PENGARUH STIMULASI YANG BERLEBIHAN BERBENTUK KURSUS/ LES AKADEMIK TERHADAP TUMBUH KEMBANG OTAK PESERTA DIDIK Maya Umami E-mail:
[email protected] Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA) Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan
ABSTRAK Anak merupakan aset yang diupayakan oleh kedua orangtuanya untuk berkembang. Berkembang sebagai generasi penerus untuk lebih baik minimal satu profesi seperti orang tuanya misalnya saja jika, orang tuanya seorang dokter maka anaknya harus jadi kepala dokter dan jika dahulu orang tuanya selalu menduduki peringkat 10 besar maka anaknya harus peringkat 5 besar. Segala cara dilakukan orang tua untuk menjadi seperti apa yang diinginkannya misalnya saja dengan memberikan berbagai macam stimulasi kepada anak sebagai pelajar. Kursus/ les/ memanggil guru ke rumah dijadikan alternatif sebagai stimulasi yang tepat bagi anak secara akademik. Namun, perlu kita ketahui kemampuan anak itu seperti balon, balon akan mengembang jika diisi udara. Tetapi, tanpa disadari ketika udara terisi melebihi kapasitas, balon akan meledak. Dari rumusah masalah inilah penulis mengangkat judul "Pengaruh Stimulasi yang Berlebihan Berbentuk Kursus/ Les Akademik Terhadap Tumbuh Kembang Otak Peserta Didik" Adapun tema tersebut memiliki tujuan yakni: 1) mengetahui takaran yg tepat dalam pemberian stimulus terhadap tumbuh kembang otak, dan 2) stimulus seperti apa yang dibutuhkan untuk perkembangan otak secara maksimal. Dengan mengacu pada tujuan masalah tersebut penelitian ini menggunakan metode regresi sederhana dengan memakan waktu selama 1 minggu. Kata Kunci : Tumbuh Kembang Otak, Stimulasi, Dampak Stimulasi yang berlebih
1
PENDAHULUAN Kualitas dan kuantitas pendidikan yang ada di Indonesia saat ini mengalami kemajuan pesat. Terbukti dengan menaiknya standart nilai kelulusan, kenaikan kelas, maupun tes ketika memasuki perguruan tinggi. Standar kelulusan dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dengan begitu, masing-masing sekolah atau perguruan tinggi berkesempatan untuk menghasilkan output yang memiliki kualitas serta kuantitas yang dapat menunjang untuk pembangunan Negara. Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan adanya kenaikan standart kelulusan, maka dewasa ini kurikulum pendidikan menjadi lebih berbobot dari pendidikan terdahulu. Banyaknya materi yang harus dikuasai peserta didik, membuat kurikulum di Indonesia mengadopsi metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang lebih menekankan siswa untuk aktif selama kegiatan belajar dan pembelajaran. Pada buku karangan Darmaningtyas yang berjudul “Pendidikan yang memiskinkan” menuliskan bahwa Metode ini sebenarnya sudah diperkenalkan sejak pelaksanaan kurikulum 1975 yang di adopsi dari Inggris. Sistem ini di praktikan di 60 SD di Cianjur. Pada intinya, system ini mendorong siswa aktif belajar sendiri sedangkan guru hanya memberikan pengarahan dari belakang. Berbeda misalnya dengan system sebelumnya yang didominasi oleh pemandangan murid yang aktif mendengarkan dan mencatat ucapan guru. Pada system CBSA ini, murid berdiskusi, bertanya, bahkan mendebat guru. Selain metode yang dapat diterapkan guru terhadap siswa, maka perlakuan orang tua dari peserta didik juga berperan penting. Segala cara dilakukan oleh para orang tua untuk menjadikan anaknya siswa yang berprestasi sesuai dengan keinginanya. Tiap-tiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Tidak semua anak dapat mengikut metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) oleh karena itu les privat/ kursus/ memanggil guru ke rumah menjadi alternative yang tepat bagi orang tua terhadap anaknya.
2
Tidak sedikit orang tua yang memiliki obsesi untuk menjadikan buah hatinya seperti apa yang dia inginkan. Alternative yang diambil berbentuk les/ kursus/ mendatangkan guru ke rumah sering dijadikan “suplemen” utama untuk mencapai tujuan orang tua tanpa memperhatikan aspek psikologis anak. Adapun beberapa alasan orang tua lebih memilih les/ kursus akademik anaknya, yaitu: Alasan 1 Orang tuanya sangat sibuk (dua-duanya ) bekerja. Untuk "ketenangan" hati orang tua, maka orang tua lebih memilih anak-anaknya mengikut les privat/ kursus, dengan "harapan" dapat menambah pandai dan keberadaan anak-anaknya-nya dalam pengawasan orang dewasa (pengajar kursus/ les) Alasan 2 Anaknya termasuk dalam kategori anak yang kurang mampu dalam menangkap pelajaran, maka memang ada baiknya diikutkan dalam bidang-bidang yang kurang mampu (bila ketidak mampuannya ada beberapa, maka anak-anaknya pun "terpaksa" menuruti keinginan orang tuanya agar mereka menjadi mampu Alasan 3 Anaknya termasuk golongan anak yang hyper kegiatan, maka ada baiknya orang tuanya menyalurkan kemampuan anak untuk menyalurkan segala keinginan kegiatan anak agar kegiatan menjadi positif. Alasan 4 Upaya pembentukan disiplin sejak dini perilaku anak terhadap waktu. Banyak oang tua yang mengngnkan anaknya menjadi disiplin sehingga ketika dewasa kelak perilaku disilpin akan terus terjaga akibat dari pembentukan karakter disiplin sejak dini terhadap waktu yang digunakan. Tetapi, yang mulanya bertujuan baik dijadikan skandal untuk para orang tua mengikuti les privat/ kursus buah hatinya secara berlebihan sehingga waktu main (kodrat anak-anak) ataupun bersosialisasi menjadi berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Seluruh waktunya hanya di gunakan untuk belajar, kursus ini, kursus itu, dan kursuskursus lainnya.
TINJAUAN PUTAKA Tumbuh Kembang/ Perkembangan Anak Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
3
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga “perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya” (Soetjiningsih, 1998). Dalam hal ini lingkungan memegang peranan terbesar dalam pembentukan emosi, intelektual maupun tingkah laku. Contohnya saja, seorang anak terlahir di lingkungan penjudi, maka bisa jadi anak tersebut memiliki tingkah laku layaknya penjudi seperti yang ia dapatkan dari lingkunganya, dsb. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu: 1. Faktor Intrinsik Faktor instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak 2. Faktor Ekstrinsik Yang merupakan faktor ekstrinsik: -
Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau kekerasan dari orang tua).
-
Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang. Depresi bisa terjadi jika anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup, seperti yang dapat terjadi pada bayi yang diisolasi dalam suatu inkubator atau pada anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
-
Faktor ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian makanan kepada anak, tempat tinggal dan perilaku orang tua). Keadaan ekonomi yang pas-pasan dapat menyebabkan anak tidak memperoleh gizi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhannya
-
Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau racun).
3. Faktor Pendukung Faktor – faktor pendukung perkembangan anak, antara lain : -
Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut
-
Peran aktif orang tua
-
Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak
-
Peran aktif anak
-
Pendidikan orang tua (Soetjiningsih, 1998).
4
Keseimbangan Belahan Otak Kanan dan Belahan Otak Kiri Seperti kita ketahui bahwa manusia memiliki sebuah otak besar (serebum) yang dibagi menjadi belahan (hemisfer) kiri dan belahan kanan, atau bisa kita sebut otak kanan dan otak kiri. Nah, walaupun masih merupakan kesatuan fungsi otak kanan dan otak kiri manusia ternyata mempunyai fungsi yang berbeda. Fungsi Otak Kanan; berfungsi dalam perkembangan emotional quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis. Sedangkan Fungsi otak kiri; berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Bagian otak ini merupakan pengendali intelligence quotient (IQ). Daya ingat otak bagian ini juga bersifat jangka pendek. Dalam buku karangan M. Anshori menyatakan bahwa “Keseimbangan otak kanan dan otak kiri diperlukan agar kecerdasan instingtif maupun intelektual dapat digunakan secara maksimal”. Otak kanan atau kiri, mana yang lebih baik ? Untuk yang satu ini sepertinya sangat susah untuk dijawab, mengingat otak kanan maupun otak kiri mempunyai fungsi yang berbeda. Akan tetapi, menurut para ahli, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya. Para pengguna otak kiri pada umumnya lebih kuat dalam matematika. Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki kirinya. Demikian juga sebaliknya dengan pengguna otak kanan.
Hakekat Stimulasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: stimulasi adalah dorongan atau rangsangan. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Pada buku Kedokteran EGC Karangan Dr. Soetjiningsih, SpAK, Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah kan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak sama sekali mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual, verbal, auditif, taktil, dll. Dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Perhatian dan kasih sayang juga
5
stimulasi yang penting pada awal perkembangan anak misalnya dengan mengajaknya bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain, dll. Buku anak-anak juga penting untuk stimulasi perkembangan anak, karena akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan anak terhadap lingkungan disekitarnya. “Prioritas untuk stimulasi perkembangan anak adalah makanan, perawatan kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang kuat dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual adalah perlu. Bermain merupakan “sekolah” yang berharga bagi anak sehingga perkembangan intelektualnya optimal” (Morley:1986). Dari pernyataan tersebut dapat terlihat pemberian stimulasi dini yang diberikan cukup untuk keseimbangan antara fungsi belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Tidak ada yang mendominasi atau sudah sesuai dengan takaran. Perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan bersosialisasi, perkembangan sebagai makhluk individu, dsb.
Stimulasi Pendidikan untuk Anak Stimulasi yang diberikan untuk anak yang sudah memasuki tahap belajar formal dapat dikenalkan melalui pendidikan karakter.
“Pendidikan karakter merupakan
keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya, sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka” (Doni Kusuma A:2007) . Secara singkat, pendidikan karakter bias diartikan sebagai sebuah bantuan social agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insane yang berkeutamaan. Pendidikan karakter menjadi pedagogi yang membebaskan individu sehingga ia dapat menghayati keunikannya, kekhasannya, tanpa takut bahwa dirinya akan distandardisasi atau disatuwarnakan dengan yang lain.
METODE Rumusan Masalah 1. Tidak sedikit peserta didik mengeluh atau bahkan tidak mau mengikuti les privat. 2. Maraknya pembahasan mengenai perkembangan anak.
6
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui takaran yang tepat dalam pemberian stimulus terhadap tumbuh kembang otak anak sebagai pelajar. 2. Stimulus yang seperti apa yang dibutuhkan untuk perkembangan otak anak yang berprofesi sebagai pelajar
Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 1 Minggu sejak tanggal 7 April 2012 sampai dengan 14 April 2012.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana, dimana adanya pengaruh variable X terhadap variable Y. Atau disebut juga Tipe Penelitian Explanatory yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan pengaruh antara satu variable dengan variable lain.
X
Y
Keterangan : X = Stimulasi Y = Tumbuh Kembang Otak
Analisis ini menurut Sugiyono (2000) digunakan dengan tujuan meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila ada satu variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilanya). Persamaan yang diperoleh dari regresi sederhana adalah: Y=a+bX
y
= adalah subjek nilai dalam variabel terikat yang diprediksikan
a
= harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b
= angka arah koefisien regresi
X
= subjek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu.
7
Dalam penelitian lebih menekankan pengaruh variable X yang merupakan stimulasi yang berlebihan berbentuk les privat/ kursus terhadap variable Y yang merupakan timbuh kembang otak anak. Dan dalam penelitian ini digunakan penelitian.
Subyek Penelitian Sample yang diambil dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ragunan 05 Pagi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dipikirkan bahwa stimulasi berbentuk les akademik yang berlebihan (Y) berpengaruh terhadap Tumbuh kembang otak anak yang diketahui melalui Tes EQ (Emotional Quotient) dan Tes IQ (Intelligence Quotient) (X1). Dengan perkataan lain dapat diterjemahkan dalam model matematika:
Y = a0 + a1X1 + e
Data Empiris yang didapatkan setelah melakukan tes dan survey langsung:
Lamanya Les Akademik
Skor EQ + IQ
per hari (Jam)
(10-100)
1
6
42
2
4
55
3
6
45
4
6
46
5
4
60
6
4
67
7
6
40
Hari
8
Tabel 1 Work Sheet untuk Analisis Regresi Sederhana
No
Y
X1
Y2
X12
Y.X1
1
6
42
36
1764
252
2
4
55
16
3025
220
3
6
45
36
2025
270
4
6
46
36
2116
276
5
4
60
16
3600
240
6
4
67
16
4489
268
7
6
40
36
1600
240
∑
36
355
192
18619
1766
Hitung ∑X1Y ; ∑X2; dan ∑Y2 ∑X1Y
= ∑X1Y – (∑X1) (∑Y) n = 1766 – 355 (36) 7 = – 59,7
∑X2
= ∑X2 – (∑X)2 n = 18619 –
126025 7
= 615,4 ∑Y2
= ∑Y2 – (∑Y)2 n = 192 –
1296 7
= 6,9
Hitung a1 dan a0 ∑𝑋𝑌
a1 = ∑𝑋2 a0 =
−59,7
= 615,4 = – 0,097
∑𝑌− a1 ∑X1 𝑛
=
36−0,097 (355) 7
= 0,224
9
Fungsi Les Akademik terhadap EQ dan IQ Y = 0,224 – 0,097X1
Koefisien Determinasi R2 =
𝑎12 (∑𝑋12 ∑𝑌 2
=
−0,097 (615,4) 6,9
= – 8,65
Maka, dapat terlihat bahwa 86,5 % Les Akademik yang berlebihan sangat berdampak kurang baik terhadap tumbuh kembang otak anak melalui tes EQ dan IQ.
Hitung Standar Error dari a1 dan a0 ∂2 =
(∑𝑌 2 − 𝑎 12 ∑𝑋 1 2 𝑛−2
=
6,9+0,097 (615,4) 7−2
=
13,3
Sa0 =
13,3
=
13,3
Sa1 =
13,3
18619 7 (615,4) 18619 4307 ,8
= 57,5 = 7,6
1 615,4
= 0,02 = 0,1
Uji Signifikan dari Estimator Untuk: a0
a0 = t = Sa 0 = 𝑡1/2
0,05 ;𝑑𝑓 =5
Karena t < 𝑡1/2
13,3 7,6
= 1,75
= 2,571 0,025 ;𝑑𝑓 =5 ,
maka hipotesis diterima. Dengan perkataan lain, a0 tidak
berbeda secara signifikan dari nol, atau intercept tidak signifikan. Untuk: a1
a1 = t = Sa 1 = 𝑡1/2
0,05 ;𝑑𝑓 =5
Karena t < 𝑡1/2
−0,097 0,1
= - 0,97
= 2,571 0,025 ;𝑑𝑓 =5 ,
maka hipotesis diterima. Dengan perkataan lain, a1 tidak
berbeda secara signifikan dari nol, atau intercept tidak signifikan.
10
Sebagai kesimpulan kita tulis hasil analisis regresi sederhana sebagai berikut: Y = 0,224 – 0,097X1 (7,6)
R2 = – 8,65
(0,1)
Angka dalam kurung adalah standar error.
Pembahasan Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian terhadap beberapa peserta didik maka dapat disimpulkan bahwa tumbuh kembang otak anak tidak dipengaruhi oleh pemberian stimulus yang berlebihan dalam bentuk les akademik dan Stimulasi juga harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, terlalu memaksakan, tidak memperhatikan minat atau keinginan anak, atau anak sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Selain itu, tumbuh kembang anak juga dipengaruhi oleh pemberian stimulus yang memperhatikan keseimbangan otak kanan dan otak kir. Seperti yang kita ketahui selama ini fungsi belahan otak kanan amat kurang dioptimalkan. Justru pemberdayaan belahan otak kiri yang lebih diutamakan. Lihat saja di sekolah-sekolah, para guru cenderung menekankan pembelajaran menulis, membaca, berhitung, atau menghapal. Padahal, pembebanan otak dengan pembelajaran seperti itu, tak sepenuhnya akan mewujudkan peningkatan perkembangan kognitif (daya pikir) anak. “Bahkan justru menjadikan anak tak berpikir kreatif karena fungsi imajinasi yang terletak di otak kanan diabaikan,” ujar Prof. Dr. Conny R. Semiawan. Jadi, jika belahan otak kanan kurang berfungsi, maka anak akan lebih berpikir linier (satu arah), teratur, dan logis. Dampaknya, anak tak berpikir multi dimensional. Ambil contoh beberapa ekonom yang sering berpikir monolitik atau linier, yaitu hanya berpikir tentang bidang ekonomi saja. “Padahal, perkembangan ekonomi itu dipengaruhi oleh berbagai macam bidang, seperti politik dan sosial,” lanjut Guru Besar pada Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta dan Fakultas Psikologi UI ini. Dalam penelitian ini, terlihat bahwa pemberian stimulus berbentuk les akademik secara berlebihan akan mempengaruhi psikologis anak yang mana Menurut Psikolog Retno A. Riani, privat di rumah bisa membuat anak merasa tertekan karena dia berhadapan sendiri dengan guru. Anak akan merasa segan dengan gurunya. Pola privat pun membuat penyampaian satu arah dari guru ke murid. “Anak akan menganggap apa yang disampaikan guru itulah yang benar. Privat membuat suasana belajar jadi tegang,”
11
ujarnya. Dapat disimpulkan bahwa pemberian stimulus berbentuk les/ kursus akademik secara berlebihan/ terus menurus akan membuat anak menjadi stress. stress yang hebat lambat laun akan mempengaruhi tubuh anak. Tidak hanya berpengaruh secara fisik saja, stress juga sangat mempengaruhi terhadap sisi psikologi dan emosi si anak. Rasa waswas, cepat marah, frustasi, kesulitan bersosialisasi atau menyesuaikan diri, dan lambatnya reaksi merupakan beberapa akibat yang ditimbulkan oleh stres. Lulusan magister UGM ini mengusulkan agar belajar tambahan untuk anak sebaiknya dilakukan secara berkelompok. Anak dan beberapa temannya belajar bersama dengan seorang guru yang didatangkan ke rumah. Metode belajar kelompok lebih baik dan bisa jadi lebih disukai anak. Dengan belajar kelompok, kata Retno, anak memiliki teman untuk bertanya. Anak pun bisa bertanya kepada teman lain yang sudah mengerti. Hanya dalam belajar kelompoklah proses sharing dan komunikasi ini terjadi. Menurut Retno, les adalah belajar tambahan setelah anak sekolah. Sebagai tambahan, maka suasana belajar anak tidak seserius belajar di sekolah. Belajar tambahan ini harus berlangsung secara menyenangkan. “Anak sudah terlalu serius belajar di sekolah, maka les tambahan jangan dibuat serius juga,” kata Retno. Lulusan psikolog UNS ini menyentil sistem pendidikan saat ini yang sangat memberatkan anak. Anak dituntut menguasai semua pelajaran di sekolah dan mendapat nilai tinggi. Jika anak mendapat nilai kurang di beberapa mata pelajaran, orang tua akan berupaya memberikan les sebanyak-banyaknya pada anak. Akhirnya, hak anak untuk bermain dan bergembira pun terampas. “Anak perlu keseimbangan untuk belajar dan bermain. Bila terlalu terbebani pelajaran bisa menimbulkan kecemasan, rasa rendah diri, dan rasa khawatir tidak mampu mencapai nilai yang tinggi,”. Selain itu, guru di sekolah memiliki peranan yang cukup besar untuk perkembangan otak peserta didik. Salah satu metode yang sedikit banyaknya sudah kita ketahui mengenai pendidikan karakter. Arti kebebasan dalam pendidikan karakter merupakan kebebasan yang bertanggung jawab. Maka, jika di kaitkan dengan pemberian stimulus yang berlebihan yang dapat membuat anak menjadi merasa terkekang akan mengganggu pola pikirnya yang seharusnya lebih bisa berkembang dengan lebih baik lagi.
12
PENUTUP Kesimpulan Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis serta dari beberapa studi literature/ kepustakaan dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh pemberian stimulasi yang berlebihan berbentuk les privat/ kursus akademik berpengaruh “Kurang Baik” terhadap tumbuh kembang otak peserta didik. Kesimpulan ini di dukung oleh hasil pengujian tumbuh kembang otak peserta didik yang di akibatkan dari pemberian stimulus yang berlebihan/ secara terus menerus.
Saran Dari hasil penelitian tersebut diketahui korelasi antara tumbuh kembang otak peserta didik/ anak sebagai pelajar terhadap pemberian stimulus yang dilakukan secara terus menerus. Perlu upaya antara perlakuan orang tua terhadap anak agar lebih memperhatikan segala aspek tanpa mendoktrin anak menjadi seperi apa yang orang tua inginkan, serta perlulah kiranya orang tua memberikan perhatian yang lebih, dalam arti memberikan perhatian yang mampu menghindarkan anak-anak untuk mengalami stres. Perhatian dalam bentuk kasih sayang, tidak memberikan les privat secara berlebihan/ terus menerus, menjaga makanan, melatih anak bersosialisasi, tidak menakuti anak dan terutama memberi teladan kepada anak untuk selalu dekat dengan tuhan. Dan juga upaya pendidik (guru di sekolah) sebagai orang tua kedua yang mana pendidik dapat mengoptimalkan keseimbangan antara belahan otak kanan dan otak kiri dengan metode-metode yang tepat seperti merealisasikan pendidikan karakter serta perlu juga adanya keterbukaan anak terhadap apa yang mereka cita-citakan atau apa yang mereka mau dalam proses belajar mereka.
13
DAFTAR PUSTAKA Sudjana, Nana. Cetakan ke-15.2010.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Koesoema, Doni.2007.Pendidikan Karakter (Strategi Mendidik Anak di Zaman Global). Jakarta: PT. Grasindo. Darmaningtyas. Cetakan ke II.2004.Pendidikan yang Memiskinkan.Tangerang:PT. Agromedia Pustaka. Dr. Soetjiningsih, Sp.AK.1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:Buku Kedokteran EGC. Ansori, M. 2009. Si Otak Kiri dan Si Otak Kanan. Jakarta:Esensi(Erlangga Group). Nazir, Moh.2009. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia http://lesprivatbspsurabaya.blogspot.com/2012/03/hati-hati-stres-pada-anak.html.2012. Hati-hati-stres-pada-anak:Jakarta http://kursusprivatplus.com/pendaftaran-siswa-3/otak-kanan-penentu-kreativitas/ http://id.answers.yahoo.com http://www.pelita.or.id http://tunas63.wordpress.com/2008/11/07/visi-misi-dan-tujuan-pendidikan-nasional/
14