IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan
LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang pesat menyebabkan semakin pesatnya pula aktivitas kegiatan manusia termasuk pembangunan gedung untuk kegiatan perdagangan (perdagangan), rumah sakit, perkantoran baik swasta maupun pemerintahan, pendidikan, perguruan tinggi, dan hotel. Hal tersebut tercermin dari struktur ekonomi Kota Surabaya pada tahun 2009 yang masih ditopang oleh sektor tersier, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 61.85% pada tahun 2009 (BPS Kota Surabaya, 2010). Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat perkembangan Kota Surabaya khususnya pada perkembangan bangunan dan gedung terus meningkat pesat. Pembangunan gedung merupakan rantai produksi yang panjang dimulai dari pemanfaatan sumber daya alam sampai konstruksi bangunan, produksi material bangunan, pemakaian bahan-bahan perusak ozon, penggunaan energi dalam pembangunannya dan lain sebagainya. Selain itu pengoperasian bangunan gedung yang tidak ramah lingkungan juga akan menjadi penyumbang gas rumah kaca yang signifikan. Salah satu Bahan Perusak Ozon (BPO) yaitu CFC. Emisi CFC diperkirakan menjadi kontribusi utama terhadap perusakan ozon stratosfer yang mencapai 80% dari total seluruh BPO. Metil bromida (CH3Br), yang digunakan sebagai pestisida sejak tahun 1960 an diperkirakan bertanggung jawab atas 5 sampai 10% kerusakan ozon stratosfer sedangkan halon yang digunakan sebagai pemadam kebakaran diperkirakan menyebabkan 5% kerusakan ozon.
TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah dapat digunakan sebagai pedoman data/inventarisasi untuk kegiatan operasional hotel, perdagangan, perkantoran, rumah sakit, dan pendidikan berpotensi menggunakan BPO dan menghasilkan gas rumah kaca agar dapat dilakukan pengelolaan dan pengawasan
RUANG LINGKUP 1. Analisa Potensi Bahan Perusak Ozon di Kota Surabaya meliputi : Analisa pelepasan CO2 pada gedung bertingkat yang bersumber pada penggunaan energi listrik perluasan lantai dan penggunaan bahan refrigerant yang berpotensi BPO di Kota Surabaya serta distribusi bahan pengisi alat pemadam kebakaran pada gedung bertingkat di Kota Surabaya 2. Rekomendasi pengelolaan Bahan Perusak Ozon (BPO) meliputi : teknik dan tata cara pelaksanaan konservasi energi pada bangunan gedung serta pengendalian pemakaian bahan perusak ozon
EXECUTIVE SUMMARY
1
IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan
ANALISA POTENSI BAHAN PERUSAK OZON 1. Analisa pelepasan CO2 yang bersumber pada penggunaan energi listrik perluasan lantai Estimasi emisi CO2 dari konsumsi energi diperoleh dari hasil kali antara volume penggunaan energi (Kwh) dengan faktor emisi CO2 rata-rata (faktor emisi energi listrik = 0.719 kg CO2/Kwh). Berikut potensi pelepasan CO2 ke atmosfer dari beberapa sektor gedung bertingkat di Kota Surabaya yang meliputi 8 sektor hotel, 7 sektor perdagangan, 23 sektor perkantoran (swasta maupun pemerintah), 8 sektor rumah sakit dan 44 sektor pendidikan. Tabel 1. Intensitas Pelepasan CO2 ke Atmosfer pada Sektor Gedung Bertingkat di Kota Surabaya yang Bersumber pada Penggunaan Energi Listrik Beban Emisi CO2 Rata – Rata (kg/m2/thn)
Beban Emisi CO2 dari Pemakaian energi listrik (kg/m2/thn)
Hotel
101.891
815.128
Perdagangan
132.145
925.015
Perkantoran
476.470
10958.809
Rumah Sakit
72.571
580.571
Pendidikan
986.374
43400.471
Gedung
Total Emisi CO2 (kg/m2/thn)
Total beban emisi CO2 rata – rata dari Pemakaian energi listrik
1769.451
Total Beban Emisi CO2 dari Pemakaian energi listrik
56821.282
Sumber : Hasil analisa, 2011 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pelepasan CO 2 tertinggi yang bersumber dari penggunaan energi listrik perluasan lantai terjadi pada sektor pendidikan yang rata – rata masing – masing gedung melepaskan 986.374 kg/m2/tahun sedangkan pelepasan CO 2 terendah terjadi pada sektor hotel dengan rata – rata masing – masing gedung hotel melepaskan CO2 sebesar 101.891 kg/m2/tahun. Besarnya pemakaian energi listrik perluasan lantai akan sebanding dengan pelepasan CO 2 ke atmosfer. Berikut perbandingan konsumsi energi listrik Kota Surabaya dari berbagai sektor bangunan terhadap konsumsi energi listrik nasional dan konsumsi energi listrik di Jepang. Diagram 1. Perbandingan Intensitas Energi (Kwh/m 2/th) Sektor Gedung Bertingkat 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Surabaya Indonesia Jepang
Sumber : Energi Efficiency and Coservation Clearing House Indonesia, 2009 EXECUTIVE SUMMARY
2
IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan Grafik tersebut menunjukkan bahwa intensitas energi untuk sektor hotel, perdagangan dan rumah sakit di Kota Surabaya jauh lebih rendah dari pada tingkat intensitas energi di Indonesia dan Jepang. Sedangkan pada sektor perkantoran baik itu pemerintah maupun swasta di Kota Surabaya intensitas energi jauh lebih besar dari pada intensitas energi di Indonesia dan Jepang hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemakaian energi untuk sektor perkantoran belum efisien. Intensitas energi tertinggi terdapat pada sektor pendidikan namun pada sektor ini tidak ditemukan data pembanding. 2. Analisa Pelepasan CO2 pada Masing – Masing Sektor Gedung yang Bersumber pada Penggunaan Bahan Refrigerant yang Berpotensi BPO di Kota Surabaya Perhitungkan pelepasan CO2 yang bersumber dari penggunaan bahan refrigerant (AC, chiller, freezer dan lemari es) yang berpotensi BPO dilakukan dengan memperhitungkan faktor ODP (Ozone Depleting Potential) dan GWP (Global Warming Potential) dari masing – masing bahan BPO. Berikut rumusan yang digunakan untuk menghitung potensi pelepasan CO 2 ke atmosfer akibat penggunaan bahan refrigerant yang berpotensi BPO ODP BPO X ∑Pelepasan BPO (Ton/Th) = ∑Ton CFC/Th
Kapasitas BPO X GWP BPO = Ekivalen dengan ton CO2/Th Hasil perhitungan pelepasan CO2 dalam satuan (ton/tahun) di konversikan menjadi (kg/tahun). Kapasitas pelepasan bahan BPO untuk masing – masing refrigerant yang bersumber dari AC, freezer, chiller, dan lemari es secara berturut – turut adalah 90 gram, 200 gram, 1000 gram, 100 gram. Berikut analisa potensi pelepasan CO 2 dari beberapa sektor gedung bertingkat yang bersumber dari penggunaan bahan refrigerant yang berpotensi BPO di Kota Surabaya Tabel 2. Intensitas Pelepasan CO2 ke Atmosfer pada Sektor Gedung Bertingkat di Kota Surabaya yang Bersumber pada Penggunaan Energi Listrik Beban Emisi CO2 Rata – 2 Rata (kg/m /thn)
Emisi CO2 dari Penggunaan 2 BPO (kg/m /thn)
Hotel
0.191
1.355
Perdagangan
0.139
0.832
Perkantoran
6.241
81.132
Rumah Sakit
0.349
3.143
Pendidikan
2.387
54.896
Gedung
Total Emisi CO2 2 (kg/m /thn)
Total beban emisi CO2 rata – rata dari Penggunaan BPO
9.307
Total Beban Emisi CO2 dari Penggunaan BPO
141.358
Sumber : Hasil Analisa, 2011 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa intensitas pelepasan CO2 tertinggi yang disebabkan karena penggunaan bahan refrigerant berpotensi BPO terdapat pada sektor perkantoran yaitu
81.132 kg/m2/thn dengan nilai rata – rata 6.241 kg/m2/thn sedangkan
potensi pelepan CO2 terkecil terdapat pada sektor perdagangan yaitu 0.832 kg/m2/thn dengan nilai rata – rata setiap gedung melepaskan CO2 sebesar 0.139 kg/m2/thn. EXECUTIVE SUMMARY
3
IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan 3. Distribusi Bahan Pengisi Alat Pemadam Kebakaran Pada Gedung Bertingkat Di Kota Surabaya Berikut distribusi penggunaan bahan pengisi pemadam kebakaran dari bebagai sektor gedung yang ada di Kota Surabaya. Diagram 2 Distribusi Penggunaan Bahan Pengisi Pemadam Kebakaran Kota Surabaya
fase padat
fase cair
CF 21
AF 11
Gas NAF IV
CO2
Halon-2402
Halon-1304
Halon-1211
Busa
H2O
bubuk N2
powder
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
fase gas
Sumber : Hasil Survey, 2011 Bahan pengisi pemadam kebakaran yang digunakan pada beberapa sektor gedung bertingkat di Kota Surabaya ada yang berfase padat, cair dan gas. Media yang berfase padat meliputi powder dan Nitrogen bubuk kering, media yang berfase cair meliputi air (H 2O) dan busa sedangkan media yang berfase gas meliputi Halon-1211 (BCF), Halon-1304, Halon-2402 AF 11, CF 21, Gas NAF IV ( terdiri dari 90% HCFC 123, 8% HCFC 125 dan 2% isopropenyl metyl cyclohexene), dan CO2. Dari berbagai jenis bahan pengisi pemadam kebakaran yang digunakan Halon-1211 (BCF), Halon-1304, Halon-2402 merupakan bahan yang bepotensi untuk merusak ozon. Diagram tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengisi pemadam kebakaran yang tebesar adalah chemical powder yaitu sebesar 40%, sedangkan besarnya pemakaian bahan pengisi pemadam kebakaran yang berpotensi BPO seperti Halon1211, halon-1304, halon-2402 secara berturut – turut adalah sebagai berikut 13%, 4% dan 1%.
REKOMENDASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON 1. Teknik Dan Tata Cara Pelaksanaan Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung Sektor bangunan berkontribusi sekitar 40% dari penggunaan energi di seluruh dunia. Untuk mereduksi emisi CO2 yang dihasilkan akibat penggunaan energi listrik maka diperlukan suatu konsep bangunan yang ramah lingkungan (green building). Bangunan ramah lingkungan diharapkan mampu mengurangi penggunaan energi sampai 30% sehingga dapat mereduksi pelepasan CO2 ke atmosfer sampai 35%. Salah satu prinsip design bangunan yang ramah lingkungan adalah dengan melakukan konservasi energi. Teknik konservasi energi pada bangunan gedung meliputi : bangunan gedung yang telah berdiri dan bangunan gedung yang akan berdiri. Berikut konservasi energi pada bangunan gedung yang telah berdiri :
EXECUTIVE SUMMARY
4
IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan 1. Melakukan pemeliharaan peralatan secara periodik 2. Menerapkan prinsip hemat energi dalam pengoperasian alat 3. Menggunakan peralatan sesuai dengan kebutuhan 4. Menggunakan peralatan bantu seperti sensor detektor dan timer 5. Pemilihan peralatan energi yan efisien dan sesuai dengan standar : menganti lampu konvensional dengan lampu hemat energi 6. Mengimplementasikan peluang konservasi yang ada : memaksimalkan pencahayaan alami Sedangkan teknik konservasi pada bangunan gedung yang akan berdiri dapat dilakukan dengan menerapkan desain bangunan sesuai dengan standar hemat energi yang meliputi : 1. Pasif desain : selubung bangunan dan vegetasi Selubung bangunan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Berlaku hanya untuk komponen dinding dan atap pada bangunan gedung yang dikondisikan. b. Perolehan panas radiasi matahari total untuk dinding dan atap tidak boleh melebihi harga perpindahan panas menyeluruh. c. Untuk membatasi perolehan panas akibat radiasi matahari lewat selubung bangunan, yaitu dinding dan atap, maka ditentukan nilai perpindahan termal menyeluruh untuk selubung banguna tidak melebihi 45 watt/m 2 2. Aktif desain : sistem pencahayaan, pendingin dan peralatan lain Sistem pencahayaan meliputi sistem pencahayaan alami dan buatan. Berikut persyaratan umum tingkat pencahayaan buatan : a. Tingkat pencahayaan minimal yang dirkomendasikan tidak boleh kurang dari tingkat pencahayaan b. Pemilihan lampu yang mempunyai efikasi lebih tinggi dan menghindari pemakaian lampu dengan efikasi rendah. Dianjurkan menggunakan lampu flourosen dan lampu pelepas gas lainnya c. Pemilihan armartur yang mempunyai karakteristik distribusi pencahayaan sesuai dengan
penggunaanya,
mempunyai
efisiensi
yang
tinggi
dan
tidak
mengakibatkan silau atau refleksi yang mengganggu. d. Pemanfaatan cahaya alami siang hari 2. Pengendalian Pemakaian Bahan Perusak Ozon Untuk mencegah dan mengurangi pelepasan CO2 akibat penggunaan bahan refrigerant yang berpotensi BPO maka diperlukan adanya pengendalian terhadap penggunaan Bahan Perusak Ozon. Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan melakukan substitusi terhadap bahan yang berpotensi BPO seperti Freon dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Berikut tabel yang menjelaskan kelebihan dan kendala dalam melakukan substitusi freon ke material yang lebih ramah lingkungan.
EXECUTIVE SUMMARY
5
IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan Tabel 3. Kelebihan dan Kendala pada Substitusi Freon (CFCs) Dengan Material Lain yang Lebih Ramah Lingkungan Jenis Bahan Kimia
Kelebihan
Hambatan/Kendala
Hydrochlorofluorocar -bons (HCFCs)
Lebih cepat terurai (2-20 tahun), 90% tidak berbahaya bagi lapisan ozon, dapat digunakan dalam aerosol spray, refrigeration, air conditioning, foam, cleaning agent.
Hydrofluorocarbons (HFCs)
Lebih mudah terurai (2-20 tahun), tidak mengandung klorin yang dapat merusak ozon, dapat digunakan dalam aerosol spray, refrigeration, air conditioning dan insulating foam.
Hydrocarbon (HCs) propane dan butane
Murah dan mudah didapat, dapat digunakan dalam aerosol spray, refrigeration, foam, cleaning agent, tidak perlu dipatenkan, dapat dibuat secara lokal di negara sedang berkembang. Alternatif yang sederhana bagi refrigerator, digunakan secara luas sebelum ditemukan CFCs. Efektif untuk operasi pembersihan dan mensterilkan alat-alat medikal. Efektif untuk membersihkan bagian-bagian elektronik
Merupakan gas rumah kaca, dapat menurunkan ozon, terutama jika digunakan dalam jumlah besar, efek terhadap kesehatan belum diketahui, Mahal, efisiensi energi lebih rendah dalam penerapan, Dapat berubah menjadi trifluoroacetate (TFA) yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Petensial menjadi gas rumah kaca, mahal, belum diketahui daya racun dan flammability nya, dapat terurai menjadi TFA yang dapat dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, efisiensi energi lebih rendah dalam penerapan, produksi HFC-134a, pengganti bahan pendingin,menghasilkan jumlah yang sama dengan methyl chloroform, bahan yang dapat menurunkan ozon Beracun dan dapat terbakar bila lepas, dapat meningkatkan ground-level air pollution.
Ammonia
Air dan uap air
Terpenes (dari lemon dan buah jeruk lainnya) Helium
Pendingin efektif untuk refigerator, freezer, dan air conditioner.
Toksik bila terhirup, harus ditangani secara hati-hati.
Menimbulkan pencemaran air dan harus diolah.
Tidak ada
Gas yang langka ini menjadi tambah langka jika penggunaannya dalam jumlah besar, sebagai pendingin hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit
EXECUTIVE SUMMARY
6