Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Helpful Isometric Exercise Lowers Blood Pressure in Patients Hypertension Tua Parlindungan1, Arti Lukitasari1, Mudatsir2 1 2
Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala
Abstrak Masalah kesehatan yang terjadi pada pasien hipertensi adalah bagaimana penerapan perawatan diri yang benar agar penyakit hipertensi dapat dikendalikan dan terhindar dari komplikasi. Latihan isometrik bermanfaat menurunkan tekanan darah istirahat sistolik dan diastolik. apabila dilakukan secara teratur, selain itu manfaat tambahan memperbaiki massa otot dan kekuatan tubuh bagian atas dan bawah, penurunan lemak tubuh, meningkatkan kepadatan tulang, mencegah patah tulang, dan peningkatan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain quasi ekspriment, dengan rancangan pretest dan postest desain. Pengambilan sampel dengan cara Purposive sampling dengan jumlah 37 responden kelompok intervensi dan 37 responden kelompok kontrol. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 21 September s/d 20 November 2015 di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe, latihan isometrik dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 9 minggu. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (P = 0.002). Dengan demikian sangat dianjurkan pada penderita hipertensi dengan menggunakan latihan isometrik untuk menurunkan tekanan darah baik dilakukan sendiri maupun kombinasi dengan olahraga yang dinamis sebagai bagian dari rejimen perawatan yang komprehensif. Latihan isometrik sangat baik pada usia 35-55 tahun tersebut lebih beresiko mengalami hipertensi sehingga dapat mempertahankan tekanan darah secara mandiri dan terkontrol. Kata Kunci: latihan isometrik, tekanan darah, penderita hipertensi
Abstract Health problems that occur in hypertensive patients is how the application of the right of self-care that hypertension can be controlled and avoid complications. Useful isometric exercise lowers blood pressure resting systolic and diastolic. if done regularly, in addition to the additional benefits improve muscle mass and upper body strength and lower, decrease body fat, increase bone density, prevent fractures, and improved quality of life. The purpose of this study was to determine the effect of isometric exercise on reducing blood pressure of hypertensive patients. This study uses a quasi ekspriment design, with pretest and posttest design. Sampling by means of purposive sampling with 37 respondents 37 respondents intervention group and control group. This study was conducted on 21 September s / d 20 November 2015 in the district of Banda Sakti Lhokseumawe, isometric exercise performed three times a week for 9 weeks. Results showed no effect of isometric exercise on reducing blood pressure in patients with hypertension (P = 0.002). Thus highly recommended in patients with hypertension by using isometric exercises to lower blood pressure by themselves or in combination with a dynamic sport as part of a comprehensive treatment regimen. Isometric exercise is very good at the age of 35-55 years are more at risk of developing hypertension in order to maintain blood pressure and controlled independently Keywords: isometric exercise, blood pressure, patients with hypertension. Korespondensi: * Tua Parlindungan, Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, Email:
[email protected]
71
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
myocardium, stroke, gagal ginjal, dan kematian
Latar Belakang
jika tidak dideteksi secara dini dan dirawat Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan
secara
darah sistolik dan/atau diastolik yang tidak
mempunyai keinginan
normal. Batas yang tepat dari kelainan ini tidak
pengontrolan tekanan darah penderita yang
pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai
akan mengurangi beban penyakit penderita
dengan usia dan jenis kelamin. Namun
(James , 2014).
tepat, penderita
hipertensi harus
untuk menjaga dan
umumnya, sistolik yang berkisar dari 140-160 mm Hg dan diastolik antara 90-95 mm Hg
Faktor-faktor yang berkaitan dengan hipertensi
dianggap merupakan garis batas hipertensi.
antara lain penebalan dinding arteri, yang
Diagnosa hipertensi sudah jelas pada kasus
mengurangi
dimana tekanan darah sistolik melebihi 160
penurunan elastisitas arteri serta faktor gaya
mmHg dan diastolik melebihi 95 mm Hg.
hidup seperti merokok, obesitas, konsumsi
Penderita
tidak
alkohol yang berlebihan, kurang berolah raga,
menunjukkan gejala selama bertahun-tahun.
peningkatan kadar kolestrol darah, dan stres
Masa laten ini menyelubungi perkembangan
yang berkepanjangan.(Kozier, 2010).
hipertensi
mungkin
ukuran
lumen
arteri,
dan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya non-
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi
spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.
hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia
Kalau hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak
yang
dirawat, maka akan mengakibatkan kematian
didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
karena payah jantung, infark miokardium,
persen, sedangkan yang pernah didiagnosis
stroke,
tenaga kesehatan atau sedang minum obat
atau
payah
ginjal.
(Price
and
Wilson,2005)
didapat
melalui
jawaban
pernah
hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen penduduk yang minum
Salah satu penyakit tidak menular yang banyak
obat
dialami oleh masyarakat yaitu hipertensi.
didiagnosis hipertensi oleh nakes. Prevalensi
Hipertensi merupakan kondisi paling umum
hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
yang terlihat pada tingkat perawatan primer
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8
dan
dapat
memicu
terjadinya
infark 72
sendiri,
meskipun
tidak
pernah
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
persen, tertinggi Bangka Belitung 30,0% diikuti
bahwa jumlah kasus penderita hipertensi
Kalimantan Selatan 30,8%, Kalimantan Selatan
sebanyak 1040 orang terdiri dari laki-laki
30,8%, Kalimantan Timur 29,6%, Jawa Barat
sebanyak 468 orang sedangkan perempuan
29,4% dan daerah Aceh 21,8%. Jadi cakupan
sebanyak 881 orang. Januari sampai dengan
nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar
Maret 2015 jumlah
(63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak
sebanyak 583 orang yang terdiri dari sebagai
terdiagnosis. Prevalensi DM, hipertiroid, dan
berikut laki-laki sebanyak 203 orang sedangkan
hipertensi pada perempuan cenderung lebih
perempuan sebanyak 380 orang. (Puskesmas
tinggi dari pada laki-laki (Depkes RI, 2013).
Banda Sakti, 2015)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota
Latihan
Lhokseumawe pada tahun 2014,
bahwa
memerlukan kekuatan otot tubuh baik untuk
peringkat pertama dari jumlah kasus dari10
latihan pemanasan atau untuk program latihan
penyakit tidak menular di kota Lhokseumawe
rehabilitasi. Latihan isometrik dapat mencegah
adalah hipertensi, diabetes militus, asma,
terjadinya atrofi otot (Sumaryanti, 2009).
osteoporosis, Penyakit Paru Obstruktif Kronik,
Latihan isometrik berkaitan dengan perubahan
stroke, penyakit jantung koroner, angina
hemodinamik akut yang meliputi peningkatan
pektoris, Gagal ginjal kronik, dan kanker
tekanan darah sistolik, diastolik, dan rata-rata
payudara.
Penderita hipertensi di kota
tekanan darah arterial, dan juga meningkatkan
Lhokseumawe sebanyak 7664 orang, terdiri
denyut jantung dan curah jantung. Tidak ada
dari laki-laki 3582 orang sedang perempuan
perubahan pada resistensi vaskular perifer atau
sebanyak 4082 orang. Januari sampai dengan
menurun. Disebabkan latihan isometrik bukan
Maret 2015 jumlah pengunjung penderita
merupakan
hipertensi sebanyak 2265 orang terdiri dari
panduan komite nasional dan internasional
laki-laki
sedangkan
tidak dianjurkan untuk pasien hipertensi. Akan
perempuan sebanyak 1294 orang (Dinkes Kota
tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa
Lhokseumawe, 2015).
latihan
sebanyak
971
orang
isometrik
latihan
isometrik
penderita hipertensi
adalah
latihan
aerobik,
atau
yang
maka
resistensi
oleh
tidak
meningkatkan tekanan darah istirahat dan Data laporan Puskesmas Kecamatan Banda
seringkali justru sedikit menurunkan tekanan
Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2014
darah, 73
yang
bisa
dioptimalkan
dengan
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
pemberian obat antihipertensi. Selain tekanan
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin
darah, latihan isometrik juga bermanfaat untuk
mengetahui pengaruh latihan isometrik pada
memperbaiki massa otot, kekuatan
tubuh
penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti
meningkatkan
kota Lhokseumawe. Penelitian terkait latihan
kepadatan tulang, dan mengurangi resiko
isometrik dapat menurunkan tekanan darah
fraktur tulang (Chrysant, 2010).
istirahat. Di Kecamatan Banda Sakti kota
bagian
atas
dan
bawah,
Lhokseumawe belum pernah dilakukan latihan Manfaat dari latihan isometrik adalah sebagai
isometrik pada penderita hipertensi untuk
berikut peningkatan otot dalam jumlah besar,
menurunkan tekanan darah. Alasan tersebut
meningkatkan kekuatan tubuh bagian atas dan
peneliti tertarik untuk mengetahui Pengaruh
bawah,
tulang.
Latihan Isometrik Terhadap Tekanan Darah
Perubahan yang sangat bermanfaat bagi pasien
Pada Penderita Hipertensi di Kecamatan Banda
yang lebih tua dan membuat mereka lebih
Sakti Kota Lhokseumawe.
meningkatkan
kepadatan
mobile serta meningkatkan kualitas hidup dengan
latihan
isometrik.
Berdasarkan
Metode
perubahan tersebut bahwa latihan isometrik dapat dikombinasikan dengan olahraga yang
Pada penelitian ini digunakan quasi ekspriment
dinamis dianjurkan pada penderita hipertensi
Rancangan yang digunakan adalah nonrandom
dan menjadi bagian dari rejimen perawatan
with control pretest postest. Rancangan ini
yang komprehensif. (Greenwich, 2010)
terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi
dan
Penelitian yang dilakukan oleh (Baross, Willes,
kelompok
perlakuan
and Swaine, 2013) menyatakan bahwa latihan
latihan isometrik sedangkan kelompok kontrol
isometrik telah menunjukkan pengurangan
tidak
tekanan
diberikan pre test dan pos test
darah
istirahat.
Keuntungan
diberikan,
kelompok
kontrol.
diberikan
tetapi
Pada
penerapan
keduanya
tetap
melakukan latihan isometrik dalam jangka waktu pendek secara kontinyu (2 menit),
Populasi penelitian ini adalah semua penderita
menyebabkan tekanan darah dan denyut
hipertensi
jantung mencapai nilai yang stabil.
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe..
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Jumlah populasi pasien hipertensi tahun 2015 74
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
adalah sebanyak 583 orang dan yang masuk
responden > 1.500.000 – 3.000.000 yaitu 17
dalam kriteria inklusi 91 orang.
orang (45,9%), sedangkan distribusi frekuensi paling
banyak
pada
kelompok
kontrol
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian
responden dengan usia 46-55 tahun yaitu
ini dengan menggunakan Purposive sampling
sebanyak
atau Judgmental sampling yaitu memilih
responden PNS/TNI dan IRT sebanyak 20 orang
subyek berdasarkan kriteria dan pertimbangan
(54%), penghasilan responden > 1.500.000 –
pribadi peneliti. Dalam penelitian ini, jumlah
3.000.000 yaitu 22 orang (59,5%).
sampel
sebanyak
37
responden
No
Karakteristik
1.
Umur
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banda Lhokseumawe.
(54,1%),
pekerjaan
Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden
perlakuan.
Kota
orang
untuk
kelompok kontrol dan 37 responden kelompok
Sakti
20
Penelitian
2.
Intervensi Frekuens (%) i
Kontrol Frekuens (%) i
- 35 – 45 Tahun
17
45,9
17
45,9
- 46 – 55 Tahun
20
54,1
20
54,1
Jenis Kelamin
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan
- Laki-laki
23
62,2
18
48,6
November 2015
- Perempuan
14
37,8
19
51,4
-
-
-
-
- SLTP
11
29,7
4
10,8
- SLTA
19
51,4
18
48,6
- PT
7
18,9
15
40,5
- PNS/TNI
11
29,7
10
27,0
- WIRASWASTA
5
13,5
7
18,9
- PETANI
5
13,5
6
16,2
Tabel 1. Berdasarkan table 1 dapat diketahui
- NELAYAN
5
13,5
4
10,8
bahwa distribusi frekuensi yang paling banyak
- Ibu Rumah Tangga (IRT) Penghasilan
11
29,7
10
27,0
- < 1.500.000,-
7
18,9
-
-
- > 1.500.000 3.000.000,- > 3.000.000,-
17
45,9
22
59,5
13
35,1
15
40,5
3.
Pendidikan - SD
Hasil
Distribusi frekuensi karakteristik responden seperti
umur,
4.
jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dapat dilihat pada
4
pada kelompok intervensi adalah responden dengan usia 46 - 55 tahun yaitu sebanyak 20 orang ( 54,1%), Jenis kelamin laki-laki 23 orang
Pekerjaan
(62,2%), Pendidikan SLTA 19 orang (51,4%), pekerjaan
responden
PNS/TNI
dan
Distribusi tekanan darah responden sebelum
IRT
dan
sebanyak 22 orang (59,4%), penghasilan 75
sesudah
perlakuan
pada
kelompok
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
intervensi dan kontrol dapat dilihat pada Tabel
Pada tabel 4.4 di atas diketahui nilai rata-rata
2 berikut ini
tekanan darah penderita hipertensi setelah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi
Tabel. 2 Distribusi frekuensi tekanan darah responden sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (N=74) Intervensi No
Tekanan darah
1. 120/80 <140/90 mmHg 2. > 140/90 mmHg Total
terjadi penurunan dari 2.00 menjadi 1.76, dengan standar deviasi 0.435. Hasil statistik didapatkan nilai P = 0.002, berarti ada
Kontrol
perbedaan yang signifikan tekanan darah
Pretest
Postest
Pretest
Postest
F
%
F
%
F
%
F
%
penderita hipertensi waktu sebelum dan
-
-
9
24,3
-
-
2
5,4
sesudah diberikan perlakuan.
37 100
28
75,7
37
100
35
94,6
37 100
37
100
37
100
37
100
Sedangkan analisis bivariat perbandingan nilai rata-rata tekanan darah penderita hipertensi
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada
pretest dan postest kelompok kontrol dapat
kelompok intervensi terjadi penurunan tekanan darah
menjadi
normal
dilihat pada Tabel 4 berikut ini
(120/80-<140/90
Tabel 4 Perbandingan nilai rata-rata tekanan darah pretest dan postest pada penderita hipertensi kelompok kontrol di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe (N=37)
mmHg) setelah diberikan perlakuan sebanyak 9 orang (24,3%) sedangkan kelompok kontrol terjadi penurunan tekanan darah menjadi
Kelompok
Mean
SD
SE
T
P value
normal (120/80-<140/90 mmHg) sebanyak 2
Kontrol
orang (5,4%)
Sebelum (Pretest)
Analisis bivariat perbandingan nilai rata-rata
Sesudah(Postest) 1.95 0.229 0.038 1.434 0.160
2.00
0.000 0.000
tekanan darah penderita hipertensi sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada
Pada table 4 di atas rata-rata diketahui nilai
Tabel 3 berikut ini
tekanan darah penderita hipertensi pretest dan
Tabel 3 Perbandingan nilai rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah latihan isometrik pada penderita hipertensi kelompok intervensi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe (N=37)
posttest
Kelompok
Mean
SD
SE
T
pada
kelompok
kontrol
terjadi
penurunan dari 2.00 menjadi 1.95, dengan standar deviasi 0.229. Hasil statistik didapatkan
P value
nilai P = 0.160, berarti tidak ada perbedaan
Intervensi
yang signifikan
Sebelum (Pretest)
2.00
0.000 0.000
Sesudah (Postest)
1.76
0.435 0.072 3.402 0.002
tekanan darah
penderita
hipertensi waktu pretest dan postest pada kelompok kontrol 76
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Pembahasan
hemodinamik
dan
tekanan
darah
di
normotensif pada penderita hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, dimana hasil yang didapatkan dari
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barros
pengumpulan data primer dengan pengukuran
(2012) bahwa penurunan tekanan darah
tekanan darah penderita hipertensi kepada 74
istirahat dan adaptasi vaskular bersamaan
responden. Desian penelitian ini adalah Quasi
tergantung pada intensitas pelatihan isometrik.
experiment, dengan rancangan Pretest dan
Adaptasi vaskular terdiri peningkatan diameter
Postest
istirahat femoral arteri, aliran darah, kecepatan
desain,
dengan
membandingkan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
darah, dan konduktansi vaskular. Perubahan vaskular ini hanya terjadi pada kelompok
Hasil yang diperoleh dari kelompok intervensi
pelatihan intensitas tinggi dan tampaknya telah
tekanan darah penderita hipertensi pada saat
terjadi sebagian besar antara 4 dan 8 minggu
pretest diperoleh nilai rata-rata 2.00 dan nilai
pelatihan. Adaptasi ini tidak jelas dalam
postest
1.76.
pembuluh darah dari tungkai tidak terlatih
Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah pada
(arteri brakialis) menunjukkan bahwa adaptasi
penderita hipertensi kelompok kontrol non
vaskular
perlakuan pretest 2.00 dan nilai postest 1.95.
tergantung lokal dan kejelasan dalam tahap
Perbedaan mean antara pengukuran pertama
terakhir dari intervensi pelatih serta peran
dan
instensitas pelatihan isometrik.
setelah
pengukuran
latihan
isometrik
kedua
tekanan
darah
tidak
hanya
intensitas
tetapi
penderita hipertensi kelompok intervensi yaitu 0.243. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai
Owen (2010) mengatakan bahwa efek latihan
p value 0.002. Dengan
isometrik pada tekanan darah istirahat sistolik
bahwa
ada
pengaruh
demikian diketahui isometrik
uji coba terhadap individu dan rata-rata efek
terhadap penurunan tekanan darah pada
dari meta analisis terjadi penurunan yang
penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti
signifikan pada tekanan darah sistolik 10,4
di Kota Lhokseumawe. Hal ini didukung oleh
mmHg. Untuk kelompok kontrol hanya dua uji
hasil penelitian Chrysant (2010) mengatakan
coba dalam meta analisis yaitu tekanan darah
bahwa
sistolik, efek pengobatan adalah -6,1 mmHg,
latihan
latihan
isometrik
terhadap
Meta-analisis ini menunjukkan bahwa program 77
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
latihan isometrik dilakukan < 20 menit 3 kali
terjadi
seminggu dengan waktu latihan < 1 jam dapat
bagaimana penerapan perawatan diri yang
mengurangi tekanan darah sistolik sekitar 10
benar
mmHg, diastolik sekitar 7 mmHg < 10 minggu.
dikendalikan dan terhindar dari komplikasi.
Greenwich (2010) mengatakan bahwa latihan
Terdapat tiga klasifikasi sistem keperawatan
isometrik tidak menaikkan tekanan darah
dalam perawatan diri menurut Asmadi (2008)
istirahat dan sering menyebabkan penurunan
yaitu
kecil dan dapat ditingkatkan dengan pemberian
merupakan
bersamaan
obat
Selain
dengan
menurunkan
tekanan
yang
kepada
antihipertensi. darah,
efek
pada
pasien
agar
(a)
penyakit
wholly suatu
hipertensi
hipertensi
compensatory tindakan
memberikan pasien
adalah
dapat
system,
keperawatan
kompensasi disebabkan
penuh karena
menguntungkan pada latihan isometrik adalah
ketidakmampuan pasien dalam memenuhi
peningkatan otot, kekuatan otot tubuh bagian
tindakan keperawatan secara mandiri; (b)
atas dan bawah, peningkatan kepadatan tulang
partialy compenastory system, merupakan
dan mengurangi patah tulang, dan sangat
sistem
bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan
perawatan diri kepada pasien secara sebagian
membuat
saja dan
pasien
lebih
bergerak
dan
keperawatan
dalam
memberikan
ditujukan pada pasien yang
meningkatkan kualitas hidup pada penderita
memerlukan bantuan secara minimal; (c)
hipertensi. Latihan isometrik sangat dianjurkan
supprotive
kepada
tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
penderita
hipertensi
bagian
dari
rejimen perawatan yang komprehensif
educative
system,
merupakan
memberikan dukungan dan pendidikan agar pasien mampu melakukan perawatan mandiri.
Penatalaksanaan
farmakologis,
Pelatihan dan penerapan terapi komplementer
nonfarmakologis terintegrasi dalam konsep
keperawatan untuk hipertensi primer termasuk
self-care
dalam sistem ini.
pasien
kehidupan
hipertensi
sehari-hari.
primer
Self-care
pada atau
perawatan diri pasien adalah pelaksanaan
Menurut
aktivitas individu yang berkaitan dengan
isometrik dapat menurunkan tekanan darah
pemenuhan
khususnya tekanan darah sistolik lebih besar
kehidupan,
dalam kesehatan
mempertahankan dan
kesejahteraan
hasil
dibandingkan
(Asmadi, 2008), Masalah kesehatan yang
penelitian
tekanan
bahwa
latihan
darah sistolik bila
dilakukan latihan secara teratur 3 kali seminggu 78
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
dalam waktu >9 minggu. Apabila penderita hipertensi
melakukan
latihan
Kesimpulan
isometrik
dikominasi dengan farmakologi antihipertensi
Berdasarkan
hasil
maka tekanan darah sistolik dan diastolik lebih
disimpulkan
terdapat
besar
isometrik
isometrik terhadap penurunan tekanan darah
bermanfaat untuk menurunkan berat badan,
pada penderita hipertensi di Kecamatan Banda
menurunkan kolestrol, meningkatkan massa
Sakti Kota Lhokseumawe didapatkan hasil nilai
otot,
P value 0.002 ( P < α = 0.05 )
penurunannya.
meningkatkan
Latihan
kekuatan
otot,
dan
penelitian
ini
pengaruh
dapat latihan
mencegah kerapuhan tulang. Latihan isometrik sangat dianjurkan pada usia 35 – 55 tahun,
Tekanan darah rata-rata pada kelompok
karena pada usia tersebut lebih beresiko
intervensi penderita hipertensi di Kecamatan
menderita hipertensi, dengan latihan isometrik
Banda Sakti Kota Lhokseumawe yaitu sebelum
pada
perlakuan (pretest) adalah 148,9/91,9 mmHg
usia
peningkatan
tersebut tekanan
dapat
mencegah
darah,
dan
dan
mempertahankan tekanan darah tetap normal.
sesudah
perlakuan
(postest)
adalah
137,9//87 mmHg Tekanan darah rata-rata pada kelompok kontrol pada penderita hipertensi di
Peneliti menyimpulkan bahwa tekanan darah
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
penderita hipertensi setelah dilakukan latihan
yaitu tekanan darah pertama (prestest) sebesar
isometrik terjadi penurunan tekanan darah
149,4/92,7 mmHg sedangkan tekanan darah
dimana didapatkan hasil Pvalue 0.002 (Pvalue <
kedua (postest) sebesar 152,5/92,3 mmHg
α = 0.05) dengan demikian disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan isometrik terhadap
Referensi
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan metode yang diberikan
Baross, A. W., Willes, J. D., & Swaine, I. L. (2012). Effects of the Intensity of Leg Isometric Training on the Vasculature of Trained and Untrained Limbs and Resting Blood Pressure in Middle-Aged Men. Hindawi Publishing Corporation International Journal of Vascular Medicine. Volume 2012,
dalam latihan isometrik yaitu 13 gerakangerakan dasar peregangan otot dan sendi, gerakan-gerakan dasar tersebut membutuhkan waktu selama ± 13 menit setiap kali latihan dan dapat dilakukan di rumah 3 kali dalam seminggu selama 9 minggu secara teratur 79
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Baross, A. W., Willes, J. D., & Swaine, I. L. (2013). Double-leg isometric exercise training in older men. Journal of Sport Medicine, 33-40.
Tara Pada Lanjut Usia Penderita Hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lansia Provinsi Jawa Timur Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Tugas Akhir. Program Studi Ilmu Keperawatan: Universita Jember.
Bompa. (1994). Theory and Methodology of Training. Toronto: Kendal Hunt Publishing Company
Gunawan , L. (2001). Tekanan Darah Tinggi. Yokyakarta: KANISIUS.
Caetano, R. J. (2007). Hemodynamic and Vascular Effect of Resistance Training: Implication for Cardiovascular Disease. Arq Bras Cardiol, 233-239.
Guyton, C.A & Hall, J.E. (Eds). 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Chokalingan, A., Campbel, NR., Fodor, JG. (2006). World wide Epidemic of Hypertension. Jurnal of Cardiology 22 (7) : 553-555.
Hadibroto et al, 2006. Hipertensi : Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. James, P. A. (2014). 2014 Evidence-Based Guidline for the Management of High Blood Pressure in Adult. Repoert From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA, 507-520.
Chrysant, S. G. (2010). Current Evidence on the Haemodynamic and Blood Pressure Effects of Isometric Exercise in Normotensive and Hypertensive Persons. Oklahama Cardivascular and Hypertention Center. Volume 12. Conway Patrick. (2014). The Often Forgotten Exercises Isometric Training. https://www.nsca.com. Diakses pada tanggal 25 Maret 2015.
Kozier., Erb., Berman., Snyder. 2008. Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and Practice. Eighth Edition. Pear Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey
Darmojo, H., Andayani, R., Hirlan., Djoni, B., Purnama, H.D. 2002. Naskah Lengkap Temu Ilmiah Nasional 1 dan Konferensi Kerja III Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia. Universitas Dipenogoro. Semarang
Mansjoer Arif., Triyanti Kuspuji., Rakhmi Savitri., Wardani Ika Wahyu., et al. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Depkes RI, 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. http://www.geogle.co.id/search?as_q=te rapi+untuk+hipertensiilmufarmasis.files. wordpress.com/2011/03/ph-care. Diakses pada tanggal 25 Maret 2015.
Okecheukwu, OS., Okpechi, I, I., Akinyemi, O.J., Onwubere, B., Falase, A, O., et al. (2012). Blood pressure, prevalensce of hypertension and hypertensionrelated complication in Negerian Africans: A review. Jurnal of Cardiology, 4,327-340.
Dinkes Kota Lhokseumawe, 2015, Data Kasus Penyakit Tidak Menular Menurut Jenis Kelamin dan Umur
Potter, P.A., Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik, vol.1 edisi 4. Jakarta: EGC.
Fatarona, A. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam 80
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN : 2338-6371
Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Price, S.A., Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit dan Praktik, vol.2 edisi 2, Jakarta: EGC
Suwarso, 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pada Pesien Hipertensi.http://repository.usu.ac.id/bit stream/123456789/20926/3 /Chapter%20III-V.pdf (25 Maret 2015)
Renatasari, A.D.2009, Evalausi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi Dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Ashari Pemalang. http://etd.eprints.ums.ac.id/5230/1/K10 0050242.pdf.
Synder., Lindquist, 2001 (Eds). Complementary Alternatif Therapy in Nursing, diti n. New York: Springer Publising Company, Inc.
Puskesmas Banda Sakti, 2015. Data Kasus Penderita Hipertensi Yang berkunjung di Puskesmas Banda Sakti
Tanaka, S., Sugiura, T., Sumiyo, Y., Yasuaki Dohi, Genjiro , K., & Ohte, N. (2014). Differential Response of central Blood Pressure to Isometric and Isotonic Exercise. Scientific Reports.
Rosalind, P. 2007. The Patter of Relationship Between Knowledge and Self-care with Blood Pressure.http://www.nursing library.org/vhl/handle/10755/ 156129. (25 Maret 2015)
Tambayong, J. 2000.Patofisiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Untuk
Utami, Prapti. (2009). Solusi Sehat mengatasi Hipertensi. Jakarta : Agromedia Pustaka.
RI, D. (2013). Hasil Riskesdas 2013. Jakarta: Depkes RI.
Widiastuti, 2012. Perbedaan Kadar Nitric Oxide dan Derajat Stenosis Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner dengan dan Tanpa Diabetes. Melitushttp://eprints.undip.ac.id/24035/ 1/WIDIASTUTI.pdf
Sari, F.I, 2010. Penatalaksanaan Hipertensi Menggunakan Buah Mengkudu. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/24772/4/Chapter%20II.pd. Diakses pada tanggal 25 Maret 2015 Setiadi, L.2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Streinger, J.L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi, Panduan Untuk Mahasiswa. Jakarta : EGC Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK Uiversitas Negeri Yogyakarta Sumaryanti, 2009. Penerapan Model Terapi Latihan Untuk Rehabilitasi Cedera Olahraga. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/1 31405898/Penerapan% 20Model%20Terapi%20Latihan%20Untuk %20Rehabilitasi%20Cedera. pdf ( 25 Maret 2015)
81