BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
1.
Peran pendidikan dalam pembangunan Nasiona1
Pembangunan
ke
arah
lebih
pada dasarnya merupakan proses
tercapainya kemajuan atau
baik.
Sebagai
pembangunan tidak
upaya
bentuk
perubahan
perubahan
kualitas
kualitatif,
:
proses
diarahkan kepada perubahan sektor pereko-
nomian yang menyangkut kebutuhan materia1-finansia1
seperti
hidup
pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan
semata,
dan
papan,
serta pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja, namun juga
diarahkan kepada sektor kehidupan yang lebih kompleks, yaitu sektor
idiologi,
tergantung Proses
budaya,
keamanan,
pada tingkat kebutuhan masyarakat
pembangunan
acapkali
agama, sosial-
di
suatu negara,
atau
secara
berbedanya orientasi.,
tujuan,
negara.
sosiokultural
berbeda dengan proses pembangunan di
dikarenakan
yang
negara
pendekatan
lain serta
prioritas kebutuhan yang ditempuhnya.
Tujuan
dan
orientasi
pembangunan
nasiona1
adalah
mewujudkan
merata
material dan spiritual. Dengan perkataan lain,
bangunan pada
diorientasikan untuk meningkatkan
segenap
budaya,
suatu masyarakat adil
sektor : idiologi,
pertahanan
dan
politik,
dan
Indonesia, makmur
kualitas ekonomi
keamanan, dengan sasaran
yang pem
hidup sosial,
strategis
seperti dicanangkan dalam GBHN, dalam upaya membentuk
manu-
sia seutuhnya.
Dalam
konteks pembangunan nasional
tersebut,
pendi
dikan yang pada dasarnya merupakan proses pencerdasan
dupan
bangsa dan pengembangan manusia
menjadi hasilan
seutuhnya
dan memiliki posisi sangat strategis, dalam
ekonomi,
spesifik,
dalam
bidang
pembangunan
pendidikan memiliki nilai strategis dan
tif dalam pencapaian kesejahteraan pendidikan
bidang
determina-
hidup masyarakat.
merupakan salah satu alat efektif
kesejahteraan
ekonomi masyarakat.
Melalui
suatu proses peralihan pengetahuan,
upaya
meraih
pendidikan
pengalihan keterampiIan,
pembentukan sikap dan etos kerja individu dapat
leh lapangan pekerjaan atau menciptakan yang
lapangan
diwu-
mempero pekerjaan,
pada gilirannya akan diperoleh penghasilan yang
dipergunakan teks
ini,
pendidikan
proses
bahkan Blaug (1970, dari
1973 : 2)
sudut ekonomi secara
sebagai
lebih
alat produksi,
investasi
baik
kependidikan,
sedemikian rupa sehingga memiliki Ian yang sesuai dengan harapan Berdasarkan
Dalam
tegas
sebagai
kemudian
untuk
kon konsep
"Pengetahuan dan keterampiIan hasil
atau untuk kepentingan sosial dalam
Melalui
dapat
merumuskan
dinilai sebagai human capital yang
dijadikan prihadi
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
investasi.
didikan
nya.
Di sini
untuk
judkan, sehingga lulusan akan dengan relatif mudah
luas."
keber
pembangunan.
Secara
atau
Indonesia
kehi-
pen
dapat
kepentingan
konteks
manusia
lebih
diproses
pengetahuan dan keterampi-
produktifitas yang dirancang-
penelitian di
banyak
negara,
misalkan,
Kanada,
Selandia Baru, dan sebagainya.
Blaug
menyimpulkan
bahwa pertumbuhan ekonomi yang biasanya diukur dengan kat pertumbuhan pendapatan nasional oleh
faktor pendidikan.
(GNP)
ting
sangat dipengaruhi
Perluasan dan
peningkatan
pendidi
kan cenderung meningkatkan pendapatan/
penghasilan
bagi yang
memanfaatkannya. mengakselerasi
Dengan kata
pertumbuhan ekonomi.
Dalam bidang sosial sosialisasi
lain investasi dalam pendidikan
juga
politik,
pendidikan sebagai
memiliki nilai
pencapaian
dikan,
sosialisasi nilai-nilai kehidupan
sial,
atau proses pembentukan budaya berpolitik 1981
: 19)
pembangunan nasional.
yang
dalam
nan,
tujuan
konstributif
pendi
berpolitik,
berso-
(Tom
Bren-
dapat diselenggarakan dalam rangka pembentu
sistem politik yang dianut oleh negaranya.
dan
besar
Lewat
kan sikap masyarakat terhadap masalah-masalah dasar
melalui
proses
tentang
Dengan kata
lain,
pendidikan dilakukan suatu proses sosialisasi
norma
kepada masyarakat sehingga mereka
nilai
memahami
menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga negara
dan
secara
memadai.
Dalam bidang sosial penanaman
nilai—nilai
budaya,
penting dalam pembangunan. artikan Sebagai
alat
pendidikan
lebih menekankan
pendidikan
Secara
peran
lebih luas Zeffreys
meng-
pendidikan bukan
pemelihara,
pada
menduduki
sebagai upaya pelestarian
upaya pelestarian,
pelestari,
budaya yang
tapi
juga
(1972
hanya
6).
merupakan
merupakan
bagaimana nilai-nilai kultural yang positif dan
:
proses
konstruktif
manusia kini dan mendatang tetap dipertahankan dari kepunahan dan bencana.
nilai
Pendidikan mengupayakan terbentuknya
pola prilaku yang adaptif dengan kebutuhan
nilai-
yang
ada
dalam masyarakat.
Berangkat
dari
pendidikan
dengan
pendidikan
nasional
Indonesia
analisis
di
adalah meningkatkan
dan berfungsi mengembangkan
Berdasarkan
analisis
katan,
isi model
hubungan
secara
kualitas
kemampuan,
tegas manusia
keteram
Indonesia seutuhnya.
tersebut di atas,
harus dipijakkan dan diserasikan
yang ditempuhnya.
tentang
pembangunan nasional maka
pi Ian serta mutu kehidupan manusia
dikan
atas
maka
dengan
Dengan Konsepsi orientasi,
pendi
pembangunan
tujuan,
pende-
serta prioritas pembangunan yang dilaksana
kan .
2.
Posisi
Sekolah
Dasar
Dalam
Sekolah Dasar (SD) dasar
merupakan
Nasional
bentuk satuan
yang menyelenggarakan program pendidikan
sebagai UUSPN
Pendidikan
salah No.
satu jenjang pendidikan dasar
2/1989 terdiri dari
program pendidikan tiga tahun memberikan
kemampuan dasar
bangkan kehidupan sebagai
bagi
pendidikan enam
yang
tahun menurut
program enam tahun di SD di SLTP yang
bertujuan
peserta didik
pribadi,
untuk
dan untuk
mengem
anggota masyarakat,
warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan
peserta
didik
63-64).
untuk mengikuti
pendidikan menengah (1993
:
Dengan demikian SD merupakan jenjang pendidikan yang strate gis.
Terdapatnya beberapa alasan mengapa SD memiliki dukan strategis di Pertama, adalah
dasar
tujuan
dalam sistem pendidikan nasional. SD sebagai program pendidikan
memberikan kemampuan,
pengetahuan,
dan
dasar
diharapkan program SD ini menjembatani
nya tujuan program SMP,
painya
huan,
Dengan
tercapai-
yang seterusnya menjembatani
tujuan jenjang pendidikan menengah dan
samping itu,
awal
keterampilan
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.
demikian,
kedu-
terca-
tinggi.
program Sekolah Dasar yang memberikan
pengeta
keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan
masyarakat,
secara sosial- politik
maupun
Di-
di
sosial- budaya
menempatkan SD menjadi memiliki kedudukan sangat
strategis.
Hal
nilai
ini
norma
dasar
hidup di
Kedua,
bagi
karena,
pada jenjang pendidikan dasar,
tentang apa dan bagaimana
lulusan
dan
seharusnya
tengah masyarakatnya itu diberikan.
kurikulum
pendidikan
keberhasilan
mutu
dasar jenjang
lulusan (SLTP,
SD.
SLTA,
menentukan
PT),
secara
berkesinambungan Kemudian,
strategis,
dari
segi
dikarenakan
administratif,
SD juga
dipandang
program ini menjadi syarat
seseorang melanjutkan pendidikan
pada jenjang
dapatnya
lebih
Ijazah SD merupakan syarat melanjutkan di SLTP,
tinggi.
dan seterus
nya .
Berdasarkan uraian tersebut
dapat diamb.il
pengertian
definitif bahwa terdapat hubungan sistemik antara pendidikan dasar dan selanjutnya.
Mutu pendidikan dasar
(SD)
mempenga-
ruhi mutu pendidikan SLTP, dan seterusnya. Karena itu sistem
pendidikan
dasar
selanjutnya,
berpengaruh
balk
atau pun gurunya.
3.
SD di
Di
rnurni 1988).
telah Indikasi.
karena hal
pendidikan
isi,
pendekatan,
angka
partisipasi
Indonesia
Indonesia,
SD
sistem
orientasi, prioritas,
fasilitas,
Kondisi
terhadap
pada tahun 1988/1989.
mencapai 93,3 7.
(data
tersebut, merupakan
tersebut menunjukkan bahwa
pada jenjang SD relatif tinggi,
Pendidikan hal
Jabar,
menggembirakan,
jumlah peserta
didik
atau sebaliknya anak usia SD
yang tidak berpartisipasi pada jenjang pendidikan SD
sangat
rendah.
Sejalan dengan pertumbuhan tingkat partisipasi
dikan SD yang meninggi,
SD
di
berkembangnya
aspirasi
kalangan masyarakat, berbagai
upaya
pendi
pendidikan
pengembangan
sistem pendidikan dasar, khususnya SD telah dilakukan
peme-
rintah. Pengembangan tersebut menyangkut tidak hanya perang-
kat
keras,
tapi juga perangkat lunak serta
segenap
unsur
Sejak tahun anggaran 1973/1974, misalnya, telah
diba-
pendukung lainnya.
ngun
bangunan SD dalam jumlah relatif besar yang
realises!
Inpres
Daerah
TK.
gedung
baru,
II,
pembangunan
SD
yang diantaranya
penambahan
ruang
sebagai
meliputi kelas,
bantuan
kepada
: pembangunan
rehabi1itasi,
sebagainya, sehingga pada tahun 1990/1991 tercatat
bangunan SD sebanyak 146.558 buah
merupakan
dan
tersedia
Jumlah 3D tersebut diper-
untukkan
bagi 26.528.590 siswa yang diasuh
(Statistik
guru
mencapai laar,
tersebut
(Kornpas
memadai.
27 Juli
1993).
diproyeksikan 1993/1994
(Ti-
lain pada
bahwa sejak
Berdasarkan
tahun
data
tahun
1991 kondisi
Hal
dan
tersebut
kuantitatif
Indonesia khususnya program pendidikan SD
sangat
tersebut ditunjukkan adanya Rasio antara jumlah
gedung dengan jumlah siswa yaitu 1
ditetapkan
kelas/ruang,
satu
dengan
: 1S7,
atau berarti
bangunan terdiri
maka satu ruang
orang siswa.
sekolah
1.140.886
sudah terdapat sekitar 200.000 buah SD negeri
pendidikan
30
yang
Atau bahkan menurut perkiraan
dapat dianalisis
jika
75)
147,5 ribu unit gedung pada tahun
1991).
swasta
Indonesiaf 1991:
oleh
Kemudian,
(1
kelas)
dari
pula
rata~rata
6
hanya dihuni oleh
±
jika dilihat dari
guru yang mengajar adalah 1
rasio :
bangunan
7,8,
dimana
seorang guru rata-rata mengajar 23 orang siswa.
Kondisi pihak,
kuantitatif SD yang relatif
di
tampak belum menunjukkan atau mencerminkan
nya kondisi kualitatif memadai di kan
memadai
hal
secara
teramat kompleks dan
pihak
lain.
rumit untuk
pleksitas sendiri,
permasalahan
pendidikan SD
terdapat-
Memang merupa
melakukan
memuaskan mengenai mutu pendidikan.
sebagai
sistem
berbeda.
Bruce
itu
para
ahli
kerangka berpikir atau sudut logika yang
Fuller (1985)
pendidikan tampak berbeda Hasil
kom-
pastinya konsep
mutu itu sendiri yang terus menerus diperdebatkan
dengan titik tolak,
analisis
Disamping
juga disebabkan oleh belum baku dan
satu
mengatakan
"Konsep
kualitas
bagi masing-masing orang.
seminar dan diskusi
para ahli
tentang studi mutu
8
pendidikan
Dasar (SMPD)
Badan Litbang Dikbud berupaya
perjelas
konsepsi
tersebut
diperoleh kesepakatan rumusan mengenai
mutu pendidikan
mutu pendidikan
sebagai
landasan
tersebut.
berpikir.
mem-
Dalam
studi
pengertian
Mutu
pendidikan
diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap satuan
pendidikan bagi
dalam menanamkan kemampuan belajar seumur
lulusannya (Ace Suryadi,
Lebih komprehensif, dari
yang
hidup
1989).
mutu pendidikan dapat pula dilihat
perspektif sistem pendidikan persekolahan itu
analisisnya
terhadap
tiga komponen proses pengajaran dan komponen hasil
belajar.
Yang
biasanya mendasarkan diri
dianggap
belajar
dan
terpenting sebagai penentu dari
adalah
mutu guru.
mutu pengelolaan sekolah,
digunakan
sekarang ketiga
sebagai
pendidikan. sistemik,
hasil
siswa,
menyebabkan
di atas,
mutu mutu
proses
tersebut
sering
rendahnya
hasil
pengajaran belajar.
maka mutu pendidikan
pengelolaan,
mutu siswa,
mutu guru,
hasil
belajar/kemampuan belajar.
Terhadap mutu pendidikan SD,
Laporan
Irjend Wil
secara terbuka bahwa kemampuan/hasi1
mutu secara
yang
pada
Berdasarkan
menyangkut
masalah
mutu PBM dan
mutu
Kompas 20 Februari
1991
ulasannya tentang keresahan
lulusan SD.
dan
lain,
Ketiga komponen mutu pendidikan di atas,
mutu
mutu
faktor
ukuran sederhana tinggi
menyebabkan
gilirannya
menurunkan
mutu
mutu
Ketiga faktor tersebut berkaitan satu sama
kenyataannya
analisis
pada
sendiri,
masyarakat
I Depdikbud
tentang
mensinyalir
belajar siswa SD sangat
memprihatinkan, terutama kemampuan dasar mengenai membaca,
Selain
dan menghitung ( Kompas
menulis
rendahnya mutu pendidikan SD yang
lulusannya,
ditemukan
pula adanya
14
kemampuan
Juli
1993).
berkaitan
dengan
rendahnya
mutu
proses
belajar mengajar (PBM) yang diakibatkan oleh rendahnya
mutu
guru itu sendiri serta sistem manajerialnya. Masaiah~masalah
yang
mengakibatkan rendahnya mutu lulusan SD diantaranya
mutu guru yang kurang profesional, dimana guru kurang uasai materi dan metoda pengajaran,
:
meng-
kurang memadainya
alat
bantu penga- jaran, lemahnya sistem pengembangan profesional {Kompas 4
guru
Agustus 1993).
Kondisi
tersebut, mutu
kuantitaif yang
kurang
menggembirakan
yang diantaranya menyebabkan masalah
peningkatan Bidang
SD menjadi agenda dalam Penyusunan Flepelita - V
Pendidikan dan Kebudayaan. Masalah-masalah tersebut
ranya
adalah
daerah
kesenjangan mutu antar sekolah
di
pada setiap jenis dan jenjang pendidikan,
kesenjangan
dianta
berbagai
disamping
antara mutu pendidikan dengan kebutuhan
pemba
ngunan (Pusat informatika Balitbang Dikbud, 1993). Keputusan Mendikbud RI
mengantisipasi
pendidikan
akan
masalah tersebut.
No.
0416 A/U/1987
"Usaha
mendapat prioritas di
meningkatkan
tingkat
bahkan
mutu
pendidikan
dasar". Dengan demikian, disamping pemerintah masih memprioritaskan mutu
pemerataan pendidikan juga
pendidikan dasar tersebut.
berusaha
meningkatkan
10
4. Guru Sebagai Faktor Strategis Dalam Pendidikan
disinyalir dalam Kompas (14 Juli , 4
Seperti
dan 25 Agustus 1993) bahwa rendahnya mutu PBM SD, nya,
diakibatkan oleh rendahnya mutu guru itu
sistem
manajerialnya. Hal
sistem
pendidikan
pengajaran,
guru
Agustus diantara
sendiri
tersebut menunjukkan bahwa
atau, secara lebih sempit
merupakan faktor sangat
dan dalam
dalam
sistem
strategis
dalam
pencapaian tujuan pendidikan/pengajaran, karena posisi
yang
d i peran k annya.
Good Carter (1973) merumuskan pengertian guru sebagai: Seorang untuk
yang
bekerja
mengarahkan
dengan
pengalaman
bekal
belajar
kemampuan siswa
khusus
dalam
suatu
lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta,
Sementara itu, UUSPN No. 11/1989 Bab VII Pasal 27 ayat
3
dan
Pasal
tenaga
28 mengartikan :
pengajar
pada
Guru
adalah
sebutan
bagi
jenjang pendidikan dasar dan
mene-
batasan tersebut di atas dapatlah diambil
suatu
bahwa
orang
n g a h.
Dari
kesimpulan yang
seorang guru pada dasarnya
memiliki tugas, wewenang dan tanggung
adalah
jawab
terhadap
pendidikan baik secara individual maupun kelompok di sekolah maupun di
luar sekolah.
Berdasarkan
analisis
konseptual tentang
peran
guru
tersebut dapat dirumuskan beberapa alasan dasar mengapa guru dipandang faktor strategis dalam pendidikan . a)
dilihat
dari
sudut
administratif,
guru
adalah
pelaku yang resmi, sah, untuk melakukan dan menyelenggarakan
11
aktifitas pendidikan. Guru,
dalam sekolah khususnya,
pakan pelaku yang "paling" berhak untuk mengelola,
meru
mengatur
atau melibatkan diri dalam aktifitas kependidikan; b)
dilihat dari segi kewajiban,
guru adalah orang yang
dituntut untuk melaksanakan kewajiban mengajar, ilmu pengetahuan,
c)
ketrampilan atau membina sikap masyarakat;
dilihat
dari segi proses belajar
kelas, guru adalah seorang perencana, gus
penilai
kegiatan
merencanakan,
diajarkan
mengalihkan
belajar murid.
mengajar
pengel'ola dan
sekali-
Guru adalah orang
memilih dan menentukan materi
apa
yang
yang
serta apa dan bagaimana pendekatan/metoda
jaran efektif yang dipergunakannya,
dalam
akan
penga
mencipta situasi belajar
mengajar sesuai yang direncanakan, serta melakukan penilaian terhadap proses dan
hasil
belajar siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa guru merupa
kan faktor utama yang dapat menentukan tingkat keberhasilan,
belajar
siswa.
menyebutkan
Sehingga
peran
guru
expensive resources
5.
wajar bila
sebagai "the
Joan
Dean
most
(1983:71)
important
and
in any classroom".
Pentingnya Pembinaan Guru SD
Menyadari kestrategisan peran guru yang demikian dalam
sistem
pendidikan pada umumnya dan dalam PBM
khususnya
di
satu
pihak dan tuntutan masyarakat yang menghendaki
adanya
guru
profesional
secara
efektif
yang mampu
menjalankan
di pihak lain, menjadikan lahirnya
melakukan pembinaan profesional para guru.
perannya tuntutan
untuk
12
Masyarakat Indonesia yang tengah mengalami perkembangan
mengarah
pada
meningkatkan
era tinggal
secara
landas,
konsumtif,
berbagai pemenuhan kebutuhan informasi
maupun
ketrampilan praktis secara memadai. Jenis dan besaran
tuhan
tersebut
secara
instruksional
tentu
mensyaratkan
terdapatnya pengelolaan pendidikan yang profesional dan hadirnya peran SD lebih efektif yang mampu lulusan
memadai, yaitu lulusan yang memiliki
umumnya
menghasilkan adaptabi1itas
sosial yang sesuai tuntutan perkembangan zaman."
hendaknya
kebu
Pendidikan
dilakukan secara profesional sehingga upaya
ingkatan
mutu
dan relevansi
pendidikan
dapat
demikian dinyatakan oleh Hasan Walinono — (Kompas,
26 Juli 1993).
pen-
tercapai",
Sekjend Depdikbud
Konsekuensi lebih lanjut dari
tun
tutan ini secara sistemik menuntut adanya guru profesional. Guru
profesional
diantaranya pokoknya
yang
oleh
dituntut
adalah sosok guru yang mampu menjalankan
sebagai
pendidik
dan
pengajar.
lain menyangkut tugas makro yaitu
antara
ningkatan
mikro
masyarakat, '
kualitatif
Tugas
tugas
tersebut
mengupayakan
hidup manusia secara umum
sebagai manager pengajaran di kelas
pada
dan
petugas
khususnya.
Dalam rangka ini, pada tingkat minimal, sosok guru pada saat
sekarang, yang
seperti
ahli
diungkapkan Noeng Muhadjir
dalam disiplin ilmu bidang
(1007.),
dan
berkepribadian lebih
menurut
Muchtar
Bukhari,
studinya
sebagai
adalah jenis
adalah
sepenuhnya
pendidik.
guru
guru
yang
Atau secara
lengkap memiliki ciri intelektualitas yang kuat, berkualitas
yang
tinggi, intreprenership yang tinggi, sikap hidup
yang
lincah,
prigel dan luwes
Kualifikasi
guru
secara memuaskan.
4 Agustus 1993).
profesional
secara selintas di atas, sasi
(Kompas,
seperti
digambarkan
dalam kenyataannya belum Hal
ini dapat secara
tereali-
jelas
dilihat
dari pandangan dan evaluasi masyarakat itu sendiri.
Misalnya
tentang terdapatnya guru SD yang belum menguasai materi tiga kemampuan mampunya
dasar (membaca, menulis dan menguasai
menghitung),
metoda mengajar,
terdapatnya
kurang kekurang
sesuaian antara latar belakang pendidikan formal guru dengan tugas-tugas mengajar yang dibebankan, di
guru yang belum matang,
profesional
pada umumnya
masih banyaknya priba-
serta belum
(Kompas,
14 Juli
dan Kompas 25 Agustus 1993). Dan
1993; inilah
dapat dijadikan sebagai
secara
faktual
1993; F;aka
indikator
Karena itulah,
yang
Joni,
menunjukkan
profesi
pembinaan atau pening-
kualitatif profesional mutu guru merupakan
krusial
sikap
kenyataan-kenyataan
belum terdapatnya kualifikasi guru
onal yang diharapkan. katan
termi1ikinya
dan perlu yang harus dilakukan jikalau
hal
yang
menghendaki
mutu pendidikan yang memadai.
Dalam
rangka peningkatan mutu guru SD,
telah
banyak
dilakukan pemerintah berbagai upaya pengembangan profesional
guru yang jar
guru,
pembinaan
lebih menekankan pada peningkatan kualitas yang dilakukan melalui
berbagai
sistem.
profesional yang sudah lama ditempuh
menga Sistem
pemerintah,
terutama sekali sejak ditetapkannya pelaksanaan kurikulum SD tahun
1983 (1975 yang disempurnakan)
antara
lain
adalah
:
14
pendidikan dan pelatihan, penataran, seminar dan studi onal
lokakarya,
komparatif, pertemuan pribadi, rapat, lomba guru,
pembinaan melalui wadah KKG, PKG,
profesi
KKKS,
serta
pembinaan melalui media cetak dan kegiatan karyawisata, pembinaan
lainnya (Depdikbud,
Walaupun
telah
1989/1990:
banyak sistem
dan
16-18).
pembinaan
profesional
guru yang telah disodorkan dengan disertai petunjuk pelaksanaannya
atau perangkat lainnya oleh pemerintah, namun
kenyataannya
terdapat
baik
kuantitatif
secara
keragaman atau maupun
terdapatnya berbagai perbedaan,
perbedaan
secara
pada
pembinaan
kualitatif.
misalnya dalam jenis,
Dan, frek-
wensi, maupun pendekatan pembinaan pada masing-masing daerah (wilayah),
yan'g pada gilirannya melahirkan hasil
pembinaan
yang beragam pula. Untuk itu suatu penelitian tentang tifitas
pembinaan
profesional
di
masing-masing
efek wilayah
diperlukan. Paling tidak. diperlukan untuk mengetahui
teristik
tipikal
efisien
sistem
pembinaan
yang
paling
dan relevan dengan tuntutan dan kodisi
karak
efektif,
di
masing-
masing daerah.
Kota kabupaten
Negeri, yang
kota madya di
Jawa
puluh
Barat—memiliki
dibina oleh 1632 guru yang tersebar di
tingkat
Secara
dan
salah satu dari dua
yang dibimbing oleh 8892 guru serta 180
Dibanding
besar
Madya Bandung-
dengan kabupaten/Kodya lainnya
empat 982
SD
26
Swasta
kecamatan.
Bandung
memiliki
kepadatan sekolah yang tinggi dan jumlah guru (lihat:
rinci
Kota Madya Bandung Dalam
banyaknya
sekolah, guru
Angka
serta
SD
yang
1991/1992).
murid
dapat
15
dilihat pada tabel
berikut
: TABEL
BANYAKNYA SEKOLAH, KOTA
GURU,
MADYA
1
MURID SD NEGERI DAN SWASTA DI
BANDUNG
JAWA
N e g e
r
BARAT
Swasta
i
N**pc sfnstan
to.
t
.V-• »—• l^U 1 H_1 ^t^U
,
Sek *->
1
._">
Guru
4
Murid
Sek
5
6
7
8
Guru
Murid
1
Bandung Kulon
41
344
9168
6
39
1221
*">
Bbk. Ciparay
53
403
11504
9
62
2004
3
Bjg. Loa Kaler
18
148
5706
7
51
1931
4
Bjg. Loa Kidul
22
160
4622
5
11
1402
5
Astanaanyar
63
466
13657
7
55
1474
6
R e g o 1
61
459
9459
10
82
3517
7
Lengkong
36
370
5783
14
98
3493
8
Bandung Kidul
63
3724
9
Margacinta
35
374
9208
10
Rancasari
15
126
3051
11
C
29
33C
6890
12
Ujung Berung
34
373
8148
13
Arcamanik
34
325
7568
1
14
Cicadas
37
40B
9411
1
13
618
15
Kiaracondong
5©
506
10895
-.!>
16
416
16
E
65
532
14325
6
29
1514
17
Sumur Bandung
24
290
6321
11
28
2428
18
A
31
340
7350
29
237
7905
i
n
b
d
i
i
r
r
u
8
-
-
-
1
7
147
-
-
-
3
-
-
-
1
226
-
299
16
3
2
1
4
5
6
51
518
10265
18
155
5300
5
146
2105
17
71
6198
610
13725
6
29
1336
*?
14
659
10
176
1434
48
1670
31
1029
43
1295
1632
47513
19
Cicendo
20
Bandung Wetan
21
Cibeunying Kidul
64
22
Cibeunying Kaler
27
"73
Coblong
67
489
113366
24
Sukajadi
45
372
10757
25
Sukasari
40
328
7365
26
Cidadap
19
141
3785
982
8892
214101
180
di
Kodya
Bandung
Jumlah
Profil
kependidikan
dengan berbagai majemuk
dan
^c->
SD
5942
7 ^i
latar sosial ekonomi dan sosial
industrial seperti halnya
di
memerlukan penanganan
8
7.
tersebut
budaya
daerah
propinsi
lainnya,
yang
Terutama
sekali pengelolaan profesional mutu
yang
Ibukota
profesional. guru
sebagai
unsur strategis sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi
maksimal
terhadap peningkatan mutu pendidikan
wilayah
tersebut.
Dalam kaitan ini maka
tentang
pengembangan
profesional
upaya
guru SD
di
SD
di
penelitian Kota
Madya
Bandung agaknya merupakan hal yang signifikan. B.
ASUMSI
1.
Asumsi
DAN MASALAH PENELITIAN
Dalam kaitannya dengan penelitian tentang
sistem dung,
efektifitas
pengembangan profesional guru SD di Kota Madya terdapat
beberapa asumsi
yang
mendasari
Ban
hubungan-
17
hubungan, konsep-konsep yang dipergunakan serta lisasi metodologis dalam penelitian.
operasiona-
Asumsi-asumsi
tersebut
adalah
a.
Guru
merupakan
menduduki
faktor sangat penting dalam
1980 : 157 -
Melihat
good teacher"
pentingnya
dikembangkan
mengemban
secara
khususnya, terus
masi seperti terjadi dewasa kini.
arti
lebih
kemampuan
Bkhat-
kedudukan guru dalam proses pendi
maka kualitas
menerus
tugasnya secara memadai,
dik dalam arti
(Dahama dan
sehingga
secara
profesional.
guru mampu
terutama dalam era infor
Peran guru sebagai
pendi
luas atau sebagai manajer pembelajaran
khusus
"A
158).
dikan umumnya dan dalam PBM, perlu
Guru
peran strategis yang menentukan kualitas PBM.
good teaching depends on a nagar,
PBM.
kualitatif
dituntut
Dimana seorang
untuk
guru
dalam
memiliki
tidak
semata
harus memiliki pribadi edukatif dan kompetensi mengajar yang memadai, namun juga dituntut memiliki kompetensi
manajerial
yang handal. Dalam hal ini guru secara profesional
dituntut
memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin
dan
menilai
PBM. Paling tidak,
seorang
guru
profesional
harus mampu berperan sebagai "a manager of children's learn ing"
(Dean,
bidang
1983:116). Sebagai seorang
pendidikan/pengajaran,
belakang
pendidikan
guru
profesional
perlu
pada bidang tertentu
memiliki
yang
yang
adalah
harus dimiliki guru sebagai
seorang
latar
diajarkan,
disamping memiliki keterampilan mengelola PBM yang Apa
dalam
memadai.
profesional
adanya komitmen dan tanggung jawab yang tinggi
atas
18
perkembangan Selain
itu,
pembinaan
atau kemajuan kualitas
pendidikan/pengajaran.
guru sebagai profesional
sebagai
perlu
media peningkatan
memiliki
kualitas
wadah
profesional
guru.
b.
Pembinaan
profesional Diantara adalah
profesional sebagai upaya dapat
ditempuh
pendekatan
melalui
beberapa
pembinaan yang
pembinaan yang
pengembangan
biasa
pendekatan.
diselenggarakan
bersifat pre-service
dan
inservice.
Pembinaan preservice yaitu
pembinaan yang dilakukan
guru
profesinya.
melaksanakan
tugas
Sedangkan
nya.
Pembinaan
dapat LPTK, c.
melalui
beberapa
pada saat
tugas profesi
inservice dilihat dari sistem
dilakukan
sebelum pembinaan
inservice merupakan upaya pembinaan yang dilakukan guru sedang/sudah aktif melaksanakan
sistem,
sebenar-
pelaksanannya
baik
dilakukan
organisasi profesi guru atau lembaga pengguna guru.
Efektifitas suatu pembinaan dipengaruhi
oleh wadah dan mekanisme pelaksanannya.
bahkan ditentukan
Wadah yang
tepat dan
akomodatif bagi anggotanya dan sistem mekanisme yang
profe
sional yang sesuai dengan karakteristik situasi dan
serta naan
guru
kondisi
potensi yang ada dapat melahirkan efektifitas sesuai harapan.
Sebaliknya wadah yang
pembi
kurang
memadai
dan mekanisme pembinaan yang kurang tepat akan mengakibatkan
hasil
pembinaan
sistem
yang tidak diharapkan.
pengembangan
profesional guru
Dengan
kata
menentukan
lain
kualitas
profesional guru itu sendiri. Berdasarkan
pada
asumsi-asumsi di atas,
maka
r••„.•;.-,:-,q
19
lingkup
masalah
bagaimana
yang menjadi fokus penelitian
pengembangan
profesional guru SD
ini
adalah
Kodya
Bandung
sebagai manajer PBM, yang dilaksanakan di tingkat wilayah DT I Jawa Barat (dilaksanakan Kanwil Depdikbud dan Dinas P
dan
K DT I Jawa Barat), yang dilaksanakan di DT II Kodya Bandung (Kandepdikbud Kodya dan Dinas P dan K Kodya Bandung), kukan
di tingkat kecamatan (Kandepdikbud, Ranting
dila
Dinas
P
dan K kecamatan). Secara diagramtik ruang lingkup penelitian dapat dilihat pada gambar berikut GAMBAR
RUANG
: 1
LINGKUP PENELITIAN
->
Peibinaan yang dilaksanakan ditingkat wilayah - Peib. Oleh Kanwil Depdikbud Jawa Barat
- Pe§b. Oleh Dinas P dan K DT I Jawa Barat
Pengeibangan Profesional Pesbinaan Profe
sional guru SD Kodya Bandung
Peibinaan yang dilaksanakan ditingkat Kodya
guru sebagai
- Peib. Oleh Kandepdikbud Kodya
Manajer Pei-
- Peib. Oleh Dinas P dan K DT II
Bandung
Kodya Bandung belajaran Peibinaan dilaksanakan di
ting-
kat kecatatan
- Peib. Oleh Kandepdikbud
keca -
•atan
- Peib. Oleh Ranting Dinas P & K kecaiatan
PENINGKATAN HUTU 6URU SEBA6A1 MANAJER PEHBE LAJARAN
10
2.
Masalah Penelitian
Berdasarkan
pada ruang lingkup permasalahan
tersebut
maka jelaslah bahwa penelitian ini ingin mempelajari
bagai-
mana kegiatan peningkatan mutu guru melalui pembinaan profe sional
yang
Bandung.
sudah
dan tengah berlangsung
Titik fokus pengamatan adalah
hasil pembinaan, yang dilaksanakan
dan yang
secara
sekaligus
Kota
Madya proses
efektifitas
organisasi/instansi
struktural maupun fungsional
sebagai pembina guru,
di
baik yang
sebagai
pemakai
dilaksanakan
tingkat wilayah yaitu pembinaan yang diselenggarakan
Wilayah
Depdikbud, dan Dinas P dan K DT I Jawa Barat,
dilaksanakan
Kandepdikbud
dan Dinas P dan K
DT
II
Bandung, serta pembinaan yang dilaksanakan di tingkat
di
Kantor
yang Kodya keca
matan, yaitu yang dilaksanakan Kandepdikbudcam.
Bertolak
dari
masalah
tersebut, selanjutnya
dapat
dirumus pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Sistem
pembinaan
profesional apakah
yang
dilaksanakan
bagi guru SD di Kodya Bandung yang dilaksanakan di
ting
kat wilayah (Kanwil Depdikbud dan Dinas P dan K DT I Jawa Barat)
?
1. Jenis pembinaan profesional apa yang dilaksanakan bagi guru SD Kodya Bandung ?
2. Wadah
apa yang dipergunakan dalam pelaksanaan
naan profesional guru SD di 3.
pembi
Kodya Bandung ?
Apa yang mendasari kebijakan penetapan jenis dan wadah pembinaan profesional guru SD tersebut ?
21
4. Struktur, ditetapkan
mekanisme dalam
dan program pembinaan
pembinaan profesional
apa
guru
yang
SD
di
Kodya Bandung ?
b. Bagaimana Bandung
sistem pembinaan profesional guru SD di yang
dilaksanakan di
Depdikbud dan Dinas P
1. Bagaimana
dan
K DT
efektifitas
profesional guru SD di
2.
Bagaimana
tingkat
wilayah
Kodya (Kanwil
I Jawa Barat. ?
pelaksanaan
sistem
pembinaan
Kodya Bandung ?
efektifitas
sistem
pembinaan
profesional
guru SD di Kodya Bandung dihubungkan dengan peningkat an mutu guru sebagai pengajar ?
3. Bagaimana
kemungkinan
peluang
pengembangan
sistem
pembinaan profesional guru SD di masa mendatang ? c.
Sistem
bagi
pembinaan professional
apakah
yang
dilaksanakan
guru SD kodya Bandung yang dilaksanakan di
tingkat
Kodya (Depdikbud dan Dinas P dan K DT II Kodya Bandung) 1.
Jenis pembinaan profesional apa yang dilaksanakan bagi guru SD di
2. Wadah
Kodya Bandung ?
apa yang dipergunakan dalam pelaksanaan
naan profesional guru SD di
3.
?
pembi
Kodya Bandung ?
Apa yang mendasari kebijakan penetapan jenis dan wadah pembinaan profesional guru SD di Kodya Bandung ?
4. Struktur, diterapkan
mekanisme dalam
dan program pembinaan
pembinaan profesional
apa
guru
yang
SD
di
Kodya Bandung ?
d. Bagaimana
sistem pembinaan profesional
Bandung yang dilaksanakan di
guru SD di
Kodya
tingkat Kodya (Depdikbud dan
Dias DT
II Kodya Bandung) ?
1. Bagaimana
efektifitas
pelaksanaan
sistem
pembinaan
profesional guru SD di Kodya Bandung ?
2. Bagaimana
efektifitas
dihubungkan pengajar di
3. Bagaimana
dengan
sistem
pembinaan
peningkatan
mutu
profesional
guru
sebagai
Kodya Bandung ?
kemungkinan
peluang
pengembangan
sistem
pembinaan profesional guru SD di masa datang ?
e. Sistem
pembinaan
profesional apakah
yang
dilaksanakan
bagi guru SD di Kodya Bandung yang dilaksanakan di
ting
kat kecamatan (Depdikbud dan Ranting Dinas kecamatan) ?
1. Jenis pembinaan profesional apa yang dilaksanakan bagi guru SD di Kodya Bandung ?
2. Wadah
apa yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pembi
naan profesional guru SD di Kodya Bandung ?
3. Struktur, ditetapkan
mekanisme dalam
dan program pembinaan
pembinaan profesional
apa
guru
yang SD
di
Kodya Bandung ?
f. Bagaimana
sistem pembinaan profesional guru SD di
Kodya
Bandung yang dilaksanakan di tingkat kecamatan (Depdikbud dan Ranting Dinas kecamatan)
1. Bagaimana guru SD di
2. Bagaimana
dihubungkan
efektifitas
?
sistem
pembinaan
profesional
pembinaan
profesional
Kodya Bandung ?
efektifitas
sistem
dengan peningkatan mutu guru
pengajar di Kodya Bandung ?
SD
sebagai
3. Bagaimana peluang pengembangan sistem pembinaan profe sional guru SD di
C.
Kodya Bandung di masa mendatang ?
PENTINGNYA PENELITIAN
Terdapat
beberapa
alasan
rasional
mengapa
kajian
tentang pembinaan profesional guru SD atau penelitian menge nai
efektifitas sistem pengembangan profesional guru SD
Kodya Bandung dianggap penting bagi dunia jaran
1.
pendidikan/penga-
dan bagi disiplin ilmu tertentu umumnya,
rinci diuraikan sebagai berikut di
Masalah
nasional
yang
hangat
persoalan
tersebut
sehingga
yang
dan
ini
penting.
pemerintah
merupakan Pentingnya
mengagendakannya
dalam rencana PJPT II bukan hanya karena munculnya indikator
yang
kualitas
menunjukkan
terdapatnya
gejala
pendidikan atau kurang memuaskannya
yang dihasilkan,
namun
lebih dari
secara
bawah ini.
kualitas pendidikan pada dewasa
persoalan
di
berbagai penurunan
para
lulusan
itu juga disebabkan perlu-
nya peningkatan kualitas pendidikan seoptimal dan semaksimal mungkin
dalam rangka mengantisipasi
tuntutan zaman di
masa
mendatang.
Upaya
dilakukan kurikulum,
tapi jaran.
peningkatan
secara
kualitas pendidikan
sistemik.
sarana dan prasarana,
juga aspek guru sebagai sub Dalam prakteknya,
anggaran,
sistem
Dalam hal
harus
peningkatan
aspek
keorganisasian,
pendidikan/penga-
guru merupakan faktor yang
penting bahkan determinatif. Fuad
Disamping
memang
sangat
ini seperti dikatakan
Hasan (1988) saat memberi sambutan pada
Konvensi
Na-
24
sional
Pendidikan
I di Bandung,
mensinyalir
bahwa
banyak
faktor yang harus dipikirkan dalam meningkatkan mutu
pendi
dikan.
paling
Namun faktor guru itulah yang merupakan
penting,
karena
pendidikan. jenjang
(1980),
pengaruhnya yang
Terutama
sekolah
sangat
menentukan mutu
dasar.
Penelitian
hal
menentukan
mutu
pendidikan/PBM
pada
yang
dilakukan
BP3K
melaporkanbahwa guru merupakan faktor penentu
tifitas PBM. tingkat
Kualitas kegiatan
profesional
kenyataan
tersebut di
belajar murid
guru yang
tergantung
bersangkutan.
atas maka
Merujuk
profesionalisasi
profesional
hal
Yakni aktifitas-aktifitas
diperlukan.
diselenggarakan
dalam upaya membentuk
pada pada
kualitas
guru atau upaya pengembangan yang mutlak
efek
guru menjadi
kualitas guru
suatu yang sesuai
dengan tugas profesional yang diembannya. 2.
Berdasarkan
ternyata
kenyataan yang ada,
dapat
difahami
belum ditemukan adanya pola pengembangan
bahwa
profesi
onal yang "mapan", dalam arti sistem pengembangan guru
yang
memiliki
yang
jelas,
mekanisme yang permanen, pelaku
pengembangan
Sebaliknya pengembangan
pengembangan yang yang
relevan dengan
wadah
profesional
guru
yang
rancu dan kurang terarah serta sering yang
kurang/tidak
seringkali tidak. itu sendiri.
Pola
profesional
serta
persoalan yang
kenyataan yang terjadi adalah profesional
pengembangan
sehingga
materi
mengemuka.
terdapatnya
selalu
berubah-ubah,
dilakukan oleh hasil
pola
unsur
pembinaannya
menyentuh persoalan yang dihadapi
para guru
pengembangan cenderung diorientasikan
pada
^c^
pemberian
kurang
aspek-aspek administratif atau ketatausahaan
memberikan bimbingan profesional yang justru
dan
sangat
diperlukan guru sebagai manajer pembelajaran. Hasil evaluasi Proyek Pengembangan Pendidikan Dasar (P3D)
melaporkan
bahwa sistem pembinaan guru
dalam kaitan
masih
ini
mengutamakan
segi-segi administratif (ketatausahaan) dan kurang memperlihatkan bimbingan profesional
(Tangyong, 1981).
Kenyataan-kenyataan tersebut memacu pemerintah
untuk
melakukan berbagai upaya pengembangan model-model
pembinaan/
bimbingan profesional. Misalnya sejak. tahun 1979
diujicoba-
kan
suatu
proyek supervisi yang bernama
"Proyek
Cianjur"
yang
pada dasarnya bertujuan meningkatkan kompetensi
guru
SD agar secara profesional
dalam
kelas.
lebih mampu
Selain itu pada beberapa tahun
guru-
mengelola
PBM
terakhir
ini
diperkenalkan upaya pembinaan melalui fungsionalisasi Jabatan guru SD seperti tertuang
dalam Kep Menpan No. 28/
Tahun
1989, yang esensinya juga bertujuan untuk menciptakan suasana bekerja secara profesional, disamping berbagai seperti
penataran,
lokakarya, dll,
yang
aktifitas
secara
periodik
diselenggarakan.
Meskipun
banyak sistem pengembangan profesional
guru
SD dilakukan, namun efektifitas hasil dari pengembangan sendiri
masih
penelitian
harus
dipertanyakan.
Dalam
rangka
mengenai efektifitas sistem pengembangan
itu
inilah
profe
sional guru SD menjadi penting dilakukan.
3.
Sistem
pengembangan profesional
guru
yang
diterapkan
sejak dahulu hingga kini cenderung bersifat preskriptif atau
26
instruktif.
Sistem
pembinaan lebih merupakan
lahir
dan
atas,
bukan bermula dari guru itu sendiri. Gagasan,
katan,
dirancang oleh dan dari
pihak
atasan guru.
Dengan
pengembangan guru lebih merupakan
atasan.
tampak
demikian
yang
pengembangan Lewat
seperti
seringkali
memfokuskan pada masalah
profesional
guru SD
dengan inilah
penerapan
menjadi
cukup
tepat untuk pengembangan profesional
Ditilik dari dimensi disiplin keilmuan
sistem
pengembangan
memiliki
model
penting.
sistem
Kodya
Bandung
Penelitian
memfokuskan pada masalah sistem pengembangan
pendekatan kualitatif, kesimpulan
profesi
walaupun dilaksanakan
diproyeksikan dapat melahirkan
temuan yang konkrit,
yang
penelitian tentang
profesional guru SD di
Kodya Bandung,
mem
guru.
signifikansi keilmuan yang prospektif.
guru SD di
ini hasil
Dalam kaitan
gambaran alternatif tentang bagaimana
mungkin
rapa
muncul
penelitian ini secara objektif diharapkan mampu
berikan
onal
pende
penyelenggaraan
Meskipun sistem pengembangan guru
profesional guru itu sendiri.
penelitian
yang
tingkat
upaya ini menjadi kurang menyentuh dan relevan
kebutuhan
yang
implementasi dari kebijak-
lebih mudah untuk dilakukan namun
dari
4.
pada
prosedur dan isi dari suatu sistem pembinaan
dari
an
birokrat
sistem
kaya
dan
dengan
bebe
mendalam.
Walaupun kajian ini merupakan studi kasus (di Kodya Bandung) namun
tetap diharapkan kesimpulan hasil
tersebut pada
tetap
dapat dianggap sebagai
temuan
penelitian
generalisasi,
gilirannya dapat memperkaya khasanah
keilmuan.
yang Dalam
27
hal
ini kajian atas perilaku profesional dan model
bangan,
mengembangkan
model
teoretis manajemen pengembangan sumber daya manusia.
Dengan
kata
epistemologis
dapat
lain penelitian ini diharapkan
keilmuan
kan
secara
pengem
memberikan
kontribusi
pada disiplin ilmu manajemen dasar karena
memberi
pendasaran sistem pengembangan sumber daya manusia
pada disiplin ilmu pendidikan dikarenakan memberikan
dan
alter-
natif upaya peningkatan kualitas pendidikan.
D.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian
ini
bertujuan untuk
:
1. Mengungkapkan sistem pembinaan profesional guru SD Bandung
yang dilaksanakan di tingkat wilayah,
kecamatan (jenis, wadah, yang mendasari
2. Mengetahui
sistem
profesional
dan
pembinaan);
sampai
sejauhmana
efektifitas
pelaksanaan
pembinaan profesional guru SD Kodya Bandung
Mengetahui
tingkat
Kodya
struktur mekanisme dan kebijakan
dilaksanakan di tingkat wilayah, 3.
Kodya
sampai
wilayah,
kodya dan kecamatan;
sejauhmana berbagai
pembinaan kodya
guru SD Kodya dan
yang
jenis Bandung
kecamatan)
pembinaan yang
(di
berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas profesional guru,
terutama
dalam memerankan tugasnya sebagai manajer PBM;
4.
Mengetahui kemungkinan peluang pengembangan sistem pembi naan profesional guru SD di
Kodya Bandung.
28
E.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian
tang
ini mencoba mengkaji secara mendalam
pembinaan profesional guru SD. Oleh karena itu,
penelitian
ini
diharapkan akan memberikan
manfaat
teoritis baik bagi pengembangan profesional guru
dan
bagi
pengembangan studi administrasi
ten
hasil secara
khususnya,
pendidikan
pada
praktis, hasil penelitian ini diharapkan
bisa
umumnya.
Secara menjadi
pembinaan
masukan
terkait
dalam
profesional guru SD, yang pada
meningkatkan sekaligus
bagi instansi
mutu
pendidikan jenjang
pelaksanaan
gilirannya
pendidikan
dapat
SD
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan
Indonesia umumnya.
yang di