PENGATURAN JADWAL TANAM PADA BUDIDAYA TANAMAN BROKOLI (BRASSICA OLERACEA VAR L) UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN DI INKUBATOR USAHATANI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG JAWA BARAT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh : HAFNI ZAHRA BP : 1201361007
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH 2015
PENGATURAN JADWAL TANAM PADA BUDIDAYA TANAMAN BROKOLI (BRASSICA OLERACEA VAR L) UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN DI INKUBATOR USAHATANI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG JAWA BARAT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh :
HAFNI ZAHRA BP : 1201361007
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
Bismillahirrohmanirrohim Banyak yang mengatakan “doa adalah kunci pembuka ketidak-mungkinan”, dan saya percaya itu. Untuk yang paling saya sayangi diseluruh dunia dan akhirat “Allah SWT”, Alhamdulillah saya ucapakan kepadaMU karena selalu memberikan nikmat luar biasa yang tiada terhingga jumlahnya dimana salah satunya saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini. Sholawat dan salam saya kirimkan kepada Rosulullah, sehingga sampai sekarang indahnya iman dan islam masih terasa. Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini kepada : Ayahanda tersayang Mustafa Kamal Nasution, Ibunda tercinta Rosenelly Lubis. Doa tulus kepada ananda seperti air yang tak pernah berhenti yang terus mengalir, pengorbanan, motivasi, kesabaran, ketabahan dan tetes air matamu yang terlalu mustahil untuk dinilai. Maaf, hingga detik ini belum bisa menjadi anak yang membahagiakan kalian. Adik –adikku tersayang Halimah Nasution, Elly Wahyuni, Mustafa Husein, Rezky Amalia, Ahmadi Sulaiman, dan Muhammad Rizal Bakri. Terimakasih kakak ucapkan atas doa dan nazar yang sudah digantungkan demi kelulusan kakak, insya Allah kita akan bisa mencapai harapan terbesar dari ayah dan ibu. Nenek tersayang “Nur lela” penulis ucapkan terima kasih atas dukungan materil dan moril yang diterima selama ini. Semua nasehat yang selama ini selalu disampaikan sangat terasa kebenaran dan manfaatnya. Rasa terima kasih tidak lupa juga penulis ucapkan kepada seluruh keluarga besar, baik yang selalu mendukung maupun yang mempertanyakan alasan saya sekolah di “Politani” tercinta ini. Someone special who always there at last 3 years, sometime be my brother, sister, mother, father and friendship. If I can to write all goodness from you, may all paper in the world must be use, because always listening, understanding, know me, and make me live on true role. Thank’s Ahmad Rijali Daulay. Kepada Sahabatku karib yang begitu member warna yang berbeda dalam segala situasi saya ucapkan beribu terimakasih. Kalian telah memberikan kenangan terbaik pada sepotong perjalanan hidupku, Rina Vani, Anggi, Lili , Riska, Desi Mania. Dari kalian saya belajar memahami watak beragam manusia yang berasal dari daerah yang berbeda, dan berusaha untuk terus berkembang menjadi manusia dewasa better than yesterday. Isma, Vinnisa, Kiky, dan Melisa, terima kasih dan mohon maaf, hanya dua kata yang ingin saya ucapkan untuk 4 orang special saya selama magang di Lembang. We are amazing cozta who never I know and feel whit all our memories. 3 tahun lalu, tepat pada waktu pertaman kali menginjakan kaki di rantau orang, saya diperkenalkan dengan keluarga baru yang luar biasa hebat, IMA TAMA. Terimakasih sudah menjadi keluarga terbaik bagi saya selama di Tanjung Pati. Selama 3 tahun terakhir saya berada dibawah bimbingan 2 orang luar biasa, yaitu Bapak Mukhlis dan Bapak Hidayat Raflis, dua orang yang sangat special bagi saya. Orang tua saya selama di Politani begitu banyak, khususnya di PS Agribisnis dan saya sangat bersyukur memiliki mereka. Terimakasih memang tidak cukup untuk menggambarkan rasa syukur saya atas kebaikan mereka atas nasehat, arahan, bimbingan baik dalam masalah akademik dan yang paling menyentuh dalam hal moral. Begitu banyak kebaikan yang sudah dan sedang saya terima dari semua orang yang tidak cukup mensyukurinya hanya dengan ucapan terimakasih. Walaupun laut menjadi tinta daratan menjadi kertas, itupun belum cukup untuk menceritakan semua kenangan dan kebaikan yang saya terima. Saya menyayangi kalian semua, terima kasih dariku Hafni Zahra Nasution.
PENGATURAN JADWAL TANAM PADA BUDIDAYA TANAMAN BROKOLI (Brassica Oleracea Var L) DI UNIT INKUBATOR USAHATANI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG JAWA BARAT Oleh: Hafni Zahra Di Bimbing Oleh: Hidayat, SP RINGKASAN Brokoli (Brassica oleracea var L) merupakan sayuran yang banyak digunakan sebagai bahan pangan yang digemari oleh banyak masyarakat. Tingginya kandungan gizi dan vitamin dalam sayuran brokoli sangat menguntungkan untuk diusahakan karena hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Brokoli kaya akan nutrisi dan mikronutrien diantaranya adalah protein, vitamin A, B6, C, D, E, K, thiamin, riboflavin, niasin, folat, dan beberapa mikronutrien lainnya. Hal ini membuat jumlah permintaan brokoli terus meningkat, khususnya di daerah Jawa Barat. Permintaan brokoli yang tinggi seharusnya menjadikan sayuran ini diproduksi secara terus-menerus dengan menerapkan pengaturan jadwal tanam. Pola penanaman yang diterapkan pada pengaturan jadwal tanam adalah dengan perbandingan lahan 2:1, dimana dalam satu bedengan dibuat 3 baris. Dua (2) baris bagian kiri dan kanan ditanam pada tahap pertama dan 1 baris ditengah ditanam pada tahap kedua. Pola penanaman tersebut tidak bisa diterapkan jika target produksi setiap tahap sama dan berkelanjutan. Jarak waktu yang digunakan dalam pengaturan jadwal tanam adalah 1 bulan, dan ini bisa diterapkan pada semua skala produksi. Dengan ketentuan, jika satu kali tanam harus 4 kali panen, dan panen dilakukan 1 kali seminggu. Satu bulan tanaman tahap 1 akan habis dipanen, tanaman tahap kedua sudah bisa dipanen lagi. Pengaturan jadwal tanam bisa meningkatkan pendapatan yang maksimal, harus diiringi dengan melakukan kerjasama / kemitraan agar harga dan pasar produk terjamin. Kata kunci : Brokoli, pengaturan, pendapatan.
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi Laporan Tugas Akhir yang saya tulis dengan judul “Pengaturan Jadwal Tanam Pada Budidaya Tanaman Brokoli (Brassica Oleracea Var L) Untuk Meningkatkan Pendapatan Di Inkubator Usahatani Balai Besar Pelatihan Pertanian ( BBPP) Lembang Jawa Barat ”. Merupakan hasil kerja saya sendiri ( atau tim ) dan bukan merupakan ciplakan dari hasil kerja orang lain, kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika di kemudian hari pernyataan ini ternyata tidak benar, maka saya akan menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tanjung Pati, 07 Juli 2015 Yang Menyatakan
Hafni Zahra NBP.1201361007
RIWAYAT HIDUP Penulis (Hafni Zahra, A.Md) lahir pada tanggal 12 Januari 1994 di Desa Sabajior, Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing Natal, sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan Mustafa Kamal (Ayah) dengan Rosnelly (Ibu). Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SD N 142612 Desa Sabajior pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Panyabungan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan jenjang pendidikan di SMA Negeri 1 Panyabungan pada tahun 2009. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Program Studi Agribisnis, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan dengan Gelar diploma III yang diraihnya pada tahun 2015. Semasa kuliah semester V penulis pernah menulis Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan judul “Peningkatan Pendapatan Dengan Berbagai Variasi Rasa Pada Usaha Kerupuk Lanting Di Kecamatan Harau”. Pada semester akhir melaksanakan magang atau PKPM (Pengalaman kerja Praktek Mahasiswa) di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang (BBPP), Jawa Barat dan terakhir membuat laporan tugas akhir dengan judul “Pengaturan Jadwal Tanam Pada Budidaya Tanaman Brokoli (Brassica Oleracea Var L) Untuk Meningkatkan Pendapatan Di Inkubator Usahatani Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Jawa Barat”.
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kepada Allah SWT, yang
telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini yang berjudul “Pengaturan jadwal tanam pada budidaya brokoli (Brassica Oleracea Var L) untuk meningkatkan pendapatan di Inkubator Usahatani Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Jawa Barat”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM). Penyusunan laporan tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materil. 2. Ir.
Gusmalini,
M.Si.
selaku
Direktur
Politeknik
Pertanian
Negeri
Payakumbuh. 3. Ir. Setya Dharma, M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 4. Indria Ukrita, SP, M.Sc selaku Ketua Program Studi Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 5. Hidayat Raflis, SP selaku Dosen Pembimbing Akademik. Penulis menyadari bahwa laporan PKPM ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun penyajiannya. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan PKPM ini. Tanjung Pati, 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
vi
I.
PENDAHULUAN 1.1. 1.2.
II.
5 9 17
Waktu dan Tempat .................................................................. Alat dan Bahan ....................................................................... Ruang Lingkup ...................................................................... Data dan Sumber Data ............................................................ Metode Pengumpulan Data .....................................................
19 19 21 22 23
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. 4.2. 4.3.
V.
Tanaman Brokoli ................................................................... Aspek Produksi ...................................................................... Pengaturan Jadwal Tanam Brokoli ..........................................
METODE PELAKSANAAN 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
IV.
1 4
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.2. 2.3.
III.
Latar Belakang........................................................................ Tujuan ....................................................................................
Sejarah Balai Besar Pelatihan Pertanian .................................. Kegiatan Produksi Tanaman Brokoli di IUT ............................ Pengaturan Jadwal Tanam Brokoli .........................................
24 37 58
KESIMPULAN .................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
73
LAMPIRAN
74
..........................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Alat yang dibutuhkan dalam budidaya brokoli .....................................
21
2.
Bahan yang dibutuhkan dalam budidaya brokoli ..................................
21
3.
Sarana dan prasarana Inkubator Usahatani BBPP Lembang .................
34
4.
Jadwal produksi brokoli tahap 1 dan tahap 2 ........................................
60
5.
Jadwal produksi tanpa pengaturan jadwal tanam ..................................
60
6.
Biaya penyusutan alat budidaya brokoli ...............................................
64
6.
Biaya variabel budidaya brokoli ..........................................................
65
7.
Biaya tenaga kerja budidaya brokoli
.......................................
66
8.
Biaya lain-lain budidaya brokoli ..........................................................
66
9.
Rekapitulasi biaya selama 2 tahap penanaman .....................................
67
10.
Jumlah produksi dengan 2 tahap penanaman ........................................
67
11.
Pendapatan selama 2 tahap produksi ....................................................
68
12.
Rekapitulasi biaya produksi berdasarkan literatur ................................
69
13.
Produksi tanaman brokoli berdasarkan literatur....................................
69
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Struktur organisasi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) .....................
29
2.
Struktur organisasi Inkubator Usahatani (IUT)..........................................
36
3.
Brokoli yang siap untuk dijual .................................................................
57
4.
Pangaturan jadwal tanam yang diterapkan pada budidaya brokoli .............
61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Biaya pembelian alat berdasarkan kegiatan dilapangan .............................
73
2.
Matrix kegiatan PKPM ............................................................................
74
3.
Biaya pembelian alat ................................................................................
75
4.
Biaya pembelian bahan.............................................................................
76
5.
Biaya tenaga kerja ....................................................................................
77
6.
Biaya lain-lain ..........................................................................................
78
7.
Dokumentasi kegiatan ..............................................................................
79
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang pada sektor agraris. Sebagian besar wilayah Indonesia diperuntukan bagi lahan pertanian, dan sebagian besar penduduk bergantung pada sektor tersebut. Sebagai negara yang bercorak agraris, pembangunan pertanian diarahkan pada sasaran utama yaitu peningkatan pangan rakyat yang terus meningkat sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah mendorong kebutuhan bahan pangan yang semakin bertambah pula. Salah satu bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah sayuran. Peningkatan jumlah penduduk dan tingginya tingkat konsumsi sayuran membuka peluang yang baik bagi pemasaran sayur-sayuran dipasar domestik. Komoditas pertanian yang mengalami peningkatan dan permintaan pasar dalam negeri yang cukup tinggi salah satunya adalah hortikultura. Setiap wilayah dimuka bumi memiliki karakteristik yang khas dalam pengembangan pertanian hortikultura, baik secara fisis maupun sosial. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimat yang memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura subtropis. Peluang pasar dalam negeri yang cukup tinggi, diharapkan komoditas hortikultura semakin meningkat sesuai dengan sasaran pembangunan. Salah satu komoditas yang berkembang di Indonesia adalah brokoli yang banyak dibudidayakan di wilayah dataran tinggi. Brokoli juga merupakan salah satu sayuran yang sedang mengalami peningkatan permintaan dari tahun ketahun.
Menurut United State Agency International Develovment (USAID) chapter Indonesia, peningkatan pangsa pasar brokoli di Indonesia dengan sasaran pasar modern meningkat 15-20 % per tahun (Asril, 2009). Brokoli (Brassica oleracea var l) merupakan sayuran yang banyak digunakan sebagai bahan pangan yang digemari oleh banyak masyarakat. Brokoli banyak di budidayakan di seluruh dunia, dan tumbuh subur di daerah dengan iklim yang dingin. Semakin tinggi daerah bercocok tanam maka semakin baik kualitas dari brokoli yang dihasilkan. Semakin hijau warna brokoli tersebut maka makin baik kandungan nutrisi yang dapat diperoleh. Brokoli merupakan sayuran yang kaya akan nutrisi dan mikronutrien diantaranya adalah protein, vitamin A, B6, C, D, E, K, thiamin, riboflavin, niasin, folat, dan beberapa mikronutrien lainnya. Brokoli termasuk dalam golongan Cruciferae, masih banyak lagi tumbuhan yang termasuk dalam famili tersebut, seperti brokoli, kembang kol, kohl rabi, kubis, dan beberapa jenis yang lain (Watson dan Victor, 2007). Menurut (Sudarminto, 2015), pangsa pasar dari sayur-sayuran dan buahbuahan adalah negara-negara yang tidak memiliki lahan pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti Singapura, Jepang, dan Hongkong. Pasar ini cukup menjanjikan bagi negara pemasok yang ada disekitarnya. Permintaan brokoli yang tinggi seharusnya menjadikan sayuran jenis ini diproduksi secara terus-menerus agar persedian tidak hanya pada musim tertentu, dengan catatan ketersediaannya dapat dikendalikan tanpa harus menurunkan nilai jualnya. Akan tetapi, daya tahan sayur brokoli sama seperti sayuran pada umumnya, hanya bertahan untuk beberapa hari saja, itu juga harus dengan penanganan pasca
panen yang tepat. Dengan daya tahan yang terbatas, sudah seharusnya sayur brokoli diproduksi dengan bertahap, agar ketersediaannya terjamin dan bisa memenuhi permintaan pasar yang besar. Untuk menjaga ketersediaannya, maka bisa dilakukan dengan mengatur jadwal tanamnya, sehingga panennya juga teratur dan bertahap. Selain menjaga ketersediaan brokoli, pengaturan jadwal tanam juga akan membuat pendapatan petaninya merata sepanjang tahun. Dimana yang biasanya hanya bisa 3 kali panen saja, dengan pengaturan jadwal tanam panen bisa dilakukan sepanjang tahun. Pasar untuk sayuran brokoli tersedia dengan baik dan peluang yang besar. Keadaan ini tentunya sangat menguntungkan petani, sehingga yang perlu dilakukan adalah melakukan kegiatan produksi sebaik-baiknya agar panen sesuai target. Jika kualitas dan kuantitas produk bisa sama dengan waktu panen yang tetap, akan banyak pasar yang mau kerjasama atau sering disebut dengan sistem bermitra, begitu juga pengaturan jadwal tanam kali ini disesuaikan dengan kesepakatan antara unit brokoli yang berada dibawah Inkubator Usahatanai dengan LM Java. Hal ini tentunya akan sangat menguntungkan petani sebagai pengusaha brokoli, sebab pendapatannya akan bisa meningkat sepanjang tahun tanpa harus dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar. Jadi, pengaturan jadwal tanam ini sangat menguntungkan untuk dilaksanakan oleh petani, khususnya diwilayah Jawa Barat. Sebab banyak pasar yang tersedia untuk jenis sayuran ini, serta banyak yang menginginkan produksi yang tetap sepanjang tahun. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, tampak bahwa penerapan pengaturan jadwal tanam pada budidaya brokoli di Indonesia akan mendukung usaha-
usaha peningkatan pendapatan petani, perluasan usaha agribisnis dan peningkatan ekspor non migas, sehingga perlu dilakukan pengkajian mengenai pengaturan jadwal tanam pada budidaya brokoli.
1.2. Tujuan 1. Mendeskripsikan kegiatan usaha yang dilakukan Inkubator Usahatani (IUT) Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. 2. Mendeskripsikan pengaturan jadwal tanam pada budidaya tanaman brokoli dalam meningkatkan pendapatan yang dilaksanakan di Inkubator Usahatani (IUT) Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. 3.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Prospek Tanaman Brokoli Sayuran merupakan salah satu bahan pangan yang dikonsumsi di seluruh dunia. Salah satu jenis sayuran yang kaya akan nutrisi adalah brokoli yang termasuk dalam golongan Cruciferae (kol, kembang kol, kale, mustard). Brokoli merupakan sumber yang kaya akan glukosinolat dan isotiosianat. Glukosinolat akan dihidrolisis oleh mirosinase (enzim yang ditemukan dalam tumbuhan) untuk membentuk isotiosianat dan salah satu isotiosianat yang mempunyai peranan penting adalah sulforaphane (1-isothiocyanato-4-methylsulfynil butane) (Gasper et al., 2005). Brokoli (Brassica oleracea var l) termasuk dalam famili Brassicaceae. Pada kubis jenis ini, bakal bunganya mengembang menyerupai telur yang berbentuk lonjong dan berwarna hijau. Krop brokoli tersusun dari kuntum-kuntum bunga dengan tangkai yang tebal. Menurut Sudarminto (2015), tren pola konsumsi masyarakat modern kita mulai bergeser. Tidak lagi asal mengenyangkan perut, tetapi juga membuat tubuh sehat. Maka, tak heran jika sekarang banyak yang mengurangi konsumsi nasi karena mengandung gula. Makan yang diperbanyak justru sayuran dan buah-buahan, serta daging. Salah satu sayuran yang sehat, tinggi serat dan kandungan gizi adalah brokoli, dan masyarakat juga sudah menyadari hal ini.
Dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengkonsumsi sayur, maka permintaan terhadap produk ini juga otomatis meningkat.
2.1.1. Taksonomi tanaman brokoli Menurut Rukmana (1994), berikut klasifikasi tanaman brokoli termasuk kedalam : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Brassicales
Famili
: Cruciferae / Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica Oleracea L. Var. Italica Plenck
2.1.2. Morfologi tanaman brokoli
Akar tanaman Tanaman memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang tumbuh ke
pusat bumi, menyebar, dan dangkal (20 cm - 30 cm). Dengan perakaran dangkal tersebut, tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada tanah gembur dan porus (Cahyono, 2001).
Batang tanaman Batang tanaman brokoli tumbuh tegak dan pendek ± 30 cm, batang berwarna
hijau, tebal, dan lunak namun cukup kuat. Pada tanaman brokoli, batang tanaman bercabang samping. Batang-batang tersebut halus, tidak berambut, dan tidak begitu tampak jelas tertutup oleh daun-daun (cahyono, 2001).
Daun tanaman Daun tanaman brokoli berbentuk bulat telur (oval), dengan bagian tepi daun
bergigi, agak panjang dan membentuk celah – celah yang menyirip agak melengkung ke dalam. Daun tersebut berwarna hijau dan tumbuh selang-seling pada batang daun. Daun memiliki tangkai yang agak panjang dan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun-daun yang tumbuh pada pucuk patang sebelum masa bunga berbentuk, berukuran kecil dan melengkung kedalam melindungi yang sedang atau baru mulai tumbuh (Cahyono, 2001).
Bunga tanaman Bunga tanaman brokoli tersusun dari kuntum-kuntum bunga yang lebih dari
5.000 kuntum bunga yang bersatu dan membentuk bulatan tebal serta padat (kompak). Sesuai dengan varietasnya, ada yang memiliki masa bunga hijau muda, hijau tua, hijau kebiru-biruan (ungu), kuning atau putih. Brokoli memiliki berat antara 0,6 - 0,8 kg dengan diameter antara 18 cm - 25 cm, tergantung pada varietasnya. Brokoli memiliki tangkai bunga yang berwarna hijau muda hingga hijau. Bunga pada tanaman brokoli merupakan bagian yang terpenting dari tanaman, yang dikonsumsi sebagai sayuran bergizi. Apabila dibiarkan tumbuh terus (tanpa dipanen), maka bunga brokoli akan tumbuh memanjang menjadi tangkai bunga yang penuh dengan kuntum bunga. Setiap bunga memiliki 4 helai dau kelopak, 4 helai daun mahkota, dan 6 helai benang sari (Cahyono, 2001).
Buah tanaman Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena
penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah madu. Buah berbentuk polong, berukuran kecil, dan ramping, dengan panjang antara 3 cm – 5 cm, didalam buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil, berwarna coklat kehitam-hitaman. Biji-biji tersebut dapat dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman (Cahyono, 2001). 2.1.3. Daerah Tumbuh Brokoli (Brassica oleracea var L) merupakan tanaman sayuran sub tropik yang banyak dibudidayakan di Eropa dan Asia. Brokoli merupakan tanaman yang termasuk dalam tanaman dwimusim (biennial), yaitu pertumbuhan vegetatif terjadi pada fase pertama dan pertumbuhan generatif (berbunga dan berbiji) pada fase berikutnya ( Muslim, 2009). Tanaman brokoli termasuk cool season crop, sehingga cocok ditanam pada daerah pegunungan (dataran tinggi), yang beriklim sejuk. Di Indonesia, tanaman brokoli sebagai sayuran dibudidayakan secara luas pada daerah tinggi seperti Bukit Tinggi (sumatera Barat), Karo (Sumatera Utara), Pangalengan (Jawa Barat), dan Sumber Brantas (Jawa Timur) ( Muslim, 2009). Di Indonesia sayuran brokoli telah dikenal sejak abad ke-15, yaitu mulai penjajahan Belanda, sehingga lebih dikenal sebagai sayuran Eropa (Muslim, 2009). Pada mulanya bunga brokoli dikenal sebagai sayuran daerah beriklim dingin (sub tropis), sehingga di Indonesia cocok ditanam di dataran tinggi antara 1.000 –
2.000 meter dari permukaan laut (mdpl) yang suhu udaranya dingin dan lembab. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan produksi sayuran ini antara 15,5 – 18 °C, dan maksimum 24 °C. Setelah beberapa negara di kawasan Asia berhasil menciptakan varietas-varietas unggul baru yang toleran terhadap temperatur tinggi (panas), maka brokoli dapat ditanam di dataran menengah sampai tinggi (Rukmana, 1994). 2.1.4. Syarat tumbuh Daerah yang cocok untuk kehidupan brokoli adalah daerah yang terletak pada ketinggian sekitar 1000-2000 mdpl. Sedangkan tekstur tanah yang dikehendakai adalah tanah liat berpasir dan banyak mengandung bahan organik. Curah hujan bekisar antara 1000-1500 mm/tahun dan harus merata sepanjang tahun (Wahyudi, 2010). Pada umumnya brokoli menyukai iklim yang dingin dan sejuk namun ada beberapa varietas yang tahan pada iklim panas meskipun kuntum bunganya membuka lebih awal dibandingkan varietas yang ditanam di daerah beriklim sejuk. Oleh karena itu, kepala bunga varietas iklim panas cepat menjadi tidak kompak atau terpisah-pisah (Cahyono, 2001). Jenis tanah yang baik digunakan untuk membudidayakan brokoli adalah jenis tanah regosol, tanah alluvial, tanah latosol, tanah mediteran, atau tanah andosol. Dari kelima jenis tanah tersebut, regosol merupakan jenis tanah yang paling baik digunakan untuk menanam brokoli, karena jenis tanah ini berwarna kelabu, cokelat
atau cokelat kekuningan hingga putih. Dengan tekstur tanah pasir hingga lempung berdebu dan struktur lepas atau butir tunggal (Cahyono, 2001). 2.2. Aspek Produksi 2.2.1. Pengadaan benih Benih merupakan kebutuhan yang paling utama dalam budidaya tanaman brokoli, sehingga benih yang digunakan harus berkualitas, dan memiliki daya adaptasi yang tinggi. Benih bisa dihasilkan sendiri ataupun dibeli di toko pertanian, untuk menjamin kualitas alangkah lebih baiknya dibeli di toko dengan merek dagang yang sudah diakui kualitannya. Menurut Sudarminto (2015), pembibitan adalah perbanyakan tanaman menggunakan bibit-bibit unggul atau berkualitas dan sehat yang bertujuan agar menghasilkan benih yang baik serta bebas dari hama dan penyakit. Pembibitan yang dilakukan penyusunan secara generatif melalui biji tanaman brokoli yang dapat diperoleh dari toko saprotan (sarana produksi pertanian) berupa kemasan kantongan dengan varietas Bejo seed yang merupakan benih unggul pada tanaman brokoli. Kebutuhan benih brokoli adalah 300-350 gr/ha. 2.2.2. Persemaian Tanaman brokoli dikembangkan dari biji. Benih brokoli disemai ditempat persemaian selama 3 minggu sebelum tanam dilapangan, tempat persemaian dipersiapkan berbentuk persegi panjang menghadap ke timur- barat agar tanaman di persemaian mendapat banyak sinar matahari pagi. Untuk media tumbuh persemaian
digunakan campuran tanah, pupuk kandang dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1 (Cahyono, 2001). Benih yang telah disebar kemudian ditutup tipis dengan media persemaian. Selanjutnya ditutup lagi dengan plastik hitam bersih, setelah 3-4 hari benih telah berkecambah dan penutup dibuka dan dibiarkan sampai umur satu minggu hingga keluar daun lembaga. Selama persemaian, pemeliharaan intensif perlu dilakukan seperti penyiraman, pengendalian hama penyakit serta gulma, karena pertanaman yang baik dan sehat selama dipersemaian ini juga menentukan keberhasilan partanaman di lapangan (Arifin , 2005). 2.2.3. Persiapan lahan
Pengolahan tanah Berdasarkan karakteristik dan persyaratan tumbuhnya, tanaman brokoli
membutuhkan lahan yang berada di dataran tinggi dengan spesifikasi tanahnya subur, gembur, kaya akan bahan organik, dengan pH 5,5 - 6 dan pengairan cukup memadai. Pengolahan tanah dilakukan dengan membajak lahan, baik dengan hewan ternak maupun traktor. Tanah dihancurkan dan diratakan (digaru), kemudian dicampur dengan pupuk kandang. Setelah dibajak dan digaru, lahan dibuat bedengan dengan lebar 120 cm dan sedangkan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah menjadi gembur, sehingga pertumbuhan akar menjadi maksimal. Pemberian pupuk kandang sapi kurang lebih 15 ton/ha dan pupuk buatan seperti ZA, SP36, dan KCL yang
ditebarkan rata diatas bedengan bersamaan pupuk kandang kemudian bedengan tersebut ditutup kembali dengan tanah, lalu diratakan (Rukmana, 1994).
Pemupukan dasar Menurut Sudarminto (2015), pemupukan dasar adalah pemberian pupuk dasar
yang bersifat organic atau alami (kotoran hewan ternak) yang sudah matang seperti kotoran sapi, kotoran domba, kotoran ayam yang sudah dicampur dengan gabah. Pupuk kandang ini sangat baik digunakan sebagai pupuk dasar meskipun dapat digantikan dengan pupuk pelengkap cair atau diberikan tambahan pada pupuk kandang berupa an-organik (bora) yang berguna untuk mencegah pecah dan keroposnya tangkai bunga.
Pemasangan mulsa Pemasangan mulsa plastik perak hitam dilakukan setelah bedengan terbentuk
dan telah diberikan pupuk, baik pupuk kandang maupun pupuk kimia. Agar plastik dapat menempel sempurna pada bedengan, maka permukaan bedengan dibuat semulus mungkin. Kemudian plastik mulsa yang perak dibagian atas dan hitam di bagian bawah. Pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan antara pukul 09.00-14.00 sehingga demikian dapat terpasang dengan kencang (Cahyono, 2001).
Pembuatan lubang tanam Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggunakan alat pelubang yang
terbuat dari besi atau kaleng susu kemudian diberi bara api didalamnya. Adapun diameter lubang tanam ± 8 cm dengan kedalaman ± 15 cm yang dibuat pada titik-titik yang telah ditentukan menurut jarak tanamnya (Cahyono, 2001).
Jarak tanam yang digunakan tidak seperti biasanya, dimana setiap satu meter lahan ada 5 tanaman. Dengan uas lahan 640 m persegi, populasinya adalah 1.946 tanaman. Pola tanam seperti ini hanya bisa dilakukan jika jumlah permintaan sudah diketahui, karena setiap satu bedengan ada 3 baris dan satu baris dibagian tengah populasinya sangat sedikit. 2.2.4. Penanaman Benih brokoli yang disemai dapat langsung ditanam dengan bumbungannya pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sebelumnya, benih brokoli satu-persatu ditanam pada lubang tanam yang telah tersedia, kemudian di sekitar pangkal batangnya diurug dengan tanah sambil dipadatkan. Waktu tanam yang baik adalah pagi hari antara pukul 06.00-10.00 atau sore hari antara pukul 15.00-17.00 saat penguapan air oleh pengaruh sinar matahari dan temperatur udara tidak terlalu tinggi. Selesai penanaman segera disiram sampai basah, baik dengan cara disiram menggunakan emprat maupun digenangkan (Rukmana, 1994). 2.2.5. Pemeliharaan
Penyiraman Kebutuhan air bagi tanaman brokoli sangat tergantung pada fase pertumbuhan
tanaman, iklim dan jenis tanahnya. Pada masa awal pertumbuhan, tanaman memerlukan air yang cukup banyak karena priode ini pertumbuhan vegetatif sangat dominan. Untuk memenuhi kebutuhan air pada masa awal pertumbuhan tanaman, pengairan dapat dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Selanjutnya
kebutuhan air berangsur-angsur akan berkurang pada masa pembungaan dan pembuahan (Cahyono, 2001).
Penyulaman Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang rusak dengan tanaman
baru. Penyulaman biasanya dilakukan seminggu setelah bibit ditanam (7 – 15 hari setelah tanam). Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang kurang baik pertumbuhannya, rusak, atau mati. Kemudian membuat lubang tanaman lagi tepat ditanaman terdahulu, membersihkan tempat sekitar, kemudian menanamkan tanaman yang baru pada lubang tanam tersebut (Cahyono, 2001).
Pemupukan susulan Pemupukan susulan merupakan pemupukan yang kedua setelah pemupukan
dasar yang dilakukan pada saat pengolahan tanah, cara pemupukan yang dilakukan tergantung pada sistem budidaya yang digunakan. Untuk pemupukan susulan digunakan pupuk kimia dengan dosis 5 gram pertanaman dan diberikan 3 kali pada usia 15 hst (hari setelah tanam), 45 hst, dan 70 hst (Cahyono, 2001). Waktu pemupukan tergantung pada cara budidaya yang digunakan. Apabila digunakan cara budidaya sistem mulsa plastik perak hitam, maka pemberian pupuk Urea, SP-35, dan KCL dapat dilakukan sekaligus 7 hari sebelum tanam. Sementara, untuk cara budidaya tanpa mulsa plastik hitam perak, maka pemberian pupuk Urea, SP-36, dan KCL dilakukan secara bertahap, yaitu: pemupukan pertama dilakukan 3 hari sebelum tanam, pemupukan kedua dilakukan
21 hari setelah tanam, dan
pemupukan ketiga dilakukan 42 hari setelah tanam. Dosis pupuk yang diberikan 1/3 dari dosis anjuran jika pupuk daun juga diberikan (Chyono,2001). Sementara, pemberian pupuk pelengkap cair Fosto-N
dilakukan melalui
beberapa tahap penyemprotan sebagai berikut. Penyemprotan pertama dilakukan 14 hari setelah pindah tanam, penyemprotan kedua dilakukan 28 hari setelah pindah tanam, sedangkan penyemprotan ketiga dilakukan antara 2-1 minggu menjelang panen (Cahyono, 2001).
Perempelan tunas Perempelan tunas bertujuan untuk mengurangi jumlah cabang agar
pertumbuhan vegetatif (daun dan cabang) berkurang, sehingga dapat memacu pertumbuhan bunga (pembentukan masa bunga). Hal tersebut disebabkan zat makanan hasil asimilasi dapat terkonsentrasi untuk pembentukan masa bunga. Kualitas masa bunga yang terbentuk dapat optimal, yaitu berukuran besar, padat, kompak. Disamping itu, perempelan tunas juga dapat meningkatkan penerimaan sinar matahari dan menurunkan tingkat kelembaban di sekitar tanaman (Cahyono, 2001). Tunas yang dirempel dalam proses perempelan adalah tunas-tunas samping. Perempelan tunas hendaknya dilakukan seawal mungkin, yaitu sesaat setelah tunas samping mulai tumbuh, tunas tersebut harus segera dirempel (dipangkas). Sehingga dengan demikian, zat makanan hasil asimilasi tidak digunakan untuk pertumbuhan tunas. Perempelan tunas ini hanya dilakukan pada tanaman brokoli, sedangkan pada kubis bunga tidak dilakukan perempelan bunga (Cahyono, 2001).
Penyiangan dan penggemburan Penyiangan rumput dapat dilakukan secara mekanis atau kimiawi. Secara
mekanis
dilakukan
denga
mencabut
rumput
hingga
bersih
kemudian
mengumpulkannya di suatu tempat dan membakarnya hingga habis (Cahyono, 2001). Menurut Yakup (2002), sebagian besar tanaman memerlukan penyiangan yang cukup dan segera untuk mencegah pertumbuhan gulma. Penyiangan yang tepat bisa dilakukan sebelum tajuk gulma menghentikan penyerapan zat-zat makanan dari akar. Penundaan sampai gulma berbunga mungkin tak hanya gagal membongkar akar gulma secara maksimum, tetapi juga akan gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang
viable sehingga memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan
penyebarannya. Akan tetapi dalam penyiangan pada awal pertumbuhan tanaman, kesulitan membedakan gulma dan bibit tanaman serta kemungkinan kerusakan bibit tanaman, merupakan resiko tersendiri. Menurut Yakup (2002), pencabutan dengan tangan ditujukan untuk gulma annual dan bieannial. Sedang untuk gulma parrenial, praktek pencabutan akan mengakibatkan terpotong dan tertinggalnya bagian akar tanaman di dalam tanah yang akhirnya dapat tumbuh menjadi gulma baru. Pencabutan bagi gulma yang terakhir (parrenial) menjadi berulang-ulang dan pekerjaan menjadi tidak efektif. Pada pertanaman, cara pencabutan akan berhasil dengan baik bila diberi air sampai cukup basah sehingga pencabutan dapat dilakukan dengan mudah. Cahyono (2001), selain penyiangan,
perlu dilakukan pendangiran, yaitu
pengolahan tanah secara ringan disekitar tanaman, yang bertujuan untuk
menggemburkan kembali tanah yang telah memadat sehingga sirkulasi udara didalam tanah dapat berjalan normal kembali, perkembangan akar tidak terganggu, dan oksigen yang diperlukan akar tanaman untuk bernafas dan aktivitas organisme tanah dalam menguraikan bahan organik tersedia dalam jumlah yang mencukupi.
Hama dan penyakit Menurut Pracaya (1997), untuk menjaga serangan hama pada pertumbuhan
awal, lahan diberikan insektisida Furadan 3G pada saat tanam sebanyak 20 kg /ha yang diberikan pada lubang tanam. Pengendalian hama dan selanjutnya dengan menyemprotkan insektisida Decis, Sherpa, atau Calicron dengan konsentrasi 2 ml/liter air larutan yang diberikan setiap 7 hari sekali. Menurut Pracaya (1997), hama penyakit yang menyerang antara lain :
Ulat daun (Pylotella XylotellaL) Gejala serangan daun berlubang dan yang tersisa hanya urat daun saja.
Pengendaliaanya secara kimiawi dengan menggunakan insektisida berupa Calicron dengan konsentrasi 2 ml/liter air.
Ulat groci (Crodolomia Binolatis Zeller) Gejala serang menyerang pada tahap pembungaan. Pengendaliannya secara
kimiawi disemprot dengan menggunakan insektisida berupa Calicron dengan konsentrasi 2 ml/liter air. Menurut Pracaya (1997), penyakit yang menyerang antara lain :
Penyakit akar bengkak Penyebab penyakit akar bengkak adalah cendawan plasmodiaopora brasicae
wor. Infeksi cendawan ini menyebabkan terjadinya pembengkakan pada akar, yang mengkibatkan rusak dan membusuknya susunan jaringan akar.
Penyakit busuk lunak Penyakit busuk lunak disebabkan oleh mikroorganisme dari golongan bakteri,
yaitu bakteri
erwinia cartovora. Bagian tanaman yang diserang adalah batang
tanaman dan pangkal masa bunga. Bakteri ini, disamping menyerang tanaman dikebun juga dapat menyerang masa bunga pada saat penyimpanan. Bakteri dapat menginfeksi secara langsung ke tanaman melalui luka-luka, baik luka akibat peralatan akibat peralatan mekanis pada saat melakukan penyiangan dan pendangiran maupun luka non mekanis. 2.2.6. Panen Pemanenan brokoli dilakukan bila masa bunga mencapai ukuran maksimal dan padat (kompak), tetapi kuncup bunga belum mekar. Umur panen bergantung pada varietas tanaman dan permintaan pasar. Brokoli dengan varietas Lucky/Bejo dipanen pada saat tanaman berumur 51 -65 hari setelah tanam. Panen dilakukan secara bertahap, panen pertama yaitu panen brokoli induk (primer), brokoli sekunder dan brokoli tersier. Berat brokoli per tanaman dapat mencapai 1 kg, cara panen brokoli dilakukan dengan pisau. Namun pada saat panen pertama, bagian brokoli yang dipanen hanya yang berbunga saja, karena tunas dari brokoli dapat tumbuh kembali sehingga dapat dipanen kembali. Waktu pemanenan yang baik dilakukan pada pagi hari dan sore hari saat cuaca cerah. Jika dipanen pada
siang hari dan suhunya tinggi maka akan mengakibatkan bunga menjadi layu dan keriput sehingga akan menurunkan hasil (Rukmana, 1994). 2.2.7. Pasca panen Menurut Rukmana (1994), penggunaan pasca panen bertujuan untuk mempertahankan kualitas hasil panen, sehingga akan tetap baik sampai pada konsumen, dengan memecah kerusakan fisik akibat faktor mekanis, menyembuhkan luka potong akibat pemanenan, menekan sekecil mungkin terjadinya respirasi dan transpirasi untuk menghambat proses pematangan dan pembusukan dan menghambat organisme perusak. Penanganan pasca panen sangat penting dilakukan, mengingat brokoli termasuk jenis sayuran yang sangat mudah mengalami kerusakan. 1. Pengumpulan Setelah dipetik, brokoli dikumpulkan ditempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan brokoli yang tinggi kualitas dan kuantitasnya. 2. Penyortiran Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara bunga yang baik dan bunga yang jelek dan berpenyakit. Agar penyakit tidak menular ke seluruh bunga yang telah dipanen yang dapat menurunkan mutu produk. 2.3. Pengaturan Jadwal Tanam Brokoli Menurut Tim Penulis Penebar Swadaya (PS, 2011), pembahasan mengenai manajemen agribisnis diawali dengan mengemukakan batasan pengertian manajemen dan aspek-aspeknya. Kegiatan agribisnis yang dikelola dengan manajemen yang baik
akan berkembang dengan baik pula. Dengan manajemen yang baik, suatu usaha dapat mencapai efektivitas dan efisiensi hasil secara optimal. Artinya, resiko kerugian atau kegagalan menjadi kecil, sedangkan tingkat keuntungan menjadi semakin besar. Aspek produksi merupakan proses kegiatan manajemen yang diterapkan dalam proses produksi. Manajemen produksi mencakup tentang perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi yang didalamnya terdapat pula pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Dengan demikian, diharapkan pengusaha dapat berproduksi secara efisien (Tim Penulis PS, 2011). Salah satu manajemen produksi yang bisa diterapkan adalah pengaturan jadwal tanam. Pengaturan jadwal tanam adalah menanam sebuah komoditi pertanian dengan mengatur jadwal/waktu penanamannya, dimana dilakukan secara bertahap atau tidak sama waktu penanamannya untuk satuan lahan yang digunakan. Pengaturan jadwal tanam ini sama artinya juga dengan pengaturan panen. Dimana sayuran dipanen secara bertahap atau tidak dipanen secara serempak untuk satuan lahan yang digunakan. Menurut Nazarudin (2000), dalam menanam sayuran, hal yang harus dan perlu diperhatikan adalah kesesuaian antara masa penanaman dengan pasar. Jangan sampai keunggulan produksinya tidak diiringi oleh kondisi pasar yang baik. Bila ingin menerapkan prinsip usaha tani yang berorientasi ekonomi secara benar, hal nomor satu yang dilakukan petani adalah memilih jenis sayuran yang sesuai dengan pasarnya. Kemudian pasar seperti apa yang dibidik sebagai sasaran?, jenis sayuran apa yang diinginkan pasar tersebut?, apakah harga jualnya menguntungkan?, berapa
banyak yang sanggup dipasok?, setiap beberapa hari/minggu/periode waktu tertentu pasokan harus dikirimkan?. Pengaturan jadwal tanam yang berarti berproduksi secara terus menerus dengan jumlah tertentu dan pada waktu tertentu mengharuskan adanya pasar yang tetap. Brokoli adalah produk yang tergolong mewah dan saat ini sedang jadi favorit masyarakat karena kandungannya dapat menghambat timbulnya berbagai penyakit. Sehingga pasarnya saat ini sedang tersedia luas, khususnya daerah Jawa Barat. Banyak pasar yang menghendaki sebuah produk yang dapat dihasilkan secara terusmenerus dengan jumlah yang sama dan waktu yang sama, sehingga jika pengaturan jadwal tanam berhasil dilakukan ada distributor sayuran yang bisa dijadikan sebagai mitra dengan kesepakatan yang saling menguntungkan.
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Laporan ini ditulis berdasarkan hasil pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang berlangsung selama 2,5 bulan (10 minggu) yang dimulai dari tanggal 23 Maret 2015 dan berakhir pada tanggal 30 Mei 2015. Pelaksanaan PKPM tahun ajaran 2014-2015 yang berlokasi di Inkubator Usahatani (IUT) Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang yang terletak di Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. 3.2. Alat dan Bahan Budidaya tanaman brokoli adalah kegiatan memproduksi yang sudah pasti membutuhkan berbagai alat dan bahan. Semakin besar target produksi yang hendak dicapai, biasanya semakin banyak juga alat dan bahan yang dibutuhkan. Tapi, keadaan seperti ini bisa dihindari jika para pengelola usaha mampu melakukan efisiensi di semua lini. 3.2.1. Alat yang dibutuhkan Setiap kegiatan budidaya pasti akan memerlukan alat untuk membantu melakukan berbagai macam kegiatan. Dengan alat, kegiatan operasional dalam budidaya menjadi lebih mudah. Alat yang digunakan ada yang sudah modern, dan ada juga yang masih sangat tradisional. Semakin luas lahan produksi yang dipakai, semakin banyak dan canggih juga alat yang dibutuhkan. Contohnya saja, jika lahan produksi memiliki luas 20 hektar, maka traktor yang dibutuhkan bukan lagi sejenis
handtraktor, tapi sudah traktor besar agar pengolahan lahan lebih cepat selesai dan produksi sesuai dengan jadwal. Dibawah ini adalah alat yang dibutuhkan, yaitu : Tabel 1. Alat yang dibutuhkan dalam budidaya brokoli untuk lahan 640 m2 No. Jenis alat Volume Satuan 1. Cangkul 2 Buah 2. Garu 1 Buah 3. Pisau catter 2 Buah 4. Meteran 1 Buah 5. Tugal 1 Buah 6. Kored 2 Buah 7. Knapsack sprayer 1 Buah 8. Handsprayer 1 Buah 9. Pelubang mulsa 2 Buah 10. Ember 20 ukuran liter 2 Buah Sumber : Berdasarkan yang dilaksanakan di lapangan 3.2.2. Bahan yang dibutuhkan Bahan yang dibutuhkan dalam budidaya brokoli beragam jenis, dan semuanya memiliki manfaat tersendiri. Jumlah yang dibutuhkan tergantung pada berapa besar skala produksi, semakin banyak yang ingin diproduksi maka bahan yang dibutuhkan juga semakin banyak. Berikut ini adalah bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi brokoli, yaitu : Tabel 2. Bahan yang dibutuhkan dalam budidaya brokoli untuk lahan 640 m2 No. Bahan Volume Satuan 1. Bibit brokoli 3.520 Biji 2. Pupuk kandang 192 Kg 3. Npk Ponska 50 Kg 4. Pupuk cair Bioagro 48 Ml 5. Demolish 1 Botol 6. Dithane M 45 1 Botol 7. Mulsa 640 Meter 8. Bambu 10 Buah Sumber : Berdasarkan yang dilaksanakan di lapangan
3.3. Ruang lingkup Ruang lingkup literatur yang dibahas meliputi : a) Analisa pada literatur internal dan eksternal perusahaan untuk mengevaluasi langkah-langkah strategi pengembangan bisnis di Inkubator Usahatani. b) Langkah-langkah manajemen dan pemecahan masalah yang timbul dalam pengaturan jadwal tanam guna meningkatkan pendapatan. c) Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi analisa pada aspek produksi dan aspek literatur dalam budidaya tanaman brokoli. 3.4. Data dan Sumber Data Pengumpulan data pada pembuatan laporan PKPM bertujuan untuk pengembangan bisnis meliputi : 3.4.1. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh lansung melalui tanya jawab atau diskusi dengan responden. Informasi yang diperoleh antara lain : 1. Tanya jawab dengan karyawan instansi dan pihak yang terkait mengenai sejarah instansi, sumber daya instansi dan kondisi keuangan instansi. 2. Diskusi langsung dengan pembimbing lapangan komoditi brokoli mengenai proses produksi sampai pemasaran, pemasok bahan baku dan pendukung serta kegiatan pengaturan jadwal tanam. 3. Observasi, pengamatan atau praktek lansung ke lapangan.
3.4.2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan berasal dari buku-buku penunjang dan buku pengetahuan tentang tanaman brokoli. Informasi yang dikumpulkan antara lain : a. Gambaran umum instansi antara lain sejarah instansi, sumber daya instansi dan kondisi keuangan instansi. b. Deskripsi unit usaha yang meliputi proses produksi sampai pemasaran, pemasok bahan baku dan pendukung serta kegiatan pengaturan jadwal tanam. 3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Studi literatur Melalui teknik ini dilakukan kegiatan pengimpunan data, keterangan dan informasi dengan penelaahan secara cermat atas berbagai dokumen arsip, hasil laporan, buku – buku ilmiah, dan bahan tertulis lainnya yang relevan dengan variabel penelitian. 3.5.2. Penelitian Lapangan Dalam penelitian lapangan ini dilaksanakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu dengan melalui : a. Wawancara Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung kepada responden dengan menggunakan wawancara baik yang terstruktur yang disiapkan oleh penulis ataupun yang spontan. Dengan wawancara diharapkan data yang diperoleh lebih lengkap.
b. Observasi (Pengamatan) Teknik pengumpulan data melalui observasi menurut Achmadi dan Narbuko (2005), adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Berdasarkan hal diatas, disimpulkan bahwa dalam melakukan observasi partisipatif, peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat dan situasi dimana penelitian dilaksanakan. Peneliti berbicara dengan bahasa mereka, bergurau dengan mereka, menyatu dengan mereka dan sama-sama terlibat dalam pengalaman yang sama.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum (BBPP) Lembang 4.1.1. Sejarah (BBPP) Lembang Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang berdiri sejak tahun 1962, yang pada awalnya bernama PLP (Pusat Pelatihan Pertanian) milik pemda propinsi Jawa Barat. Kemudian pada tanggal 28 Januari 1978 berdasarkan SK Mentan No.52/KPTS/org/1/1978 pengelolaannya di ambil alih oleh Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluhan Pertanian dan berubah menjadi BLPP (Balai Latihan Pegawai Pertanian) Kayuambon dengan tingkat Eselonering III b meliputi wilayah kerja Jawa Barat bagian timur dan DKI Jakarta.Tahun 2000 dengan keluarnya SK Mentan No.84/KPTS/OT.210/2/2000, tanggal 29 Februari 2000 berubah menjadi BDP (Balai Diklat Pertanian) Lembang. Dengan keluarnya SK Mentan No. 355/KPTS/ OT. 210/5/2002, tanggal 8 Mei 2002 BDP mendapatkan kenaikan eselon menjadi Eselon III a dan berganti nama menjadi BDAH (Balai Diklat Agribisnis Hortikultura) Lembang Dengan adanya perkembangan IPTEK di era globalisasi serta kebutuhan wilayah binaan yang semakin kompleks secara nasional, berdasarkan SK Mentan No.487/KPTS/OT.160/10/2003, tanggal 14 Oktober 2003 BDAH Lembang berkembang menjadi tingkatan Eselon II dengan nama BBDAH (Balai Besar Diklat Agribisnis Hortikultura) Kayuambon yang mempunyai tugas melaksanakan diklat keahlian dan pengembangan teknik diklat di bidang Agribisnis Hortikultura dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian.
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan pelatihan di bidang pertanian, dilakukan penataan kembali organisasi dan tata kerja dengan perubahan nama lembaga menjadi BBPP (Balai Besar Pelatihan Pertanian) Lembang, berdasarkan peraturan Mentan No.15/Permentan / OT. 140 /2/2007, dengan tugas melaksanakan dan mengembangkan teknik pelatihan teknis fungsional, dan kewirausahaan di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur BBPP Lembang terletak pada wilayah sentra produksi sayuran, juga merupakan daerah agrowisata. Ketinggian daerah kurang lebih 1200 mdpl, dengan curah hujan 1000-1400 mm/tahun, serta rata-rata kelembaban nisbi 84-89%. Sangatlah ideal BBPP Lembang menjadi pusat tempat pelatihan, lokakarya, atau seminar bagi pengembangan sdm pertanian serta sebagai pusat informasi teknologi pertanian khususnya sayur-sayuran, dan buah-buahan dengan tingkat nasional dan internasional.
Visi dan misi BBPP Lembang BBPP Lembang memiliki visi yaitu, menjadi lembaga pelatihan yang handal
untuk menghasilkan sumber daya manusia pertanian dalam mendukung pertanian yang berdaya saing. Sedangkan misi BBPP Lembang terdiri dari beberapa poin, yaitu : 1. Meningkatkan kualitas program berbasis kinerja. 2. Meningkatkan pendayagunaan sarana dan prasarana pelatihan serta produktivitas instalasi agribisnis. 3. Meningkatakan sistem manajemen mutu penyelenggaraan pelatihan sesuai sistem mutu yang berkualitas (ISO – 9001: 2008).
4. Meningkatkan mutu penyelenggaraan pelatihan dengan melaksanakan pelatihan berbasis kompetensi. 5. Melaksanakan pengembangan teknik pelatihan hortikultura dan melaksanakan pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan bagi aparatur dan non aparatur pertanian sesuai dangan Standar Kompetensi Kerja (SKK) dalam rangka mewujudkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian. 6. Meningkatkan profesionalisme Widyaiswara dan tenaga teknis pelatihan. 7. Meningkatkan kerja sama pelatihan dalam negeri dan melaksanakan pelatihan kerja sama luar negeri. 8. Melaksanakan sistem informasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelatihan dan melakukan pengendalian internal yang akurat dan kredibel. 9. Meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi penatausahaan dan rumah tangga balai yang transparan dan akuntabel. BBPP Lembang mempunyai moto dalam menjalankan fungsinya, yaitu taqwa dalam beragama, santun dalam berperilaku, prima dalam berkarya. Moto tersebut menjadi gambaran diri dari instansi milik pemerintah ini dijalankan.
Tugas balai Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor :
101/Permentan/OT.140/10/2013 Tanggal 9 Oktober 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang, mempunyai tugas dan mengembangkan teknik pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur.
Fungsi balai Fungsi Balai Besar Pelatihan Pertanian adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana, program dan pelaksanaan kerjasama. 2) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. 3) Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur. 4) Pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi aparatur pertanian. 5) Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan di bidang pertanian bagi non aparatur pertanian. 6) Pelaksanaan pengembangan teknik pertanian di bidang hortikultura. 7) Pelaksanaan pengembangan teknik pelatihan pertanian bagi aparatur dan non aparatur pertanian. 8) Pelaksanaan penyususunan paket pembelajaran dan media pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. 9) Penyususunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. 4.1.2. Susunan dan struktur organisasi
Susunan organisasi BBPP dikepalai oleh seorang Kepala Balai yang membawahi :
a. Kepala bagian umum Kepala Bagian Umum dibantu oleh:
Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Rumah Tangga
Kepala Sub Bagian Keuangan
Kepala Sub Bagian Perlengkapan dan Instalasi
b. Kepala bidang program dan evaluasi Kepala Bidang Program dan Evaluasi, dibantu oleh:
Kepala Seksi Program dan Kerjasama
Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan
c. Kepala bidang penyelenggaraan pelatihan Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan dibantu oleh:
Kepala Seksi Pelatihan Aparatur
Kepala Seksi Pelatihan Non Aparatur
d. Kelompok jabatan fungsional
Struktur organisasi
KEPALA BALAI Ir. Bandel Hartopo M.Sc
BAGIAN UMUM Ir.Iski S, M.Si
Subbag Kepegawaian dan RumahTangga
Deden Hamdan, S.Pd
Irwan Waluya, Bc. Hk
BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI
Subbag Perlengkapan dan Instalasi
Subbag Keuangan
Drs. Taufik Lukman,MP
BIDANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN Dr. Ibrahim Saragih
Ir. Andi Sumarga, M.Sc
Seksi Program dan Kerjasama
Seksi Pelatihan Non Aparatur
SeksiPelatihan Aparatur
Seksi Evaluasi danPelaporan
Kusyaman, S. Sos
Lily Suherli, SP
Yullyndra TD, SP
Iwan Kurnia, SP
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Pengarah Ka. Balai
Tim Pengawas (SPI)
Penanggung Jawab Kabag Umum
Kelompok Ahli/ Konsultan/Widyaiswara
Kabid. Penyelenggara Diklat (Pelatihan Non Aparatur) Pengelola IUT Tatang S. Pelaksana Unit Administrasi dan Keuangan Rini. N, SIP
Pelaksana Tanamn Hias Tatang S Juniadi S.P
Pelaksana Sayuran Lapangan Encang Solihin Ade Rohman Rokhmadin A,md
Pelaksana Buahbuahan E Kusnadi
Pelaksana Hidroponik Teten CM ,SP Slamet Suparma S.ST
Pelaksana Pengolahan Hasil Euis Kurniati, SP
Rumah Pangan Lestari Acep
Pelaksana Kultur a Yuli Yulinawati, SP
Gambar 1. Struktur organisasi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang
4.1.3. Kondisi Keuangan Instansi Kondisi keuangan Inkubator Usahatani di BBPP Lembang cukup baik. Dalam kegiatan usaha taninya semua keperluan alat dan bahan untuk mendukung kegiatan usahatani seperti penyediaan pupuk dan sarana produksi lainnya mendapatkan pembiayaan dari BBPP Lembang. Dana yang digunakan oleh BBPP Lembang bersumber dari Kementerian Pertanian, lebih tepatnya bagian Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. Alokasi dana yang didapatkan oleh BBPP untuk tahun 2015 adalah Rp 23.046.993.000. Dana ini digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan operasional BBPP dalam menjalankan fungsinya sebagai balai pelatihan. Untuk tanaman brokoli, pembiayaan semua kegiatan produksi, pihak BBPP Lembang memberikan dana sebesar Rp, 7.500.000. Hal ini sesuai dengan jumlah yang diminta oleh pengelola dengan proposal yang diajukan dan pertimbangan pihak BBPP dari keadaan yang sebenarnya dilapangan. 4.1.4. Sekilas Inkubator Usahatani (IUT)
Latar belakang IUT Fakta empiris menyatakan bahwa sektor pertanian, perikanan dan perkebunan
masih tetap berperan vital dalam mewujudkan tujuan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum telah mendorong pemerintah Indonesia untuk mencanangkan program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK). Revitalisasi merupakan pernyataan politik pemerintah untuk membalikkan tren penurunan nilai tambah produk pertanian dan mengakselerasi peningkatan produksi dan nilai tambah usaha pertanian. Faktor kunci program RPPK adalah peningkatan dan perluasan
kapasitas produksi melalui renovasi, penumbuh-kembangan dan restrukturisasi agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang. Dengan demikian, revitalisasi pertanian merubah paradigma pembangunan pertanian yang sebelumnya lebih berorientasi pada peningkatan produksi ke arah paradigma pembangunan pertanian yang berorientasi pada peningkatan pendapatan petani, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian. Sub sektor hortikultura merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan melalui program RPPK. Potensi tersebut didasarkan pada keunggulan komparatif yang bersumber dari ketersediaan sumber daya serta keunggulan kompetitif yang bersumber dari potensi pasar dan pasar ekspor. Ketersediaan sumber daya seperti kondisi lahan dan agroklimat menjadi karakteristik khas atau diferensiasi dalam pengembangan komoditas hortikultura daerah tropis. Hal tersebut menjadi pendukung pengembangan keunggulan kompetitif. Potensi pasar diindikasikan dengan konsumsi hortikultura per kapita di Indonesia masih rendah (di bawah rekomendasi FAO) serta berpotensi untuk menggantikan komoditas hortikultura impor yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Demikian halnya terjadi pula pada potensi pasar ekspor yang masih terbuka luas. Kedua sumber keunggulan tersebut menjadikan komoditas hortikultura sebagai komoditas yang mempunyai nilai tinggi (high value commodity). Kondisi sub sektor hortikultura
Indonesia menghadapi beberapa permasalahan yang menjadi
tantangan dalam pengembangan dan implementasi program RPPK. Permasalahan tersebut di antaranya adalah, (a) lahan pertanian yang semakin menyempit yang menyebabkan usaha terfragmentasi dalam skala kecil, akses pemasaran yang terbatas, (b) rendahnya akses kesumber daya produktif terutama akses sumber permodalan, (c)
penguasaan teknologi yang terbatas, dan (d) infrastruktur pertanian dan perdesaan yang terbatas. Selain itu, terdapat tantangan lain yang harus dihadapi sub sektor hortikultura, yaitu pertumbuhan pasar ritel modern dan semakin meningkatnya tuntutan kualitas dan keamanan pangan. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, salah satu sumberdaya pengungkit yang diharapkan mampu menjadi pendorong pemecahan permasalahan secara sistemik adalah sumber daya manusia pertanian. Secara tradisional, pelaku usaha hortikultura memiliki orientasi bisnis yang kuat, hal tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar hasil usahanya ditujukan untuk pasar komersial. Berdasarkan hal tersebut, upaya yang perlu dilakukan untuk mengembangkan pelaku usaha agribisnis hortikultura adalah pengembangan kemampuan untuk meningkatkan skala usaha secara inovatif. Dengan demikian, akan terjadi transformasi petani hortikultura menjadi wirausaha agribisnis atau agripreneur. Sejak tahun 2002, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Kayuambon Lembang telah mendirikan Inkubator Agribisnis (IA) selain sebagai tempat sarana pelatihan dan yang melayani para pelaku agribisnis secara nasional, khususnya Jawa Barat. Lalu, pada tahun 2013 Inkubator Agribisnis (IA) berganti nama menjadi Inkubator Usahatani (IUT) sampai saat ini. Alasannya, masyarakat masih kurang memahami makna agribisnis yang sesungguhnya, sedangkan usahatani sendiri adalah bagian dari agribisnis, usahatani lebih fokus pada bagian onfarm saja. Bentuk pelayanan langsung yang diberikan kepada pelaku usaha pertanian terbatas pada pola pendidikan dan latihan. Selain itu, proses tersebut belum melibatkan partisipasi aktif dari kalangan bisnis dan akademisi. Hal tersebut belum mencerminkan pelayanan langsung yang harus diberikan IUT.
Kondisi demikian, menuntut perubahan struktur dan fungsi kelembagaan Pusat Inkubator Usahatani yang dimiliki
BBPP Kayuambon Lembang selain
mengembangkan usahanya di bidang pertanian juga menjadi mediator dan transformator petani menjadi wirausaha agribisnis. Inkubator usaha tani berada dibawah Seksi Latihan Non Aparatur didalam struktur organisasi BBPP Lembang, dimana fungsinya adalah sebagai bagian dari kegiatan pelatihan khususnya untuk praktik dilapangan.
Tujuan IUT BBPP Lembang Sebagai
bagian
dari
institusi
pelayanan
dalam
bidang
agribisnis,
pengembangan kelembagaan IUT Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang bertujuan untuk : a. Meningkatkan kemampuan SDM Staf Teknis Inkubator Usahatani dengan melaksanakan berbagai kegiatan usahatani sesuai dengan bidang keahliannya. b. Menjadi mediator dan transfomator dalam pengembangan agripreneuragripreneur baru di Indonesia. c. Menciptakan jejaring kerja (networking) bagi agripreneur, pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) dengan berbagai kompetensi yang dimiliki oleh BBPP Lembang secara maksimal dan melembaga.
Ruang Lingkup IUT BBPPLembang Inkubator Usaha Tani (IUT) didirikan sebagai upaya untuk memperlancar
proses penciptaan usaha-usaha baru, terutama usaha-usaha yang berkaitan erat dengan kompetensi BBPP Kayuambon lembang. Secara internal, mediasi penciptaan inovasi dari penemuan-penemuan di BBPP akan terus berkembang karena adanya
aktivitas komersialisasi. IUT juga menjadi salah satu bagian dalam proses pelatihan di BBPP, terutama belajar secara nyata tentang bagaimana mengupayakan penciptaan nilai tambah (value added creation), peningkatan profesionalisme (to be professional), bertanggung jawab (to be committed), menciptakan wirausaha yang handal, dan bagaimana membentuk sebuah komunitas bisnis (business society). Kedepan, IUT diharapkan dapat menjadi salah satu ujung tombak BBPP Lembang dalam upaya mendorong terus lahirnya inovasi. Lebih jauh lagi, IUT harus mampu menjadi mediator dan transformator untuk mendorong tercipta dan tumbuhnya kesejahteraan masyarakat (social wealth creation). Inkubator Usahatani memberikan pelayanan usaha sebagai berikut: a. Menyediakan infrastruktur perkantoran bersama, termasuk diantaranya ruang pertemuan konsultasi, keamanan, perlengkapan kantor (termasuk fasilitas internet), telepon dan perlengkapannya, perpustakaan, kebersihan dan perawatan, dan akomodasi penginapan. Menyediakan platform pertemuan antara agripreneur dengan service provider b. Menyediakan akses bagi jaringan mitraaliansi, sumber-sumber permodalan, dan networking c. Menyediakan asisten dan mentor-mentor bisnis dari kalangan praktisi bisnis, menyangkut : konsultasi teknis dan manajemen perusahaan, teknologi, proses produksi, pemasaran. d.
Layanan
bisnis
seperti
:
masalah
administrasi
perusahaan,
layanan
kesekretariatan dan akuntansi, masalah legal, dan masalah hak atas kekayaan intelektual.
e. Menyediakan akses informasi bagi institusi, pemilik modal, dan warga masyarakat yang ingin mencari potensi-potensi usaha baru yang dikelola oleh IUT.
Sarana dan prasarana Inkubator Usahatani BBPP Kayuambon Lembang memiliki sarana dan
prasarana yang dimiliki sampai saat ini meliputi : Tabel 3. Sarana dan prasarana di IUT BBPP Lembang No. Sarana dan Prasarana
Luas
1.
Ruangan Kantor
35 m² (1 buah)
2.
Ruangan Kelas
35 m² (2 buah)
3.
Laboratorium kultur Jaringan
80 m² (1 buah)
4.
Laboratorium Pengolahan Hasil
80 m² (1 buah)
5.
Kebun praktek
6.
Kebun jeruk
500 m²
7.
Kebun Jambu Batu
500 m²
8.
Rumah jamur (kumbung)
265 m²
9.
400 m² (1 buah)
10.
Screen House Hidroponik sistem irigasi tetes Screen House Hidroponik sistem NFT
11.
Screen House Aeroponik
100 m² (1 buah)
12.
Screen House Tanaman hias
200 m² (1 buah)
13.
Screen House Krisan
200 m² (1 buah)
14.
Screen House koleksi Tanaman
180 m² (1 buah)
15.
Screen House buah-buahan
24 m² (1 buah)
16.
Screen Aklimatisasi
12 m² (1 buah)
17.
Koleksi Tabulapot
20.000 m²
200 m² (1 buah)
105N
Sumber daya manusia di IUT Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sebagai lembaga yang
memiliki dukungan teknis dan pengalaman yang panjang dalam berkomunikasi dengan para petani dan pelaku agribisnis lainnya, sangat berpotensi menjadi lembaga pengembang inovasi baru dalam menghasilkan produk dan proses yang merupakan bagian penting dalam strategi diversifikasi, di samping pengembangan pasar yang baru. BBPP Lembang adalah tempat ideal sebagai Inkubator Usahatani karena juga didukung oleh kemampuan untuk menjalankan lembaga ini secara operasional. Sumber daya manusia yang dimiliki di IUT BBPP Lembang terdiri dari 1 orang pengelola dan 13 orang pelaksana teknis (instruktur) yang terbagi dalam 10 unit kegiatan. Dilihat dari pendidikannya sumber daya manusia pengawas IUT BBPP Lembang meliputi 8 orang Sarjana (S1) 1 orang Diploma (D3), dan 7 orang SLTA, didukung oleh Widyaiswara yang ahli di bidangnya. Struktur organisasi Pusat Inkubator Usahatani BBPP Kayuambon Lembang mengacu pada Pedoman Pengembangan Pusat Inkubator Usahatani yang dikeluarkan Badan Pengembangan sumber daya manusia Pertanian, tanggal 4 Pebruari 2004, yang dikembangkan menjadi seperti gambar. 2 berikutnya. 4.1.5. Kegiatan bisnis di IUT Inkubator Usahatani merupakan bagian dari BBPP Lembang yang berdiri sebagai instansi pemerintah dengan tugas melaksanakan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dibidang pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya, banyak
kegiatan pendukung yang dijalankan berupa usaha dibidang pertanian dengan tujuan untuk mempermudah dalam melaksanakan pelatihan. Usaha tersebut tidak mengaharapkan keuntungan, para pengelola dari berbagai bidang usaha hanya perlu mengembalikan modal awal yang diberikan oleh bagian keuangan BBPP Lembang tanpa harus disertai keuntungan. Dan apabila terjadi kerugian, pengelola juga tidak perlu menanggung biaya kerugian tersebut jika mampu melaporkan penyebabnya dengan jelas dan dapat dipertanggung jawabkan (bukan kelalaian pengelola).
Kegiatan produksi Inkubator Usahatani (IUT) melakukan kegiatan produksi dibawah pengelola
masing-masing komoditi, pengololanya berjumlah 1 orang. Rangkaian kegiatan produksi dimulai dari pengadaan benih sampai pemasaran, dan semua dijalankan oleh pengelola. Pembiayaan kegiatan produksi ditanggung oleh pihak balai, karena tujuan budidaya adalah untuk mendukung kegiatan pelatihan di BBPP.
Deskripsi produk Produk yang dihasilkan di IUT sesuai dengan ketentuan dari pihak balai, pada
saat kegiatan PKPM terdapat beberapa komoditi yang sedang dibudidayakan. Ada tanaman yang dominan dan ada yang hanya sedikit jumlahnya yang dibudidayakan. Tanaman yang paling banyak dibudidayakan di IUT adalah brokoli, tomat cherry, kentang, bunga krisan, edamame, jeruk primont dan cabai merah. Sedangkan yang dibudidayakan dalam jumlah sedikit diantaranya jambu kristal, jagung manis, jagung manis jepang, buncis prancis, sawi putih (caisim), pakcoy, kaktus, dan anggrek. Produk yang dihasilkan adalah hasil dari komoditi yang ditanam, yang kemudian
dijual kepasar ataupun ke distributor. Produknya tidak sampai dilakukan penanganan pasca panen lebih lanjut seperti pengemasan, hanya sekedar dibersihkan dan disortir lalu dijual.
Pelanggan produk Pelanggan produk dari IUT adalah pengumpul sayuran yang ada di daerah
Lembang dan distributor sayuran LM Java dan Amazing Farm. Pelanggan tersebut didapatkan atas inisiatif dari pengelola dari setiap komoditi.
Pemasok bahan baku Bahan baku yang dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan opersional
budidaya tanaman ada yang didapatkan dari toko pertanian yang ada didaerah Lembang. Tapi khusus tanaman tomat cherry, bibitnya diperolah dari Amazing Farm . Perusahaan tersebut merupakan mitra dari komoditi tomat cherry dalam pemasaran produk.
Pemasaran produk Produk dari IUT dipasarkan dengan 2 cara, yaitu menjual ke pengumpul dan
bermitra dengan distributor sayuran. Komoditi yang dijual memalui sistem kemitraan diantaranya adalah tomat cherry bermitra dengan Amazing Farm. Edamame, jagung manis jepang, buncis prancis, dan brokoli bermitra dengan pihak LM Java. Komoditi lainnya yaitu cabai merah, jeruk primont, sawi putih, jagung manis, kentang, bunga krisan, bunga anggrek, kaktus, pakcoy dan jambu kristal dijual ke pengumpul sayuran. Pemasaran produk yang dihasilkan dilakukan atas inisiatif pengelola
masing- masing komoditi, baik itu yang dijual kepengumpul ataupun yang dijual dengan sistem kemitraan. 4.2. Kegiatan Produksi Tanaman Brokoli di IUT 4.2.1. Pengadaan benih Benih yang dibutuhkan dalam budidaya tanaman brokoli dibeli ditoko pertanian yang terletak di daerah Lembang. Harga benih tanaman brokoli adalah Rp 250, per biji. Dimana untuk luasan lahan produktif 640 m2, benih yang dibutuhkan sebanyak 1.306 buah pada tahap pertama, sedangkan penyulaman 2% dari jumlah kebutuhan benih yaitu 39 buah. Untuk tahap kedua adalah 640 buah, 2% untuk penyulaman yaitu sebanyak 12 buah. Total kebutuhan benih untuk kedua tahap adalah 1.946 biji. Varietas yang ditanam pada budidaya tanaman brokoli ini adalah Lucky atau varietas lokal yang dikenal dengan merek dagang Bejo Seed, ini merupakan varietas favorit di daerah Jawa Barat. Kebutuhan benih brokoli adalah 300-350 gr/ha. Pembimbing menjelaskan bahwa varietas Bejo lebih bagus dari jenis lainnya. Varietas ini bisa lebih dari satu kali panen karena dapat memiliki tunas yang banyak, daya tahan yang tinggi terhadap hama dan penyakit, serta memiliki warna hijau yang lebih gelap. Petani dapat melakukan 4 kali panen dengan memilih tunas yang bagus dan baik pertumbuhannya untuk dipelihara, sehingga pendapatan petani menjadi lebih tinggi dari pada membudidayakan varietas lain.
4.2.2. Persemaian Benih harus disemai terlebih dahulu sebelum ditanam. Tempat persemaian berupa trey yang diisi dengan media tanam dan ditempatkan di dalam screen house yang sudah dibersihkan dari debu dan kotoran lainnya. Jika persemaian dilakukan di screen house, pengaturan naungan tidak perlu dilakukan karena atapnya sudah diatur sesuai dengan kebutuhan cahaya untuk persemaian. Penyiangan juga tidak perlu dilakukan, karena tidak ada gulma yang tumbuh di dalam screen house. Begitu juga pengendalian hama dan penyakit, sampai bibit dipindah kelapangan tidak ada satupun bibit yang terkena serangan, 98% bibit sehat dan layak tanam . Media yang digunakan untuk persemaian adalah pasir, arang sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Berikut ini adalah prosedur kerjanya : Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyemai benih brokoli.
Letakan trey secara bertingkat sebanyak 5 buah, lalu tekan sampai membentuk lubang.
Buka bungkus benih brokoli, lalu letakan benih pada setiap lubang trey, dimana satu lubang satu benih. Lakukan hal yang sama sampai 20 trey berisi benih.
Setelah itu, ambil tanah media semai sebelumnya letakan diatas nampan berlubang, dan goyangkan diatas trey sampai keluar tanah dan menutupi benih tadi. Kemudian tutup semua permukaan trey dengan plastik bersih, lalu biarkan 3/4 hari.
Benih dimasukkan satu biji untuk satu lubang trey, tujuannya untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit serta mengurangi jumlah bibit yang mati karena pemindahan kelahan tanam. Setelah benih diletakkan satu lubang satu benih, selanjutnya ditutup tipis dengan tanah humus. Tujuannya adalah untuk melembabkan media tumbuh agar benih cepat berkecambah dan cepat tumbuh. Sedangkan jika terlalu tebal, pertumbuhan bibit juga akan lambat, sebab terlalu sulit bagi kecambah untuk menembus lapisan tanah yang tebal. Selanjutnya adalah penutupan dengan plastik sampai 3 hari, agar benih cepat berkecambah. Setelah 3 hari sesudah disemai, plastik penutup dibuka lalu disiram secara perlahan. Penyiraman harus dilakukan dengan hati-hati agar kecambah muda dari brokoli tidak patah dan rusak. Selanjutnya, setiap pagi dan sore hari bibit disiram sampai berumur 21 hari atau 3 minggu. Jika umur sudah 3 minggu, maka bibit brokoli akan memiliki 3-4 helai daun yang berarti bibit sudah siap ditanam kelapangan. 4.2.3. Persiapan lahan
Pengolahan tanah Pengolahan tanah dilakukan pada lahan dengan luas 640 m2 dengan beberapa
tahap dan dimulai pada 1 minggu setelah persemaian. Pengolahan tanah bertujuan untuk mendapatkan tekstur tanah yang gembur supaya akar tanaman yang akan dibudidayakaan bisa berkembang dengan baik. Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan cara membolak-balikan tanah menggunakan handtraktor sedalam 20-30 cm dan didiamkan selama 1 minggu untuk memberikan kesempatan oksidasi gas-gas
beracun dan membunuh hama penyakit. Selanjutnya, lahan digemburkan dan dibersihkan kembali dari rumput liar atau dari sisa-sisa tanaman. Dibutuhkan waktu 2 jam bagi pekerja untuk mengolah lahan pertama walaupun luasnya hanya 640 m2, karena tanah harus teraduk dengan benar.
Pembuatan bedengan Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan tanah, cara pembuatan
bedengan dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu bedengan dengan panjang 40 m2, lebar 1,2 m2, tinggi 20 cm/50 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. Panjang bedengan tergantung pada bentuk lahan, dan tingginya juga sesuai dengan kontur lahan. Kemudian tanah dibagian jarak antar bedengan diangkat keatas bedengan sampai mencapai tinggi 20 cm. Lalu ratakan dan rapikan permukaannya, sampai datar sepenuhnya.
Pemberian pupuk kandang Pemberian pupuk kandang sebagai pupuk dasar perlu dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara dalam tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta untuk mengikat air. Pupuk kandang yang diberikan sebagai pupuk dasar untuk tanaman brokoli adalah pupuk sisa tumbuhan dan kotoran hewan di BBPP Lembang yang sudah difermentasikan dan waktu pemberiannya 1 minggu setelah pengolahan lahan pertama. Jumlah yang diberikan dengan ketentuan 30 ton/ha adalah 1,92 ton untuk 640 m2 lahan aktif. Permukaan bedengan dibagi dua dengan kedalaman 10 cm, lalu tarik tanahnya kesamping kiri dan kanan bedengan tapi masih diatas bedengan. Taburkan pupuk kandang diatas bedengan tadi dengan ketentuan 120 kg /bedengan.
Pupuk kandang yang diberikan ditimbun dengan cara menarik lagi tanah bedengan yang dikesamping tadi, lalu ratakan bagian permukaannya. Penutupan pupuk kandang ditujukan untuk menjaga pupuk kandang yang sudah diberikan tidak terbawa air. Selain itu, penutupan ini juga mempercepat penguraian pupuk kandang yang sudah diberikan, sehingga unsur hara juga lebih cepat tersedia untuk tanaman.
Pemasangan mulsa Pemasangan mulsa hitam perak bertujuan untuk menekan pertumbuhan
gulma, menjaga kelembaban dalam tanah. Selain itu, mulsa juga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit, sehingga hasil produksi tanaman juga meningkat. Sebelum pemasangan mulsa, terlebih dahulu dibuat semat dan ajir dengan ukuran lebar semat 2 cm dan panjang 30 cm untuk bagian ujung dan pangkal bedengan. Sedangkan untuk semat bagian samping dibuat ajir dengan panjang 10 cm dan lebar semat 2 cm. Ajir dan semat mulsa ini terbuat dari bambu, dan berikut ini adalah cara pemasangannya : Ambil mulsa plastik perak hitam, letakkan diujung bedengan dengan warna perak dibagian atas, lalu tarik keujung bedengan yang satu lagi. Lalu letakan dan tarik sampai pas dan kencang, lebihkan untuk penggulung semat mulsa, kemudian potong. Letakan penggulung mulsa yang besar diujung mulsa bagian bawah, lalu gulung 3-4 kali gulungan, kemudian tarik mulsa keujung bedengan satu lagi sampai terlihat kencang, lalu lakukan hal sama seperti tadi pada semua bedengan. Sedangkan untuk pemasangan semat mulsa dilakukan dengan cara dibawah ini, yaitu : Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan. Ambil semat mulsa serta penggulungnya yang sudah dibuat sebelumnya untuk bagian samping. Pemasangan
mulsa harus dilakukan oleh dua orang. Dengan jarak 1 meter dari ujung bedengan, letekan penggulung mulsa dibagian dalam mulsa, lalu gulung 3-4 gulungan kebagian dalam. Kemudian ambil penjepit mulsa yang sudah disiapkan, tarik gulungan tadi sampai terlihat kencang, lalu tancapkan ke gulungan tadi dengan posisi, satu diatas gulungan dan satu lagi dibawah gulungan. Lakukan hal yang sama setiap satu meter satu penjepit sampai selesai Pemasangan mulsa dilakukan pada siang hari saat matahari terik, agar mulsa bisa memuai sempurna dan menutup semua permukaan bedengan. Jika pemasangan mulsa tidak saat terik matahari, nantinya mulsa akan mengendur dan mudah rusak. Sebelum dilakukan pemasangan mulsa, hal yang perlu diperhatikan adalah persiapan persediaan semat mulsa, agar pada saat akan memasang mulsa tidak terjadi kekurangan semat mulsa, semat mulsa ini berfungsi untuk menyemat mulsa agar terpasang kuat pada tanah. Selain itu, sebelum memasang mulsa, ujung bedengan harus diratakan dan miring agar terlihat lebih rapi. Banyak keuntungan yang diperoleh dari pemasangan mulsa dalam budidaya sayuran, diantaranya melindungi tanah pada musim hujan agar tidak terlalu basah, dan tidak padat karena tekanan air hujan. Erosi bedengan dan penghanyutan pupuk dapat dihindarkan begitu juga penguapan pupuk kimia yang diberikan pada tanaman dan penguapan air tanah. Mencegah hama trips dan aphis karena dapat memantulkan sinar matahari dari bawah keatas.
Pembuatan lubang tanam Pelubangan mulsa diikuti dengan pembuatan lubang tanam bertujuan untuk
memberikan kesempatan pada akar untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga tanaman dapat tumbuh sempurna. Pelubangan mulsa dilakukan dengan menggunakan pipa besi atau kaleng dengan diameter 8 cm. Besi tersebut diberikan sebuah tangkai tepat pada bagian atas dan ditengah, lalu di dalamnya diisi bara api sampai panas dan mampu membuat mulsa berlubang. Sedangkan lubang tanam brokoli dibuat dengan menggunakan tugal, kedalamannya 5 cm - 10 cm (disesuaikan dengan keadaan bibit). Jarak tanam yang dalam pengaturan jadwal tanam yang dilakukan adalah 1m2 = 5, artinya setiap 1 m2 lahan ditanami 5 bibit brokoli dengan model persegi empat dan satu ditengah. Gambar jarak tanam yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3. Dokumentasi. Pengaturan jarak tanam juga dimaksudkan agar tanaman dapat memproleh kebutuhan hidupnya secara merata, khususnya dalam hal air, unsur hara, dan cahaya matahari. Kecukupan ketiga faktor tersebut sangat menetukan jumlah produksi dari sebuah tanaman. 4.2.4. Penanaman Musim penanaman yang paling baik untuk menanam brokoli adalah pada akhir musim hujan atau tepatnya pada bulan Maret – April. Daerah lembang sendiri, pada saat budidaya ini hampir setiap hari selalu datang hujan, sehingga sulit menentukan jenis musimnya. Meskipun demikian, sepanjang tahun bisa dilakukan budidaya asalkan semua kebutuhan pertumbuhan tanaman brokoli dapat dipenuhi dengan baik. Apalagi jika pasar menginginkan produksi berkelanjutan sepanjang
tahun.Waktu penanaman dilakukan dipagi hari yaitu jam 7.30 sampai jam 11.00 atau jika tidak sore hari, agar bibit brokoli tidak layu karena kaget oleh sinar matahari yang terlalu terik, sebab selama dipersemaian tidak pernah terkena matahari langsung. Lubang tanam dibuat dengan tugal dimana kedalamannya 5 cm -10 cm, disesuaikan dengan keadaan bibit yang ditanam. Bibit yang siap tanam adalah yang sudah memiliki 3-4 daun dengan umur 3 minggu setelah persemaian. Bibit yang ditaman adalah yang sempurna, yaitu segar, daunnya 3 atau 4 helai, tidak layu akar dan daun, serta hijau (tidak kuning). Dengan penanaman bibit yang sesuai dengan kriteria maka peluang untuk tumbuh jadi besar serta jumlah penyulaman menjadi lebih sedikit. Jika penyulaman sedikit maka biaya produksi rendah serta pertumbuhannya juga seragam, sehingga panen dan hasilnya seragam. Alasan pemakain tugal untuk pembuatan lubang tanam, adalah untuk membentuk lubang tanam yang sesuai dengan media persemaian yaitu trey yang berbentuk segitiga dibagian bawahnya. Karena pada saat penanaman, media semai juga ikut ditanam agar akar bibit tetap mendapatkan makanan selama masa adaptasi pada lubang tanam. Tiap lubang ditanam satu bibit brokoli secara tegak dan dibagian pangkal batang bibit diurug serta dipadatkan tanahnya agar perakaran dapat kontak langsung dengan air tanah. Bagian batang yang boleh ditanam hanya sampai pangkal batang sesudah akar, dan tidak boleh keadaan media tanam terlalu lembab karena dapat menyebabkan busuk batang. 4.2.5. Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore hari, tujuannya agar tanaman tidak kekurangan air. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, jika musim hujan kegiatan pemeliharaan ini tidak perlu dilakukan. Air adalah kebutuhan wajib bagi tanaman, karena berperan penting dalam membantu penyerapan hara dalam tanah serta mempercepat penguraian pupuk yang diberikan dalam bentuk padat.
Penyulaman Penyulaman
adalah
mengganti
tanaman
yang
mati,
kerdil,
atau
pertumbuhannya tidak normal, dan terserang penyakit. Penyulaman ini bertujuan untuk mempertahankan jumlah populasi tanaman dari persatuan luas tertentu sehingga produktifitas lahan dapat dipertahankan. Penyulaman dilakukan paling lambat 15 hari setelah tanam. Bibit yang digunakan untuk menyulam ini adalah bibit yang sama pada saat penanaman, sehingga pertumbuhannya sama. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati atau tumbuh abnormal dengan bibit yang baru dengan umur yang sama.
Pemupukan susulan Pada pelaksanaanya,
pemberian pupuk pada lahan yang sudah dipasang
mulsa tetap diberikan secara bertahap, yaitu umur 3 hari, 21 hari, dan 42 hari setelah tanam dengan cara dicairkan. Dengan pemberian pupuk secara perlahan, maka nutrisi untuk pertumbuhan tanaman selalu tersedia secara merata. Jika diberikan pada awal tanam saja, dikhawatirkan tanaman menjadi rusak karena kelebihan pupuk, sementara
pada awal tanaman berbunga, dimana nutrisi sangat dibutuhkan untuk pembentukan bunga, nutrisi sudah tidak tersedia. Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK Ponska yang sudah mengandung ketiga pupuk. Dengan pupuk NPK Ponska ini jumlah pupuk yang dibutuhkan lebih sedikit pupuk yang terpisah. Selain itu biaya tenaga kerja untuk pemberian pupuk juga bisa diefisiensi karena hanya satu kali pemberian. Belakang ini petani lebih memilih pupuk yang sudah komplit dari pada memberikan pupuk satu-satu, seperti Urea, SP-36, KCL. Pembimbing menuturkan, lebih efisien menggunakan pupuk NPK Ponska yang sudah lengkap kandungannya. Mulai dari segi biaya sampai pada segi harga pupuk biasa. Jika menggunakan pupuk biasa dibutuhkan 1,5 gr pupuk Nitrogen, 2,1 gr pupuk Phospat, dan 1,21 gr pupuk Kalium, sedangkan NPK Ponska hanya butuh 5 gr/tanaman. Perbandingan kandungan pupuk NPK Ponska yang digunakan adalah 1:1:1, berarti kandungan ketiganya seimbang. Cara pemberiannya seperti disebutkan sebelumnya, yaitu dicairkan dengan perbandingan setiap 5 gram pupuk dicairkan dengan air sebanyak 250 ml. Pupuk pelengkap cair adalah pupuk daun tambahan diluar pupuk NPK yang diberikan pada tanaman untuk meningkatkan produksi tanaman. Berikut ini adalah cara pemberiannya, yaitu masukan air kedalam ember sebanyak 20 liter. Lalu ambil PPC Bio-Agro, masukan 2 tutup botol (4 ml) kedalam air tadi. Kemudian aduk sampai warna kuning kehijauan merata, lalu masukan kedalam hand sprayer, kemudian semprotkan kedaun brokoli secara merata. Untuk lahan 640 m2 dengan populasi 3200 tanaman sudah cukup 40 liter air dengan pupuk cair 8 cc.
Pemberian pupuk pelengkap cair sangat baik bagi pertumbuhan brokoli, dan meningkatkan produksi tanaman. Menurut Cahyono (2001), penggunaan pupuk pelengkap cair dengan kandungan NPK yang tinggi dan bahan aktif lain yang lebih lengkap, akan dapat meningkatkan hasil. Sementara, pemberian pupuk pelengkap cair Fosto-N dilakukan melalui beberapa tahap penyemprotan sebagai berikut. Penyemprotan pertama dilakukan 14 hari setelah pindah tanam, penyemprotan keudua dilakukan 28 hari setelah tanam pindah tanam, sedangkan penyemprotan ketiga dilakukan antara 2 – 1 minggu menjelang panen. Pupuk pelengkap cair diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman, biasanya 40 liter/ha, maka untuk 640 m2 lahan efektif dibutuhkan 2,6 liter pupuk pelengkap cair yang diberikan secara bertahap sesuai literatur. Tapi dosis yang diberikan pada prakteknya dilapangan tidak sesuai dengan yang dianjurkan di berbagai literatur, seharusnya dosisnya adalah 866 ml untuk satu kali pemberian. Alasan pengelola memberikan pupuk cair tidak sesuai dosis, karena tanaman masih kecil dan muda dan belum membutuhkan makanan yang banyak untuk pembentukan bunga. Padahal, tanaman membutuhkan nutrisi yang seimbang pada setiap tahap pertumbuhannya. Pemberian pupuk ini memberikan banyak manfaat bagi tanaman, yaitu mengaktifkan unsur hara dalam tanah, menyuburkan tanah, mempercepat panen, dan meningkatkan produksi tanaman.
Penyiangan dan penggemburan Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis maupun secara kimiawi. Akan
tetapi lebih baik dilakukan secara mekanis, karena jika menggunakan kimiawi
dikhawatirkan tanaman brokoli ikut terkena obat dan menyebabkan tanaman mati. Penyiangan dilakukan sesuai keadaan dilapangan, jika gulma sudah tumbuh di dalam lubang tanam maupun di parit bedengan, maka harus segera dibersihkan. Gulma tidak boleh dibiarkan sampai besar bahkan berbunga, karena jika sudah sampai berbunga, biji gulma tersebut akan jatuh ketanah, dan akan tumbuh lagi setelah dibersihkan. Selain itu, jika tajuk gulma sudah lebih besar dari pokok tanaman, proses penyerapan nutrisi oleh akar tanaman akan terhambat oleh akar gulma yang lebih besar darinya. Pertumbuhan tanaman menjadi terganggu dan hasil produksi menjadi rendah. Pendangiran atau penggemburan tanah di sekitar tanaman juga sangat perlu dilakukan untuk menjaga sirkulasi udara tetap bagus. Pendangiran dilaksanakan bersamaan dengan penyiangan, untuk menjaga perkembangan tanaman brokoli tetap bagus. Seperti disampaikan oleh Cahyono (2001), selain penyiangan, perlu dilakukan pendangiran, yaitu pengolahan tanah secara ringan disekitar tanaman, yang bertujuan untuk menggemburkan kembali tanah yang telah memadat sehingga sirkulasi udara didalam tanah dapat berjalan normal kembali, perkembangan akar tidak terganggu, dan oksigen yang diperlukan akar tanaman untuk bernafas dan aktivitas organisme tanah dalam menguraikan bahan organik tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman tetap terjamin.
Perempelan tunas Perempelan tunas adalah membuang tunas samping yang tidak diinginkan
agar tidak menghambat pembentukan bunga. Tujuan dari perempelan ini adalah untuk
mengurangi jumlah cabang agar pertumbuhan vegetatif berkurang sehingga memacu pertumbuhan generatif. Tunas air yang dibuang adalah tunas samping yang biasanya tumbuh dengan cepat. Tunas samping hanya tumbuh pada brokoli, sedangkan pada kubis bungi tidak ada. Perempelan tunas juga memberikan manfaat untuk menghambat serangan hama dan penyakit, karena tunas yang banyak akan menyebabkan keadaan sekitar tanaman lembab, sementara suhu lembab mempercepat pertumbuhan jamur dan bakteri, serta sangat disukai oleh ulat daun plutella.
Pengendalian hama dan penyakit Tanaman brokoli merupakam jenis sayuran yang sangat rentan terhadap hama
dan penyakit, sehingga dalam masa budidaya harus selalu dilakukan pengendalian hama dan penyakit yang intensif. Jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman selalu berbeda dan biasanya tergantung pada musim. Selama budidaya yang dilaksanakan di IUT, berikut ini adalah jenis hama dan penyakit yang menyerang. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman brokoli dan cara pengendalian yang dilaksanakan, yaitu :
Ulat daun (Pylotella XylotellaL) Gejala serangan daun berlubang dan yang tersisa hanya urat daun saja. Ulat
daun ini berukuran kecil dan warnanya hijau muda, dan lebih banyak menyerang pucuk tanaman. Ulat jenis ini berkembang dengan cepat pada musim hujan, jika dibiarkan brokoli akan gagal berbunga.
Ulat grayak Tanaman yang diserang ulat jenis ini ditandai dengan daun yang berbekas
gigitan, pada tingkat terparah semua daun beserta batangnya akan dimakan habis.
Ulat ini sangat menyukai tanaman yang rimbun dan lembab, sehingga perlu dilakukan penyiangan, dan perempelan tunas yang tepat waktu. Penyakit yang menyerang tanaman brokoli adalah, yaitu:
Penyakit akar bengkak Penyebab penyakit akar bengkak adalah cendawan Plasmodiaopora Brasicae
Wor. Infeksi cendawan ini menyebabkan terjadinya pembengkakan pada akar, yang mengkibatkan rusak dan membusuknya susunan jaringan akar sehingga tanaman tidak bisa menyerap unsur hara yang dibutuhkan.
Penyakit busuk lunak Penyakit busuk lunak disebabkan oleh mikroorganisme dari golongan bakteri,
yaitu bakteri
erwinia cartovora. Bagian tanaman yang diserang adalah batang
tanaman dan pangkal masa bunga. Bakteri ini, disamping menyerang tanaman dikebun juga dapat menyerang masa bunga pada saat penyimpanan. Penyakit ini menyerang pucuk tanaman baik yang sudah berbunga atau belum. Yang terjadi dilapangan, brokoli yang diserang busuk lunak ini adalah brokoli yang sudah berbunga, dimana setelah bunga brokoli dipanen tidak dapat dijual karena bagian dalam bunga sudah busuk dan biasanya berwarna hitam. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman brokoli yang terlihat dilapangan dikendalikan dengan menggunakan obat kimiawi, yaitu penyemprotan tanaman. Setelah melakukan penanaman kurang lebih 3 hari dilakukan penyemprotan tanaman dengan menggunakan obat fungisida Dithane M-45 dan insektisida Demolish. Takarannya adalah setiap 2 gr Dithane M-45 / liter air dan 2 ml Demolish / liter air. Dosis yang digunakan sesuai dengan anjuran daari berbagai literatur dan tidak pernah
ditambah, hanya saja jika serangannya bertambah kuantitas penyemprotan yang ditambah disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Dan apabila seandainya serangan tidak bisa juga dikendalikan maka disarankan untuk mengganti merek obat yang digunakan. Merek obat yang digunakan juga tidak harus sama dengan literatur asalkan manfaat dan fungsinya sama, karena bisa merek dagang bisa berganti kapan saja. Fungisida Dithane m-45 memiliki bahan aktif mankozeb, yang merupakan sub kelas dari pestisida karbamat yang disebut ditiokarbamat. Beberapa penyakit jamur yang dapat dikendalikan oleh Dithane M-45diantaranya adalah busuk daun, bercak daun, busuk buah, cacar daun , gugur daun, bercak ungu, mopog, karat daun, dan busuk batang. Abamectin
merupakan
insektisida,
akarsida
dan
juga
nematisida.
Salah satunya Demolish 18 EC yang digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Demolish 18 EC adalah insektisida racun kontak dan lambung berwarna coklat kehitaman, berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan untuk mengendalikan hama pada tanaman cabai, bawang merah, brokoli, kubis, padi, kentang dan kelapa sawit. 2.2.6. Panen Menurut Cahyono (2001), untuk tanaman brokoli umur panen bervariasi antara 50-60 hari setelah pindah tanam. Misalnya, brokoli 554 varietas Early Value dapat dipanen pada umur 50 hari seperti, brokoli 553 varietas Green King dapat dipanen pada umur 60 hst.
Brokoli yang dipanen dari lahan praktek sudah berumur 56 hari setelah pindah tanam. Berat bunga yang dipanen memiliki berat kurang lebih 300 gr per bunga, dengan diameter 5 cm. Jika dipanen yang sudah berukuran besar sulit untuk menjualnya serta terlalu cepat menguning. Umur panen disesuaikan dengan permintaan pasar, distributor meminta agar berat bunga yang dipanen tidak lebih dari 300 gr, karena berat ini yang paling ideal untuk dibeli menurut konsumen. Jika dipanen pada berat 300 gr, bunga brokoli juga lebih lambat mengalami penguningan. Bunga yang dipanen dengan berat 300 gr ini biasanya sudah memiliki diameter bunga 5 cm. Selain itu, bunga harus sehat, sempurna bentuknya, tidak busuk batang, dan tidak diserang ulat. Pemanenan brokoli tidak hanya satu kali, masih ada 3 kali panen lagi dari tunas yang tumbuh. Tunas inilah yang membedakan bunga kol dan brokoli. Menurut Cahyono (2001), waktu pemanenan akan mempengaruhi hasil panen yang dipetik, baik dari segi teknis maupun ekonomis, serta terhadap daya simpannya. Waktu yang baik untuk memanen kubis bunga dan brokoli adalah pagi dan sore hari saat cuaca yang cerah (tidak mendung atau hujan). Waktu panen yang dilakukan juga sesuai dengan yang disarankan, yaitu pagi atau sore hari dengan cuaca cerah. Jika dipanen diwaktu matahari sedang sangat terik, bunga brokoli akan layu dan kandungan gizinya menurun. Sedangkan pemanenan yang dilakukan saat cuaca tidak cerah maka getah bekas potongan tidak kering sehingga bunga mejadi mudah busuk.
4.2.7. Pasca panen Kegiatan pasca panen yang dilakukan pada brokoli yang dipanen masih dalam tahap awalnya saja, karena brokoli masih akan ditangani oleh pihak pembeli. Berikut ini adalah urutan kegiatan yang dilakukan jika menjual kepihak distributor, yaitu:
1. Pengumpulan Setelah dipotong dari batang pokok, brokoli dikumpulkan ditempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan brokoli yang tinggi kualitas dan kuantitas. 2. Pembersihan Brokoli yang sudah dikumpulkan dibersihkan dari daunnya dengan cara memotong daun tepat pada pangkal daun, bekas potongan harus rata dengan batang brokoli. Lalu batang brokoli dipotong dengan meninggalkan batang sepanjang 15 cm dari kepala bunga. Hal ini sesuai dengan keinginan pembeli, jika sewaktu-waktu pembeli meminta agar tangkai daun diikutkan sepanjang 5 cm dari batang maka akan diikutkan. 3. Penyortiran Brokoli yang masuk kriteria produk yang akan diterima pembeli (LM Java) seperti dikatakan sebelumnya, beratnya berkisar 300 gr saja. Memiliki bentuk yang sempurna, tidak cacat atau busuk. Brokoli yang terkena penyakit tidak boleh dimasukan dalam kategori layak, karena akan menular ke brokoli yang lain, yang dapat menurunkan mutu produk.
4. Pengemasan sekunder dalam container Brokoli yang sudah disortir dan masuk kategori layak disusun rapi dalam container berukuran panjang 80 cm dan lebar 50 cm. Sebelum itu, seluruh bagian dalam container terlebih dahulu dilapisi dengan kertas koran sampai semua bagiannya tertutupi sempurna. Lalu brokoli disusun di dalamnya membentuk 2 barisan, tujuannya agar brokoli tertata rapi sehingga resiko rusak karena gesekan menjadi berkurang. Setelah satu kontainer penuh, bagian atasnya ditutup lagi dengan kertas koran, brokoli dijual diantar ke LM Java. Satu container biasanya bisa terisi 20 kg 25 kg, tergantung volume bunga, untuk berat 300 gr bisa terisi sampai 25 kg.
Gambar 3. Brokoli yang siap untuk dijual 1.3. Pengaturan Jadwal Tanam Brokoli Salah satu manajemen produksi yang bisa diterapkan adalah pengaturan jadwal tanam. Pengaturan jadwal tanam adalah menanam sebuah komoditi pertanian dengan mengatur jadwal/waktu penanamannya, dimana dilakukan secara bertahap atau tidak sama waktu penanamannya untuk satuan lahan yang digunakan. Pengaturan jadwal tanam sama artinya dengan pengaturan panen. Dimana sayuran dipanen secara bertahap atau tidak dipanen secara serempak untuk satuan
lahan yang digunakan. Sistem ini paling bagus dilaksanakan jika pihak pengusahanya memiliki kerjasama dengan distributor sayuran kepasar modren seperti swalayan ataupun supermarket. Dan seandainya tidak untuk bermitra, maka pengusahanya akan menikmati semua tingkat harga, mulai dari yang paling tinggi sampai yang terendah, tergantung bagaimana cara menanggapi keadaan tersebut. Pengaturan jadwal tanam memiliki kelebihan dam kelemahan sendiri, dan untuk kelemahan yang biasanya merugikan, petani harus pandai dalam mengatasinya. Pola tanam monokultur dengan penanaman satu jenis tanaman saja memiliki pertumbuhan dan hasil yang lebih besar daripada pola tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya persainganantar tanaman dalam memperebutkan unsur hara maupun sinar matahari, akan tetapi pola tanam lainnya lebih efisien dalam penggunaan lahan karena jumlah populasi lebih banyak. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis dari setiap kegiatan budidaya sepanjang tahun. Daya tahan sayur yang sangat singkat membuat masyarakat tidak bisa selalu mengkonsumsi salah satu jenis sayuran disemua waktu yang mereka inginkan. Dengan penerapan pengaturan jadwal tanam, panen dari tanaman akan bisa diatur dan terus menerus sehingga sayur brokoli terus tersedia dipasaran. Disamping kelebihan, pasti ada kekurangan ataupun kelemahan dari suatu sistem, begitu juga pengaturan jadwal tanam. Dengan jarak tanam yang berbeda dari biasanya, yaitu dalam 1 m2 lahan hanya ada 5 tanaman tentu akan mengurangi populasi, dan terakhir mengurangi produksi. Tapi dengan cara ini, diharapkan
perkembangan hama dan penyakit karena kelembaban sekitar tanaman yang terlalu tinggi bisa di tekan dengan menyediaan ruang yang cukup. Memproduksi secara terus-menerus satu jenis tanam saja sepanjang tahun memiliki resiko yang tinggi, sebanding dengan peluang yang tinggi terhadap pertumbuhan tanaman yang optimal. Jika tanaman gagal, maka tidak ada peluang untuk mengurangi tingkat kerugian dari jenis tanaman lainnya. Sebab, tanaman yang dibudidayakan hanya brokoli saja, kecuali jika petani juga menanam dengan sistem tumpang sari. Oleh karena itu, petani harus benar-benar memelihara tanamannya dengan intensif agar gagal panen bisa dihindarkan. Siklus hama tidak akan bisa terputus jika sepanjang tahun tanaman yang dibudidayakan hanya brokoli, tanpa ada pergiliran dengan tanaman yang lain. Dalam hamparan lahan yang luas terdapat satu varietas tanaman dalam semua tingkatan umur dari semaian sampai tanaman siap panen.
Agroekosistem seperti ini
menyediakan makanan dalam jumlah yang cukup dan terus menerus bagi hama-hama tanaman, sehingga hama-hama dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik mencapai jumlah populasi yang merusak atau merugikan secara ekonomis. Tentu saja ini sangat mengkhawatirkan bagi keberhasilan tanaman, penyelesaiaannya petani harus memalukan pengamatan setiap saat terhadap perkembangan hama dan penyakitnya. Melakukan kegiatan pemeliharaan yang tepat waktu, sesuai dengan keadaan dilapangan. Dalam merepkan pengaturan jadwal tanam ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum berproduksi. Diantaranya menentukan jadwal tanama tanaman tahap ke-1 dan tahap ke-2 agar panen keduanya tepat waktu sesuai target. Pola tanam
yang digunakan juga perlu diperhatikan, agar pertumbuhan tanaman optimal dan hama penyakit bisa diatasi tanpa mengurangi produksinya. Selain itu, tujuan dari pengaturan jadwal tanam yaitu meningkatkan pendapatan harus dianalisa sebelum melakukan produksi. Apakah peningkatan pendapatan bisa dicapai, atau lebih menguntungkan tanpa harus diatur jadwal tanamny. Berikut ini adalah penjelasanya yang lebih detail tentang hal tersebut. 1.3.1. Penentuan waktu produksi Pengaturan jadwal tanam memiliki tujuan panen yang berkelanjutan dan jumlah yang sama sesuai dengan target produksi yang direncanakan sebelum melakukan budidaya. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan berapa jarak waktu yang paling baik antara penanaman pertama dengan kedua. Tabel 4. Jadwal produksi brokoli tahap 1 dan tahap 2 dengan pengaturan jadwal tanam Minggu Tahap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Jenis Kegiatan I II Sumber : Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan di lapangan Untuk menetahui apakah lebih baik dengan pengaturan jadwal tanam atau tidak diatur, maka perlu dibuat pembanding jadwal produksinya. Dibawah ini adalah jadwal tanam brokoli tanpa pengaturan jadwal tanam..
Tabel 5. Jadwal produksi brokoli tanpa pengaturan jadwal tanam Minggu Tahap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Jenis Kegiatan I II Keterangan : Persemaian Pengolahan lahan / persiapan lahan Penanaman Pemeliharaan Panen Dari Tabel 4. diatas, dapat dilihat bahwa pengaturan jadwal tanam memang harus mempertimbangkan banyak hal. Selisish waktu antara penanaman tahap 1 dan tahap 2 harus sesuai, agar panen tidak terlambat dan tetap berlanjut. Sedangkan dengan sistem konvensional yang tidak diatur, petani hanya akan menanam kembali setelah tanaman selesai dan habis dipanen. Melalui pengaturan jadwal tanam, petani bisa berproduksi sampai 3 kali priode pengaturan jadwal tanam (6 kali tanam) dalam 1 tahun. Sedangkan budidaya yang tidak diatur jadwal tanamnya hanya bisa berproduksi maksimal 4 kali tanam, lebih sedikit daripada yang diatur. Dengan keuntungan yang lebih banyak, lebih baik petani menerapkan pengaturan jadwal tanam. Keuntungan dari pengaturan jadwal tanam salah satunya petani bisa menerima pendapatan sepanjang tahun tahun, karena penjualan produk yang dipanen. Sementara dengan tidak mengatur jadwal tanam, petani hanya bisa panen sebanya 4 kali, karena umur panen brokoli adalah 3 bulan setelah tanam.
Masalah tanaman sayuran sama dengan komoditi pertanian yang lainnya yaitu masalah harga produk sangat dipengaruhi oleh pasar. Dalam satu tahun saja harganya bisa berubah sampai 10 kali, tergantung pada jumlah produk yang beredar dipasaran. Jika penaman dilakukan secara bertahap, maka resiko kerugian yang diterima petani tidak akan separah bila tidak dilakukan pengaturan. Karena produk yang dijual dalam jumlah sedikit, dibanding yang tidak diatur. 1.3.2. Pola pembagian lahan Sistem pembagian lahan pada pengaturan jadwal tanam ini berbeda dari yang biasanya, dimana produksi pada tahap pertama lebih tinggi dari tahap kedua. Kegiatan produksi ini tergantung pada permintaan, sehingga untuk mengoptimalkan produksi lahan lebih baik pola pembagian lahannya adalah seperti terlihat pada gambar 3 dibawah ini. Pada bulan Juni, distributor menerima produk brokoli paling banyak 3.000 kg, sedangkan pada bulan Juli 1.000 kg. Unit brokoli memutuskan hanya menggunakan lahan 800 m2 untuk sistem pengaturan jadwal tanam, sehingga produksi yang bisa dicapai hanya sebatas pada hasil lahan tersebut, karena ketentuan penggunaan lahan diatur oleh pihak BBPP bukan pribadi.
Tahap 1
Tahap 1
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 2
Tahap 2
Gambar 4. Pangaturan jadwal tanam yang diterapkan pada budidaya brokoli Dari gambar diatas, bedengan yang sama akan dilakukan 2 kali penanaman, dimana 2 baris bagian pinggir ditanam terlebih dahulu. Sedangkan 1 baris di bagian tengah bedengan yang sama ditanam satu bulan setalah penanaman pertama. Alasannya adalah untuk mengurangi populasi tanaman sehingga kelembaban yang tinggi disekitar tanaman dapat dihindari. Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan hama dan penyakit cepat berkembang. Selain itu, ketersediaan unsur hara antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain tidak akan terganggu satu sama lain, sehingg pertumbuhan brokoli lebih optimal dan hasil produksi lebih tinggi. Kekurangan dari pola yang diterapkan adalah tidak akan bisa memproduksi jumlah yang sama antara tahap ke-1 dan tahap ke-2. Jadi jika ingin produksi yang sama, pola pembagiannya adalah dengan membagi lahan sesuai target produks seperti yang biasa dilakukan oleh petani.
1.3.3. Peningkatan pendapatan Tujuan utama dari pengaturan jadwal tanam adalah untuk meningkatkan pendapatan pengusahanya. Peningkatan pendapatan dapat dicapai jika bisa dilakukan kerjasama dengan pihak lain seperti distributor sayuran untuk menjamin pasar dan harga jual produk. Untuk daerah Jawa Barat banyak terdapat distributor hasil pertanian yang bisa diajak kerjasama dimana harga dan pasar produk terjamin atau sering disebut dengan sistem kemitraan. Pengelola tanaman brokoli bermitra dengan LM Java dalam pemasaran hasilnya. LM Java adalah distributor sayuran besar yang berada di Lembang yang memiliki jangkauan pemasaran ke berbagai super market yang ada di Jakarta, Bandung, dan Bogor. Perusahaan ini akan melakukan penambahan nilai pada produk sebelum dipasarkan sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi. Ini sesuai dengan tujuan pemasaran perusahaan untuk kelas atas yang belanja di pasar modern. Bermitra berarti harus siap berproduksi secara berkelanjutan, dan harga serta kuantitas yang diproduksi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Keuntungannya, harga produk akan selalu berada diatas harga pasar sehingga pendapatan petaninya bisa menigkat. Harga brokoli jika dijual ke pihak distributor LM Java paling tinggi Rp 12.000 /kg, dan terendah Rp 6.000 /kg, tergantung bagaimana pengusahanya mampu melakukan negosiasi dengan pihak pembeli (LM Java) untuk mendapatkan harga yang tinggi jika sewaktu-waktu harga dipasar meningkat. Sedangkan rentang harga brokoli yang dijual ke pengumpul adalah 3.000/kg sampai Rp 10.000 / kg dan normalnya adalah Rp 6.000 /kg. Berarti keuntungan akan lebih tinggi jika dijual ke pihak LM Java, karena harga tetap tinggi walaupun dipasaran harganya turun.
Tujuan awal dari pengaturan jadwal tanam adalah peningkatan pendapatan, untuk melihat peningkatan tersebut perlu dibandingkan dengan pendapatan yang tanpa diatur jadwal tanamnya. Sebagi pembanding, penulis mengambil data dari literatur berupa buku tentang peluang usaha brokoli. Akan tetapi harga jual keduanya disamakan, agar terlihat apakah ada peningkatan atau tidak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini, yaitu:
Analisa usaha brokoli berdasarkan yang dilaksanakan dilapangan
a. Biaya penyusutan alat Dalam melakukan budidaya tanaman brokoli dibutuhkan alat dan bahan untuk melakukan berbagai kegiatan. Data pendukung dalam menghitung penyusutan alat dapat dilihat pada Lampiran 1. Pembelian Alat. Setiap alat memiliki umur ekonomis tersendiri, berikut ini adalah biaya penyusutan yang dikeluarkan dalam melakukan usaha budidaya brokoli : Tabel 6. Biaya penyusutan alat budidaya brokoli dengan luas lahan 640 m2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis alat Cangkul Garu Cutter Meteran Tugal Kored Knapsack 7. sprayer 8. Handsprayer Pelubang 9. mulsa Ember 20 10. ltrr Total biaya
Volume 2 1 2 1 1 2
Satuan Buah Buah Buah Buah Buah Buah
Harga/unit Biaya (-nilai Pnyusutan / thn (Rp) sisa) Rp (Rp) 75.000 142.500 47.500 80.000 76.000 25.333 1.000 1.900 1.900 40.000 38.000 7.600 5.000 4.750 2.375 20.000 38.000 19.000
1 1
Buah Buah
250.000 10.000
237.500 9.500
47.500 9.500
2
Buah
35.000
66.500
13.300
2
Buah
20.000
38.000
38.000 212.008
Sumber : Berdasarkan yang dilaksanakan di lapangan
-
Nilai sisa ditaksir 5% dari biaya pembelian
-
Depresiasi / tahun = nilai beli – nilai sisa umur ekonomis
-
Depresiasi / priode = depresiasi / Tahun x frekuensi pemakaian (hari) 360 ( hari)
b. Biaya bahan Tabel 7. Biaya bahan budidaya brokoli untuk lahan 640 m2
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Bahan Bibit brokoli Pupuk kandang Npk ponska Pupuk cair Bioagro Demolish Dithane m 45 Mulsa Bambu
Volum e 1.985 192 5
Satuan Biji Kg Kg
Biaya Harga /produksi(Rp 1 thn/3 /satuan ) priode (Rp) 250 496.261 1.488.784 500 96.000 288.000 9.000 45.000 135.000
1 1 1 640 5
Botol Botol Botol Meter Buah
75.000 95.000 95.000 800 10.000
75.000 95.000 95.000 512.000 50.000 1.464.261
225.000 285.000 285.000 1.536.000 150.000 4.392.784
Sumber : Berdasarkan yang dilaksanakan di lapangan Keterangan: - 1 priode adalah penaman tahap ke-1 dan tahap ke-2 (2 kali penanaman). - 1 tahun ada 3 priode (6 kali penanaman). Biaya bahan adalah biaya yang dikeluarkan dalam membeli bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi sejumlah barang. Untuk lahan seluas 640 m2 dengan populasi 3.200 tanaman dibutuhkan biaya sebesar Rp 6.694.800. Biaya ini dihitung berdasarkan pada kenyataan yang sudah dilakukan, dan rinciannya dapat dilihat dari rincian diatas: c. Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja merupakan biaya kedua yang paling penting, karena biaya ini menyangkut kegiatan operasional perusahaan. Semakin luas lahan produksi,
biasanya biaya yang dikeluarkan juga semakin tinggi. Rincian biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam budidaya brokoli dapat dilihat pada tabel di bawah ini, yaitu: Tabel 8. Biaya tenaga kerja budidaya brokoli untuk lahan 640 m2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kegiatan Persemaian Pengolahan lahan Pembuatan bedengan Pemberian pupuk Penutupan pupuk Pembuatan semat Pemasangan mulsa Pemasangan semat Pembuatan lubang 9. tanam 10. Penanaman 11. Penyulaman 12. Pemupukan susulan 13. Pemberian pupuk cair Penyiangan dan 14. penggemburan. 15. Perempelan tunas air Penyemprotan 16. tanaman 17. Panen Biaya total
Jumlah Frekuensi TK (hari) 2 1 1 1 3 1 2 1 2 1 2 1 4 1 4 1
Upah/hari Biaya/produksi (Rp) (Rp) 20.000 40.000 20.000 20.000 20.000 60.000 20.000 40.000 20.000 40.000 20.000 40.000 20.000 80.000 20.000 80.000
Biaya 1 tahun (Rp) 240.000 120.000 360.000 240.000 240.000 240.000 480.000 480.000
3 3 1 3 3
1 2 2 6 6
20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
60.000 120.000 40000 360.000 360.000
360.000 720.000 240.000 2.160.000 2.160.000
3 1
2 2
20.000 20.000
120.000 40.000
720.000 240.000
1 2
8 8
20.000 20.000
160.000 960.000 320.000 1.920.000 1.980.000 11.880.000
Sumber : Berdasarkan yang dilaksanakan di lapangan d. Biaya lain-lain Selain kelompok biaya dibawah ada juga biaya yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan opersional perusahaan. Biaya lain-lain yang dikeluarkan pada budidaya brokoli ini terdiri dari biaya air yang dipakai satu tahundan sewa lahan satu tahun.
Tabel 9. Biaya lain-lain budidaya brokoli untuk lahan 640 m2 No. Jenis kebutuhan 1. Air 2. Sewa lahan Biaya total
Biaya /bln (Rp)
Total biaya / thn (Rp) 60.000 720.000 40.000 480.000 1.200.000
Sumber : Berdasarkan yang dilaksanakan di lapangan Sewa lahan
= Luas lahan / ha x Sewa / tahun x Lama pemakaian / tahun = 800 m2 /10.000 m2 x Rp 6.000.000 / thn x 6/12 = Rp 40.000 / bulan
e. Rekapitulasi biaya Semua biaya yang dikeluarkan dihimpun dalam satu tabel untuk memudahkan menghitung dan melihat biaya mana yang paling banyak dan mana yang mungkin bisa diefisiensi. Tabel dibawah adalah rincian seluruh biaya yang dikeluarkan dalam produksi brokoli. Tabel 10. Rekapitulasi biaya selama 2 tahap penanaman dengan luas 640 m2 No. Jenis biaya Total (Rp) 1. Biaya tetap 212.008 2. Biaya variabel 4.392.783 3. Biaya tenaga kerja 11.880.000 4. Biaya lain-lain 1.200.000 17.684.792 Sumber : Berdasarkan yang dilaksanakan di lapangan f. Jumlah produksi Populasi brokoli dengan lahan seluas 640 m2 aktif (kecuali drainase dan lainlain) adalah 3.200 tanaman. Dari praktek yang sudah dilakukan dilapangan, produksi brokoli rata – rata beratnya per satu buah bunga adalah 300 gr (0,3kg) sudah harus dipanen, sesuai dengan permintaan pasar. Bunga brokoli bisa mencapai berat 700 gr atau 1 kg/bunga, tapi tidak laku lagi dipasaran karena kurang pas untuk ukuran
masakan keluarga.
Jika panen dilakukan 4 kali maka untuk 1 tanaman dapat
menghasilkan 1,2 kg bunga brokoli. Tabel 11. Jumlah produksi dari lahan 640 m2 Populasi Tingkat Produksi / No / tahap gagal 10% tanaman (Kg) 1 1.306 130 1.2 2 640 64 1.2
Produksi / priode (Kg) 1.410 691 2101.812245 Sumber : Berdasarkan yang dilaksanakan di lapangan
Produksi / 3 priode (Kg) 4.231 2.073 6305.436735
g. Pendapatan Pendapatan dari budidaya tanaman brokoli diperoleh dari hasil perkalian jumlah produksi dengan harga jual. Harga jual yang dipakai dalam perhitungan pendapatan ini adalah Rp 6.000/kg, untuk melihat apakah dengan harga terendah jika dijual ke LM Java pengusahanya akan memiliki keuntungan. Dibawah ini adalah rincian pendapatan yang diterima dari usaha budidaya tanaman brokoli : Table 12. Pendapatan selama 2 tahap produksi dengan luas lahan 640 m2 Jenis Penerimaan /3 No. produk Harga/kg Produksi (Kg) Penerimaan (Rp) priode (Rp) 1. Brokoli 1 6.000 1410.612245 8.463.673 25.391.020 2. Brokoli 2 6.000 691.2 4.147.200 12.441.600 12.610.873 37.832.620 Sumber : Berdasarkan yang dilaksanakan di lapangan Yang diharapkan dari pengaturan jadwal tanam adalah bisa panen sesuai jadwal dan terus-menerus secara berkala, sehingga kemitraan bisa berjalan, harga bisa melebihi Rp 6.000/kg. Jika harga produk tinggi serta tidak dipengaruhi pasar dan juga pasarnya terjamin, maka pendapatan petani juga akan meningkat sesuai dengan tujuan pengaturan jadwal tanam.
Analisa pembanding berdasarkan literatur
a. Rekapitulasi biaya Untuk mengetahui peningkatan yang terjadi dengan pengaturan jadwal tanam maka perlu ada pembanding. Oleh karena itu, dibawah ini adalah rekapitulasi biaya usaha budidaya tanaman brokoli yang menurut Sudarminto (2015) dengan asumsi luas lahan produksi sama dengan 640 m. Rincian biaya secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 13. Rekapitulasi biaya produksi brokoli berdasarkan literature No. 1. 2. 3. 4.
Jenis biaya Biaya penyusustan Biaya bahan Biaya tenaga kerja Biaya lain-lain
Total (Rp) 278.333 6.504.571 11.840.000 1.440.000 20.062.904
Sumber : Cahyono (2001) b. Produksi dan pendapatan Populasi dari lahan seluas 640 m efektip dengan jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 70 cm adalah 1.523. Dengan tingkat kegagalan 10% maka jumlah populasi produktif adalah 1.371. Dalam satu tahun, petani hanya bisa berproduksi maksimal 4 kali tanam, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini, yaitu: Tabel 14. Produksi tanaman brokoli dengan luas lahan 640 m berdasarkan literatur untuk satu tahun (4 kali tanam). Tanaman Produksi / Produksi total Harga/kg Pendapatan No Populasi produktif tanaman (Kg) (Kg) (Rp) /produksi(Rp) 1. 1.523 1.371 1.2 1.645 6.000 9.874.285 Sumber : Cahyono (2001)
Produksi /thn (Rp) 39.497.142
Berdasarkan data diatas, selanjutnya dapat dibandingkan dengan pendapatan yang diterima berdasarkan kegiatan dilapangan. Berdasarkan. pendapatan yang diterima untuk satu tahun dengan 3 priode pengaturan jadwal tanam (6 kali tanam) adalah sebesar Rp 37.832.620(Tabel 11). Menurut Cahyono (2001), dengan lahan yang sama pendapatan yang diterima Rp 39.497.142 (Tabel 14). Peningkatan pendapatan yang dicapai dengan menerapkan pengaturan jadwal tanam untuk 3 priode tanam adalah sebesar Rp 713.590. Peningkatan pendapatan dipengaruhi oleh beberapa hal. Diantaranya populasi dan biaya yang dikeluarkan. Peningkatan pendapatan dengan pengaturan jadwal tanam lebih tinggi disbanding dengan yang tidak diatur disebabkan karena biaya bahan yang lebih rendah.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) di IUT BBPP Lembang, Jawa Barat dapat diambil kesimpulan : 1. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Unit Usahatani adalah dibidang onfarm, mulai dari kegiatan pengadaan benih sampai pemasaran semua dilakukan oleh pengelola unit, dan biayanya diberikan oleh balai. Tanaman yang paling banyak dibudidayakan adalah brokoli, tomat cherry, kentang, caisim, edamame, jeruk primont dan cabai merah. Selain itu terdapat juga jambu kristal, jagung manis jepang, buncis prancis, sawi putih (caisim), pakcoy, jagung manis, dan kaktus yang dibudidayakan dalam jumlah sedikit. Pemasaran hasil tanaman brokoli, tomat cherry, edamame, jagung manis jepang, dan buncis prancis dilakukan melalui kemitraan dengan LM Java dan Amzing Farm. Sedangkan untuk tanaman lain hanya dijual ke pengumpul. 2. Pola penanaman yang diterapkan pada pengaturan jadwal tanam adalah dengan perbandingan lahan 2:1, dimana dalam satu bedengan dibuat 3 baris. Dua (2) baris bagian kiri dan kanan ditanam pada tahap pertama dan 1 baris ditengah ditanam pada tahap kedua. Pola penanaman tersebut tidak bisa diterapkan jika target produksi setiap tahap sama dan berkelanjutan. Jarak waktu yang digunakan dalam pengaturan jadwal tanam adalah 1 bulan, dan ini bisa diterapkan pada semua skala produksi. Dengan ketentuan, jika satu kali tanam harus 4 kali panen, dan panen dilakukan 1 kali seminggu. Satu bulan tanaman tahap 1 akan habis dipanen, tanaman tahap kedua sudah bisa dipanen lagi. Pengaturan jadwal tanam bisa meningkatkan pendapatan, namun untuk menjamin harga dan pasar sebaiknya diiringi dengan melakukan kerjasama / kemitraan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi . A, Narbuko.C. 2005. Metodilogi Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara. Arifin, Susilo Hadi. 2005. Sayuran Tampil Prima. Jakarta. Penebar Swadaya. Asril, zikra. 2009. Analisis Desain dan Indikator Kinerja Rantai Pasokan Brokoli (Brasica Olerasia) di Sentra Hortikultura Cipanas, Jawa Barat. Bogor. Skrips IPB. Cahyono, Bambang. 2001. Kubis Bunga dan Brokoli.Yogyakarta. Kansius. Gasper,A.V, AL-Janobi .A, Bacon. J.R, Fortun P, Atherton C, et all. 2005. Gluthatione S-Tranferase M1 Polymhopism And Metabolism Of Sulphorapen From Standar And High Glucosionalate Broccoli. AM J Clin Nutr, 82 :1283-91. Viewed 10 April 2015. Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah . Penebar swadaya. Jakarta. Muslim , A. 2009. Budidaya Kubis Bunga dan Perbanyakan Brokoli Secara Kultur Jaringan, Viewed 10 april 2015. (http://bloginvitro.blogspot,com/2009/12/ perbanyakan-brokoli-secarakultur.html). Pracaya. 1990. Kol alias Kubis. Jakarta. Penebar Swadaya. Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli.Yogyakarta. Kansisus Sudarminto. 2015. Peluang Usaha Tani Brokoli, Prospek, Khasiat, dan Panduan Budidaya.Yogyakarta. Pustaka Baru Press. Sukman, Yarnelis. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Tim Penulis PS. 2011. Agribisnis Tanaman Sayuran. Jakarta . Penebar Swadaya. Watson R & Victor R. 2009. Botanical Medicine In Clinical Practice. USE. CABI, p 278-279. Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. PT. Agromedia Pustaka . Jakarta.
Lampiran 1. Biaya Pembelian Alat
No
Jenis alat
Volume
Harga/unit (Rp)
Biaya (Rp)
Biaya (Rp)
Umur ekonomis (tahun)
Volume pemakaian (hari)
1
Cangkul
2
50000
100000
95000
3
8
2
Garu
1
45000
45000
42750
2
2
3
Pisau cutter
2
1000
2000
1900
0
10
4
Meteran
1
40000
40000
38000
5
1
5
Tugal
1
2000
2000
1900
2
8
6
Kored
2
20000
40000
38000
2
7
7
Knapsack sprayer
1
500000
500000
475000
5
8
8
Handsprayer
1
5000
5000
4750
2
6
9
Pelubang mulsa
2
35000
70000
66500
5
2
10
Ember 20 lt
2
15000
30000
28500
2
12
Sumber : Berdasarkan kegiatan dilapangan.
Lampiran 2. Analisa Usaha Brokoli Pada Lahan 640 m2 Menurut Cahyono (2001)
a. Biaya penyusutan
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Harga/satuan (Rp) 10.000 25.000 100.000 1.000 100.000 20.000 250000
Alat Handsprayer Kored Cangkul Cutter Meter Tugal Knapsackprayer
Biaya (Rp) 10.000 25.000 200.000 1.000 100.000 20.000 250.000
UE 0 3 3 5 3 3
Nilai sisa (Rp) 0 1.250 10.000 1.000 5.000 1.000 12.500
Biaya (Rp) 10.000 23.750 190.000 1.000 95.000 19.000 237.500
Sumber : Cahyono (2001) b. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Biaya bahan Bahan Benih brokoli Pupuk kandang Pupuk npk Insektisida prevaton Dithane Furadan Perekat
Volume 1.829 108 11 1 1 1 1
Sumber : Cahyono (2001)
Satuan Biji Karung Kg Botol Bks Bks Botol
Harga/satuan (Rp) 250 8.000 8.000 63.000 83.000 21.000 50.000
Biaya (Rp) 457.142 864.000 88.000 63.000 83.000 21.000 50.000 1.626.142
Biaya 1 th (Rp) 1.828.571 3.456.000 352.000 252.000 332.000 84.000 200.000 6.504.571
c.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Biaya tenaga kerja
Jenis kegiatan Pengolahan lahan dan pemupukan dasar Penanaman Pemupukan susulan Penyulaman Penyiangan Perempelan tunas air Penyemprotan Panen
Jumlah TK
Frekuensi (1 tahun)
5 3 2 2 4 2 1 1
4 4 12 4 12 8 16 4
Biaya/orang (Rp) 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
Biaya /produksi (Rp)
Biaya 1 thn (Rp)
400.000 240.000 480.000 160.000 960.000 320.000 320.000 80.000 2.960.000
1.600.000 960.000 1.920.000 640.000 3.840.000 1.280.000 1.280.000 320.000 11.840.000
Sumber : Cahyono (2001) d. Biaya lain-lain
No. 1. 2.
Jenis biaya Sewa lahan Air
Sumber : Cahyono (2001)
Volume 1 1
Satuan Tahun Tahun
Biaya (Rp) 60.000 60.000 120.000
Biaya /1 thn (Rp) 720.000 720.000 1.440.000
Lampiran 3. Matrix Kegiatan PKPM
No.
Aspek
Minggu ke1 2
1.
Pengenalan gambaran umum perusahaan
2.
Pengadaan input (produk barang)
3.
Proses produksi brokoli
4.
Pengadaan benih Persmaian Persiapan lahan Penanaman Pemeliharaan Panen dan pasca panen
5.
Pemasaran produk
6.
Pengajuan topik tugas akhir kepada pembimbing lapang dan dosen pembimbing
7.
Pengumpulan data tugas akhir
8.
Penyusunan tugas akhir
3
4
5
6
7
8
9
10
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan a. Persemaian -
Pengisisian trey
-
Pelubangan trey dan penanaman benih
-
Bibit berumur 4 hari
-
-
Bibit brokoli siap ditanam
b. Persiapan lahan -
Pemasangan mulsa
-
Pemasangan semat mulsa
-
Penandaan jarak tanam
-
Pelubangan mulsa
-
Pembuatan lubang tanam
- Pola tanam brokoli
c. Penanaman -
Penanaman brokoli
d. Pemeliharaan -
Penyulaman
-
Pemupukan susulan
-
Penyiangan dan pendangiran
-
Pengendalian hama dan penyakit
-
Perempelan tunas air
-
Perempelan tunas air
e. Panen -
Panen brokoli
f. Pasca panen -
Pembersihan brokoli
-
Pengemasan sekunder brokoli
g. Hama dan penyakit tanaman
- Tunggul brokoli habis panen
-
Ulat daun dan ulat grayak
-
Penyakit akar gada brokoli
-
Penyakit busuk lunak brokoli