BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai tunas bangsa dan generasi penerus perjuangan bangsa perlu mendapatkan pendidikan melalui pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kata lain pendidikan
merupakan interaksi individu dengan lingkungan
baik secara formal maupun non formal. Sehingga pendidikan merupakan hal yang paling utama. Kata menanam dan menumbuhkan apresiasi anak diusia prasekolah menjadi pemicu pemikiran yang utama bagi peneliti dalam penerapan metode ini. Anak diusia dini merupakan penentu kepribadian di masa yang akan datang yang perlu mendapat perhatian tidak boleh ada tekanan atau membuat anak tertekan jiwanya. Anak harus diberikan kebebasan untuk mencurahkan ekspresinya yang unik melalui bentuk bermain di lingkungan dunianya, agar anak dapat tumbuh daya pikir dan mendapat pengalaman kreatif maka anak harus diberikan haknya dimasa kecil yaitu dunia bermain. Minat anak usia dini yang kurang dalam pembelajaran praktek seni tari tradisi ini menjadi kendala dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pembimbing dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang menyenangkan tidak ada unsur pemaksaan. Dalam kesempatan ini peneliti mencoba untuk menerapkan pembelajaran yang melibatkan semua anak laki-laki dan perempuan melalui apresiasi anak terhadap gerak dasar tari Sunda melalui metode bermain. Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik peran guru. Dalam kegiatan
1
2
bermain dalam tatanan kelas sangat penting. Kegiatan bermain mendukung perkembangan keterampilan gerakan kasar dan halus, perkembangan kognitif, sosial dan emosional. Penelitian ini dapat dijadikan suatu alternatif dalam pembelajaran gerak dasar tari Sunda sehingga memberi pengalaman baru bagi anak usia dini. Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan sesuai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Permainan yang digunakan di Tk adalah permainan yang merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Bagi anak-anak konsep bermain sambil belajar diterapkan dengan pemilihan lagu-lagu tradisi atau lagu permainan anak yang sudah jarang dikenal. Berdasarkan rencana pembelajaran gerak dasar tari Sunda di atas, peneliti ingin melihat respon anak terhadap pembelajaran praktek tari melalui metode bermain. Apakah melalui metode bermain tersebut dapat menumbuhkan apresiasi terhadap gerak dasar tari Sunda pada anak usia dini. Melalui metode ini dapat melihat sejauh mana respon anak dalam mengikuti pembelajaran gerak dasar tari Sunda baik dari segi keaktifan anak, motivasi, ketertarikan, bekerjasama dan lainlain. Selain itu diharapkan pula anak-anak dapat menghilangkan setiap kendala yang menghambat proses belajar mengajar. Masalah yang kita hadapi dalam dunia pendidikan sekarang adalah para siswa generasi penerus kurang menghargai terhadap kesenian tradisional Sunda khususnya seni tari karena baik di sekolah maupun di luar sekolah kurang diperkenalkan dengan materi kesenian tradisional. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pendidikan prasekolah atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mempunyai andil besar dalam proses pembelajaran kesenian tradisional melalui
3
gerak dasar tari Sunda. Pembinaan segi pendidikan anak pada Taman Kanakkanak
menjadi tanggung jawab Mendikbud. Terlebih lagi dengan disahkan
Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah. Dengan demikian menunjukan bahwa pembinaan generasi muda secara menyeluruh dan khususnya pendidikan prasekolah. Masa prasekolah (3-6 tahun) merupakan pengalaman awal yang akan memberikan perubahan tingkah laku pada masa-masa berikutnya. Masa kanak-kanak merupakan fase yang fundamental dalam konteks perkembangan individu. Para ahli mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa belajar aktif, anak melakukan proses penjelajahan terhadap obyek dilingkungan untuk memperoleh pengalaman dan mengkonstruksikan pengetahuannya. Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan otak, dimana akan menentukan kepribadian anak selanjutnya. Hal ini
mengakibatkan
munculnya
pandangan-pandangan
untuk
melakukan
pendidikan bagi anak usia dini karena pendidikan yang salah pada usia dini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa depan. Pendidikan prasekolah
harus mulai
diperkenalkan kesenian setempat
khususnya kesenian tradisional Sunda melalui kegiatan pengembangan aktivitas jasmani (motorik dasar). Suatu hal yang wajar apabila masyarakat Sunda bersyukur kepada Sang Maha Pencipta karena telah menganugerahi kebudayaan yang beraneka ragam jenis kesenian. Salah satu diantaranya adalah seni tari Sunda yang mempunyai perbendaharaan gerak yang khas. Irawati Durban menjelaskan
4
bahwa “Menari adalah dorongan jiwa manusia sejak anak-anak untuk mengekspresikan diri ketika mendengar dan merasakan suatu irama didalam dirinya dan naluri ilmiah”. (2003:XVII). Namun hal ini akan hilang apabila tidak dipupuk dan dilatih sejak anak usia dini.
Kondisi kesenian sekarang lebih
mengarah pada kesenian yang datang dari barat, suara gamelan sangat jarang diperdengarkan, pertunjukan tari Sunda jarang muncul di masyarakat. Hal ini seolah-olah masyarakat dijauhkan dari kesenian tradisional sendiri. Diperparah lagi dengan goyang pinggul para penari latar yang seronok dan vulgar, karena itu tidaklah heran peminat tari Sunda semakin berkurang. Dalam upaya mengantisipasi hal tersebut, maka dorongan alamiah anakanak menari sejak dini harus ditumbuhkan, dipupuk dan dikenalkan pada tari tradisi. Mencermati hal seperti ini peneliti sangat antusias untuk mengadakan penelitian pada anak usia dini, untuk mencari solusi pemecahan masalah sebelum minat anak lebih dominan berkaca pada budaya barat. Artinya bukan berarti anak dilarang belajar seni budaya barat tetapi sebelum mengenal seni budaya barat lebih baik belajar seni budaya daerahnya sendiri seni budaya barat untuk menambah wawasan saja. Peneliti menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk mengenalkan kesenian tradisional baik lagu maupun gerak tarinya pada anak usia dini melalui metode bermain, dengan harapan apa yang dilakukan oleh peneliti dapat memberi manfaat dan solusi untuk menghindari generasi kita yang akan datang menjadi generasi yang tidak mengenal seni dan budayanya sendiri yang hidup ditatar wilayah Sunda.
5
Tari dalam konteks pendidikan, merupakan media atau alat ungkap atau jembatan penyampai pendidikan yang digunakan untuk mengembangkan sikap, pola pikir dan motorik anak untuk menuju kedewasaan. Pada dasarnya mengajarkan tari pada anak tidak untuk mempersiapkan mereka untuk menjadi penari. Rasa seni dan sikap kreativitas ditanamkan untuk memotivasi mereka menghargai kesenian daerahnya. Dengan demikian pengalaman belajar menari akan mendorong anak untuk berapresiasi dan menyukai seni tari tradisi. “Dalam konteks pendidikan apresiasi dapat dipelajari, disederhanakan melalui bagaimana berperilaku seni yang dapat meninggalkan pengalaman seni bagi dirinya karena mengalami dan merasakan sendiri sesuatu melalui bekerja atau berkarya seni “. Lengkanawati (2007:7) Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti melakukan penelitian di TK Islam Ananda yang berlokasi di kecamatan Kotabaru kabupaten Karawang yang belum sepenuhnya memberikan materi pembelajaran seni tari hanya menjelang perpisahan baru anak–anak diajarkan untuk menari. Kemampuan motorik anak dikembangkan melalui kegiatan pengembangan aktivitas jasmani. Pembelajaran seni tari di Taman Kanak-kanak sesungguhnya merupakan suatu aktivitas yang tepat, karena anak pada masa usia dini mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk pengembangan motoriknya. Artinya perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Lebih lanjut Samsudin menjelaskan “Anak TK memiliki kecenderungan mempunyai minat yang besar untuk selalu melakukan aktivitas gerak fisik, sehingga tampak selalu aktif bergerak “ (2008:21). Anak usia dini
6
memiliki sifat imajinatif, imitatif dan rasa ingin tahunya besar. Juga memiliki sifat individualistis, egosentris dan suka gaduh. Kurikulum yang digunakan oleh TK Islam Ananda adalah kurikulum 2004 Standar Kompetensi untuk Taman Kanak-kanak dan Roudhatul Athfal. TK Islam Ananda kec. Kotabaru dibawah pengawasan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karawang. Ruang lingkup kurikulum 2004 meliputi aspek perkembangan : moral dan nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/psikomotor dan seni. Berdasarkan PP. RI. No. 27 tahun 1990 menyatakan bahwa “Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan prasekolah yamg menyediakan program pendidikan dini antara 4 (empat) tahun sampai memasuki pendidikan dasar”. Taman Kanak-kanak merupakan bentuk pendidikan yang berada pada jalur pendidikan formal sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 28 ayat 3, “ Pendidikan pada anak usia dini pada jalur pendidikan formal terdiri dari Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat”. Adapun tujuan Taman Kanak-kanak sebagaimana yang dituangkan dalam kurikulum 2004 adalah “ membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar “. (Depdiknas 2003) Faktor keterbatasan sarana prasarana pembelajaran dapat juga menjadi penyebab kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada aspek teoritis, pada gilirannya kegiatan praktek yang dilakukan siswa sebatas meniru apa yang
7
diperagakan
oleh
guru,
tanpa
memberi
peluang
kepada
anak
untuk
mengembangkan kreativitasnya karena anak tidak pernah berapresiasi. Selain itu, ada anggapan bahwa kegiatan pembelajaran hanya dapat berjalan apabila ditunjang
oleh
sarana
prasarana
yang
memadai.
Sebenarnya
untuk
mengembangkan kreativitas dan apresiasi siswa dapat memanfaatkan benda-benda alam sekitar lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa pembelajaran seni tari yang dilaksanakan selama ini di Tk Islam Ananda penekanannya tidak jelas dan belum terarah, sehingga anak tidak mengenal seni tari tradisional Sunda, selain itu anggapan negatif yang berkaitan dengan adanya pembelajaran seni tari, sehingga hal tersebut membuat peneliti merasa tertantang ingin mencoba masuk sumbangan, dengan ini peneliti akan mengambil topik “ PENERAPAN METODE BERMAIN DENGAN MATERI GERAK DASAR TARI SUNDA UNTUK MENUMBUHKAN APRESIASI ANAK USIA DINI TERHADAP SENI TRADISIONAL“
B. Pertanyaan Penelitian Untuk Mengarahkan penelitian, peneliti
merumuskan latar belakang
masalah melalui beberapa pertanyaan penelitian, yakni sebagai berikut : 1. Bagaimana apresiasi siswa TK Islam Ananda terhadap seni tradisional dengan materi gerak dasar tari Sunda sebelum menggunakan metode bermain? 2. Bagaimana proses belajar mengajar terhadap gerak dasar tari Sunda di TK Islam Ananda dengan menggunakan metode bermain ?
8
3. Bagaimana apresiasi siswa TK Islam Ananda terhadap seni tradisional dengan materi gerak dasar tari Sunda sesudah pembelajaran melalui metode bermain diberikan ?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh data dari hasil apresiasi siswa terhadap seni tradisional dengan materi gerak dasar tari Sunda sebelum menggunakan metode bermain. 2. Untuk memaparkan data mengenai proses belajar mengajar di TK Islam Ananda kelas B-1 dengan menggunakan metode bermain dalam pembelajaran gerak dasar tari Sunda 3. Untuk mendeskripsikan
data mengenai
apresiasi siswa TK Islam
Ananda kelas B-1 tehadap seni tradisional melalui pembelajaran gerak dasar tari Sunda dengan menggunakan metoda bermain.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber masukan yang mengacu pada apresiasi siswa terhadap seni tradisional dengan materi gerak dasar tari Sunda. Selain itu penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Lembaga, dapat dijadikan masukan bagi calon guru di Jurusan Sendratasik dan bahan referensi tentang alternatif metode pembelajaran seni tari di Taman Kanak-kanak.
9
2. Pendidik seni tari 2.1 Penelitian ini dapat memotivasi guru untuk lebih meningkatkan perhatian terhadap kesenian daerah
khususnya seni tari tradisional Sunda
2.2 Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengalaman mengenai metode pembelajaran seni tari pada sekolah TK Islam Ananda, sehingga guru memiliki kemampuan dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. 3. Peneliti 3.1 Melalui penelitian ini dapat memperluas wawasan sehingga sebagai guru (pendidik) dalam meningkatkan kompetensinya di dalam pembelajaran seni tari di Taman Kanak-kanak. Dapat dijadikan kajian untuk penelitian selanjutnya. 3. Lembaga TK Islam Ananda, melalui penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber masukan model pembelajaran seni tari bagi Taman Kanak-kanak.
E. Asumsi Menurut Gay (1976), seperti yang dijelaskan oleh Alimudin Bahwa “Asumsi adalah kenyataan penting yang dianggap benar tetapi belum terbukti kebenarannya”.(1993:17). Asumsi penelitian ini adalah melalui penerapan metode bermain dengan materi gerak dasar tari Sunda dapat menumbuhkan apresiasi anak usia dini terhadap seni tradisional.
10
F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Menurut Gay (1976) seperti yang dijelaskan oleh Alimuddin Tuwu (1993:71) “definisi metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian “. Metode deskriptif analitis adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mencari informasi yang faktual, dengan mendeskripsikan gejala-gejala yang ada dan untuk menganalisis masalah-masalah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar seni tari. Metode deskriptif analitis yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan data tentang proses belajar mengajar dengan materi pembelajaran gerak dasar tari Sunda, dalam penelitian ini dimaksud untuk mendekripsikan reaksi tentang apresiasi siswa terhadap seni tradisional, dengan menggunakan dua metode pengajaran yaitu metode bermain dan metode demonstrasi, serta beberapa metode lain yang menunjang proses belajar mengajar. Pembelajaran dengan dua metode ini menggunakan bahan pembelajaran yang sama namun berbeda cara kerjanya. Sesuai dengan tujuannya maka metode deskripsi dianggap cukup tepat dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan di TK Islam Ananda, yang terletak di Perum. Griya Permai blok B. 17/8-9-10 Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang.
11
Dalam pelaksanaannya penelitian tentang penerapan metode bermain dengan materi gerak dasar tari Sunda untuk menumbuhkan apresiasi anak usia dini terhadap
seni tradisional di TK Islam Ananda dilaksanakan sesuai dengan
kurikulum 2004. Populasinya adalah anak TK Islam Ananda kecamatan Kotabaru tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 73 siswa. Sedang yang menjadi sampel adalah kelas B-1 sebanyak 27 siswa (36,9 %) dengan menggunakan metode bermain dan metode demonstrasi, serta metode pendamping lainnya. Adapun teknik pengumpulan data, yaitu : 1. Observasi Observasi
merupakan
teknik
mengumpulkan
data
dengan
cara
pengamatan langsung ke lokasi penelitian yang meliputi mengunjungi, melihat dan mencatat peristiwa yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung pada siswa kelas B-1 TK Islam Ananda kecamatan Kotabaru. 2. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui suatu proses interaksi dan komunikasi berupa tanya jawab dengan responden untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan topik penelitian. 3. Tes Tes merupakan alat ukur yang diberikan kepada sampel untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan baik secara lisan, tulisan, maupun secara perbuatan.
12
Adapun tes yang digunakan adalah sebagai berikut : -
Pre-tes (survei awal), yaitu tes yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik terhadap bahan pelajaran. Tes yang digunakan yaitu dengan menggunakan tes perbuatan dengan melakukan gerak tari yang dikenal siswa.
-
Post-tes yaitu tes yang dilakukan pada akhir program satuan pelajaran dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran (seni tari). Tes yang digunakan yaitu dengan melakukan kegiatan hapalan rangkaian gerak kaki, tangan dan kepala yang telah disusun oleh siswa dengan bimbingan guru (tes perbuatan). Tujuan tes yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menghafal gerakan-gerakan tari tersebut.
4. Studi Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang meliputi catatan siswa yang berisi apa yang telah dipelajari serta ungkapan perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran serta peristiwa-peristiwa yang menunjang dari data dan hasil penelitian. Adapun dokumentasi yang digunakan yaitu wawancara, foto aktivitas dan kreatifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta nilainilai siswa dengan menulis garis-garis besar data yang dicari. Pengumpulan data ini diharapkan dapat melengkapi penelitian.
13
G. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan sehubungan dengan permasalahan penelitian. Instrumen juga merupakan langkah-langkah penting dalam penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pedoman Observasi Observasi dalam penelitian ini meliputi, kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku bermain anak-anak, interaksi kelompok. Format observasi, merupakan instrumen untuk observasi, sedangkan setelah penelitian melakukan observasi melalui post tes sehingga format observasinya berupa tes. 2. Pedoman Wawancara Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan instrumen, yaitu format wawancara (terlampir). Format wawancara berisi tentang daftar pertanyaan yang
berisi tentang daftar sekolah, pribadi guru, sarana dan prasarana yang
tersedia, model pembelajaran yang digunakan dan lain-lain. Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin, artinya bahwa peneliti hanya mengambil garis besarnya saja tentang hal-hal yang akan ditanyakan. 3. Pedoman Tes Tes, menggunakan instrumen dengan teknik tes perbuatan. Tes perbuatan meliputi 3 aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif meliputi pemahaman dan kemampuan mengaplikasi gerak, afektif meliputi kesungguhan dan keberanian, psikomotor meliputi melakukan gerak dan kombinasi gerak.
14
4. Pedoman Dokumentasi Pedoman dokumentasi adalah merupakan instrumen untuk teknik studi dokumentasi. Adapun pedoman dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Rencana pembelajaran, penilaian, dan pengamatan, yang gunanya untuk mengetahui respon siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. b. Kamera foto, tape recorder, kaset, handycam untuk perlengkapan maupun merekam gambar kegiatan dalam proses pelaksanaan pembinaan gerak dasar tari Sunda kepada siswa Taman Kanak-kanak Islam Ananda untuk menumbuhkan apresiasi anak usia dini dengan mengaplikasikan model-model pembelajaran gerak dasar tari Sunda.
H. Teknik Pengolahan Data Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan mengelola data untuk menjawab seluruh permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Pemaparan data mengenai apresiasi siswa tersebut dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif akan didapatkan dalam perhitungan pre-tes/survei awal dan post- tes sedangkan kualitatif digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap hasil penelitian.
15
I. Lokasi, Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak Islam Ananda Kotabaru yang beralamat di Perum. Griya Permai blok B. 17 no. 8-9-10 Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang. Alasan dipilihnya TK Islam Ananda Kotabaru tersebut untuk penelitian dengan pertimbangan bahwa di sekolah tersebut belum memberikan pembelajaran tari secara terarah hanya pada waktu menjelang perpisahan anak diajarkan menari. Hal ini peneliti ketahui karena pernah mengajar di TK tersebut selama tujuh tahun. Dengan demikian peneliti mengetahui kondisi dan karakter anak-anak TK dengan begitu dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang diajukan. 2. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian (Suharsimi Arikunto,
1996:115). Populasi yang dijadikan obyek penelitian adalah sebagian siswa/siswi TK Islam Ananda kelas A dan kelas B yang seluruhannya berjumlah 73 siswa. 3. Sampel Sampel penelitian adalah sebagian jumlah populasi yang dijadikan sebagai sumber data penelitian. Sampel yang diambil untuk penelitian adalah siswa/siswi kelas B-1 perempuan 15 anak dan laki-laki 12 anak dengan jumlah keseluruhan 27 anak (36,9%). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah purposif sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu pertimbangan tertentu serta bila peneliti tertarik ingin menemukan sesuatu yang fokus pada ciri-
16
ciri atau sifat-sifat populasi yang tidak diketahui sebelumnya oleh peneliti. Pengambilan sampel secara non acak menurut Gay (1976) seperti yang dipaparkan oleh Alimuddin Tuwu (1993:168) bahwa : “Dalam
strategi
ini,
semua anggota atau subjek penelitian tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Beberapa bagian tertentu dalam semua kelompok secara sengaja tidak dimasukkan dalam pemilihan untuk mewakili sub-kelompok“. Pengambilan sampel pada siswa/siswi kelas B-1 dikarenakan siswa lebih senang bermain, berimajinasi (khayalan) yang polos dan mudah di arahkan serta usia siswa kelas B-1 siap untuk masuk ke pendidikan dasar.