ANALISIS INTENSITAS SERANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) PADA KELAPA SAWIT DI PTPN V SEI. GALUH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh : REDI APRIYALDI NBP. 1111311006
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH 2015
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya
bahwa segala pernyataan
dalam Tugas Akhir saya yang berjudul : ANALISIS INTENSITAS SERANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) PADA KELAPA SAWIT DI PTPN V SEI. GALUH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalambentuk apapun kepada perguruan tinggi lainnya. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentukdaftar pustaka dibagian akhir laporan tugas akhir ini.
Tanjung Pati, 17 Agustus 2015
REDI APRIYALDI NBP. 1111311006
ANALISIS INTENSITAS SERANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) PADA KELAPA SAWIT DI PTPN V SEI. GALUH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh :
REDI APRIYALDI NBP. 1111311006
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH 2015
Yang Utama dari segalanya………. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayangmu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya Tugas Akhir yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat beserta salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW. “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) dan hanya kepada Tuhan-mulah engkau berharap” (QS Asy-Syarh : 6-8) Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan ……kusayangi kedua orang tua tercinta, ayahanda buyung dan ibunda suharni Sebagai tanda bakti,hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhinggga kupersembahkan karya kecil ini kepada kedua orang tua yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ayahanda dan ibunda bahagia, karena kusadar selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk ibu dan ayah yang selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terima kasih ayah…. terima kasih ibu. To My girlfriend “Nadya Putri” Sebagai tanda cinta kasihku, aku mempersembahkan karya kecil ini buatmu. Terima kasih atas kasih saying, perhatian dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa depanku. Terima kasih sayang………
To My Best friend’s Buat sahabatku di kos LaBaDos (laki-laki banyak dosa) Cijock, Vikerxink, Sandi, Bang ndut, Ucok elek, Safri apuak tambuah, Akri…….. Terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran serta semangat yang telah kalian berikan selama kuliah, takkan akan aku melupakan semua yang telah kita lalui bersama para sahabat……. Untuk para sahabatku, masalah dan perselisihan tidak akan membuat pecah persahabatan kita, sampai kapanpun kalian tetap sahabatku dan bagian dari perjuangan ini……… Persahabatan ini akan tetap kuat sampai kapan pun, jangan karena sedikit perselisihan akan membuat kita bermusuhan….. Terima kasih para sahabat seperjuanganku……. Buat rekan-rekan seperjuangan Ps. Manajemen produksi pertanian angkatan 2011 Terima kasih atas bantuan kalian, semangat kalian, candaan kalian dalam ruangan kuliah, serta kebersamaan kita dalam perkuliahan. Akan sangat terasa saat perpisahan di depan mata, setelah proses wisuda kita tidak bisa memperkirakan kita bisa berkumpul bersama lagi……. Terima kasih angkatan Maperta 2011…. To Dosen Pembimbing Tugas Akhir Ibu Ir. Yulensri, M.Si dan Ibu Dra. Darnetti, Ak, M.Si selaku dosen pembimbing, terima kasih ibu….. sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari ibu….. Dan tak lupa kepada Ibu Arnayulis, SSi, M.Si dan Bapak Sentot Wahono, SP, M.Si yang telah memberikan memberikan pilihan terbaik atas kelulusan saya dalam sidan Komprehensip, mudah-mudahan atas keputusan dan bantuan bapak ibuk tidak salah, semoga ini menjadi awal kesuksesan di masa depan bagi saya. Terima kasih Bapak dan Ibu………. “(Jangan dulu mengatakan “tidak mampu” sebelum kita berusaha menjadikan diri kita mampu, seringkali kita mengatakan” tidak mungkin” padahal, hanya karena belum mengetahui caranya)” Wassalam : Redi Apriyaldi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Redi Apriyaldi
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, Tanggal lahir : Dharmasraya, 22 April 1993 Alamat
: Sungai Duo, Kec. Sitiung I, Kab. Dharmasraya
Agama
: Islam
No. Hp
: 0812 6610 1801
E-Mail
:
[email protected] /
[email protected]
Pendidikan Formal : SD N 05 Sungai Duo : Tahun 1999 s/d 2005 SMP N 1 Sitiung
: Tahun 2005 s/d 2008
SMK N 1 Koto Baru : Tahun 2008 s/d 2011 Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh : Tahun 2011 s/d 2015
Penulis diterima kuliah
pada program studi Manajemen Produksi
Pertanian dengan jurusan Budidaya Tanaman Pangan di Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh. Selama kuliah penulis menetap di Komplek perumahan SMA N 1 Harau, Tanjung pati, Kabupaten 50 Kota.
RINGKASAN REDI APRIYALDI. Analisis Intensitas Serangan Hama Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) pada Kelapa Sawit di PTPN V Sei Galuh Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Dibimbing oleh Ir. Yulensri. M,Si dan Dra. Darnetti, Ak. M,Si Kelapa sawit (Elaesis Guineensis Jacq) adalah salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peranan sebagai sumber penghasilan devisa Negara, selain tanaman perkebunan seperti kopi, karet, kakao dan lainnya. Tanaman kelapa sawit didatangkan dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada tahun 1848 ditanam di kebun raya Bogor, selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara V merupakan salah perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan pengolahan kelapa sawit. Luas areal PT. Perkebunan Nusantara V sebanyak 2.660 ha di daerah Sei Galuh dan mempunyai satu pabrik pengolahan. Pada perkebunan kelapa sawit hama utama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit adalah hama kumbang tanduk (O.rhinoceros). Hama kumbang tanduk Oryctes rhinoceros merupakan hama utama pada perkebunan kelapa sawit dan menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam di lapangan sampai berumur 2,5 tahun. Pada PTPN V Sei Galuh serangan hama kumbang tanduk terjadi pada areal TBM 2 dan TBM 3, sehingga perlu dilakukan pengendalian yang intensif. Pengendalian hama yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman itu sendiri. Penelitian ini dilakukan selama 1,5 bulan di PTPN V Sei Galuh Kab. Kampar Provinsi Riau, di mulai dari tanggal 19 Maret 2015 sampai 05 Mei 2015. Data yang diamati adalah data primer yaitu data intensitas serangan hama kumbang tanduk secara langsung di lapangan dengan jumlah sampel 7 blok yang dilakukan mulai bulan Desember 2014 sampai April 2015, dan data sekunder yang didapatkan melalui studi literatur pustaka dan artikel-artikel. Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan analisa deskriptif dan korelasi menggunakan program SPSS 20 untuk melihat hubungan antara tingkat serangan hama dengan umur tanaman. Umur tanaman kelapa sawit memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat serangan hama kumbang tanduk dengan hasil analisis korelasi antara tingkat serangan mempunyai hubungan yang terbalik dengan umur tanaman dimana semakin tinggi umur tanaman kelapa sawit maka tingkat serangan hama kumbang tanduk semakin rendah. Intensitas serangan pada areal TBM 2 (0,449%) lebih tinggi dengan teknik pengendalian secara kimiawi dan mekanis dibandingkan dengan intensitas serangan pada areal TBM 3 (0,296%) yang lebih rendah dibanding pada TBM 2 dengan teknik pengendalian secara kimiawi. Kata kunci: Kumbang Tanduk, Intensitas serangan, Pengendalian
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Laporan ini ditulis berdasarkan hasil penelitian pada kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa dengan berjudul “Analisis Intensitas Serangan hama Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros) pada Kelapa Sawit di PTPN V Sei Galuh Kabupaten Kampar Provinsi Riau”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Suharni dan Buyung selaku orang tua yang telah memberi semangat dan dukungan moril maupun material kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ir. Yulensri, M.Si dan Dra. Darnetti, AK. M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. 2. Alfikri S.Pt, M.Si selaku ketua program studi Manajemen Produksi Pertanian Politenik Pertanian Negeri Payakumbuh. 3. Ir. Setya Dharma M.Si selaku kepala jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 4. Ir. Gusmalini M.Si selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini dimasa mendatang.
Tanjung Pati, 05 Agustus 2015
Redi Apriyaldi
ii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ..........................................................................................
i
KATA PENGANTAR .............................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL....................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang ........................................................................... Perumusan Masalah ................................................................... Tujuan Penelitian ....................................................................... Manfaat Penelitian .....................................................................
1 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
6
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6
Sistematika Kelapa Sawit .......................................................... Morfologi Kelapa Sawit .............................................................. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ..................................................... Sistematika Hama Kumbang Tanduk ......................................... Fase-Fase Perkembangan Kumbang Tanduk .............................. Pengendalian Kumbang Tanduk pada Kelapa Sawit .................. a. Pengendalian Biologi............................................................... b. Pengendalian Kimia ................................................................ c. Perangkap Feromon .................................................................
6 8 10 12 14 16 16 17 17
III. METODOLOGI PENELITIAN .....................................................
19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 3.2 Cara Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 3.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ................................................. 3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 3.5 Teknik Analisis Data dan Metode Pengujian ...............................
19 19 19 20 20
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................
25
4.1 Keadaan Umun Perusahaan ........................................................ 4.1.1 Sejarah Perusahaan ............................................................. 4.1.2 Letak Geografis Perusahaan ...............................................
25 25 29
iii
4.1.3 Visi-Misi Perusahaan ......................................................... 4.1.4 Susunan Organisasi Perusahaan ......................................... 4.1.5 Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan ...............................
29 30 36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
37
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6
Analisis Tingkat Serangan Hama Kumbang Tanduk .................. Menentukan Tingkat Serangan Kumbang Tanduk pada TBM ... Analisis Hubungan Tingkat Serangan hama dan Umur tanaman Pengaruh Hama Kumbang Tanduk Terhadap Pertumbuhan....... Rotasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk ........................... Pengendalian Hama Kumbang Tanduk TBM 2 dan TBM 3 ...... 5.6.1 Secara Mekanis .................................................................. 5.6.2 Secara Kimiawi ..................................................................
37 39 43 47 49 51 51 55
VI. KESIMPULAN ................................................................................ 6.1 Kesimpulan ................................................................................. 6.2 Saran ...........................................................................................
59 59 59
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
60
LAMPIRAN .............................................................................................
62
iv
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1.
Kesesuaian Iklim dan Tanah untuk Tanaman kelapa Sawit ............
11
2.
Data Tingkat Serangan Hama Kumbang Tanduk pada Areal TBM 3
37
3.
Data Tingkat Serangan Hama Kumbang Tanduk pada Areal TBM 2
37
4.
Perbandingan Tingkat Serangan Hama antara TBM 2 dan TBM 3.
40
5.
Hasil analisis korelasi antara tingkat serangan hama kumbang tanduk dan umur tanaman kelapa sawit.......................................................
43
v
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1.
Sampel pada areal TBM afdeling 02 .................................................
22
2.
Struktur Organisasi dari Tingkat Pimpinan (Kantor Pusat) ...............
30
3.
Grafik Tingkatan Serangan Hama antara TBM 2 dan TBM 3 ..........
41
4.
Hubungan antara Tingkat Serangan Hama Kumbang Tanduk dengan Umur Tanaman Kelapa Sawit ...............................................
44
5.
Pengendalian hama kumbang (O.rhinoceros) dengan cara kimiawi .
62
6.
Larva, pupa, imago dan kumbang tanduk dewasa (O.rhinoceros) ...
62
7.
Handpicking dengan kawat berkait dan serangan kumbang tanduk pada pupus tanaman kelapa sawit (TBM 2) ......................................
62
Siklus Hidup Kumbang Tanduk dan Perbedaan Kumbang Tanduk Jantan dan Betina ...............................................................................
63
Insektisida yang di Gunakan dalam Penyemprotan Hama Kumbang Tanduk (Santrino 100 EC dan Marshal 200 EC) ...............................
63
8.
9.
vi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1.
Dokumentasi pelaksanaan penelitian.................................................
62
2.
Peta Areal Afdeling II Kebun Sei Galuh ...........................................
64
i
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kelapa sawit (Elaesis Guineensis Jacq) adalah salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peranan sebagai sumber penghasilan devisa negara, selain tanaman perkebunan seperti kopi, karet, kakao dan lainnya. Tanaman kelapa sawit didatangkan dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada tahun 1848 ditanam di kebun raya Bogor, selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara. Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis oleh Adrian Hallet seorang Belgia yang telah banyak mempelajari tentang kelapa sawit. Kelapa sawit termasuk famili palmae dan tergolong dalam kelas Monocotiledonae dapat tumbuh subur di daerah tropis dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak, yang berasal dari daging buah yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) sedangkan yang berasal dari inti sawit dikenal dengan Palm Kernel Oil (PKO) atau sering disebut kernel (Rizsa, 1994). Kebutuhan akan kelapa sawit yang terus meningkat menyebabkan pelaku usaha perkebunan kelapa sawit terus mengembangkan perkebunan dan pabriknya. Pada saat ini Provinsi Riau terus mengembangkan perkebunan kelapa sawit di hampir seluruh wilayahnya. Perkebunan kelapa sawit banyak terdapat di provinsi Riau baik itu perkebunan yang dikelola oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta, dengan pengembangan tersebut berdampak kepada meningkatnya produksi kelapa sawit,
1
yang mana secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan daerah dan peluang lapangan kerja di provinsi itu sendiri. Produksi kelapa sawit di pulau Sumatera rata – rata tiap tahunnya 16.191.271 ton. Produksi ini berasal dari perkebunan kelapa sawit di beberapa daerah di Sumatera salah satunya adalah provinsi Riau, merupakan daerah yang juga potensial untuk pengembangan kelapa sawit. Ini dapat dilihat dari adanya daerah sentral penghasil kelapa sawit di Provinsi Riau. Salah satu sentra produksi kelapa sawit di Provinsi Riau berada di daerah Sei Galuh Kabupaten Kampar (Direktorat jendral perkebunan, 2014). PT. Perkebunan Nusantara V merupakan salah perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan pengolahan kelapa sawit. Luas areal PT. Perkebunan Nusantara V sebanyak 2.660 Ha di daerah Sei Galuh dan mempunyai satu pabrik pengolahan. Berbagai macam kegiatan budidaya, mulai dari pemeliharaan sampai kegiatan pemanenan dilakukan setiap hari, yang bertujuan agar tanaman yang dibudidayakan dapat menghasilkan TBS (Tandan Buah Segar) yang berkualitas sehingga diharapkan dapat mencapai dan mempertahankan produktivitas tinggi sehingga pendapatan akan meningkat. Peningkatan pendapatan dan produktifitas dapat diperoleh apabila semua kegiatan budidaya telah berjalan sesuai prosedur dan tanaman telah tumbuh di lingkungan yang baik. Lingkungan yang baik dan yang kondusif untuk tanaman kelapa sawit ini, tidak bisa tercipta dengan sendirinya, karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit tersebut, salah satunya adalah hama kumbang tanduk yang menyerang pokok/pohon tanaman tersebut. 2
Hama kumbang tanduk Oryctes rhinocerus merupakan hama utama pada perkebunan kelapa sawit dan menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam di lapangan sampai berumur 2,5 tahun. Kumbang ini jarang sekali dijumpai menyerang kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM). Namun demikian, dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan kosong kelapa sawit (TKS) yang lebih dari satu lapis, maka masalah hama ini juga dijumpai pada areal TM. Pada areal replanting kelapa sawit, serangan kumbang dapat mengakibatkan tertundanya masa berproduksi sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai 25% (Hartanto, 2006). Tanaman kelapa sawit mati akibat terserang penyakit busuk pucuk (Spear rot) pada kelapa sawit muda, disebabkan oleh Bakteri Erwinia SP. Akibat serangan bakteri ini kuncup di tengah membusuk sehingga muda dicabut dan berbau busuk, penyakit ini yang merupakan serangan sekunder setelah hama kumbang menyerang titik tumbuh. Serangan hama O.rhinoceros dapat menurunkan produksi tandan buah segar sampai 69% pada tahun pertama dan juga mematikan tanaman muda
hingga 20%
dari luas lahan yang ada di PTPN V Sei Galuh, akibatnya penyisipan tanaman kelapa sawit harus dilakukan berulang kali, pada PTPN V Sei Galuh serangan hama kumbang tanduk terjadi pada areal TBM 2 dan TBM 3, sehingga perlu dilakukan pengendalian yang intensif. Menurut PPKS (2007) pengendalian hama yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman itu sendiri. Pada umumnya pengendalian ini dilakukan dengan pengutipan larva dan aplikasi insektisida yang baik di lapangan. Pada PTPN V Sei Galuh pengendalian serangan hama kumbang tanduk dilakukan pada TBM 2 dan TBM 3, pengendalian yang dilakukan antara TBM 2 dan 3
TBM 3 juga berbeda. Pengendalian yang dilakukan di PTPN V Sei galuh pada TBM 2 dengan cara kimiawi (menyemprotkan insektisida cair dengan bahan aktif Sipermetrin dan karbosulfat) dan mekanis (pengutipan larva dan handpicking), sedangkan pada TBM 3 pengendalian hanya dilakukan dengan cara kimiawi. Dengan demikian untuk melihat berapa besar intensitas serangan hama kumbang tanduk di PTPN V Sei Galuh Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang kemudian akan dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah (tugas akhir) yang berjudul “ANALISIS INTENSITAS SERANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) PADA KELAPA SAWIT DI PTPN V SEI. GALUH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan antara tingkat serangan hama kumbang tanduk dengan umur tanaman kelapa sawit pada afdeling 02 di PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh. 2. Bagaimana teknik pengendalian hama kumbang tanduk berdasarkan intensitas serangan yang dilakukan pada afdeling 02 di PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh.
4
1.3 Tujuan Tujuan dalam pelaksanaan analisis pengendalian hama kumbang tanduk ini adalah: 1. Menganalisis hubungan antara tingkat serangan hama kumbang tanduk dengan umur tanaman kelapa sawit pada afdeling 02 di PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh. 2. Mengetahui teknik pengendalian hama kumbang tanduk berdasarkan intensitas serangan yang dilakukan pada afdeling 02 di PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh. 1.4 Manfaat 1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengendalian kumbang tanduk. 2. Menambah pengalaman dan keterampilan dalam bidang Perkebunan. 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan pengendalian hama kumbang tanduk.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika Kelapa Sawit Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat ratus tahun yang lalu (abad ke-16) dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena pada masa lampau ilmu taksonomi maupun ilmuilmu yang berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang dan peralatan yang tersedia masih sederhana (Mangunsoekarjo dan Semangun, 2005). Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2008) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi
: Embryophyta Siphonagama
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Subkelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Palmales
Famili
: Arecaceae
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata
6
Guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Joaquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Mangunsoekarjo dan Semangun, 2005). Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang /tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan : a. Dura Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 - 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu 35 – 50 % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak sedikit. b. Pisifera Adapun ciri-ciri varietas ini adalah : ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. c. Tenera Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal yaitu dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan pisifera bercangkang tipis maka akan menghasilkan varietas baru yaitu tenera. Tenera memiliki ciri-ciri yaitu cangkang sedang dan daging yang tidak terlalu tebal.
7
Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa sawit yaitu : a. Nigrescens yaitu buah muda bewarna ungu kehitam–hitaman dan buah masak berwarna jingga kehitam–hitaman. b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange. c. Albescens yaitu buah muda warna keputih–putihan dan buah masak kekuningkuningan dan ujungnya ungu kehitaman (Fauzi, Yustina, Iman dan Rudi, 2008). 2.2 Morfologi Kelapa Sawit Menurut Pahan (2008) tanaman kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian pohon sampai 20 meter. Tanaman ini berumah satu atau monoecious yang artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bagian dari tanaman yang perlu diketahui adalah akar, batang, daun, bunga dan buah. a. Akar (radix) Akar tanaman kelapa sawit merupakan akar serabut yang berfungsi untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah dan respirasi tanaman, selain itu akar juga berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter bila tanaman telah berumur > 18 tahun. Tanaman kelapa sawit memiliki perakaran yang cukup kuat karena tumbuh kearah samping dan kearah bawah membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah (ke dalam) tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tersier dan akar kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air
8
tanah bahkan akar tersier dan kuarter menuju lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung unsur hara. b. Batang (caulis) Batang kelapa sawit berbentuk silindris dan mempunyai diameter 45-60 cm pada tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar (gemuk), disebut bonggol batang. Tanaman yang masih muda,batang belum terlihat secara jelas karena masih tertutupi oleh pelepah daun. Pertumbuhan tinggi batang tanaman terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai, maka pertambahan tinggi batang tanaman dapat mencapai 100 cm/tahun. Pertambahan tinggi batang tanaman tergantung pada jenis tanaman, kesuburan tanah dan juga iklim. c. Daun (folium) Daun kelapa sawit membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 3,5-4 meter dengan jumlah anakan daun pada setiap pelepah berkisar antara 250400 helai. Setiap tahun tanaman kelapa sawit akan menghasilkandaun 20-30 pelepah dan selanjutnya berkurang menjadi 18-25 pelepah dengan makin tuanya tanaman. Daun kelapa sawit terdiri dari rachis (pelepah daun), pinnae (anak daun) dan spines (lidi). Panjang pelepah daun bervariasi tergantung varietas dan tipenya serta kondisi lingkungan. d. Bunga (Flos) Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan 9
penyerbukan bersilang (cross pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantara angin dan serangga penyerbuk. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina, setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, dapat dibedakan bunga jantan dan bunga betina yaitu dengan melihat bentuknya.Tandan bunga betina juga dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15-30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan setiap spikelet memiliki 15-20 bunga betina.Bunga jantan terdiri dari 6 helai benang sari dan 6 perhiasan bunga. e. Buah (Fructus) Secara botani buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600 buah yaitu berbentuk lonjong sampai membulat.Panjang buah 2-5 cm, beratnya 15-30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp). Exocarp dan mesocarp disebut pericarp. Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. 2.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit memerlukan persyaratan tertentu untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal antara lain tinggi tempat dari permukaan laut, keadaan tanah, topografi dan iklim (Pahan, 2008).
10
Menurut Risza (2010), syarat tumbuh kelapa sawit dengan kondisi iklim dan tanah dikelompokkan menjadi tiga kriteria yaitu sangat baik, baik dan kurang baik yang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kesesuaian iklim dan tanah untuk tanaman kelapa sawit. No 1
2
Jenis kesesuaian Iklim Curah hujan (mm) Defisit air (mm/thn) Temperatur (C0) Penyinaran (jam) Kelembaban (%) Tanah Tinggi (m) Topografi
Sangat baik (I)
Kurang baik (III)
2.000 – 2.500
1.800 – 2.000
1.500 – 1.800
0 - 150
150 – 200
250 – 400
22 – 33
22 – 33
22 – 33
5
5
>5
80
50 – 80
<50
0 – 300 Datar – Ombak
300 - 400 Datar – Gelombang 16 – 25 50 -75 60 – 80 Liat berpasir – liat berat Dalam Perkembangan sedang
400 – 500 Berbukit
3,2 – 4,0 60 – 150
<3,2 >150
Lereng (%) Solum (cm) Dalam air (cm) Tekstur
0 – 15 >75 >80 Lempung – liat
Batuan Struktur
Sangat dalam Perkembangan kuat gembur – teguh 4,0 – 6,0 0 – 60
Keasaman (pH) Tebal gambut (cm)
Baik (II)
25 – 36 37,5 – 50 50 – 60 Pasir lempung Dangkal Perkembangan lemah
11
2.4 Sistematika Hama Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Manurut Zaini (1991) Klasifkasi hama Oryctes rhinoceros ini adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Coleoptera
Family
: Scarabaeidae
Genus
: Oryctes
Species
: Oryctes rhinoceros L.
Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan hama yang utama menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan kelapa sawit.
O.rhinoceros
menggerek
pucuk
kelapa
sawit
yang
mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan tanaman (Susanto dan Utomo, 2005). Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-bulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda di areal peremajaan (Purba, 2005).
12
Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling atas. Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O.rhinoceros (Purba, dkk. 2008). Serangan hama O.rhinoceros dapat menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 % (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009). O.rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa. Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Tanaman tertentu lebih sering diserang. Tanaman yang sama dapat diserang oleh satu atau lebih kumbang sedangkan tanaman di dekatnya mungkin tidak diserang. Kumbang dewasa terbang ke pucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat, kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang menggerek ke dalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka.
13
2.5 Fase-Fase Perkembangan Kumbang Tanduk 1. Telur Purba (2005), mengemukakan bahwa telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir. 2. Larva Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva dewasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan ( Setyamidjadja, 2006). 3. Pupa Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1 bulan, merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa. Fase II : Lamanya 3 minggu, merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon (Setyamidjadja, 2006).
14
4. Imago Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas di belakang kepala. Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa, kemudian menyusup kedalam pucuk dan membuat lubang hingga menembus pangkal pelepah daun muda sampai di tengah pucuk dan tinggal pada lubang ini selama 5-10 hari. Bila sore hari, kumbang dewasa mencari pasangan dan kemudian kawin (Setyamidjadja, 2006). 5. Ekologi Semua makhluk hidup dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor luar maupun dari dalam: Iklim, musuh alami, makanan dan kegiatan manusia merupakan faktor luar yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan serangga hama. Lingkungan yang cocok bagi suatu serangga untuk hidup dan berkembang biak meliputi beberapa komponen antara lain makanan, iklim, organisme dari spesies yang sama maupun yang berbeda tempat dimana ia hidup ( Untung, 1996). Perkembangan larva ini dipengaruhi oleh iklim dan keadaan gizi makanan. Pengaruh faktor-faktor ini ialah pada ukuran larva dan waktu yang diperlukan untuk mematangkan larva. Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perkembangan larva kumbang ini ialah suhu, kelembaban, serta intensitas cahaya. Larva tertarik pada amonia dan aseton, tetapi menghindari asam asetat. 15
Pengendalian kumbang tanduk secara konvensional dilakukan dengan cara pengutipan dan menggunakan insektisida kimiawi. Namun, cara tersebut dinilai tidak efektif dan menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Selain menggunakan pengetahuan dan perilakunya, pengendalian ini juga dapat didukung dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya, Santalus parallelus dan Platymerys laevicollis merupakan predator telur dan larva O.rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp. merupakan predator larva, beberapa jenis nematoda dan cendawan juga menjadi musuh alami kumbang kelapa. Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan feromon yang dapat digunakan sebagai insektisida alami untuk mengendalikan kumbang tanduk dengan efektif, ramah lingkungan, dan lebih murah dibandingkan dengan pengendalian secara konvensional (Djoehana, 2012).
2.6 Pengendalian Kumbang Tanduk pada Kelapa Sawit a. Pengendalian Biologi Pengendalian kumbang tanduk O.rhinoceros secara biologi menggunakan beberapa agensia hayati diantaranya jamur Metarhizium anisopliae dan Baculovirus oryctes. Jamur M. anisopliae merupakan jamur parasit yang telah lama digunakan untuk mengendalikan hama O.rhinoceros. Jamur ini efektif menyebabkan kematian pada stadia larva dengan gejala mumifikasi yang tampak 2-4 minggu setelah aplikasi. Jamur diaplikasikan dengan menaburkan 20 g/m2 (dalam medium jagung) pada tumpukan tandan kosong kelapa sawit dan 1 kg/batang kelapa sawit yang telah ditumbang. Baculovirus oryctes juga efektif mengendalikan larva maupun kumbang O.rhinoceros.
16
b. Pengendalian Kimia
Pengendalian menggunakan insektisida kimia masih banyak dilakukan. Insektisida kimia yang dahulu efektif di lapangan adalah organoklorin. Karena toksisisitas organoklorin yang tinggi, maka insektisida tersebut diganti dengan karbofuran yang penggunaannya pada interval 4-6 minggu untuk mengendalikan kumbang dewasa. Pasaribu dan Dechenon (2005) mencatat beberapa jenis insektisida yang digunakan untuk mengendalikan kumbang di pembibitan maupun stadia TBM kelapa sawit. Insektisida tersebut adalah lambda sihalothrin, sipermetrin, venvalerate, monocrotophos dan chorphyrifos yang secara signifikan mengurangi kerusakan O.rhinoceros setelah 11 minggu. Insektisida kimia yang paling efektif untuk mengurangi kerusakan adalah lambda sihalothrin.
c. Perangkap Feromon
Upaya terkini dalam mengendalikan kumbang tanduk adalah penggunaan perangkap feromon. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) saat ini telah berhasil mensintesa feromon agregat untuk menarik kumbang jantan maupun betina. Feromon agregat iniberguna sebagai alat kendali populasi hama dan sebagai perangkap massal. Rekomendasi untuk perangkap massal adalah meletakkan satu perangkap untuk 2 hektar (Mangunsoekarjo, 2003). Pada harga komersial Rp. 60.000,- per sachet, penggunaan feromon lebih menghemat dibanding dengan karbofuran dan manual
17
sekitar Rp. 117.200,-/ha/tahun. Pada populasi kumbang yang tinggi, aplikasi feromon diterapkan satu perangkap untuk satu hektar. Pemerangkapan kumbang O.rhinoceros dengan menggunakan ferotrap terdiri atas satu kantong feromon sintetik (Etil-4 metil oktanoate) yang digantungkan dalam ember plastik kapasitas 12 l. Tutup ember plastik diletakkan terbalik dan dilubangi 5 buah dengan diameter 55 mm. Pada dasar ember plastik dibuat 5 lubang dengan diameter 2 mm untuk pembuangan air hujan. Ferotrap tersebut kemudian digantungkan pada tiang kayu setinggi 4 m dan dipasang di dalam areal kelapa sawit. Selain ember plastik dapat juga digunakan perangkap PVC diameter 10 cm, panjang 2 m. Satu kantong feromon sintetik dapat digunakan selama 2-3 bulan. Setiap dua minggu dilakukan pengumpulan kumbang yang terperangkap dan dibunuh.
18
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di perkebunan PTPN V Sei Galuh Kab. Kampar Provinsi Riau. Kegiatan ini dimulai dari 19 Maret 2015 sampai dengan 05 Mei 2015. 3.2 Cara Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti kegiatan magang mahasiswa selama 1,5 bulan di PTPN V Sei Galuh Kab. Kampar Provinsi Riau. Selama kegiatan magang, mahasiswa mengumpulkan data-data perusahaan, baik data primer maupun dan sekunder. 3.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya adalah dengan mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di PTPN V Sei Galuh Kab. Siak Provinsi Riau sesuai dengan arahan dan perintah dari pembimbing lapang serta melakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk proses penelitian. Setelah melakukan pengumpulan data dari tempat magang, selanjutnya melakukan pengumpulan data dari beberapa literatur yang ada untuk membandingkan pelaksanaan yang ada dengan literatur.
19
3.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang diperlukan terhadap penelitian ini adalah: a.
Studi lapangan Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan langsung di
PTPN V Sei Galuh Kab. Kampar Provinsi Riau, baik melalui observasi maupun wawancara langsung kepada karyawan yang bersangkutan. b.
Studi Literatur Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang bersumber
dari literatur – literatur, bahan kuliah dan hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya dengan objek penelitian sehingga penulis mendapatkan pengetahuan tambahan terhadap masalah yang dibahas. c.
Dokumentasi Selama melaksanakan penelitian di lapangan mahasiswa menggunakan foto
atau gambar untuk memperkuat isi laporan yang akan disusun. 3.5 1.
Teknik Analisis Data dan Metode Pengujian Metode Deskriptif Metode deskriptif berfungsi untuk memberikan gambaran terhadap obyek yang
diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2008). Penyajian data menggunakan tabel dan grafik yang didapatkan melalaui hasil penelitian.
20
2. Metode analisis korelasi Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalm bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi (Sugiyono, 2008). Koefision korelasi terbesar = 1 dan koefision korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan terkecil adalah 0. Jika koefisien korelasi (r) positif (r > 0) berarti hubungan positif atau searah. Artinya terjadi kenaikan pada rank x, maka akan diikuti kenaikan variabel y, atau jika terjadi penurunan variabel x maka akan diikuti dengan penurunan variabel y. koefisien korelasi (r) negatif (r < 0) berarti apabila terjadi kenaikan pada variabel x maka akan diikuti penurunan variabel y atau apabila penurunan pada variabel x maka akan diikuti dengan kenaikan variabel y. Dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara umur tanaman dengan tingkat serangan hama kumbang tanduk. Variabel dalam penelitian ini yaitu: X= Tingkat serangan hama kumbang tanduk Y= Umur Tanaman 3. Menghitung intensitas serangan hama kumbang tanduk persentase serangan hama kumbang tanduk yang menyerang dalam satu blok dapat dicari dengan menggunakan rumus.
Dimana:
Rumus: Jumlah X x 100% = …% Jumlah Y Jumlah X = adalah jumlah pokok yang terserang O.rhinoceros Jumlah Y = adalah jumlah seluruh pokok sampel dalam 1 blok (ha)
21
Menghitung tingkat serangan hama O.rhinoceros ditentukan untuk satu blok di ambil 5 jalur sampel seperti pada gambar di bawah ini: Panjang 1000 m2
Luas: 40 ha
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X XLebar 400m2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
24 pokok S1
S2
S3
S4
S5
Gambar 1 : Sampel pada areal TBM afdeling 02 Keterangan: X= adalah pokok sampel kelapa sawit (TBM) S = adalah urutan jalur sampel terdapat 5 jalur sampel 24 pokok
= adalah jarak jalur sampel 1 dan sampel selanjutnya
Pengambilan sampel ini dilakukan untuk mengetahui berapa tingkat serangan hama pada satu blok. Terlihat pada gambar di atas untuk mencari berapa persen serangan hama pada satu blok TBM dengan cara pengambilan jumlah jalur sampel yang digunakan pada PTPN V Sei Galuh yaitu sebanyak 5 jalur sampel untuk satu
22
blok dengan luasan 40 ha, dimana untuk satu jalur sampel terdapat 44 pokok kelapa sawit, jadi total seluruh pokok sampel dalam satu blok terdapat 220 pokok sampel kelapa sawit yang belum menghasilkan. Pengambilan sampel ini hanya dilakukan oleh karyawan petugas talling hama yang dipercayakan oleh assistant afdeling 02, petugas talling hama hanya satu orang, dimana untuk mencari tingkat serangan hama ini tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak, untuk mencari sampel dalam satu blok hanya membutuhkan waktu lebih kurang 3 jam. Pengambilan sampel ini dilakukan sebanyak 1 kali dalam satu bulan agar dapat diketahui dengan baik serangan yang terjadi dengan melihat apakah serangan hama kumbang tanduk menurun atau lebih meningkat dari sebelumnya, serta kiat-kiat apa yang akan direncanakan untuk program pengendalian selanjutnya. Mencari hama kumbang tanduk dilakukan dengan menggunakan alat yaitu kawat berkait seperti huruf V pada ujung kawat, panjang kawat berkait lebih kurang 40-45 cm, cara mencari kumbang tanduk ini dengan cara manual yang di sebut handpicking. Setiap pokok pada jalur sampel diperiksa satu persatu, hama ini menyerang pelepah tanaman sehingga pelepah menjadi patah, ciri serangan hama ini adalah dengan terdapatnya serbuk-serbuk pelepah yang digigit oleh kumbang, jika terdapat serbuk pelepah yang masih baru berwarna putih dan masih basah kemungkinan besar pada pokok sawit tersebut terdapat kumbang yang menyerang pada bagian pupus tanaman. Setelah kumbang menggerek ke dalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang, karena kumbang memakan daun yang masih berlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan 23
tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa O.rhinoceros (Hartanto, 2003). Setelah menentukan sampel dalam satu blok pada masing-masing areal TBM serta pencarian kumbang tanduk pada setiap pokok di setiap jalur sampel, maka ditentukan persentase serangan hama kumbang tanduk yang menyerang dalam satu blok. Data intensitas serangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) yang menyerang tanaman kelapa sawit muda (TBM) di Afdeling 02 PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh dengan luasan areal TBM seluas 255,65 Ha dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Sebagai pembanding tingkatan serangan antara TBM 2 dan TBM 3 yang ada pada afdeling 02 PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Pengambilan sampel serangan hama kumbang tanduk diambil setiap 1 kali dalam satu bulan, dimana pengambilan sampel serangan hama kumbang tanduk pada semua blok TBM yang ada pada afdeling 02 diambil pada tanggal 1 sampai 15 setiap bulannya, begitu setiap bulan kegiatan yang dilakukan petugas talling hama untuk mencari berapa tingkat serangan hama kumbang pada masing-masing blok baik TBM 3 maupun TBM 2. Data yang akan diambil dari sampel-sampel yang telah ditetapkan Afdeling 02 pada setiap blok yang ada di tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM), jumlah blok dari TBM 3 lebih sedikit dari jumlah blok yang ada pada TBM 2 serta luas masing-masing blok yang berbeda, akan tetapi untuk setiap jalur sampel yang diambil untuk melihat tingkat serangan hama kumbang tanduk pada TBM tetap 5 jalur sampel dengan jumlah pokok sampel tetap 220 pokok pada setiap blok. 24
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Keadaan Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan (PTP) adalah perusahaan BUMN pada dasarnya modal berasal dari pemerintah RI, namun oprasionalnya bertumpu pada laba yang diperoleh dan pinjaman dana / kredit dari perbankan. Pada tahun 1979, pemerintah membuat keputusan melalui Mentri Pertanian berdasarkan surat Mentri Pertanian Nomor 178/kpts/Um/3/1979
tentang
“Daerah
pengembangan
PN/PT
perkebunan”
memberikan tugas kepada beberapa PTP di wilayah Sumatra Utara, diantaranya PTP II di Tanjung Marowa, PTP IV Gunung Pamela, Tebing Tinggi dan PTP V Sei Karang untuk membuka areal perkebunan di wilayah Riau, hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil ekspor non migas dengan cara meningkatkan produksi perkebunan melalui perluasan areal baru dan program percepatan, maka seluruh PTP ditugaskan sebagai pelaksana pengembangan program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) maupun PIR-Trans. Kebun–kebun pengembangan PKS PTP II, PTP IV sekarang yang menjadi PT. Perkebunan Nusantara V saat ini. Peraturan pemerintahan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1996 tangal 14 februari 1996 tentang” Penyetoran modal Negara Indonesia untuk mendirikan perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara V”, pemerintah memutuskan untuk mendirikan perusahaan perseroan dan penyertaan modal Negara
25
Republik Indonesia untuk mendirikan persero baru tersebut yaitu PT Perkebunan Nusantara V (Persero) atau PTPN V. PTPN V secara efektif mulai beroperasi sejak tanggal April 1996 dimana kantor pusat di tempatkan di Pekanbaru. Landasan hukum ditetapkan berdasarkan PP No. Tahun 1996, yang antara lain menetapkan: 1) Modal persero yang ditetapkan dan disetor pada saat pendiriannya adalah kekayaan Negara yang berasal dari : a) Proyek pengembangan Perusahaan Perseroan (persero) PT Perkebunan II di provinsi Riau termasuk konversi pinjaman Negara Republik Indonesia dari Asian Devolopment Bank (ADB) yang diteruskan kepada perusahaan untuk membiayai proyek sei buatan. b) Proyek pengembangan perusahaan perseroan (persero) PT Perkebunann IV di provinsi Riau. c) Proyek pengembangan perusahaan perseroan (persero) PT Perkebunan V di provinsi Riau. d) Pelaksanaan pendirian persero dilakukan menurut kitab Undang-undang Hukum Dagang dan peraturan perundang-undangan lainya yang berlaku. Angaran dasar perusahaan dibuat di depan Notaris Harun Kamil melalui akte No.38 tangal 11 Maret 1996 dan disahkan melalui keputusan mentri kehakiman RI No.C2-8333H.T.01.01 Tahun 1996, antara lain menyatakan PT Perkebunan Nusantara V tahun (persero) didirikan untuk pertama kalinya untuk jangka waktu 75 tahun yang berkedudukan di Pekanbaru, serta telah diumumkan dalam berita Negara
26
Republik Indonesia (RI) Nomor 8565/1996. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami perubahan,terakhir dengan Akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetno,SH No.01/2002 Tangal 1 Oktober 2002. Perusahaan ini telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dan HAM RI melalui surat keputusan No.C-20923.HT.2002 tanggal 28 Oktober 2002, dan telah diumumkan dalam berita Negara RI Nomor 75 tanggal
19
September
2003
dan
Tambahan
berita
Negara
RI
Nomor
8785/2003.Dalam Akta yang terakhir di nyatakan bahwa jangka waktu berdirinya perusahaan menjadi tidak terbatas, modal perseroan ditetapkan dengan surat keputusan Mentri Keuangan No.191/KMK.016/1996. Maksud dan tujuan perseroan ini adalah turut melaksanakan kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional umumnya, serta pembangunan di bidang sub sektor pertanian pada khususnya, dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas perseroan menjalankan kegiatan usaha : 1) Pengusahaan budidaya tanaman, meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sehubungan dengan pengusaha budidaya tanaman tersebut. 2) Produksi meliputi pemungutan hasil tanaman, pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi serta produk lainya. 3) Perdagangan meliputi penyelengaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksiserta melakukan kegiatan perdagangan lainya yang berhubungan dengan kegiatan usaha perseroan. 27
4) Pengembangan usaha bidang perkebunan, agro wisata dan agro bisnis. 5) Usaha-usaha lain yang langsung menunjang usaha pokok tersebut di atas. Saat ini kantor pusat perusahaan berkedudukan di Jalan Rambutan No.43, kelurahan Sidomulyo Timur, kecamatan Marpoyan Damai, kota Pekanbaru, provinsi Riau. Dengan
unit-unit usaha yang terbesar di berbagai Kabupaten di propinsi
Riau.PTPN V memiliki 12 pabrik CPO, yaitu: Sei Pagar, Pks Sei Galuh, Pks Sei Garo, Tanah Putih,Lubuk Dalam, Sei Buatan, Tanjung Medan, Sei Rokan, Sei Tapung, Terantam, Tandun dan Sei Intan. Pabrik CPO PKS Sei Galuh mulai beroperasi pada tahun 1990 di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, provinsi Riau di areal seluas 20.000 hektar tepatnya di di desa pantai cermin, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Pada saat didirikan kapasitasnya terpasangnya adalah 60 Ton per Jam, namun karena alasan teknis pada pelaksanaanya sekarang pabrik ini hanya beroperasi dengan kapasitas 35 ton per jam. Lokasi pabrik CPO PKS Sei Galuh berajarak 22 KM dari Pekanbaru. Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai bahan baku PKS Sei Galuh berasal dari Kebun Inti, plasma dan dari pihak ke-tiga.produk dihasilkan oleh pabrik CPO PKS Sei Galuh meliputi prroduk utama berupa Crude Palm Oil ( CPO) dan inti sawit (kernel) serta by-produk seperti cangkang,fibre, dan tandan kosong. Indikator keberhasilan pengoprasian suatu pabrik didasarkan kepada pencapaian standar mutu yang diinginkan baik CPO maupun kernel. Pencapaian standar minimal yang diharapkan dari pabrik CPO PKS Sei Galuh adalah CPO 22% dan Kernel 5%. Efisiensinya pabrik dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kinerja alat yang digunakan dan sumber daya manusia. Jika dua hal ini tidak optimal 28
maka akan menimbulkan losses melebihi standar, sedangkan kualitas produk berpengaruh terhadap daya saing pasaran. Disyaratkan salah satu standar mutu produksi sawit adalah kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dengan kadar maksimal 4,5%. 4.1.2
Letak Geografis Perusahaan Lokasi Kebun Sei Galuh berada di Desa Pantai Cermin, Kecamatan Tapung,
Kabupaten Kampar, Propinsi Riau dengan letak georafis Kebun Sei Galuh adalah 101,26° LU dan 101,26° BT. Ketinggian 7 – 30 Meter diatas permukaan laut, Curah hujan sekitar 2000 – 2500 mm/tahun serta Temperatur rata – rata 26,1 °C . Lokasi kebun Sei Galuh termasuk kedalam wilayah Desa Pantai Cermin, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Jarak lokasi kebun Sei Galuh dengan Kota
Kecamatan Tapung sejauh 23 Km, Kota Kabupaten Bengkinang
berjarak 55 Km,
Kota Provinsi Riau 24 Km, Pelabuhan Dumai 240 Km dan Pelabuhan Siak Sri Indrapura sejauh 280 Km. 4.1.3 Visi – Misi Perusahaan a. Visi Menjadi Perusahaan Perkebunan Yang Tangguh, Mampu Tumbuh Dan Berkembang Dalam Persaingan Global. b. Misi Mengelolah Agroindustri Kelapa Sawit Dan Karet Secara Efisien Bersama Mitra, Untuk Kepentingan Stakeholders, Berwawasan Lingkungan, Berdasarkan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Dan Menciptakan Nilai Tambah Perusahaan Secara Berkelanjutan. 29
4.1.4. Susunan Organisasi Perusahaan Struktur organisasi di Afdeling 02 Kebun Sei Galuh dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut:
Manajer Ir. Margono
Asisten Kepala Ir.H.H.W. Adha
Asisten . Afd I Diffy Asril, SP
Asisten Teknik Umum Alfin Oktory Atmojo B.Eng
Ast. Admi Keu Joslan Lumban Toruan
PAPAM Pelda Syamsul Bahri Jambak
Ast.SDM/Umum Syafruddin SE
Asisten . Afd II Sopyan Sipahutar
Asisten . Afd IIIIr. Pranata Putra
Asisten . Afd IV Sri Yanto, SP Asisten . Afd V W. Sipayung
Gambar 2. Struktur organisasi dari tingkat pimpinan (kantor pusat)
Organisasi yang baik dan teratur merupakan salah satu faktor untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Tujuan organisasi perusahaan dibuat agar dapat mengetahui
30
jabatan – jabatan serta jalur perintah, koordinasi dan birokrasi perusahaan yang dijalankan. Adapun fungsidan tugas masing–masing bagian dari struktur organisasi pengendalian gulma sebagai berikut: A. Manager Manager adalah pimpinan tertinggi di kebun.
Tugas dan wewenangnya
adalah mengambil kebijaksanaan dan keputusan, melaksanakan pengawasan dan proses produksi sehingga tujuan perusahaan tercapai serta membuat laporan manager. Tugas dari manager adalah: 1. Memimpin kegiatan perusahaan di kebun wilayah tanggung jawabnya. 2. Menyusun rencana kerja dan anggaran untuk kegiatan yang dilakukan di kebun wilayah tanggung jawabnya. 3. Menjabarkan dan melaksanakan program budidaya tanaman yang mencakup pemeliharaan, panen dan administrasi tanaman perkebunan sesuai peraturan dan prosedur perusahaan. 4. Menentukan penempatan karyawan sesuai dengan kompetensinya. 5. Mengawasi dan menilai hasil kerja dari setiap Divisi secara terus-menerus dan mengambil tindakan untuk mengatasi terjadinya penyimpangan. 6. Melakukan teguran, surat peringatan, PHK bagi karyawan yang tidak disiplin dan mutasi antar Divisi dalam rangka pembinaan jenjang karir/tugas. 7. Memastikan pelaksanaan monitoring terhadap performansi (SDM, budget, kegiatan dan target).
31
8. HR (human resource) dan General Affair melakukan pencegahan dan tindakan untuk menekan tingkat pencurian di kebun yang dipimpinnya. 9. Memelihara serta menjamin penataan lingkungan yang sesuai dengan peraturan mengenai lingkungan hidup agar dapat terjaga dengan baik dan tidak terjadi pencemaran lingkungan. 10. Memastikan hasil panen kebun dari setiap Divisi mencapai produktivitas yang optimum sesuai kualitas, biaya dan waktu yang ditentukan termasuk menjaga kinerja kebun sesuai target yang ditetapkan dan memastikan hasil panen dapat terkirim dan sampai ke pabrik. Wewenang dari manager yaitu: 1. Membuat langkah kebijakan yang tidak bertentangan dengan peraturan perusahaan. 2. Mengambil keputusan untuk tanggung jawab. 3. Melakukan tindakan pembinaan terhadap bawahan yang indisipliner dan mutasi antar afdeling dalam rangka pembinaan jenjang karir/tugas. 4. Mengambil langkah pengamanan untuk menghindari penyimpangan. 5. Mengeluarkan biaya yang berhubungan dengan bidangnya sebatas anggaran yang telah ditetapkan. 6. Melakukan penilaian prestasi kerjadan pengaturan cuti bawahan. B. Asisten Kepala (Askep) Asisten kepala membantu manager dalam melaksanakan rencana yang telah ditetapkan, mengawasi kegiatan Afdeling, memberi penjelasan kepada Asisten
32
afdeling baik pada rapat kerja maupun ditempat tugas masing-masing mengenai tugas-tugas yang diberikan. Fungsi utama Asisten Kepala yaitu membantu manager mengelola perusahaan dalam rangka mengoptimalkan potensi tanaman sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan serta pengendalian biaya untukpencapaian tujuan perusahaan. Tugas dan tanggung jawab Asisten Kepala yaitu: 1. Mengkoordinir dan merekapitulasi laporan manajemen Afdeling setiap bulan. 2. Mengkoordinir laporan produksi Afdeling untuk dilaporkan ke kantor direksi. 3. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan Asisten Afdeling/karyawan untuk peningkatan prestasi dan kesejahteraan hidupnya. 4. Mengkoordinir, meneliti, dan memberi petunjuk kepada Asisten Afdeling dalam menyusun rencana kerja tahunan, serta rencana kerja operasional. 5. Membantu manager untuk mengidentifikasi persyaratan Sumber Daya Manusia (SDM) dan menugaskan personil terlatih terhadap seluruh posisi yang mempengaruhi mutu. 6. Membimbing Asisten Afdeling dalam semua aspek kegiatan Afdeling. C. Assistant Afdeling Asisten Afdeling adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap Afdelingnya, baik terhadap kelancaran dan kesuksesan kegiatan harian yang dilaksanakan di Afdelingnya.
33
Tugas dari Assitant Afdeling adalah: 1. Membuat rencana kerja pada masing – masing Afdeling. 2. Bertanggung jawab pada Afdelingnya baik terhadap kelancaran dan kesuksesan kegiatan harian yang dilaksanakan di Afdelingnya. 3. Membimbing, mengarahkan dan memberikan perintah kepada mandor dalam membuat perbaikan jika terjadi penyimpangan. 4. Memeriksa seluruh kegiatan dari setiap blok. 5. Berwenang dalam hal memberi persetujuan atas buku mandor yang ada pada unit kerjanya. 6. Mengatur pemakaian biaya Afdeling sesuai anggaran yang telah disetujui oleh Manager. 7. Mengingatkan karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatan kerja dan mencegah pencemaran lingkungan. 8. Memberikan laporan kepada Manager. D. Kerani Divisi Tugas dari kerani Divisi adalah: 1. Kerani Divisi bertanggung jawab dalam menangani aktivitas administrasi di divisi seperti permintaan
material, pendapatan
dan surat menyurat yang
diperlukan setiap hari. 2. Membagikan gaji karyawan dan menghitung premi. 3. Membuat laporan manajemen setiap pertengahan bulan. 4. Kerani Divisi memberikan laporan kepada Assistant Divisi.
34
E. Mandor I Mandor satu merupakan pembantu Asistant Afdeling dalam menjalankan tugas dan fungsinya di Afdeling yang dipimpinnya. Tugas dari Mandor I adalah: 1. Mengatur pembagian ancak pekerja di lapangan. 2. Menetapkan target kerja para pekerja setiap hari sesuai kondisi. 3. Bertanggung jawab mengawasi hasil panen yangdilaksanakan mandor panen dan mengawasi hasil pengawasan mandor harian dalam pelaksanaan pekerjaan di kebun. 4. Mengawasi transportasi TBS (tandan buah segar) ke PKS (pabrik kelapa sawit). F. Kerani Produksi Tugas dari kerani produksi adalah: 1. Bertanggung jawab menerima dan menghitung TBS yang dilaporkan mandor panen, pengecekan mutu buah dari masing - masing pemanen di TPH. 2. Menangani administrasi produksi dan mengatur pengiriman TBS ke PKS. 3. Bertanggung jawab menerima dan menimbang TBS kebun, pengiriman TBS ke PKS dan menangani administrasi produksi. 4. Memberi laporan kepada Assistant Divisi. G. Mandor Tugas dari mandor panen adalah: 1. Menerima instruksi dari Assistant Afdeling dan Mandor I.
35
2. Memeriksa kehadiran karyawan dan mengawasi kerja karyawan. 3. Melaporkan masalah yang dijumpai dilapangan kepada mandor I. 4. Mengawasi dan memerintah tenaga kerja (karyawan). 5. Bertanggung jawab kepada Assistant Afdeling dan Mandor I. H. Pekerja/tenaga kerja. Melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan di lapangan sesuai dengan tugas masing –masing dan bertanggung jawab kepada mandor lapangan. 4.1.5. Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan Fasilitas – fasilitas yang diberikan oleh pihak perusahaan berupa jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK) berupa jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, pengobatan, THR, fasilitas perumahan, listrik, air dan fasilitas pendidikan.
36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisa Tingkat Serangan Hama Kumbang Tanduk Dari pengamatan tingkat serangan hama kumbang tanduk yang diamati di PT. Perkebunan Nusantara V Sei galuh pada TBM 2 dan TBM 3 mulai dari bulan Desember 2014 sampai April 2015 dapat dilihat pada tabel 2 dan 3. Tabel 2. Data Tingkat Serangan Hama Kumbang Tanduk pada Areal TBM 3 Afdeling 02 PTPN V Sei Galuh AFD
Tahun Tanam
Nomor blok
Luas Ha
Tingkat serangan Hama Kumbang Tanduk (%) Feb-15
Mar-15
Apr-15
0,06 0,055 0,08 II 0,025 0,045 0,05 0,03 0,065 0,09 0,038 0,055 0,073 Sumber: Kantor Afdeling 02 PTPN V Sei Galuh (April, 2015)
0,07 0,065 0,105 0,08
0,035 0,05 0,065 0,05
TBM III kelapa sawit 2012 23i 40 2012 21j 20 2012 23j 39 Rata-rata
Des-14
Jan-15
Tingkat serangan hama kumbang tanduk pada TBM 2 mulai dari Desember 2014 sampai April 2015 terlihat berfluktuasi (Tabel 3). Tabel 3. Data Tingkat Serangan Hama Kumbang Tanduk pada Areal TBM 2 Afdeling 02 PTPN V Sei Galuh AFD
Tahun Tanam
Nomor blok
Luas Ha
Tingkat serangan Hama Kumbang Tanduk (%) Feb-15
Mar-15
Apr-15
0,055 0,105 0,105 II 0,08 0,09 0,06 0,1 0,11 0,095 0,135 0,095 0,09 0,093 0,1 0,088 Sumber: Kantor Afdeling 02 PTPN V Sei Galuh (April, 2015)
0,095 0,075 0,115 0,105 0,098
0,04 0,09 0,08 0,07 0,07
TBM II kelapa sawit 2013 11i 39,1 2013 13i 39,2 2013 15i 39 2013 17i 39,2 Rata-rata
Des-14
Jan-15
37
Berdasarkan pada tabel 2 dan tabel 3 di atas data yang diperoleh untuk melihat tingkat serangan hama kumbang tanduk berdasarkan data 5 bulan terakhir yaitu data yang dimulai dari bulan Desember 2014 sampai dengan April 2015, tingkat serangan pada TBM 3 terlihat berfluktuasi dimana tingkat serangan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2015 (0,08 %), sedangkan pada TBM 2 serangan hama kumbang tanduk naik turun setiap bulannya, sehingga dari data lapangan serangan yang tertinggi pada TBM 2 terjadi pada bulan Januari (0,10 %), untuk lebih jelasnya fluktuasi serangan hama kumbang tanduk yang terjadi pada TBM 2 dan TBM 3 dapat dilihat pada Gambar 3. Menurut PTPN V Sei Galuh serangan hama O.rhinoceros terbagi atas 3 tingkatan yang dapat membedakan serangan hama ringan sampai pada serangan berat yang menyerang tanaman kelapa sawit: 1. Tingkat serangan kecil dari 1% merupakan serangan hama Oryctes dengan kategori ringan. 2. Tingkat serangan mulai dari 1 – 2% merupakan serangan hama Oryctes dengan kategori sedang. 3. Tingkat serangan besar dari 3% merupakan serangan dengan kategori berat. Berdasarkan dari hasil Tabel 2 dan Tabel 3 di atas, jika dibandingkan dengan tingkatan serangan hama di atas, serangan hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit pada PTPN V Sei Galuh masih dalam kategori serangan hama ringan, karena persentasi serangan masih di bawah 1%. Pengendalian hama kumbang tanduk ini rutin dilakukan setiap bulannya, sehingga tingkat serangan hama masih bisa dikendalikan dengan baik, agar tidak terjadi pele.akan serangan kumbang tanduk ini sewaktu-waktu. 38
5.2 Tingkat Serangan Kumbang Tanduk pada TBM Kumbang tanduk dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit jenis O.rhinoceros sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama pada tanaman kelapa sawit muda (TBM). Upayaupaya pengendalian telah dilakukan oleh
pihak PTPN V Sei Galuh untuk
mengurangi serangan serangga ini terhadap pertumbuhan kelapa sawit muda yang masih rentan. Apabila perusahaan tidak cepat tanggap dalam menangani serangan hama kumbang ini, besar kemungkinan akan banyak tanaman-tanaman kelapa sawit yang masih muda akan mengalami kerusakan dan sawit muda akan mati sehingga PTPN V Sei Galuh akan mengalami kerugian yang cukup besar. Pada areal replanting kelapa sawit, serangan kumbang dapat mengakibatkan tertundanya masa berproduksi sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai 25% (Pusat Penelitian Kelapa sawit, 2005) Sebelum melakukan pengendalian terhadap serangan hama kumbang tanduk PTPN V Sei Galuh melakukan pengambilan sampel setiap blok areal TBM, baik areal TBM 2 maupun TBM 3 pada afdeling 02. Pengambilan sampel ini bertujuan untuk mencari berapa persentase tingkat serangan kumbang tanduk pada setiap blok TBM 2 dan TBM 3 yang ada pada afdeling 02, areal TBM 2 terdapat 4 blok yaitu blok 11i, 13i, 15i, 17i, tahun tanam areal TBM 2 ini pada tahun 2013, sedangkan areal TBM 3 hanya terdapat 3 blok yaitu blok 23i, 21j dan blok 23j dimana tahun tanam areal TBM 3 pada tahun 2012, pencarian persentase serangan hama kumbang tanduk dapat dilihat pada Gambar 1.
39
Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3 di atas juga dapat dilihat perbedaan tingkat serangan hama kumbang tanduk yang menyerang tanaman sawit muda antara TBM 2 dan TBM 3, jika dibandingkan intensitas serangan hama kumbang tanduk pada TBM 2 lebih tinggi dari pada serangan pada TBM 3, untuk dapat melihat perbedaan serangan antara TBM 2 dan TBM 3 dapat dilihat pada tabel 4 serta grafik perbandingan serangan hama kumbang tanduk antara TBM 2 dan TBM 3 (Gambar 3). Tabel 4. Perbandingan Tingkat Serangan Hama Kumbang Tanduk antara TBM 2 dan TBM 3 pada Afdeling 02 di PTPN V Sei Galuh. Perbandingan serangan Hama Kumbang Tanduk (%)
AFD II TBM 3 TBM 2
Des-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
0,038 0,093
0,055 0,1
0,073 0,088
0,08 0,098
0,05 0,07
Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa serangan hama kumbang tanduk mulai dari Desember 2014 berfluktuasi (naik turun) sampai bulan April 2015 baik pada TBM 2 dan TBM 3. Pada bulan Maret 2015 tingginya serangan hama kumbang tanduk pada TBM 2 dan TBM 3 disebabkan oleh perubahan musim hujan ke musim kemarau, dimana kelembaban udara pada bulan Maret 2015 yaitu 79%91% (Stasiun Meterologi Hang Nadium, April 2015). Menurut Umiarsih (2009) bahwa serangan hama kumbang tanduk akan meningkat pada kelembaban 70% sampai 95%. Perubahan iklim sangat mengganggu keseimbangan antara populasi hama kumbang tanduk dan tanaman inangnya, perubahan iklim yang drastis merangsang perkembangan hama kumabang tanduk (prawisukarto, 2003).
40
Untuk lebih jelasnya fluktuasi serangan hama kumbang tanduk mulai dari Desember 2014 sampai April 2015 pada TBM 2 dan TBM 3 dapat dilihat pada grafik gambar 3.
Perbandingan serangan Hama Kumbang Tanduk (%)
% 0.12
0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 Dec-14
Jan-15
Feb-15 TBM 3
Mar-15
Apr-15
TBM 2
Gambar 3: Grafik Fluktuasi Tingkatan Serangan Hama Kumbang Tanduk antara TBM 2 dan TBM 3 Mulai Desember 2014 sampai April 2015. Gambaran grafik di atas menunjukan bahwa perbandingan serangan hama kumbang tanduk antara kelapa sawit tahun tanam 2013 dan tahun tanam 2012, menunjukan serangan hama kumbang tanduk lebih tinggi pada tanaman sawit yang belum menghasilkan (TBM 2) tahun tanam 2013. Perbandingan tingkat serangan berbeda jauh dilihat dari data-data serangan hama kumbang tanduk di atas, sehingga pengendalian pada TBM 2 ini benar-benar harus diperhatikan dan dikendalikan sejak dini, agar penyerangan hama kumbang tanduk ini tidak terlalu berbahaya bagi tanaman muda yang dapat menyebabkan tanaman muda tersebut mati dan kerugian yang besar bagi PTPN V Sei Galuh.
41
Tingginya serangan hama kumbang tanduk pada TBM 2 menurut Sipahutar, 2015 (assistant afdeling 2 PTPN V Sei Galuh, komunikasi pribadi) tingkat serangan ini tinggi karena serangan puncak hama kumbang biasanya terjadi pada tanaman kelapa sawit muda berumur 1 sampai 2 tahun, penyebab lainnya serangan ini lebih tinggi karena lahan yang baru replanting sehingga batang kelapa yang baru di tumbangkan belum melapuk secara maksimal, sehingga batang-batang kelapa sawit tersebut dapat menjadi tempat berkembangnya telur kumbang tanduk hingga proses menjadi larva, imago menjadi kumbang menjadi dewasa. Pada umumnya, hama kumbang tanduk lebih menyenangi tanaman berusia muda dibandingkan dengan tanaman yang tua, berarti faktanya di lapangan serangga ini pada umumnya banyak ditemukan pada tanaman sawit yang belum menghasilkan (TBM), bukan berarti pada tanaman yang lebih tua keberadaan serangga ini tidak di temukan tetapi jumlahnya sangat sedikit (Risza, 1994). Rendahnya tingkat serangan hama kumbang tanduk pada TBM 3 dibandingkan TBM 2 juga disebabkan tanaman ini lebih tua sehingga pokok tanaman lebih keras sehingga kumbang kurang menyerang, sebab hama kumbang tanduk lebih menyukai pupus tanaman yang lebih muda, selain itu penyebab kurangnya serangan karena pengendalian pada TBM 3 ini sudah dilakukan dalam jangka waktu lebih lama sehingga populasi jauh lebih berkurang dibanding TBM 2, selain itu pada TBM 3 ini sisa-sisa tanaman kelapa sawit bekas replanting sudah melapuk dengan baik sehingga tidak lagi menjadi tempat meletakkan telur. Pola penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan berbeda-beda. Penyebaran dan kepadatan serangga sangat
42
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup termasuk di dalamnya topografi atau habitatnya (PPKS, 2009). 5.3 Analisis Hubungan Tingkat Serangan Hama dengan Umur Tanaman Berdasarkan data Tabel 4 diatas maka dapat dianalisis hubungan antara tingkat serangan hama O.rhinoceros dan umur tanaman kelapa sawit yang terdapat pada PTPN V Sei Galuh menggunakan korelasi dengan SPSS 20. Tabel 5. Hasil analisis korelasi antara tingkat serangan hama kumbang tanduk dan umur tanaman kelapa sawit. Correlations Tingkat TBM serangan hama Pearson Correlation 1 -1.000** Sig. (2-tailed) ,000 ,000 TBM N 2 2 ** Pearson Correlation -1.000 1 Tingkat serangan Sig. (2-tailed) ,000 ,000 hama N 2 2 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan Tabel 5 di atas tingkat kepercayaan korelasi tersebut adalah 100% dengan α = 0,01 (1%). Data diatas memperlihatkan bahwa korelasi pearson -1,000** artinya semakin tinggi umur tanaman semakin rendah tingkat serangan hama kumbang tanduk. Hubungan antara umur tanaman dengan tingkat serangan hama kumbang tanduk sangat kuat, ditunjukkan dengan angka korelasi (-1).
Hal ini
menandakan hubungan yang berlawanan artinya semakin tinggi variabel Y (umur tanaman kelapa sawit) maka variabel X (tingkat serangan hama kumbang tanduk) semakin rendah.
43
Menurut Sugiyono dalam Karjono dan Matondang (2010) koefisien korelasi dapat dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan (-1 ≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, nilai r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 korelasi positif sempurna. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi interval koefisien 0,00 – 0,199 Sangat rendah, 0,20 – 0,399 Rendah, 0,40 – 0,599 Sedang, 0,60 – 0,799 Kuat dan 0,80 – 1,000 Sangat Kuat. Berdasarkan analisa korelasi yang dilakukan pada tabel 5 di atas, untuk memperjelas gambaran hubungan antara tingkat serangan hama kumbang tanduk dengan umur tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Diagram batang.
Hubungan antara Tingkat Serangan Hama dengan Umur Tanaman Tingkat Serangan % 0.5 0.4
0,449
0.3 0.2
0,296
0.1 0 3 Tahun
Umur Tanaman
2 Tahun
Gambar 4: Hubungan antara Tingkat Serangan Hama Kumbang Tanduk dengan Umur Tanaman Kelapa Sawit. Dari gambar 4 di atas jelas terlihat bahwa pada TBM 3 (0,296%) serangan hama kumbang tanduk lebih rendah jika dibandingkan dengan TBM 2 (0,449%). Tingkat serangan berbanding terbalik dengan umur tanaman berdasarkan analisis korelasi yang didapatkan, semakin tinggi umur tanaman kelapa sawit semakin rendah tingkat serangan hama kumbang tanduk pada areal perkebunan kelapa sawit.
44
Umur tanaman mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan serangan hama kumbang tanduk seperti yang telah dilakukan pada analisa korelasi di atas, jika dilihat pada gambar 5 di atas serangan hama lebih tinggi pada kelapa sawit masih berumur 2 tahun, dibandingkan dengan tanaman kelapa sawit berumur 3 tahun tingkat serangan hama O.rhinoceros sudah menurun. Menurut Komaruddin (2006) bertambah umur tanaman kelapa sawit dari tanaman belum menghasilkan hingga tanaman kelapa sawit tersebut sudah menghasilkan serangan hama O.rhinoceros akan menurun hingga ke level serangan rendah, sehingga tidak berpengaruh pada produksi selanjutnya, sebab tanaman yang sudah menghasilkan tidak berpengaruh besar terhadap serangan yang ditimbulkan. Tinggi rendahnya serangan hama kumbang tanduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Faktor Makanan Pada ekosistem alami, makanan serangga terbatas dan musuh alami berperan aktif selain hambatan lingkungan, sehingga populasi serangga rendah. Sebaliknya pada ekosistem pertanian, terutama yang monokultur makanan serangga relatif tidak terbatas sehingga populasi bertambah dengan cepat tanpa dapat diimbangi oleh musuh alaminya. Batang kelapa sawit yang diracun dan masih berdiri sampai pembusukan pada sistem underplanting merupakan tempat berkembangbiak yang paling baik bagi kumbang tanduk, karena areal ini sumber makanan banyak tersedia bagi kumbang tanduk, sehingga akan berdampak buruk pada tanaman kelapa sawit yang akan ditanam selanjutnya. Berbeda dengan tanaman kelapa sawit yang sudah
45
tua, kumbang tanduk tidak terlalu berpengaruh terhadap tanaman, karena sumber makanan dan tempat berkembangbiak tidak terlalu banyak untuk perkembangan larva-larva. Menurut Herman (2012) selama lebih dari 2 tahun masa pertumbuhan, batang yang masih berdiri memberikan perkembangbiakan 39.000 larva per hektar dibandingkan dengan batang yang telah dicacah dan dibakar (500 larva per hektar). Hama ini biasanya berkembangbiak pada tumpukan bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan. 2. Faktor Tempat Berkembangbiak Tindakan yang membiarkan batang- batang kelapa sawit tetap berada di kebun (lahan replanting) memberikan kesempatan besar bagi hama O.rhinoceros untuk berkembangbiak dengan baik sehingga populasinya meningkat. Ketika batang kelapa sawit yang lama tidak bisa menyediakan makanan dan tempat berbiak, maka O.rhinoceros akan berpindah ke tanaman replanting yang ada di sekitarnya. Menurut Susanto (2009) tersedianya tumpukan batang kelapa sawit atau kelapa baik yang masih berdiri maupun yang sudah dicacah memberi peluang bagi O.rhinoceros untuk mendapatkan tempat berbiak. Karena kondisi tersebut menyediakan bahan organik dan tempat yang nyaman untuk tinggal dan berkembangbiak. Kumbang akan meletakkan telur pada sisa-sisa bahan organik yang telah melapuk, misalnya batang kelapa sawit yang masih berdiri dan telah melapuk, rumpukan batang kelapa sawit, batang kelapa sawit yang telah dicacah, serbuk gergaji, tunggul-tunggul karet serta tumpukan tandan kosong kelapa sawit.
46
Pada PTPN V Sei Galuh masalah kumbang tanduk saat ini semakin bertambah dengan adanya aplikasi tandan kosong kelapa sawit pada gawangan yang dibiarkan menumpuk di tengah-tengah areal kelapa sawit maupun pada sistem lubang tanam besar yang dibuat untuk menampung tandan kosong yang akan dijadikan kompos. Aplikasi tandan kosong sawit (TKS) yang kurang tepat dapat mengakibatkan timbulnya masalah kumbang tanduk di areal kelapa sawit muda (TBM), karena akan menjadi tempat inang larva-larva yang akan menjadi kumbang tanduk dewasa yang dapat menyerang tanaman kelapa sawit muda. Replanting besar-besaran pada tahun 2010 pada areal TM afdelling 02 untuk penanaman kelapa sawit yang baru memberikan ruang yang sangat menguntungkan bagi hama Oryctes. Proses replanting yang dilakukan di areal konsesi PTPN V Sei Galuh dapat
menjadi pemicu maraknya serangan hama kumbang tanduk yang
menyerang tanaman muda (TBM). Serangan hama kumbang tanduk mengakibatkan banyaknya tanaman belum menghasilkan yang rusak. Penanaman areal baru bekas hutan atau replanting dimana tersedia banyak sumber media untuk peletakan telur O.rhinoceros. 5.4 Pengaruh Hama Kumbang Tanduk Terhadap Pertumbuhan Kumbang O. rhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam di lapangan sampai berumur 2,5 tahun. Pada PTPN V Sei galuh kumbang tanduk jarang sekali dijumpai menyerang kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM), karena intensitas serangan lebih sedikit pada tanaman menghasilkan serta tidak terlalu berpengaruh besar pada pertumbuhan tanaman dewasa. Hama kumbang ini
47
menyerang pada bagian pupus tanaman sawit yang masih muda. Serangan hama kumbang tanduk yang menyerang tanaman belum menghasilkan berpengaruh besar pada PTPN V Sei Galuh, serangan dapat menyebabkan tanaman tumbuh tidak normal dan tanaman bisa mati, karena perakaran tanaman pada tanaman muda masih belum terlalu dalam serta lebih rentan terhadap serangan hama kumbang tanduk sehingga tanaman tidak tahan terhadap serangan. Darmadi (2008) menyatakan bahwa hama ini menyerang tanaman kelapa sawit yang ditanam di lapangan sampai umur 2,5 tahun dengan merusak titik tumbuh sehingga terjadi kerusakan pada daun muda. Kumbang tanduk pada umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda dan dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama menghasilkan hingga 69%, bahkan menyebabkan tanaman muda mati mencapai 25%. Menurut Sipahutar, 2015 (Assistent Afdeling 02, komunikasi pribadi) pada areal replanting kelapa sawit, serangan kumbang dapat mengakibatkan tertundanya masa berproduksi sampai satu tahun, dan tanaman yang mati dapat meningkat pada areal belum menghasilkan (TBM). Kumbang terbang dari tempat persembunyiannya menjelang senja sampai agak malam (sampai dengan jam 21.00 WIB), dan jarang dijumpai pada waktu larut malam. Kumbang dewasa menyerang tajuk tanaman, dengan menggerek melalui pangkal batang sampai pada titik tumbuh. Kumbang dewasa memakan pangkal daun muda, daun muda tersebut masih berbentuk tombak dimakan dari bagian atas hingga ke bawah sehingga pada pupus tanaman sawit muda (TBM) akan terbentuk lobang hingga kedalaman 10-15 cm yang nantinya akan menjadi sarang kumbang tanduk 48
tersebut sampai pupus tanaman tersebut habis, setelah daun berkembang akan terlihat daun yang tidak beraturan dengan ciri khas dan mudah dikenali sedangkan dampak pada pelepah kelapa sawit akan patah dan menyebabkan pelepah muda mati. Dalam keadaan seperti ini tanaman mungkin menjadi mati atau terus hidup dengan gejala pertumbuhan yang tidak normal. Tanaman dapat mengalami gerekan beberapa kali, sehingga walaupun dapat bertahan hidup pertumbuhannya terhambat dan mengakibatkan saat berproduksi menjadi terlambat. Akibat dari serangan hama kumbang tanduk ini tidak hanya merusak bagian tanaman kelapa sawit yang terlihat dari luar, setelah dilakukan pengendalian pada hama kumbang tanduk, gerekan pada pupus kelapa sawit akibat kumbang tanduk ini nantinya juga dapat mengundang penyakit busuk pucuk (Spear rot) pada kelapa sawit muda, penyakit ini disebabkan oleh Bakteri Erwinia sp. akibat bakteri ini kuncup di tengah membusuk sehingga mudah dicabut dan berbau busuk. Penyakit ini sering berkaitan erat dengan serangan hama kumbang tanduk, setelah hama menyerang titik tumbuh dilanjutkan dengan serangan penyakit ini yang merupakan serangan sekunder (Setyamidjaja, 2006). 5.5 Rotasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Pengendalian hama kumbang tanduk ini sangat penting dilakukan bagi PTPN V Sei Galuh, karena pengendalian hama ini sangat berpengaruh pada produksi kelapa sawit ke depannya. Pengendalian hama kumbang tanduk ini tidak hanya sekedar melakukan penyemprotan inseksida pada kelapa sawit atau bersifat kimia, tetapi juga dilakukan dengan manual
dan menggunakan alat. Pada PTPN V Sei Galuh
49
pengendalian hama kumbang tanduk memiliki jadwal atau rotasi pengendalian, kapan akan dilakukan pengendalian sudah diatur oleh mandor khusus pengendalian hama kumbang tanduk ini. Berdasarkan yang telah dilakukan di lapangan pada PTPN V Sei Galuh, pengendalian dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Sipermetrin dan Karbosulfat dengan dosis 45 cc/handsprayer, dilakukan sekali dalam 15 hari atau dilakukan 2 kali dalam sebulan pada tempat yang sama, misalkan pada blok 21J dilakukan penyemprotan dengan insektisida, maka pengendalian dengan menyemprot insektida pada kelapa sawit akan dilakukan 2 minggu berikutnya pada blok yang sama. Menurut Zulfarizal, 2015 (Mandor hama Afdeling 02, komunikasi pribadi) rotasi untuk pengendalian hama sangat penting diketahui mengingat kapan pengendalian pertama dilaksanakan dan kapan pengendalian selanjutnya akan dilakukan, semua harus terjadwal pada catatan mandor agar pengendalian hama kumbang tanduk teratur dan berapa banyak insektida yang terpakai saat melaksanakan pengendalian pada masing-masing blok, selain itu rotasi pengendalian ini berguna untuk mencegah meledaknya serangan hama kumbang pada kelapa sawit, karena pengendalian yang teratur akan menurunkan tingkat serangan hama pada kelapa sawit muda (TBM). Pengendalian lain yang dilakukan dengan cara melakukan pengutipan larva pada tumpukan-tumpukan batang kelapa sawit yang telah tumbang (Replanting), pengendalian dengan cara mengutip larva ini dilakukan sekali dalam seminggu pada areal tanaman belum menghasilkan umur 2 tahun (TBM 2), karena pada TBM 2 50
masih banyak terdapat tumpukan batang kelapa sawit yang masih belum melapuk, sehingga menjadi tempat hidup larva. Menurut Susanto (2005) agar serangan hama maupun penyakit dapat dikendalikan serta dapat menurunkan serangan pada tanaman kelapa sawit, maka perlu dilakukan pengendalian yang teratur dengan merotasikan pengendalian pada serangan hama penyakit tersebut. 5.6 Teknik Pengendalian Hama Kumbang Tanduk pada TBM 2 dan TBM 3 Teknik pengendalian hama kumbang tanduk yang dilakukan pada TBM 2 yaitu dengan cara kimiawi dan mekanis (pengutipan larva dan handpicking), sedangkan pada TBM 3 teknik pengendalian hanya dengan menggunakan cara kimiawi, adapun cara pengendalian tersebut adalah sebagai berikut: 5.6.1 Secara Mekanis A. Pengutipan Larva Pengendalian dengan cara mengutip larva ini sangat penting dan perlu untuk di lakukan, sebab pengendalian ini disebut dengan pengendalian secara dini sebelum kumbang menjadi dewasa. Upaya mendeteksi hama pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan. Selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian, keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tidak terkendali. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi ini dipastikan jauh lebih rendah dari pada pengendalian serangan hama yang sudah meluas (Pahan, 2011). Pengutipan larva ini hanya dilakukan pada TBM 2 karena pada lahan bekas replanting ini masih banyak terdapat tunggulan-tunggulan batang sawit yang belum 51
melapuk sempurna sehingga tumpukan ini menjadi tempat berkembang biaknya telurtelur kumbang tanduk. Pengutipan ini dimulai dengan mengamati pasar mati sambil jalan kaki, jika terdapat tumpukan batang atau tunggulan kelapa sawit yang sudah lapuk setelah dilakukan replanting maka tumpukan tersebut dikorek dengan menggunakan cangkul. Terlihat larva, pupa maupun yang telah menjadi kumbang tanduk maka dikutip dan dimasukan ke dalam ember, setelah terkumpul bunuh larva atau kumbang tanduk dengan menggunakan larutan yang sudah dicampur Santrino dengan dosis 1,5 cc per 14 liter air. Alat yang digunakan hanya menggunakan cangkul, ember, sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu insektisida (bahan aktif Sipermetrin). Pengutipan larva ini pada PTPN V Sei Galuh dilakukan dan dijadwalkan setiap hari yang dimulai pada hari rabu sampai hari sabtu sampai selesai satu Blok, waktu yang digunakan setiap harinya yaitu selama 4,5 jam untuk satu HK dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 8 orang. Waktu kegiatan dimulai dari jam 07.00- 12.00 wib, rotasi kegiatan mencari larva kumbang tanduk ini lebih kurang 1 bulan pada blok yang sama. Teknis pengutipan larva ini yaitu dengan menyisir pasar mati secara total, larva ini berkembang pada tumpukan tunggulan sawit yang masih lembab.
Proses
pengutipan larva ini dilakukan secara manual karena larva terdapat dalam tumpukan batang. Pengutipan dilakukan dengan mengeruk tumpukan batang sawit dengan menggunakan cangkul sehingga larva bisa terlihat. Pengendalian manual ini merupakan pengendalian dini agar kumbang tanduk tidak mencapai dewasa. Tujuan pengutipan larva ini adalah untuk memutus rantai hama kumbang tanduk sehingga tidak menjadi kumbang yang dapat menyerang 52
tanaman. Larva yang sudah terkumpul tidak boleh dibuang sembarangan karena bisa lagi berkembang dan menjadi kumbang, larva ini dibunuh dengan cara direndam dalam larutan yang sudah di campur insektisida dengan merek dagang Santrino (Bahan Aktif Sipermetrin.). Larva yang baru menetas berwarna putih, panjangnya 8 mm, larva dewasa berwarna putih kekuning kuningan kepalanya berwarna merah coklat. Larva-larva yang telah dewasa masuk lebih dalam ke dalam tanah yang sedikit lembab (lebih kurang 30 cm) untuk berkepompong (Hartono, 2008). Pupa jantan berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8-13 hari, sedang masa kepompong berlangsung antara 18-23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto 2003). B. Handpicking Kegiatan Handpicking ini sangat sederhana dilakukan jika dibandingkan dengan pengendalian hama kumbang lainnya, dengan cara berjalan di pasar pikul pada setiap blok dengan cara mengamati setiap pokok dari pasar pikul tersebut yang terserang oleh hama kumbang tanduk. Menurut Firmansyah (2008) gejala serangan kumbang tanduk ditandai dengan adanya pelepah sengklek atau patah baru yang terlihat masih segar, bagian pupus dari tanaman yang terserang akan terlihat serbukserbuk putih yang masih baru keluar dari lobang bagian pupus tanaman pokok, tusukan kawat pengait kedalam lobang dan rasakan jika ada kumbang akan terasa
53
kesat dan keras,apabila sudah ditemukan lalu tusuk hingga kumbang tersangkut pada ujung kawat berkait, kemudian tarik keluar dan di injak agar kumbang mati. Alat yang digunakan hanya kawat pengait dan parang, sedangkan bahan yang dibutuhkan tidak ada karena kegiatan dilakukan secara manual dengan menggunakan kawat pengait, handpicking ini dilakukan hanya pada saat kumbang ditemukan sekilas di lapanganserta tidak dilakukan tenaga khusus untuk pengendalian ini, karena akan menambah biaya tenaga kerja dan akan memakan waktu yang lama di lapangan, jadi tidak efisien dalam masalah waktu yang digunakan. Handpicking ini bertujuan untuk mengurangi populasi dan serangan hama kumbang tanduk terhadap tanaman. Hama kumbang tanduk ini menyerang bagian pucuk atau pupus tanaman sawit, akan bahaya jika bagian pupus terkena serangan karena akan menyebabkan sawit muda (TBM) akan mati dan akan mengurangi populasi sawit yang akan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan yaitu kawat pengait dengan tenaga kerja sebanyak 4 orang. Teknis handpiking ini yaitu dengan mengamati setiap pokok yang terkena serangan, kemudian ditusuk dengan kawat pengait lalu ditarik keluar dan dibunuh. Pengendalian dengan menggunakan teknik Handpicking ini dilakukan pada TBM 2 saja, karena tanaman kelapa sawit pada TBM 2 lebih mudah dikendalikan karena tanaman yang masih rendah serta bagian pupus tanaman masih bisa dijangkau dengan menggunakan tangan, jika dibandingkan dengan TBM 3 tanaman yang sudah tinggi akan sulit untuk dilakukan pengendalian dengan teknik ini. Kumbang tanduk hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat 54
mencapai 4,2 cm dalam sehari. Apabila gerekan sampai ke titik tumbuh, kemungkinan tanaman akan mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti kipas atau bentuk lain yang tidak normal (Prawirosukarto. 2003). 5.6.2 Secara Kimiawi A. Menggunakan Insektisida Santrino 100 EC Menurut Zulfarizal (Mandor Hama Oryctes afdeling 2) persiapan sebelum ke lapangan seperti masker, sarung tangan, perlengkapan sebelum penyemprotan serta bahan dan insektisida yang digunakan sangat penting diperhatikan menyangkut keselamatan para pekerja lapangan, karena bahan yang digunakan sangat berbahaya jika terhirup oleh para pekerja. Penyemprotan insektisida ini dilakukan dengan mengisi Handsprayer 15 L dengan Insektisida jenis kontak dengan merk dagang Santrino 100 EC (zat aktif sipermetrin) sebanyak 45 Cc dan perekat dengan dosis 7 cc lalu ditambahkan air sambil diaduk sampai knapsack terisi penuh. Setiap pokok yang ada pada blok dengan berjalan pada pasar pikul disemprot ke bagian pupus tanaman sawit atau pucuk tanaman sawit tersebut. Sawit yang rawan terserang hama ini yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM), pengendalian handpicking ini dilakukan pada TBM 2. Pokok yang disemprot mulai dari pupus sawit hingga ke pelepah sawit sehingga terlihat basah pada bagian pupus kelapa sawit. Penyemprotan dilakukan sambil berjalan pada pasar pikul sehingga setiap pokok tidak tertinggal saat proses pengendalian.
55
Alat yang digunakan adalah knapsack 15 L, ember, gelas ukur sedangkan bahan yang digunakan yaitu insektisida Santrino 100 EC, zat perekat, air, urea dan KCL 50 gr.Kegiatan ini dilakukan dengan waktu 3 jam, jumlah tenaga yang digunakan sebanyak 6 orang. Dalam blok 1 pasar pikul terdapat 88 pokok dengan luasan yang di semprot 20 ha/hari, jadi artinya blok dengan luasan 40 Ha dapat dikerjakan selama 2 hari kerja oleh para pekerja. Pengendalian hama kumbang tanduk (O.rhinoceros) yang dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida dengan merk dagang Santrino 100 EC pada bagian pucuk atau pupus kelapa sawit hingga pelepah sawit hingga basah. Penyemprotan ini dilakukan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), dimana buah belum diharapkan atau dipelihara pada saat itu. Serangan hama tidak hanya menyerang tanaman muda (TBM), serangan hama juga menyerang tanaman menghasilkan (TM) serta mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit tua, menurun produksinya dan dapat mengalami kematian (Winarto, 2005). Tujuan dari penyemprotan ini adalah untuk mengendalikan atau memutus siklus hidup hama kumbang tanduk. Gejala yang di timbulkan oleh hama kumbang ini yaitu memakan bagian pucuk dan pelepah sawit sehingga sawit yang terserang ini bisa mati dan tidak dapat berproduksi. Hama ini biasanya menyerang tanaman yang masih muda atau belum menghasilkan (TBM), bagian pucuk akan mati dan banyak pelepah muda berlubang akibat gigitan kumbang ini. Kumbang tanduk pada PTPN V sei Galuh adalah hama utama yang menyerang sehingga hama ini menjadi kegiatan penting untuk dilakukan. Rotasi pengendalian hama kumbang ini dilakukan 15 hari sekali. 56
B. Menggunakan Insektisida Marshal Cair (EC) Pada umumnya pengendalian dengan melakukan penyemprotan dengan menggunakan Marshal ini sama perlakuannya dengan menggunakan Santrino 100 EC, tenaga kerja yang sama, cara kerja sama, bahkan rotasi pengendalian dengan menggunakan insektisida sama, rotasi yang digunakan yaitu 15 hari untuk blok yang sama untul dikendalikan berikutnya. Alat yang digunakan sama yaitu knapsack 15 l, ember, gelas ukur dan bahan yang digunakan yaitu insektisida Marshal EC (zat aktif Karbosulfat) , zat perekat, air, Urea dan KCL.Kegiatan ini dilakukan dengan waktu 4 jam oleh para pekerja yang sudah biasa melakukan penyemprotan ini, jumlah tenaga yang digunakan sebanyak 6 orang. Pada blok 1 pasar pikul ada 88 pokok, luasan yang di semprot 20 ha/hari, dengan luasan masing-masing blok 40 ha sehingga satu blok dikerjakan selama 2 hari kerja. Pengendalian hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) yang dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida dengan merk dagang Marshal EC pada bagian pucuk atau pupus kelapa sawit hingga pelepah sawit hingga basah. Penyemprotan ini dilakukan pada TBM 2 dan TBM 3, dimana buah belum diharapkan atau dipelihara pada saat itu. Bagian pucuk akan mati dan banyak pelepah muda berlubang akibat gigitan kumbang ini. Kumbang tanduk pada PTPN V sei Galuh adalah hama utama yang menyerang sehingga hama ini menjadi kegiatan penting untuk dilakukan, rotasi pengendalian hama kumbang ini dilakukan 15
hari sekali, pada rotasi pertama
57
dilakukan pengendalian dengan Santrino 100 EC sedangkan untuk 15 hari berikutnya dengan menggunakan marshal cair, hal ini dilakukan agar kumbang yang dikendalikan tersebut tidak kebal (Imun) terhadap insektisida yang di berikan. Populasi kumbang tanduk akan bertambah apabila tidak dikendalikan secara teratur, serta pengendalian akan sulit dan biaya yang digunakan juga akan besar. Padat populasi kritis selama periode 2 tahun pertama setelah kelapa sawit dipindahkan ke lapangan, apabila ditemukan 3-5 ekor O.rhinoceros/ha, maka pengendalian harus dilakukan. Pada kelapa sawit yang berumur lebih dari dua tahun padat kritisnya 15- 20 ekor/ha (Winarto,2005).
58
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah didapatkan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis korelasi, umur tanaman kelapa sawit memiliki hubungan yang terbalik dengan tingkat serangan hama kumbang tanduk (hal ini menandakan hubungan yang berlawanan artinya semakin tinggi umur tanaman kelapa sawit maka tingkat serangan hama kumbang tanduk semakin rendah). 2. Intensitas serangan pada areal TBM 2 (0,449%) lebih tinggi dengan teknik pengendalian secara kimiawi dan mekanis dibandingkan dengan intensitas serangan pada areal TBM 3 (0,296%) yang lebih rendah dibanding pada TBM 2 dengan teknik pengendalian secara kimiawi. 6.2 Saran Pada pengendalian hama kumbang tanduk tidak dianjurkan menggunakan bahan kimiawi secara terus menerus, karena akan mengakibatkan pencemaran lingkungan bagi makhluk hidup sekitar dan menyebabkan resistensi hama karena kebal (imun) terhadap pestisida yang digunakan.
59
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi. 2008. Tingkat Serangan Kumbang Badak (Oryctes Rhinoceros L.) Pada Areal Pertanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Umur Tanaman. Bakti, Darma Marhoni. Dechenon, R. D dan H Pasaribu, 2005. Strategi Pengendalian Hama Oryctes Rhinoceros di PT. Tolan Tiga Indonesia (SIPEF Group). Dalam Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005. Dirjen perkebunan. 2014. http://ditjenbun.pertanian.go.id/. (24 Mei 2015). Djoehana. 2012. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta Fauzi, Y, Dkk. 2008. Budidaya, pemanfaatan hasil limbah dan analisa usaha dan pemasaran kelapa sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 235 Hal. Firmansyah, E. 2008. Mengurangi Populasi Hama Serangga Tanpa Merusak Lingkungan. Available on line at: http://www.google.com (Diakses 27 April 2015). Hartanto. T,. 2008. Pengendalian Terpadu Kumbang Tanduk (oryctes Rhinoceros) di Perkebunan Kelapa Sawit. PT Antakowisena. Herman, J.H.Laoh, dan D. Salbiah. 2012. Uji Tingkat Ketinggian Perangkap Foremon untuk Mengendalikan Hama Kumbang Tanduk Oryctes Rhinoceros L. (Coloeptera: Srabaeidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Hlm.1-9. Komaruddin, E. E, 2006. Rhinoceros beetle (oryctes rhinoceros). Available.at:http//rhinoceros%20beetle%20(oryctes%rhinoceros)%2020att% 20sungei%natur%2020park. Diakses tanggal 15 april 2015. Mangoensoekarjo, H. Semangun., 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Prees, Yogyakarta. Mangoensoekarjo, H. Semangun., 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Prees, Yogyakarta. Pahan, i. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. 410 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2005. Hama-hama Pada Kelapa sawit. Buku 1. Serangga Hama pada Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan
60
Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS. 2009. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan Prawirosukarto. 2003. Tingkat Serangan Kumbang Badak (Oryctes Rhinoceros L.) Pada Areal Pertanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Umur Tanaman. Bakti, Darma Marhoni. Purba, D.,K. 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi crude palm oil (cpo) Unit Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63850/h13dkp. pdf?sequence=1. (26 mei 2015). Purba. Y,Dkk. 2005. Hama-hama pada Kelapa Sawit, Buku 1 Serangga Hama pada Kelapa Sawit. PPKS, Medan. Risza, S. 1994. Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 201 hal Risza, S. 2010. Masa depan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 225 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Susanto, A. dan A.E.Prasetyo 2009. Hama-hama pada kelapa Sawit Jenis Kerusakan dan Pengendaliannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Susanto, A. Dan Utomo. 2005. Ulat Pemakan Daun kelapa Sawit Jenis Kerusakan dan Pengendaliannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Umiarsih. 2009. Hama Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros L.) Pada Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia. Artikel, diakses sabtu 08 Agustus 2015 Untung, K. 1993. Nutrisi Yang di Perlukan Serangga Untuk Perkembangan Populasinya. Diakses pada tanggal 29 Mei 2015.http://www.google.com.edu./ent. Winarto. 2005. Penyakit Busuk pangkal Batang (ganoderma boninense) dan Pengendaliannya. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/psawit06. Diakses 5 juni 2015. Zaini.1991. Hama Tanaman Kelapa Sawit dan Pengendaliannya. Availabel at. Hp://Litbang.deptan.go.id/hama kelapa sawit. Diakses tanggal 22 april 2015.
61
Lampiran 1. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian di PTPN V Sei Galuh.
Gambar 5: Pengendalian hama kumbang (O.rhinoceros) dengan cara kimiawi
Gambar 6: Larva, pupa, imago dan kumbang tanduk dewasa (O.rhinoceros)
Gambar 7: Handpicking dengan kawat berkait dan serangan kumbang tanduk pada pupus tanaman kelapa sawit (TBM 2)
62
Gambar 8: Siklus Hidup Kumbang Tanduk dan Perbedaan Kumbang Tanduk Jantan dan Betina
Gambar 9: Insektisida yang di Gunakan dalam Penyemprotan Hama Kumbang Tanduk (Santrino 100 EC dan Marshal 200 EC)
63
64