LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 06 I 29 September 2016
USAID LESTARI
EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri
PENGANTAR Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), pada tahun 2030 jumlah wisatawan diperkirakan akan mencapai 1,8 miliar orang. Industri pariwisata juga diprediksi akan menjadi sektor ekonomi yang pesat dengan nilai transaksi diatas US$ 1 triliun. Bisnis pariwisata sejauh ini dikuasai oleh negara besar. Amerika Serikat merupakan negara dengan pendapatan tertinggi di dunia dari pariwisata internasional ($ 153 milyar) dan jumlah wisatawan mencapai 75,01 juta orang pada tahun 2014. Sementara untuk Indonesia sendiri, jumlah wisatawan yang datang pada tahun 2014 sekitar 9,4 juta dan berada pada posisi ke-4 di wilayah Asia Tenggara. Jumlah wisatawan ke
WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG
Indonesia jauh dibawah Malaysia (27,4 juta), Thailand (24,8 juta) dan Singapura (11,8 juta). Tidak hanya kalah dalam jumlah wisatawan, Indonesia juga dibawah ketiga negara tersebut dalam tingkat kompetisi. Thailand sekalipun indeks untuk keamanan dan keselamatan dibawah Indonesia, namun unggul untuk indikator lingkungan bisnis, tenaga kerja, kebersihan dan kesehatan. Karena itu, angka wisatawan yang masuk 3 kali lipat dibanding Indonesia 1 . Sekalipun demikian, angka kunjungan Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Dibandingkan tahun 2014, ada peningkatan sekitar 10% pada tahun 2015 menjadi 10,4 juta.
USAID LESTARI Ekowisat Indonesia: Perjalanan dan Tantangan | 1
Peningkatan jumlah wisatawan ini cukup menarik ditengah kondisi perlambatan ekonomi di sejumlah negara, termasuk negara yang menjadi sumber wisatawan ke Indonesia. Beberapa faktor yang memengaruhi peningkatan wisatawan adalah Pertama, kebijakan bebas visa kunjungan singkat bagi 90 negara secara tidak langsung membuka peluang bagi wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke Indonesia. Kedua, penyederhanaan perizinan terkait dengan masuknya kapal wisata dan kapal pesiar ke wilayah teritorial Indonesia. Ketiga, kebijakan pengembangan 10 kawasan pariwisata nasional untuk memperluas objek dan sekaligus mengurangi kebosanan wisatawan. Keempat, peningkatan promosi potensi wisata dan budaya Indonesia ke mancanegara melalui media internasional dan even pariwisata di tingkat internasional
EKOWISATA : MASALAH DAN TANTANGAN Sekalipun terdapat peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia dalam 5 tahun terakhir, namun kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya 3,2% atau US$ 26,1 juta. Terendah dibandingkan 4 negara Asean yang menjadi tujuan wisata. Hal ini sangat ironis mengingat Indonesia dikenal memiliki objek keindahan alam yang lengkap, menarik dan beragam mulai dari laut, daratan WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG
dan pegunungan. Termasuk kekayaan budayanya. Namun disadari bahwa kekayaan tersebut belum didayagunakan secara optimal sebagai aset bagi pengembangan wisata. Bahkan banyak objek-objek yang potensial justru menjadi rusak karena kurang dipelihara dan dieksploitasi secara berlebihan. Memang industri pariwisata di Indonesia dalam sejarahnya terlambat dikembangkan. Besarnya potensi sumberdaya alam yang ada seperti minyak, tambang, hutan, perkebunan dan pertanian membuat sektor pariwisata dipandang bukan sebagai sektor ekonomi yang strategis. Lebih dari 40 tahun lamanya, ekonomi Indonesia bertumpu pada kegiatan industri ekstraktif. Padahal perkembangan ekonomi yang dihasilkan tidak berdampak signifikan terhadap perusahaan sosial-ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan. Hal ini terlihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,684 (peringkat 110 dari 187 negara) 2 . Demikian pula dengan angka kemiskinan dimana 28,6 juta penduduk Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan dengan pendapatan Rp. 330 ribu/perbulan3. Perlambatan ekonomi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini telah berdampak
USAID LESTARI Ekowisat Indonesia: Perjalanan dan Tantangan | 2
terhadap penciptaan lapangan kerja, dengan pertumbuhan lapangan kerja lebih lambat dari pertumbuhan penduduk. Pelayanan publik berjalan secara tidak memadai sesuai dengan standar menengah. Hal ini pada akhirnya menyebabkan akses dan kualitas pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan juga menurun. Misal saja; angka kematian bayi sebesar 126 dari 100 ribu kelahiran dan 37% anak dibawah 5 tahun mengalami kekurangan gizi. Karena itu, hasil dari Blomberg New Survey 2015 telah mengkategorikan Indonesia menjadi 1 diantara 15 negara di dunia yang masuk kategori negara sengsara (Misery Index)4. Perkembangan industri pariwisata di Indonesia mulai tumbuh di era tahun 1992. Kala itu pemerintah menyadari pentingnya mendorong sektor pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara. Sehingga dicanangkan oleh pemerintah Tahun Kunjungan Wisatawan pada tahun 1994. Meskipun hanya 400 ribu wisatawan yang berkunjung. Arus kunjungan wisata mulai tumbuh pada tahun 2000, namun menurun drastis pada tahun 2003 seiring dengan peristiwa bom Bali. Dari jumlah wisatawan ke Indonesia, maka tercatat ada 10 wilayah propinsi di Indonesia yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik asing maupun nusantara. Terutama propinsi yang memiliki objek keindahan alam (pegunungan, pantai) dan budaya (tempat bersejarah, seni, hasil kerajinan). Kemudahan akses transportasi dan infrastruktur pendukung (akomodasi, restoran) dan sumberdaya manusia (tenaga kerja). Pemerintah Indonesia telah menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20 juta pada tahun 2020 dengan nilai devisa diperkirakan diatas 200 trilyun. Disamping mengoptimalkan produk yang sudah ada seperti kesenangan (leisure), MICE (meeting, convention dan exhibition) dan wisata minat khusus, pemerintah juga intensif mengembangkan dan mempromosikan ekowisata. Pilihan pengembangan ekowisata dengan harapan dapat memberikan cara-cara baru dalam
WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG
menggunakan sumber daya yang lebih berkelanjutan, melindungi keanekaragaman hayati dan meningkatkan standar hidup melalui perbaikan sumber mata pencaharian alternatif. Pilihan peningkatan sektor pariwisata Indonesia melalui ekowisata sesungguhnya tepat jika melihat: Pertama, seiring dengan perubahan nilai-nilai kehidupan masyarakat secara global yang lebih mencintai dan melindungi lingkungan maka kegiatan ekowisata cenderung berkembang serta tumbuh di dunia kepariwisataan. Sehingga minat masyarakat berwisata ke objek yang masih alami semakin besar. Minat inilah yang merupakan faktor pendorong dari berkembangnya pariwisata yang berorientasi pada konservasi lingkungan alam. Dimana ekowisata telah tumbuh hingga 25 % dari pasar wisata dunia dengan nilai US$ 473 milyar 5 . Studi TripAdvisor tahun 2012 menunjukkan 30% dari wisatawan menginginkan lokasi yang ramah lingkungan dan Costa Rica menjadi pilihan utama. Kedua, di Indonesia sendiri, potensi ekowisata cukup besar dan salah satu yang telah berkembang adalah Taman Nasional Komodo dengan objek trekking dan bird watching, fauna komodo yang merupakan binatang purba, serta snorkling dan diving yang menjadi favorit wisatawan. Jumlah pengunjung per tahun sebanyak 90 ribu wisatawan dan 93% adalah wisatawan asing. Sumbangan pada devisa negara dalam bentuk PNBP mencapai Rp. 19,3 milyar pada tahun 2015. Saat ini TN Komodo merupakan salah satu andalan ekowisata di Indonesia. Disamping Cartensz Pyramids atau puncak dari pegunungan Jayawijaya. Bromo dan Alas Purwo di Jawa Timur, Gunung Rinjani di NTB, TN. Ujung Kulon di Banten dan lainnya. Ketiga, objek-objek lingkungan dan budaya yang merupakan faktor utama dari ekowisata sangat banyak dan beragam di wilayah Indonesia. Indonesia memiliki keanekaragaman
USAID LESTARI Ekowisat Indonesia: Perjalanan dan Tantangan | 3
sumberdaya alam hayati yang berlimpah sehingga dikenal sebagai negara MEGA BIODIVERSITY. Wilayah hutan tropisnya terluas ketiga di dunia, dan terumbu karang dan kehidupan laut memperkaya ke-17.000 pulaunya. Dengan luas sekitar 1,3% dari wilayah bumi, Indonesia memiliki kurang-lebih 10% jenis tanaman dan bunga, 12% jenis binatang menyusui, 17% jenis burung, 24% jenis ikan, dan 10% sisa area hutan tropis terbesar di dunia yang kedua setelah Brazil6 . Ekowisata di Indonesia tidak kurang dari 120 titik yang terdiri dari taman nasional, taman wisata alam dan taman wisata laut.
dala yang dihadapi operator ekowisata seperti 1) Daya saing yang rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan India; 2) Globalisasi dan liberalisasi juga telah menyebabkan wisatawan lokal lebih memilih melakukan perjalanan ke luar Indonesia. Misal, wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Singapura tahun 2015 mencapai 1,3 juta orang atau 14% dari total wisatawan yang ada 8 dan 3) Perubahan pola dalam layanan wisata karena pergeseran gaya hidup dan kemajuan teknologi informasi yang dapat menjadi penghambat upgrade industri.
Sekalipun potensi sangat kaya, namun dengan pemahaman ekowisata adalah sebagai kegiatan wisata yang dirancang untuk melestarikan alam dengan menjadikan tanaman dan hewan yang hidup sebagai daya tarik utama, maka Indonesia tampaknya belum memiliki kapasitas untuk memromosikan sumber daya ekowisatanya. Beberapa pengamat bahkan berpendapat bahwa banyak operator pariwisata yang mengembangkan ekowisata tanpa berpegang pada prinsip-prinsip yang melestarikan keanekaragaman hayati. Hal ini dikarenakan pilihan pragmatis dalam usaha yaitu lebih merespon tren pasar yang ada dibanding pertimbangan keberlanjutan. Pelaku wisata Indonesia dihadapkan pada dua pilihan yaitu bersaing dengan menjadi negara termurah atau paling dekat tujuan bagi wisatawan, atau bersaing dalam bentuk - kualitas, nilai, harapan konsumen dan kepuasan wisatawan. Mengingat ekowisata sekarang memimpin di banyak pasar dan diperkirakan tumbuh dengan cepat7.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Memang disadari pengembangan ekowisata di Indonesia masih cukup berat. Dari sisi penawaran terutama para pihak yang terkait dengan penyedia pariwisata dituntut melakukan berbagai langkah untuk memenuhi standar kualitas yang diharapkan wisatawan. Dalam RPJMN - Bappenas disebutkan sejumlah ken-
WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG
Potensi Indonesia untuk meningkatkan sektor pariwisata sebagai sumber devisa negara dan sekaligus untuk meningkatkan strategi pembangunan berkelanjutan sangat besar. Salah satunya adalah melalui pengembangan ekowisata. Ada 2 bentuk kebijakan yang diperlukan menjadikan ekowisata sebagai lokomotif bagi pembangunan pariwisata di Indonesia. Pertama, pemerintah perlu menyusun roadmap pengembangan ekowisata terutama di 10 Propinsi yang menjadi wilayah kunjungan utama dan 5 propinsi kecil yang kaya ekosistem dan budaya. Kedua, pemerintah membantu investasi pengembangan ekowisata di unit/lokasi ekowisata yang sudah berjalan dan dikelola masyarakat melalui infrastruktur, permodalan dan lainnya sehingga dapat memperbesar jumlah wisatawan dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Melalui pengembangan ekowisata berkelanjutan, tidak hanya pendapatan negara yang meningkat, target penurunan emisi Indonesia pun akan tercapai mengingat ekowisata berkelanjutan menjamin kelestarian dari hutan dan area lain yang memiliki kandungan karbon tinggi.
USAID LESTARI Ekowisat Indonesia: Perjalanan dan Tantangan | 4
Publikasi ini dibuat dengan dukungan dari Rakyat Amerika Serikat melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari publikasi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Tetra Tech dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat.
WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG
USAID LESTARI Ekowisat Indonesia: Perjalanan dan Tantangan | 5