Laporan Praktikum Kesadahan BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok semua makhluk hidup. Tanpa air, manusia tidak akan bertahan hidup lama. Air alam mengandung berbagai jenis zat, baik yang larut maupun yang tidak larut serta mengandung mikroorganisme. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air merupakan unsur penting utama bagi hidup kita di planet bumi ini. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Air sangat penting di dalam mendukung kehidupan manusia, air juga mempunyai potensi yang sangat besar jika air tersebut tercemar, dalam menularkan atau mentransmisikan berbagai penyakit ( Anwar Daud, 2007). Air merupakan sumberdaya yang paling penting dalam kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan telah mengakibatkan kebutuhan akan air meningkat tajam. Di lain pihak, ketersediaan air dirasa semakin terbatas bahkan di beberapa tempat sudah terjadi kekeringan. Hal itu semua terjadi sebagai akibat dari kualitas lingkungan hidup yang menurun, seperti pencemaran, penggundulan hutan, berubahnya tata guna lahan, dan lain-lain. Sumber-sumber air yang ada di bumi antara lain adalah air atmosfer, air permukaan, air laun dan air tanah. Air merupakan suatu sarana utama dalam meningkatkan derajat kesehatan. Jika kandungan bahan-bahan dalam air tersebut tidak mengganggu kesehatan, air dianggap bersih dan layak untuk diminum, air dikatakan tercemar jika terdapat gangguan terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya makhluk hidup, zat, dan energi terdalam air oleh kegiatan manusia. Keadaan itu dapat menurunkan kualitas air sampai ke tingkat tertentu dan membuat air tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya (Mifbahuddin, 2010). Air merupakan pelarut penting, yang memiliki kemampuan yang dapat melarutkan zatzat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan dan banyak macam
molekul organik. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam air adalah CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. Dimana air yang banyak mengandung ionion kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah. Air sadah adalah air yang di dalamnya terlarut garam-garam kalsium dan magnesium, air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca2+ dan Mg2+ akan berikatan dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun tidak berbuih. Senyawasenyawa kalsium dan magnesium ini relatif sukar larut dalam air, sehingga senyawa-senyawa ini cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau precipitation yang kemudian melekat pada logam (wadah) dan menjadi keras (Bintoro, 2008 dalam Ginoest, 2010). Air sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada dasar ketel yang selalu digunakan untuk memanaskan air. Sehingga untuk memanaskan air tersebut diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal ini merupakan pemborosan energi. Timbulnya kerak pada pipa uap dapat menyebabkan penyumbatan sehingga dikhawatirkan pipa tersebut akan meledak, dan jika terjadi peledakan akan dapat menyebabkan polusi udara yang bisa menurunkan kualitas lingkungan dan lingkungan tidak bisa berfungsi sebagai mana mestinya. Untuk itu perlu dilakukan pengujian kesadahan. Manfaat penentuan atau pengujian kesadahan adalah untuk mengetahui tingkat kesadahan air, dan untuk dapat menentukan kesadahan digunakan metode Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat adalah: 1. Berapa tingkat kesadahan total air sampel yang diteliti? 2. Berapa kadar Ca dalam air yang diteliti? 3. Berapa kadar Mg dalam air yang diteliti? 4. Apakah air sampel yang diteliti layak dikonsumsi?
C. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui tingkat kesadahan total air yang diteliti.
2.
Untuk mengetahui kadar Ca dalam air yang diteliti.
3.
Untuk mengetahui kadar Mg dalam air yang diteliti.
4.
Untuk mengetahui kelayakan konsumsi air yang diteliti.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesadahan Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat (Wikipedia, 2011). Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil (Ofish, 2003). Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai “air sadah”, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak. Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia (Wikipedia, 2011).
Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3 (Giwangkara, 2006 dalam Ihsan, 2011)
B. Jenis Kesadahan Terdapat dua jenis kesadahan, yakni sebagai berikut: 1. Kesadahan sementara Kesadahan sementara merupakan kesadahan yang mengandung ion bikarbonat -
(HCO3 ), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2) Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel (Wikipedia, 2011). Reaksinya: Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan) Mg(HCO3)2 → dipanaskan
→
CO2 (gas) + H2O (cair)
+ MgCO3 (endapan)
2. Kesadahan Tetap Kesadahan tetap adalah kesadahan yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda- kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kaslium karbonat (padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air. Reaksinya: CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + 2NaCl (larut) CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut) MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut) Ketika kesadahan kadarnya adalah lebih besar dibandingkan penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, yang kadar kesadahannya eqivalen dengan total kadar alkali disebut kesadahan karbonat; apabila kadar kesadahan lebih dari ini disebut kesadahan nonkarbonat. Ketika kesadahan kadarnya sama atau kurang dari penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, semua kesadahan adalah kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat tidak ada. Kesadahan mungkin terbentang dari nol ke ratusan miligram per liter, bergantung kepada sumber dan perlakuan dimana air telah subjeknya (Wikipedia, 2011).
C. Metode Penentuan Kesadahan Metode yang dapat dilakukan untuk penentuan kesadahan adalah metode Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat). EDTA berupa senyawa kompleks khelat dengan rumus molekul (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua gugus amina. EDTA membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co (III) (Anonim, 2008 dalam Ginoest, 2010). EDTA merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi dalam penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya distandardisasi terlebih dahulu. Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Titrasi kompleks meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan yang mendasari terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan yang tinggi. EDTA biasa dikenal sebagai asam etilen diamina tetraasetat, mengandung atom oksigen dan nitrogen yang efektif dalam membentuk kompleks yang stabil dengan logam lain yang berbeda. EDTA adalah ligan yang dapat berkoordinasi dengan satu ion logam melalui dua nitrogen dan satu oksigennya. EDTA juga dapat berlaku sebagai ligan kudentat dan konsidentat
yang membebaskan satu atau dua gugus oksigen dari reaksi yang kuat dengan logam lain (Brady, 1994 dalam Ihsan, 2011). EDTA membentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome Black Tea atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-ion magnesium pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan akan berubah dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikankan ini, kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer. Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena itu EDTA direkomendasikan (Ginoest, 2010).
D. Standar Jenis Kesadahan Kandungan kapur yang terdapat dalam air, agar tidak kurang dan tidak juga berlebih maka perlu diterapkan standar suatu air dikatakan sadah atau berlebih kesadahannya. Standar kualitas menetapkan kesadahan total adalah 5-10 derajat Jerman. Apabila kurang dari 5 derajat Jerman maka air akan terasa lunak dan sebaliknya. Jika dalam air mengandung lebih dari 10 derajat Jerman maka akan merugikan bagi manusia. Di kalangan masyarakat yang awam, sangat sulit untuk membedakan mana air yang tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa memperkirakan saja berdasarkan apa yang ditimbulkan dari air, misalnya mereka mengamati kerak yang ditimbulkan air pada dasar panci memberikan sedikit pemahaman pada masyarakat bahwa air yang dikonsumsinya itu tingkat kesadahannya tinggi, dan sebaliknya jika tidak terlihat kerak yang ditimbulkan artinya bahwa air
yang dikonsumsinya tingkat kesadahannya masih tergolong rendah (Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy, 2011).. Standar kesadahan air meliputi (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy 2011): 1. Standar kesadahan menurut WHO, 1984, mengemukakan bahwa : a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3; b. Lunak mengandung 0-60 ppm CaCO3; c. Agak sudah mengandung 60-120 ppm CaCO3; d. Sadah mengandung 120-180 ppm CaCO3; e. Sangat sadah 180 ppm ke atas. 2. Standar kesadahan menurut E. Merck, 1974, bahwa : a. Sangat lunak antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3; b. Lunak antara 4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3; c. Agak sadah antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3; d. Sadah 18-30 OD atau 320-534 ppm CaCO3; e. Sangat sudah 30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke atas. 3. Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa : a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3; b. Lunak, antara 0-75 ppm CaCO3; c. Agak sadah, antara 75-150 ppm CaCO3; d. Sadah, 150-300 ppm CaCO3; e. Sangat sadah 300 ppm ke atas CaCO3. 4. Kesadahan merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki air. Kesadahan air disebabkan adanya ion – ion Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan Standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan). Dari data tersebut dapat dilihat jelas bahwa air yang dikatakan sadah adalah air yang mengandung garam mineral khususnya CaCO3 sekitar 120-180 ppm menurut WHO, sedangkan menurut Merck air dikatakan sadah jika mengandung 320-534 ppm atau sekitar 18-30 OD, menurut EPA air yag dikatakan sadah jika mengandung CaCO3 sekitar 150-300 ppm, dan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu
500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan) (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011).
E. Dampak dari Kesadahan Air yang Kurang dan yang Berlebih Air jika tidak mengandung kapur atau tidak sadah akan terasa lunak atau hambar karena tidak mengandung garam-garam mineral sehingga akan mengurangi selera dalam mengkonsumsinya. Akan tetapi, jika di dalam air kandungan kapurnya sangat tinggi atau dengan kata lain terlalu banyak mengandung garam-garam mineral justru akan memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan jika kandungan kapur dalam air berlebih atau kesadahannya tinggi (Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy, 2011). Air lunak atau air yang tidak mengadung kapur mempunyai kecenderungan menyebabkan korosi pada pipa. Sedangkan jika air memiliki kandungan kapur yang banyak atau tingkat kesadahannya tinggi, maka mengakibatkan terbentuknya kerak-kerak pada dinding pipa yang menyebabkan penyempitan pipa, sehingga memperkecil debit aliran air. Dalam rumah tangga hal tersebut menyebabkan terbentuknya kerak pada dinding peralatan memasak sehingga menyebabkan pemakaian bahan bakar yang lebih banyak dan menyebabkan pemakaian sabun yang semakin tinggi (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011). Apabila kandungan CaCO3 atan MgCO3 dalam air itu melewati batas 10 derajat Jerman maka akan menyebabkan, antara lain (Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy, 2011): a. Menyababkan lapisan kerak pada alat dapur yang terbuat dari logam; b. Kemungkinan terjadinya ledakan pada boiler; c. Pipa air menjadi terumbat; d. Sayur-sayuran menjadi keras apabila dicuci dengan air bersih. Air sadah tidak terlalu berbahaya untuk diminum, akan tetapi dapat menyebabkan beberapa masalah jika dikonsumsi dalam jangka panjang, hal tersebut dapat menimbulkan osteoporosis atau pengapuran pada tulang manusia. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, selain itu air sadah dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi ketat untuk mencegah kerugian. Untuk
menghilangkan kesadahan biasanya digunakan beberapa zat kimia ataupun dengan menggunakan resin pertukaran ion (Kris, 2006 dalam Resthy, 2011). Air sadah membawa dampak negatif, yaitu (Anoymous, 2009 dalam Resthy, 2011): 1. Menyebabkan sabun tidak berbusa karena adanya hubungan kimiawi antara kesadahan dengan molekul sabun sehingga sifat detergen sabun hilang dan pemakaian sabun menjadi lebih boros; 2.
Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup ketel karena terbentuknya endapan kalsium karbonat pada dinding atau katup ketel. Akibatnya hantaran panas pada ketel air berkurang sehingga memboroskan bahan bakar.
C. Pembahasan Pada praktikum kesadahan ini, sampel diambil dari sumur di daerah sekitar Minasaupa. Praktikan melakukan beberapa percobaan yakni untuk menentukan kesadahan total, kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium terhadap sampel air sumur. Langkah pertama yang dilakukan yaitu penentuan kesadahan total. Sampel yang digunakan sama dengan sampel pada penentuan kalsium (Ca). Sampel ditambahkan dengan larutan buffer pH 10 karena indikator yang akan digunakan yaitu indikator EBT, Setelah penambahan indikator Eriochrom Black Tea (EBT) diperoleh larutan berwarna merah muda, selanjutnya dititrasi dengan EDTA. Jika EDTA dijadikan sebagai titran, maka larutan akan berubah dari warna merah muda menjadi warna biru. Pada titik akhir titrasi diperoleh volume titran sebesar 5,5 mL, dan kadar CaCO3 sebanyak 220 mg/L. Berdasarkan standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011), dapat dikatakan bahwa air sumur yang diteliti layak konsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas yang dianjurkan. Langkah kedua adalah penentuan kalsium (Ca), pertama-tama sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan NaOH sebanyak 3 mL. Fungsi penambahan NaOH disini yaitu untuk meningkatkan pH sampel. Selanjutnya ditambahkan dengan mureksid. Mureksid berfungsi sebagai indikator, setelah penambahan indikator mureksid dihasilkan larutan warna merah muda. Menurut teori pada pH lebih tinggi 12, Mg akan mengendap sehingga EDTA hanya dapat diikat oleh Ca2+ dengan indikator mureksid. Larutan kemudian dititrasi dengan EDTA sampai warna larutan berubah menjadi ungu. Volume titran yang digunakan yaitu sebesar 3,3 mL dengan kadar kalsium (Ca) sebesar 52,8 mg/L, artinya dalam 1 liter air mengandung 52,8 mg kalsium (Ca).
Sedangkan untuk penentuan Magnesium (Mg) pada praktikum kali ini dilakukan dengan cara mengurangi volume titran kesadahan total dengan kadar Ca dan diperoleh hasil kadar magnesium (Mg) sebesar 21,12 mg/L, yang artinya dalam 1 liter air mengandung 21,12 mg magnesium (Mg).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Nilai kesadahan total sampel air adalah 220 mg/L CaCO3. 2. Nilai kesadahan kalsium sampel air adalah 52,8mg/L. 3. Nilai kesadahan magnesium sampel air adalah 21,12 mg/L. 4. Berdasarkan standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa air tersebut layak untuk dikonsumsi. . B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh praktikan adalah: 1. Berhati-hati dalam menggunakan alat. 2. Jangan tergesa-gesa saat melakukan percobaan. 3. Sebaiknya menguasai prosedur kerja percobaan dan mengetahui materi tentang percobaan yang akan dilakukan. 4. Sebaiknya jangan terlambat pada saat akan melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA Daud, Anwar. 2007. Aspek Kesehatan Penyediaan Air Bersih. CV.Healthy & Sanitation : Makassar
Ginoest. 2010. Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan Metode Titrasi EDT. http://ginoest.wordpress.com/2010/03/23/17/. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011
Online:
Ihsan. 2011. Analisa Kimia Sampel Air Sungai : Penentuan Kesadahan Total dan Sementara dalam Air . Online : http://chemistryismyworld.blogspot.com/2011/05/analisa-kimia-sampel-air-sungai.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011
Mifbahuddin, 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. Online : http://www.google.co.id/ Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011
O-fish. 2003. Parameter Air. Online : http://www.o-fish.com/parameter_air.htm. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011
Resthy, 2011. Laporan Akhir Kesadahan. Online http://perutbuncitmeletus.blogspot.com/2011/10/laporan-akhir-kesadahan.html. Diakses tanggal 22 Oktober 2011
: pada
Wikipedia. 2011. Kesadahan Air. Online : http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011
(http://dhyka1207.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-kesadahan.html)
B.
Dasar Teori
B.1 Air Sadah: Air yang mengandung ion Ca2+ dan atau ion Mg2+. Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun
garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3. Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+). Yaitu: a. Air sadah sementara Mengandung garam hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan atau Mg(HCO3)2. 1. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan air tersebut sehingga garam karbonatnya mengendap, reaksinya: Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g) Mg (HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g) 2. Selain dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan kesadahannya dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 atau Mg (HCO3)2 dengan kapur (Ca(OH)2): Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) –> 2CaCO3 (s) + 2H2O (l) b. Air sadah tetap Mengandung garam sulfat (CaSO4 atau MgSO4) terkadang juga mengandung garam klorida (CaCl2 atau MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan cara: 1. Mereaksikan dengan soda Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2, supaya terbentuk endapan garam karbonat dan atau hidroksida: CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) +Na2SO4 (aq) 2. Proses Zeolit Dengan natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan ion kalsium dan ion magnesium atau kalsium zeolit. B.2 Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. B.3 EBT dan EDTA B.3.1 Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari titrasi pengompleksian contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalamnya bentuk protonated Eriochrome Black T berwarna biru. Lalu berubah menjadi merah ketika membentuk komplek dengan kalsium, magnesium atau ion logam lain. Nama lain dari Eriochrome Black T adalah,Solochrome Black T atau EBT (Anonima,2010). Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil. Bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite.Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T (Harjadi,1993). B.3.2 EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk kalsium) dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui urine. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul. E. a.
Pembahasan Perlakuan
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan agar kita dapat menetukan kesadahan suatu sampel air. Yang menyebabkan kesadahan suatu air adalah karena adanya garam kalsium dan magnesium serta besi pada suatu larutan. Pada percobaan pertama, melakukan standarisasi larutan Na2H2Y2 dengan menggunkan larutan standar Ca2+. Yang dimaksud dengan larutan standar adalah larutan yang telah diketahui nilai molaritasnya sehingga dapat menstandarisasi larutan yang belum diketahui nilai molaritasnya. Karena bentuk awal dari larutan standar Ca2+ berbentuk butiran, sehingga dapat dihitung molaritasnya dengan menggunakan konsep molaritas. Dalam percobaan kali ini mengunakan metode titrasi, yaitu cara penetuan konsentrasi suatu larurtan dengan volume tertentu dengan
menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Titran yang digunakan adalah Na2EDTA dan akan berdisiosasi menjadi ion Na+ dan H2Y2-. Pada kali ini akan dilakukan 3 kali percobaan. Pada percobaan ini, Ca2+ memiliki molaritas sebesar 0,005M dan volume larutan 0,02 liter. Molaritas dan volume larutan telah diketahui karena larutan ini merupakan larutan standar. Pada percobaan ini, digunakan indikator, yaitu indikator EBT. Indikator yang mampu berikatan secara kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+. Indikator warna yang digunakan adalah perubahan warna ungu menjadi warna biru cerah. b. Fungsi tiap-tiap penambahan: Titrasi Na2EDTA menggunakan indikator EBT dan penyangga dengan pH 10. Tujuan awalnya untuk memelihara agar pH tetap yang disebabkan ketika ion hidrogen lepas pada proses titrasi yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH dalam titrasi kompleksiometri. Kedua mencegah terbentunya endapan logam hidroksida, dengan demikian,penyangga itu dapat bertindak sebagai zat pembentuk kompleks tambahan c.
Reaksi dan Fenomena:
Jika titran Na2EDTA ditambahkan pada analitik, maka akan terjadi reaksi pembentukan kompleks dengan ion Ca2+ seperti berikut: Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq) Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ (aq) Ca2+ (aq) + EBT (aq) –> (Ca – EBT)2+ (aq) Sebelum titran H2Y2- ditambahkan untuk analisa, analit berwarna merah anggur karena ion kompleks (Ca – EBT)2+ (aq). Jika H2Y2- mengkompleks semua Ca2+ bebas dari sampel air maka kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2(Ca – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> CaY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq) Jika titran H2Y2- ditambahkan pada analit, maka akan terjadi reaksi pembentukan kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+seperti berikut: Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq) Mg2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> (MgY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur (Mg – EBT)2+ (aq) Mg 2+ (aq) + EBT (aq) –> (Mg – EBT)2+ (aq) Jika H2Y2- mengkompleks semua Ca2+ dan Mg2+ bebas dari sampel air maka kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2(Mg – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> MgY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq) d.
Toleransi hasil dengan standar ion sadah yang diizinkan
Dari hasil data yang telah diperoleh, terdapat hasil yang berbeda-beda. Pada percobaan pertama terdapat volume 2 x 10-3 L dengan molaritas sebesar 5 x.10-3 M, sedangkan pada percobaan kedua, terdapat volume sebesar 2,5 x 10-3 L dengan molaritas sebesar 4 x 10-3 M, dan pada percobaan terakhir mengenai standarisasi larutan Na2EDTA ini didapat volume 3 x 10-3 L sehingga menghasilkan konsentrasi sebesar 3,33 x 10-3 M. Dapat kita lihat, bahwa penentuan momentum pada saat terjadinya perubahan warna menjadi biru cerah adalah faktor yang sangat penting. Beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan dalam menetukan konsentrasi standar pada larutan Na2EDTA, terutama saat melakukan proses titrasi larutan, seperti : v Dalam prosedur bekerja, terjadi kekurang telitian dalam proses pengukuran, penimbangan, serta dalam proses pengambilan larutan menggunakan pipet memberikan sedikit pengaruh terhadap volume yang diukur. v Pembacaan buret tidak konstan dan buret yang bocor mempengaruhi volume Na2EDTA yang dititrasi sehingga membuat konsentrasi dari Na2EDTA semakin besar. v Di dalam prosedur, proses titrasi dilakukan secara perlahan-lahan, namun dalam pelaksaannya tidak dilakukan secara perlahan, sehingga pengukuran volume Na2EDTA saat terjadi perubahan warna indikator tidak akurat. Karena semakin banyak larutan yang dititrasi oleh larutan ini, maka semakin besar pula molaritasnya. v Penginterpretasian perubahan warna setiap individu berbeda-beda. Momentum terjadinya perubahan warna pun berbeda-beda, sehingga terjadi kekurang telitian dalam melihat warna yang menjadi biru. Dalam praktikum kali ini, dilakukan beberapa kali percobaan. Dari percobaan tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, namun percobaan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sama, sehingga untuk menentukan besarnya konsentrasi larutan Na2EDTA dapat di ambil nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumus M1 + M2 + M3, konsentrasi standar larutan Na2EDTA sebesar 4,11 x 10-3 M. 3
Konsentrasi Na2EDTA inilah yang akan kita pergunakan dari hasil standarisasi menggunakan larutan Ca2+. Dalam perhitungan mengenai titrasi ini, dalam menentukan konsentrasinya digunakan rumus sbb : MCa2+ x VCa2+ = MNa2EDTA x VNa2EDTA Karena mol Ca2+ =sama dengan mol Na2EDTA, sehingga terjadi proses disosiasi dan pelepasan ion natrium dan H2Y2- untuk berikatan dengan ion sadah, yaitu ion Ca2+. Pada percobaan selanjutnya, yaitu menganailisis kesadahan air dengan menggunakan metode yang sma yaitu titrasi, dengan titran yang berupa larutan Na2EDTA terhadap sampel air yang diduga mengandung kesadahan air oleh zat kapur CaCO3 yang memiliki ion Ca2+ sebagai ion penyebab kesadahan pada sampel air. Untuk mencapai titik ekivalen atau saat dimana titran bereaksi dengan sampel air secara sempurna, terjadi prubahan warna indikatorndari merah anggur menjadi biru langit. Indikator pada percobaan kali ini menggunakan indikator yang sama pada saat percobaan sebelumnya, yaitu indikator EBT. Indikator EBT adalah indikator yang mampu membentuk secara kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+, namun lebih berikatan kuat dengan ion Mg2+ dibandingkan Ca2+. Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan namun membentuk kompleks merah anggur. Hal itu terjadi karena ketika H2Y2- mengalami reaksi dengan ion sadah Ca2+ dan mengkompleks, maka Mg2+ yang berikatan lebih banyak dibandingkan Ca2+ ini mengalami disosiasi dan mengubah warna merah anggur menjadi biru langit dari indikator EBT, dan bila titik ekivalen tercapai, semua ion sadah telah terkomplekskan melalui ion H2Y2-, sehingga untuk membuat indikator EBT bekerja, sampel air harus mengandung Mg2+, meskipun hanya sedikit. Pada percobaan ini, untuk menetukan kesadahan air yang terjadi, kita telah mendapatkan molaritas Na2EDTA yang bernilai 4,11 x 10-3 M dan volume sampel air 0,02 L. Pada percobaan pertama, volume Na2EDTA dititrasi pada sampel air, dan mencapai titik ekivalen pada saat volumenya 5,2 x 10-3 L. Ketika mencapai titik ekivalen, ion H2Y2- bereaksi dengan ion sadah dan membentuk ion kompleks yang stabil, sehingga didapat reaksi : Ca2+(aq) + H2Y2-(aq) à CaY2-(aq) + 2H+(aq) Pada reaksi tersebut, dengan menggunakn prinsip mol, jumlah mol ion sadah dalam smpel air dapat dihitung dengan perbandingan stoikiometri 1 : 1, sehingga dapat disimpulkan : mol Na2EDTA = mol H2Y2- = mol Ca2+ MH2Y2- x VH2Y2- = MCa2+ x VCa2+ Dengan menggunkan rumus tersebut, kita dapat menghitung konsentrasi pada Ca2+ sesuai dengan hasil pengamatan yang telah kita lakukan, seperti halnya percobaan pertama yang mendapatkan molaritas sebesar 4,33 x 10-2 M. Pada percobaan kedua, volume saat mencapai titik ekivalen adalah 5 x 10-3 L. Setelah dilakukan hitungan, molaritas dari Ca2+ adalah 4,33 x 10-3 M.
Dalam hal ini kembali terjadi perbedaan antara masing-masing percobaan dengan menggunakn prosedur atau langkah-langkah yang sama. Perbedaan dalam menentukan konsentrasi yang kita lakukan adalah wajar terutama dalam proses titrasi ini, sebagai contoh : v Titrasi yang dilakukan secara perlahan-lahan, namun apabila dilakukan dengan cepat akan mengurangi keakuratan data, dapat terjadi kesalahan dalam pengukuran volume Na2EDTA saat terjadi perubahan warna indikator yang berakibat data mulai manjauhi nilai akurat. v Kekurang telitian dalam cara pengerjaan, baik pengukuran, penimbangan, maupun proses pengambilan larutan menggunakan pipet memiliki pengaruh terhadap volume yang diukur. v Pembacaan skala buret yang tidak konstan. Dalam hal ini mempengaruhi volume Na2EDTA yang dititrasi serta proses kebocoran buret yang bisa terjadi. v Pengintepretasian mengenai perubahan warna indikator pada sampel air, karena setiap tetes pada titran mempengaruhi momentum perubahan warna setiap waktunya, sehingga dapat terjadi kekurang telitian dalam melihat warna yang telah berubah menjadi biru dengan pencapaian pada titik ekivalen yang kita cari. Setelah mendapatkan konsentrasi dari ion Ca2+ dalam sampel air, kemudian kita akan menentukan nilai PPM dari sampel air atau menentukan nilai dari kesadahan pada sampel air yang akan kita tentukan sebarapa besar nilai kesadahannya. PPM memiliki satuan mg CaCO3/L atau dapat kita masukkan ke dalam rumus : PPM CaCO3 = massa CaCO3 (mg) Volume sampel air (L) Dari masing-masing percobaan melalui perhitungan atas rumus diatas, karena konsentrasi pada CaCO3 yang sama dengan konsentrasi Ca2+ melalui perbandingan koefisien memiliki perbedaan setiap percobaan, sehingga kita juga memiliki nilai PPM yang berbeda-beda pada saat melakukan percobaa tersebut. Dalam penentuan massa CaCO3, kita menggunakan rumus : Molaritas CaCO3 = mol CaCO3 Volume CaCO3 Mol CaCO3 = massa CaCO3 Mr CaCO3 Dengan nilai Mr CaCO3 adalah 100 gram/ mol Pada setiap percobaan, percobaan 1 memiliki massa sebesar 2,14 mg, percobaan 2 memilki massa sebesar 2,26 mg, dan percobaan 3 memilki massa sebesar 2,26 mg. Dalam hal ini,
mengakibatkan nilai PPM masing-masing pecobaan berbeda-beda dengan ketentuan nilai masing-masing PPM yaitu : •
PPM1 CaCO3 adalah 107 mg/l
•
PPM2 CaCO3 adalah 113 mg/l
•
PPM3 CaCO3 adalah 113 mg/l
Sehingga dapat dicari nilai rata-rata dari kesua perhitungan diatas, yaitu : PPM rata-rata = PPM1 CaCO3 + PPM2 CaCO3 2 Dari hasil tersebut, didapatkan nilai PPM rata-rata dengan sampel air yang telah ditentukan sebesar 111 ppm. Kita dapat membandingkan dengan klasifikasi air sadah dari tabel yang ada pada buku panduan praktikum bahwa sampel air ini memilki klasifikasi kesadahan karena nilai dari PPM terakhir adalah 100 – 200 ppm, sehingga sampel air tersebut memiliki nilai kesadahan yang cukup tinggi. Kesimpulan: Dari percobaan yang telah kita lakukan, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai dari kesadahan air pada sempel air dipengaruhi kandungan garam yang terlarut dari ion – ion sadah seperti Ca2+, Mg2+, dan Fe2+, serta sedikit dipengaruhi oleh CO2 yang bebas dan jumlah NaCl yang besar sehingga hal ini dapat meningkatkan kesadahan air. Pada percobaan kali ini, larutan Na2 EDTA distandarisasi oleh larutan Ca2+ dalam penentuan konsentrasi. 2. Indikator warna eirokom hitam T ( EBT ) merupakan indikator yang sesuai dalam penggunaan pengukuran kesadahan air dikarenakan indikator ini membentuk kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+, sehingga trayek warna yang digunakan ialah perubahan warna ungu ( merah anggur ) ke biru langit. 3. Titran Na2 EDTA beraksi dengan Ion Ca2+ dan Mg2+. Larutan berubah menjadi biru yaitu warna asli EBT membentuk kompleks dengan metal yang menjadi titik akhir dari titrasi. 4. Pengaruh yang ditimbulkan oleh air sadah adalah menyebabkan pengendapan mineral (penyumbatan saluran pipa dan keran) , pemborosan sabun dalam rumah tangga karena ion sadah akan membentuk senyawa yang tidak larut dengan sabun serta membentuk gumpalan scum yang sulit dihilangkan. Selain tu, zat-zat atau bahan kimia yang terkandung di dalam air misalnya Ca, Mg, CaCO3 yang melebihi standart kualitas tidak baik untuk dikonsumsi oleh orang dengan fungsi ginjal yang kurang baik, karena akan menyebabkan pembentukkan batu pada saluran kencing. Kebiasaan minum juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kencing. Orang yang banyak mengkonsumsi air dengan kandungan kapur tinggi
akan menjadi predisposisi pembentukan batu saluran kencing, maka air yang digunakan manusia tidak boleh lebih dari 200 mg/L CaCO3. 5. Setelah mengikuti praktikum dengan sempel air yang telah ditentukan, kita mendapat bahwa tingkat kesadahan air tersebut tergolong cukup tinggi dengan nilai PPM rata – rata sebesar 111 mg/L PPM. (http://solehan1312.wordpress.com/2012/12/02/laporan-resmi-praktikum-kimia-dasar-analisiskesadahan-air/)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGANKESADAHAN Hari, tanggal praktikum : Selasa, 29 November 2011Materi praktikum : Pemeriksaan kesadahan A. Tujuan praktikum Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kesadahan , mengetahui alat – alat praktikum yang digunakan dalam praktek. B. Dasar teori Kesadahan adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki air. Penyebab airmenjadi sadah adalah kartena adanya ion-ion Ca 2+ , Mg2+ atau dapat disebabkankarena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti :Al, Fe, Mn, Sr, dan Zn dalam bentuk garam sulfat klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil.Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, dimana sabundiendapkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+yang disebutkan di atas. Karena penyebabutama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+ maka arti dari kesadahandibatasi sebagai sifat / karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlahdari Ca2+ dan Mg2+ yang dinyatakan sebagai CaCO3Satuan ukur kesadahan ada 3 yaitu :a) Derajat jerman, dilambangkan dengan oDb) Derajat inggris, dilambangkan dengan oEc) Derajat prancis, dilambangkan dengan oFDari ketiganya, yang sering digunakan adalah derajat jerman, dimana 1oDsetara dengan 10 mg CaO / Lt. Artinya jika suatu air memilki 1oD maka dalam airtersebut mengandung 10 mg CaO dalam setiap liternya.Penentuan Ca dan Mg air sudah dilakukan dengan EDTA. pH untuk titrasiadalah 10 dengan indikator eriochrom black T. Pada pH lebih tinggi 12 Mg (OH)2 akan mengendap sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh indikator Ca2+dengan indikator murexid.EBT dihaluskan bersama NaCl padat kadang kala juga digunakan sebagaiindikator untuk penentuan Ca atau pun hidroksinaftol
Pembahasan Pada penghitungan kesadahan total di peroleh hasil 162.348 mg / L sebagaiCaCO 3 , penghitungan kesadahan Ca di peroleh hasil 45.0192 mg / L sebagai Ca, danpenghitungan kesadahan Mg di peroleh hasil 28 mg / L sebagai Mg. I. Kesimpulan Untuk mengetahui kesadahn suatu larutan perlu dilakukan percobaanuntuk mengetahuimya. Antara Mg dan Ca dapat dicari dengan percobaan titrasikesadahan. Kesadahan mengandung mineral ion kalsium dan magnesium. Dan pada
19 penghitungan di peroleh hasil sebagai berikut. Pada penghitungan kesadahan totaldi peroleh hasil 162.348 mg / L sebagai CaCO 3 , penghitungan kesadahan Ca diperoleh hasil 45.0192 mg / L sebagai Ca, dan penghitungan kesadahan Mg di perolehhasil 28 mg / L sebagai Mg.
BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Air merupakan unsur utama bagi hidup kita di planet bumi ini. Kitamampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenagalistrik, dan transportasi. Air merupakan sumberdaya yang paling penting dalamkehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan telah mengakibatkan kebutuhan akan air meningkat tajam. Di lain pihak, ketersediaan air dirasa semakin terbatas bahkandibeberapa tempat terjadi kekeringan. Hal itu terjadi sebagai akibat dari kualitaslingkungan hidup yang menurun, seperti pencemaran, penggundulan hutan, berubahnya tata guna lahan dan sebagainya (Daud, 2010).Kebutuhan masyarakat akan air bersih selama ini telah dipenuhi olehPDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Diketahui bersama bahwa PDAM belum dapat menjangkau seluruh wilayah dan harganya yang cukup tinggi bagimasyarakat golongan ke bawah, dan akhirnya masyarakat banyak yangmenggunakan air tanah, sungai, danau, ataupun tadah hujan yang secara kualitastidak terjamin. Tapi hal terpenting adalah bagaimana masyarakat dapat memenuhikebutuhan akan air bersih. Suatu hal yang dikhawatirkan adalah bahwa pemenuhan kebutuhan akan air bersih oleh masyarakat yang diperoleh dari air tanah, sungai, danau, dan tadah hujan akan terganggu karena kontaminasi darikualitas lingkungan hidup yang terus menurun. Upaya apa yang perlu dilakukanuntuk penyelamatan air bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan air bersih bagimasyarakat (Daud, 2010)Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlahkandungan unsur Ca dan Mg dalam air yang keberadaannya biasa disebutkesadahan air.
Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga maupun untuk penggunaan industri. Bagi air rumahtangga tingkat kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun jadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekulsabun diikat oleh unsur Ca atau Mg. Bagi air industri, unsur Ca dapatmenyebabkan kerak pada dinding peralatan sistem pemanasan sehingga dapatmeyebabkan kerusakan pada peralatan industri, disamping itu dapat menghambat proses pemanasan. Akibat adanya masalah ini persyaratan kesadahan dalam air industri sangat diperhatikan begitupun untuk rumah tangga (Ruliasih, 2010),sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kesadahan air terutama air yangdigunakan sebagai sumber air bersih dan air minum bagi masyarakat