakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service). Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Setyawan, Dharma. 2004. Manajemen Pemerintah Indonesia. Jakarta : Djambatan. Susanto, Azhar. 2004. Sistem Informasi Manajemen: Konsep dan Pengembangannya. Bandung: Lingga Jaya. Sri Trisnaningsih. 2007. Independensi Auditor dan komitmen organisasi sebagai mediasi pengaruh pemahaman good governance, pemahaman SIA dan budaya organisasi terhadap kinerja auditor. Makasar: Simposium Akuntansi Nasional X. Wilkinson, Josep, 1991. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 3. Binarupa Aksara. Jakarta. Wilkinson, Joseph. W. Maulana, Agus. 1993. Sistem Akunting dan Informasi. Edisi ke-3. Binarupa Aksara. www.antara.co.id www.bapepam.co.id www.google.com