LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
SUSPENSI TRISUSPEN
Disusun oleh : Nama
: Linus Seta Adi Nugraha
No. Mahasiswa
: 09.0064
Hari
: Jumat
Tanggal Praktikum
: 10 Februari 2010
Dosen Pengampu
: Anasthasia Pujiastuti, S.Farm., Apt
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG 2010
PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SUSPENSI
1.
TUJUAN Mengenal dan memahami cara pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan suspensi.
2.
DASAR TEORI Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. (Anonim, 2004) Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M, 2005) Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20o, kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar. (Anief, M., 2005) Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan atau dicampur. (Anonim, 1995) Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lainlain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa sediaan padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang terdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada kulit.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam golongan ini. (Anonim, 1995) Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang trdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojok perlahanlahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojok dan dituang. Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae). Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi. (Anief, 2006) Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah : 1. Ukuran partikel Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. 2. Kekentalan (viscositas) Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. 3. Jumlah partikel (konsentrasi) Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat. 4. Sifat / muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya. ( Anonim, 2004 )
Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi
1. Metode pembuatan suspensi
Metode dispersi Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kmudian baru diencerkan.
Metode praesipitasi Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hrndak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air.
2. Sistem pembentukan suspensi
System flokulasi 1. partikel merupakan agregat yang bebas 2. sedimentasi terjadi capat 3. sediment terbentuk cepat 4. sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula 5. wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
System deflokulasi 1. partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain 2. sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal 3. sediment terbentuk lambat 4. akhirnya sediment akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi. ( Anonim, 2004 )
Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut : a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat . b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut : a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas. b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul. c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator . ( Anief, M., 1987 )
3.
FORMULA Tiap 5 ml mengandung :
I
II
Sulfadiazine
167 mg
Sulfadiazine
167 mg
Sulfamerazine
167 mg
Sulfamerazine
167 mg
Sulfadimidin
167 mg
Sulfadimidin
167 mg
Asam Sitrat
200 mg
Asam Sitrat
200 mg
CMC-Na Metil Paraben
25 mg 5 mg
CMC-Na Metil Paraben
25 mg 5 mg
NaOH
100 mg
NaOH
100 mg
Sirupus Simpleks
1,5 mg
Sirupus Simpleks
1,5 mg
Etanol Aqua ad
qs 5 ml
Tiap formula dibuat sebanyak 600 ml
Etanol Aqua ad
qs 5 ml
4. PEMERIAN
Sulfadiazinum Serbuk, putih sampai agak kuning, tidak berbau atau hampir tidak berbau, stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahanlahan menjadi hitam. Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam mineral encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan natrium hiroksida dan dalam larutan amonium hidroksida, agak sukar larut dalam etanol dan dalam aseton, sukar larut dalam serum manusia pada suhu 37o. Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan) (Anonim, 1995)
Sulfamerazine Serbuk atau hablur putih atau agak putih kekuningan, tidak berbau atau praktis tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa agak pahit, stabil di udara, tetapi perlahan-lahan menjadi gelap pada pemaparan terhadap cahaya. Sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton, sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam eter dan dalam kloroform. Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan) (Anonim, 1995)
Sulfadimidinum Serbuk, putih sampai putih kekuningan dapat menjadi gelap pada pemaparan terhadap cahaya, rasa agak pahit, praktis tidak berbau. Sangat sukar larut dalam air dan dalam eter, larut dalam aseton, sukar larut dalam etanol. Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan) (Anonim, 1995)
Acidum Citricum Hablur tak berwarna atau serbuk putih tak berbau, sangat asam agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas. Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan 1,5 bagian etanol 95%P, sukar larut dalam eter P. Khasiat : zat tambahan. (Anonim,1979)
Natrium Carboxymetylcelulosum / CMC sodium Serbuk atau butiran putih higroskopis, mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi. Praktis tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain. Khasiat : Bahan tambahan, suspending agent. (Anonim, 1995)
Methylis Parabenum / Nipagin Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa pedas. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian eter (95%), dan dalam 3 bagian aseton, larut dalam eter dan larut dalam alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol. Khasiat : Bahan pengawet (Anonim, 1979)
Natrii Hydroksidum Batang, butiran massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putih mudah meleleh basah, sangat alkalis an korosif, segra menyerap O2. Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%P. Khasiat : zat tambahan. (Anonim,1979)
Sirupus Simpleks Cairan jernih tidak berwarna.. Khasiat : Bahan tambahan, Corringen Saporis (Anonim, 1979)
Aethanolum Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°. mudah terbakar. Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik. Khasiat : zat tambahan (Anonim, 1995)
Aqua destilata Cairan jernih tak berwarna, tak brbau dan tak mmpunyai rasa. (Anonim,1979)
5. PERHITUNGAN BAHAN Formula I : Sulfadiazine
= 600/5 x 167 mg = 20040 mg = 20,040 gr
Sulfamerazine
= 600/5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr
Sulfadimidin
= 600/5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr
Asam Sitrat
= 600/5 x 200 mg = 24000 mg = 24 gr
Aqua untuk Asam Sitrat : 24 mL = 600/5 x 25 mg = 3000 mg = 3 gr
CMC-Na
Aqua untuk CMC-Na : 60 mL Metil Paraben
= 600/5 x 5 mg = 600 mg
NaOH
= 600/5 x 100 mg = 12000 mg = 12 gr Aqua untuk NaOH : 10 mL
Sirupus Simpleks = 600/5 x 1,5 mL = 180 mL Etanol
= q.s.
Aqua ad
= 600-(20,04+20,04+20,04+24+24+3+60+0,6+12+180+10) = 226,28 mL
Formula II : Sulfadiazine
= 600/5 x 167 mg = 20040 mg = 20,040 gr
Sulfamerazine
= 600/5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr
Sulfadimidin
= 600/5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr
Asam Sitrat
= 600/5 x 200 mg = 24000 mg = 24 gr
Aqua untuk Asam Sitrat : 24 mL = 600/5 x 50 mg = 6000 mg = 6 gr
CMC-Na
Aqua untuk CMC-Na : 120 mL Metil Paraben
= 600/5 x 5 mg = 600 mg
NaOH
= 600/5 x 100 mg = 12000 mg = 12 gr Aqua untuk NaOH : 10 mL
Sirupus Simpleks = 600/5 x 1,5 mL = 180 mL Etanol
= q.s.
Aqua ad
= 600 – (20,04+20,04+20,04+24+24+6+120+0,6+180+12+10)
= 163,28 mL
6. CARA KERJA a. Cara Presipitasi CMC-Na dikembangkan dalam sebagian air yang tersedia
Metil paraben dilarutkan dalam etanol
Ketiga sulfa dicampurkan
NaOH dilarutkan dalam sebagian air, kemudian ditambahkan pada campuran sulfa tersebut
Ditmbahkan CMC-Na yang sudah mengembang sambil diaduk, kemudian Metil paraben yang telah larut, lalu dihomogenkan dengan mixer
Tambahkan sirupus simpleks
Sambil diaduk ditambahkan larutan asam sitrat ke dalam campuran
Tempatkan suspensi dalam wadah dan tabung untuk pengamatan
b. Cara Dispersi CMC-Na dilarutkan dalam air panas, dinginkan
Metil paraben dilarutkan dalam etanol
Ketiga sulfa dicampurkan
Ke dalam campuran sulfa, ditambahkan larutan CMC-Na sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen
Ditambahkan juga larutan metil paraben, sirupus simpleks, larutan asam sitrat dan larutan NaOH sambil dihomogenkan dengan menggunakan mixer.
Tempatkan suspensi dalam wadah dan tabung untuk pengamatan
7. PEMBAHASAN a. Problema dan pemecahannya Pada pembuatan suspensi salah satu perhitungan yang dipakai untuk mengetahui kestabilan suspensi adalah Hukum Stokes. Hokum Stokes : V = d2 (ρ1 – ρ2) g 18 μ Keterangan : V
= kecepatan jatuhnya suatu partikel bulat
D
= diameter partikel
ρ1
= bobot jenis partikel padat
ρ2
= bobot jenis partikel cair
g
= gravitasi
μ
= viskositas medium dispersi
Dari hokum tersebut diketahui bahwa ada beberapa faktor dari pembuatan suspensi yang dapat disesuaikan untuk mengubah kestabilan suspensi menjadi lebih stabil. Faktor tersebut antara lain ;
Semakin kecil ukuran partikel dalam suspensi maka semakin stabil pula suspensi tersebut karena laju endap dari partikel tersebut dapat berkurang dan suspensi tidak cepat mengendap.
Jika bobot jenis partikel padat lebih berat dari pada bobot jenis partikel cairnya maka suspensi tersebut akan cepat mengendap pula. Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
suspensi agar didapat hasil yang baik.
Semakin tinggi suhu suspensi yang dibuat maka viskositasnya akan lebih rendah sehingga menyebabkan suspensi menjadi lebih cepat mengendap, sebaliknya jika semakin rendah suhu suspensi yang dibuat maka viskositasnya akan semakin tinggi sehingga suspensi lebih lama mengendap.
Pada saat pencampuran bahan, baik menggunakan blender, mixer, atau alat lain yang memiliki kecepatan putaran tinggi, sebaiknya digunakan
tingkat kecepatan yang tidak terlalu tinggi dan juga jangan dalam waktu yang terlalu lama. Hal ini dikarenakan akan terbentuk busa pada suspensi, sehingga dapat menyebabkan hasil yang kurang baik.
Dalam pembuatan suspensi ada bahan yang digunakan untuk menjaga kestabilan suspensi. Bahan tersebut adalah suspending agent. Ada beberapa suspending agent yang dapat digunakan, antara lain CMC, PGS, dan Kollidon. Dari ketiga bahan tersebut, CMC merupakan suspending agent yang paling banyak digunakan. Hal ini karena hasil yang diperoleh jika menggunakan CMC tidak mudah mengendap dan dapat terdispersi kembali dengan penggojokan ringan. Tetapi perlu diingat bahwa penambahan suspending agent tidak perlu terlalu banyak. Karena bila demikian maka suspensi akan menjadi terlalu kental dan sulit untuk dituang.
Ada dua metode yang digunakan dalam pembuatan suspensi yaitu metode dispersi dan praesipitasi. Pada metode dispersi, suspensi dibuat dengan cara serbuk bahan obat ditambahkan dalam mucilage baru diencerkan dengan air. Sedangkan pada metode praesipitati, serbuk bahan obat dilarutkan dengan pelarut organik terlebih dahulu.
Ciri-ciri dari kedua system tersebut adalah : flokulasi
1. Partikel obat terflokulasi merupakan
deflokulasi 1. Partikel terdeflokulasi mengendap
agregat yang bebas dalam ikatan
perlahan, membentuk cake yang
lemah.
keras dan tidak mudah terdispersi kembali.
2. Sedimentasi terjadi cepat (Partikel
2. Partikel dalam keadaan terpisah,
mengendap sebagai flok (kumpulan
masing - masing partikel mengendap
partikel).
secara terpisah.
3. Sedimen dalam keadaan terbungkus, dan bebas.
3. Metode ini lebih disukai karena tidak terjadi lapisan yang bening dan terbentuk endapan secara perlahan.
4. Tidak membentuk cake dan mudah terdispersi kembali ke bentuk semula.
Evaluasi Suspensi
1. Uji sedimentasi a. Masukkan sediaan yang sudah jadi kedalam beker glass. b. Biarkan dan amati pemisahannya / pengendapannya dalam waktu yang telah ditentukan (15 menit, 30 menit, 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari). c. Kemudian amati sediaan memisah atau tidak, jika tampak memisah maka bagian yang bening diukur. 2. Pengamatan viskositas (kekentalan) dengan menggunakan viscometer Brookfield. 3. Hitung viskositas suspensi menggunakan Hukum Stokes. 4. Ukur diameter Partikel (minimal 20 partikel) 5. Bandingkan hasil yang diperoleh dari kedua metode pembuatan
Cara menghitung BJ
1. Timbang masing - masing sulfa 25 gr 2. Masukkan ke dalam mattglass 100 ml 3. Mampatkan serbuk dengan cara diketuk – ketukan di meja sampai serbuk tidak bisa turun lagi (mampat) 4. Ukur volumenya m 5. Hitung BJ dengan rumus ρ = v 6. Rata - rata hasil ketiga BJ Sulfa
Cara Menghitung Viskositas dengan menggunakan Viscometer Brookfield (DV.E viscometer) :
1. Tekan tombol on/of yang terdapat dibagiam belakang hingga viscometer dalam keadaan on,
2. Tombol pengunci berfungsi agar kotakan tidak dapat turun dan naik saat kita pakai maka tombol pengunci harus diputar hingga benar – benar terkunci rapat, 3. Tombol putaran berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan spindle ke dalam cairan 4. Spindle yang besar digunakan pada larutan yang cair/encer dan sebaliknya 5. Sebelum spindle di masukkan dalam cairan, maka harus dipasang dulu dengan memegang bagian atas kemudian dipasangkan pada viscometer bagian bawah diputar searah jarum jam. (spindle tidak boleh jatuh, cara memegangnya pada bagian atas karena bagian bawah sangat sensitif) 6. Setelah cairan dimasukkan dalam beker, spindle yang sudah terpasang dicelupkan dalam cairan dengan tombol putaran sampai ujung bagian bawah tenggelam dan penyangga mencapai dasar beker. 7. Tekan tombol on pada bagian belakang, kemudian nomor spindle yang digunakan disesuaikan dengan kekentalan cairan serta kecepatannya di atur sesuai dengan kecepatan yang diinginkan. 8. Selanjutnya, tekan tombol on pada bagian depan dan baca angka yang paling lama muncul, catatlah. 9. Jika spindle yang digunakan tidak sesuai dengan kekentalan zat cair maka data tidak akan dapat terbaca pada layar.
Menghitung diameter partikel menggunakan mikroskop
1. Letakan sedikit cairan sebagai sample diatas objectglass lalu encerkan dengan air 2. Letakkan objectglass di atas meja benda kemudian jepit dengan penjepit spesimen 3. Cari bagian dari objectglass dengan sekrup vertical dan horizontal sampai terlihat gambar yang jelas
4. Catat hasil pengukuran diameter minimal 10 partikel lingkaran dan 10 partikel oval / memanjang yang berbeda – beda lalu hitung rata – ratanya. b. Data hasil praktikum
Bobot jenis Sulfadiazine
: 25 gr => 55 mL => 25/55 = 0,45
Sulfadimidin
: 50 gr => 72 mL => 50/72 = 0,69
Sulfa merazine :
50 gr => 70 mL => 50/70 = 0,71
Rata-rata Bobot jenis = 0,617
Data viscometer (Viskometer Brookfield tipe DV – E) CP
: 5690
rpm
: 50
Autorange
: 47,4%
Spindle
: 64
Pengukuran pH Dengan cara mencelupkan indicator pH ke dalam suspensi, kemudian bandingakn perubahan warna yang terjadi pada indicator dengan tabel perubahan warna. pH suspensi
:4
Pengamatan visual (Uji Sedimentasi) Tinggi awal sedimentasi = 7 cm 15 menit : – 30 menit : – 1 hari
:–
3 hari
: 1 cm
7 hari
:-
10 hari
: 1 mm
12 hari
: 1 mm
Pengamatan mikroskop
No.
Lingkaran ( O )
Memanjang (
1.
2
2,5
2.
3
2,5
3.
2
3
4.
1,5
2
5.
2
2
6.
1
3
7.
1
1.5
8.
1
1,5
9.
1
2
10.
1
2,5
)
Diameter rata – rata : 1,9 x 10-2 cm
Menghitung viskositas menggunakan Rumus Hukum Stokes V = d2 (ρ1 – ρ2) g 18 μ V = (1,9 x 10-2)2 x (0,617 – 1) x 981 18 (5690) = 3,61 x 10-4 x 0,383 x 981 102420 = 1,324 x 10-6 cm/s
Data 4 kelompok
Kelompok
Formula
1
Waktu endap
Diameter partikel
Visual
Viskositas(Hk.Stoke)
1
18,5 x 10-2 cm
0 cm
7,9 x 10-4 cm/s
2
2
2,15 x 10-3 cm
7,3 cm
1,05 x 10-6 cm/s
0,22 th
3
1
2,5 x 10-3 cm
7,0 cm
0,4252 x 10-6 cm/s
0,149 th
4
2
1,9 x 10-3 cm
7,0 cm
1,324 x 10-6 cm/s
0,167 th
Perhitungan dosis TP
1x = 1 gr 1hr = 2 gr
Pemakaian 7-11 tahun : 1x : 501 mg 1hr : 1503 mg
TP (7 th)
TP (10 th)
1x : 7/19 x 1 gr = 368,42 mg
1x : 10/20 x 1 gr = 500 mg
1hr : 7/19 x 2 gr = 736,8 mg
1hr : 10/20 x 2 gr = 1000 mg
TP (8 th)
TP (11 th)
1x : 8/20 x 1 gr = 400 mg
1x : 11/20 x 1 gr = 550 mg
1hr : 8/20 x 2 gr = 800 mg
1hr : 11/20 x 2 gr = 1100 mg
TP (9 th)
1 sendok teh (5 ml) = 501 mg (3 sulfa)
1x : 9/20 x 1 gr = 450 mg
Jadi dosis 7 – 11 th = 3 x sehari 1 – 2 cth
1hr : 9/20 x 2 gr = 900 mg
Pemakaian 12-17 tahun : 1x : 501 mg 1hr : 1503 mg
TP (12 th)
TP (15 th)
1x : 12/20 x 1 gr = 600 mg
1x : 15/20 x 1 gr = 750 mg
1hr : 12/20 x 2 gr = 1200 mg
1hr : 15/20 x 2 gr = 1500 mg
TP (13 th)
TP (16 th)
1x : 13/20 x 1 gr = 650 mg
1x : 16/20 x 1 gr = 800 mg
1hr : 13/20 x 2 gr = 1300 mg
1hr : 16/20 x 2 gr = 1600 mg
TP (14 th)
TP (17 th)
1x : 14/20 x 1 gr = 700 mg
1x : 17/20 x 1 gr = 850 mg
1hr : 14/20 x 2 gr = 1400 mg
1hr : 17/20 x 2 gr = 1700
1 sendok teh (5 ml) = 501 mg (3 sulfa) Jadi dosis 12 – 17 th = 3 x sehari 2 – 3 cth Pemakaian 18 – 20 tahun 1x : 501 mg 1hr : 1503 mg
TP (18 th)
TP (20 th)
1x : 18/20 x 1 gr = 900 mg
1x : 20/20 x 1 gr = 1000 mg
1hr : 18/20 x 2 gr = 1800 mg
1hr : 20/20 x 2 gr = 2000 mg
TP (19 th)
1 sendok teh (5 ml) = 501 mg (3 sulfa)
1x : 19/20 x 1 gr = 950 mg
Jadi dosis 18 – 20 th = 3 x sehari 3 – 4
1hr : 19/20 x 2 gr = 1900 mg
cth
8. KESIMPULAN
Obat dibuat suspensi karena obat – obat tertentu tidak stabil secara kimia, bila ada dalam larutan tapi stabil bila dibuat dalam bentuk suspensi, dan jika ada bahan obat yang tidak dapat larut.
Faktor yang mempengaruhi kestabilan suspensi : Pengecilan ukuran partikel dari suatu suspensoid berguna untuk kestabilan suspensi karena laju endap dari partikel padat berkurang jika ukuran partikel diperkecil. Selain itu jumlah bahan pensuspensi jangan terlalu sedikit dan jangan terlalu banyak karena mempengaruhi kestabilan cairan tersebut. Sedikit banyaknya pergerakan partikel, tolak menolak antar partikel karena adanya
muatan listrik pada partikel, dan konsentrasi suspensoid
juga dapat
mempengaruhi.
Suspending agent yang terlalu banyak (CMC) menyebabkan daya alir kurang baik karena terlalu kental, pada penyimpanan dengan suhu rendah dapat terbentuk cacking yang keras sehingga sulit dituang.
Formula yang digunakan adalah formula no.II dengan metode pembuatan dispersi.
Semakin kecil partikel,luas permukaannya akan semakin besar dan suspensi akan lama mengendap atau sebaliknya semakin besar partikel, luas permukaan akan semakin kecil dan menyebabkan suspensi akan cepat mengendap
Selama 7 hari pengamatan,suspensi mengendap 1,1 cm.
9. DAFTAR PUSTAKA Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta. Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Semarang, 10 Februari 2010
(Linus Seta Adi Nugraha)