Laporan Program (Periode Juli 2012)
I. Pendahuluan Laporan ini merupakan laporan secara deskriptif dari kegiatan dan implementasi program sepanjang bulan Juli 2012 yang dilaporkan setelah berakhirnya periode waktu/hari di setiap bulannya. Pada bulan Juli, sebagian besar aktivitas yang dilanjutkan masih berupa kelanjutan dari aktivitas sebelumnya di bulan Juni, seperti pembersihan lahan, pembuatan irigasi (saluran drainase), penanaman, maupun pendataan. Aktivitas fisik tersebut dilakukan pada awal bulan hingga pertengahan bulan, sementara jelang minggu terakhir Juli, aktivitas fisik dan lahan tak banyak dilakukan. Hal itu disebabkan oleh minggu pertama bulan Ramadan di mana sebagian besar warga muslim melakukan ibadah puasa. Situasi tersebut tentu bukan menjadi hambatan. Kerja-kerja fisik sengaja dikurangi mengikuti kondisi sosial lokal Merak Belantung (sebagian besar warga yang aktif dalam program, juga berpuasa). Sementara selama bulan puasa, implementasi program lebih banyak difokuskan pada level perencanaan strategis dan menjadi kesempatan bagi kami untuk lebih mendekatkan kepentingan konservasi kepada masyarakat lokal melalui serangkaian kegiatan formal dan non-formal, baik itu direncanakan atau tidak, sebagai upaya lebih lanjut bagi implementasi program pemberdayaan dan pengorganisiran masyarakat lokal terkait mangrove. Untuk setiap kegiatan maupun implementasi program yang berdampak pada adanya perubahan situasi/kondisi fisik, kami melampirkan foto-foto sebagai pelengkap penjelasan kegiatan yang menggambarkan situasi/kondisi sebelum dilakukan tindakan dan sesudahnya, sehingga tergambar dengan jelas perubahan-perubahan yang telah dilakukan.
II. Rencana Kegiatan Program Sebagai kelanjutan dari bulan sebelumnya, berikut ini adalah perencanaan terhadap bulan Juli ini, meliputi: a. Pembersihan Lahan dan Perbaikan Kontur Lahan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pembersihan lahan merupakan kegiatan membersihkan lahan yang akan ditanami mangrove dari berbagai hal yang menghambat aktivitas penanaman maupun mengganggu pertumbuhan mangrove setelah ditanam. Pembersihan masih terus dilakukan sepanjang berlangsungnya proses penanaman dan juga setelah penanaman untuk menjaga kondisi kesehatan dan keindahan kawasan dan pohon mangrove. Pembersihan dari
1
sampah terus dilakukan secara intens sebagai persiapan penanaman yang belum 100% selesai, apalagi mengingat bibit yang baru ditanam masih sangat rentan terhadap sampah. Di kawasan pantai yang bersinggungan dengan Sungai Merah dan sebarannya ke seluruh kawasan konservasi, sampah masih terus berdatangan dari laut, sehingga pembersihan lahan menjadi kegiatan yang cukup menyita. b. Pembuatan Saluran Drainase Setelah dilakukan pembuatan saluran drainase di sekitar Batu Perahu dan menghadapi masalah terkait pengurasan tambak, maka saluran drainase masih terus diupayakan. Tidak hanya pembuatan, tetapi juga pemantauan secara intensif terhadap saluran drainase yang telah dibuat, juga perlu dilakukan. Perhatian khusus terhadap area di Batu Perahu, diberikan mengingat kondisi lahan yang kritis dan keberadaan tambak yang masih aktif. c. Penanaman Setelah pada bulan sebelumnya dilakukan aktivitas pembuatan dan pemasangan ajir (batang bambu penyangga mangrove), juga setelahnya adalah penanaman, maka di bulan Juli ini aktivitas penanaman masih dilakukan untuk meneruskan ajir yang sudah ditancapkan. Penanaman untuk Juli ini ditargetkan di wilayah Serdang, Sungai Merak, dan ujung muara Tanjung Beo. Penanaman dilakukan di kawasan yang berada dalam konsisi baik (terdapat aliran pasang-surut air laut). d. Verivikasi Peta Setelah dilakukan aktivitas pemetaan di bulan Mei dan pemetaan usai dibuat pada bulan berikutnya, maka pada Juli ini dilakukan verivikasi peta, yaitu pengecekan ulang terhadap peta yang sudah dibuat. Check dan recheck terhadap pemetaan penting dilakukan untuk mengkonfirmasi kembali apabila ditemukan perubahan-perubahan fisik yang tak diduga. Verivikasi dan perbaikan pada peta masih dilakukan oleh tim yang sama sejak peta awal dibuat. e. Data Statistik dan Potensi Lokal Pengumpulan data statistik masih terus dilakukan untuk melengkapi data-data yang telah dihimpun sebelumnya untuk mencapai target pemenuhan data statistik dan potensi lokal secara menyeluruh di Desa Merak Belantung. Data dan olahan/analisa data akan menjadi basis informasi bagi program dan aktivitas pengembangan masyarakat lokal. f. Pemberdayaan Komunitas Berkaitan dengan momen bulan puasa yang mengurangi aktivitas fisik di lapangan, maka kami mulai melakukan upaya-upaya pendekatan kepada masyarakat lokal yang hendak menguatkan aktivitas pemberdayaan ke depannya. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah dengan melibatkan tim Miyara Sumatera di berbagai acara komunitas.
III. Implementasi Aktivitas Untuk setiap rencana aktivitas di bulan Juli lalu, berikut ini adalah implementasi dari masing-masing aktivitas:
2
a. Pembersihan Lahan dan Perbaikan Kontur Lahan Kegiatan pembersihan lahan dilakukan oleh tim Miyara Sumatera bersama kelompok pelestari mangrove yang kami berdayakan melalui pembelajaran lapangan, sekaligus menjadikan mereka juga sebagai pekerja guna penyerapan biaya tenaga kerja yang bisa termanfaatkan oleh penduduk lokal. Kegiatan dilakukan pada tanggal 30 Juni hingga 6 Juli 2012 di wilayah muara Pantai Tanjung Beo. Pembersihan dilakukan tidak hanya untuk mengangkat berbagai sampah, tetapi juga melakukan perataan kontur area tanam. Di wilayah tersebut, gundugan pasir tidak rata dan menggunung. Hal tersebut memberikan resiko terjadinya erosi ketika hujan maupun air pasang menyapu kawasan. Pembersihan lahan dari sampah dan perbaikan kontur akan mengurangi resiko kematian dari bibit dan memperindah kawasan secara estetika. Selain di area Tanjung Beo, pembersihan terhadap sampah dan semak-belukar (yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit) juga dilakukan di wilayah Serdang. Setelah melakukan pembersihan dan perbaikan kontur, maka area siap ditanam.
Kontur lahan sebelum dan sesudah perbaikan kontur.
Kondisi air yang belum dibersihkan (kiri) dan sesudah pembersihan lahan (kanan).
b. Penyempurnaan dan Pemantauan Drainase Pada bulan bulan sebelumnya, tim kami di lapangan telah melakukan aktivitas pembuatan saluran irigasi (drainase) bagi lahan mangrove. Pembuatan drainase dibutuhkan karena lahan yang hendak ditanami tidak memiliki saluran air yang cukup, kering, dan bertanah keras. Pembersihan terhadap area di sekitar Batu Perahu ini juga telah dilakukan. Pada bulan lalu, setelah dibuatkan drainase, lahan tidak cepat ditanam karena menghadapi persoalan terkait pola pasang-surut dan keberadaan tambak (adanya aktivitas pengurasan tambak yang menyedot air cukup banyak, sehinggha lahan tetap belum mendapatkan air). Saat ini, penyempurnaan dilakukan dengan melakukan pendalaman terhadap saluran-saluran drainase. Pendalaman terhadap tingkat 3
kedalaman saluran dan percabangan irigasi dilakukan karena berkaitan dengan masuknya musim panas di mana supply air yang masuk menjadi sedikit dan tidak berdaya jangkau panjang. Melalui pendalaman sebesar 70 cm di setiap jarak 5 meter saluran, diharapkan akan dapat menambah daya jangkau dan supply air yang masuk menjadi lebih besar. Jika dalam waktu dekat saluran air tersebut memberikan dampak positif terhadap perbaikan lahan yang kritis, maka bibit mangrove akan segera siap ditanam.
Kondisi di lahan kritis dekat Batu Perahu saat sebelum dan sesudah dibuat saluran drainase.
c. Penanaman Penanaman dilakukan setelah pembersihan dan perbaikan kontur. Aktivitas penanaman lanjutan (sebelumnya sudah dilakukan penanaman dan terus dilanjutkan) diimplementasikan pada minggu pertama dan kedua bulan Juli di wilayah Serdang, sekitar Sungai Merak, dan ujung muara Tanjung Beo. Penanaman difokuskan pada area tersebut karena memiliki kondisi lahan yang sudah siap tanam/telah dibersihkan dan memiliki sirkulasi air yang baik. Bibit yang ditanam sebagian besar didominasi oleh jenis Rhizopora apiculata. Tahapan penanaman bibit dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu penanaman 588 bibit, hari berikutnya sebanyak 640, dan terakhir adalah 513 bibit mangrove. Proses penanaman menggunakan tenaga pekerja melalui keanggotaan kelompok pelestari mangrove “Bangkit Lestari.” Untuk penanaman di lokasi dengan arus deras, kami melakukan inovasi menggunakan teknik bumbung, yaitu dengan menanam bibit di dalam lubang bambu yang telah diisi dengan lumpur. Teknik ini dipilih agar bibit tidak terhempas gelombang. Namun dari uji coba yang kami lakukan, sebagian bibit yang kami tanam dengan teknik bumbung, mati. Kematian sebagian mangrove dengan teknik ini disebabkan oleh lumpur yang kami pakai ternyata terkontaminasi oleh limbah kimia (kaporit) dari tambak. Selanjutnya, teknik ini masih akan digunakan karena efektif dalam mengokohkan bibit mangrove dari gelombang pasang, tetapi sebelumnya akan memilih dan menggunakan lumpur yang berada dalam kondisi baik dan tidak tercemar.
4
Kondisi di Sungai Merak sebelum dan sesudah aktivitas penanaman.
Kegiatan penanaman di pinggiran Sungai Merak.
d. Verivikasi Peta Setelah melakukan observasi lapangan untuk pemetaan dan menghasilkan draf peta area mangrove secara digital, selanjutnya dilakukan verivikasi peta. Verivikasi peta dimaksudkan untuk memverivikasi peta yang dihasilkan. Dilakukan pada minggu kedua bulan Juli, tim kami kembali mengukur ulang beberapa wilayah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan terhadap kawasan, juga menghitung kembali jarak dan batas program. e. Pendataan Statistik dan Potensi Lokal Pendataan statistik telah mulai dilakukan sejak bulan ini. Aktivitas yang dilakukan adalah dengan melakukan kunjungan ke berbagai lembaga pemerintah lokal untuk meminta data statistik. Dan untuk menunjang data kuantitatif tersebut, kami pula melakukan serangkaian observasi lapangan dan wawancara informal dengan berbagai stakeholders lokal terkait guna menghimpun data kualitatif yang akan memperkaya data statistik. Kedua data tersebut, kelak akan kami olah menjadi informasi dan analisa sosial yang lengkap guna menemukan potensi lokal untuk rencana pengembangan lanjutan. f. Pemberdayaan Komunitas Untuk tahap awal kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat lokal, tim Miyara Sumatera telah melakukan terlebih dulu peningkatan tingkat pemahaman dan partisipasi. Kami telah melakukan beberapa FGD terkait pengenalan dan pengetahuan dasar tentang mangrove. Tidak hanya berupa materi yang disampaikan di dalam kelas, tetapi mereka juga telah melakukan praktek langsung. Selain tingkat pemahaman dan pengetahuan, kami pula mengupayakan tingkat partisipasi mereka melalui keterlibatan mereka di mana program berkontribusi pada peningkatan pendapatan mereka sebagai pekerja. Prioritas sebagai pekerja yang kami berikan bagi anggota kelompok 5
“Bangkit Lestari” secara bergiliran dikarenakan kedekatan dan berbagai alasan strategis lainnya, yaitu mereka sebagai warga lokal. Bulan Juli ini, tak ada FGD yang kami lakukan. Upaya pemberdayaan yang kami lakukan masih fokus pada kerja-kerja lapangan sebagai penerapan dari FGD dan juga keterlibatan mereka sebagai pekerja. Menjelang bulan puasa pada akhir minggu kedua dan minggu keempat, aktivitas fisik sengaja kami hentikan karena kondisi sosial lokal di mana bulan Ramadan, tak banyak pekerja/masyarakat lokal bersedia untuk bekerja selama menjalankan ibadah puasa. Fokus kegiatan yang dilakukan selama minggu ketiga dan keempat Juli adalah dengan melakukan pendekatan-pendekatan serta berbaur dengan kegiatan-kegiatan masyarakat setempat. Melalui kegiatan-kegiatan mereka, kami menyisipkan beberapa isu terkait konservasi mangrove dan keterlibatan mereka. Berikut ini adalah sejumlah kegiatan di mana tim perwakilan Miyara Sumatera di Merak Belantung, turut melibatkan diri untuk menjalin keakraban - Terlibat dalam kepanitian acara persiapan Peringatan Kemerdekaan RI (17 Agustus). - Terlibat dalam kegiatan kepemudaan, yaitu RISMA (Ikatan Remaja Masjid) Dusun Lambur. - Terlibat dalam aktivitas mata pencaharian masyarakat pesisir, nelayan dan petani. - Terlibat dalam kegiatan buka puasa bersama di Dusun Lambur. - Terlibat dalam kegiatan masjid, seperti tarawih dan doa bersama (diselingi dengan sosialisasi program).
Tim Miyara Sumatera bersama masyarakat lokal pada pertemuan desa yang dilakukan di masjid.
Selain kegiatan di atas, keterlibatan kami juga mencakup hal-hal yang personal, seperti menghadiri undangan hajatan, menjenguk anggota kelompok atau keluarganya yang sakit, dan lainnya. Keterlibatan tim Miyara Sumatera membuat masyarakat merasa lebih dekat dan nyaman, serta dapat melakukan diskusi informal mengenai program mangrove.
IV. Hambatan & Tantangan (Pembelajaran) Pada setiap aktivitas yang kami lakukan, berbagai hambatan dan tantangan terus kami temui dalam upaya melakukan konservasi fisik mangrove maupun melakukan kerja-kerja pengorganisiran dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Untuk aktivitas yang dilakukan Juli lalu, berikut ini adalah pembelajaran yang dapat kami gali, yaitu:
6
Bibit yang ditanam dengan teknik bumbung agar kuat menahan hempasan gelombang pasang-surut.
a. Aktivitas pembersihan lahan selalu menjadi tantangan. Bukan hanya mengenai perkara sampah dan semak-belukar, tapi untuk aktivitas pembersihan kali ini, kami juga melakukan perbaikan kontur lahan yang berupa gundugan bukit. b. Untuk penenaman, pembelajaran kami dapatkan melalui penerapan inovasi teknik bumbung. Pemilihan dan penggunaan lumpur bagi bibit yang ditanam dengan teknik ini, ternyata perlu dicermati untuk menghindari kematian. Sejauh ini, teknik bumbum terbukti efektif mengatasi masalah kencangnya arus gelombang pasang yang dapat merobohkan bibit mangrove yang baru ditanam. c. Perubahan musim adalah kendala eksternal yang kami hadapi, terutama terkait dengan adanya perhatian khusus pada lahan kritis di wilayah Batu Perahu. Proses pergantian musim menyebabkan kondisi supply air pasang-surut, ikut berubah. Fenomena pergantian musim dinamakan oleh penduduk setempat dengan istilah “rajuh.” Pada Juni yang lalu, pergantian musim berdampak pada kemarau/kekeringan, sementara nanti memasuki bulan ke-9 dan 10, kemungkinan akan terjadi banjir besar. Untuk mengantisipasi ini, kami memfokuskan pada rencana pengairan (irigasi). d. Untuk lahan kritis yang berbatasan dengan tambak, saat ini masih terus diupayakan dengan pemantauan kondisi air dan lahan. Persinggungan dengan tambak aktif menjadi tantangan bagi kami. e. Pengumpulan dan pengolahan data kuantitatif dan kualitatif membutuhkan pendekatan khusus dan waktu yang tidak sebentar karena kami harus berhadapan dengan birokrasi lokal serta adanya kesenjangan hasil data (antara yang tertulis dan kondisi sebenarnya di lapangan). f. Karena tidak banyak tempat untuk masyarakat berkumpul (keterbatasan infrastruktur dan sedang dibangungnnya kantor desa), maka pertemuan-pertemuan terkait program banyak dilakukan di rumah-rumah penduduk. Ini tidak hanya menjadi hambatan, tetapi memberikan manfaat untuk melakukan pendekatan secara informal dan personal.
7
Ajir dan bibit yang sudah ditanam di kawasan Serdang.
V. Capaian Capaian yang telah diraih oleh program, meliputi: a. Kawasan yang telah dibersihkan untuk kepentingan penanaman bibit mangrove pada bulan ini adalah kurang lebih 2 hektar, meliputi kawasan Sungai Merak, ujung muara Pantai Tanjung Beo, dan Serdang (di tempat penyimpanan bibit dan sekitarnya). b. Bibit yang berhasil ditanam berjumlah 1.741 bibit yang tersebar di berbagai lahan yang telah dibersihkan dan berada dalam kondisi yang baik. Total bibit yang telah ditanam hingga akhir bulan Juli, yaitu lebih dari 6.714 ribu bibit mangrove. c. Untuk sistem irigasi mangrove, saluran-saluran air di lahan kritis (di dekat Batu Perahu) telah mengalami pendalaman hingga 70 cm. Melalui pendalaman ini, diharapkan lahan akan memiliki sirkulasi dan serapan air pasang-surut yang baik. d. Keberhasilan teknik bumbung dalam mengatasi masalah derasnya gelombang pasang-surut yang beresiko merobohkan bibit yang baru ditanam. e. Terjalinnya hubungan yang baik, akrab, dan dekat antara tim Miyara Sumatera dengan penduduk setempat melalui keterlibatan tim Miyara Sumatera dalam berbagai aktivitas dan acara yang diselenggarakan oleh masyarakat lokal.
Aktivitas penanaman.
8
VI. Rekomendasi Rekomendasi yang tergali dari kegiatan yang telah kami lakukan ini akan bermanfaat sebagai pertimbangan untuk aktivitas di bulan selanjutnya, yaitu: a. Karena cakupan program banyak memiliki persinggungan, baik itu secara vegetasi maupun pemanfaatan lahan (misalnya kawasan sengon yang berada di area mangrove), maka perlu mempertimbangkan pembuatan batas-batas cakupan program. b. Untuk pembelajaran yang dihadapi ketika melakukan perbaikan saluran drainase, adalah dengan memperhatikan faktor eksternal, seperti adanya fenomena alam berupa kekeringan dan banjir yang datang setiap terjadinya pergantian musim sebanyak dua kali dalam setahun di mana dampak yang akan ditimbulkan terkait pada ketersediaan air pasang-surut. c. Miyara Sumatera sudah akan memulai menjalin komunikasi dengan pemilik dan pengelola tambak secara intensif untuk mendorong penerapan tambak yang berbasis pada lingkungan (ramah lingkungan) agar tidak mencemari area sekitar, serta memohon dukungan dari pemilik dan pengelola tambak terkait adanya program konservasi mangrove yang bersinggungan dengan operasional tambak. d. Penerapan vetiver telah mulai disiapkan melalui rencana dan teknik penanaman yang memadukan vetiver dan mangrove serta mulai mempersiapkan tahap awal rencana pembibitan vetiver. e. Perlu melakukan kerja-kerja secara intensif guna mendampingi masyarakat agar bisa menyerap pengetahuan tentang konservasi mangrove serta mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi terkait persoalan mangrove ataupun persoalan lainnya yang mereka hadapi sebagai masyarakat pesisir yang terpengaruh secara langsung maupun tak langsung dari adanya perubahan kondisi lingkungan sekitar. Ke depannya, tidak hanya pada perubahan di tingkat pemahaman/pengetahuan dan tingkat partisipasi saja, melainkan melakukan upaya di tingkat perubahan mindset, kemampuan mengatasi persoalan, serta melakukan pengorganisiran kelompok. f. Karena pemetaan dilakukan oleh pihak ketiga (tenaga ahli), dan terdapat keterlambatan kerja dan hasil kerja, maka ke depannya pihak Miyara Sumatera akan melakukan koordinasi secara lebih tegas terkait pada hasil dan pencapaian program yang menggunakan jasa ahli.
VII. Penutup Sebagai bentuk transparansi, laporan program bulanan Miyara Sumatera juga dapat dilihat dan diunduh melalui website resmi kami di www.miyarasumatera.org. Kami tidak hanya mencoba menerapkan aspek transparansi program, tetapi melalui kemudahan mengakses laporan oleh publik, maka laporan kami juga dapat menjadi pembelajaran bagi siapa pun yang tengah ataupun hendak melakukan kegiatan serupa. Bulan Agustus nanti, aktivitas kerja akan difokuskan pada upaya pemberdayaan dan analisa sosial. Pemberdayaan akan dilakukan melalui FGD. Tak cukup hanya dengan FGD, kami juga merencanakan pembuatan modul dan capacity building untuk community organizer bagi tim Miyara Sumatera di lapangan dan juga para leader dari kelompok dan masyarakat lokal. Dari rencana ini, akan menghasilkan modul dan implementasi dari modul tersebut.
9
Untuk aktivitas penanaman, masih perlu dilakukan. Namun karena membutuhkan dana yang tidak sedikit dan melibatkan pekerja, maka aktivitas penanaman akan disesuaikan dengan periode waktu pencairan dana program. Sementara aktivitas kampanye sudah akan mulai dilakukan secara intensif pada Agustus. Untuk Juli ini, kegiatan kampanye melalui media massa telah dilakukan dengana adanya berbagai publikasi media massa terkait program (update untuk publikasi media massa akan selalu dikoordinasikan melalui tim humas dari BHR dan selalu kami share melalui situs jejaring sosial kami, khususnya Facebook), juga perbaikan terhadap website telah dilakukan melalui pengintegrasian isu mangrove dan program konservasi mangrove dengan kerja sama BHR.
***
10