LAYANAN GURU PADA SISWA ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) DI KELAS V SD NEGERI 1 SEDAYU KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL
ARTIKEL JURNAL
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Bella Rizka Kurniasari NIM 11108244051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2015 i
ii
Layanann Guru…. (Bella Rizka Kurniasari) 1
LAYANAN GURU PADA SISWA ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) DI KELAS V SD N 1 SEDAYU KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL TEACHER SERVICES TO ATTENTION DEFITIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) STUDENT IN GRADE V SD NEGERI 1 SEDAYU, SEDAYU DISTRICT OF BANTL REGION Oleh: Bella Rizka Kurniasari, pgsd/ppsd/fip, universitas negeri yogyakarta
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan layanan yang diberikan guru pada siswa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) di kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul. Layanan yang diberikan guru kepada siswa ADHD meliputi layanan dalam bentuk akomodasi, layanan dalam teknik mengajar, dan layanan dalam bentuk intervensi guru. Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas V, guru agama, dan guru penjas. Objek penelitian ini berupa layanan guru. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan yang diberikan guru kelas, guru agama dan guru penjas pada siswa ADHD kurang optimal, dengan hasil 1) guru belum mengatur tempat duduk siswa ADHD, 2) guru cenderung melaksanakan pembelajaran secara klasikal, 3) guru kurang melibatkan siswa ADHD dengan siswa lain melalui kegiatan kelompok. Kata kunci : layanan guru, siswa attention deficit hyperactivity disorder ABSTRACT This research aimed to describe the services provided by the teacher to Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) student in a grade V SD Negeri 1 Sedayu, Sedayu District of Bantul Region. Services provided by the teacher to ADHD student includes service in the form of accommodation, service in teaching techniques, and services in the form of teacher intervention. This research method is qualitative descriptive. The subjects of this study is the fifth grade teacher, teacher of religion, and physical education teacher in SD Negeri 1 Sedayu. The object of this research is teacher servives. Collecting data in this study uses observation, interviews and documentation. Data were analyzed using data reduction procedure, data display, and conclusion. The validity test of the data uses triangulation source and triangulation technique. The results showed that the services provided by classroom teacher, teacher of religion and pyshical education teacher on ADHD student is less than optimal, with the result of (1) the teacher has not arrange seating of ADHD student (2) the teacher tend to do classical learning, (3) the teacher doesn’t encourage ADHD student’s participation with other students through group activities. Keywords : teacher services, attention deficit hyperactivity disorder student
PENDAHULUAN
dan
keterampilan
dasar
siswa
yang
Sekolah dasar merupakan lembaga
dibutuhkan dalam masyarakat. Disamping
pendidikan dasar yang diselenggarakan
itu juga, pendidikan di sekolah dasar
untuk mengembangkan sikap, kemampuan,
menyiapkan
peserta
didik
untuk
2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke IV April 2015
meneruskan
pendidikan
selanjutnya
di
Banyak permasalahan-permasalahan dari
tingkat yang lebih tinggi. Peran guru sangat
perilaku
penting
Diantaranya
dalam
membimbing
dan
yang yaitu
ditunjukkan
siswa.
siswa
sering
mengarahkan siswa-siswinya, baik siswa
membolos
yang lamban dalam belajar maupun siswa
menangis di kelas, siswa yang suka
yang lebih unggul atau aktif dari siswa yang
mengganggu teman-teman
lainnya.
yang cenderung mengasingkan diri dari
Peran pendidikan dalam pembentukan
sekolah,
yang
siswa
yang
suka
lainnya, siswa
lingkungan, siswa yang cenderung lamban
dapat
dalam menerima pelajaran, siswa yang
proses
belum lancar membaca dan terbalik-balik
lakukan,
membacanya, siswa yang pemalu atau
dengan
tingkat kepercayaan dirinya rendah dan
lingkungan serta bagaimana cara guru
masih banyak lagi permasalahan yang
memberikan pelajaran dan pengajaran bagi
ditunjukkan siswa. Dari sekian banyak
siswa. Dalam proses pembelajaran, guru
permasalahan
menduduki peranan sentral. Berhasil dan
perilaku siswa-siswi baik di dalam kelas
tidaknya
kehidupan
masa
ditentukan
dari
pembelajaran
mereka
interaksi
tujuan oleh
merencanakan
dan
siswa
bagaimana
yang
bagaimana
ditentukan
depan
mereka
yang
ditunjukkan
oleh
pembelajaran
dapat
maupun di luar kelas, peneliti mengamati
peran
guru
dalam
salah satu siswa kelas 4 semester 1 tahun
mengelola
kelas.
pelajaran
2013/2014
bertingkah
laku
Karakteristik dari setiap siswa haruslah
berbeda dari siswa lainnya. Nama anak
diketahui dengan baik oleh seorang guru.
tersebut adalah CT.
Karakteristik setiap anak berbeda dari anak
Pengamatan
selanjutnya
dilakukan
yang lainnya, hal ini perlu diketahui dengan
peneliti ketika CT sudah naik kelas yaitu
jelas oleh guru terutama guru kelas sekolah
kelas 5 pada tahun ajaran 2014/2015
dasar karena guru kelas sekolah dasar
semester 1. Pengamatan dilakukan peneliti
merupakan
hari
di dalam kelas pada tanggal 15 Maret 2014.
berinterkasi dengan siswa-siswanya. Peran
Peneliti mengamati perilaku siswa pada saat
guru
proses
guru
dalam
yang
menangani
setiap
karakteristik
kepribadian setiap anak juga berbeda-beda. Berdasarkan
pengamatan
yang
pembelajaran,
dari
pengamatan
tersebut terlihat bahwa CT tidak bisa tenang mendengarkan
penjelasan guru, suka
dilakukan peneliti di SD Negeri 1 Sedayu,
mengganggu teman-temannya saat siswa
yang beralamat di Sundi Lor, Argorejo,
yang lain sedang fokus mendengarkan
Sedayu, Bantul tentang aktivitas siswa baik
penjelasan guru, suka membuat keributan di
di dalam kelas maupun di luar kelas.
kelas, sering berjalan-jalan di dalam kelas,
Layanann Guru…. (Bella Rizka Kurniasari) 3
sering menggerak-gerakkan tangan atau
yang menjadi saksi untuk menemui wali
kaki ketika duduk, siswa merasa cepat
dari siswa perempuan yang memangis.
bosan dengan materi pelajaran yang sedang
Peneliti melakukan wawancara dengan
dijelaskan. Pada saat kegiatan Praktek
guru kelas CT, orang tua CT dan CT untuk
Pengalaman
peneliti
mengetahui lebih jelas tentang perilaku
mengamati kebiasaan yang dilakukan CT di
yang ditunjukkan CT sebagai data awal
dalam kelas saat proses pembelajaran.
dalam
Kegiatan
kelas
wawancara dengan wali kelas CT yaitu
dilakukan peneliti pada hari Sabtu tanggal
Bapak BD. Berdasarkan hasil wawancara,
09 Agustus 2014 ketika peneliti sedang
pak BD menjelaskan bahwa CT merupakan
mengajar materi dengan tema “Benda-benda
siswa yang susah untuk diatur, perilaku-
di lingkungan sekitar” dan sub tema
perilaku yang ditunjukkan CT un semaunya
“Perubahan wujud benda”. Aktivitas yang
sendiri, tanpa melihat lingkungan sekitar.
dilakukan CT pada saat pembelajaran
Pada saat pembelajaran, CT juga sulit
ternyata masih sama seperti pada saat CT
memusatkan
duduk di kelas 4. Perilaku yang ditunjukkan
mendengarkan, CT tidak mau tenang duduk
CT
masih suka bermain
di bangkunya, sering berjalan-jalan di dalam
sendiri ketika pelajaran, suka mengganggu
kelas, sering membuat gaduh kelas. Perilaku
teman yang lain, suka memukul-mukul
yang dilakukan CT berdampak juga bagi
tangan ke meja dan kursi, suka berbicara di
teman-temannya. Tindakan yang sering
dalam kelas, suka memotong pembicaraan
dilakukan guru adalah guru menasehati
guru atau siswa lain yang sedang berbicara,
meskipun dalam waktu beberapa jam
dan CT juga tidak bisa tenang duduk di
kemudian CT tidak tenang duduk di
dalam kelas mendengarkan penjelasan guru.
bangkunya
Ketika siswa disuruh mengerjakan tugas
membiarkan
namun tak ada gurunya, CT membuat
keinginannya daripada membuat teman-
seorang anak perempuan kelas 5 menangis.
teman yang lain ikut ramai.
Lapangan
pengamatan
meliputi
CT
(PPL),
di
dalam
penelitian.
Peneliti
perhatian
sehingga CT
melakukan
untuk
guru
juga
berlaku
fokus
lebih sesuai
Pada saat itu, guru kelas yang merupakan
Wawancara yang kedua yaitu dengan
wali kelas CT datang menegur CT dan
orang tua CT, dalam hal ini adalah ibu dari
meminta penjelasan CT tentang kejadian
CT. Keterangan-keterangan yang di dapat
yang telah terjadi karena wali dari siswa
dari wawancara ini sama dengan informasi
perempuan yang menangis tadi datang ke
yang di dapat dari Wali kelas CT.
sekolah. CT kemudian dipanggil ke ruang
Berdasarkan penjelasan dari ibu CT, CT
kepala sekolah bersama dengan temannya
merupakan
anak
terakhir
dari
empat
4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke IV April 2015
bersaudara. Ibu CT menyadari bahwa CT
perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh CT
adalah anak yang susah diatur dan kurang
merupakan diagnosis anak yang mengalami
bersosialisasi dengan baik di sekolahan.
gangguan
Perilaku ini sudah dilihat dari CT masuk TK
hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit
dan laporan dari teman-teman CT yang
Hyperactivity Disorder (ADHD). Menurut
mengadukan ke ibu CT bahwa CT membuat
Barkley (1991) dalam (Kaplan and Sadock,
masalah
CT
2008: 427) mendefinisikan bahwa ADHD
menjelaskan bahwa perilaku yang selama
adalah sebuah gangguan di mana respons
ini ditunjukkan di sekolah cukup berbeda
menjadi terhalang dan mengalami disfungsi
dengan perilaku yang ditunjukkan di rumah,
pelaksana yang mengarah pada kurangnya
hal
pengaturan diri,
ini
dengan
karena
siswa
di
lain.
rumah
Ibu
orang
tua
pemusatan
perhatian
lemahnya
dan
kemampuan
memberikan batasan-batasan waktu dalam
untuk mengatur perilaku untuk tujuan
CT bermain dan belajar, sehingga CT
sekarang dan masa depan, serta sulit
menjadi penurut ketika di rumah. Ayah CT
beradaptasi secara sosial dan perilaku
mendidik anak-anak termasuk CT dengan
dengan tuntutan lingkungan
disiplin.
Perilaku yang ditunjukkan oleh CT
Wawancara yang ketiga yaitu dilakukan
sebagai gejala dari anak yang mengalami
peneliti terhadap CT ketika jam istirahat.
gangguan ADHD merupakan tanggung
Dari hasil wawancara, CT tinggal di
jawab bersama antara pihak sekolah dan
Perumahan Pesona Alam Blok B Sedayu,
orang tua. Dalam lingkup sekolah, peran
Kecamatan
tidak
mau
guru sangat mendominasi bagi terbentuknya
pertanyaan-pertanyaan
yang
karakter siswa untuk menjadi lebih baik.
diajukan oleh peneliti tentang kebiasannya
Peran guru dalam memberikan layanan di
di rumah dan tidak mau bercerita tentang
sekolah sangat berpengaruh bagi siswa, tak
bagaimana CT belajar di sekolah, tentang
terkecuali bagi CT yang membutuhkan
teman-teman CT dan tentang bagaimana
layanan yang berbeda dari siswa lain. Untuk
guru mengajar. CT menjawab dengan
itulah, peneliti ingin mengetahui lebih
seenaknya sendiri, sikap yang ditunjukkan
dalam terkait layanan yang diberikan guru
oleh CT adalah CT tidak berani menatap
pada siswa dengan gangguan perilaku
peneliti, perhatiannya tidak fokus yaitu suka
Attention Deficit Hyperactivity Disorder
menatap kesamping kanan dan kekiri, suka
(ADHD). Adapun rumusan masalah dalam
menggerak-gerakkan jari dan kakinya.
penelitian ini adalah bagaimana bentuk
menjawab
Sedayu.
CT
Berdasarkan DSM (Diagnostic and
layanan guru pada siswa Attention Deficit
Statistical Manual of Mental Disorder) V,
Hyperactivity Disorder (ADHD) di kelas V
Layanann Guru…. (Bella Rizka Kurniasari) 5
SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sedayu
pedoman observasi, pedoman wawancara
Kabupaten Bantul. Tujuan dari penelitian
dan pedoman studi dokumentasi.
ini adalah untuk mendeskripsikan layanan
Teknik Analisis Data
guru
pada
siswa
Attention
Deficit
Data dianalisis dengan menggunakan
Hyperactivity Disorder (ADHD) di kelas V
langkah-langkah reduksi data, display data,
SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sedayu
dan penarikan kesimpulan.
Kabupaten Bantul.
Keabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data
METODE PENELITIAN
dengan menggunakan triangulasi teknik dan
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam
sumber.
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
HASIL
deskriptif.
PEMBAHASAN
Sumber Data
Layanan Guru dalam Bentuk Akomodasi
Sumber data dalam penelitian ini adalah orang yang akan diperoleh datanya untuk
PENELITIAN
DAN
pada Siswa ADHD Salah satu bentuk layanan guru dalam
penelitian. Dalam penelitian ini, sumber
membantu
siswa
ADHD
mengurangi
data penelitian yang digunakan adalah guru
tindakannya yang hiperaktif dan sulit untuk
kelas V, guru penjas, guru agama, siswa
memusatkan
ADHD, dan teman ADHD
memberikan layanan akomodasi yang tepat.
Tempat dan Waktu Penelitian
Setiap siswa memiliki karakteristik yang
perhatiannya
adalah
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1
berbeda dengan siswa lainnya, begitu juga
Sedayu, Kecamatan Sedayu, Kabupaten
kebutuhan yang berbeda dengan siswa lain.
Bantul. Penelitian ini dilaksanakan pada
Tak terkecuali siswa yang mengalami
bulan Januari sampai dengan Februari 2015.
gangguan
Teknik Pengumpulan Data
membutuhkan
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam,
observasi,
dan
ADHD, layanan
dimana khusus
siswa untuk
mengatasi aktivitasnya dalam belajar. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada guru kelas, guru agama dan
dokumentasi.
guru penjas pada saat proses pembelajaran.
Instrumen Penelitian
Peneliti belum mengamati bahwa semua
Instrumen dalam penelitian kualitatif
guru yang mengajar CT di kelas V mengatur
adalah peneliti itu sendiri, namun peneliti
tempat duduk CT. Dalam aktivitasnya
membutuhkan alat bantu untuk mendukung
belajar di sekolah, CT duduk tidak menentu
pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu
setiap harinya. Selama proses observasi
6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke IV April 2015
dilakukan, CT memang lebih sering duduk
tugas di sekolah berupa soal-soal yang harus
di depan sebelah selatan jauh dari pintu dan
dikerjakan siswa. Pemberian tugas pada
tepat di depan meja guru. Namun jika ada
siswa sering dilakukan guru di tengah
siswa putra yang tidak berangkat, maka CT
pelajaran
akan
Apabila guru kelas memberikan siswa di
berpindah
tempat
ke
belakang.
maupun
di
akhir
pelajaran.
Formasi tempat duduk yang ada di kelas V
tengah
adalah susunan tempat duduk yang berbaris
mencocokan tugas secara langsung dengan
ke belakang dengan jumlah 4 baris ke
siswa namun jika tugas di berikan di akhir
belakang dan 3 deret ke samping. Dalam
pelajaran, guru sering membahas pada
wawancaranya dengan peneliti didapatkan
pertemuan selanjutnya. Seringkali tugas
hasil bahwa guru kelas dan guru agama
yang diberikan kepada siswa ADHD tidak
tidak biasa mengatur tempat duduk siswa
langsung secepatnya dikerjakan (Baihaqi
termasuk CT.
dan Sugiarmin, 2208: 64). Seperti yang
Guru kelas lebih membebaskan siswa
pelajaran,
maka
guru
akan
diakukan CT ketika menerima tugas dari
dalam mengatur tempat duduknya masing-
guru,
masing
mengerjakan tugas dan lebih memilih
berdasarkan
keinginannnya.
Sedangkan guru agama juga merasa tidak memiliki
menunda
untuk
mengerjakan hal lain. Baik guru kelas, guru agama maupun
ditentukan
guru penjas menyadari bahwa CT memang
sebelumnya oleh wali kelas, sehingga guru
siswa yang jika diberikan tugas untuk
agama juga tidak mengatur tempat duduk
mengerjakan soal seringkali tidak langsung
CT.
jarang
dikerjakan. Bahkan terkadang jika guru
melakukan kegiatan proses pembelajaran di
keluar kelas dan masuk lagi ke dalam kelas,
dalam kelas, namun guru penjas tidak
guru sering melihat CT belum mengerjakan
mengatr barisan CT agar berbaris di depan
tugasnya. Hal yang dilakukan guru adalah
dekat
penjas
memberikan tambahan waktu kepada CT
membebaskan siswa juga dalam mengatur
dalam menyelesaikan tugasnya. Semua guru
barisannya. Pengaturan tempat duduk siswa
menerima hasil pekerjaan CT dengan
ADHD belum sejalan dengan pendapat A.
memberikan kesempatan kepada CT untuk
Dayu (2013: 106) yang menyatakan bahwa
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tak
guru
tempat
jarang guru terutama guru kelas sering
duduksiswa ADHD di depan kelas dekat
mendekati tempat duduk CT untuk melihat
dengan meja guru. Selama observasi proses
hasil pekerjaan CT. Guru akan membantu
pembelajaran, guru seringkali memberikan
membimbing CT dalam menyelesaikan
duduk
yang
Meskipun
dengan
sebaiknya
dalam
seringkali
mengatur
tempat
kewenangan
CT
sudah
guru
guru.
penjas
Guru
mengatur
Layanann Guru…. (Bella Rizka Kurniasari) 7
tugasnya dan menasehati CT untuk segera
menyampaikan materi yang akan dipelajari,
menyelesaikan tugasnya.
guru tidak langsung menjelaskan materi
Memancing
siswa
ADHD
dengan
yang akan dipelajari. Namun guru mencoba
memberikan pertanyaan secara langsung
memberikan
apersepsi
dapat dilakukan guru untuk mengetahui
pembelajaran.
Guru
seajuh mana CT mengetahui dan memahami
memberikan apersepsi dengan memberikan
materi
guru.
contoh-contoh aktivitas di kehidupan sehari-
Memberikan pertanyaan sebagai bentuk
hari siswa, baik itu dengan nama-nama
aomodasi dari guru juga dapat membantu
siswa yang ada di kelas V maupun dengan
CT
wilayah
yang
untuk
sudah
dijelaskan
memusatkan
perhatiannya
tempat
di
kelas
mereka
awal seringkali
tinggal.
Tak
jika
terkecuali guru agama dan guru penjas pun
ketika
melakukan hal yang demikian seperti yang
melihat CT sedang bermain sendiri atau
dilakukan guru kelas. Pengulangan materi
mengganggu siswa lain.
dan pemberian apersepsi masih dilakukan
Layanan dalam Bentuk Teknik Mengajar
semua guru kepaa seluruh siswa di kelas,
Guru pada Siswa ADHD
belum ada layanan khusus yang diberikan
kembali pertanyaan
kepada
guru,
apalagi
ini
dilakukan
guru
Ketika ada tanda bunyi lonceng sebagai
secara khusus kepada CT.
penanda tanda masuk, semua siswa harus
Menerangkan materi secara garis besar
sudah masuk kelas. Baik ketika sudah ada
dan menyampakan tujuan pembelajaran
guru maupun belum ada guru. Berdasarkan
dapat membantu siswa ADHD dalam
observasi pembelajaran, guru masuk ketika
menyiapkan materi apa saja nanti yang akan
siswa sudah berdoa sendiri. Sehingga ketika
diperlukan dan dibahas pada saat proses
guru masuk, siswa akan memberikan salam
pembelajaran.
tanpa berdoa lagi.
diungkapkan oleh Isna Perdana (2012: 68)
Hal
ini
seperti
yang
Sebelum menjelaskan materi, baik guru
bahwa salah satu layanan guru di awal
kelas, guru agama mapun guru penjas
pembelajaran adalah menerangkan hal-hal
terlebih dahulu mengulang kembali materi
yang akan dipelajari dan tujuan yang ingin
yang sudah dipelajari pada pertemuan
dicapai, guru harus mengatakan dengan
sebelumnya. Pada kurikulum 2013 ini,
jelas materi apa sja yang akan siswa
materi dihubungkan dalam satu tema,
butuhkan.
sehingga materi yang satu dengan yang lain
dilakukan pada guru kelas, guru agama dan
dapat saling berkaitan. Untuk itu guru
guru penjas. Guru kelas dan guru agama
mengecek kembali pengetahuan siswa yang
sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
didapat dari pertemuan sebelumnya. Dalam
dan inti materi yang akan dipelajari, namun
Berdasarkan
observasi
yang
8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke IV April 2015
guru hanya menjelaskan secara lisan dan
belajar dan tidak menganggu siswa yang
sekilas, tanpa adanya pengulangan kembali
lain. Tak jarang pula guru memberikn
kepada CT dan menuliskannya di papan
motivasi kepada CT dengan mendekati CT
tulis. Hal ini belum sejalan dengan pendapat
dan menepuk bahu maupun mengusap
Isna Perdana (2012: 69) yang menyatakan
rambut CT untuk memberikan perhatian
bahwa guru hendaklah menulis daftar
yang lebih kepada CT. Sejalan dengan
kegiatan pelajaran di papan tulis. Sedangkan
pendapat Isna Perdana (2012: 65) yang
guru penjas pun sudah menyampaikan
menyatakan
tujuan pelajaran yang akan dicapai pada
memberikan instruksi dengan memberikan
prtemuan hari itu dengan menyampaikan
sentuhan pada bahu siswa yang mengalami
materi yang harus dikerjakan siswa secara
gangguan ADHD. Bukan hanya pada saat
sekilas. Layanan ini masih disampaikan
memberikan motivasi saja, guru terutama
oleh semua guru kepada seluruh kelas, guru
guru
belum secara khusus memberikan layanan
peringatan maupun membantu membimbing
ini kepada CT.
CT dalam mengerjakan tugas dengan duduk
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap guru kelas, guru agama
bahwa
kelas
juga
guru
hendaknya
sering
memberikan
di sebelah CT dan menepuk-nepuk bahu CT.
dan guru penjas. Guru sering memberikan
Pendekatan yang dilakukan guru kelas
motivasi baik di awal pembelajaran, di
kepada CT bukan hanya ketika memberikan
tengah pembelajaran maupun di akhir
motivasi
pembelajaran. Pemberian motivasi menurut
membimbing
Tin
adalah
mengerjakan soal. Guru kelas dan guru
mengarahkan
agama mendekati CT dan membantu CT
perilakunya menuju pada perilaku yang
menjawab soal. Guru mencoba untuk
wajar. Pemberian motivasi secara khusus
menggali pengetahuan yang sudah dimiliki
terhadap CT juga sudah teramati oleh
CT. Guru kelas memberikan petunjuk
peneliti. Guru kelas hampir setiap hari
terstruktur mulai dari hal-hal yang dianggap
memberikan
CT
Suharmini
mendorong
(2005:
anak
20)
untuk
motivasi
secara
khusus
saja,
mudah.
namun CT
juga
ketika
Sedangkan
ketika kesulitan
memberikan
terhadap CT. Pemberian motivasi yang
petunjuk terstruktur secara sederhana yang
dilakukan guru kelas tak jauh berbeda
dilakukan
dengan pemberian motivasi yang dilakukan
memberikan contoh yang jelas secara
guru penjas maupun guru agama terhadap
khusus
CT.
praktek olahraga.
Motivasi
yang
dilakukan
guru
ditunjukan kepada CT agar CT selalu rajin
guru
kepada
penjas
CT
adalah
ketika
dengan
melakukan
Layanann Guru…. (Bella Rizka Kurniasari) 9
Berdasarkan observasi yang dilakukan
mau bertanya atau tidak terkait materi yang
peneliti kepada guru kelas, guru agama dan
telah
guru
memberi
memberikan pengulangan atau penekanan
peringatan kepada CT, mengulang materi
secara khusus kepada CT untuk bertanya.
kepada CT, memberikan bimbingan kepada
Sehingga apabila tidak ada yang bertanya,
CT adalah semua guru selalu berusaha
guru langsung meneruskan materi yang
membangun kontak mata kepada CT. Guru
selanjutnya.
penjas.
Guru
dalam
dijelaskan,
namun
guru
belum
berusaha menatap CT dengan harapan pesan
Berdasarkan hasil observasi, peneliti
yang disampaikan dapat diterima dengan
belum pernah melihat guru kelas dan guru
jelas dan baik oleh CT. Namun CT kurang
agama menggunakan media pembelajaran
memberikan respon balik dengan menatap
selain dari buku paket yang dibawa siswa.
guru. Respon balik CT ketika guru sedang
Hal ini kurang sejalan dengan pendapat
bertanya kepada CT terkadang CT melihat
Frieda
ke samping kanan kiri maupun atas dan
menyebutkan bahwa guru menggunakan
bawah, CT kurang dapat fokus untuk tetap
media pengajaran yang menarik untuk siswa
melihat guru menyelesaikan penjelasannya,
ADHD, lebih lanjut Isna Perdana (2012: 69)
selain itu CT juga terkadang menyela guru
menjelaskan
ketika guru belum selesai menjelaskan apa
menggunakan alat peraga, grafik, dan alat
yang
CT,
bantu visual lain. Sedangkan untuk guru
contohnya saja ketika guru menjelaskan
penjas menggunakan media konkret karena
materi
sebagian besar jadwal pelajaran olahraga
akan
disampaikan
secara
ulang
kepada
kepada
CT
dan
memberikan pertanyaan kepada CT. Bahkan sikap CT ketika guru sedang memberi
Mangunsong
(2011:
bahwa
guru
12)
yang
sebaiknya
dilakukan dalam bentuk kegiatan praktek. Sistem pemberian hadiah dari guru
hanya
kepada siswa ADHD ditunjukkan guru
menunduk saja, tidak berani menatap guru.
dengan cara memberikan hadiah pada
Pandangannya ke bawah meja dengan
perilaku yang baik dan belajar perilaku yang
memainkan jari-jari tangan atau sesuatu
positif Arga Paternotte dan Jan Buitelaar
benda yang sedang dipegangnya.
(2010: 61). Penghargaan dapat ditunjukkan
peringtaan
dan
teguran
adalah
Berdasarkan observasi dan wawancara
guru
ketika
siswa tugas
ADHD
yang dilakukan peneliti kepada guru kelas,
mengerjakan
guru agama dan guru penjas. Pemberian
mengikuti instruksi perintah dari guru
kesempatan bertanya oleh guru ditunjukkan
dengan
kepada seluruh siswa. Guru kelas seringkali
pembelajaran, peneliti tidak pernah melihat
menanyakan kepada siswa apakah ada yang
guru kelas memberikan penghargaan kepada
baik.
dengan
berhasil
Pada
saat
baik
atau
observasi
10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke IV April 2015
CT atas keberhasilannya mengerjakan tugas
hendaknya memberikan nilai terpisah dan
dalam
tuga terpisah pada siswa ADHD.
bentuk
menjelaskan
apapun.
bahwa
Guru
penghargaan
kelas itu
Pada akhir pembelajaran, guru kelas
hanyalah membuat CT menjadi anak yang
sering
manja, dapat menjadi kebiasaan anak untuk
dijelaskan pada pertemuan hari itu. Guru
beranggapan bahwa jika tidak diberi hadiah
memberikan
maka dia tidak mau mengerjakannya. Hal
untuk
ini tidak sejalan dengan pendapat A. Dayu
kesimpulan. Namun guru belum mengulang
(2013: 95) yang menjelaskan bahwa guru
kembali kepada CT apa yang dikatakan oleh
dapat
siswa lain. Hal yang sama juga dilakukan
memberikan
penghargaan
atas
merangkum
materi
kesempatan
merangkum
yang
kepada
dan
telah
siswa
memberikan
prestasi anak ADHD atau ketika mau
guru
mengikuti
yang
merangkum materi pelajaran yaitu masih
dimaksud dapat berupa pujian maupun
merangkum untuk semua siswa di kelas,
dalam bentuk suatu benda. Sedangkan untuk
belum secara khusus kepada CT.
guru penjas sudah memberikan penghargaan
Layanan dalam Bentuk Intervensi Guru
kepada CT berupa pujian dan tepuk tangan
pada Siswa ADHD
ketika CT berhasil menyelesaikan tugas.
Berdasarkan
aturan.
Penghargaan
penjas
dan
guru
hasil
agama
dalam
obsevasi
yang
Guru agama sendiri pernah memberikan
dilakukan
penghargaan kepada CT namun jarang
pembelajaran sikap yang ditunjukkan CT
dilakukan.
selalu berubah-ubah, CT tidak bisa duduk
peneliti.
Selama
proses
Berdasarkan observasi dan wawancara,
dengan tenang mendengarkan penjelasan
soal evaluasi yang diberikan kepada CT
dari guru. Untuk itu lah guru kelas, guru
sama dengan yang dikerjakan oleh siswa
agam
lain. Jumlah soal yang harus dikerjakan CT
memperingatkan
juga sama dengan yang lain. Sehingga CT
memfokuskan perhatiannya ketika guru
yang jarang sekali langsung mengerjakan
sedang menjelaskan materi. Banyak hal
tugas
yang
akan
terlambat
menyelesaikan
dan
dilakukan
guru CT
setiap
penjas untuk
guru
sering kembali
dalam
soalnya. Semua guru yang sudah memahami
mengalihkan perhatian CT untuk fokus
akan perilaku CT ini memberikan tambahan
kembali. Seperti yang dilakukan guru kelas
waktu kepada CT dalam menyelesaikannya.
dengan memanggil nama CT kemudian
Sistem penilaian yang diberikan kepada CT
memberikan pertanyaan, sedangkan guru
juga sama dengan siswa lain. Hal ini kurang
agama sering memanggil nama CT dan
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
menanyakan kepada CT mengapa tidak
oleh Isna Perdana (2010: 65) bahwa guru
memperhatikan ke depan. Lain halnya yang
Layanann Guru…. (Bella Rizka Kurniasari) 11
dilakukan
guru
mendekatinya
penjas secara
adalah
dengan
langsung
dan
1. Layanan dalam Bentuk Akomodasi Guru pada Siswa ADHD
membenarkan posisi berdiri CT yang benar sambil dibeikan peringatan.
Penempatan posisi duduk siswa ADHD tidak ditentukan oleh guru. Siswa ADHD
Selama observasi proses pembelajaran,
bebas memilih tempat duduk. Formasi
peneliti tidak menemukan adanya kegiatan
duduk semua siswa di kelas menghadap
diskusi kelompok yang dilakukan oleh
depan secara berurutan. Guru kelas, guru
semua guru yaitu guru kelas, guru agama
agama dan guru penjas tidak membatasi
dan guru penjas. Hal ini kurang sejalan
waktu pada saat siswa ADHD diberikan
dengan pendapat yang dinyatakan oleh
tugas dalam mengerjakan soal dan mau
Guevremont (2007) yang dikutip dalam
menerima setiap pekerjaan yang dihasilkan
Marlina (2007: 105) yang menjelaskan
oleh siswa ADHD. Guru juga biasa
bahwa teman sebaya hendaklah dilibatkan
memberikan pertanyaan khusus kepada
dalam semua tahap intervensi keterampilan
siswa ADHD ketika dia sedang tidak fokus
sosial.
atau dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
Namun
berdasarkan
wawancara
dengan semua guru, didapatkan hasil bahwa
mana materi yang sudah dipahami siswa.
guru memang pernah membuat diskusi
2. Layanan dalam Bentuk Teknik
kelompok namun jarang dilakukan, terlebih
Mengajar Guru pada Siswa ADHD
jika
ada CT di dalam kelompok siswa.
Guru mengajar sudah sesuai dengan
Maka banyak siswa yang mengeluhkan
urutan proses pembelajaran pada umumnya,
tindakan CT yang hanya mengganggu siswa
namun
lain di dalam kelompok. Siswa kurang
materi kepada siswa ADHD kurang optimal.
merespon dan menerima baik kehadiran CT
Hal ini dikarenakan guru masih mengajar
di dalam kelompoknya.
secara
KESIMPULAN
maupun pengulangan khusus kepada siswa
Berdasarkan pembahasan layanan
hasil dalam
pendidikan
penelitian
dan
mendeskripsikan guru
pada
siswa
dalam
memberikan
klasikal,
belum
penjelasan
ada
perhatian
ADHD dalam menyampaikan materi. Selain itu,
media
digunakan
pembelajaran sebagai
yang
dapat
sarana
untuk
perhatian
siswa
Attention Deficit Hyperactivity Disorder
memfokuskan
(ADHD di kelas V SD N 1 Sedayu,
ADHD juga belum dilakukan guru. Layanan
Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul, maka
yang sudah diberikan guru secara khusus
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
kepada siswa ADHD antara lain yaitu guru
kembali
selalu memberikan motivasi kepada siswa ADHD, kemudian guru juga selalu berusaha
12 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke IV April 2015
untuk
membangun
kontak
mata
dan
menepuk pundak siswa ADHD. 3. Layanan dalam Bentuk Intervensi Guru pada Siswa ADHD Guru selalu berusaha mengalihkan perhatian siswa ADHD untuk fokus kembali mendengarkan penjelasan guru ketika siswa ADHD
sedang
mengganggu membuat
bermain
siswa diskusi
lain.
sendiri Guru
kelompok
atau jarang untuk
melibatkan siswa ADHD dengan siswa lain, karena respon dari siswa-siswa yang lain kurang menerima siswa ADHD dalam kelompoknya. DAFTAR PUSTAKA A. Dayu P. (2013). Mendidik Anak ADHD. Yogyakarta: Javalitera Arga Paternotte dan Jan Buitelaar. (2010). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Jakarta: Prenada Media Group Baihaqi dan M. Sugiarman. (2008). Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung: PT Refika Aditama Daryanto. (2013). Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Gava Media Isna Perdana. (2012). Lebih Paham dan Dekat dengan Anak ADD dan ADHD. Yogyakarta: Familia Kaplan, Harold dan Benjamin Sadock. (2008). Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara Kewley, Geof dan Pauline Latham. (2010). 100 Ide Membimbing Anak ADHD. Jakarta: Esensi
Frieda Mangunsong. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: LPSP3 UI Marlina. (2007). Asesmen dan Strategi Intervensi Anak ADHD. Jakarta: Depdiknas Mudjito, Harizal, dan Elfindri. (2012). Pendidikan Inklusif. Jakarta: Badouse Media Tin Suharmini. (2005). Penanganan Anak Hiperaktif. Jakarta: Depdiknas