BAB I PENGANTAR
1.1. Latar Belakang Generasi Muda merupakan satu element terpenting dalam menjaga pelestarian budaya
bangsa. Sebagai generasi muda penerus bangsa, sudah
menjadi kewajiban untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa dan negaranya. Pemberdayaan generasi muda dalam keikutsertaan melestarikan budaya dan menjaga benda-benda peninggalan cagar budaya sangat tepat karena mampu mempercepat kemajuan dunia industri budaya dan pariwisata Indonesia di masa yang akan datang, meskipun hal demikian tidak mudah untuk diwujudkan mengingat kurangnya apresiasi generasi muda terhadap kebudayaan dan warisan benda-benda cagar budaya mereka sendiri. Kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan dan warisan cagar budaya menjadi salah satu faktor semakin tingginya ancaman terhadap cagar budaya di Indonesia. Beberapa ancaman terhadap perusakan tinggalan cagar budaya yakni disebabkan faktor alam dan faktor manusia (pencurian, penggalian, pemalsuan benda-benda cagar budaya). Kondisi ini diperparah dengan kondisi ekonomi masyarakat
yang
rendah
sehingga
melakukan
perburuan
barang-barang
peninggalan cagar budaya yang memiliki nilai jual tinggi dan minimnya penegakan hukum di Indonesia. Indonesia sendiri pada dasarnya merupakan salah satu bangsa di dunia yang memiliki warisan cagar budaya yang begitu tinggi nilai budayanya. Sebagai contoh yaitu: Kompleks Candi Borobudur dan Komplek Candi Prambanan di Yogyakarta serta Situs Biting di Lumajang. Selain ketiga
1
2
situs tersebut, Indonesia masih memiliki ribuan situs lainya yang tersebar diseluruh nusantara. situs-situs tersebut ada yang terawat baik dan sebagian lagi tidak terawat dengan baik. Salah satu situs peninggalan Kerajaan Majapahit sebagai warisan peninggalan cagar budaya yang saat ini mendapatkan perhatian lebih dari para generasi muda dan penggiat budaya yaitu Situs Biting yang terhadap di Kabupaten Lumajang. Kabupaten Lumajang merupakan daerah yang terletak di kawasan tapal kuda di Provinsi Jawa Timur. Letak wilayah Lumajang diapit oleh tiga gunung yaitu Gunung Semeru, Gunung Lamongan, dan Gunung Bromo. Letaknya yang diapit oleh tiga gunung menyebabkan kawasan ini sangat subur. Kabupaten Lumajang adalah daerah yang sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Daha pada masa pemerintahan Wisnuwardhana. Pada prasasti Mula Malurung sudah dikenal nama Lamajang yang merupakan nama kuno Lumajang. Prasasti ini ditemukan dengan angka tahun 1177 Saka atau 1255 Masehi dan nama Lamajang dikenal secara resmi. Pendiri Kerajaan Lamajang ialah seorang Adipati Sumenep yakni Banyak Wide atau Arya Wiraraja. Pada saat Raden Wijaya melarikan diri ke Madura, Arya Wiraraja menyambut keluarga Raden Wijaya dan membantunya berperang melawan Jayakatwang dan pasukan Mongol (Drake, 2012: 24). Ketika bumi Jawa sudah kembali tenang, berdasarkan perjanjian Sumenep, Raden Wijaya membagi Jawa Timur menjadi 2 yakni, Jawa Timur bagian barat beribukota di Trowulan dengan Kerajaan bernama Majapahit dan Jawa Timur bagian Timur beribukota di Lamajang dengan nama Kerajaan Lamajang Tigang Juru.
3
Lamajang Tigang Juru didirikan hampir bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Majapahit. Sedangkan Arya Wiraraja dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Lamajang Tigang Juru pada hari Kamis Legi, wuku landep, tanggal 25 bulan Bhadrapada (bulan karo) tahun 1216 Saka yang bertepatan dengan tanggal 26 Agustus 1294 Masehi. Nama gelar Arya Wiraraja sendiri berarti: Arya adalah orang pembesar atau bangsawan, Wira adalah pemberani sedang raja adalah Pemimpin (Hidayat, 2013: 32). Arya Wiraraja adalah seorang pemimpin yang tangguh dan pemberani. Situs
Biting
Situs Prasejarah yang
di
terletak
Kabupaten di
Desa
Lumajang merupakan
Kutorenon,
sebuah
Kecamatan Sukodono,
Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Situs arkeologis peninggalan abad ke-XIII ini diperkirakan adalah peninggalan dari kerajaan Lamajang. Kawasan Situs Biting adalah sebuah kawasan ibu kota Kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin oleh Prabu Arya Wiraraja. Tembok benteng biting memiliki ketebalan 6 meter, tinggi 10 meter dan panjang 10 km. Keunikan dari kawasan Situs Biting ini masih ditemukannya bekas bangunan benteng pertahanan yang jarang sekali ditemukan di daerah lain. selain tembok pertahanan biting terdapat pula petilasan makam Menak Koncar, bekas pemandian Ratu Kencana Wungu, serpihan-serpihan keramik dan hiasan yang diduga sebagai peninggalan pada masa Kerajaan Majapahit. Situs Biting yang diduga sebagai sisa benteng pertahanan Kerajaan Lamajang Tigang Juru pada sekitar tahun 2010 mengalami kerusakan yang cukup parah. Kerusakan ini terjadi karena adanya proyek pengembangan perumahan
4
oleh PT. Perumnas Biting Indah di area kawasan Situs Biting. Menurut teori konservasi secara umum, pemeliharaan dan perlindungan suatu kawasan atau benda cagar budaya diperuntukkan untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan baik secara alami atau ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, yang terjadi di Situs Biting justru sebaliknya. Situs Biting yang menjadi salah satu warisan cagar budaya yang seharusnya dijaga dan dilestariakan. Pemerintah Kabupaten Lumajang sebenarnya telah membentuk Tim Pelestarian dan Perlindungan Cagar Budaya Kabupaten Lumajang yang disahkan pada 23 Februari 2011 dengan Surat Keterangan (SK) Bupati Lumajang yang kemudian menghasilkan rekomendasi untuk melindungi Situs Biting dan menjadikanya sebagai Kawasan Cagar Budaya. Kementerian Sekretariat Negara pun telah mengirimkan surat kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Direktorat Peninggalan Purbakala dan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur dengan nomor surat B-335/Kemsetneg/D-3/Ormas-ORGANISASI/SR.02/11/2011 pada tanggal 2 November 2011 yang meminta penanganan masalah Situs Biting sebagaimana laporan dari MPPM Timur. Situs Biting sebenarnya memiliki potensi yang sangat khususnya sebagai media pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, pemanfaaatan Situs Biting sebagai sumber pembelajaran sejarah di Lumajang seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dan masyarakat untuk selalu berperan aktif menjaga dan melestarikan Situs Biting sehingga tidak dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab lagi. Apabila terjadi pembiaran oleh pemerintah
5
dan tidak adanya perhatian serius dari masyarakat dikawatirkan Situs Biting sebagai warisan cagar budaya yang miliki nilai sejarah yang tinggi ini akan hancur dan hilang begitu saja oleh pembangunan perumahan biting. Mengantisipasi semakin meluasnya perusakan yang terjadi di kawasan cagar budaya Situs Biting maka pada tahun 2010 Mansur Hidayat bersama dengan tokoh-tokoh spiritual mendirikan sebuah organisasi non-profit yang bernama Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur (MPPM Timur) yang melakukan gerakan perlindungan dan pelestarian Situs Biting. Selain MPPM Timur terdapat juga Komunitas Mahasiswa Peduli Lumajang (KMPL) sebagai anak organisasi MPPM Timur bergerak bersama untuk melakukan perlindungan dan pelestarian terhadap Situs Biting. MPPM Timur sedari awal telah berfikiran bahwa perjuangan ini tidak akan berhasil jika tidak dilakukan secara bersamasama dengan seluruh elemen baik masyarakat umum, DPRD Lumajang, Disbudpar, dan dinas-dinas terkait untuk terus mendukung gerakan perlindungan dan pelestarian Situs Biting. MPPM Timur terus menyelenggarakan berbagai macam kegiatan dalam rangka perlindungan, pelestarian dan sosialisasi sejarah Situs Biting. Beberapa agenda yang telah dilaksanakan ini diantaranya Napak Tilas dan Pagelaran Seni Nusantara yang diselenggarakan setiap setahun sekali, lomba lukis benteng maupun seminar nasional. Acara napak tilas sendiri kemudian menjadi agenda resmi Pariwisata Jawa Timur dari Kabupaten Lumajang yang akan diadakan setiap bulan Juni. Pelestarian Situs Biting di Lumajang Jawa Timur merupakan contoh bagi para pecinta dan pelestari sejarah dimana para pemuda
6
pemerhati sejarah, mahasiswa maupun masyarakat telah bahu-membahu melakukan sosialisasi maupun advokasi terhadap peninggalan sejarah. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengangkat strategi pemberdayaan pemuda yang tergabung dalam MPPM Timur dalam pelestarian cagar budaya Situs Biting di Lumajang. Mengingat begitu pentingnya peranan generasi muda dalam menjaga warisan budaya bangsanya.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut. 1.2.1. Bagaimana strategi pemberdayaan pemuda di Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) Timur dalam perlindungan dan pelestarian cagar budaya Situs Biting di Lumajang? 1.2.2. Bagaimana implikasi strategi pemberdayaan pemuda di Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) Timur dalam mewujudkan ketahanan budaya wilayah di Lumajang?
1.3. Keaslian Penelitian Meskipun penelitian terkait dengan strategi pemberdayaan pemuda, masyarakat atau dinas pemerintahan dalam beberapa bidang telah dilakukan, namun strategi pemberdayaan pemuda dalam pelestarian benda cagar budaya (situs) tidak banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Sejauh ini yang peneliti ketahui, peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti peran organisasi yang beranggotakan para pemuda-pemuda di suatu daerah dengan gigih
7
melakukan advokasi terhadap perlindungan dan pelestarian cagar budaya situs yang tentunya akan dikaitkan dengan implikasi terhadap Ketahanan Budaya Wilayah, khususnya di daerah Lumajang. Sejauh ini, penelitian yang pernah dilakukan terkait strategi pemberdayaan pemuda atau masyarakat antara lain: 1. Partisipasi Masyarakat Didalam Pelestarian dan Pendokumentasian Warisan (Arsitektur) Kota Surabaya Tahun 1706 – 1940 (Poerbantenoe, B, 2001). Benny Poerbantanoe melihat partisipasi (peran) masyarakat dalam pelestarian dan pendokumentasian warisan (arsitektur) Kota Surabaya Tahun 1706-1940 masih perlu dibangun dengan kesadaran akan arti visi dan misi keberadaan warisan (arsitektur) kota itu pada masa lampau, sekarang dan akan datang. Salah satu langkah yang digunakan agar partisipasi masyarakat tepat sasaran yakni dengan upaya pelestarian warisan (arsitektur) kota yang memperhatikan nilai-nilai estetika, sosial, ekonomi, dan budaya didalam menjamin keseimbangan lingkungan, keamanan-keselamatan, kesehatan publik dan keberlanjutan kehidupan. 2. Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi: Pelestarian dan Pengembangan Situs Ratu Boko (Hartono, T, 2004). Peranan yang diharapan dari penelitian ini adalah keterlibatan peranan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian dan pengembangan Situs Ratu Boko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi upaya pelestarian dan pengembangan Situs Ratu Boko yang telah berlangsung selama ini dan teryata didapatkan peranan atau keterlibatan masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan Situs Ratu Boko masih
8
kurang. Oleh karenanya ditawarkan beberapa strategi pengelolaan sumber daya arkeologi dalam penelitian ini. 3. Analisis Pengelolaan Dan Pelestarian Cagar Budaya Sebagai Wujud Penyelenggaraan Urusan Wajib Pemerintah Daerah (Studi pada Pengelolaan Dan Pelestarian Situs Majapahit Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto (Rosyadi, K, Dkk, 2012). Khalid Rosyadi, Mochamad Rozikin, & Trisnawati menekankan bagaimana peranan dari Pemerintah Daerah yang masih tumpang tindih dengan wewenang pemerintah Pusat di lingkungan Kemendikbud, dan Ditjen Kebudayaan, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengelolaan dan pelestarian Situs Majapahit Trowulan sebagai urusan wajib Pemerintah Kabupaten Mojokerto, serta aktor-aktor lain yang terlibat. 4. Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan Surabaya) (Wirastari, V.A. & Suprihardjo, R., 2012).
Penelitian ini menganalisis bagaimana
partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian warisan kawasan cagar budaya Bubutan di Surabaya. Upaya pelestarian yang dilakukan haruslah berdampak pada meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaaan benda-benda cagar budaya tersebut, sehingga masyarakat nantinya akan lebih berperan serta, sedangkan pemerintah hanya mengayomi dan mengawasi sehingga tidak keluar dari koridor hukum yang berlaku tentang pelestarian. Tujuan utama dalam penelitian ini yakni tingkat partisipasi masyarakat dan bentuk partisipasi masyarakat di Kawasan Cagar Budaya Bubutan Surabaya.
9
5. Meneliti kembali Situs Bitingdi Desa Kutorenon Kabupaten Lumajang, Jawa Timur
(Kasnowihardjo, H,G., 2013). Artikel dalam jurnal “Jurnal Berita
Penelitian
Arkeologi
Nomor
27,
Balai
Arkeologi
Yogyakarta”
ini
menggunakan strategi penelitian kembali di Kawsan Situs Biting. Penelitian ini melihat terjadnya kerusakan kembali di Situs Biting yang tejadi karena penggalian liar dan juga pembangunan perumahan di kawasan Situs Biting. Rekomendasi dari penelitian ini yakni perlunya langkah-langkah konkrit dalam pengelolaan kawasan Situs Biting yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pengelolaan yang dimaksud meliputi bidang penelitian, pelestarian dan pemanfaatnya. Selain itu perlu adanya penelitian arkeologis yang berwawasan pelestarian dan pemanfaatan serta perlunya berbagai pemangku kepentingan untuk duduk bersama membahas dan mencari solusi dalam pengelolaan kawasan Situs Biting. 6. Strategi Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Berbasis Masyarakat (Kasus Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Gampong Pande Kecamatan Kutaraja Banda Aceh Provinsi Aceh) (Wibowo, A,B., 2014). Agus Budi Wibowo membahas terkait strategi pelestarian benda/situs cagar budaya berbasis masyarakat dengan studi kasus di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja Banda Aceh, yang cukup kaya akan tinggalan budaya. Untuk mencapai tujuan ideal strategi pelestarian benda cagar budaya pada masyarakat, penulis menggunakan analisis SWOT untuk melihat secara cermat permasalahan dasar yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang bersangkutan. Identifikasi ini sangat penting guna menentukan langkah
10
perencanaan dan penerapan pelaksanaan program pemberdayaan. Hasil penelitinan ini menunjukkan bahwa pelestarian cagar budaya dapat ditingkatkan dengan strategi pelestarian melalui pemberdayaan masyarakat. Keseluruhan penelitian di atas perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada fokus dan lokus penelitian di mana tidak ada satupun dari penelitian tersebut yang membahas bagaimana sebenarnya strategi pemberdayaan pemuda yang tergabung di dalam organisasi pelestarian dan perlindungan cagar budaya (situs) dan implikasinya terhadap Ketahanan Budaya Wilayah. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mendalami lebih jauh fokus penelitian seperti yang tertera di dalam judul tesis ini. Banyak penelitian yang membahas tentang pemberdayaan pemuda, namun penelitian yang mengkaji tentang bagaimana strategi pemberdayaan pemuda masih sangat sedikit.
1.4. Tujuan Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan ini bertujuan untuk: 1.4.1. Menganalisis strategi pemberdayaan pemuda di Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) Timur dalam rangka perlindungan pelestarian cagar budaya Situs Biting di Lumajang. 1.4.2. Menganalisis implikasi strategi pemberdayaan pemuda di Masayarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) Timur dalam mewujudkan ketahanan budaya wilayah di Lumajang.
11
1.5. Manfaat Penelitaian Adapun manfaat dari penelitian yang peneliti lakukan di antaranya : 1.5.1. Sumberdaya Budaya Manfaat penelitian bagi sumberdaya budaya khususnya situ Biting yaitu agar sumberdaya budaya Situs Biting tersebut tidak hanya terjaga kelestariaanya tetapi juga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan yang lebih luas, khususnya bagi pemberdayaan pemuda dan masyarakat yang ada di sekitar situs. 1.5.2. Akademik Penelitian ini juga bermanfaat bagi pengembangan akademik, khususnya bagi perlindungan dan pelestarian cagar budaya Situs Biting mengingat manfaat sejarah, arsitektur, kelestarian lokal dalam keberadaannya. Selain itu juga memperkaya ilmu pengetahuan dalam pengembangan program pemberdayaan pemuda yang peduli terhadap pelestarian benda cagar budaya yang kental akan unsur kebudayaan. 1.5.3. Pemuda dan masyarakat Manfaat bagi pemuda dan masyarakat adalah agar para pemuda dan masyarakat mempunyai pemahaman dan kesadaran akan adanya nilai penting pada tinggalan-tinggalan khususnya yang ada di daerahnya, serta merasa ikut memiliki dan berperan serta dalam berbagai kegiatan baik penelitian, pengembangan, pemanfaatan, dan pelestarian situs tersebut. Peran serta pemuda dan masyarakat dalam berbagai kegiatan pelestarian
12
Situs Biting tersebut hendaknya memberi kemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari dan keberlangsungan pelestarian benda cagar budaya di daerahnya, khususnya mampu memperbaiki ekonomi masyarakat sekitar karena kunjungan dari wisatawan pemerhati sejarah. 1.5.4. Program Studi Ketahanan Nasional Penelitian ini akan bermanfaat bagi Program Studi Ketahanan Nasional karena diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya strategi pemberdayaan pemuda dalam mewujudkan Ketahanan Budaya Wilayah yang bertumpu pada Ketahanan Nasional. 1.5.5. Pemerintah Penelitian ini akan bermanfaat bagi pemerintah, khusunya bagi pemerintah daerah setempat. Sumberdaya budaya Situs Biting ini merupakan aset yang sangat berharga, karena kelestarian situs serta pemuda yang berdayaguna merupakan
aset
bagi
pemerintah
mengembangkan daerahnya.
daerah
setempat
untuk
dapat