Akulturasi Remaja Islam… (Krisna Dhanu Pratama) 1
AKULTURASI PSIKOLOGIS REMAJA ISLAM BALI SEBAGAI MUSLIM MINORITAS DI KECAMATAN ABIANSEMAL, BADUNG, BALI
ARTIKEL E-JOURNAL
Oleh Krisna Dhanu Pratama NIM 08104244028
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015
Akulturasi Remaja Islam… (Krisna Dhanu Pratama) 1
AKULTURASI PSIKOLOGIS REMAJA ISLAM BALI SEBAGAI MUSLIM MINORITAS DI KECAMATAN ABIANSEMAL, BADUNG, BALI PSYCHOLOGICAL ACCULTURATION OF MOSLEM TEENAGERS IN BALI AS MINORITY MOSLES IN THE COUNTY OF ABIANSEMAL, BADUNG, BALI. Oleh: Krisna Dhanu Pratama. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana strategi akulturasi psikologis remaja Islam di Bali dilihat dari sisi psikologis yang diterjemahkan kedalam aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik dalam kehidupan sosial pergaulannya.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan metode observasi,wawancara dan dokumentasi. subyek merupakan Remaja Islam pendatang yang tinggal di Bali. Hasil penelitian dari aspek kognitif, subyek memiliki pengetahuan mengenai budaya Hindu Bali cukup baik ditunjukkan dengan memahami budaya Hindu Bali beserta prosesinya. Strategi yang digunakan dalam menyesuaikan diri adalah subyek terbuka dalam pertemanan. Aspek afektif, subyek merasakan kenyamanan untuk tinggal dan hidup dengan budaya Hindu Bali, faktor yang berpengaruh karena subyek sejak kecil sudah hidup di lingkungan masyarakat Bali.Tingkat kebanggaan terhadap budaya Bali cukup tinggi ditunjukkan dengan antusiasnya subyek mengikuti kegiatan berbudaya Hindu Bali. Aspek psikomotorik, interaksi dan partisipasi sosial cukup baik ditunjukkan dengan bergabungnya subyek dengan komunitas remaja di Bali dan membantu dalam persiapan upacara keagamaan umat Hindu. Strategi akulturasi yang ditetapkan adalah asimilasi. Kata kunci : akulturasi, akulturasi psikologis, budaya hindu Bali Abstract The purpose of this research is to understand and describe the result of psychological acculturation strategy of Moslem teenagers in Bali as seen from a psychological point of view. It is interpreted through the cognitive aspect, the affective aspect, and the psych motoric aspect in their social life. This research is a qualitative descriptive research which uses the methods of observation, interview and documentation. The subjects of this research are Moslem teenagers who have moved and lived in Bali. The result of this research is seen through three aspects. First, the result from the cognitive aspect shows that the subjects have a relatively good knowledge of the Hindu Bali culture seen through their understanding of the culture and its rituals. The strategy used by the subject to adapt is by acquainting themselves to everyone. Second, the result from the affective aspect shows that the subjects generally hold a sense of comfort in living among the Hindu Bali culture. Influencing factors are that subjects have lived in Bali since their childhood and their pride of the Hindu Bali culture, which can be seen from their enthusiasm in performing the cultural activities. The third is the psych motoric aspect which shows that subjects have good interaction with the society and participate in social activities such as joining teenager communities in Bali and helping with the Hindu religious ritual preparations. Based on these results, the acculturation strategy determined is assimilation. Keywords: acculturation, psychological acculturation, balinese hindunism culture
Saat ini ada enam agama yang diakui secara
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan penduduk
multikultural
yang
terdiri
resmi oleh pemerintah Republik Indonesia yaitu
dari
Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
berbagai macam suku dan agama. Keberagaman
Hindu, Budha dan Khonghuchu. Dari keenam
ini terjadi karena wilayah Indonesia yang terdiri
agama tersebut, agama Islam merupakan agama
dari pulau-pulau dan sejarah perdagangan
yang paling banyak dianut oleh penduduk
dengan bangsa asing yang membawa budaya
Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat
serta ajaran agama mereka ke tanah Indonesia.
Statistik (BPS), pada sensus tahun 2010, jumlah
2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
pemeluk agama Islam di Indonesia yaitu
Kabupaten Badung, Bali. Menurut informasi
207.176.162 jiwa (88,1 %), dengan jumlah ini
dari
penduduk muslim menjadi penduduk mayoritas
Abiansemal
di 29 provinsi dari 33 provinsi yang ada di
kabupaten Badung, Bali yang memiliki luas
Indonesia. 4 provinsi dimana penduduk muslim
Wilayah 69,01 km². Kecamatan Abiansemal
menjadi penduduk minoritas adalah di Papua
memiliki 19 desa atau kelurahan.
website
www.e-kuta.com, adalah
sebuah
kecamatan
kecamatan
di
dan Sulawesi Utara dengan mayoritas Kristen,
Penduduk Muslim yang tinggal di
Nusa Tenggara Timur dengan mayoritas Katolik
Kecamatan Abiansemal sebagian besar bekerja
dan Bali dengan mayoritas Hindu.
sebagai pedagang makanan kaki lima atau
Pulau Bali merupakan pulau yang
warung tenda dan pedagang peralatan rumah
dikenal dunia karena keindahan alamnya,
tangga. Sisanya berprofesi sebagai pengusaha,
keunikan seni budaya serta adat istiadatnya.
PNS, TNI, Polisi dan karyawan swasta. Menurut
Pesona pulau Bali ini tidak hanya menarik para
narasumber penduduk setempat mengemukakan
wisatawan asing maupun lokal untuk berwisata
bahwa penduduk muslim yang tinggal di desa
ke pulau ini, akan tetapi juga para pendatang
adat terikat dengan aturan yang berlaku di desa
dari pulau–pulau sekitarnya, terutama Pulau
adat tempat mereka tinggal. Misal saat hari raya
Jawa. Para pendatang ini datang ke Bali untuk
Nyepi, penduduk Muslim juga tidak diijinkan
mencari
atau
untuk menghidupkan lampu dan peralatan
berwirausaha. Kemudian banyak dari pendatang
elektronik. Dalam kegiatan di desa adat, secara
ini yang menetap cukup lama dan berkeluarga.
umum
Para pendatang yang datang ke Bali ini tentu
Abiansemal tidak terlibat secara kelembagaan.
saja membawa agama dan budayanya sendiri,
Sehingga penduduk Muslim tidak diwajibkan
yang sebagian besar merupakan budaya agama
untuk
Islam, kemudian budaya pendatang ini akan
upacara adat atau dikenal dengan sebutan
berinteraksi dengan budaya lokal dari penduduk
ngayah. Bentuk keterlibatan penduduk muslim
asli yaitu budaya agama Hindu. Berdasarkan
adalah ikut memberikan sumbangan dana bagi
data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010
kegiatan adat yang berlangsung. Penduduk yang
dari 3.890.757 jiwa penduduk Bali yang
memiliki KTP terlibat secara langsung dengan
mayoritas beragama Hindu, Penduduk yang
organisasi desa seperti kegiatan PKK dan bagi
beragama Islam hanya 520.244 jiwa atau sekitar
remaja
14%. Jumlah penduduk Islam terbesar terdapat
pemuda yang di Bali disebut dengan Sekehe
di Kota Denpasar dan terendah terdapat di
Teruna Teruni. Kegiatan yang dilakukan oleh
Kabupaten Bangli. Hal ini menunjukan bahwa
Sekehe Teruna Teruni ini meliputi kegiatan
penduduk muslim di Bali masih menjadi
kesenian
penduduk minoritas. Setting penelitian ini
mengadakan bazaar untuk mengumpulkan dana,
bertempat
dll. Hubungan antara penduduk Muslim dan
pekerjaan,
di
berdagang
Kecamatan
Abiansemal,
penduduk
Muslim
bergotong-royong
terlibat
dalam
budaya,
di
dalam
kegiatan
pembuatan
Kecamatan
persiapan
organisasi
Ogoh-ogoh,
Akulturasi Remaja Islam… (Krisna Dhanu Pratama) 3
penduduk Hindu di Kecamatan Abiansemal
agama dan budaya
dapat dikatakan cukup harmonis, saat hari raya
dianggap memiliki banyak kesamaan sedangkan
besar agama Hindu seperti Galungan atau
hubungan dengan teman sebaya yang berbeda
Kuningan, Penduduk Hindu selalu memberikan
agama dan budaya sering kali membawa
makanan atau buah-buahan kepada teman atau
masalah tersendiri bagi remaja karena terdapat
tetanggannya yang Islam. begitu pula penduduk
beberapa
Islam
pertemanan ini remaja dituntut untuk bisa
saat
hari
raya
Idul
Fitri
biasa
bagi
perbedaan.
dengan
seorang remaja
Pada
hubungan
mengantarkan makanan ke teman dan tetangga
beradaptasi
Hindu, bahkan saat Idul Adha, daging kurban
mengurangi perbedaan yang ada. Pada satu sisi
tidak hanya dibagikan kepada penduduk islam,
remaja telah memiliki pemahaman tentang
tetapi juga dibagikan ke penduduk Hindu di
budayanya
sekitar tempat pemotongan.
keluarganya sedangkan di sisi lain remaja
sendiri
teman-temannya
yang
ditanamkan
untuk
oleh
Penduduk muslim di Bali rata-rata
tsersebut harus beradaptasi dan berkompromi
penduduk yang berasal dari luar pulau Bali yang
dengan budaya yang dianut oleh teman-
kemudian tinggal menetap dan berkeluarga.
temannya dengan interaksi yang terus menerus
Banyak anak dari anggota keluarga Muslim di
maka
Bali yang lahir dalam lingkungan mayoritas
akulturasi psikologis dalam dirinya.
budaya
Hindu
ini
akan
mengalami
Dalam Pschological Acculturation :
keluarga
Development of New Measure for Puerto Ricans
Islam ini akan beranjak menjadi remaja yang
on The U.S. Mainland oleh Tropp dkk
tumbuh dalam lingkungan budaya agama Hindu
dijelaskan
bahwa
di Bali. Remaja Islam tumbuh, berkembang dan
menunjuk
kepada
bersosialisasi dengan lingkungan yang berbeda
psikokultural
dari apa yang diyakininya, hal ini secara
melalui keterlibatan dan interaksi dengan sistem
langsung dan tidak langsung akan membawa
budaya
berbagai efek psikologis dalam perkembangan
(psychological acculturation) mengindikasikan
remaja
banyaknya
perubahan yang dialami pada tingkat individu,
perbedaan dari dasar agama yang dianutnya
dan perilaku serta identitas sebagai hal yang
sedangkan di satu sisi ia harus menyesuaikan
dihubungkan dalam perubahan sosial pada
diri dengan lingkungan sosial pergaulannya
tingkat kelompok. Pada tingkat individu, semua
yang ada di sekolah, rumah, dan komunitas.
aspek perilaku yang ada dalam individu akan
tersebut
anak-anak
Dalam
islam
fase
perkembangannya
Bali.
remaja
dari
dikarenakan
akulturasi perubahan
individu
yang
baru.
yang
Akulturasi
Psikologis orientasi berkembang
psikologis
Remaja pada etnis minoritas, dalam hal ini
dirujuk sebagai perilaku yang akan berubah,
remaja Islam akan dapat mengalami kesulitan
yang akan menjadi dua komponen perilaku
dalam bergabung dengan dengan teman sebaya
dalam strategi akulturasi individu tersebut yaitu
yang didominasi oleh penduduk asli Hindu Bali.
melindungi
Hubungan dengan teman sebaya yang satu
kebudayaan. Tapi ketika keduanya tidak dapat
kebudayaan
dan
mempelajari
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
dijalani dengan sempurna maka terdapat dua
a. Subyek penelitian berusia 16 – 19 tahun,
pilihan yaitu untuk mempertahankan atau
dengan asumsi bahwa batasan usia tersebut
berubah sesuai kebudayaan yang dianggap lebih
masuk dalam batasan usia remaja.
dominan.
b. Subyek penelitian berjenis kelamin laki-laki
Akulturasi psikologis lebih menekankan pada
perasaan
mengetahui
individu,
seberapa
sehingga dalam
untuk
atau perempuan belum menikah. c. Subyek
peneliti
merupakan
remaja
akulturasi
beragama Islam berjumlah 5 orang yang
psikologis yang dialami individu, seseorang
tinggal di lingkup Kecamatan Abiansemal,
harus bertanya dengan budaya mana individu itu
Badung, Bali yang dapat diketahui dari
lebih merasa banyak persamaan,keinginan untuk
Kartu Keluarga (KK).
berbagi, tahu, nyaman, bangga, dan dapat
d. Subyek lahir di Bali atau minimal sudah
melakukan sesuatu sesuai norma kelompok
berada di Bali selama 10 tahun.
dengan baik. Oleh
karena
itu
perlu
dilakukan
Instrumen Penelitian
penelitian ini dengan harapan proses akulturasi
Sesuai teknik yang digunakan dalam
yang terjadi pada remaja Islam di Bali dapat
pengumpulan
data,
dalam
penelitian
ini
diketahui dan dideskripsikan dalam kaitannya
instrumen pengumpulan data yang digunakan
dengan aspek yang dilihat dari sisi pergaulan
adalah pedoman wawancara dan pedoman
remaja Islam di lingkungan sekolah, rumah, dan
observasi.
komunitasnya. Penelitian ini mengangkat isu mengenai perbedaan budaya (lintas budaya)
Teknik Analisis Data
yaitu antara budaya remaja Islam pendatang
Dalam penelitian ini analisis yang
dengan budaya remaja Hindu Bali. Sebagai
dilakukan peneliti adalah bertujuan untuk
kajian bimbingan konseling lintas budaya,
melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-
penelitian ini dapat bermanfaat bagi para
fenomena khusus dikelompokkan menjadi satu.
konselor untuk membantu remaja Islam Bali
Analisis
untuk
diri
maksudnya peneliti mengidentifikasi segmen-
lingkungan
segmen teks yang berisi satuan-satuan makna,
pergaulannya, serta membantu remaja Islam bali
dan menciptakan label untuk kategori baru
menghadapi permasalahan-permasalahan yang
kedalam segmen teks yang di berikan. Semua
timbul akibat perbedaan budaya tersebut.
data
beradaptasi
dengan
perbedaan
dan
menyesuaikan
budaya
di
data
dilakukan
dikelompokkan
secara
dengan
induktif,
menggunakan
acuan analisis non statistik yang konkrit. Subjek Penelitian Peneliti menentukan subjek penelitian berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Analisis data ini bertujuan menyederhanakan hasil olahan data kualitatif yang disusun secara terinci, sistematis, dan terus-menerus melalui langkah-langkah berikut:
Akulturasi Remaja Islam… (Krisna Dhanu Pratama) 5
1. Reduksi data
Sibangkaja. Daerah tersebut lebih dikenal
Data yang diperoleh dari lapangan baik hasil,
dengan nama Tegal Pitu. Disebut sebagai
pengamatan, wawancara dan dokumentasi
tegal pitu karena waktu itu daerah tersebut
yang berbentuk uraian teknik dan berjumlah
awalnya hanya ditempati oleh pioneer nya
besar/banyak diresume, disederhanakan, dan
yaitu 7 orang Bali, karena daerah tersebut
dipilih hal-hal yang pokok dan ditonjolkan
berupa tegal sehingga banyak orang baik
pokok-pokok yang penting sehingga data itu
pendatang/asli Bali yang membeli tanah
memberikan gambaran yang tajam tentang
disana
hasil
sekarang menjadi seperti sebuah perumahan.
pengamatan,
wawancara,
dan
dokumentasi.
berkembang
hingga
Sedangkan Setting penelitian dilakukan di
2. Display data
beberapa tempat, yaitu rumah subjek dan
Hasil reduksi data disajikan dalam laporan
Warung tempat nongkrong subyek.
secara sistematis yang mudah dipahami sebagai
kemudian
satu
kesatuan.
Peneliti
Pola tempat tinggal penduduk muslim di Kecamatan Abiansemal relatif menyebar,
mempergunakan tabel untuk menjelaskan
penduduk
yang
tinggal
di
perumahan
dan menyederhanakan data agar lebih mudah
cenderung berkelompok dengan penduduk
dipahami.
muslim lainnya, sedangkan bagi yang masih
3. Verifikasi
mengontrak rumah atau kos, pola tempat
Hasil penelitian berdasarkan pada reduksi
tinggalnya lebih menyebar. Termasuk juga di
data dan display data ditarik kesimpulan.
Desa
Penarikan kesimpulan dilakukan sejak awal
muslimnya menyebar. Di desa Sibangkaja ini
penelitian
terdapat 77 KK penduduk pendatang yang
sehingga
sampai akan
penelitian
dapat
berakhir
kesimpulan
yang
Sibangkaja
penduduk
penilaian.
minoritas.
penduduk
pendatang
masih
menjadi
B. Deskripsi Subyek Penelitian Di dalam penelitian ini digunakan
A. Deskripsi Umum Lokasi dan Setting
subyek atau responden remaja Islam Bali
Penelitian Penelitian dengan judul Akulturasi Psikologis
pola
beragama Islam, dimana di daerah ini
menjamin kredibilitas dan obyektifitas hasil
PEMBAHASAN
ini
Remaja
Islam
Sebagai
berasal dari luar provinsi Bali dan telah lama
Muslim Minoritas mengambil lokasi di
tinggal di Bali, di daerah yang sama. Untuk
provinsi Bali. Tepatnya data diambil di
menguatkan hasil wawancara mendalam
Kecamatan
Bali.
yang dilakukan oleh peneliti, maka dilakukan
Lokasi yang menjadi sasaran peneliti adalah
juga wawancara kepada key informan yang
di Banjar Sangging dan Banjar Lateng, Desa
nantinya data tersebut sangat berguna untuk
Abiansemal,
Bali
sebanyak 5 orang. Kelima remaja Islam ini
Badung,
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
mengetahui bagaimana akulturasi remaja
3. Subyek 3
Islam Bali. Selanjutnya akan dipaparkan
Identitas subyek 3 adalah sebagai berikut :
secara singkat mengenai gambaran umum
Nama: Siti Nur lela
responden yang menjadi subyek penelitian.
Umur: 16 tahun
1. Subyek 1
Lama tinggal di Bali: 15 tahun (lahir di
Identitas subyek 1 adalah sebagai berikut : Nama : Bella Veronica
Jawa, Banyuwangi) Subyek merupakan keturunan Jawa,
Umur : 17 tahun
tepatnya
Lama tinggal di Bali: 17 tahun
setelah berumur setahun, barulah subyek
Subyek tinggal di Bali dengan alamat
di
banjar
sangging,
Desa
Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Bali. Subyek merupakan keturunan Jawa, lahir
kelahiran
Banyuwangi,
lalu
diajak tinggal dan tumbuh berkembang di Bali. Saat ini subyek duduk di kelas X SMK PGRI 1 Badung. 4. Subyek 4
di Malang namun sejak bayi sudah dibawa
Identitas subyek 4 adalah sebagai berikut :
kembali ke Bali sehingga subyek tumbuh
Nama: Yudha Andi Prakoso
dan berkembang di Bali. Subyek sekarang
Umur: 16 tahun
duduk di kelas XI SMAN 1 Abiansemal.
Lama tinggal di Bali: 16 tahun
2. Subyek 2
Subyek berikutnya adalah seorang
Identitas subyek 2 adalah sebagai berikut :
remaja
Nama : Mohammad Faisal Alfrianto
Banyuwangi.
Umur : 17 tahun
subyek yang lain, subyek 4 ini juga sejak
Lama tinggal di Bali: 17 tahun (lahir di
bayi sudah tumbuh dan dibesarkan di
Bali)
lingkungan Bali. Subyek saat ini duduk di Berikutnya subyek 2 mempunyai
alamat
yang
sama
dengan
subyek
Islam
keturunan
Seperti
halnya
Jawa, dengan
kelas XI SMK Wira Harapan Dalung. 5. Subyek 5
sebelumnya yaitu di banjar sangging,
Identitas subyek 5 adalah sebagai berikut :
Desa Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal,
Nama: Alfi Ganesha Danureksa
Bali. Subyek lahir di Bali namun kedua
Umur: 17 tahun
orang tua berasal dari Toraja Sulawesi
Lama tinggal di Bali: 17 tahun
Selatan sehingga subyek sudah sekitar 17
Subyek terakhir adalah merupakan
tahun tinggal di Bali sesuai umurnya
keturunan dari ayah merupakan orang
sekarang. Selanjutnya saat ini subyek
Ponorogo dan ibu yang merupakan orang
duduk di kelas XI SMA PGRI 1 Denpasar.
Bali. Orang tua subyek sudah cukup lama tinggal di Bali, sekitar 20 tahunan. Sejak kecil subyek sudah tinggal di Bali dan
Akulturasi Remaja Islam… (Krisna Dhanu Pratama) 7
dibesarkan di Bali juga. Subyek sekarang duduk di kelas XI SMK Widya Mandala.
Menurut Laura A. King ( 2010:4-7) di dalam penyesuaian diri berkaitan erat dengan aspek psikologis dan aspek sosial. Psikologis menggambarkan semua yang berhubungan
C. Hasil Wawancara dan Observasi Remaja Islam tumbuh, berkembang
dengan
pikiran,
perasaan
dan
perilaku
dan bersosialisasi dengan lingkungan yang
individu. Sedangkan sosial berkaitan dengan
ada disekitarnya. Namun ketika seorang
situasi-situasi
remaja
berkembang dengan
lainya. Hal-hal yang berhubungan dengan
budaya/latar belakang yang berbeda dari apa
psikologis dan sosial adalah aspek kognitif,
yang diyakininya, hal ini secara langsung dan
afektif, sikap, interaksi sosial, dan partisapasi
tidak langsung akan membawa berbagai efek
sosial. Menurut Ariant (2012) Untuk aspek
psikologis
psikomotorik
hidup
dan
dalam
perkembangan
remaja
individu dengan individu
mempunyai
ranah
yang
tersebut dikarenakan banyaknya perbedaan
berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
dari dasar agama yang dianutnya sedangkan
kemampuan bertindak setelah seseorang
di satu sisi ia harus menyesuaikan diri
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil
dengan lingkungan sosial pergaulannya yang
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
ada di sekolah, rumah, dan komunitas.
kelanjutan
Pada
hubungan
hasil
belajar
kognitif
di
(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar
lingkungannya remaja dituntut untuk bisa
afektif (yang baru tampak dalam bentuk
beradaptasi dengan teman-temannya untuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
mengurangi atau bahkan tanpa memandang
Ranah
psikomotor
perbedaan yang ada. Pada satu sisi remaja
dengan
aktivitas
telah
melompat, melukis, menari, memukul, dan
memiliki
pertemanan
dari
pemahaman
tentang
adalah fisik,
berhubungan
misalnya
lari,
budayanya sendiri yang ditanamkan oleh
sebagainya.
Sehingga
untuk
keluarganya sedangkan di sisi lain remaja
psikomotorik
merupakan
gabungan
tersebut harus beradaptasi dan menyesuaikan
sikap, interaksi sosial, dan partisipasi sosial
diri dengan budaya yang dianut oleh teman-
yang dilakukan oleh subyek penelitian.
temannya. Sehingga dengan interaksi yang
Sedangkan
terus menerus maka remaja islam ini akan
seorang individu terdiri dari 4 strategi.
mengalami
dalam
Adapun 4 strategi akulturasi tersebut adalah :
aspek
a. Asimilasi adalah ketika seorang individu
psikologis yang dialami oleh remaja Islam
yang mengalami akulturasi tidak ingin
Bali merupakan upaya internal yang terjadi
memelihara budaya dan jatidiri dan
di dalam diri remaja Islam tersebut untuk
melakukan interaksi sehari-hari dengan
menyikapi perbedaan budaya yang ada di
masyarakat dominan.
dirinya.
akulturasi
Penyesuaian
psikologis diri
dalam
Bali dengan budaya dari daerah asal mereka.
untuk
akulturasi
aspek dari
psikologis
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
b. Separasi
adalah
yang
Hindu Bali sebagai daerah tempat mereka
mengalami akulturasi menempatkan suatu
tinggal dan berkembang. Respon kognitif
nilai
jatidirinya
yang muncul dan terbentuk pada remaja
memiliki
Islam disebabkan perbedaan budaya yang
keinginan untuk menghindari interaksi
dialami dalam penyesuaian diri. Akibatnya
dengan kelompok lain.
remaja Islam memiliki beragam strategi
untuk
terhadap
bila
individu
mengukuhkan
budaya
asal
dan
c. Integrasi adalah bila individu yang
atau upaya yang dilakukan sebagai usaha
berakulturasi menunjukan minat dalam hal
dalam menyesuaikan diri. Tanggapan yang
mempertahankan
terhadap
muncul dari subyek dalam penelitian ini
budaya asal dan berintraksi terhadap
pun juga beragam, ada tanggapan subyek
kelompok
dominan.
yang mencerminkan kurang optimalnya
didefinisikan
sebagai
jatidirinya
Integrasi budaya
luar
upaya yang dilakukan dalam menghadapi
(cultural maintenance) yang berkombinasi
perbedaan
dengan budaya lokal
(host
tanggapan yang menunjukan ketertarikan
Dengan
individu
kata
lain,
society). tetap
memegang budayanya tetapi bersamaan dengan hal tersebut individu ingin turut berpartisipasi.
budaya
adalah
bila
seorang
ada
juga
dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang berbeda. Hasil wawancara dari kelima subyek mengenai
d. Marjinalisasi
namun
pemilihan
teman
dalam
pergaulannya di sekolah, rumah ataupun
individu yang mengalami akulturasi tidak
komunitas
memiliki niatan untuk memertahankan
pendapat yaitu mereka tidak membatasi
jatidiri dan budaya asalnya atau individu
diri, tidak memandang latar belakang
ini
pengetahuan
budaya, agama ataupun suku asalkan orang
mengenai budaya asal yang terjadi selama
baik kelima subyek bersedia berteman
beberapa generasi dan sedikit kesempatan
dengan siapapun. Hasil observasi dari
atau minat untuk berinteraksi dengan
kelima subyek
kelompok dominan baik karena keinginan
pemahaman yang cukup dari segi budaya
pribadi maupun terjadi pengucilan dan
Hindu Bali namun pemahaman khusus
diskriminasi oleh kelompok dominan.
tentang agama Bali masih sedikit atau
1. Aspek Penentuan Jati Diri (Aspek Kognitif)
bahkan tidak sama sekali. Selanjutnya
telah
kehilangan
Peneliti
mempunyai
keseragaman
menunjukkan adanya
mengklasifikasikan
dilihat dari ketertarikan dengan budaya
penentuan jati diri remaja termasuk ke
Hindu Bali ditunjukkan masing-masing
dalam aspek kognitif dikarenakan dalam
oleh subyek dengan berpartisipasi pada
proses
proses
upacara adat misalnya ogoh-ogoh dan
mendalami
layangan selain itu bagi subyek putri
berpikir,
tersebut
terjadi
memahami,
sebuah
serta
tentang budaya asal mereka dengan budaya
menunjukkan
ketertarikan
dengan
Akulturasi Remaja Islam… (Krisna Dhanu Pratama) 9
mempelajari
serta
Selain aspek kognitif, aspek afektif
mejejaitan (terlampir pada hasil observasi
juga merupakan bagian yang berperan
subyek).
penting dalam akulturasi psikologis. Setiap
Hasil
tarian,
tembang
wawancara
dan
observasi
remaja Islam pasti merasakan berbagai hal
diperkuat dengan pernyataan dari Bapak
yang sedang terjadi pada dirinya ketika
Sugianto (key informan) yang mempunyai
harus menyesuaiakan diri dengan budaya
peran sebagai kepala bagian pendidikan
Hindu Bali. Respon afektif yang muncul
Nurul Hikmah, pernyataan yang dipaparkan
dalam diri remaja Islam Bali ketika berada
adalah sebagai berikut :
pada
“Pandangan subyek tehadap agama
budaya
Hindu
Bali
beragam
tergantung individu masing-masing. Salah
Hindu tidak begitu bertentangan dengan
satu
pribadi mereka, mereka hanya mengambil
merasa takut untuk diajak berpindah agama,
sisi positif dari budaya Hindu, mengikuti
namun perasaan tersebut dapat diatasi
budaya yang ada di Bali namun tidak 100%
dengan baik ketika subyek tetap ikut serta
.hanya sekedar tahu saja tidak sampai
dalam membantu persiapan acara-acara
telibat
budaya/keagamaan
langsung
dalam
prosesi”
(Wawancara, KI 1, 15/07/15)
respon/tanggapan
subyek
Hindu
Bali
adalah
tanpa
sedikitpun khawatir akan berpindah agama.
2. Aspek Penentuan Nilai-Nilai (Afektif)
Di sisi yang lain ada respon mengenai
Ranah afektif adalah ranah yang
makanan. kesenian, dan bahasa
yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
menurut beberapa subyek yang diteliti
afektif mencakup watak perilaku seperti
masih menyukai/bangga dengan makanan,
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
kesenian, dan bahasa daerah asal mereka.
Setiap
Respon-respon
manusia
mempunyai
perasaan,
atau
tanggapan
yang
minat, sikap, emosi, dan nilai terhadap
bermacam-macam tersebut mempengaruhi
sebuah hal/permasalahan. Hal ini juga
tingkat akulturasi psikologis yang terjadi
berlaku bagi para remaja Islam di Bali yang
pada remaja Islam Bali.
dapat dipastikan mempunyai poin-poin dari
Hasil observasi menunjukkan kelima
aspek afektif dalam diri mereka terhadap
subyek tampak antusias saat menceritakan
budaya Hindu Bali di lingkungan mereka
mengenai hubungan dengan teman yang
saat ini. Berawal dari aspek kognitif yang
berasal dari Budaya Hindu Bali, sikap
menuntut
remaja
mendalami mereka,
Islam
mengenai
kemudian
berpikir
dan
antusias ini bisa menggambarkan bahwa
penyesuaian
diri
subyek merasa nyaman dan bersemangat
dilanjutkan
dengan
menceritakan
pengalaman
bergaulnya
merasakan, menilai, ataupun menyikapi
dengan remaja Hindu Bali. Dari sisi gerak
perbedaan budaya yang ada.
gerik kelima subyek menunjukkan sikap yang positif dan bersemangat ditunjukkan
10 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
dengan
sikap
subyek
yang
ketika
3. Aspek Psikomotorik
diwawancara sambil menggerakkan kedua
Ranah psikomotor merupakan ranah
tangannya (terlampir pada hasil observasi
yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
subyek).
atau
kemampuan
bertindak
setelah
Hasil wawancara dan hasil observasi
seseorang menerima pengalaman belajar
seharusnya diimbangi dengan keterangan
tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
atau informasi dari key informan mengenai
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
aspek afektif dalam akulturasi psikologis.
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan
Menurut Miswandi selaku pemilik tempat
dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
nongkrong yang biasa digunakan tempat
dalam
berkumpul para remaja di lingkungan Desa
kecenderungan
tempat
Miswandi
psikomotor adalah berhubungan dengan
mengungkapkan mengenai perasaan subyek
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,
ketika
budaya
melukis, menari, memukul, dan sebagainya
Hindu Bali yang pernah di utarakan kepada
sehinggan untuk sikap, interaksi sosial, dan
bapak
partisipasi sosial digabungkan menjadi
penelitian.
berada
Miwandi,
Bapak
ditengah-tengah
pernyataannya
adalah
sebagai berikut : “Terkadang
bentuk
kecenderungan-
berperilaku).
Ranah
aspek psikomotorik. Sikap interaksi dan menanyakan
partisipasi sosial yang merupakan strategi
tentang sebuah adat apakah adat tersebut
subyek dalam bergaul dan membaur dengan
bisa sesuai dengan latar belakang Islam
remaja
atau
mereka
mempunyai cara atau strategi yang sama
keluhkan, sama sekali tidak ada hal yang
agar bisa diterima di masyarakat Bali.
menjadi masalah/konflik batin didalam diri
Strategi yang mereka gunakan adalah
mereka
saling
adalah dengan cara saling menghargai dan
bertoleransi.”(Wawancara, KI 4, 16/07/15)
saling menghormati serta tidak pandang
Dari semua uraian diatas menjelaskan
latar belakangnya. Sikap interaksi dan
bahwa remaja Islam Bali yang menjadi
partisipasi sosial yang merupakan strategi
subyek sebagian besar dapat menyesuaikan
subyek dalam bergaul dan membaur dengan
diri secara afektif dalam proses akulturasi
remaja
psikologis
mereka.
mempunyai cara atau strategi yang sama
Apabila ada 1 atau 2 subyek yang merasa
agar bisa diterima di masyarakat Bali.
tidak nyaman atau kurang bisa menerima
Strategi yang mereka gunakan adalah
beberapa hal yang berhubungan dengan
adalah dengan cara saling menghargai dan
budaya Hindu Bali, maka dapat diartikan
saling menghormati serta tidak pandang
remaja tersebut mengalami penyesuaian diri
latar belakangnya.
tidak.
mereka
Untuk
karena
hal
mereka
yang terjadi
yang kurang maksimal.
yang
sudah
pada
Hindu
Hindu
Bali.
Bali.
Kelima
Kelima
subyek
subyek
Akulturasi Remaja Islam… (Krisna Dhanu Pratama) 11
Kegiatan
partisipasi
sosial
yang
melibatkan remaja Islam Bali dengan
D. Strategi Akulturasi Psikologis Remaja Islam Bali Terhadap Budaya Hindu Bali
kegiatan atau acara-acara yang berlatar
Dari penjelasan ketiga aspek dapat
belakang budaya Hindu Bali mempengaruhi
dikatakan
bahasa dan dialek yang digunakan oleh para
berakulturasi psikologis dengan sangat baik
subyek
perbincangan.
terhadap budaya Bali bukan terhadap agama
Peneliti mengamati dari hasil observasi
Hindu di Bali. Hambatan-hambatan yang
bahwa meskipun beberapa subyek masih
dirasakan oleh remaja Islam Bali sebagai
ada yang kurang bisa menggunakan bahasa
subyek
Bali
dalam
halus,
menunjukkan
sebuah
namun identitas
remaja
penelitian
Islam
tidak
Bali
begitu
dapat
menjadi
dialek
mereka
permasalahan bagi mereka, perbedaannya
Bali
dengan
adalah dari agama yang mendasar namun
logatnya yang khas (terlampir pada hasil
masing-masing
telah
menyatakan
bahwa
observasi subyek).
antara mereka denga remaja asli Bali telah
Untuk memastikan hasil wawancara
saling bertoleransi. Semakin dewasa remaja-
dengan subyek yang telah dipilih, maka
remaja tersebut semakin mengurangai tingkat
sebagai
hasil
perselisihan antara teman karena masalah
psikomotorik
SARA. Selanjutnya apabila dilihat dari sisi
digunakanlah data wawancara dari bapak
strategi akulturasi yang digunakan oleh kelima
Sugianto yang mengomentari bagaimana
subyek
para subyek berinteraksi dan berkomunikasi
mengalami asimilasi yaitu kondisi ketika
dengan masyarakat Bali. Pernyataan yang
seorang individu yang mengalami akulturasi
di ungkapkan adalah sebagai berikut :
tidak ingin memelihara budaya dan jatidiri dan
bahan
wawancara
pertimbangan aspek
“Pergaulan subyek tersebut membaur dengan baik kepada semua remaja yang
maka
melakukan
dapat
interaksi
dikatakan
sehari-hari
subyek
dengan
masyarakat dominan.
lain, tidak memandang latar belakang
Akulturasi psikologis dan penyesuaian
mereka, dan pergaulan berjalan harmonis.
diri yang dilakukan oleh para subyek yang
Subyek menggunakan bahasa Indonesia
berusia remaja mendorong supaya konseling
dalam bergaul sehari-hari, penggunaan
lintas
bahasa Bali asli Cuma sedikit-sedikit
dilakukan terhadap para remaja di Bali oleh
sebagai intermezzo. Penggunaan bahasa
pengajar bimbingan dan konseling di masing-
jawa masih jarang sekali, dominan tetap
masing sekolah. Hal ini dikarenakan agar para
menggunakan
bahasa
(Wawancara, KI 1, 15/07/15)
Indonesia.”
remaja
budaya
dapat
perlu
dipraktekkan
menempakan
diri
atau
dalam
pergaulan dengan baik tanpa diwarnai konflikkonflik lintas budaya. Menurut Adhiputra (2013: 4). Konseling lintas budaya berpijak pada pengakuan terhadap pluralisme budaya,
12 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
cirri-cirinya,
yang
subyek merasa sudah nyaman dan cukup bisa
mempengaruhi tafsir-tafsir budaya konselor
menyesuaikan diri dengan masyarakat di
dan
sekitarnya.
dapat
dan
dinamikanya
memfasilitasi
atau
justru
Tingkat
kebanggaan
terhadap
menghambat proses konseling. Konselor lintas
budaya Bali juga cukup tinggi ditunjukkan
budaya yang sadar akan implikasi diversitas
dengan antusiasnya subyek mengikuti kegiatan
budaya terhadap proses konseling akan dengan
berbudaya Hindu Bali.
sungguh-sungguh memperhitungkan diversitas
3. Aspek Psikomotorik, Akulturasi dalam aspek
budaya tersebut beserta berbagai dinamika
sikap
ditunjukkan
oleh
yang terjadi di dalam dan antara budaya-
interaksi dan partisipasi sosial di dalam
budaya yang beragam itu. Banyak perilaku
masyarakat
budaya yang terlibat dalam relasi konseling
partisipasi sosial ditunjukkan dengan ikut
dan mempengaruhi efektivitas konseling dan
bergabungnya
mempengaruhi efektivitas konseling.
remaja di Bali, ikut membantu
sekitarnya.
subyek
subyek
dengan
Interaksi
dengan
dan
komunitas dalam
persiapan upacara keagamaan umat Hindu, KESIMPULAN DAN SARAN
misalnya
Kesimpulan
purnama, udalan, dll.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
4. Subyek
membuat
yang
ogoh-ogoh,
berjumlah
layangan,
5
remaja
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
menggunakan strategi akultuasi psikologis
1. Aspek
berupa asimilasi, yaitu ketika seorang individu
Kognitif,
Secara
umum
subyek
mempunyai pengetahuan yang cukup baik
yang
mengalami
akulturasi
tidak
ingin
mengenai budaya Hindu Bali dan juga strategi
memelihara budaya dan jatidiri dan melakukan
untuk menyesuaikan diri dengan budaya
interaksi sehari-hari dengan masyarakat
Hindu Bali. Hal tersebut ditunjukkan dengan pemahaman subyek terhadap macam-macam
Saran
budaya
prosesinya,
1. Perlu dilakukan variasi masa tinggal remaja
kemudian strategi yang digunakan dalam
Islam di Bali sehingga dapat diketahui apakah
menyesuaikan diri adalah subyek terbuka
masa
untuk
kecilnya proses akulturasi psikologis terhadap
Hindu
berteman
Bali
beserta
dengan
siapapun,
tidak
membedakan budaya, dan saling menghormati satu sama lain. 2. Aspek
Afektif,
tinggal
mempengaruhi
besar
atau
remaja Islam di Bali. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
Secara
umum
subyek
dasar yang sama namun diperkaya dengan
merasakan sebuah kenyamanan untuk tinggal
variabel serta permasalahan yang berbeda
dan hidup dengan budaya Hindu Bali, faktor
sehingga dapat diketahui hasil dari proses
yang paling berpengaruh adalah karena semua
akulturasi psikologis dari tahun ke tahun.
subyek sudah lama tinggal di Bali bahkan sejak lahir. Hal tersebut menyebabkan para
3. Bagi
pengajar
atau
konselor
jurusan
bimbingan konseling di sekolah diperlukan
Akulturasi Remaja Islam… (Krisna Dhanu Pratama) 13
pemahaman
yang
mendalam
mengenai
bimbingan konseling lintas budaya. 4. Bagi subyek penelitian sebaiknya senantiasa meningkatkan
kemampuan
dalam
menyesuaikan diri, sering mengungkapkan sesuatu hal yang sedang dirasakan kepada pengajar atau konselor bimbingan konseling di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Anak
Agung Ngurah Adhiputra. (2013). Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Abaz Ariant. (2012). Definisi Kognitif, Afektif, Psikomotorik. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2015 pukul 08.30 WIB. dalam http://abazariant.blogspot.com/. Berry, W. John. dkk. (1999). Psikologi LintasBudaya: Riset dan Aplikasi. (Alih Bahasa: Edi Suhardono). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. King,
A. Laura. (2010).Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Aspiratif. Jakarta : Salemba Humanika.
Papalia, D.E dkk (2008). Human Development : Psikologi Perkembangan edisi kesembilan. (Alih Bahasa : A.K. Anwar). Jakarta : Penerbit Kencana Prenada Media Group. Soerjono Soekanto . (2004) .Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.