Latar Belakang Generasi muda sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumberdaya manusia pelaksana pembangurlan nasional maupun daerah, diharapkan mampu memikul tugas dan tanggung jawab iaelestarikan dan meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia untuk mencapai masyarakat adil dan makrnur berdasarkan Pancasila dan Uridang-Undang Dasar 1945. Remaja sebr~gaibagian dari generasi muda mempunyai kedudukan yang slategis dalam kehidupan masyarakat, berbangsa &an ben~egara sehingga perlu nlendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat tumbrlh dan berkembang baik secara moral, mental maupun sosial. Agar setiap remaja , terrnslsuk para remaja putri
dapat mengmbangkan kepribadian dan kernampuannya, mengenal dan
menemukan identitas dirinya serta memainkan peranannya
sesuai dzngan
9
p~rtambahanusianya,
harus didukung oleh lingkungan sosial dan lingkungan
kleluarga. Akan tetapi pada kenyataannya, dalam proses peitumbuhan dan perkembangannya atfa remaja yang menyandang berbagai perrnasalahan baik yang disebabkan oleh dirinya maupun dari luar dirinya. Masa remaja 1nc:rupakan salah satu tahapan dari siklus kehiaupan rnanusia sebagai masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja, st:seorang mengalami berbagai macam perubahan fisik, psikis maupun sosial. Sebagaimana siklus ketudupan manusia pada umumnya, remaja dituntut untuk rr~elaksanakantugas perkembangan ,misalnya tugas untuk memperoleh suatu sistem
ni1a.i clan etika sebagai pedoman bertingkah laku , melepaskan ketergantungan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya, memilih dan mempersiaplcan
diri untuk suatu pekerjaan , bergaul dengan teman sebaya di dalam pola pergaulan sosicalyang konstruktif tlan mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya (I-bvighurst 1961) . Perempuan secara biologis berbeda dengan laki-IakI, umumnya masyarakat beranggapan bahwa wanita memiliki sifat-sifat pasif, lembut. bijaksana,
.
kurang percaya diri, senang bicara, tidak memiliki ambisi dan mudah mengekspresikan dirinya~( Liebert 1986) Kehidupan saat -ini menunjukkan perubahan yang pesat, kemajuan cli bidang ekonomi, teknologi, transportasi dan jaringan komunikasi serta sarana kehidupan lainnya semakin bertambah komplelts. Hal ini tentu akan membawa perubahan hidup masyarakat, tidak terkec:uali pada kehidupan remaja, sehingga remaja dihadapkan pa& tantangan yang semakin kompleks dengan berbagai pengaruh yang bersifat positif maupun negatif Pengaruh positif, tentu saja akan mengantarkan remaja pada 11'
pertimbeaq kedewasaan 1
yang baik. Sedangkan pengaruh yang negatif dapat
menghaqpt perkerpb;lligiin remaja dalam mencapai kedewasan, terutarna dari segi psikis dqp sosial. Kem~luagQi berbagai sektor belum tentu berpengaruh positif bagi remiija, v~/$aqkaplf-/cpQpng memberikan pengaruh negatif karena remaja masih 1
labil daq mvdah t e ~ g a p poleh situasi lingkungan (Gunarsa 1991)
.
Semakin
kompleq? phidupaq aFqn semakin banyak pula tuntutannya, apabila remaja tidak ,
I
I
I
dapat memenuhi tuntutan ini remaja ,
akan mengalami kesulitan dan kekecewaan.
&thk m&iii\i\~~p~ kekeece,wmn serta mendapatkan kepuasan, sebagian dari mer-ha melakukan tindakan yang da$t
merugikan dirinya atau masyarakat seperti
perlcelahian massal, penyalahgunaan Narkotika, Psdikotropika dan Zat Adiktif ( NAPZA), pemerasan, pelanggaran seksual, pencurian, bahkan perampokan dan pentbunuhan ,khususnya di kota-kota besar (Dirdjosisworo 1974).
NAPZA merupakan singkatan dari Narkoti ka, Psi kotropika dan Zat adiktif. Merlurut Undang-Undang KI No. 22, narkotika adalah zat yang dapat menghilangkan rasa sakit dan menenangkan syaraf, sedangkan psikotropika adalah zat atau obat alamiah maupun sintetis yang bersifat psikoaktif melalui pengarr~hselektif pada susunan syaraf push dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perillaku. Sementara zat adiktif adalah zat yang tidak tergolong pada narkotika 4
maupun psikotripika,
dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati dan perilaku
seselorang. Masalah penyalahgunaan NAPZA menjadi salah satu masalah sosial yang cukup besar dimana
pada tahun 2000 tercatat sekitar 3 juta penyalahguna NAPZA
(Wn:sniwirio 2000 ), padahal fenomena NAPZA adalah seperti gunung es , artinya yang tampak di permukaan jauh lebih kecil dibandingkan dengan yaiig tidak nampak sehingga jumlah penyalahguna NAPZA sesungguhnya bisa saja sepuluh kali lipat
dari yang tercatat (Hawari 2000 ) . Jurnlah ~emajapenyalahguna NAPZA dari tahun ke tahun terus memingkat. baik putra maupun putri (Direktorat NAPZA 1999). Kondisi ini memprihatinkan, khususnya remaja putri penyalahguna NAPZA yang kelak akan menjadi pendidik pertalma dalam keluarga dan akan menentukan kualitas generasi penerus selanj~dnya. Pennasalahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah masalah yang suderhana, tetapi ada berbagai unsur kepertingan di dalamoya, baik menyarigkut aspek politik,
sosial, ekonomi maupun budaya . Salah satu faktor utama yang menyebabkan masalah penyalahgunaan
NAPZ A sulit diberantas
adalah karena lemahnya
supremasi hukum (Hawari 2000) Mal-aknya peredaran maupun penyalahgunaan NAPZA dapat menjadi ancaman berlbahaya bag bangsa Indonesia. Jika terus dibiarkan
bangsa Indonesia akan
mengalami lost of generation ( PIK Kompas 200 1) mengingat sebagian besar pelaku dan korban penyalahgunaan NAPZA adalah remqja.
Tingginya kecenderungan
rernaja terlibat dalam kasus penyalahgunan NAPZA dapat dilihat pula dari data Recon Indo (Yayasan Research Consultant Indonesia 2001) yang melakukan tes urine terhadap 1.029 siswa SMU dari 64 sekolah. Hasil tes tersebut menurqukkan 35 % atau 290 siswa ditemukan sebagai pecandu berat dan juga pengedar NAPZA, bahkan dalaim tes ini ditemukan pula bahwa usia perkenalan dengan NAPZA semakin muda. Data tersebut *enyebutkan anak berusia 6 tahun sudah rnengisap rokok, usia 10 t a h ~ nsudah menggunakan zat halusinogen dan psikotropika bahkan pada usia 13
tahun sudah menggunakan opium. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan karena rem,aja adalah generasi penerus yang akan menjadi tumpuan bangsa di masa depan. Dengan terlibatnya remaja ke dalam masalah penyalahgunaan NAPZA, bangsa Indonesia akan kehilangan sumber daya manusia berkualitas yang akan mampu berkompetisi di ern global, karena itu masalah penyalahgunaan NMZA oleh remaja perlu segera ditanggulangi melalui suatu upaya kegiatan yang nlelibatkan berbagai pihak secara berkesinambungan untuk melaksanakan usaha kesejahteraan sosial baik berupa kegiatan yang berfungsi sebagai pencegahan , rehabilitasi, pengernbangan maupun penunjang.
Perumusan Masalah
Remaja korban penyalahgunaan N APZA meru pakan sekelompok remaja bennasalah yang tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik sehingga tergolong kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial dan menjadi garapan penlbangunan bidang kesejahteraan sosial, khususnya ~nelaluikegiatan rehabilitasi sosial. Kegiatan rehabilitasi sosial diartikan sebagai suatu proses pengembalian fungsi sosial dan pengembangan agar memungkinkan penyandang masalah
mampu
melaksanakan gembali fungsi sosialnya dengan baik dalam masyarakat dan marnpu mengatasi masalah-masalahnya sendiri. Beberapa instansi pemerintah telah menangani
masalah penyalahgunaan
NAPZA , antara lain Departemen Sosial melaksanakan kegiatan rehabilitasi sosial bag remaja penyalahguna NAPZA melalui sistem pembinaan panti dan non panti. Di pihak lain, lembaga sosial masyarakat berupa yayasan sosial mailpun yayasan yang bersifat keagamaan seperti pondok pesantren ada yang telah mampu men~yelenggarakankegiatan rehabilitasi sosial bagi para remaja
penyalahguna
NA13ZA dengan penekanan aspek dan pendekatan yang 'oerbeda, sehingga memberi andil yang cukup besar dalam membantu pemerintah menanggulangi permasalahan rem,aja penyalahguna NAPZA. Penelitian
ingin mempelajari proses kegiatan rehabilitasi sosial bagi remaja putri
penyalahguna NAPZA yang dilaksanakan melalui pnnti sosial dan pondok pesantren u n t ~ ~menjawab k permasalahan berikut : b
l).!;ejauhrnana keberhasilan pencapaian tujuan masing-masing kegiatan telah tliperoleh panti sosial dan pondok pesantren dalam proses rehabilitasi sosial ~xnyalahgunaNAPZA. 2). Faktor apa saja yang berhubungan dengan keberhasilan atau kegaga1a.n pencapaian tujuan masing-masing kegiatan di panti sosial dan pondak pesantren dalam proses rehabilitasi sosial penyalahguna NAPZA. 3). Bagaimana mengembangkanl memperbaiki cara pencapaian tujuan masing-
tnasing kegiatan di panti sosial clan pondok pesantren dalam proses rehabilitasi sosial penyalahguna NAPZA. b
Tujuan Penelitian
Sestlai dengan pokok masalah yang dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk : 1). Mempelaiari 'keberhasilan pencapaian tujuan panti sosial dan pondok pesanven dalam proses rehabilitasi sosial penyalahguna NAPZA. 2). ~empelajirialasau-alasan keberhasilan atau kegagalan keberhasilan pencapaian tujuan masing-masing kegiatan di panti sosial dan pondok pesantren dalam proses rehabilitasi sosial penyalahguna NAPZA.
3). Mengerrlbangkan/memperbaiki cara pencapaian tujuan masing-masing kegiatan di panti sosial dan pondok pesantren dalam proses rehabilitasi sosial penyalahguna NAPZA.
,
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun keblijakan perencanaan kegiatan rehabilitasi sosial , khususnya dapat menjadi msjukan yang bermanfaat kepada masing-masing lembaga penyelenggara kegiatan rehabilitasi sosial
dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga dan pelayanan
rehiabilitasi sosial bagi para remaja penyalahguna NAPZA. Selain itu dit~arapkan dapat memperkaya wacana ilmu penyuluhan pembangunan.