LAPORAN TAHUNAN 2016 PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
Penyusun Tim Perencanaan Monitoring dan Evaluasi (PME) 2016
Kata Pengantar Satu dari sembilan Agenda Prioritas Republik Indonesia (Nawacita) adalah “Memperkuat Jatidiri sebagai Negara Maritim”. Oleh karena itu, pembangunan kemaritiman dan kelautan menjadi salah satu fokus utama pembangunan nasional Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI), sebagai satu dari sedikit lembaga pemerintah yang bergerak di bidang pengetahuan oseanografi di Indonesia, memegang peranan penting dalam meningkatkan efektifitas pendayagunaan ilmu oeanografi untuk pemanfaatan sumber daya laut guna mendukung kebijakan nasional dan kemajuan di bidang kelautan. Laporan Tahunan P2O LIPI 2016 ini merupakan kaleidoskop tentang kegiatan penelitian dan kelembagaan yang dilakukan oleh P2O LIPI selama 2016. Seluruh kegiatan penelitian dan kelembagaan tersebut merupakan tindak lanjut dari Rencana Strategis LIPI tahun 2015-2019, Rencana Koordinatif Kedeputian Ilmu Pengetahuan Kebumian tahun 2015-2019, dan Rencana Implementatif P2O-LIPI tahun 2015-2019 (RI P2O-LIPI 2015-2019). Di dalamnya juga dibahas revisi kegiatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan Iptek di lingkungan P2O LIPI yang dibahas melalui Rapat Kerja P2O LIPI 2016. Selain itu, Laporan Tahunan 2016 juga berisi laporan kegiatan pengelolaan dan monitoring terumbu karang dan ekosistem terkait di 30 lokasi yang tergabung dalam Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang (COREMAP-CTI). Kegiatan tersebut merupakan penugasan khusus yang diberikan langsung oleh Pemerintah kepada P2O LIPI. Laporan ini mash jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan dari pembaca yang budiman sangat dibutukan untuk meningkatkan kinerja P2O LIPI di masa mendatang. Terakhir, atas nama pimpinan P2O-LIPI saya ingin mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Tim Penyusun Laporan Tahunan 2016 yang telah memberikan tenaga dan pikirannya yang telah menyelesaikan laporan ini dengan baik. Semoga Laporan Tahunan 2016 ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Jakarta, 11 Januari 2017 Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI,
Dr. Dirhamsyah, MA
ii
Daftar Isi Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
1. Pendahuluan
1
2. Riset Kompetensi Inti P2O LIPI 2016
9
- Ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) 2016
9
- Teripang Indonesia: Eksplorasi, Pengelolaan dan Keterkaitannya dengan Kondisi Oseanografi di Perairan Indonesia
10
- Keanekaragaman dan Adaptasi Biota Laut di Perairan yang berenergi Gelombang Tinggi (Pantai Selatan Jawa)
11
- Respon Biota Sebagai Proxy Kesehatan Ekosistem Laut terhadap Aktivitas Antropogenik
13
- Pengembangan Pedoman Kualitas Sedimen Laut
14
- Pengembangan Teknik Bioremediasi untuk Kawasan Tercemar Minyak di Perairan Pantai Teluk Jakarta
15
- Pengembangan Formulasi Produk Makanan Kesehatan dari Teripang
16
- Konservasi dan Pengembangan Koleksi Kultur Mikroalga Laut
17
- Pengembangan Basis Data produk Alam Laut untuk Biota Laut yang berasal dari Indonesia (Indonesian Marine Natural Product Database - IMNPD)
17
- Manajemen Koleksi Biota Laut
19
3. IPTEKDA
20
4. Program COREMAP-CTI LIPI
23
5. Riset Agenda COREMAP-CTI
29
- Retrospektif Perubahan Iklim di Kepulauan Natuna dan Selayar via Geokimia Karang
29
- Bio-mining Metabolit Sekunder Karang Lunak (Alcyonacea) dan Evaluasi Aktivitas Farmakologinya
30
- Potensi Stok dan Serapan Karbon di Kawasan Pesisir Pulau Weh
30
- Dampak Perubahan Suhu dan Peng-asaman Air Laut terhadap Stress Karang: Kajian Genetik dalam Pengelolaan Terumbu Karang
32
- Kajian Dampak dan Adaptasi Gejala Perubahan Iklim Global di Pulau Bintan Timur Kepulauan Riau
33
iii
6. Kegiatan Balai dan UPT
37
- UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak
37
- UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual
40
- UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung
41
- Balai Bio Industri Laut Mataram
43
- UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi Pulau Pari
44
7. Program Penataan Kelembagaan
46
8. Program Diseminasi dan Kerjasama
50
9. P2O dalam Angka
55
- Komposisi Usia
55
- Tingkat Pendidikan
55
- Kompetensi Peneliti
56
10. Penutup
58
12. Lampiran
59
iv
1. Pendahuluan 1.1 Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI merupakan instansi pemerintah yang memiliki tugas untuk melakukan penelitian bidang kelautan, di seluruh wilayah perairan Indonesia.
Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI merupakan instansi pemerintah yang memiliki tugas untuk melakukan penelitian bidang kelautan, di seluruh wilayah perairan Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Kepala LIPI Nomor 1 Tahun 2014 tanggal 9 Mei 2014, P2O LIPI berada di bawah Kedeputian Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK) LIPI. Sebagai implementasi dari amanat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang sumber daya kelautan, maka P2O LIPI dalam kurun waktu 2015 – 2019 memiliki tiga kegiatan utama, yakni: 1. Penelitian, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu Oseanografi, 2. Penguatan Sistem Inovasi Nasional, 3. Diseminasi Iptek. Kegiatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan Iptek di P2O LIPI (2015-2019) telah direvisi sesuai hasil Rapat Kerja P2O LIPI 2016 secara rinci tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Rincian sub-sub kegiatan penelitian di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 20152019 Sub Kegiatan
Sub-Sub Kegiatan
Keanekaragaman Hayati dan Potensi Sumberdaya Laut
a) Eksplorasi keanekargaman hayati laut dan potensi sumbedaya laut b) Dinamika populasi biota laut yang terancam punah c) Pengeolaan wilayah pesisir
Kesehatan Ekosistem laut
a) Pengembangan indeks kesehatan ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove dan padang lamun) b) Monitoring Status dan Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistem terkait
Pencemaran dan Bioremediasi
a) Respon biota sebagai proxy kesehatan ekosistem laut terhadap aktivitas antropogenik b) Penelitian dan pengembangan teknik bioremediasi di ekosistem pantai c) Pengembangan panduan kualitas sedimen laut untuk Cu dan Cd d) Kajian rekonstruksi lingkungan laut via geokimia karang
Oseanografi dan Perubahan Iklim Global
a) Kajian kerentanan lingkungan fisik pesisir sebagai dampak perubahan iklim b) Kajian dampak pengasaman air laut terhadap lingkungan pesisir c) Kajian potensi stok dan serapan karbon di ekosistem pesisir d) Penelitian oseanografi fisik, kimia dan biologi perairan e) Kajian rekonstruksi perubahan iklim dan pengasaman laut dengan arsip alam
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sub Kegiatan
Budidaya dan Bioprospeksi Biota Laut
Konservasi Biota Laut
Bio Industri Laut
Sub-Sub Kegiatan a) Pembenihan dan budidaya biota laut ekonomis penting dan/atau yang dilindungi b) Pengembangan suplemen, nutrasetikal dan bahan baku obat berbasis sumberdaya hayati laut (suplemen &nutrasetikal:Teripang, Kuda Laut,dan hiu pesisir bahan baku obat:mikroorganisme dan invertebrata) c) Kajian pemanfaatan alga sebagai sumber bahan bioprospeksi (pakan dan suplemen ) d) Pemeliharaan koleksi, pengembangan basis data, karakterisasi (morfologi, fisiologi , molekuler) mikroalga laut. a) Pengembangan dan Pemulihan alami Teripang di perairan Sulawesi Utara, Perairan Kei dan sekitarnya b) Transplantasi Terumbu Karang Berbasis Masyarakat dan Pengurangan Potensi Pencemaran di Perairan Selat Lembeh Secara Berkesinambungan c) Pengembangan biota hias air laut di Bitung dan Ternate d) Biodiversitas biota di Sulawesi Utara, Perairan Biak dan sekitarnya, Perairan Kei dan sekitarnya a) b) c) d) e) f)
Budidaya Teripang hitam (H. atra)Budidaya Lobster karang (Panulirus sp.) Formulasi pakan buatan untuk teripang dan Lobster Karang Pengembangan teknologi budidaya kepiting bakau (Scylla spp.) Diseminasi dan alih teknologi budidaya teripang pasir, kerang mutiara dan abalon Pengembangan teknologi budidaya rumput laut
1.2. Ukiran Prestasi P2O LIPI Tahun 2016
LIPI sebagai pemegang otoritas keilmuan (scientific authority) memiliki peranan yang besar terhadap penyediaan data dan informasi tentang status dan kondisi biota serta ekosistemnya yang ada di daratan dan lautan Indonesia.
1.2.1 P2O LIPI sebagai Walidata Lamun dan Terumbu Karang Per tanggal 11 Febuari 2016, P2O LIPI resmi ditetapkan sebagai Wali Data untuk bidang Ekosistem Terumbu Karang dan Ekosistem Padang Lamun. Dasarnya adalah Keputusan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Nomor 54/2015. Data dan informasi maritim yang akurat sangat diperlukan untuk memaksimalkan potensi kelautan yang ada. Maka, P2O LIPI yang diamanahkan sebagai wali data harus mampu mengelola data dan informasi kelautan ini secara baik untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Hingga kini, data dan informasi mengenai sektor maritim di Indonesia masih sangat sedikit. Padahal, sejatinya banyak institusi pemerintah maupun swasta yang bergerak pada sektor tersebut. Oleh karena itu, LIPI sebagai pemegang otoritas keilmuan (scientific authority) memiliki peranan yang besar terhadap penyediaan data dan informasi tentang status dan kondisi biota serta ekosistemnya yang ada di daratan dan lautan Indonesia. Khusus untuk kelautan, LIPI memiliki Pusat
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Penelitian Oseanografi yang berdiri sejak 1905. Selama 111 tahun, lembaga ini telah melakukan riset dan menyimpan data kemaritiman, salah satunya terkait dengan terumbu karang (coral reefs) dan padang lamun (seagrass beds).
Gambar 1. Keputusan Badan Informasi Geospasial (BIG) tentang penetapan LIPI sebagai wali data ekosistem terumbu karang dan padang lamun diserahkan oleh Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik Dr. Nurwadjedi (kiri) kepada Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dr. Dirhamsyah (kanan).
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidang taksonomi bagi peneliti-peneliti muda Indonesia dan Negaranegara Asia Pasifik.
1.2.2 Peresmian Pusat Pelatihan Marine Biodiversity and Ecosystem Health P2O LIPI meresmikan Pusat Penelitian Regional Training and Research on Marine Biodiversity and Ecosystem Health (RTRC MarBEST Center) pada Senin (17 Oktober 2016) di kantor P2O LIPI, Jakarta. Turut hadir dalam peresmian Deputi IPK-LIPI dan Executive Secretary IOC Paris, Somkiat Khokkiattiwong (Chair the UNESCO/IOC Sub Commision for the Western Pacific/ WESTPAC. Wenxi Zhu (Head and Programmer Specialist IOC WESTPAC, Arief Rachman (Komite Nasional Indoneisa untuk UNESCO/KNIU), Shabaz Khan (UNESCO Perwakilan Indonesia di Jakarta), perwakilan kedutaan negara sahabat, serta perwakilan kementrian dan lembaga. Peresmian RTRC MarBEST Center dilakukan oleh Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnaen. Bersama acara itu, P2O LIPI juga akan melakukan pelatihan yang berskala regional/internasional dengan tema Crustacean Taxonomy Training. Kepala P2O LIPI, Dr. Dirhamsyah, yang juga merupakan Direktur UNESCO/IOC RTRC MarBEST Center, menyampaikan, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidang taksonomi bagi peneliti-peneliti muda Indonesia dan Negaranegara Asia Pasifik. Pelatihan ini diikuti oleh 25 peserta yang berasal dari Bangladesh, Kamboja, Tiongkok, Iran, Korea Utara, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Menurut Dirhamsyah, tingginya antusiasme para peneliti negara lain untuk mengikuti pelatihan ini menunjukkan bahwa kapasitas peneliti Indonesia dalam riset biodiversitas laut telah diakui dunia, khususnya mengenai taksonomi biota laut.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Gambar 2a. Ketua LIPI meresmikan RTRC MarBEST Center
Gambar 2b. Buku materi pembelajaran kelautan untuk jenjang SD-SMA hasil pengembangan P2O LIPI ikut dipamerkan pada peresmian RTRC Marbest Center.
1.2.3 Peresmian Balai BioIndustri Laut Mataram Balai Bio Industri Laut (BBIL) diresmikan pada Kamis (tanggal 4 Agustus 2016) di Kabupaten Lombok Utara, NTB oleh Kepala LIPI. Peresmian ini merupakan peningkatan status dari Unit Pelaksana Teknis Loka Pengembangan Bio Industri Laut yang tadinya statusnya Eselon IVa menjadi eselon IIIb. Dalam sambutanya, Kepala LIPI menyampaikan bahwa BBIL harus bisa menjadi ujung tombak LIPI. Tugasnya bukan hanya penelitian, tapi juga harus bisa mendeliver hasil risetnya ke masyarakat, serta berkiprah memberikan kontribusi khususnya kepada warga Nusa Tenggara Barat. Kegiatan balai ini adalah melakukan kegiatan penerapan teknologi budidaya biota laut ekonomis penting, di antaranya adalah: sotong buluh, kerang mutiara, teripang hitam, abalone tropis, siput matabulan, teripang pasir dan lobster karang. Tehnologi budidaya tersebut bukan hanya sebagai riset, namun juga mendiseminasikannya kepada masyarakat, terutama masrakat NTB.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Gambar 3. Anakan teripang di BBIL Mataram (foto atas) LIPI resmikan Balai Bioindustri Laut Mataram (foto kanan).
1.2.4 P2O LIPI sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Pada Kamis (22 Desember 2016), Pusat Unggulan Bioprospeksi Biota Laut P2O LIPI lolos sebagai salah satu Pusat Unggulan Iptek (PUI) yang dibina dengan peraihan poin di atas 700. Komitmen P2O LIPI untuk menjadi Pusat Unggulan Iptek Bioprospeksi Biota Laut secara simbolis dilakukan oleh Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dr. Dirhamsyah, MA, melalui penandatanganan master plan PUI Bioprospeksi Biota Laut. PUI bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan, sumber daya dan jaringan iptek dari lembaga litbang dalam bidang prioritas spesifik agar terjadi peningkatan relevansi dan produktivitas serta pendayagunaan Iptek dalam sektor produksi untuk menumbuhkan perekonomian nasional, yang pada gilirannya dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program PUI Bioprospeksi Biota Laut diharapkan dapat menjadi katalisator bagi P2O untuk mencapai visi menjadi institusi sains berkelas dunia dalam penelitian, pengembangan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Oseanografi untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Gambar 4. Pusat Unggulan IPTEK.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Tepat tanggal 23 Januari 2016, P2O LIPI memasuki usia yang ke-111 tahun. Usia yang menunjukkan sudah lebih dari satu abad lembaga riset pemerintah ini berdiri.
1.2.5 Memasuki Tahun ke-111, P2O LIPI Gelar “Oceanography Week” Tepat tanggal 23 Januari 2016, P2O LIPI memasuki usia yang ke-111 tahun. Usia yang menunjukkan sudah lebih dari satu abad lembaga riset pemerintah ini berdiri. Sejarah panjang Puslit Oseanografi-LIPI berawal dari berdirinya stasiun penelitian kelautan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 23 Januari 1905. Untuk memperingati hari kelahiran itu, P2O menggelar kegiatan ‘Oceanography Week’ dengan mengangkat nilai sejarah berdirinya, masa kini dan masa depan perjuangan Puslit Oseanografi. Nilai-nilai tersebut tertuang dalam berbagai macam kegiatan baik bersifat internal maupun eksternal. Kegiatan internal berupa workshop tentang ‘Etika Peneliti’ yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Suharsono (20/01/2016), perlombaan olah raga antar pegawai dan perlombaan laboratorium terbersih (21/01/2016). Selain itu, diadakan jalan sehat sekitar kompleks Ancol yang dilepas oleh Kepala Tata Usaha Puslit Oseanografi-LIPI dan pelaksanaan donor darah yang diikuti oleh seluruh pegawai Puslit Oseanografi dan partisipan dari luar (22/01/2016). Puncak ‘Oceanography Week’ dalam rangka berlangsung pada tanggal 25 Januari 2016 yang dihadiri para Kepala Puslit periode 1969 – 2015. Kegiatan diisi dengan diskusi panel tentang sejarah dan tantangan masa depan untuk Puslit Oseanografi.
Gambar 5. Rangkaian kegiatan HUT P2O LIPI.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Saat ini, LIPI telah menyerahkan program pembelian kapal baru tersebut ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan disetujui guna ditawarkan kerja sama dengan negara dan lembaga asing.
Gambar 6. Kapal Riset Baruna Jaya VIII.
1.2.6 Komisi VII DPR ke P2O LIPI - Komisi VII DPR Mengapresiasi Riset LIPI Akhir April 2016 Komisi VII DPR berlayar dengan kapal riset Baruna Jaya VIII milik P2O – LIPI ke Perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Anggota DPR yang berlayar terdiri dari Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu, Wakil Ketua Komisi VII Tamsil Linrung, anggota Komisi VII DPR Aryo P.S. Djojohadikusumo, S W Yudha, Peggy Patricia Pattipi, Zulkieflimansyah, Joko Purwanto, dan Kurtubi. Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain yang mendampingi kunjungan tersebut mengatakan bahwa pelayaran tersebut bagian dari program Science Briefing for Parliament yang dimulai sejak 2015 yang bertujuan untuk mendiseminasikan hasil penelitian LIPI kepada anggota DPR. Dalam kesempatan tersebut, Kapus P2O menyampaikan bahwa diperlukan pembaharuan kapal riset LIPI dengan membeli dua kapal baru. Saat ini, LIPI telah menyerahkan program pembelian kapal baru tersebut ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan disetujui guna ditawarkan kerja sama dengan negara dan lembaga asing.
Anggota Komisi VII DPR-RI memberikan apresiasi positif bagi hasil-hasil riset LIPI, terutama riset yang telah membantu peningkatan taraf hidup masyarakat dan riset yang menunjang ketahanan pangan. Apresiasi itu disampaikan saat Komisi VII DPR-RI melakukan kunjungan kerja ke Maluku Utara Agro-Marine Technopark Ternate yang dikelola P2O LIPI pada 21 Maret 2016. Kunjungan kerja tersebut didampingi beberapa wakil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari propinsi Maluku Utara. Kepala P2O LIPI Dr. Dirhamsyah mengungkapkan bahwa diseminasi hasil penelitian LIPI dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat dan lebih tepat
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
guna karena menggali potensi lokal. Selain itu, hasil penelitian LIPI juga telah membantu mengangkat martabat komoditas lokal melalui pemanfaatan tehnologi tepat guna dan budidaya biota laut, seperti dalam budidaya dan pemanfaatan kerang mutiara dan rumput laut.
Gambar 7. Anggota Komisi VII mengapresiasi hasil penelitian LIPI.
Gambar 8. Optimalisasi kinerja dan Rencana Implementatif Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
1.2.7 Optimalisasi Kinerja dan Rencana Implementatif P2O LIPI menuju Lembaga Riset Kelas Dunia P2O LIPI menyelenggarakan rapat kerja (Raker) internal selama empat hari (18 - 21 Desember 2016) di Pajajaran Suites Hotel and Resort, Bogor. Dibuka oleh Deputi Bidang IPK LIPI, Raker dihadiri oleh 100 peserta, terdiri dari para pejabat struktural, Kepala Balai dan UPT di lingkungan P2O, dan seluruh peneliti aktif. Raker P2O-LIPI akhir tahun 2016 ini bertujuan antara lain melakukan evaluasi kinerja P2O-LIPI tahun 2016 berkaitan dengan kinerja Kelompok Penelitian dan unit struktural sebagai pendukung kinerja lembaga, menyusun rencana kerja dan target capaian kinerja lembaga untuk tahun 2017, menyempurnakan rencana implementatif P2O-LIPI yang adaptif dalam menjawab permasalahan nasional dan regional. Raker ini merupakan bagian dari upaya LIPI untuk menjadi institusi ilmu pengetahuan berkelas dunia, sesuai dengan tema raker kali ini adalah “Optimalisasi Kinerja dan Rencana Implementatif Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Menuju Lembaga Riset Kelas Dunia.”
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. Riset Kompetensi Inti P2O LIPI 2016 Kegiatan Penelitian, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu Oseanografi merupakan kegiatan tematik yang bertujuan untuk memperkuat kompetensi inti (core competence) dari P2O LIPI, melalui peningkatan kompetensi para penelitidi bidangnya masing-masing. Untuk tahun 2016, terdapat 10 kegiatan tematik.
2.1. Ekspedisi Widya Nusantara-Perairan Sumba (Koordinator: Dr. Udhie Eko Hernawan)
Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) adalah kegiatan riset yang bersifat eskploratif, bertujuan untuk menggali data, informasi, dan pengetahuan mengenai sumber daya alam hayati dan non-hayati di Indonesia.
Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) adalah kegiatan riset yang bersifat eskploratif, bertujuan untuk menggali data, informasi, dan pengetahuan mengenai sumber daya alam hayati dan non-hayati di Indonesia. Sebagai program tahunan LIPI, kegiatan E-WIN yang dilaksanakan oleh P2O LIPI berfokus pada bidang kajian kelautan. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi suatu kawasan perairan serta masukan terhadap masalah kelestarian lingkungan pesisir dan laut. E-WIN 2016 difokuskan di wilayah perairan Pulau Sumba. Kawasan perairan Sumba diyakini memiliki sumber daya alam laut yang tinggi dan namun minim informasi ilmiah. Secara umum, kegiatan ini bertujuan untuk mengungkap proses oseanografi, biogeokimia, dan potensi sumber daya laut di kawasan perairan Sumba. Kegiatan ini mencakup lima bidang kajian, yaitu: (a) oseanografi fisika, (b) biogeokimia, (c) keanekaragaman hayati, (d) pencemaran, dan (e) geologi. Berdasarkan dari hasil pengamatan dan analisa yang telah dilakukan, tim peneliti E-WIN melaporkan temuan-temuan penting sebagai berikut: Adanya front di perairan ujung barat Pulau Sumba, yang berpotensi menimbulkan eddy (pusaran air). Adanya empat massa air di sisi barat, utara dan selatan P. Sumba, yaitu NPSW (Northern Pacific Subtropical Water), NPIW (Northern Pacific Intermediate Water), NISW (Northern Indian Subtropical Water) dan NIIW. Ini membuktikan bahwa kawasan ini menjadi salah satu pintu keluar Arlindo. Kawasan perairan di sebelah utara Pulau Sumba merupakan kawasan yang sangat subur (kadar klorofil-a yang sangat tinggi, mencapai 4,25 mg/m), menunjukkan adanya sumber potensi sumber daya perikanan yang tinggi di wilayah tersebut. Kondisi perairan Pulau Sumba dan sekitarnya dinilai masih cukup baik berdasarkan fakta berupa rendahnya kepadatan zooplankton yang bersifat merugikan seperti Ctenophores. Kondisi terumbu karang bervariasi dari kategori kurang hingga
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
10
cukup, dan ditemukan banyak bekas praktek penangkapan ikan yang merusak. Hal ini menunjukkan pentingnya penegakan hukum dan penyadartahuan masyarakat mengenai konservasi terumbu karang. Pesisir Sumba Timur bagian utara memiliki hamparan padang lamun yang relatif paling baik dibanding sisi pulau Sumba lainnya. Padang lamun sangat penting bagi kehidupan biota ikan sebagai daerah asuhan dan pembesaran, sehingga perlu dijaga kelestariannya. Hasil ekspedisi ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pemanfaatan dan pengembangan sumber daya laut yang tepat sasaran dan berkesinambungan.
Gambar 9. E-WIN 2016 di Perairan SumbaI.
2.2. Teripang Indonesia: Eksplorasi, Pengelolaan dan Keterkaitannya dengan Kondisi Oseanografi di Perairan Indonesia (Koordinator: Ana Setyastuti, M.Si) Penelitian “Teripang Indonesia: eksplorasi, pengelolaan dan keterkaitannya dengan oseanografi di perairan Indonesia” dapat membuka pemikiran kita mengenai keanekaragaman jenis timun laut yang ternyata berbeda komposisi jenis dan kepadatannya di lokasi pengamatan yang berbeda. Secara umum, penelitian tahun pertama bertujuan untuk: (1) Melakukan uji metode penentuan stok teripang di alam menggunakan GPS, (2) Mengidentifikasi jenis-jenis timun laut yang ada di dua lokasi penelitian, (3) Memilah jenis-jenis timun Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
11
laut yang didapat dari kedua lokasi penelitian yang masuk dalam perdagangan, baik skala lokal maupun internasional, (4) Mengidentifikasi jenis-jenis teripang yang didapatkan dari pengepul teripang, (5) Melakukan kajian populasi teripang di kedua lokasi penelitian, (6) Mengkaji jaringan pasar teripang (proses pengambilan di alam, pengolahan dan penjualannya). Penelitian lapangan untuk kegiatan ini dilakukan di dua lokasi, yakni Lampung dan Biak-Papua. Beberapa capaian penting dalam kegiatan penelitian tahun pertama ini adalah Jenis-jenis timun laut yang berhasil dieksplorasi di perairan Biak-Papua lebih banyak daripada di perairan Lampung. Dari hasil eksplorasi timun laut di kedua lokasi tersebut didapatkan data bahwa sekitar 80% dari jumlah total jenis di masingmasing lokasi yang didapat merupakan jenis-jenis yang diperdagangkan. Hasil dari wawancara informal dengan nelayan lokal di Lampung diketahui bahwa beberapa jenis teripang (timun laut yang masuk perdagangan) semakin sulit didapatkan di alam. Hal tersebut membuat nelayan Lampung banyak beralih menjadi nelayan non-teripang dan atau berpindah profesi menjadi petani dan peternak. Hal yang berbeda dari hasil wawancara dengan nelayan di Biak-Papua, keberadaan teripang di alam memang mendapat perhatian lebih dari hukum adat setempat bersama dengan beberapa komoditas laut lainnya yang memang masuk dalam perdagangan. Oleh karenanya, keberadaan teripang di Biak-Papua jumlahnya memang lebih banyak dengan variasi jenis yang lebih banyak.
2.3. Keanekaragaman dan Adaptasi Biota Laut di Perairan Berenergi Gelombang Tinggi (Pantai Selatan Jawa) (Koordinator: Prof. Pramudji, M.Sc)
Gambar 10. Jenis-jenis teripang yang umum dijumpai.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di beberapa kawasan pesisir Kabupaten Garut, maka terkait dengan biota yang ditemukan di daerah tersebut dibagi menjadi 3 zona, yaitu zona supratidal, zona intertidal dan zona subtidal. Pada zona supratidal di kawasan pesisir Pameungpeuk dan sekitarnya secara umum tidak ditemukan mangrove, kecuali di daerah pesisir Paranje, karena kondisi lingkungan pesisir Pameungpeuk dan sekitarnya tidak memungkinkan. Pada zona intertidal ditemukan seagrass makroalgae, moluska, ekhinodermata, krustasea dan ikan. Berdasarkan hasil pengamatan padang lamun di perairan Pemeungpeuk dan sekitarnya dapat disimpulkan keragaman jenis lamun di perairan Pemeungpeuk dan sekitarnya ada empat jenis yaitu Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Cymodocea rotundata dan Thahassiahemprichii. Sedangkan komposisi dan distribusi jenis lamun dari masing-masing stasiun hampir sama, dan
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
12
Stasiun Pantai Sentolo mempunyai diversitas spons dan morfologi paling tinggi karena habitatnya berupa terumbu karang di zona sublittoral yang tidak terpapar langsung energi gelombang tinggi.
didominasi oleh jenis Cymodocea rotundata. Kemudian dari 21 marga makroalga yang ditemukan, 13 marga di antaranya merupakan makroalga yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan secara ekonomis. Selanjutnya, secara umum keragaman fauna moluska di perairan Pantai Selatan Garut, relatif rendah. Selama pengamatan ditemukan 37 spesies moluska terdiri dari 33 spesies dari kelas Gastropoda dan 4 spesies dari kelas Bivalvia. Spesies Gastropoda umumnya didominasi oleh spesies siput yang hidup di batu-batu seperti famili Littorinidae, famili Neritidae, famili Muricidae dan famili Cerithiidae. Krustasea yang diperoleh di pesisir Pamengpeuk dan sekitarnya seluruhnya berjumlah 99 individu, 16 jenis, 6 famili kepiting (brachyura) dan 4 famili udang (malacostraca). Karang lunak atau spons yang berada di pantai Pamangpeuk dan sekitarnya cukup beragam, yaitu terdiri dari 30 species dari 8 ordo. Hal ini juga diikuti oleh diversitas morfologi yang cukup beragam, namun masih didominasi oleh bentuk massive, encrusting dan globular. Stasiun Pantai Sentolo mempunyai diversitas spons dan morfologi paling tinggi karena habitatnya berupa terumbu karang di zona sublittoral yang tidak terpapar langsung energi gelombang tinggi. Pada zona intertidal berbatu di Perairan Kabupaten Garut memiliki jenis ikan cukup beragam. Zona ini memiliki fungsi ekologi yang sangat penting bagi ikan yaitu sebagai habitat permanen bagi ikan-ikan penghuni tetap (suku Blennidae dan Gobiidae) dan sebagai daerah asuhan bagi ikan-ikan penghuni sementara. Beragam jenis ikan penghuni sementara di zona intertidal berbatu di Perairan Kabupaten Garut memiliki potensi sebagai ikan hias dan beberapa sebagai ikan konsumsi. Belut laut dari suku Muraenidae merupakan salah satu kelompok ikan hias bernilai ekonomis yang terdapat di wilayah ini.
Gambar 11. Biota laut yang ditemukan di Pamengpeuk.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
13
2.4. Respon Biota (bioindikator) sebagai Proksi Kesehatan Ekosistem Laut terhadap Aktivitas Antropogenik (Koordinator: Rachma Puspitasari, M.Sc) Pemantauan kualitas lingkungan pesisir berupa pengukuran kontaminan baik organik dan anorganik tidak dapat dipungkiri membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan harus dilakukan oleh personel yang kompeten. Luasnya area pesisir Indonesia dan beragamnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir di Indonesia membutuhkan suatu metode yang efisien untuk mengetahui perubahan kualitas lingkungan. Penggunaan bioindikator diharapkan mampu menjawab tersebut. Monitoring kualitas lingkungan tidak hanya dengan analisis kimia saja, namun bisa dikombinasikan dengan berbagai pendekatan diantaranya bioindikator. Keberadaan suatu organisme pada kondisi lingkungan tertentu dapat menjadi ‘penanda’ perubahan kualitas lingkungan. Itulah yang disebut dengan bioindikator.
Gambar 12. Ikan Java medaka (O. javanicus).
Beberapa penelitian melaporkan penggunaan Ikan Java Medaka (O. javanicus) dan foraminifera bentik sebagai bioindikator perubahan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengungkap potensi penggunaan O. javanicus dan foraminifera bentik di Indonesia. Kegiatan tahun ini mengkaji kandidat bioindikator yang representatif untuk ekosistem pesisir dengan ikan Java medaka/O. Javanicus dan Foraminifera jenis Ammonia dan Elphidium (AE). Hasilnya menunjukkan bahwa ikan O. javanicus memenuhi beberapa kriteria sebagai bioindikator antara lain distribusi, sensitivitas, mudah dipelihara, diidentifikasi serta dapat mengakumulasi logam. Hasil analisis jenis foraminifera dengan indeks A-E menunjukkan dominasi tunggal jenis Ammonia dengan kepadatan yang rendah di pesisir Semarang. Hal ini menunjukkan kondisi perairan sudah sampai pada kondisi yang tidak dapat ditolerir oleh banyak biota lainnya mengingat Ammonia adalah jenis yang oportunis.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
14
Gambar 13. Pengujian bioassay ikan O. javanicus dengan Acute Lethality Test 96 h
2.5. Pengembangan Pedoman Kualitas Sedimen Laut: Monitoring dan Baseline Pencemaran Cu dan PAH Dalam Sedimen dan Uji Toksisitas (Bioassay) Sedimen Teluk Banten (Koordinator: Dr. Dwi Hindarti)
Gambar 14. Amphipoda yang ditemukan di lokasi penelitian;Anggota dari Ampeliscidae dan Aoridae digunakan sebagai biota uji dalam uji toksisitas.
Perkembangan ekonomi dan industri berpotensi meningkatkan konsentrasi kontaminan logam berat dan organik toksik dalam sedimen di beberapa perairan di Indonesia. Hal ini memerlukan Pedoman Kualitas Sedimen (Sediment Quality Guidelines/SQG) sebagaialat yang dapat digunakan oleh manager dan ilmuwan untuk menghubungkan konsentrasi kontaminan sedimen dengan prediksi dampaknya terhadap biota yang hidup dalam sedimen laut, estuarin dan perairan air tawar. SQG dapat digunakan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu, sehingga kualitas lingkungan dapat terjaga. Metode ini dipilih karena relatif lebih murah dibanding program restorasi dan pemindahan sedimen terkontaminasi ke tempat lain yang akan menimbukan masalah baru. Saat ini Indonesia baru memiliki Baku Mutu Air Laut untuk melindungi kehidupan biota akuatik, sedangkan Pedoman Kualitas Sedimen Laut belum tersedia. Kegiatan tahun ini merupakan tahun pertama yakni sebagai baseline study dalam rangka pengumpulan data dan informasi pencemaran logam berat dan PAH serta uji toksisitas sedimen dari perairan di Indonesia. Dari hasil penelitian ditemukan amphipoda yang dapat digunakan sebagai alternatif biota uji dalam uji toksisitas sedimen. Konsentrasi logam berat tersebar relatif merata dan masih di bawah ambang batas dan fraksinasi logam didominasi oleh fraksi residual, relatif tidak menimbulkan dampak bagi biota. Konsentrasi PAH dalam sedimen tersebar relatif merata, masih di bawah baku mutu SQG.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
15
2.6. Pengembangan Teknik Bioremediasi di Kawasan Tercemar Minyak Perairan Pesisir Teluk Jakarta (Koordinator: Dr. Yeti Darmayati) Penelitian sebelumnya menghasilkan 7 isolat bakteri unggul pendegradasi minyak sudah terisolasi. Bioremediasi mampu meningkatkan laju degradasi minyak. Bakteri yang dapat meningkatkan laju degradasi bersifat site specific. Pupuk lepas lambat produk lokal potensial untuk digunakan sebagai stimulan. Kombinasi penambahan bakteri dan pupuk adalah metode terbaik. Bakteri exogenous dari lingkungan yang tidak terlalu berbeda tetap efektif untuk digunakan. Melalui kegiatan ini diharapkan diperoleh tehnik yang paling efektif dalam memulihkan pesisir Teluk Jakarta yang tercemar minyak dengan memanfaatkan agen bioremediasi, tersusunnya panduan untuk melakukan remediasi di lingkungan pesisir dan terbentuknya jejaring stakeholder bioremediasi laut.
Gambar 15. Seleksi pupuk potensial untuk bioremediasi.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif yang kuat antara ketersediaan fosfat dengan kelimpahan bakteri pendegradasi PAH teramati di kolom air. Untuk meningkatkan proses biodegradasi di kolom air jika terjadi tumpahan minyak, maka peningkatan ketersediaan fosfat dibutuhkan. Faktor lingkungan di kolom air yang potensial akan menjadi kendala tidak teramati. Jika terjadi tumpahan minyak yang mengendap ke sedimen dan bioremediasi in situ akan diterapkan maka faktor-faktor yang berkorelasi positif (ketersediaan logam Cu, nitrat, nitrit, amoniak, oksigen dan suhu) harus ditingkatkan atau paling tidak dipertahankan. Sedangkan faktor-faktor yang berkorelasi negatif (ketersediaan logam Cd dan Ni) perlu dikendalikan kalau tidak bisa diturunkan. Dengan mempertimbangkan karakteristik sedimen di lokasi pengamatan, Aplikasi bioremediasi in-situ bisadigunakan untuk perairan Ancol dan Pulau Pari, sedangkan ex-situ untuk perairan Muara Gembong.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
16
2.7. Pengembangan Formulasi Produk Makanan Kesehatan dari Teripang (Koordinator: Abdullah Rasyid, S.Si)
Gambar 16. Pengembangan produk pangan fungsional dari teripang.
Teripang atau timun laut termasuk dalam filum Echinodermata merupakan salah satu biota laut yang telah dipanen dan diperdagangkan di lebih dari 70 negara di dunia, termasuk Indonesia. Teripang banyak ditemukan di perairan Indonesia, sebab secara geografis perairan Indonesia terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan habitat terbaik untuk hewan teripang. Secara esterika, meskipun teripang memiliki bentuk yang kurang menarik, teripang tetap diminati untuk dikonsumsi. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan kesadaran akan pentingnya makanan kesehatan yang menggunakan produk alami dengan manfaat fisiologis untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal serta mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit kronis. Dalam dunia perdaganagn teripang Stichopus vastus dan Holothuria atra tergolong teripang murah. Namun demikian, kedua jenis terpang tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk obat dan makanan kesehatan yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini berdasarkan kandungan nutrisi dan bioaktif yang telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya. Hasil ekstraksi sampel teripang Stichopus vastus menunjukkan bahwa rendemen ekstrak etanol yang diperoleh sebesar 2,54% sedangkan teripang Holothuria atra memiliki rendemen sebesar 0,11%. Diameter zona hambat ekstrak teripang Holothuria atra terhadap bakteri uji Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Vibrio cholera berturut-turut sebesar 11 mm, 11 mm, 12 mm dan 9 mm. Sebagai pembanding digunakan antibiotic ampisilin. Hasil analisa kadar mineral yang terkandung dalam prototipe sediaan cair/jelly makanan kesehatan yang dihasilkan menunjukkan bahwa kadar besi (Fe) sebesar 8,4 mg/100g,fosfor (P) 36,6 mg/100g, kalium (K) 28,73 mg/100g, kalsium 1,8 g/100g dan natrium (Na) 139,99%. Prototipe yang dihasilkan tidak mengandung logam berat (Pb, Cd, Hg dan As) yang merupakan salah satu kriteria tingkat keamanan suatu produk makanan kesehatan. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisa kadar glukosamin dan kondroitin sulfat yang merupakan komponen terpenting dalam teripang. Glukosamin dan kondroitin sulfat biasanya doigunakan untuk mengatasi penyakit osteoarthritis. Hasil analisa kadar glukosamin yang terkandung dalam prototipe yang dihasilkan sebesar 3,996 g/100g, sedangkan kondroitin sulfat sebesar 2,019 g/100g.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
17
2.8. Konservasi dan Pengembangan Koleksi Kultur Mikroalga Laut (Koordinator: Sandi Permadi, S.ST)
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merawat, mengidentifikasi, dan menata koleksi kultur mikroalga di P2O LIPI agar menjadi kultur yang terstandar dikenal, menjadi rujukan (referensi) dan dapat dimanfaatkan dalam skala nasional dan internasional.
Saat ini P2O LIPI mempunyai koleksi kultur mikroalga laut terbanyak di Indonesia, terutama Bacillariophyceae. Namun, pengelolaan koleksi kultur masih dilakukan secara sederhana. Kultur belum teridentifikasi secara molekuler, yang sangat diperlukan untuk pemanfaatan selanjutnya; bar coding; penanda bahwa strain tersebut milik P2O LIPI; Belum terdapat citra dari setiap koleksi; Belum terkarakterisasi secara morfologi dengan lebih terperinci; dan Belum semua koleksi telah memiliki informasi lengkap mengenai pola pertumbuhan, medium spesifik, protein, karbo hidrat, lemak, pigmen, kandungan metabolit,, dll. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merawat, mengidentifikasi, dan menata koleksi kultur mikroalga di P2O LIPI agar menjadi kultur yang terstandar dikenal, menjadi rujukan (referensi) dan dapat dimanfaatkan dalam skala nasional dan internasional. Seluruh kultur (75 kultur) hidup, pada tahun 2016 ini tidak ada yang mati/hilang. Keterangan setiap kultur menjadi lebih terorganisir. Semua data lengkap, mulai dari data pertumbuhan, biomassa, klorofil, lipid, fatty acid, citra dari mikroskop cahaya, dan citra dari SEM dari 18 isolat kultur
Gambar 17. Koleksi kultur murni di rak dengan pencahayaan.
2.9. Pengembangan Basis Data Produk Alam Lautuntuk Biota Laut yang Berasal dari Indonesia (Indonesian Marine Natural Product Database IMNPD) (Joko Tri WIbowo, M.Sc) Spons merupakan salah satu organisme laut sumber penghasil senyawa isolate bioaktif baru yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Senyawa yang diisolasi dari spons beberapa diantaranya telah berhasil Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
18
Dari hasil telaah pada sistem tersebut didapatkan total senyawa isolat dari biodiversitas spons Indonesia adalah 430 senyawa. Sebanyak 56,74% dari senyawa tersebut adalah senyawa baru.
disintesis dan berada pada fase uji klinik serta siap dipasarkan. Indonesia sebagai negara dengan tingkat biodiversitas spons yang tinggi memiliki potensi yang tinggi dalam hal penemuan senyawa bioaktif baru. Hasil-hasil penelitian senyawa bioaktif dari biodiversitas spons Indonesia telah kami rangkum dalam system informasi basis data yaitu Indonesian Marine Natural product Database (IMNPD). Dari hasil telaah pada sistem tersebut didapatkan total senyawa isolat dari biodiversitas spons Indonesia adalah 430 senyawa. Sebanyak 56,74% dari senyawa tersebut adalah senyawa baru. Senyawa tersebut diperoleh dari spons yang dikoleksi di berbagai titik yang sebagian besar terdapat di wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Terdapat total 40 genus spons Indonesia yang telah dipublikasi mengenai senyawa isolat bioaktifnya. Teknik pendekatan isolasi senyawa dilakukan secara bioassay guided isolation, chemical guided isolation, atau campuran keduanya. Uji bioaktivitasnya berupa antiinfeksi, antikanker, imunostimulan, anti-fouling, dan pada model penyakit degeneratif. Beberapa di antaranya telah disintesis dengan perubahan struktur samping untuk meningkatkan aktifitas biologis. Hasil ini menunjukkan bahwa masih terdapat peluang yang besar untuk menemukan senyawa baru dari biodiversitas di perairan Indonesia. Selain itu, dari isolat yang sudah ditemukan dapat dikembangkan untuk ditelusuri lebih jauh mikroorganisme yang berperan, sintesis senyawa, maupun untuk dilakukan pemodelan terhadap potensi bioaktifitas dari senyawa tersebut.
Gambar 18. Jumlah penemuan senyawa baru dari spons Indonesia.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
19
Gambar 19. Manajemen Koleksi P2O LIPI.
2.10. Manajemen Koleksi (Koordinator: Indra Bayu V, M.Sc) Isu terkait penurunan biodiversitas di perairan Indonesia sudah semakin gencar disuarakan, hal ini terlihat dari hasilhasil penelitian yang menyatakan semakin tingginya tingkat eksploitasi biota laut dan banyaknya peristiwa degradasi ekosistem akibat kegiatan manusia dan faktor antropogenik. Oleh karenanya keberadaan Koleksi Rujukan menjadi sangat penting dengan ditunjang oleh manajemen pengelolaan yang baik. Manajemen koleksi biota laut yang baik dan informatif akan berguna dalam memberikan informasi kepada pengguna informasi, baik peneliti maupun stake holder. Koleksi biota laut dalam pengaturan yang baik diharapkan menjadi peninggalan yang bermanfaat baik dalam skala nasional maupun internasional (’world heritage’). Recording dan penyimpanan bukti biota laut dalam bentuk spesimen sangat dibutuhkan untuk sebagai bukti keberadaan biota laut yang ada di perairan Indonesia. Koleksi biota laut dapat digunakan sebagai indikator yang menggambarkan biodiversitas perairan Indonesia pada umumnya dan menggambarkan biodiversitas serta sebaran biota ekonomis penting pada khususnya. Sebaran biota laut, terutama yang memiliki nilai ekonomi tinggi, merupakan target penangkapan dan cenderung mengalami penurunan populasi. Record tentang keberadaan biota laut bernilai ekonomi di suatu lokasi sangat penting sebagai data base. Alasan ini merupakan landasan diperlukannya database dari biota laut, terutama yang bernilai ekonomi.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
20
3. IPTEKDA 3.1. Pengembangan Unit Usaha Diversifikasi Olahan Rumput Laut (Euchemma cottonii) di Pari-Kepulauan Seribu (Koordinator : Hilda Novianty, M.Si)
Gambar 20. Budidaya rumput laut.
Kegiatan IPTEKDA LIPI khusus UPT LPKSDMO Pulau Pari telah berjalan sejak tahun 2015. Tujuan yang ingin dicapai pada tahun kedua (2016) adalah pengembangan packaging untuk produk olahan rumput laut dan penambahan jumlah unit usaha budidaya rumput laut. Pada tahapI, kegiatan yang telah dilakukan yaitu survey perekrutan penambahan petani budidaya rumput laut, FDG dengan pelaku unit usaha, pembelanjaan kebutuhan budidaya rumput laut dan pasca panennya, pengembangan packaging produk olahan rumput laut dan pemasaran produk olahan rumput laut terhadap masyarakat. Pada tahap II kegiatan IPTEKDA Pulau Pari yang dilakukan adalah perluasan tanam bibit rumput laut, panen rumput laut, treatment pasca panen rumput laut, pengolahan hasil budidaya, dan FGD (labeling dan kemasan, higenitas kemasan, keamanan pangan, kiat berusaha, proses PIRT produk, dan pengadministrasian kegiatan). Kegiatan IPTEKDA Pulau Pari pada tahap III (akhir) adalah pembibitan kembali budidaya rumput laut menjadi 5 kelompok unit usaha budidaya rumput laut (sampai dengan tahap ke 2 hanya berjumlah 3 unit usaha budidaya rumput laut) dengan wilayah tanam adalah Pulau Kudus, Barat Pulau Pari, Pulau Burung, dan Selatan Pulau Pari, pengolahan hasil budidaya dan FGD (evaluasi kegiatan IPTEKDA tahun 2016). Menjelang akhir kegiatan para pelaku unit usaha sudah menjual hasil budidaya dan olahannya.
Gambar 21. Pemanenan rumput laut.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
21
Gambar 22. Tampilan fisik kemasan baru.
3.2. Usaha Pembesaran Teripang Pasir (Holothuria scabra), secara Alami di Perairan Tual-Maluku Tenggara (Koordinator: Drs. Eddy Yusron, M.Si) Kegiatan IPTEKDA - LIPI Khusus XIX tahun 2016 di P2O LIPI kerjasama dengan UPT Loka Konservasi Biota Laut LIPI Tual bertujuan untuk mengembangkan usaha budidaya pembesaran teripang pasir (Holothuria scabra), yang meliputi budidaya pembesaran di Keramba Jaring Tancap (KJT) dan penebaran benih di alam (Restocking) di Perairan Lairngangas Desa Lairngangas Kecamatan Manyeuw - Kabupaten Maluku Tenggara. Dana alih teknologi tahap I lebih banyak digunakan untuk pembuatan sarana budidaya keramba jaring tancap, pengadaan benih, pembuatan pakan.Pada tahap I dipelihara anakan teripang pasir (Holothuria scabra) yang mempunyai ukuran berat basah 50 gram sampai 100 gram sebanyak 1000 ekor yang dipelihara dalam dua keramba Jaring tancap dan baru bisa dipanen dua tahun kemudian.Dana alih teknologi tahap II lebih banyak digunakan untuk pembuatan sarana budidaya keramba jaring tancap, pengadaan benih, pengiriman benih. Pada tahap II sudah dipelihara dalam dua keramba jaring tancap dengan luas 2 x 5 meter dengan anakan teripang pasir yang mempunyai ukuran berat basah 50 – 100 gram sejumlah 700 ekor adalah milik dua kelompok nelayan budidaya teripang pasir nelayan Desa Lairngangas. Teknik budidaya yang diterapkan adalah sistem keramba jaring tancap di Perairan Lairngangas Desa Lairngangas, Kecamatan Manyeuw - Kabupaten Maluku Tenggara. Hasil budidaya ini baru di harapkan bisa dipanen dua tahun kemudian. Sedangkan pada tahap III melakukan penebaran benih di alam (Restocking) di ditebar di dalam Goba Perairan Lairngangas sebanyak 800 benih teripang pasir bersama masyarakat nelayan Desa Lairngangas, Kecamatan Manyeuw - Kabupaten Maluku Tenggara.Pada akhir kegiatan dipelihara anakan teripang pasi Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
22
yang mempunyai ukuran berat basah 50 gram sampai 100 gram sebanyak 1700 ekor dalam empat keramba jaring tancap.
3.3. Usaha Budidaya Ikan Capungan Banggai (Pterapogon kauderni) di Bitung, Sulawesi Utara (Ir. Petrus Makatipu, M.Si)
Gambar 23. Anakan teripang yang ditebar di Goba perairan Lairngangas.
Kegiatan IPTEKDA ini bertujuan untuk memproduksi benih ikan hias Capungan Banggai dan meningkatkan pendapatan nelayan dalam kegiatan pembesaran anakan ikan Capungan Banggai di alam. Kegiatan sampai dengan pengamatan pada akhir bulan November 2016 lebih di titik beratkan pada pemeliharaan bakal calon induk ikan hias Banggai Cardinalfish yang diperoleh pengusaha ikan hias dari Manado dan beberapa induk yang diperoleh dari nelayan lokal. Dari hasil pengamatan berkembangbiak dan kemampuan bertahan hidup ikan hias Banggai Cardinalfish di laboratorium, terlihat bahwa juvenil yang dihasilkan oleh seekor induk jantan yang mengerami telur dalam rongga mulut dapat mencapai 45 – 58 ekor dan kemampuan bertahan hidup (survival rate) pada minggu pertama dan kedua cukup tinggi mencapai 67% - 80% pada minggu I dan 70% - 84% pada minggu kedua.
Gambar 24. Pemeliharaan induk ikan hias Banggai Cardinalfish dengan menggunakan keramba jaring apung di perairan Tandurusa, selat Lembeh, Bitung Sulawesi Utara.
Gambar 25. Pemeliharaan Juvenile/ anakan kan hias Banggai Cardinalfish hasil penetasan induk di akuarium ukuran 0,4 x 0,5 x 0,6 m di laboratorium UPT LKBL Bitung.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
23
4. Program COREMAP-CTI LIPI
Gambar 26. Tutupan karang hidup di lokasi ADB.
Kegiatan Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait yang dilakukan pada tahun 2016 ini umumnya merupakan pengamatan untuk yang kedua kalinya sejak COREMAP-CTI dimulai. Kecuali untuk lokasi Buton dan lokasi KKPN SAP Aru bagian Tenggara merupakan pengamatan yang pertama kalinya pada COREMAP-CTI. Sedangkan untuk lokasi Nias Utara, Mentawai dan Bintan merupakan pengamatan yang ketiga kalinya. Untuk Lokasi ADB, hampir di semua lokasi mengalami penurunan persentase tutupan karang. Penurunan terbesar terjadi di kabupaten Tapanuli Tengah yaitu dari 44,46% tahun 2015, menjadi 18,82% di tahun 2016 atau terjadi penurunan sebesar 25,64 %. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kenaikan suhu yang terjadi di Perairan Samudera Hindia, sesuai dengan bleaching alert yang dikeluarkan oleh NOAA 2016. Untuk lokasi WB, tutupan karang hidup di beberapa lokasi ada yang tidak berubah secara signifikan dibanding pengamatan tahun sebelumnya, sedangkan di beberapa lokasi lainnya mengalami penurunan. Adanya penurunan tutupan karang hidup di beberapa lokasi antara lain disebabkan oleh peningkatan suhu air laut yang memutihkan karang.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
24
Gambar 27. Tutupan karang hidup di lokasi WB.
Gambar 28. Pemutihan karang yang diakibatkan peningkatan suhu air laut.
Pada tahun anggaran 2016 ini, kegiatan survey sosial ekonomi hanya dilakukan di Buton, satu lokasi COREMAP yang mengalami pemekaran wilayah administratif. Oleh karena itu, kegiatannya merupakan studi baseline sosial ekonomi dengan lokasi penelitian berada di lokasi pemekaran Buton yaitu di Kabupaten Buton, Buton Tengah dan Buton Selatan. Kegiatan pengambilan data lapangan untuk studi baseline ini telah dilakukan di awal September. Hasil dari survey tahun 2016 rata-rata pendapatan per kapita di Kabupaten Buton sekitar Rp 415.900 per bulan, sedangkan rata-rata pendapatan rumah tangga di lokasi COREMAP Kabupaten Buton sebesar Rp 2.043.560. Untuk Kabupaten Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
25
Buton Tengah, pendapatan per kapitanya Rp. 534.658 per bulan, sedangkan rata-rata pendapatan rumah tangga sampel per bulan sebesar Rp 2.488.139. Untuk Kabupaten Buton Selatan, pendapatan per kapitanya Rp. 550,570 perbulan, sedangkan rata-rata pendapatan rumah tangga per bulannya sebesar Rp 2,231,551.
Gambar 29. Kegiatan pelatihan pengumpulan data kuantitatif (atas) dan pengecekan hasil survei enumerator (bawah).
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
26
Gambar 30. Kegiatan wawancara terbuka (atas) dan observasi (bawah) terkait kegiatan nelayan dan perdagangan hasil perikanan di lokasi kajian.
Training dan Sertifikasi Sepanjang tahun 2016 telah dilakukan sebanyak sembilan kegiatan yang terkait dengan training dan sertifikasi di antaranya: 1. Workshop perumusan standar kompetensi kerja khusus dan penyusunan skema sertifikasi yang dilaksanakan pada tanggal 6-10 Juni. Workshop ini menghasilkan draft dokumen SKK khusus penilai kondisi terumbu karang, penilai biodiversitas ikan karang, penilai kondisi mega benthos, penilai kondisi mangrove dan penilai kondisi lamun. 2. Public Hearing rancangan standar kompetensi kerja khusus monitoring kesehatan terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya diaksanakan pada tangggal 15 Juni di Jakarta. Hasil Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
27
kegiatan ini adalah rumusan rancangan standar kompetensi kerja khusus dari public hearing. 3. Konvensi Rancangan Standar Kompetensi Kerja Khusus (SKK Khusus) untuk jabatan kerja Penilai Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait pada tanggal 14 Juli di Jakarta. Kegiatan ini menghasilkan rancangan standar kompetensi kerja khusus untuk jabatan kerja Penilai Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait.
Gambar 31. Kegiatan Training dan Sertifikasi yang diselenggarakan pada tahun 2016.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
28
4. Pelatihan Asesor Kompetensi Penilai Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait pada tanggal 7-13 Agustus di Bogor. Berdasarkan proses assesmen yang dilakukan dihari terakhir, sebanyak 15 orang direkomendasikan kompeten sebagai asesor kompetensi dan diusulkan mendapatkan sertifikat sebagai seorang asesor kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi. 5. Workshop pengembangan materi uji kompetensi telah dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus sampai dengan 3 September 2016 di Bali. Kegiatan ini menghasilkan draft final SKK Khusus dan skema sertifikasi Penilai Kondisi Terumbu Karang dan ekosistem terkait, serta database perangkat asesmen (materi uji kompetensi). 6. Sosialisasi skema sertifikasi Penilai Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait wilayah ADB pada tanggal 30 September 2016 di Batam. Kegiatan sosialisasi diikuti oleh 24 peserta yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota/Provinsi di wilayah COREMAP-CTI ADB, Universitas/Perguruan Tinggi, LSM dan instansi terkait. 7. Sosialisasi skema sertifikasi Penilai Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait wilayah WB pada tanggal 4 Oktober 2016 di Makassar. Kegiatan sosialisasi diikuti oleh 36 peserta yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/ Kota/Provinsi di wilayah COREMAP-CTI ADB, Universitas/Perguruan Tinggi, LSM dan instansi terkait. 8. Sosialisasi nasional skema sertifikasi penilai kondisi terumbu karang dan ekosistem terkait Program COREMAP-CTI LIPI pada tanggal 27 Oktober 2106 di Jakarta.. 9. Workshop finalisasi dokumen sertifikasi Program COREMAP-CTI LIPI telah terlaksana pada tanggal 14-16 November 2016 di Bogor. 10. Validasi Sistem Sertifikasi Penilai Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait dilaksanakan tanggal 22-24 Desember 2016 yang dilaksanakan di Pulau Pari dengan diikuti oleh 27 orang peserta. 11. Pengembangan Dokumen Sistem Mutu Calon Lembaga Sertifikasi Profesi ( CL SP) telah diselesaikan sampai akhir Desember 2016.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
29
5. Riset Agenda
Gambar 32. Data Proksi SST (putih) dan pH air laut (oranye) di Natuna untuk periode (a) 2007-2011, (b) 19701974; (c) 1924-1928.
5.1. Retrospektif Perubahan Iklim di Kepulauan Natuna dan Selayar via Geokimia Karang (Koordinator: Dr. Intan S Nurhati) Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi perubahan iklim dan pengasaman laut; serta mengevaluasi dampaknya terhadap kalsifikasi karang selama abad yang lampau di Kepulauan Natuna dan Selayar.Rekonstruksi SST dan salinitas via dual-analisis Sr/Ca dan 18O di Natuna sebagai representatif lokasi di Indonesia bagian barat menunjukkan trend pemanasan suhu dan penurunan salinitas permukaan laut serta kenaikan curah huhan selama abad yang lampau. Rekonstruksi pH air laut via analisis 11B di Natuna menunjukkan variasi yang tinggi dan membutuhkan studi lanjutan untuk menghasilkan data yang kontinuu. Kalsifikasi karang di Natuna menujukkan kondisi yang sehat. Kalsififikasi karang cenderung menurun pada periode dengan pH air laut lebih asam seperti di sekitar tahun 1920an. Secara umum, telah tejadi kenaikan kalsifikasi karang yang kemungkinan adalah respon sementara dari tren kenaikan SST yang tengah terjadi di Natuna, sebelum efek kenaikan SST dan pengasaman laut mulai membawa pengaruh negatif. Data geokimia karang di Kep. Selayar/Taka Bonerate menunjukkan kontribusi faktor non-iklim berdasarkan environmental setting-nya yang beragam. Korelasi yang tinggi antara proksi SST dan laju pertumbuhan karang di salah satu lokasi di Kep. Taka Bonerate mengingatkan akan pentingnya mengevalusi faktor biologi atau vital effect di sample karang Indonesia. Pengaruh pesisir juga dapat mengurangi fidelitas proksi iklim, dimana evaluasi akan faktor lingkungan non-iklim seperti sedimentasi dapat memberikan informasi tambahan. Pengukuran proksi sedimentasi di ujung selatan Pulau Selayar menunjukkan kenaikan namun masih dalam nilai yang umum di temukan. Namun, proksi sedimentasi di Kep. Seribu sebagai lokasi pembanding menunjukkan angka yang tinggi. Kegiatan riset agenda ini mengaplikasikan proksi iklim dan perubahan pH air laut serta dampakanya pada kalsifikasi karang via metode state-of-the-art geokimia dan tomografi.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
30
Gambar 33. Pengeboran sampel karang untuk mendapatkan skeleton karang.
Gambar 34. Profil sampel karang lunak yang disampling dari periran Sabang dan Buton.
5.2. Bio-mining Metabolit Sekunder Karang Lunak (Alcyonacea) dan Evaluasi Aktivitas Farmakologinya. (Koordinator: Dr. Tutik Murniasih) Eksplorasi senyawa aktif atau sering disebut “biomining” dari karang lunak Indonesia sangat penting dilakukan, mengingat potensi keanekaragaman jenisnya yang cukup tinggi. Dengan berkembangnya teknik budidaya karang lunak, merupakan suatu terobosan baru dalam pemanfaatan berkelanjutan sebagai bahan baku obat. Penderita penyakit infeksi di Indonesia masih sangat tinggi. Eksplorasi bahan baku obat antibiotik dan antimalaria sangat perlu dilakukan, mengingat tingginya kebutuhan akan obat tersebut. Penelitian tentang pengaruh alelopati pada Lobophytum sp. terhadap biota karang Acropora sp dan potensi farmakologis (TA.2015) menghasilkan data-data metabolit sekunder durumulide M (1), durumulide F (2), hydroperoxy sarcophine (3) dan lobophytone O (4), menelloide E (5), crassumsterol (6), lobophytone O (7) yang berperan sebagai pertahanan diri dan mempunyai aktifitas sebagai anti bakteri, antioksidan dan antimalaria. Hasil penelitian tahun ke-2 (2016) diantaranya adalah didapatkannya fraksi aktif dan teridentifikasi adanya senyawa Sarcophytoxide pada karang lunak Sarcophyton glaucum asal kep. Selayar. Sarcophytoxide mempunyai aktifitas antibakteri dengan nilai MIC terhadap Staphylococcus aureus 100 ppm, terhadap Bacillus subtilis 125 ppm dan terhadap Vibrio eltor sebesar 125 ppm.
5.3. Potensi Stok dan Serapan Karbon di Kawasan Pesisir Pulau Weh Pengetahuan mengenai peran ekosistem alami dalam penyerapan dan penyimpanan CO2 merupakan salah satu komponen alami dalan mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengidentifikasi ekosistemekosistema alami yang memiliki kemampuan besar dalam mengikat emisi CO2 antropogeni yang meningkat secara terus menerus. Pemetaan potensi ini menjadi langkah awal yang penting di dalam menyusun strategi mengurangi dampak perubahan
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
31
iklim global. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan assesment terhadap kondisi saat ini khususnya untuk mengetahui stok karbon mangrove dan lamun serta potensi serapannya (sequestration), potensi aliran (flux) CO2 atmosfer dan kolom air, potensi aliran (flux) karbon di dalam sistem lingkungan dan kondisi fisika, kimia, biologi perairan.
Gambar 35. Dinamika karbon pada komunitas mangrove di kawasan pesisir Pulau Weh.
Hasil observasi menunjukkan, serapan karbon komunitas mangrove di Pulau Weh dan Aceh Besar tergolong dalam kategori yang rendah (~0.13 3.11 MgC/ha/tahun). Kondisi komunitas, umur tegakan dan ratio berat basah berat kering sangat mempengaruhi poten serapan karbon. Pada komunitas mangrove yang masih anakan/seedling di seluruh stasiun penelitian yang merupakan lokasi rehabilitasi, menunjukkan serapan karbon yang sangat rendah. Cadangan karbon di ekosistem mangrove tertinggi ditemukan pada stasiun SBGM04 (total cadangan karbon: 218,03 Mg/ha) dan memiliki perbedaan yang tipis dengan ACBM04 (216,64 Mg/ha). Kedua stasiun ini memiliki kondisi komunitas mangrove yang masih sangat alami, dengan tegakan yang berukuran diameter cukup lebar, kerapatan tinggi serta kondisi habitat yang rendah takanan antropogenik. Estimasi cadangan karbon paling rendah ditemukan di seluruh kawasan rehabilitasi seperti: ACBM01 (13,61 Mg/ha); ACBM02 (41,97 Mg/ha) serta di kawasan yang terdampak tsunami ACBM06 (24.36 Mg/ha). Komunitas padang lamun di Pulau Nasi, yang hanya memiliki luas 0,83 km2, juga memiliki potensi stok karbon yang relative rendah yaitu sebesar 0,53 MgC/ha dan potensi penyerapan karbon sebanyak 2,09 MgC/ha/tahun. Nilai standing stock tertinggi dimiliki oleh Cymodocea serrulata sebesar 50,87 gC/m2, jauh lebih besar dibandingkan Halodule pinifolia sebesar 1,43 gC/m2. Lamun berukuran lebih besar memiliki biomassa yang besar untuk satu tegakannya, Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
32
Gambar 36. Neraca karbon pada komunitas lamun di pulau Nasi.
Gambar 37. Pola fluks CO2 (mmol/m2/hari) di perairan Pulau Aceh (AgustusSeptember 2016) dan Pulau Weh (Mei-Juni 2016).
sehingga dengan kerapatan yang lebih besar maka biomassanya semakin besar dibanding jenis lainnya yang berukuran kecil. 5. 4. Dampak Perubahan Suhu dan Pengasaman Air Laut terhadap Stress Karang: Kajian Genetik dalam Pengelolaan Terumbu Karang (Koordinator: Dr. Irma S Arlyza) Secara luas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan iklim dan dampak antropogenik dalam merubah dinamika ekosistem pesisir (ekosistem karang). Sasaran penelitian ini adalah untuk memperkirakan proses adaptasi spesies karang dalam mengatasi perubahan suhu, keasaman dan salinitas dalam skala lapangan dan laboratorium. Selain itu, untuk melihat bagaimana spesies karang secara fisiologi beradaptasi dengan menyesuaikan diri pada perubahan tersebut. Hasil menunjukkan suhu berpengaruh pada kemampuan karang untuk bertahan hidup. Kondisi ini terlihat jelas pada survei pertama bulan Mei-Juni akhir, pemulihan pemutihan karang berlangsung cukup lama hingga Oktober masih ada beberapa lokasi di Bali seperti Manta point, Manta Bay belum mengalami pemulihan total. Perubahan suhu yang cukup ekstrim dapat menyebabkan karang kehilangan zooxanthellae dalam jaringan dalam waktu yang singkat. Perlakuan suhu tinggi dalam kurun waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya stress, bleaching dan berakhir dengan kematian. Kehadiran gen stress dapat diamati dengan melihat perubahan organisme secara fisik, sedangkan
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
33
secara molekuler akan ditunjukkan dengan munculnya gen stress yaitu HSP70. Paparan panas yang cukup lama pada karang ternyata dapat diekspresikan melalui munculnya gen tersebut. Sampel dengan kode CBBL02 telah menunjukkan kemunculan gen HSP70, artinya karang tersebut telah mengalami cekaman panas pada rentang waktu tertentu akan tetapi masih bertahan hidup. Sedangkan sampel CBBL58 kemungkinan telah mengalami stress yang jauh lebih lama dari CBBL02 sehingga tidak berhasil diamplifikasi seperti CBBL07 yang mengalami pemutihan menyeluruh.
Hasil menunjukkan bahwa Meningkatnya lahan terbuka dan juga dipicu dengan pola puncak curah hujan (bimodal) yaitu puncak curah hujan terjadi pada Mei dan Desember selama setahun telah berdampak terhadap kekeruhan di perairan timur pulau Bintan.
5.5. Kajian Dampak dan Adaptasi Gejala Perubahan Iklim Global di Pulau Bintan Timur Kepulauan Riau (Ir. Happy Indarto, M.Si) Tujuan kegiatan penelitian ini antara lain, 1). Mempelajari gejala dan indikasi perubahan iklim pada skala lokal (daerah) dengan pengamatan dan pengolahan data masa lalu (Data MBKG 1976-2015 atau selama 39 tahun), 2). Mempelajari suhu permukan laut (SPL), 3). Mempelajari perubahan penggunaan atau tutupan lahan (1990-2016), 4). Melakukan assesment terhadap kondisi lamun dengan membandingkan data kondisi lamun (2006) dan (2016), 5). Mempelajari kualitas perairan (zat hara, kekeruhan, klorofil-a) pada musim hujan dan kemarau, 6). Mempelajari kondisi masyarakat nelayan tradisional di pesisir pulau Bintan. Hasil menunjukkan bahwa Meningkatnya lahan terbuka dan juga dipicu dengan pola puncak curah hujan (bimodal) yaitu puncak curah hujan terjadi pada Mei dan Desember selama setahun telah berdampak terhadap kekeruhan di perairan timur pulau Bintan. Selama sepuluh tahun terakhir 2006-2016 dampak yang nyata telah terjadi yaitu degradasi presentase tutupan lamun dan di prediksikan akan berdampak pada kondisi semakin ‘jelek’ dari kondisi semula ‘sedang’. Keanekaragaman spesies
Gambar 38. Kecenderungan jumlah hari hujan ekstrim >100 mm di stasiun Tanjung Pinang 1976-2015.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
34
lamun hanya ditemukan tujuh spesies dari 10 spesies yang pernah ditemukan dalam kurun waktu 10 tahun (2006-2016). Upaya pemulihan kondisi lamun dan dampak dari perubahan tutupan lahan serta diduga kerusakan lamun akibat penggunaan alat pukat siput gonggong, maka sosialisasi dan pengawasan terhadap masyarakat dan stakeholder terus ditingkatkan.
Gambar 39. Kecenderungan suhu di stasiun Tanjung Pinang 1976-2015.
Pada 2016 telah terjadi fenomena Lanina atau curah hujan cukup tinggi, suhu permukaan laut kecenderungan menurun, Chlorofil-a dan demikian halnya dengan Oksigen terlarut relatif tinggi hal ini telah berdampak terhadap produksi ikan bilis sangat melimpah, sebaliknya tahun 2014-2015 terjadi Lanino atau kemarau panjang dimana produksi ikan bilis sangat berkurang. Berdasarkan penggalian secara mendalam informasi baik secara langsung atau data sekunder, dapat diketahui bahwa kelima desa Tanjung Berakit, Sei Kawal, Sei Enam, Batu Licin dan Dompak termasuk masyarakat nelayan tradisional. Hal ini dapat dicirikan dengan sarana yang dipergunakan dengan kapasitas terbatas serta jarak jelajah dekat. Alat tangkap yang dipergunakan masih bersifat daya eksploitasi rendah dan tingkat ketergantungan terhadap sumberdaya laut tinggi. Kesemuanya itu telah berdampak semakin tidak pastinya masyarakat nelayan dalam melakukan aktifitas sebagai nelayan. Strategi dengan mengoptimalkan potensi keluarga, memanfaatkan sumberdaya alam yang ada merupakan cara untuk menghadapi situasi ketidakapstian pendapatan dan situasi darurat dalam menghadapi perubahan cuaca ekstrim. Semakin banyak ketrampilan berbagai matapencaharian dan variasi alat tangkap yang digunakan menjadi cara atau strategi dan adaptasi dalam menghadapi perubahan cuaca yang Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
35
Gambar 40. Perubahan penggunaan lahan 2003 di pesisir Timur Pulau Bintan berdasarkan Analisa data citra Landsat.
berubah ubah setiap saat. Berdasarkan atas analisa awal maka Kampung Panglong, Batu Licin, Sei Enam dan Dompak dapat dikategorikan nelayan tingkat kerentanannnya ‘rendah’ dan Kampung Semelor, Nelayan Kelong di Tanjung Berakit serta Sei Kawal dikategorikan memiliki kerentanan ‘tinggi”.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
36
Gambar 41. Perubahan penggunaan lahan 2014 di pesisir Timur Pulau Bintan berdasarkan Analisa data citra Landsat.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
37
6. Balai dan UPT P2O LIPI membawahi 5 (lima) Unit Pelayanan Teknis selevel IVa dan satu unit Balai selevel eselon IIIb, masingmasing dipimpin oleh Kepala Satuan Kerja. Adapun kelima UPT tersebut adalah : 1. UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak 2. UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual 3. UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung 4. Balai Bio Industri Laut Lombok 5. UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi Pulau Pari.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem pesisir di Teluk Wondama Papua dan potensi sumber daya yang ada di dalam ekosistem lamun, mangrove, terumbu karang, (ikan, moluska, dan jenisjenis biota lainnya yang ditemui) dan tingkat pemanfaatannya saat ini.
1. UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak Pada tahun 2016, UPT LKBL Biak melaksanakan tiga kegiatan penelitian tematik, satu kegiatan IPTEKDA LIPI, dan kegiatan diseminasi meliputi kegiatan sosialisasi pengenalan dan peranan ekosistem pesisir, kegiatan sahabat bahari, kegiatan pembinaan kelompok konservasi dan kegiatan pelatihan usaha wisata bahari. a. Potensi Pesisir Teluk Wondama Papua Barat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem pesisir di Teluk Wondama Papua dan potensi sumber daya yang ada di dalam ekosistem lamun, mangrove, terumbu karang, (ikan, moluska, dan jenis-jenis biota lainnya yang ditemui) dan tingkat pemanfaatannya saat ini. Hasil yang didapatkan antara lain; (a) Kondisi ekosistem mangrove dalam kawasan tergolong sangat baik, dibuktikan dengan rata – rata persentase tutupan kanopi diatas 75% (64.06% - 89.87%). (b) Nilai rata-rata tutupan lamun sebesar 41.94%, termasuk lamun yang kurang kaya. Secara umum, telah teridentifikasi 9 jenis lamun di pesisir Teluk Wondama. (c) Hasil identifikasi biota moluska yang ditemukan di perairan lamun, ditemukan 158 jenis moluska, dari 44 family. (d) Keanekaragaman jenis karang batu perairan Teluk Wondama, ditemukan 98 spesies (jenis) karang batu yang termasuk dalam 30 genera (marga) dari 13 family (suku). (e) Kelompok ikan target dijumpai sebanyak 65 jenis mewakili 11 suku (1810 individu). Untuk kategori ikan indikator dari suku Chaetodontidae yang digunakan sebagai indikator kesehatan terumbu karang dalam penelitian ini termasuk cukup tinggi yakni ditemukan sebanyak 20 jenis. Kelompok major ditemukan sebanyak 82 jenis mewakili 13 suku. (f) Video ekspedisi Teluk Wondama berkerjasama dengan BIT LIPI Bandung.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
38
Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 8 jenis lamun atau 66.7 % dari 12 jenis lamun yang ada di Indonesia.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjadikan koleksi biota laut terutama moluska laut sebagai bukti material keanekaragaman biota dan menyediakan media berupa informasi dan material tentang keragaman biota lautmoluska.
b. Keefektifan Daerah Perlindungan Padang Lamun di Pulau Pai, Distrik Padaido Kabupaten Biak Numfor sebagai Daerah Konservasi dan Pemulihan Stok Biota Terancam Tahun ke III Tujuan umum dari penelitian ini adalah menyusun rencana zonasi ekosistem lamun di Pulau Pai berbasiskan data dan infomasi ilmiah yang relevan dan akurat. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 8 jenis lamun atau 66.7 % dari 12 jenis lamun yang ada di Indonesia. Pada bulan Maret 2016 dilakukan monitoring yang ketiga (T3) terhadap kerang Anadara sp. dan berhasil mendapatkan 386 individu dengan yang bertanda 85 individu dan 301 individu tidak bertanda. Berdasarkan data monitoring 1 – 3 maka jumlah kerang Anadara sp. yang sudah diberi tanda dan dilepas kembali ke habitatnya adalah sebanyak 1072 individu dan dengan demikian maka populasi duga dari kerang Anadara sp. di lokasi DPL Pulau Pai sampai dengan monitoring ke tiga (T3) sebesar 3501 individu. c. Perawatan dan Penataan Referensi Rujukan UPT LKBL Biak – LIPI Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjadikan koleksi biota laut terutama moluska laut sebagai bukti material keanekaragaman biota dan menyediakan media berupa informasi dan material tentang keragaman biota lautmoluska. Dilihat dari total spesies yang telah terkumpul di ruang koleksi rujukan biota laut LKBL Biak didapatkan bahwa jumlah jenis total moluska yang telah terkumpul dari berbagai kegiatan penelitian maupun survey Loka Konservasi Biota Laut Biak sampai saat ini adalah 807 yang terdiri dari 637 gastropoda dan 170 bivalvia. Jumlah jenis yang mendominasi dari kelas gastropoda adalah dari famili conidae yaitu 62 jenis disusul oleh Nassariidae (49), Cerithiidae (49), Mitiridae (40), Naticidae (40) dan Neritidae (38). Sedangkan dari kelas bivalvia jumlah jenis yang paling banyak terdapat di ruang referensi rujukan adalah dari famili Veneridae yaitu 36 jenis diikuti oleh famili Tellinidae (18) dan Cardiidae (14). Sedangkan untuk famili lainnya dari bivalvia jumlah jenis yang terkumpul kurang dari 10. Adapun jumlah total famili dari kelas gastropoda sebanyak 64 dan dari kelas bivalvia sebanyak 32 famili. d. IPTEKDA Pada program IPTEKDA 2016, dilakukan pengembangan usaha kelompokusaha ekowisata bahari di Distrik Biak Timur, yang menerapkan prinsip-prinsipekowisata dalam bentuk paket wisata bahari, yang mengajak pengunjung
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
39
dalam melakukan aktifitas wisata dapat sekaligus melakukan upaya pelestarian terumbu karang melalui inisiasi paket wisata tanam karang, paket wisata snorkeling, paketwisata pengamatan biota laut di spot bia dan terumbu karang. Sejauh ini, hasil pengembangan yang dilakukan telah memberikanpeningkatan ekonomi setiap kelompok, serta diminati oleh pengunjung.Walaupun untuk paket wisata menanam karang belum banyak dibeli pengunjung, namun upaya promosi terus dilakukan bersama Koperasi Insarkyu, sebagai mitra usaha, yang telah berkomitmen untuk bersamasama saling mendukung dan membantu pengembangan usaha yang lebih maju dan profesional. e. Kegiatan Diseminasi Kegiatan ini bertujuan untuk memasyarakatkan iptek kelautan dan hasil-hasil kegiatan UPTLKBL Biak kepada masyarakat. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi peranan dan fungsi ekosistem pesisir dalam bentuk kunjungan dilaksanakan
Gambar 42. Kegiatan pelatihan IPTEKDA LIPI dan kegiatan sosialisasi kegiatan LKBL Biak kepada masyarakat tahun 2016.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
40
di SMU Negeri 1 (40 peserta) dan Akademi Perikanan (47 peserta) Kab. Biak Numfor pada tanggal 6 September 2016. Kegiatan sahabat bahari dilaksanakan pada tanggal 27-28 Juli 2016, bertempat di kantor UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak LIPI dan untuk sesi lapangan dilakukan di pesisir Biak Timur. Pelatihan IPTEKDA LIPI tentang usaha wisata bahari dilaksanakan pada tanggal 25-26 Juli 2016, bertempat di Kantor LKBL Biak LIPI dan di Pantai Segara Indah Bosnik dengan peserta terdiri dari kelompok UKM binaan LKBL Biak sejumlah 30 peserta.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk mengembangkan lebih lanjut rumput laut yang ada di Maluku Tenggara sehingga memberikan alternatif pengolahan rumput laut yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada dijual langsung dalam bentuk kering.
2. UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual Penelitian UPTLKBL Tual pada tahun 2016 terdiri dari3topik penelitian dengan sumber pendanaan berasal dari DIPA tematik yaitu ; (a) Penelitian Biodiversitas Biota Laut Di Perairan Pulau Dullah Laut Kota Tual dan Sekitarnya, terdiri dari: (i) Keanekaragaman Lamun. Hasil yang diperoleh tercatat sembilan jenis lamun yang teridentifikasi pada beberapa titik lokasi. Secara kesuluruhan tutupan lamun di perairan Pulau Dullah Laut berkisar antara 21-51%. (ii) Jenis-Jenis Mollusca, (iii) Biodiversitas Makroalga. Berdasarkan hasil pengamatan jenis makroalga terdapats ebanyak 35 spesies di 5 lokasi yang tersebar di kawasan pulau Dullah Laut. (iv) Kepadatan Kima. Dari 10 spesies kima yang ada di dunia, ditemukan 4 spesies selama survey penelitian antar lain T.crocea, T.maxima, T.squamosa, dan H.hippopus (v) Inventarisasi Sumberdaya Ikan Pada Ekosistem Lamun, Jenis ikan padang lamun yang ditangkap di Pulau Dullah Laut berjumlah total 695 individu, yang mewakili 64 jenis dari 31 familia dan kelas, yaitu Osteichthyes dan Chondrichthyes ( v i ) K u a l i t a s a i r. Nitrat pada keenam lokasi melebihi ambang batas baku mutu menurut Keputusan KMNLH No.51 Tahun 2004. Jika meningkat 2-3mg/l dapat menyebabkan terjadinya blooming plankton. (b) Optimalisasi ekstraksi karaginan dari rumput laut Eucheumacottonii pada lokasi berbeda dan konsentrasi NaCl berbeda di perairan Maluku Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik kualitas karaginan yang dihasilkan dari budidaya rumput laut yang ada di Maluku Tenggara. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk mengembangkan lebih lanjut rumput laut yang ada di Maluku Tenggara sehingga memberikan alternatif pengolahan rumput laut yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada dijual langsung dalam bentuk kering.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
41
(c) Kajian struktur populasi teripang di Maluku Tenggara. Kegiatan kajian ini dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas teripang saat ini sebagai salah satu acuan informasi pendukung upaya pemanfaatan dan pengelolaan konservasi sumberdaya teripang di Maluku Tenggara. Dari keenam lokasi ditemukan sebanyak tiga genus dan delapan spesies teripang, yaitu: jenis H.scabra, H. albiventer, H. atra, H. hilla, S. vastus, S. chloronatus, S. monotuberculatus dan B. marmorata.
Gambar 43. Kegiatan survey teripang.
3. UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung LKBL Bitung - LIPI melakukan usaha-usaha dengan melakukan kegiatan di bidang penelitian, penerapan dan pengembangan. kegiatan yang dilakukan lebih diarahkan dalam mengungkapkan keanekaragaman sumber daya hayati laut di Sulawesi Utara dan sekitarnya, melakukan upaya-upaya konservasi ekosistem pesisir seperti melakukan perbaikan Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
42
rehabilitasi ekosistem terumbu karang di Selat Lembeh dengan jalan transplantasi karang batu, mengembangkan biota laut yang terancam populasinya di alam seperti teripang pasir. Mengirimkan beberapa pegawai untuk mengikuti diklat, workshop, pertemuan-pertemuan ilmiah untuk mendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia. LKBL Bitung - LIPI juga telah melakukan berbagai kerjasama dengan institusi baik dalam negeri seperti: Universitas Sam Ratulangi - Manado, Pemerintah Kota Bitung, Yayasan Lestari Indonesia (UNI) maupun luar negeri seperti Third Institute Oseanography (TIO) China dan Aquamarine Fukushima (AMF) Jepang. Beberapa capaian kinerja penting yang dicapai Loka Konservasi Biota Laut Bitung - di tahun 2016 antara lain dalam sasaran strategis Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing industri dengan indikator jumlah publikasi terbit di jurnal nasional dari 5 artikel yang ditargetkan realisasinya 5 artikel (100 %), indikator jumlah publikasi terbit di jurnal
Gambar 44. Kegiatan sampling pertumbuhan lamun dan terumbu karang.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
43
Untuk sasaran strategis Terwujudnya tatakelola pemerintahan yang baik untuk indikator jumlah peneliti yang terdaftar di indeks global dari 2 orang yang ditargetkan realisasinya 2 orang (100 %), dan indikator jumlah publikasi yang dapat diakses secara online dari 1 dokumen yang ditargetkan realisasinya 1 dokumen (100 %), sedangkan indikator jumlah peneliti UPI terindeks global dari 2 orang yang ditargetkan realisasinya 1 orang (50 %).
internasional dari 1 artikel yang ditargetkan realisasinya 2 artikel (200 %), indikator jumlah pengguna jasa UPI dari 2 pengguna yang ditargetkan realisasinya 2 pengguna (100 %), indikator jumlah layanan bimbingan magang dari 2 orang yang ditargetkan realisasinya 2 orang (100 %), dan indikator jumlah layanan sebagai reviewer pada jurnal ilmiah dari 1 orang yang ditargetkan realisasinya 4 orang (400 %), sedangkan untuk indikator jumlah sitasi atas publikasi dari 10 sitasi yang ditargetkan realisasinya 8 sitasi (80 %). Sasaran strategis Meningkatnya jejaring dan kerja sama ilmiah nasional dan internasional yang berkualitas dan saling menguntungkan dengan indikator jumlah dan jenis koleksi yang dimanfaatkan dari 2 spesimen yang ditargetkan realisasinya 2 spesimen (100 %), indikator jumlah koleksi yang dihasilkan dari 130 spesimen yang ditargetkan realisasinya 145 spesimen (11,5 %), indikator jumlah koleksi yang disosialisasikan dari 10 spesimen yang ditarqetkan realisasinya 10 spesimen (100 %). Untuk sasaran strategis Meningkatnya pengembangan kompetensi SOM penelitian Indonesia dengan indikator jumlah diseminasi yang dilakukan dari 1 kali ditargetkan terealisasi 1 kali (100 %), dan indikator jumlah peserta yang ikut dalam pemasaran iptek dari 50 orang yang ditargetkan realisasinya 50 orang (100 %), sedangkan indikator jumlah peserta pemasyarakatan iptek dari 50 orang yang ditargetkan tidak terealisasi (0 %). Untuk sasaran strategis Terwujudnya tatakelola pemerintahan yang baik untuk indikator jumlah peneliti yang terdaftar di indeks global dari 2 orang yang ditargetkan realisasinya 2 orang (100 %), dan indikator jumlah publikasi yang dapat diakses secara online dari 1 dokumen yang ditargetkan realisasinya 1 dokumen (100 %), sedangkan indikator jumlah peneliti UPI terindeks global dari 2 orang yang ditargetkan realisasinya 1 orang (50 %). 4. Balai Bio Industri Laut Mataram Kegiatan penelitian penguasaan dan pemanfaatan IPTEK terdiri atas budidaya teripang hitam. Kegiatan penelitian penguasaan dan pemanfaatan IPTEK terdiri atas budidaya teripang hitam (Holothuria atra) dan budidaya lobster (Penulirus sp.). Budidaya lobster merupakan tahun kedua dengan menitikberatkan pada aspek penguasaan teknik pembesaran, sementara budidaya teripang hitam merupakan tahun pertama dengan fokus pada usaha rekayasa reproduksi seksual.Untuk penelitian budidaya teripang hitam, diperoleh pengembangan metode pemijahan, pemeliharaan, dan pemberian pakan. Sementara itu, hasil yang diperoleh dari budidaya lobster
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
44
antara lain pengembangan teknik pemeliharaan induk lobster, teknik perawatan larva lobster, dan teknik penyediaan pakan larva lobster.
Gambar 45. Pemeliharaan induk teripang hitam dan lobster.
5. UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi Pulau Pari Capaian kinerja UPT LPKSDM Oseanografi, Pulau Pari LIPI selama kurun waktu 2016 dapatterlihat dari capaian realisasi anggaran belanja dan kinerja. Realisasi anggaran belanja pada menunjukkan capaian yang tidak melampui target realisasi yang ditetapkan namun masih diatastarget persentase serapan LIPI. Dari sisi capaian kinerja menunjukkan bahwa UPT LPKSDMOPulau Pari selama kurun waktu 2016 telah mencapai kinerja yang ditetapkan bahkan kebanyakan melampui targetnya. Capaian kinerja yang melampui target tersebut berasal dari kegiatan yang secara umum tidak bersumber dari Rupiah Murni APBN 2016. Capaian kinerja yang melampui target tersebut umumnya dihasilkan dari kegiatan kerjasama yang sebagian besar merupakan permintaan dari mitra UPT LPKSDM Oseanografi terkait dengan pendidikan lingkungan pesisir, Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
45
Kedepan dengan kinerja yang melampaui target tersebut akan menjadi base line untuk menetapkan kinerja secara optimis di tahun depan.
pelatihan kelautan serta penggunaan sarana dan prasarana yang ada di Pulau Pari. Meskipun telah menetapkan target di awal tahun 2016, namun sebagai bentuk tanggungjawab sebagai unit pelaksana teknis yang mempunyai tugas utama memberikan layanan kelautan, maka UPT LPKSDM Oseanografi tidak dapat menolak terhadap permintaan mitra terkait layanan kelautan. Oleh karenanya capaian kinerja melebihi target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan pula bahwa UPT LPKSDM Oseanografi semakin mendapat kepercayaan dari stakeholder untuk melaksanakan layanan kelautan. Di sisi lain, hal tersebut juga berkaitan dengan target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang ditetapkan. Kedepan dengan kinerja yang melampaui target tersebut akan menjadi base line untuk menetapkan kinerja secara optimis di tahun depan. Programprogram strategis dan implementatif telah disusun melalui 4 (empat) kedivisian yang ada. Divisi riset terapan melaksanakan penelitian dan kajian bidang kelautan terapan yang berdampak penting bagi masyarakat. Divisi pendidikan pelatihan dan divisi wisata edukasi melakukan penguatan kapasitas masyarakat secara substantif dengan menggunakan metode terstandar. Diseminasi hasil-hasil penelitian dan kajian untuk alih teknologi ke masyarakat serta membangun kerjasama dengan berbagai stakeholder menjadi tanggung jawab program kegiatan di divisi Jasa IPTEK Kelautan.
Gambar 46. Pelatihan kelautan yang diselenggarakan oleh UPT LPKSDM Oseanografi.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
46
7. Program Penataan Kelembagaan Dari delapan area perubahan Reformasi Birokrasi, tiga area perubahan yang menjadi faktor pengungkit Reformasi Birokrasi yaitu Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tata Laksana, dan Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Puslit Oseanografi LIPI.
Program Penataan Kelembagaan adalah salah satu area perubahan dari 8 (delapan) area Perubahan Reformasi Birokrasi yang harus dilakukan di setiap kementerian/lembaga sesuai amanat pemerintah Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014, maka Puslit Oseanografi LIPI telah menyusun Road Map Reformasi Birokrasi 2011-2015. Dari delapan area perubahan Reformasi Birokrasi, tiga area perubahan yang menjadi faktor pengungkit Reformasi Birokrasi yaitu Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tata Laksana, dan Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Puslit Oseanografi LIPI. Ketiga leverage area perubahan tersebut akan berpengaruh ke perubahan di area-area yang lain. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari hasil evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi Puslit Oseanografi LIPI pada tahun 2016 pada delapan area perubahan sebagai berikut: 1. Manajemen Perubahan.Secara perlahan dan bertahapP2O LIPI telah telah maksimal melakukan perubahanperubahan baik pola piker maupun budaya kerja. 2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan. Terkait dengan Penataan Peraturan Perundang-undangan, Puslit Oseanografi LIPI tidak memiliki wewenang untuk menyusun Peraturan Perundang-undangan tetapi hanya mempunyai wewenang untuk mengusulkan dan memberikan kebijakan dan rekomendasi di bidang oseanografi (bidang ilmu kelautan). 3. Penataan dan Penguatan Organisasi Puslit Oseanografi LIPI adalah sebagai berikut : - Peresmian peningkatan status dari eselon IVa menjadi eselon IIIb: Pengembangan Bio Industri Laut Mataram menjadi Balai Bio Industri Laut Lombok (4 Agustus 2016). - Peresmian Regional Training and Research Center on Marine Biodiversity and Ecosystem Health (Hereinafter referred to as “MarBEST Center) tanggal 17 Oktober 2016 - Penyusunan Dokumen Lembaga Sertifikasi Profesi - Belum ada tindak lanjut usulan Nomenklatur dan fungsi Naskah Akademik ke empat UPT LKBL Biak, LKBL Bitung, LKBL Tual dan UPT Loka Kompetensi dan SDM Oseanografi P. Pari dari LIPI. - Tahun 2017 akan diusulkan dan dibuat Naskah Akademik
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
47
2017 MarBEST ditambahkan di dalam Fungsi UPT Loka Pengembangan SDM Oseanografi P. Pari sedangkan Lembaga Sertifikasi Profesi diusulkan di Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian LIPI.
Gambar 47. Kepala LIPI meresmikan Balai Bio Industri Laut Lombok.
4. Penataan Tata Laksana. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI telah berhasil melakukan hal-hal sbb : - Penyusunan dan penyempurnaan prosedur kerja, instruksi kerja, formulir-formulir dan melengkapi Data Pendukung Prosedur Kerja; - Pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-procurement) sudah dilakukan;
Gambar 48. Foto sertifikat SMM ISO 9001:2008.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
48
- Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008; - Sertifikat Laboratorium Pengujian ISO 17025 Laboratorium Kimia dan ditambah Lab Product Alam - Sertifikat ISM Code terdiri dari Document of Compliance (dokumen kantor) dan Sistem Manajemen Kapal 5. Gambar 49. Foto sertifikat SMM ISO 17025.
Gambar 50. Foto sertifikat ISM CODE.
Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur. Kegiatan telah terlaksana di Puslit Oseanografi LIPI sbb : - Penundaan penerimaaan formasi 2016. - Evaluasi Peta Jabatan 2016 - Dokumen Evaluasi Jabatan Struktural dan JFU sesuai Kamus Jabatan Kementrian PAN dan RB.; - Penempatan pegawai dan kebutuhan formasi pegawai. - Pelaksanaan SKP sesuai dengan PP 46/2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS dan Pelaksanaan Perka LIPI Nomor: 10/E/2016 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; - Pemutakhiran data pegawai, update dan entry data pegawai ke aplikasi http:// www.simpeg.bok.lipi.go.id; - Peningkatan pendidikan dan pelatihan pegawai dan awak kapal Puslit Oseanografi LIPI pada tahun 2015. Pegawai Puslit Oseanografi LIPI dalam tahun 2015 yang melaksanakan Diklat Fungsional Peneliti dan Diklat Penunjang Lainnya. Diklatpim IV 2 orang, Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
49
sebanyak 9 orang, Diklat Prajabatan Gol II sebanyak 2 orang. Diklat Penunjang Lainnya seperti Diklat Penulisan Ilmiah Non Peneliti 2 orang, Diklat Bahasa Inggris 2 orang, Diklat Penginderaan Jauh 2 orang, Training Of Trainer 1 orang, orang serta Diklat Teknis Kapal 8 orang. - Penguatan Pengawasan. Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) P2O LIPI telah dilakukan Pembuatan Peta Resiko Penelitian dan melakukan Pengawasan implementasi pekerjaan lapangan 3 lokasi (Nias, Belitung, dan Kendari).
Untuk menjamin kepercayaan pelanggan, Puslit Oseanografi LIPI pada tahun 2016 menambah tiga unsur pengujian laboratorium yang tahun sebelumnya telah menerima sertifikat ISO 17025.
6. Penguatan Akuntabilitas Kinerja. Capaian terbitan nasional sebesar 65,7% (23 terbit dari rencana 35), terbitan internasional sebesar 210 % (21 terbit dari rencana 10). Total dari rencana 35 Publikasi Nasional tidak tercapai karena banyak peneliti yang menulis di Jurnal Internasional. 7. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Untuk menjamin kepercayaan pelanggan, Puslit Oseanografi LIPI pada tahun 2016 menambah tiga unsur pengujian laboratorium yang tahun sebelumnya telah menerima sertifikat ISO 17025. Yang semula 3 unsur (yaitu Cd, Zn, Fe) menjadi 6 unsur dengan ditambahnya Pb, Cu, Ni dan telah mendapat pengesahan dari KAN. Selain ISO 17025, Puslit Oseanografi LIPI pada tanggal 26 Agustus 2015 telah memperoleh Sertifikasi SMM ISO 9001:2008. Sedangkan untuk nilai kelaikkan kapal pada tahun 2015 sudah dilakukan verifikasi Sertifikat dan Audit External.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
50
8. Program Diseminasi dan Kerjasama
Hasil-hasil penelitian dan koleksi spesimen yang telah dilakukan oleh para peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI merupakan material yang seharusnya dapat menjadi konsumsi publik dalam hal pemanfaatan secara ilmiah dan bertanggung jawab serta memperluas cakrawala wawasan anak bangsa Indonesia.
Hasil-hasil penelitian dan koleksi spesimen yang telah dilakukan oleh para peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI merupakan material yang seharusnya dapat menjadi konsumsi publik dalam hal pemanfaatan secara ilmiah dan bertanggung jawab serta memperluas cakrawala wawasan anak bangsa Indonesia. Untuk mendukung penyebaran informasi mengenai biota laut dan keanekaragamannya, hasil-hasil riset budidaya, dan ekosistem pesisir dan kondisi oseanografi di lautan NKRI, Pusat Penelitian Oseanografi, melalui kegiatan diseminasi dan kerjasama, berusaha untuk merangkul berbagai stake holder terkait untuk kepentingan nasional. Hal ini sangat penting karena P2O memberikan arti dan kemanfaatan bagi riset-risetnya kepada masyarakat untuk dimanfaatkan secara bertanggungjawab dan memberikan kontribusi bagi pengkayaan iptek di masyarakat. Dalam melakukan tugas diseminasi dan kerjasama, P2O memiliki capaian yang terukur dan tertuang dalam indikator kinerja.
Tabel 2. Indikator Kinerja yang Mencakup Kegiatan Diseminasi dan Kerjasama. Indiktor Kinerja
Satuan
Kinerja 2016 Target
Capaian
%
Jumlah pengguna jasa LIPI
orang
87
108
124.1
Jumlah Layanan bimbingan mahasiswa (S1,S2 dan S3)
orang
20
39
195
Jumlah kerjasama dengan industri
kerja sama
5
6
120
Jumlah Industri yang memanfaatkan pelayanan ilmiah
institusi
5
6
120
Jumlah institusi eksternal yang memanfaatkan insfrastruktur riset LIPI
institusi
10
9
90
Jumlah MoU dengan institusi eksternal
dokumen
0
0
0
Infrastruktur riset yang siap untuk digunakan oleh institusi eksternal
jenis
60
60
100
Jumlah dan jenis koleksi yang dimanfaatkan
koleksi
50
298
596
Jumlah koleksi yang dihasilkan
koleksi
545
944
173.2
Jumlah koleksi yang disosialisasikan
koleksi
25
26
104
Rasio kerjasama yang terlaksana dibandingkan total MoU yang dibuat (persen)
persen
100
100
100
Jumlah Dokumen MOU dan PKS yang dihasilkan
dokumen
11
10
90.9
Jumlah MOU yang masih berjalan
dokumen
4
5
125
Jumlah kerjasama yang terlaksana
dokumen
22
34
154.5
Jumlah posisi strategis yang dijabat dalam organisasi - pertemuan nasional - internasional
orang
5
5
100
Jumlah peserta pemasyarakatan iptek
orang
2000
3095
Jumlah diseminasi yang dilakukan
kali
1
2
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
154.8 200
51
Pada tahun 2016, jumlah pengguna jasa yang meliputi Analisis Laboratorium adalah sebanyak 67 Orang, sisanya adalah jasa yang digunakan sebagai narasumber, reviewer, penguji Tugas Akhir, dll. Institusi yang memanfaat kan jasa Analisis Laboratorium antara lain adalah: 1) Universitas Pancasila, 2) Univ. Lambung Mangkurat, 3) ITB, 4) IPB, 5) UNPAD, 6) Universitas Hang Tuah, 7) Universitas Cendrawasih, 8) Universitas Pakuan, 9) UNIBRAW, 10) UNEJ, 11) UNMUH Malang, 12) USU, 13) Univ. Muhamadiyah Prof. Dr. Hamkah, 14)Univ. Nusa Bangsa, 15) Univ. Pasundan, 16) Univ. Muslim Nusantara Al Wasilah Medan, 17) Univ. Pelita Harapan, 18) Institut SAins dan Teknologi Al Kamal, sehingga total adalah 18 institusi dengan mahasiswa sebanyak 67 orang.
Gambar 51. Jumlah stake holder P2O dalam dunia Pendidikan dan Profesional.
Tercatat sebanyak 104 orang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi membutuhkan P2O sebagai ajang belajar melalui Praktek Kerja lapangan (PKL), magang dan bimbingan skripsi/thesis/disertasi. Selain itu, sebanyak 545 orang mahasiswa, dosen siswa dan guru serta wali murit mengunjungi P2O dalam rangka kunjungan untuk mendapat wawasan mengenai penelitian kelauta, terutama yang dilakukan oleh P2O. Untuk jasa bimbingan tugas akhir S1/S2di tahun 2016 mencapai 44 orang dengan 39 orang tercatat dalam surat bimbingan di DK, sisanya mahasiswa asing melalui komunikasi personal. Tingginya anemo masyarakat tersebut, terutama dari kalangan akademisi dan siswa sekolah kepada P2O, merupakan cerminan atas apresiasi masyarkat terhadap P2O-LIPI.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
52
Gambar 52. Kunjungan Siswa dan Guru ke P2O-LIPI.
Sepanjang tahun 2016, P2O melakukan bantuan pelayanan ilmiah dengan industri, baik berupa jasa analisis maupun pemantauan lainnya. Hingga akhir tahun, tercatat 6 industri yang memanfaatkan jasa ilmiah P2O, yaitu: UD. SInar Bahari pada Januari 2016, Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia pada April 2016, PT Cahaya Alami Lestari pada Oktober 2016, CV. Cahaya Sukses pada Oktober 2016, PT. Dinar Darum Lestari pada Oktober 2016 dan PT. Trisentosa Intra Buana Niaga pada November 2016. Pelayanan ilmiah tersebut juga termasuk studi dan penentuan kota dagang dalam regulasi The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Jumlah koleksi yang dimanfaatkan merupakan koleksi yang digunakan peneliti/akademisi berdasarkan logbook peminjaman spesimen. Tingginya minat akademisi terhadap spesimen biota laut tercermin dari tingginya pemanfaatan spesimen di Ruang koleksi Rujukan. Koleksi yang dihasilkan P2O sebanyak 404 spesimen dan sisanya merupakan koleksi dari UPT pada tahun 2016. Sebanyak 26 koleksi disosialisasikan melalui pameran maupun media belajar pada kunjungan. P2O-LIPI merupakan institusi riset yang menjalin kerjasama dengan berbagai instansi, baik Nasional maupun internasional. Kerjasama riset didasarkan pada dokumen perjanjian yang berupa MoU, Perjanjian Kerjasama (PKS) dan Plan of Operasional (PO). Pada bulan Maret 2016 dilakukan penandatangan PKS dengan UNRAM, UNSRAT dan UNDIP. Surat perjanjian kerjasama teknis dalam kerjasama juga meliputi PO, di antaranya adalah 2 PO dengan TIO, 1 PO
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
53
Gambar 53. Workshop dan symposium dari kerjasama P2O-LIPI dengan Aquamarine Fukushima, jepang mengenai ikan Coelacanth..
dengan IOCAS, dan 1 PO dengan UCLA. Adapun Kerjasama dengan institusi dalam negeri juga dilakukan melalui MoU baru dengan KLHK dan PKS dengan KKP. Pada Bulan Desember ditandatangani satu agreement bersama IOCAS dalam menyepakati perluasan kerjasama yang mencakup ShinoIndonesia Project. Total dokumen perjanjian dalam kerjasama adalah 10 dokumen MoU dan Perjanjian Kerjasama. Hasil kerjasama berupa data dan hasil penelitian juga diatur dalam kegiatan workshop baik secara nasional maupun internasional. Diantara workshop yang dilakukan adalah workshop dan simposium mengenai coelacanth dalam kerangka Ichthyofauna Survey In Indonesia di Iwaki-Jepang pada Bulan November 2016 dan International Symposium On Western Pacific Ocean And Indonesian troughflow di Bali pada Bulan Desember 2016.
Gambar 54. Jumlah institusi mitra asing dalam kerjasama riset dengan P2O-LIPI.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
54
Tabel 3.Institusi mitra kerjasama Riset P2O-LIPI dan kegiatan kerjasama yang dilakukan tahun 2016.
Dampak posistif kegiatan diseminasi yang dilakukan oleh P2O-LIPI ditahuntahun sebelumnya, terlihat dari tingginya minat dan perhatian masyarakat, terutama mahasiswa yang tertarik pada penelitian sektor kelautan dan datang ke P2O untuk belajar melalui kegiatan magang/PKL dan bimbingan Skripsi.
No Institusi, Negara/kota
Kegiatan
1
Aquamarine Fukushima (AMF), Jepang
Workshop dan simposium
2
Third Institute of Oceanography-State Oceanic Administration (TIO-SOA), Republik Rakyat Tiongkok
Penelitian lapangan dan capacity building
3
Institute of Oceanology Chinese Academy of Sciences (IOCAS), Republik Rakyat Tiongkok
Penelitian lapangan dan capacity building
4
German-Indonesian antiinfective cooperation (GINAICO), Jerman
capacity building
5
University of California, Los Angels (UCLA), Amerika
Penelitian lapangan
6
Universitas Negeri Mataram, Mataram
Pemantauan ekosistem pesisir COREMAP
7
Universitas Sam Ratlangi, Manado
Pemantauan ekosistem pesisir COREMAP
8
Universitas Diponegoro, Semarang
Pemantauan ekosistem pesisir COREMAP
9
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Penandatanganan MoU
10
Kementrian Kelautan dan Perikanan
Penelitian lapangan
Kegiatan diseminasi meliputi pameran dan aktivitas coremap. Pelibatan peserta masyarakat iptek diantaranya adalah: Coremap 857 orang, Pameran Indonesian Biodiversity Expo 460 orang, Pameran youth science fair dilakukan di LIPI pusat dan proyek perubahan 285 orang, Pengunjung perpustakaan 513 orang, dan sisnya dilakukan melalui workshop, training dan kegiatan lainnya. Dampak posistif kegiatan diseminasi yang dilakukan oleh P2O-LIPI ditahuntahun sebelumnya, terlihat dari tingginya minat dan perhatian masyarakat, terutama mahasiswa yang tertarik pada penelitian sektor kelautan dan datang ke P2O untuk belajar melalui kegiatan magang/PKL dan bimbingan Skripsi.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
55
9. P2O dalam Angka Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dapat dilihat dari empat faktor yaitu komposisi usia pegawai, tingkat pendidikan, bidang tugas, dan kompetensi atau keahlian peneliti. Keempat faktor tersebut sangat menentukan kinerja lembaga penelitian dan menjadi perhatian utama. Komposisi Usia SDM Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, termasuk Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di bawahnya, per 30 Juni 2016 berjumlah 359 pegawai dengan kelompok usia ≤ 35 tahun berjumlah sebanyak 127 pegawai (35,38 %), 36-50 tahun sebanyak 122 pegawai (33,98%) dan 51-65 tahun sebanyak 110 pegawai (30,64 %)
Gambar 55. Jumlah Pegawai Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan UPT Berdasarkan Usia (per30 Juni 2016).
Tingkat Pendidikan Kekuatan SDM Pusat Penelitian Oseanografi LIPI beserta UPT berdasarkan pendidikan per 30 Juni 2016 masih didominasi oleh lulusan SLTA, yaitu sebanyak 104 pegawai (28,97%), diikuti oleh Sarjana (S1) dengan jumlah 96 pegawai (26,74%), Pasca Sarjana (S2) 87 pegawai (24,23%), S3 19 pegawai (5,29%), SD 10 pegawai (2,79%) dan SLTP 6 pegawai (1,67%). Hal ini akan menjadi perhatian khusus dalam rencana pengembangan SDM, yaitu dengan meningkatkan standard pendidikan formal calon pegawai Pusat Penelitian OseanografiLIPI dan memberikan kesempatan dan dukungan kepada pegawai yang ingin melanjutkan pendidikan formal. Kegiatan peningkatan dan pengembangan SDM akan terus dilakukan selain melalui pendidikan formal, juga melalui pendidikan non formal seperti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT), workshop, seminar dan dalam bentuk pelatihanpelatihan teknis lainnya. Pendidikan formal dapat melalui Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
56
beasiswa baik dari LIPI, Kementerian RISTEK maupun sponsor lainnya (Tugas Belajar) dan dapat pula dengan ijin belajar atas biaya sendiri.
Gambar 56. Jumlah Pegawai Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan UPT Berdasarkan Pendidikan per 30 Juni 2016.
Kompetensi Peneliti Jabatan fungsional peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi Jakarta LIPI, per 30 Juni 2016 didominasi oleh Penata Teknis Penelitian berjumlah 36 pegawai (23,84%), Peneliti Pertama-IIIb dan Peneliti Muda-IIIc berjumlah 22 pegawai (14,57%), Peneliti Utama-VIe berjumlah 14 pegawai (9,27%), Peneliti Muda-IIId dan Peneliti Madya-Vib berjumlah 12 pegawai (7,95%), Peneliti Utama-VId berjumlah 11 pegawai (7,28%), Peneliti Madya-VIa berjumlah 8 pegawai (5,30%) dan Peneliti Pertama-IIIa serta Peneliti Madya-VIc berjumlah 7 pegawai (4,64%).
Gambar 57. Komposisi Jabatan Fungsional Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi per 30 Juni 2016.
Pusat PenelitianOseanografiLIPI memiliki sarana dan prasarana yang memadai yang dapat menunjang tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diamanatkan dalam Surat Keputusan Kepala LIPI No. 1 Tahun 2014 tanggal 9 Mei 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI Pasal 76, bahwa “Bidang Sarana Penelitian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, pengelolaan dan pemanfaatan, pengoperasian kapal penelitian Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
57
dan peralatan penelitian, laboratorium dan sarana teknis lainnya, pemantauan dan evaluasi, serta penyusunan laporan. Lebih dari 50 % Penggunaan Anggarandigunaka untuk layanan perkantoran.
Gambar 58. Komposisi Penggunaan Anggaran(dalam milyar Rupiah).
Gambar 59. Pagu dan Realisasi Anggaran (dalam milyar rupiah).
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
58
PENUTUP
Total kegiatan penelitian yang dilaksanakan di P2O adalah sebagai berikut: 10 penelitian Tematik; 5 kegiatan Iptekda; tiga kegiatan Technopark; dan 5 penelitian Riset Agenda.
Sepanjang tahun 2016, kegiatan penelitian dan kelembagaan yang dilaksanakan oleh P2O-LIPI telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan penelitian yang berjalan menggunakan beberapa sumber anggaran, di antaranya adalah Tematik, Iptekda dan Technopark dari DIPA P2O, dan Riset Agenda dari Coremap CTI. Total kegiatan penelitian yang dilaksanakan di P2O adalah sebagai berikut: 10 penelitian Tematik; 5 kegiatan Iptekda; tiga kegiatan Technopark; dan 5 penelitian Riset Agenda. Output yang dihasilkan dari seluruh kegiatan penelitian yang dilaksanakan dalam tahun 2016 merupakan luaran yang bernilai ilmiah, di antaranya adalah buku; publikasi ilmiah baik dalam skala internasional, nasional dan popular; laporan dan poster hasil penelitian; petunjuk teknis kegiatan pemantauan dan budidaya biota tertentu. Luaran lainnya adalah hasil dari kegiatan kelembagaan berupa penganugerahan penghargaan pengelolaan SDM terbaik tahun 2016 tingkat Kedeputian LIPI. Capaian penting P2O LIPI 2016 mencatat beberapa special event, di antaranya adalah: ditetapkannya P2O sebagai Walidata Lamun dan Terumbu Karang Indonesia oleh Badan Informasi dan Geospasial (BIG); diresmikannya Pusat Pelatihan Regional Training and Research Center onMarine Biodiversity and Ecosystem Health (RTRC MarBEST), termasuk di dalamnya pelaksanaan training regional untuk pertama kalinya yang bertajuk Crustacean Taxonomy Training; Peresmian UPT Loka Bio Industri Laut Mataram menjadi Balai Bio Industri Laut (BBIL); dan ditetapkannya P2O sebagai Pusat Unggulan IPTEK (PUI) Bioprospeksi Biota Laut oleh Kemenristek. Selanjutnya, dari kegiatan diseminasi yang dilakukan oleh P2O-LIPI ditahun-tahun sebelumnya, terlihat dari tingginya minat dan perhatian masyarakat, terutama mahasiswa yang tertarik pada penelitian sektor oseanografi.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
59
LAMPIRAN 1. Kelompok Penelitian 2015-2019 P2O LIPI Di tahun 2016, dilantik 5 orang Ketua Kelompok Penelitian yang baru di P2O LIPI
Keanekaragaman Hayati dan Potensi Sumberdaya Laut
Kesehatan Ekosistem Laut
Ketua : Dr. Nurul Dhewani M. Sjafrie
Ketua : Dr. Giyanto, M.Sc
Pencemaran dan Bioremediasi
Ketua: Dra. Ricky Rositasari
Oseanografi dan Perubahan Iklim Global
Budidaya dan Bioprospeksi Laut
Ketua : Ir. Suyarso
Ketua : Dr. Tutik Murniasih, M.Si
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
60
2. Peneliti P2O LIPI Terindeks Global No Name
Sitasi
H-index (All)
i10-index Verified (All)
1
A’an J. Wahyudi
7
2
0
o
2
Abdullah Rasyid
77
5
3
o
3
Adi Purwandana
4
1
0
o
4
Afdal
5
2
0
o
5
Ahmad Bayhaqi
0
0
0
o
6
Ana Setyastuti
25
3
0
o
7
Ardi Ardiansyah
0
0
0
o
8
Arief Rachman
3
1
0
o
9
Dede Falahudin
17
3
0
o
10
Dewi Surinati
10
2
0
o
11
Diah Radini Noerdjito
3
1
0
o
12
Dirhamsyah
29
2
1
o
13
Dwi Eny Djoko Setyono
103
5
1
o
14
Dwi Hindarti
27
3
0
o
15
Ernawati Widyastuti
0
0
0
o
16
Fahmi
179
5
3
o
17
Fitri Budiyanto
2
1
0
o
18
Giyanto
54
3
2
o
19
Hagi Yulia Sugeha
245
8
7
o
20
Iin Inayat Al Hakim
75
6
3
o
21
Indra B. Vimono
2
1
0
o
22
Intan Suci Nurhati
186
5
5
o
23
Irma S. Arlyza
104
7
5
o
24
Ismiliana Wirawati
26
3
1
o
25
Lies Indah Sutiknowati
26
3
0
o
26
M. Hasanudin
7
1
0
o
27
M. Reza Cordova
30
4
1
o
28
Masteria Y. Putra
53
5
2
o
29
Marindah Yulia Iswari
0
0
0
o
30
Mochamad Riza Iskandar
0
0
0
o
31
Nur Fitri Afianti
0
0
0
o
32
Nurhayati
113
4
3
x
33
Nurul Fitriya
8
2
0
o
34
Oksto Ridho Sianturi
0
0
0
o
35
Onny Nurrahman Marwayana
0
0
0
o
36
Rachma Puspitasari
25
2
1
o
37
Ratih Pangestuti
744
9
8
o
38
Rianta Pratiwi
72
5
2
o
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
61
39
Safar Dody
19
3
0
o
40
Sasanti Retno Suharti
187
8
7
o
41
Selvia Oktaviyani
0
0
0
o
42
Suratno
0
0
0
o
43
Susi Rahmawati
5
1
0
o
44
Tri Aryono Hadi
23
3
1
o
45
Tri Handayani
11
1
1
o
46
Triyoni Purbonegoro
11
2
0
o
47
Tumpak Sidabutar
65
6
3
o
48
Tutik Murniasih
58
5
3
o
49
Udhi Eko Hernawan
52
4
1
o
50
Wahyu Budi Setyawan
5
2
0
o
51
Wanwan Kurniawan
0
0
0
o
52
Yaya Ihya U.
47
4
2
o
53
Yeti darmayati
68
4
1
o
54
Zainal Arifin
418
11
14
o
Total
3230
3. Daftar Publikasi P2O Tahun 2016 Jurnal Internasional 1. Allen, G.R., M.V. Erdmann, W.T. White, Fahmi & C.L. Dudgeon. 2016. Review of the Bamboo Shark Genus Hemiscyllium (Orectolobiformes: Hemiscyllidae). Journal of the Ocean Science Foundation, 23: 51-97. DOI: http://dx.doi.org/10.5281/ zenodo.164197 2. Arsianti, A., Fadilah, Fatmawaty, L.K. Wibisono, Kusmardi, N.N. Azizah, R. Putrianingsih, T. Murniasih, A. Rasyid&R. Pangestuti. 2016. Phytochemical Composition and Anticancer Activity of Seaweeds Ulva lactuca and Eucheuma cottonii against Breast MCF-7 and Colon HCT-116 Cells. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 9(6). DOI: http:// dx.doi.org/10.22159/ajpcr.2016.u9i6.13798 3. Artanti, N., F. Maryani, H. Mulyani, R.T. Dewi, V. Saraswati &T. Murniasih. 2016. Bioactivities Screening of Indonesian Marine Bacteria Isolated from Sponges. Annales Bogoriensis. DOI: http://dx.doi.org/10.14203/mri.v40i2.63 4. Baohonh, C., M. Muchtar, F. Tingting, C. Hongzhe, W. Jigang, D. Jiangou, L. Hui, C. Bin & Z. Kaiwen. 2016. A baseline study of coastal water quality in the Lembeh Strait of North Sulawesi,Indonesia,in 2013. Marine Pollution Bulletin, 104: 364-370.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
62
5. Baum, G., P. Kegler, B.M. Scholz-Bottcher, Y.R. Alfiansyah, M. Abrar& A. Kunzmann. 2016. Metabolic Performance of the Coral Reef Fish Siganus guttatus Exposed to Combinations of Water Borne Diesel, an Anionic Surfactant and Elevated Temperature in Indonesia. Marine Pollution Bulletin. 6. Borsa, P., K-N. Shen, I.S. Arlyza& T.B. Hoareau. 2016. Multiple Cryptic Species in the Blue-Spotted Maskray (Myliobatoidei: Dasyatidae: Neotrygon spp): An update. Comptes Rendus Biologies, 339: 417-426. DOI: http://dx.doi.org/10.1016/ j.crvi.2016.07.004 7. Cahyarini, S.Y., J. Zinke, S. Troelstra, Suharsono, E. Aldrian, B. W. Hoeksema. 2016. Coral Sr/Ca-based sea surface temperature and air temperature variability from the inshore and offshore corals in the Seribu Islands, Indonesia. Marine Pollution Bulletin. DOI: 10.1016/j.marpolbul.2016.04.052 8. Chen, M., E.A. Boyle, J-M. Lee, I.S. Nurhati, C. Zurbrick, A.D. Switzer & G. Carrasco. 2016. Lead Isotope Excharge between Dissolved and Fluvial Particulate Matter: a Laboratory Study from the Johor River Estuary. Philosophical Transactions of the Royal Society A: Mathematical, Physical & Engineering Sciences. 9. Cordova, M.R. &A.J. Wahyudi. 2016. Microplastic in the Deep-Sea Sediment of Southwestern Sumateran Water. Marine Research in Indonesia, 41(1): 27-35. 10. Dassie, E., K. DeLong, H. Kilbourne, B. Williams, N. Abram, L. Brenner, C. Brahmi, K. Cobb, T. Correge, D. Dissard, J. EmileGeay, H. Evangelista, M. Evans, J. Farmer, T. Felis, M. Gagan, D. Galikin, N. Goodkin, M. Khodri, A.C. Lavagnino, M. LaVigne, C. Lazareth, B. Linsley, J. Lough, H. McGregor, I.S. Nurhati, G. Ouellette, L. Perrin, M. Raymo, B. Rosenheim, M. Sanstrom, B. Schone, A. Sifeddine, S. Stevenson, D. Thompson, A. Waite, A. Wanamaker & H. Wu. 2016. Save Our marine Annually-Resolved Proxy Archives (MARPA)!. American Geophysical Union EOS. 11. Dirhamsyah. 2016. Setbacks in the Development of Marine Protected Areas in Indonesia. Australian Journal of Maritime & Ocean Affairs. DOI: 10.1080/18366503.2016.1187781 12. Murniasih, T&A. Bayu. 2016. Carbon Source Optimization for Antibiotic Production from Aaptos-Associated Bacteria Rhodobacteracea bacterium SP.2.11. Marine Research Indonesia. DOI: http://dx.doi.org/10.14203/mri.v40i2.63 13. Murniasih, T., E.A. Indriany, M.Y. Putra&F. Untari. 2016. The Antibacterial Capacity of Marine Bacteria Isolated from Sponge Acanthella cavernosa collected from Lombok Island. Journal of Coastal Life Medicine. DOI: 10.12980/jclm.4.2016J6-189 14. Ong, J.Y., I. Wirawati & H.P-S. Wong. 2016. Sea Cucumbers (Echinodermata: Holothuridae) collected from the Singapore Strait. Raffles Bulletin of Zoology, Supplement No 34: 666717. Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
63
15. Pangestuti, R. 2016. Free Radical Scavenging Activity of Selected Area Sea Cucumber Species from Lombok. Jurnal Teknologi Malaysia, 4: 179-185. DOI: http://dx.doi. org/10.11113/jt.v78.8202 16. Pollastro, F., S. Golin, G. Chianese, M.Y. Putra, A.S. Moriello, L.D. Petrocellis, V. Garcia, E. Munoz, O.T. Scafati & G. Appendino. 2016. Neuroactive and Anti-inflammatory Frankincense Cembranes: A Structure–Activity Study. J. Nat. Prod, 79(7): 1762-1768. DOI: 10.1021/acs.jnatprod.6b00141 17. Putra, M.Y. &T. Murniasih. 2016. Distribution and Diversity of Marine Natural Products from Indonesian Marine Organism. Journal of Coastal Life Medicine, 4(2): 104-107. DOI:10.12980/ jclm.4.2016j5-236 18. Putra, M.Y. &T. Murniasih. 2016. Marine Soft Corals as Source of Lead Compounds for Anti-Inflammatories. Journal of Coastal Life Medicine, 4(1): 73-77. DOI:10.12980/jclm.4.2016j5-226 19. Putra, M.Y., T. Murniasih, J.T. Wibowo, T.A. Hadi, F. Untari, A.C. Nisa &R.T. Swasono. 2016. Phenolic Content, AntiOxidant, Anti-Plasmodium and Cytotoxic Properties of the Sponge Acanthella cavernosa. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 6(10): 811-815. DOI:10.1016/S2222-1808(16)61136-2 20. Putra, M.Y., T. Murniasih, R.T. Swasono, J.T. Wibowo, A.C. Saputri, M.R. Widhiana &I.S. Arlyza. 2016. Secondary Metabolites and Their Biological Activities in Indonesia Soft Coral of the Genus Lobophytum. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 6(11): 909-913. DOI: http://dx.doi. org/10.1016/j.apjtb.2016.08.011 21. Putra, M.Y., T.A. Hadi &T. Murniasih. 2016. In Vitro Antibacterial and Antifungal Activities of Twelve Sponges Collected from the Anambas Islands, Indonesia. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 6(9): 732-735. DOI: 10.1016/S2222-1808(16)61119-2 22. Sugeha, H.Y. 2016. Book Review: Biology and Ecology of Anguillid Eel. Marine Biology Reserach. DOI: http://dx.doi. org/10.1080/17451000.2016.1249488 23. Wahyudi, A.J., S. Rahmawati, B. Prayudha, M.R. Iskandar &T. Arfianti. 2016. Vertical Carbon Flux of Marine Snow in Enhalus acroides-dominated Seagrass Meadows. Regional Studies in Marine Science, 5: 24-34. DOI: 10.1016/j.rsma.2016.01.003 24. Widyastuti, E & D.L. Rahayu. 2016. New Record of Parasesarma raouli Rahayu and Ng, 2009 (Crustacea: Brachyura: Sesarmidae) from the Riau Archipelago, Indonesia. Marine Research Indonesia, 41(1): 13-17. 25. Nurhati, I.S. 2016. Spectrophotometry analysis of deepsea sediments along the main pathway of the Indonesian Throughflow: Spatial view. Marine Research Indonesia, 41(2). DOI: 10.14203/mri.v41i2.115
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
64
Balai Pengembangan Bio Industri Laut 1. Hamzah, M.S., Y.H, Endang, Marsoedi & M. Fadjar. 2016. Protease Enzyme Reactability Effect of Pearl Oyster (Pinctada maxima) Flesh Shell Growth at Different Water Temperature and Salinity. International Journal of Biosciences, 9(1): 124137. DOI: http://dx.doi.org/10.12692/ijb/9.1.121-137 2. Kamyab, E., H. Kunhold, S.S. Novais, L.M.F. Alves, L. Indriana, A. Kunzmann, M. Slater & M.F.L. Lemos. 2016. Effects of Thermal Stress on the Immune and Oxidative Stress Responses of Juvenile Sea Cucumber Holothuria scabra. J. Comp. Physiol. DOI: 10.1007/s00360-016-1015-z 3. Ng, P.K.I &D.L. Rahayu. 2016. On the genera Selwynia Borradaile, 1903, and Gandoa Kammerer, 2006, with Descriptions of Two New Species from Papua New Guinea and French Polynesia (Crustacea: Decapoda: Brachyura: Aphanodactylidae). Zootaxa, 4092(3): 339-370. DOI: http:// doi.org/10.11646/zootaxa.4092.3.2 4. Ng, P.K.I., D.L. Rahayu& H-T. Shih. 2016. Ankerius aenigmaticus, a new genus and new species of Aphanodactylid Crab Symbiotic with Polychaetes from the Red Sea Coast of Saudi Arabia, Zootaxa, 4179(2): 271-278. DOI: http://doi.org/10.11646/ zootaxa.4179.2.7 5. Rahayu, D.L., H-T. Shih & P.K.I. Ng. 2016. A New Species of Land Hermit Crab in the Genus Caenobita Latreille 1829 from Singapore, Malaysia, and Indonesia, previously Confused with C. cavipes Stimpson, 1858 (Crustacea: Decapoda: Anomura: Coenobitidae). Raffles Bulletin of Zoology, Supplement No 34: 470-488. 6. Ridwanudin, A., M. Firdaus, I.S. Pratama &S.A.P. Dwiono. 2016. Effect of Various Dietary Seaweeds on the Growth of Gold-mouth Turban (Turbo chrysostomus L., 1758) at Lombok, Indonesia. Marine Research in Indonesia, 40(1): 21-26. UPT LKBL Bitung 1. Dua, J., X. Zheng, T. Peristiwady, J. Liao, P. Ch. Makatipu, X. Yin, W. Hu, W. Koagouw& B. Chen. 2016. Food Sources and Trophic Structure of Fishes and Benthic Macroinvertebrates in a Tropical Seagrass Meadow Revealed by Stable Isotope Analysis. Marine Biology Research. DOI: http://dx.doi.org/10 .1080/17451000.2016.1183791 2. Kimura, S., T. Peristiwady& R. Fricke. 2016. Taxonomic review of the genus Leptobrama Steindachner 1878 (Perciformes: Leptobramidae), with the resurrection of Leptobrama pectoralis (Ramsay and Ogilby 1887). Ichtyological Research. DOI: Ichthyol Res DOI 10.1007/s10228-016-0511-1
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
65
UPT LPKSDMO Pulau Pari 1. Corvianawatie, C., S.Y. Cahyarini & M.R. Putri. 2016. Reconstruction of Sea Surface Temperature Data based on the Sr/Ca of Porites Coral in Ambon Bay. Journal of Mathematical and Fundamental Sciences, 48 (2). DOI: 10.5614/j.math.fund. sci.2016.48.2.3 2. Miller, M.J., S. Wouthuyzen, H.Y. Sugeha, M. Kuroki, A. Tawa, S. Watanabe, A. Syahailatua, S.R. Suharti, F.Y. Tantu, T. Otake, K. Tsukamoto & J. Aoyama. 2016. High Biodiversity of Leptocephali in Tomini Bay Indonesia in the center of the Coral Triangle. Regional Studies in Marine Science, 8: 99-113. DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.rsma.2016.09.006. Jurnal Nasional 1. Afdal. 2016. CO2 Flux in the Coastal Waters of Lombok, West Nusa Tenggara. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(2): 91-103. 2. Ardiansyah, A. 2016. Ekstraksi dan Formulasi Suspensi Oral Teripang Holothuria scabra. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(1): 29-37. 3. Cappenberg, H.A.W. 2016. Moluska di Pulau Kabaena, Muna, dan Buton, Sulawesi Tenggara. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(2): 61-72. 4. Dody, S. & D. La Rae. 2016. Laju Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis yang Dipelihara dalam Keramba Jaring Apung. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(1): 11-17. 5. Edward. 2016. Bioakumulasi Senyawa Pestisida Organchlorin (POC) dalam Kerang Hijau (Perna viridis) di Teluk Jakarta. Jurnal Ilmu Kelautan Tropis, 1: 85-97. 6. Kusmanto, E., M.Hasanudin & W.B. Setiawan. 2016. Amplifikasi PAsang Surut dan Dampaknya terhadap Perairan Pesisir Probolinggo. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(3): 69-80. 7. Kusmato, E &D. Surinati. 2016. Stratifikasi Massa Air di Teluk Lasolo, Sulawesi Tenggara. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(2): 17-29. 8. Nurhati, I.S. 2016. Spectrophotometry analysis of deepsea sediments along the main pathway of the Indonesian Throughflow: Spatial view. Marine Research in Indonesia, 41(2):50-57. doi: 10.14203/mri.v41i2.115 9. Oktaviyani, S., M. Boer & Yonvitner. 2016. Aspek Biologi Ikan Kurisi (Nemipterus japonicus) di Perairan Teluk Banten. Jurnal BAWAL, 8(1): 21-28. 10. Permadi, S. &S. Juwana. 2016. Penetapan Kebutuhan Harian Pakan Ikan Rucah untuk Penggemukan Kepiting Bakau Scylla paramamosain di Keramba Jaring Dasar. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(1): 75-83. Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
66
11. Pramudji & I.W.E. Dharmawan. 2016. Analisis Pertumbuhan Bibit Bakau Rhizopora stylosa Griff. di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Tanjung Pasir Tanggerang. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(3): 91-100. 12. Puspitasari, R. 2016. Evaluasi Penggunaan Ekstrak Lamun sebagai Bahan Aktif Antifouling terhadap Produsen Perairan. Jurnal Segara, 12(1): 45-51. 13. Setyastuti, A. 2016. Timun Laut Teluk Ambon, Maluku. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(3): 11-22. 14. Setyawan, W.B. & S.D. Nuryana. 2016. Rekaman Posisi Muka Laut pada Akhir Masa Deglasial di Perairan Kepulauan Matasiri Laut Jawa. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(1): 67-74. 15. Suyarso. 2016. Dinamika dan Evolusi Pantai Probolinggo, Jawa Timur. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(1): 1927. 16. Wirawati, I & P. Purwati. 2016. Filogeni Timun Laut (Holothuridae: Stichopodidae) berdasarkan Karakteristik morfologis. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(2): 1-14. 17. Wobowo, K., M. Abrar & R.M. Siringoringo. 2016. Status Trofik Ikan Karang dan Hubungan Ikan Herbivora dengan Rekrutmen Karang di Perariran Pulau Pari, Teluk Jakarta. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(2): 91-103. 18. Yusron, E. 2016. Struktur Komunitas Ekhinodermata (Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea dan Holothuroidea) di Perairan Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 8(1): 357-366. 19. Pramudji &I.W.E. Dharmawan. 2016. Analisis Pertumbuhan Bibit Bakay Rhizophora stylosa Griff. Di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Tanjung Pasir, Tangerang. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(3): 91-100. Balai Pengembangan Bio Industri Laut 1. Hamzah, M.S. 2016. The Effect of Golden-Mouth Turban (Turbo chysostomus, L.) Stocking Density on Their Survival and Growth under Air Water Lift System. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 8(1): 289-297. 2. Pratama, I.S., S. Juwana & S. Permadi. 2016. Penetapan Kadar Kalsium dalam Pakan Formulasi untuk Zoea Awal Kepiting Scylla paramamosin. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(3): 81-90. UPT LKBL Bitung 1. Arfah, H &S.I. Patty. 2016. Kualitas Air dan Komunitas Makroalga di Perairan Pantai Jikumerasa, Pulau Buru. Jurna Ilmiah Platax, 4(2).
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
67
2. Arbi, U.Y. 2016. Populasi dan Sebaran Jenis Moluska dilindungi di Perairan Selat Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology. UPT LKBL Biak 1. Andriani, W & L.P. Aji. 2016. Beberapa Aspek Reproduksi Siput Lambis lambis di Pesisir Perairan Yenusi, Biak. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1 (3): 1-9. 2. Dharmawan, I.W.E., N.P. Zamani & H. Madduppa.2016. Laju Dekomposisi Serasah Daun di Ekosistem Bakau Pulau Kelong, Kabupaten Bintan. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(1): 1-10. Prodising Internasional 1. Wouthuyzen, S., S.M.C. Herandarudewi & T. Komatsu. 2016. Stock Assessment Of Brown Seaweeds (Phaeophyceae) Along The Bitung-Bentena Coast, North Sulawesi Province, Indonesia For Alginate Product Using Satelitte Remote Sensing. Procedia Environmental Sciences, 33: 553 – 561. Prosiding Nasional 1. A. Rasyid&A. Ardiansyah. 2016. Analisa Kadar Nutrisi dan Komposisi Kimia Senyawa yang terkandung dalam Ekstrak Teripang Stichopus vastus. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015. 2. Ahmad, F. 2016. Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Teluk Weda, Pulau Halmahera. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia tahun 2015. 3. Ahmad, F. 2016. Kondisi Komunitas Mangrove di Teluk Ambon, Maluku. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia tahun 2015. 4. Alkadri, S.I.T., D.E. Prasetiyo, N. Sulistyowati, A. Saputra, S. Wardono &W. Kiswara. Sebaran duyung (Dugong dugon Muller) di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan Ke-5. 5. Ardiansyah, A&A. Rasyid. 2016. Evaluasi Kandungan Nutrisi dan Logam Berat Teripang Segar Stichopus vastus. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015: 168-171. 6. Corvianawatie, C. 2016. Tidal Data Analysis and Prediction in Pari Island, Jakarta. Prosising Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI Tahun 2016: 380-384. 7. Doddy, S. 2016. Pemijahan Alami Siput Gonggong (Strombus turturella). Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2015, Jilid 2: 132-136.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
68
8. Doddy, S. Laju Pertumbuhan Kerang Mutiara (Pinctada maxima) yang dipelihara pada Rakit Apung di Perairan Teluk Bayat, Kepulauan Anambas. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia Tahun 2015, jilid 2: 125-131. 9. Fahmi. 2016. Potensi Hiu dan Pari sebagai Komoditi Ikan Hias dan Aspek Konservasinya. Prosiding Simposium Nasional Ikan Hias, Balitbang Budidaya Ikan Hias, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 10. Marasabessy, M.D. 2016. Budidaya fitoplankton Chaetoceros gracilis di Laboratorium. Prosiding Sekolah Tinggi Perikanan, Volume I: 101-109. 11. Marasabessy, M.D. 2016. Penambahan Logam Seng (Zn) terhadap Pertumbuhan Fitoplankton jenis Nanochloropsis sp 1. Prosiding Sekolah Tinggi Perikanan, Volume III: 163-168. 12. Marasabessy, M.D. 2016. Pertumbuhan Pyhtoplankton Jenis Pavlova sp. yang diberi Penambahan Logam Seng (Zn) untuk Kepentingan Manajemen Pakan. Prosiding Sekolah Tinggi Perikanan, Volume III: 169-173. 13. Pratiwi, R&. E. Widyastuti. Komunitas Krustasea di Perairan Selatan Jawa. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015. 14. Rasyid, A. 2016. Analisa Kadar Logam Berat dan Total Basa Menguap Teripang Holothuria sp. Holothuria atra, Holothuria leucospilota dan Holothuria miliaris. Prosiding Seminar nasional Perikanan Indonesia Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2015. 15. Rugebregt, M.J. 2016. Kualitas Air untuk Pembesaran Lola (Trochus niloticus) dalam Kurungan Jaring di Perairan Ohoi Ngilngof, Kabupaten Maluku Tenggara. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia: 364-369. 16. Supriyadi, I.H., R. Rositasari, Nurhayati, W. Kiswara, M. Muchtar. T. Sidabutar, S. Tarigan & M.Y. Iswari. 2016. Kajian Dampak Gejala Perubahan iklim: Studi Kasus Pesisir Pulau Bintan Timur-Kepulauan Riau. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015. 17. Triandiza, T., R.N. Pesilette, D.Y. Walewowan & A. Ainarwowan. 2016. Biodiversitas Ikan Padang Lamun di Perairan Pulau Kur. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia Tahun 2015. 18. Wahyudi, A.J &U.E. Hernawan. 2016. New Integrative Research Group: a Proposal for the 110 years old Marine Research Center in Indonesia. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015. 19. Wibowo, J.T &T. Murniasih. 2016. Potensi Bakteri Penghasil Antibiotik dari Sedimen di Selat Makassar. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015: 182-192.
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
69
20. Yusron, E&Jasmadi. 2016. Usaha Pembesaran Teripang Pasir (Holothuria scabra), secara alami di Perairan Tual, Maluku Tenggara. Prosiding Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna untuk Mendukung Penguatan Inovasi Dartah, KSNTTG III Tahun 2016. Buku Internasional 1. Pangestuti, R. 2016. Pharmaceutical Importance of Marine Algal-Derived Carbohydrates. Marine Glycobiology: Priciples and Appllications: 227-233. Buku Lokal 1. Rahmawati, S., A. Irawan, I.H. Supriyadi &M.H. Azkab. 2016. Panduan Monitoring Padang Lamun. Jakarta: Coremap CTI LIPI. 2. Wahyudi, A.J., M. Reza Cordova, Oksto R. Sianturi, Hanny Meirinawati, Nur F. Afianti, Ismiliana Wirawati (Eds: Intan Suci Nurhati). 2016. Ekspedisi Widya Nusantara 2015: Kontribusi Indonesia untuk Ekspedisi Internasional Samudra Hindia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. 39 pp. 3. Rositasari, R.,R. Puspitasari, T. Purbonegoro, Lestari, F. Budiyanto, D. Surinati, E. Kusmato, H.B. Prayitno, S. Lastrini, Y. Witasari, D.R. Noerdjito, Sutomo &A. Kadi. 2016. Kualitas Lingkungan untuk Menunjang Budidaya di Perairan Lombok Barat. Jakarta: LIPI Press. 201 pp. Majalah Semi Populer 1. Pratiwi, R. 2016. Mengenal Kepiting Huenia spp. (Crustacea: Decapoda: Majidae). Oseana, XVI (1): 9-17. 2. Prayitno, H.B. 2016. Pore Water Sampling: An Introduction To The Four Common Techniques. Oseana XLI (2). 3. Purbonegoro, T. 2016. Penggunaan Toksikan Rujukan (Reference Toxicants) Dalam Uji Toksisitas Perairan. Oseana XLI (2). 4. Sari, N.W.P. 2016. Coral Reef: Penyerap atau Penghasil Karbon?. Oseana XLI (2). 5. Setyastuti, A. 2016. Archaster typicus (Asteroidea, Echinodermata): Sistematika, Pergeseran Habitat, perilaku Membenamkan Diri dan Perkawinan. Oseana XLI (2). 6. Surinati, D. 2016. Pemanfaatan Sistem Bouy untuk Keluatan. Oseana, XLI (1): 39-49. Poster 1. Nurhati, I.S., J.M. Lee, E.A. Boyle, J.J.I. Tanzil & R. Shah. Coral records of sedimentation and its impacts to coral reefs in the eastern Malacca Strait. International Coral Reefs Symposium
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
70
2. Peristiwady, T., S. Kimura, K. Matsuura, H. Motomura, W. Koagouw, P. C. Makatipu, W. N. Satrioajie & K. Wibowo. 2016. New records of anthiine fishes (Teleostei, Perciformes, Serranidae) from North Sulawesi, Indonesia. Asian CORECOMSEA. Seminar on Coastal Ecosystems in Southeast Asia. Atmosphere and Ocean Research Institute University of Tokyo. Orasi Ilmiah 1. LaVigne, M., K.M. Cobb, K. DeLong, M. Freiberger, A.G. Grotolli, T.M. Hill, H. Miller, I.S. Nurhati, J. Richey, G.S. Marks & R.M. Sherrell. 2016. Using Coral Ba/Ca Records to Investigate Seasonal to Decadal Scale Biogeochemical Cycling in the Surface and Intermediate Ocean. AGU Fall Meeting 2016
Laporan Tahunan 2016 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia