LAPORAN TRAINING (TOT) FASILITATOR LAB. MINI ORGANIK MAMBAL, DESA MAMBAL KECAMATAN ABIANSEMAL, BADUNG 14-15 MARET 2014
1
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Ketergantungan petani terhadap bahan-bahan kimia (pupuk maupun pestisida kimia) apalagi bahan yang bersifat sebagai racun secara perlahan-lahan harus segera dikurangi. Petani sebaiknya mulai memanfaatkan bahan-bahan organik yang ada yang bisa dimanfaatkan untuk mengganti bahan-bahan kimia tersebut. Penggunaan bahan-bahan kimia secara berlebihan dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi petani sendiri, maupun lingkungan (lahan) dan produk yang dihasilkan, seperti lahan pertanian menjadi lebih keras, struktur dan tekstur rusak, karena bahan organik tanah yang ada sangat sedikit serta micro organisme di dalam tanah sebagian besar terbunuh. Sedangkan kita tahu micro organisme yang hidup di dalam tanah dangat membantu petani dalam proses pembusukan sisa di tanah maupun sebagai mobil penggerak membawa unsur hara ke dalam akar. Karena itu. sudah saatnya kita mengajak petani untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia dan mengintensifkan penggunaan bahan-baham alami (organik) dalam budidaya tanaman termasuk dalam pengendalian OPT secara alami (hayati). Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman secara hayati memanfaatkan peranan musuh alami (agensia hayati) untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Dalam upaya mengurangi ketergantungan petani terhadap asupan kimia (pupuk dan pestisida kimia), khususnya di wilayah Sumbak Mambal, sejak tahun 2013 melalui program CSR PT Tirta Investama (aqua) bersama Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Badung, telah dikembangkan kegiatan pengembangan pertanian ramah lingkungan dengan 2
membuat demplot pemanfaatan pupuk organik dan pengembangan laboratorium organik yang ada di Balai Subak Mambal. Keberadaan Laboratorium organik ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar dan sharing pengalaman bagi petani maupun stakeholder lain dalam mengembangkan model pengembangan pertanian ramah lingkungan (organik), sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas tananam dan lahan di wilayah Subak Mambal khususnya dan Kab Badung pada umumnya. Dan melalui program Mambal Lestari, yang dikembangkan oleh JANMA bersama PT. Tirta Investama, pelaksanaan kegiatan program pertanian ramah lingkungan di wilayah Subak Mambal tersebut, terus dikembangkan dalam tahun 2014 ini. Untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium organik yang ada, khususnya dalam memproduksi berbagai jenis agensia hayati yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan pupuk organik maupun pengendalian OPT, maka perlu dikembangkan/dilatih kader-kader petani di Subak Mambal yang nantinya dapat mengelola laboratorium tersebut secara berkelanjutan. Karena itu, penguatan kader-kader petani dalam memfasilitasi keberlanjutan pengembangan laboratorium organik sangat diperlukan, khususnya terkait dengan pengembangan agensia hayati di wilayah Subak Mambal, melalui kegiatan Training of Trainer (TOT) fasilitator Lab Organik.
1.2.
Tujuan dan Keluaran yang dicapai
Tujuan TOT adalah untuk meningkatkan kemampuan kader-kader petani sebagai fasilitator dalam pengelolaan laboratorium organik yang ada di Subak Mambal, khususnya dalam mengembangkan agensia hayati untuk pengendalian OPT maupun pengembangan pupuk organik. Sedangkan keluaran yang dicapai, yaitu : (1) Sebanyak 20 kader petani dari 5 munduk di wilayah Subak Mambal memahami pentingnya pengendalian OPT secara alami dan manfaat dari agensia hayati (2) Peserta memahami jenis-jenis agensia hayati dan cara perbanyakan/pembiakan masal. (3) Adanya rencana tindak lanjut perbanyakan agensia hayati oleh peserta untuk memenuhi kebutuhan di masing-masing munduk. 3
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan training, dilaksanakan selama 2 hari pada 14-15 Maret 2014, bertempat di Balai Subak Mambal, Desa Mambal, Kecamatan Abiansemal, Kab. Badung
1.4. Peserta dan narasumber Peserta training sebanyak 24 orang berasal dari kader-kader petani dari 5 munduk di lingkungan Subak Mambal, yang dipilih oleh Kelihan Muduk (“Pangliman”) masing-masing. Sedangkan narasumber selama kegiatan training yaitu 2 orang staf Balai Proteksi Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Propinsi Bali dan tim JANMA sebagai fasiltator. Nama-nama peserta TOT terlihat dalam Lampiran 1.
1.5.
Metode dan Materi training
Kegiatan training dilakukan selama 2 hari secara partisipatif dengan pendekatan pendidikan orang dewasa (POD), dimana dipadukan antara penjelasan dan pendalaman materi (teori) oleh narasumber
dan
pengalaman
lapangan
oleh
petani
serta
praktek
untuk
pengembangan/perbanyakan agensia hayati. Materi yang dibahas selama training, meliputi : (i) Pengenalan laboratorium organik dan fungsinya (ii) Pembentukan tim pengelola Lab Organik Mambal (iii) Pengenalan Jenis-jenis agensia hayati dan manfaatnya (iv) Pengembangan pembiakan masal agensia hayati (v) Pengenalan pestisida nabati dan manfaatnya (vi) Rencana tindak lanjut
1.6.
Pelaksana
Kegiatan training dilakukan secara bersama antara JANMA, PT. Tirta Investama Mambal dan Subak Mambal 4
II. PROSES PELAKSANAAN
2.1.
Pengantar dan Pembukaan Mengawali pelaksanaan training,
Ketua Pengurus
JANMA (Gde Suarja),
menyampaikan pengantar mengenai latar belakang dan tujuan dari kegiatan TOT Lab organik
ini
Dijelaskan
bahwa
laboratorium yang
dilaksanakan. keberadaan
organik
sudah
Mambal
dibangun
dan
diresmikan oleh Kepala Dinas Pertanian,
Perkebunan
dan
Kehutanan Badung tahun 2013, perlu dikelola dan dikembangkan lebih lanjut oleh petani-petani kader di Subak Mambal untuk mendukung
pengembangan
Gambar1.: Acara pembukaan TOT di Balai Subak Mambal
Pertanin Ramah Lingkungan yang telah dipromosikan dan dilaksanakan di wilayah Mambal. Laboratorium mini ini, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh petani untuk mengembangkan
berbagai
teknologi
pengembangan
pertanian
organik/Ramah
lingkungan, dan untuk sarana belajar bagi petani terkait dengan berbagai aspek pengembangan pertanian organik, baik pengembangan pupuk organik, Agensia Hayati, MOL, serta pengendalian H/P pada tanaman.
Maka dari itu, perlu dikembangkan
petani-petani kader yang mampu menjadi fasilitator Lab yang nantinya dapat berperan dalam mengelola kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di
laboratorium untuk
mendukung program pertanian ramah lingkungan di wilayah Subak Mambal ke depan. Salah satunya adalah melalui kegiatan training TOT fasilitator Lab yang dilaksanakan melalui program Mambal Lestari 2014 yang dilaksanakan oleh JANMA. 5
Selanjutnya, acara pembukaan kegiatan training dilakukan secara resmi oleh Kepala Desa Mambal . Dalam sambutannya, Pemerintah Desa Mambal menyambut baik dilaksanakannya kegiatan Training of Trainer (TOT) bagi petani kader di Subak Mambal untuk meningkatkan kapasitas petani dalam mendukung pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan yang telah dilaksanakan selama ini di wilayah Subak Mambal. Secara khusus Pemdes Pelaga menyampaikan terima kasih kepada penyelenggara (JANMA dan PT Tirta Investama) yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada warga Subak Mambal, khususnya di bidang Pertanian Ramah Lingkungan dan juga kegiatan lainnya selama ini. Diharapkan kegiatan ini nantinya dapat juga memberikan nilai tambah bagi Pemerintah Desa Mambal, yang akan mengikuti lomba desa pada tahun ini. Selain itu, Kepala Desa Mambal juga berharap agar para petani kader yang sudah dilatih, secara aktif mampu mengembangkan dan menerapkan sistem pertanian organik (ramah lingkungan) di wilayah Subak Mambal secara berkelanjutan, sejalan dengan kebijakan Pemkab Badung, khususnya Distanbunhut dalam bidang Pertanian.
2.2.
Fungsi Lab Organik Mambal
Sesi awal kegiatan training, dimulai dengan penjelasan oleh Pak Sandi, tentang latar belakang dan tujuan Laboratorium Organik yang telah dibangun dan diresmikan di Subak Mambal. Dijelaskan bahwa keberadaan laboratorium organik Mini yang dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain: - Adanya serangan H/P yang cukup tinggi di Subak Mambal - Berkuranganya predator - Ingin mengurangi penggunaan racun kimia (pesitisda, fungisida, dan herbisida) - Untuk mencapai pertanian ramah lingkungan (organik), guna mendukung ketersediaan pangan sehat (B3SA- Bergizi, Berimbang, Bercukupan, Sehat dan Aman) bagi masyarakat/petani.
6
Sedangkan
tujuan
dibangun
Laboratorium Mini di Subak Mambal, yaitu : -
Menciptakan pangan sehat
-
Menerapkan pertanian ramah lingkungan/sehat
-
Adanya ketersediaan sarana pertanian organic (pupuk dan pengendaliannya)
Gambar1: Penjelasan ttg fungsi dan tujuan pembentukan lab organik Mambal oleh Pak Sandi
-
Memfungsikan Lab organik sebagai sarana belajar bagi petani dalam mengatasi berbagai masalah H/P yang terjadi di wilayah Subak Mambal
Selanjutnya untuk keberlanjutan pengelolaan lab Mini organik ini, dilakukan diskusi terkait pembentukan Kelompok pengelola/pengurus Lab Organik Mambal, agar dapat berperan secara aktif dalam mengembangkan kegiatan laboratoriun lebih lanjut. Dari hasil diskusi dengan semua peserta, disepakati kepengurusan Lab Organik Mambal, terdiri dari: 1. Ketua
: I Wayan Kota
2. Sekretaris
: Putu Alit Eka Wisma
3. Bendahara
: Ketut Diatmika
4. Bidang Perencanaan : Gst Putu Parnawa 5. Bidang Perbanyakan : I Wayan Suarta 6. Bidang Distribusi
: Nym Sudira
Sementara selaku Pembina adalah Pekaseh Subak Mambal , sedangkan PPL dan tim JANMA sebagai Pendamping. Adapun struktur kelompok Pengelola Lab Organik Subak Mambal, seperti terlihat dalam bagan berikut:
7
BAGAN : KELOMPOK PENGELOLA LAB PERTANIAN ORGANIK SUBAK MAMBAL Pembina PEKASEH SUBAK MAMBAL
KETUA I Wayan Kota
SEKRETARIS I Pt Alit Eka Wisma
BID. PERENCANAAN Gst Pt Parnawa
BENDAHARA I Kt Diatmika
BID. PERBANYAKAN I Wayan Suarta
BID. DISTRIBUSI Nym Sudira
ANGGOTA Krama Subak Mambal
Mengenai tugas dari masing-masing bagian akan dirumuskan lebih lanjut dalam pertemuan lanjutan yang akan dilakukan oleh Kelompok Pengelola Lab.
8
2.3.
Pemaparan Materi tentang Agensia Hayati
Penjelasan materi ini disampaikan oleh narasumber dari BPTPH Bali (I Wayan Adnyana, SP). Beberapa hal penting yang disampaikan terkait dengan Agensia Hayati, antara lain : (i). Agensia hayati dapat dikelompokkan menjadi 1. Predator Organisme yang memangsa organisme lain, contohnya : laba-laba, kumbang helm, kumbang botol dsb. 2. Parasitoid Adalah serangga yang memparasit serangga lain. Contohnya : Trichogramma sp., Pipunculidae, Mymaridae, Braconidae dsb. Gambar 3 : presentasi materi oleh narasumber
3. Patogen Serangga Adalah jasad renik (mikroba) yang dapat mengendalikan serangga. Contohnya: -
Beauveria, Nomoraea sp., Hirsutella sp., mengendalikan ulat, diaphorina citri, kepik dll.
-
Bacillus sp., mengendalikan ulat serangga lain
-
NPV mengendalikan larva serangga.
-
Nematoda mengendalikan serangga.
4. Antagonis Adalah jasad renik (mikroba) yang mengintervensi aktivitas patogen penyebab penyakit tumbuhan baik fase parasitik maupun saprofitik.
9
(ii)
Kelebihan Pengendalian dengan agensia Hayati 1. Sudah tersedia di alam, keberadaannya tidak jauh-jauh dari OPT. 2. Bersifat selektif, sehingga tidak mengganggu organisme bukan sasaran. 3. Dapat menemukan dengan sendirinya OPT sasaran. 4. Tidak menimbulkan resistensi, resurgensi ataupun ledakan hama sekunder. 5. Tidak menimbulkan efek residu. 6. Aman terhadap lingkungan, produsen maupun konsumen dan sebagainya.
(iii)
Kekurangan Pengendalian dengan Agensia Hayati 1. Hasilnya relatif tidak cepat (karena membutuhkan proses) 2. Aplikasinya tidak tahan terhadap sinar matahari. 3. Memerlukan kondisi yang mendukung (kelembaban yang cukup)
(iv)
Mekanisme Antagonis 1. Kompetisi ruang dan hara → terjadi persaingan untuk mendapatkan tempat hidup, oksigen, ataupun hara. 2. Antibiosis dan lisis → terjadi penghambatan atau penghancuran suatu organisme oleh senyawa metabolisme yang diproduksi oleh antagonis. 3. Menetralisasi aktivitas patogen →menetralisir toksin yang dihasilkan oleh patogen. 4. Hiperparasitisme →terjadi bila organisme antagonis memparasit patogen tumbuhan Contoh Agensia Antagonis Bacillus substilis mengendalikan penyakit kudis (Streptomyces sp.), Sclerotium sp., Phytium sp. Pseudomonas flourescens mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, Fusarium sp, busuk akar. Corynebacterium mengendalikan penyakit kresek, bakteri red strip, penyakit Blas dan Erwina sp. 10
Trichoderma sp. dan Gliokladium sp.,mengendalikan penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan fusarium sp., armillaria sp., penyakit akar gada dsb.
(v) Jenis-Jenis Agensia Hayati a. Corynebacterium sp. Cara penggunaan : Perendaman benih selama 15 menit. Penyemprotan pada semaian. Penyemprotan tanaman pada umur 1,3,5,7 minggu setelah tanam Konsentrasi 10cc/lt air. Dosis 5 liter/ha. Volume semprot 400-500lt larutan/ha b. Pseudomonas flourescens Cara penggunaan : Perendaman benih selama 15 menit. Aplikasi pada persemaian dan pertanaman. Konsentrasi 10cc/lt air. Dosis 5 liter/ha. c. PGPR ( Plant Growth Promoting Rhizobacteria ). -
Menekan perkembangan penyakit
-
Memproduksi fitohormon
-
Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman
Contoh:
Rhizobium,
Azospirillium,
Streptomyces
11
Bacillus,
Pseudomonas,
Thiobacillus,
Cara penggunaan : Perendaman benih selama 6 jam. Penyemprotan pada semaian. Penyemprotan tanaman pada umur 20 dan 40 hst. Konsentrasi 10cc/lt air. Dosis 5 liter/ha. Volume semprot 400-500lt larutan/ha
(vi) Cara Pembuatan Media stater beras atau jagung Cuci beras / jagung sampai bersih dan tiriskan Kukus beras / jagung sampai membentuk aronan kira-kira 20 menit. Angkat aronan dan dinginkan Kemudian kemas pada kantong plastik tahan panas ukuran 1 kg (masing-masing sekitar 200 gr) Sterilkan / kukus kembali selama 1 jam, kemudian angkat dan dinginkan
(vii) Pembuatan Starter Trichoderma sp Sterilkan kotak pemindah (incase), jarum oose dan tangan dengan alkohol 96%. Masukkan tabung isolate Trichoderma sp, media starter beras/jagung, jarum oose dalam incase Nyalakan lampu bunsen selama melakukan inokulasi Pindahkan isolat trichoderma sp ke dalam media beras dengan bantuan jarum oose (1 botol digunakan untuk 5 kantong media starter.
Aduk isolat sampai rata pada media beras, staples ke dua ujung kantong plastik
Tulis nama cendawan, tanggal perbanyakan pada kantong plastik. Inkubasikan 5 sampai 7 hari sampai cendawan memenuhi permukaan media dengan warna hijau segar.
12
(viii) Perbanyakan massal Cendawan Trichoderma sp Siapkan pupuk kandang yang telah steril, sebanyak 15 kg Tambahkan air sampai kelembaban cukup Campurkan starter Trichoderma sp sebanyak 1 kg ( 5 bungkus) ke dalam 15 kg pupuk kandang (1 : 15) sampai rata Kemas ke dalam kantong plastik dengan berat 1 kg. Inkubasikan selama 7 hari, baru siap digunakan
(ix) Pembuatan media EKG ( ekstrak kentang gula) Kupas kentang sebanyak 250 gr, kemudian cuci sampai bersih dan potongpotong ukuran 1cm x 1cm. Rebus selama 15 menit sampai kentang empuk, tambahkan 20 gr gula pasir dan 1 gr glicerol Saring media EKG, masukkan panas-panas ke dalam permentor yang sudah steril.
(x) Perbanyakan massal bakteri antagonis ( Corynebacterium sp, Pseudomonas flourescens) Siapkan bahan-bahan (isolat corynebacterium sp dan Pseudomonas flourescens), media EKG, glass woll, KMnO4, selang plastik dan aerator. Media
EKG
yang
sudah
dingin
diinokulasikan
secara
aseptik
isolat
corynebacterium / p flourescens, dengan perbandingan 1 tabung : 2 liter media EKG. Hubungkan aerator, botol KMnO4, glass woll, permentor, botol pembuangan udara, kemudian hubungkan ke sumber arus listrik. Inkubasikan bakteri dalam permentor selama 10 hari, sampai kepadatan populasi mencapai minimal 106 coloni forming unit (cfu) Bakteri siap untuk dipanen, dan dapat diaplikasi sesuai dengan petunjuk
13
(xi)
Prosedur aplikasi Trichoderma sp •
Pada tanaman semusim : -
Pada persemainan 1kg trichoderma pada perbanyakan masal per 1m2 atau m3.
•
(xii)
Pada pertanaman sebanyak 50 gram per lubang tanam dibenamkan.
Pada tanaman tahunan , sebanyak 0,5 kg trichoderma per lubang tanam
Prosedur Aplikasi Pseudomonas flourescen -
Perlakuan benih tanaman hortikultura selama 30 menit.
-
Pada saat tanam sebanyak 10 cc per liter air dengan cara dikocorkan pada perakaran tanaman .
2.4.
-
Pada tanaman semusim diulang pada umur 14,28 dan 42 Hst.
-
Pada tanaman tahunan diulang pada 3 bulan berikutnya.
Tanya jawab/ diskusi
Tahapan berikutnya, setelah penjelasan materi oleh narasumber, dilakukan diskusi/tanya jawab kepada peserta sekaligus sharing pengalaman yang dialami petani di lapangan dalam pengendalian OPT. Dari diskusi, ada beberapa isu/pertanyaan yang muncul dari peserta, antara lain: o Bagaimana mengendalikan hama keong mas, yang banyak terjadi di wilayah Subak Mambal? Atas pertanyaan tersebut, Narasumber memberikan solusi , salah satunya dengan menggunakan buah pinang. o Bagaimana mengendalikan hama penggerek batang? Apa yang bisa pada tanaman? o Apakah padi saat berbunga bisa diberikan/disemprot dengan agens hayati Beuveria bassiana? 14
2.5.
Pengenalan dan Pemanfaatan Cendawan BEAUVERIA BASSIANA
Mengapa agens hayati ini penting? Dalam PHT penggunaan pestisida tidak dilarang, namun dinyatakan bahwa penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir apabila cara pengendalian lainnya sudah dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi. Untuk menekan penggunaan pestisida tersebut perlu diupayakan usaha pengendalian lainnya yang ramah dan akrab lingkungan, salah satu diantaranya adalah pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati cendawan Beauveria bassiana. Cendawan Beauveria bassiana dikenal sebagai jenis cendawan yang cukup efektif dalam mengendalikan berbagai jenis hama, khususnya pada tanaman pangan dan mempunyai persistensi yang relatif lama.
Cendawan Beauveria bassianal mengeluarkan racun yang
disebut Beauvericin yang mengakibatkan perubahan proses enzimatis pada inang. Perubahan warna pada inang menunjukkan adanya perubahan metabolik dan setelah haemocoel terisi penuh oleh hifa cendawan dan racun maka inang akan mati dan permukaan tubuhnya tertutupi oleh
cendawan
yang
berwarna
putih
(Kasumbogo
dan
Samino,1987).
Inang dari cendawan Beauveria bassiana antara lain walang sangit, wereng batang coklat, wereng hijau, penggerek batang padi, penggulung daun dan kepinding padi. Cendawan Beauveria bassiana mampu hidup secara saprofit pada sisa-sisa tanaman, sehingga sangat cocok dikembangkan pada lingkungan tanaman pangan yang merupakan tanaman semusim. Secara umum cendawan Beauveria bassiana memerlukan lingkungan kelembaban tinggi dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Radiasi matahari dapat mematikan spora.
Suhu
optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan Beauveria bassiana adalah 22 – 26 °C. Tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan cnawan BEAUVERIA BASSIANA (i) Eksplorasi yang terdiri dari : a. Penentuan lokasi Bertujuan untuk mempermudah mendapatkan cendawan Beauveria bassiana, misalnya untuk mendapatkan cendawan Beauveria bassiana dapat diperoleh pada 15
daerah
tanaman padi terserang hama walang sangit atau hama lain yang merupakan inang dari cendawan Beauveria bassiana b. Pengambilan contoh/sample Bertujuan bassiana.
untuk mendapatkan Dapat
dilakukan
sumber inokulum dari cendawan
dengan mengambil
contoh hama
Beauveria
walang sangit
terserang patogen cendawan. c. Penanganan contoh Bertujuan untuk mendapatkan cendawan Beauveria bassiana sebagai sumber inokulum Bahan dan alat yang diperlukan : - Sampel hama walang sangit terserang cendawan. - Aquadesh - Media Agar (PDA) - Alkolol 70 % - Kertas saring - Pinset - Lampu bunsen + spiritus - Inchase (kotak inokulasi) - Mikroskup - Preparat Cara kerja : - Siapkan alkohol 70 % dan aquadesh dalam petridish serta kertas saring - Sampel hama walang sangit terserang cendawan disterilkan dalam alkohol 70 %, kemudian bilas dengan aquadesh dan taruh pada kertas saring. - Insekting dengan scapel, ambil bagian dalamnya dengan pinset, inokulasikan pada petridish yang sudah berisi media Agar (PDA) didalam inchase - Inkubasikan selama 3 – 4 hari di dalam inkubator, sehingga akan tumbuh cendawan yang menyerang hama walang sangit . 16
- Identifikasi cendawan-cendawan yang tumbuh pada media Agar (PDA), di bawah mikrokup. (ii).
Pemurnian Pemurnian
bertujuan untuk memperoleh
isolat - isolat cendawan Beauveria
bassiana yang murni dan seragam. Bahan dan alat yang dibutuhkan : - Hasil eksplorasi dan sudah teridentifikasi - Media Agar (PDA) - Jarum ouse - Alkohol 70% - Lampu bunsen + spiritus - Inchase (kotak inokulasi) Cara kerja : - Sterilkan alat dan tangan dengan alkohol 70% - Masukkan lampu bunsen kedalam inchase dan nyalakan - Inokulasikan cendawan Beauveria bassiana hasil ekplorasi yang sudah teridentifikasi, kedalam petridish yang sudah berisi media Agar (PDA) untuk memperoleh biakan murni. Inokulasi dilakukan di dalam inchase. - Inkubasikan selama 5-7 hari, sampai cendawan Beauveria bassiana tumbuh menutupi permukaan media. (iii). Perbanyakan Isolat Perbanyakan isolat bertujuan memperoleh isolat-isolat murni yang seragam dan serempak dalam jumlah yang cukup Bahan dan alat yang dipergunakan : - Isolat (benih) murni cendawan Beauveria bassiana - Media agar (PDA) miring 17
- Alkohol 70% - Jarum Ouse - Inchase (kotak Inokulasi) - Lampu bunsen + spiritus Cara kerja - Inchase, jarum ouse dan tangan disterilkan dengan alkohol 70 % - Masukkan lampu bunsen kedalam inchase dan nyalakan - Inokulasikan isolat murni Beauveria bassiana kedalam media Agar (PDA), inokulasi dilakukan didalam inchase - Hasil inokulasi isolat murni Beauveria bassiana taruh di ruang inkubator (tempat lembab tidak kena sinar matahari) - 5-7 hari setelah inokulasi media PDA akan ditumbuhi cendawan Beauveria bassiana terlihat seperti kapur putih dan siap untuk diperbanyak pada media jagung (iv)
Perbanyakan Starter Perbanyakan starter dapat dilakukan pada media padat beras atau jagung Bahan dan alat yang dibutuhkan adalah : - Isolat (benih) murni cendawan Beauveria bassiana - Alkohol 70% - Beras atau jagung - Kantong plastik 1 kg - Kertas label - Lampu bunsen + spiritus - Korek api - Kertas koran/nampan - Cublukan - Ember - Kompor 18
beras
atau
- Waskom - Sendok - Gelas ukur - Timbangan - Jarum ouse - Inchase (kotak inokulasi) - Streples. SKEMA PROSES PEMBUATAN STARTER BEAUVERIA BASSIANA PADA MEDIA BERAS. Beras dicuci dan ditiriskan
Beras dikuskus ½ matang ± 45 menit
Beras ½ matang diangkat didinginkan ± 5 menit
Media beras tsb. Didinginkan ± 24 jam
Media beras tersebut dikuskus ± 1 jam
Beras dimasukkan dalam kantong plastik ± 100 gr, dan dilipat
Media beras inokulasi dengan isolat murni Beauveria bassiana
Media beras hasil inokulasi tersebut diinkubasi 7-10 hari
Stater siap untuk diaplikasikan
Cara kerja : - Timbang beras yang diperlukan - Beras dicuci dan ditiriskan - Dikuskus setengah matang ± selama 45 menit dan diaduk 1-2 kali
19
- Setelah setengah matang media beras diangkat dan didinginkan selama 5 menit dengan jalan diratakan diatas nampan/kertas koran - Masukkan media beras kedalam kantong plastik sebanyak 100 gr, kemudian dilipat seperti lemper - Media beras tersebut disterilkan dalam cublukan selama 1 jam (dihitung setelah air mendidih) - Selanjutnya media beras didinginkan selama 24 jam - Inokulasikan isolat murni pada media beras, inokulasi dilakukan dalam inchase untuk menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme lain - Ujung plastik dilipat dan distreples - Ujung plastik yang satu lagi dipotong, dilipat dan distreples. - Media beras yang sudah diinokulasi, ditaruh dalam inkubator atau dalam ruangan yang tidak kena sinar matahari - 2 hari setelah inokulasi spora mulai tumbuh dan miselium cendawan Beauveria bassiana akan menutupi media beras dalam waktu 2-3 minggu, siap untuk diaplikasikan. CARA PENERAPAN/APLIKASI Aplikasi dilakukan dengan jalan melarutkan cendawan Beauveria bassiana pada media beras tersebut kedalam air, dengan konsentrasi 10 gram/liter air (100 gram/tangki), kemudian disaring supaya nozel tidak tersumbat. Waktu aplikasinya pada sore hari. PEMANFAATANNYA Untuk mengedalikan hama walang sangit, wereng batang coklat, wereng hijau, penggerek batang padi, penggulung daun, kepinding padi dll.
20
2.6.
Pengenalan dan Pemanfaatan Cendawan METARRHIZIUM SPP
Untuk menekan penggunaan pestisida, pengendalian OPT selain dapat dilakukan dengan memanfaatkan agens hayati BEAUVERIA BASSIANA diatas, juga dapat dilakukan melalui pengembangan dan pemanfaatan agensia hayati cendawan Metarrhizium spp. Cendawan ini dikenal sebagai jenis cendawan yang cukup efektif dalam mengendalikan berbagai jenis hama, khususnya pada tanaman pangan dan mempunyai persistensi yang relatif lama. Terdapat dua species Metarrhizium spp. yang merupakan patogen serangga hama, yaitu Metarrhizium anisophiae dan Metarrhizium flavoviridae (Anon, 1999). Menurut B.M.Shepard, A.T. Barrion, dan J.A. Litsinger (1987), cendawan Metarrhizium spp yang tumbuh di dalam tubuh serangga inang akan memakan isi badannya. Bila serangga inang mati, kemudian cendawan akan berkembang . Pertama-tama akan tumbuh sesuatu yang berwarna putih pada sambungan badan inang. Bila spora terbentuk, cendawan berubah menjadi hijau gelap apabila cendawan itu adalah M. anisopliae atau berubah menjadi hijau muda bila cendawan itu M. flavoviridae. Inang dari cendawan Metarrhizium spp antara lain , wereng batang coklat, wereng hijau, wereng zigzag, kepinding tanah dan lain-lain. Kedua species Metarrhizium spp mampu hidup secara saprofit pada sisa-sisa tanaman, sehingga sangat cocok dikembangkan pada lingkungan tanaman pangan yang merupakan tanaman semusim.
Pada saat bera atau tidak ada
pertanaman, spora cendawan dapat bertahan pada sisa tanaman. Secara umum cendawan Metarrhizium spp memerlukan lingkungan kelembaban tinggi dan tidak terkena sinar matahari langsung. Radiasi matahari dapat mematikan spora. Suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan cendawan Metarrhizium spp adalah 25 - 30 °C. Tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan cendawan METARRHIZIUM SPP. (1). Eksplorasi yang terdiri dari : a. Penentuan lokasi 21
Bertujuan untuk mempermudah mendapatkan cendawan misalnya
untuk
mendapatkan
cendawan
pada daerah tanaman padi terserang
Metarrhizium spp
Metarrhizium spp, dapat diperoleh
hama wereng batang coklat
atau hama
lain yang merupakan inang dari cendawan Metarrhizium spp. b. Pengambilan contoh Bertujuan
untuk
Metarrhizium spp.
mendapatkan Dapat
sumber
dilakukan
inokulum
dengan
dari
mengambil
cendawan
contoh
hama
wereng batang coklat terserang patogen cendawan. c. Penanganan contoh Bertujuan
untuk mendapatkan cendawan
Metarrhizium spp sebagai sumber
inokulum. Bahan dan alat yang diperlukan : - Sampel hama wereng batang coklat terserang cendawan. - Aquadesh - Media Agar (PDA) - Alkolol 70 % - Kertas saring - Pinset - Lampu bunsen + spiritus - Inchase (kotak inokulasi) - Mikroskup - Preparat Cara kerja : - Siapkan alkohol 70 % dan aquadesh dalam petridish serta kertas saring - Sampel hama wereng batang coklat terserang cendawan disterilkan dalam alkohol 70 %, kemudian bilas dengan aquadesh dan taruh pada kertas saring. - Insekting dengan scapel, ambil bagian dalamnya dengan pinset, inokulasikan pada petridish yang sudah berisi media Agar (PDA) didalam inchase 22
- Inkubasikan selama 3 – 4 hari di dalam inkubator, sehingga akan tumbuh cendawan yang menyerang hama wereng batang coklat . - Identifikasi cendawan-cendawan yang tumbuh pada media Agar (PDA), di bawah mikrokup. (2) Pemurnian Pemurnian bertujuan untuk memperoleh isolat - isolat cendawan
Metarrhizium
spp yang murni dan seragam. Bahan dan alat yang dibutuhkan : - Hasil eksplorasi dan sudah teridentifikasi - Media Agar (PDA) - Jarum ouse - Alkohol 70% - Lampu bunsen + spiritus - Inchase (kotak inokulasi) Cara kerja : - Sterilkan alat dan tangan dengan alkohol 70% - Masukkan lampu bunsen kedalam inchase dan nyalakan - Inokulasikan cendawan Metarrhizium spp hasil ekplorasi yang sudah teridentifikasi, kedalam petridish yang sudah berisi media Agar (PDA) untuk memperoleh biakan murni. Inokulasi dilakukan di dalam inchase. - Inkubasikan selama 5-7 hari, sampai cendawan Metarrhizium spp tumbuh menutupi permukaan media Agar. (3) Perbanyakan Isolat Perbanyakan isolat bertujuan memperoleh isolat-isolat murni yang seragam dan serempak dalam jumlah yang cukup
23
Bahan dan alat yang dipergunakan : - Isolat (benih) murni cendawan Metarrhizium spp - Media agar (PDA) miring - Alkohol 70% - Jarum Ouse - Inchase (kotak Inokulasi) - Lampu bunsen + spiritus Cara kerja - Inchase, jarum ouse dan tangan disterilkan dengan alkohol 70 % - Masukkan lampu bunsen kedalam inchase dan nyalakan - Inokulasikan isolat murni cendawan Metarrhizium spp kedalam media Agar (PDA), inokulasi dilakukan didalam inchase - Hasil inokulasi isolat murni cendawan Metarrhizium spp taruh di ruang incubator (tempat lembab tidak kena sinar matahari) - 5-7 hari setelah inokulasi media PDA akan ditumbuhi cendawan spp terlihat seperti kapur putih dan siap untuk diperbanyak pada
Metarrhizium media
atau jagung (4)
Perbanyakan Starter Perbanyakan starter dapat dilakukan pada media padat beras atau jagung Bahan dan alat yang dibutuhkan adalah : - Isolat (benih) murni cendawan Metarrhizium spp
-
- Alkohol 70%
- Ember
- Beras atau jagung
- Kompor
- Kantong plastik 1 kg
- Waskom
- Kertas label
- Sendok
- Lampu bunsen + spiritus
- Gelas ukur 24
Cublukan
beras
- Korek api
- Timbangan
- Kertas koran/nampan
- Jarum ouse - Inchase (kotak inokulasi)
SKEMA PROSES PEMBUATAN STARTER METARRHIZIUM SPP PADA MEDIA BERAS. Beras dicuci dan ditiriskan
Beras dikuskus ½ matang ± 45 menit
Media beras tsb. Didinginkan ± 24 jam
Media beras tersebut dikuskus ± 1 jam
Media beras inokulasi dengan isolat murni Metarrhizium spp.
Media beras hasil inokulasi tersebut diinkubasi 7-10 hari
Beras ½ matang diangkat didinginkan ± 5 menit
Beras dimasukkan dalam kantong plastik ± 100 gr, dan dilipat
Stater siap untuk diaplikasikan
Cara kerja : - Timbang beras yang diperlukan - Beras dicuci dan ditiriskan - Dikuskus setengah matang ± selama 45 menit dan diaduk 1-2 kali - Setelah setengah matang media beras diangkat dan didinginkan selama 5 menit dengan jalan diratakan diatas nampan/kertas koran - Masukkan media beras kedalam kantong plastik sebanyak 100 gr, kemudian dilipat seperti lemper
25
- Media beras tersebut disterilkan dalam cublukan selama 1 jam (dihitung setelah air mendidih) - Selanjutnya media beras didinginkan selama 24 jam - Inokulasikan isolat murni pada media beras, inokulasi dilakukan dalam inchase untuk menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme lain - Ujung plastik dilipat dan distreples - Ujung plastik yang satu lagi dipotong, dilipat dan distreples. - Media beras yang sudah diinokulasi, ditaruh dalam inkubator atau dalam ruangan yang tidak kena sinar matahari - 2 hari setelah inokulasi spora mulai tumbuh dan miselium cendawan Metarrhizium spp akan menutupi media beras dalam waktu 2-3 minggu, siap untuk diaplikasikan. CARA PENERAPAN/APLIKASI Aplikasi dilakukan dengan jalan melarutkan cendawan Metarrhizium spp pada media beras tersebut kedalam air, dengan konsentrasi 10 gram/liter air (100 gram/tangki), kemudian disaring supaya nozel tidak tersumbat. Waktu aplikasinya pada sore hari. PEMANFAATANNYA Untuk mengendalikan hama wereng coklat dan kepinding tanah
2.7.
Praktek Pembuatan Agens Hayati
Setelah diberikan pemaparan mengenai pengenalan dan manfaat dari dari Agensia Hayati, pada hari kedua, dilakukan praktek secara langsung pengembangan agens hayati. Ada 2 jenis agens hayati yang dikembangkan atau dilakukan perbanyakan secara langsung, yaitu cendawan BEAUVERIA
BASSIANA,
dengan
menggunakan
Corynebacterium, sp.
26
media
beras
dan
perbanyakan
(i) Praktek perbanyakan cendawan BEAUVERIA BASSIANA , sebagai berikut: Media Beras dikukus ½ matang + 45 matang oleh salah satu peserta
Media beras hasil inokulasi tersebut diinkubasi 15 hari dan diisi nama peserta yg melakukan inokulasi
Beras tersebut yg sudah didinginkan kemudian dimasukkan dalam kantong plastik ± 100 gr, dan dilipat
Media beras inokulasi dengan isolat murni Beauveria bassiana, secara bergantian oleh masing-masing peserta
Media beras yg sudah dibungkus tersebut dikuskus ± 1 jam
Media beras tsb. Didinginkan ± 2 jam
Stater siap untuk diaplikasikan
Gambar 4: peserta sedang memasukkan beras yang sudah dikukus ke dalam plastic dan praktek inokluasi dengan isolat
27
(ii) Praktek perbanyakan Corynebacterium , sebagai berikut: •
Perbanyakan corynebacterium mengggunakan media cair yaitu EKG ( Esktrak Kentang Gula).
•
Larutan EKG dimasukan dalam tabung (gallon Aqua) dengan perbandingan 5 liter EKG : 1 tabung reaksi (test tube) isolate Corynebacterium.
•
Perbanyakan melalui cara diinkubasi dengan penambahan udara/ada oksigen
•
Dari aerator udara dialirkan melalui selang plastic masuk ke botol KMnO4 (agar steril) diteruskan ke botol berisi glass wall (agar tidak ada percikan cairan KMnO4), dan aliran udara diteruskan masuk ke dalam media EKG (yang telah diisi isolate)
Gambar 5: rangkaian inkubasi Corynebacterium dengan media EKG
28
III. PENUTUP Kegiatan Training of Trainer (TOT) yang berlangsung selama 2 hari, secara umum dapat berjalan lancar dan dapat memahami pentingnya agens hayati sebagai salah satu upaya yang peru dilakukan untuk mengendalikan OPT tanpa menggunakan racun (asupan kimia). Selain itu peserta juga sudah mulai mengenal manfaat dari agens hayati, paling tidak 2 jenis yang sudah dipraktekkan dalam training ini, yaitu cendawan Beuveria Bassiana dan Corynebacterium. Dari hasil praktek, dihahasilkan 25 bungkus perbanyakan agens hayati cendawan Beuveria Bassiana dan 1 tabung (galon) perbanyakan Corynebacterium, untuk dimanfaatkan dalam pengendalain OPT. Ada beberapa catatan penting dari narasumber terkait dengan konsidi laboratorium organik dan proses praktek perbanyakan oleh peserta, antara lain : (i) Perlu diperhatikan dengan baik higienitas dari ruang Laboratorium dan peralatan yang digunakan agar hasil perbanyakan agens hayati bisa memproleh hasil yang optimal. (ii) Perlu diperhatikan alat incase yang digunakan untuk inokulasi isolate harus benar2 steril. Incase yang ada di Lab organik Mambal dianggap masih kurang higienis dan masih terbuka sehingga memungkinkan bacteri bisa menyebar di dalamnya. (iii)Tempat penyimpanan hasil inokulasi dan perbanyakan perlu ditutp dengan rapat agar terhidar dari hama tikus dan hama lainnya. (iv)Untuk perbanyakan cendawan Tricoderma, sp sebaiknya menggunakan incase tersendiri karena cendawan ini mempunyai sifat antagonis. Jika digabung dengan agens yang lain, misalnya Beuveria bassiana, maka
bisa merusak pertumbuhan dan perkembangan
agensia tersebut. Usai kegiatan praktek, kegiatan training ditutup oleh JANMA, diakhiri dengan acara Photo bersama peserta training.
29
Lampiran 1. Daftar Nama Peserta Training TOT Lab Organik Subak Mambal Di Balai Subak Mambal, 14-15 Maret 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Peserta I Putu Widana I Nyoman Rening Gusti Nyoman Merte I Nyoman Pika I Ketut Diatmika I Nyoman Sudiana I Putu Nuada I Made Rembig Winata I Gusti Putu Suartana I Gusti Aji Oka I Wayan Mudra Putu Alit Eka Wisma I Wayan Kota I Made Ladra Gusti Putu Nera I Wayan Suwela I Made Dastra I Made Sugiana I Made Oka I Made Sama I Wayan Adnyana (BPTPH Bali) I Wayan Sulendra Luh Putu Aryani (JANMA) I Wayan Sandi (JANMA) Kadek Apreliani (JANMA) IG. Suarja (JANMA) Ni Made Suryati, SP (BPTPH Bali)
Alamat Munduk Kedampal Munduk Kedampal Munduk Kedampal Munduk Kedampal Munduk Kedampal Munduk Kedampal Munduk Bedugul Munduk Bedugul Munduk Bedugul Munduk Bedugul Munduk Batuangsut Munduk Kedampal Munduk Bedugul Munduk Batuangsut Munduk Batuangsut Munduk Cungkub Munduk Semana Munduk Semana Munduk Bedugul Munduk Semana Narasumber Peninjau Admin Fasilitator Notulensi Fasilitator Narasumber
30