LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br Maikel Tio R
Assisten: M.Ridhan Akbar
FAKULTAS KEDOTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2014
1
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan ini yang alhamdullillah tepat pada waktunya yang berjudul Laporan Praktikum Embriologi. Laporan ini berisikan tentang hasil pengamatan praktikum embriologi hewan tentang Pengenalan Alat Kelamin Betina baik secara makro ataupun mikro.Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pengamatan yang telah dilakukan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada asisten laboratorium, pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.Khususnya bagi M.Ridhan atas bimbingannya kami dapat memahami dan menyelesaikan laporan pratikum. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir, semoga Allah S.W.T senantiasa selalu meridhoi segala usaha kita.Amin.
Banda Aceh, Mei 2014
Penulis
2
Daftar Isi KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 2 Daftar Isi............................................................................................................................................ 3 BAB II ................................................................................................................................................ 4 PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4 Pengenalan Organa Genetalia Feminina ........................................................................................ 4 1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 4 1.2 Tujuan.................................................................................................................................. 5 BAB II ................................................................................................................................................ 6 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................................... 6 2.1 Sistem Reproduksi Hewan Betina Secara Makroskopis ......................................................... 6 BAB III ............................................................................................................................................. 11 METODE PRAKTIKUM ...................................................................................................................... 11 3.1 Alat dan Bahan ................................................................................................................... 11 3.2 Cara kerja........................................................................................................................... 12 BAB IV ............................................................................................................................................. 12 HASIL dan PEMBAHASAN................................................................................................................. 12 1. 1. Hasil pada praktikum pengenalan alat kelamin betina ...................................................... 12 2. 1. Pembahasan pada praktikum pengenalan alat kelamin betina.......................................... 14 BAB V .............................................................................................................................................. 21 PENUTUP......................................................................................................................................... 21 1.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 22 1.2 Saran ................................................................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 23
3
BAB II PENDAHULUAN Pengenalan Organa Genetalia Feminina 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah berkembang biak. Dan pada proses perkembang biakannya selalu berhubungan dengan sistem reproduksi. Reproduksi pada hewan terjadi dalam dua jenis yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi seksual. Reproduksi aseksual adalah penciptaan individu baru yang semua gen nya berasal dari satu induk tanpa peleburan telur dan sperma. Sedangkan reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui peleburan gamet jantan dan betina untuk membentuk zigot.Peleburan gamet (sperma dan ovum) disebut dengan fertilisasi. Fertilisasi terbagi menjadi dua macam yaitu fertilisasi eksternal dan fertilisasi internal(Campbell, dkk., 2004). Mamalia adalah salah satu contoh hewan yang memiliki alat reproduksi lengkap dan sempurna. Pada hewan mamalia jantan alat reproduksi meliputi gonad (testis) dan saluran reproduksi yang meliputi ductus genitalis, kelenjar-kelenjar tambahan dan penis.dan
pada
mamalia betina memiliki Sistem reproduksi betina yaitu sepasang ovarium,saluran reproduksi betina, dan serviks. untuk mengidentifikasi adanya penyakit atau gangguan secara mikroskopis kita harus mengetahui stuktur histology dan anatomi alat reproduksi tersebut.dengan adanya praktikum ini kita dapat memahami tentang sistem reproduksi, terutama sistem reproduksi yang ada pada hewan baik secara anatomi maupun histologi
4
1.2 Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami struktur anatomi (makroskopis) dan mikroskopis dari alat reproduksi betina (Organa Genetalia Feminina), 1.3 Manfaat Manfaat yang diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah pratikan dapat mengetahui stuktur anatomi alat reproduksi betina, serta dapat memahami struktur mikroskopis.
5
ovarium secara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Reproduksi Hewan Betina Secara Makroskopis Susunan kelamin betina umum nya terdiri dari : 1. Ovarium Ovarium adalah organ primer (esensial) reproduksi pada betina, seperti halnya testes pada hewan jantan. Ovari dapat dianggap bersifat endokrin atau sitogenik (menghasilkan sel), karena mampu menghasilkan hormon yang akan diserap langsung ke dalam peredaran darah, 2. Oviduk Oviduk adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi, yang menghantarkan ova dari tiap ovari menuju ke tanduk uterus dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi ova oleh spermatozoa.Bagian dari oviduct yang berdekatan terhadap ovari berkembang membentuk semacam corong yang disebut infundibulum. Bagian ujung infundibulum membentuk fimbria (Frandson, 1992). 3. Uterus Uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari korpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk (kornua).Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, begitu juga halnya bentuk maupun susunan kornua tersebut.Ukuran korpus yang paling besar adalah kuda, sapi dan domba lebih kecil, dan pada babi serta anjing paling kecil (Frandson, 1992).
4. Vagina
6
Vagina adalah bagian dari saluran peranakan yang terletak dalam pelvis diantara uterus (cranial) dan vulva (caudal). Vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi (Frandson, 1992) 5. Vulva Vulva adalah bagian eksternal dari genitalia betina yang terentang dari vagina sampai ke bagian yang paling luar.Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal dan sering juga oleh suatu pematang, pada posisi cranial terhadap orifis uretral eksternal, yaitu himen vestigeal.Seringkali
himen tersebut sedemikian rapat sehingga
kopulasi.Vestibula vagina adalah bagian tubuler dari saluran reproduksi.
7
mempengaruhi
2.2 Sistem Reproduksi Hewan Betina Secara Mikroskopis
8
Susunan kelamin betina umum nya terdiri dari : 1. Ovarium Pada potongan memanjang tampak adanya korteks dan medula.Korteks merupakan daerah tepi yang lebar, mengandung folikel dan korpus luteum dan dilapisi oleh epitel permukaan berbentuk kuboid simpleks.Medula merupakan bagian dalam yang mengandung saraf, banyak pembuluh darah dan pembuluh limfe, terdiri dari jaringan ikat longgar dengan otot polos.
2. Oviduct / Tuba Fallopi Terdiri dari 3 segmen: infundibulum, ampula, dan isthmus. Dilapisi oleh epitel kolumner simpleks atau kolumner kompleks dengan silia pada epitel terbesar.Lamina propria terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel plasma, sel mast dan leukosit eosinofil.Tunika mukosa pada ampula membuat lipatan tinggi.Tunika muskularis terutama terdiri dari berkas otot polos melingkar memnjang dan miring.Tunika serosa ada dan terdiri dari jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan saraf (Dellman et al, 1992).
Gambar oviduct/tuba fallopi secara mikroskopis
9
3. Uterus Dinding uterus dibagi menjadi: a. Endometrium Epitelium kuboid atau kolumner simpleks pada anjing, kucing, dan kuda pada sapi dan babi berbentuk kuboid atau kolumner simpleks atau pseudokolumner kompleks.Pada lamina propria terdapat glandula uterina (kelenjar endometrium) berbentuk tubuler atau tubuler simpleks bercabang.Pada ruminansia terdapat bagian uterus tanpa kelenjar disebut karunkula. b. Miometrium Terdiri dari lapisan otot dalam tebal yang umumnya tersusun melingkar dan lapis luar memanjang teridiri dari sel-sel otot polos.Diantara kedua lapis terdapat lapis vaskuler.
Gambar uterus secara mikroskopis
d. Vagina Tunika Mukosa dan Tunika Submukosa Lamina epitelialis mukosae berbentuk skuamus kompleks non-glanduler Pada sapi, di bagian cranial sering ditemukan sel piala.Pada anjing selama estrus sering ditemukan kelenjar intraepithelial.Lamina propria-submukosa terdiri dari
10
jaringan ikat kolagen longgar atau padat dengan nodulus limfatikus tersebar.Tunika Muskularis Terbagi 2 atau 3 lapis yaitu lamina muskularis longitudinal internal, lamina muskularis sirkuler intermedial dan lamina muskularis longitudinal eksternal Tunika Serosa di cranial berubah menjadi tunika adventisia di kaudal (Ariana, 2011).
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan
11
secara makroskopis: Bak aluminium/Preparat Pinset dan scalpel Organa Genetalia Feminina yang telah di awetkan secara mikroskopis: Mikroskop Objek glass dan cover glass Preparat awetan ovarium, oviduk, dan uterus 3.2 Cara kerja secara makroskopis: Preparat alat kelamin yang telah diberi berformalin yangakan diperiksa di keluarkan dan diletakan di atas bak almunium yang berformalin. Amati bagian-bagian dari alat kelamin batina tersebut. secara mikroskopis: Ambil preparat yang telah di awetkan Kemudian amati dengan mikroskop
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 1. 1. Hasil pada praktikum pengenalan alat kelamin betina
12
Terdapat beberapa pembagian dari organ kelamin betina yakni ovarium dan saluransalurannya. Ovarium Corpus hemorectum Corpus luteum
Sedangkan saluran-salurannya: Vulva o Labia mayor o Labia minor Vagina Cervix, terdapat cincin-cincin yang di sebut Anulus servicalis Uterus o Corpus uteri o Cornua uteri terdapat juga beberapa lapisa pada uterus yakni Miometrium (lapisan uterus) Endometrium (lapisan tengah) Perimetrium (Lapisan luar) Bifur catio cornualis (pembagi cornua uteri menjadi dexter dan sinister) Oviduct/ Tuba falopi o Isthmus o 1/3 ampula
13
o Infindibulum A
B
C A. Gambar mikroskopis ovarium, B. Gambar mikroskopis Uterus, C. Gambar makroskopis alat kelamin betina.
2. 1. Pembahasan pada praktikum pengenalan alat kelamin betina
Organ Kelamin Primer Ovarium
14
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat diketahui bahwa pada umumnya bentuk ovarium pada hewan ruminansia, dalam hal ini sapi adalah bulat atau oval dan berwarna kuning baik ovarium kanan, maupun pada ovarium kiri. Ovarium kiri pada sapi tidak bunting panjangnya 2,1 cm dengan diameter 2,7. Ukuran yang dimiliki oleh ovarium tersebut bervariasi tergantung pada jenis ternak dan umurnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa ovaria bentuknya biasanya bulat telur atau bulat tetapi kadang-kadang pipih berhubung dengan pembentukan folikel dan corpoa lutea. Ukuran normal ovari sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain bahkan antara spesies juga terdapat varisasi. Besar dan bentuk ovaria sering berubah. Ovarium umumnya berukuran panjang 32-42 mm, tinggi 19-32 mm dan lebar 13-19 mm dengan berat 10-19 gr. Dari hasil yang tersebut dapat pula diketahui bahwa ukuran antara ovarium kanan dan kiri selalu berbeda. Dimana ovarium kanan lebih berkembang disbanding dengan ovarium kiri. Hal ini disebabkan karena ovarium kanan lebih aktif bekerja dibanding ovarium kiri terutama pada saat kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa pada anak sapi ovarium kiri lebih besar dibanding dengan ovarium kanan, sedangkan pada sapi dewasa ovarium kanan lebih besar, sebab secara fisiologik ia lebih aktif. Ovarium pada sapi dan kerbau mengandung folikel dan corpus luteum. Dimana keduanya memiliki bentuk yang oval. Folikel berwarna kuning sedangkan corpus luteum berwarna kuning coklat. Corpus luteum berada dibagian permukaan sehingga terlihat seperti benjolan. Ukurannya sangat kecil, folikel panjangnya 0,5 cm dengan diameter 1 cm sedangkan corpus luteum panjang 0,5 cmdan diameter 1 cm pada sapi dan pada kerbau panjangnya 0,7 cm. Sedangkan pada sapi yang tidak bunting folikel dan corpus luteumnya tidak berkembang, hal ini berkaitan dengan fungsi keduanya dalam hal menghasilkan hormon yang berperan dalam kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa Folikel pada ovarium bergaris tengah 12 mm.
15
Folikel yang masak bergaris tengah 8-19 mm. Sedangkan corpus luteum yang telah matang bergaris tengah 25-32 mm. Pada sapi yang tidak bunting dan normal, corpus luteum hanya aktif untuk beberapa hari, lalu mengecil. Corpus luteum pada sapi yang sedang bunting tetap tinggal dan aktif di dalam ovarium selama kebuntingan. Organ Kelamin Sekunder Oviduct Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa merupakan saluran yang panjang dan kecil serta berkelok-kelok, yang menjadi penghubung antara ovarium dan uterus. Dimana oviduct merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Hal ini sesuai dengan Frandson (1986) yang menyatakan bahwa Oviduct atau disebut tuba fallopi yang juga disebut tuba uterine adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi yang menghantarkan ova dari tiap ovari menuju ke tanduk uterus, dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa. Tuba uterina bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa, dan zigot. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa ukuran oviduct bervariasi, dimana oviduct kanan pada sapi bunting panjang 24 cm dan diameter 0,3 cm. Pada sapi yang tidak bunting panjang oviduct kiri 15,5 cm dan diameter 1,4 cm. Sedangkan pada kerbau panjang oviduct kiri 16 cm dan diameter 1,2 cm, dengan oviduct kanan panjangnya 15,5 cm dan diameter 0,8 cm. Variasi tersebut tergantung pada ternaknya dan kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), Tuba fallopi sapi betina panjangnya ratarata 12,4 cm pada anak sapi, 20,4 pada sapi dara, 24,5 pada sapi tua. Kisaran panjang dari tuba fallopi yaitu 20-35 cm. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil tergantung pada jenis ternak, pertumbuhan serta kebuntingan. Oviduct terbagi menjadi 3 bagian, infindibulum, ampula dan ishmus. tempat fertilisasi antara ovum dan sperma adalah di ampula yang panjangnya sepertiga dari pada oviduct. Uterus
16
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa uterus terdiri dari cornua uteri dan corpus uteri. Dimana cornua uteri memiliki bentuk yang menyerupai tanduk, dengan warna yang putih kekuningan atau pucat. Pada sapi betina yang bunting panjang cornua uteri kiri 17 cm dengan diameter 14 cm sedangkan cornua uteri kanan panjang 20,5 dan diameter 18 cm. Pada sapi betina tidak bunting cornua uteri kiri panjangnya 8,4 cm dan berdiameter 4,6. Pada kerbau yang bunting cornua uteri kiri panjangnya 18 cm dan diameter 15,5 cm sedangkan cornua uteri kanan panjangnya 12,5 dan diameter 13 cm. Sedangkan corpus uteri memiliki bentuk yang lonjong dan berwarna putih kekuningan. Ukurannyapun bervariasi. Dimana corpus uteri sapi betina bunting panjang 18,5 dan diameter 27. Corpus uteri sapi betina tidak bunting panjangnya 6 cm dan diameter 6,1 cm. Corpus uteri kerbau betina panjang 17,5 cm dan diameter 30 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyetakan bahwa Uterus memiliki kesamaan antara beberapa ternak lainnya, yaitu berbetuk bicornua (dua tanduk). Pada hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke deapan dari lubang vulva, tepat di depan cervix. Corpus Uteri bergaris tengah transversal 9-12 cm berukuran panjang 2-5 cm dan bagian depan terbagi atas 2 tanduk. Karena tanduk uterus terletak sangat berdekatan sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka seakanakan corpus uteri tampak lebih panjang dari pada kenyataannya. Kadang-kadang tanduk uterus memanjang masuk ke dalam cerviks, sehingga tidak terdapat corpus uteri. Pada tempat dimana kedua tanduk memisahkan diri garis tengahnya 3-4 cm, dari tempat pemisahan panjang tanduk uterus biasanya 20-35 cm, membuat panjang seluruh uterus menjadi 30-55 cm.
Panjang
uterus
beragam
sesuai
dengan
umur
hewan
dan
faktor
lain.
Uterus merupakan organ kebuntingan dan sebagai alat implantasi. Yang memiliki corpus uteri yang lebih pendek dibandingkan dengan cornua uteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Aswin (2009) yang menyatakan bahwa uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen.
17
Corpus uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm). dan uterus merupakan tempat implantasi zigot yang telah berkembang menjadi embrio. bentuk bentuk uterus yakni: a. simplex pada manusia b. Duplex pada rodentia c. Hipernicus pada kuda d. Bicornoa pada babi
Cerviks Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa cerviks memiliki bentuk yang membulat seperti cincin dan kadang pula tidak beraturan. Cerviks merupakan sambungan dari uterus yang menuju ke vagina. Cerviks berfungsi sebagai pintu yang menutup kemungkinan masuknya bakteri ke dalam uterus. Disamping itu cerviks juga menghasilkan mucus atau lendir sebagai pelican. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1986), yang menyatakan bahwa cerviks atau leher uterus mengarah ke kaudal menuju ke vagina. Cerviks merupakan sfingter otot polos yang kuat, dan tertutup rapat, kecuali pada saat terjadi birahi atau pada saat kelahiran. Cerviks akan mengeluarkan mucus yang mengalir ke vulva. Peningkatan jumlah mucus berguna mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi dari vagina ke dalam uterus.
Cerviks pada kerbau yang bunting panjangnya 5 cm, berdiameter 2,5 cm. Pada sapi yang tidak bunting panjangnya 4,5 dan diameter 7,2 cm. Sedangkan pada kerbau bunting panjang cerviks 6 cm berdiameter 12 cm. Hal ini sesuai pendapat Salisbury (1985), yang menyatakan Cervix merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan
18
panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis. Vagina Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka diketahui bahwa vagina memiliki bentuk seperti tabung (pipa), yang berwarna pucat (putih kekuningan). Ukurannya bervariasi dimana pada sapi bunting panjangnya 18 cm, berdiameter 8 cm. Pada sapi tidak bunting panjang 12 cm dan diameter 9 cm, sedangkan pada kerbau yang bunting panjangnya mencapai 24 cm dan diameternya 14 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Aswin (2009), vagina berbentuk tubulus sepanjang 15-20cm, dengan diameter 10-12 cm apabila diregang. Vagina sapi lebih panjang daripada kuda, juga dindingnya lebih tebal. Panjangnya 20-35 cm. Vagina merupakan perpanjangan dari cerviks yang berdinding tipis. Vagina berfungsi sebagai organ kopulasi yang menerima penis saat terjadi kopulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina
. Organ Kelamin Luar Vulva Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, diperoleh bahwa vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar yang berada tepat dibawah anus, yang berfungsi sebagai bagian untuk mendeteksi birahi, tempat masuknya penis serta jalan keluarnya foetus. Vulva
19
memiliki bibir yang disebut labia mayor dan minor. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), bahwa Vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar. Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit di sebelah ventral. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi melewatinya. Clitoris Dari praktikum yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa clitoris juga bagian organ kelamin luar pada betina yang masih menjadi bagian dari vulva yang mirip dengan penis pada jantan. Dimana letaknya tersembunyi di dalam jaringan vulva dan arcus ischiadicum. Hal ini sesuai dengan pendapat Saliasbury (1985), bahwa tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva terdapat tenunan erectile yang disebut clitoris. Hanya bagian ujung clitoris yang tampak, tetapi kira-kira keseluruhan panjang clitoris kira-kira 10 cm. Clitoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan. Ovarium berperan dalam menghasilkan sel telur (eksokrin) dan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (endokrin). Oviduct/Tuba fallopi berperan sebagai tempat tejadinya fertilisasi, tepatnya di ampula tubafallopi, terdiri dari: - Infundibulum - Ampula - Dan istmus Uterus berperan dalam pembesaran atau pertumbuhan embrio pada masa prenatal, terdiri dari
20
- Kornua uteri - Korpus uteri - Dan servik Vagina tunggal berperan dalam penumpahan semen ketika kopulasi, jalan keluar fetus dan plasenta ketika kelahiran. Vulva pada vulva terdapat klitoris yang merupakan pusat ransangan,labium mayor dan labium minor.
BAB V PENUTUP 21
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Organ kelamin betina terbagi atas 3 yaitu organ kelamin primer (ovarium), organ kelamin sekunder oviduct atau tuba fallopi, uterus, cerviks dan vagina dan organ kelamin luar (vulva dan chlitoris). Ovarium berbentuk oval berwarna orange, ovarium kiri pada sapi tidak bunting panjangnya 2,1 cm dengan diameter 2,7, yang berfungsi untuk menghasilkan ovum dan hormone. Fungsi oviduct adalah sebagai tempat fertilisasi tepatnya pada ampula. Uterus terbagi 2 yaitu cornua uteri dan corpus uteri. Pada cornua uteri kiri berbentuk tanduk silinder berwarna putih pucat begitu pula pada cornua uteri kanan, panjang cornua uteri kiri 27 cm dengan diameternya 7,6 cm sedangkan panjang cornua uteri kanan 20 cm dengan diameter 4,6 cm. Panjang corpus uteri 19,5 cm dengan diameter 11,5 cm dan berbentuk bulat menyerupai segitiga, berfungsi menerima ovum yang telah dibuahi dan berkembang menjadi embrio. Cerviks berbentuk tabung berwarna merah pucat dengan panjang 5,6 cm dengan diameter 3,2 cm seperti cincin, yang berfungsi sebagai pelindung uterus. Vagina berbentuk silinder berwarna merah pucat dan panjangnya 15,1 cm dengan diameter 4,1 cm, yang berfungsi sebagai organ kopulasi dan tempat keluarnya anak dan masuknya spermatozoa. Vulva dan chlitoris berfungsi pada saat terjadi perkawinan alamiah yang masing-masing terletak paling luar dari organ kelamin betina. 1.2 Saran
22
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka sebaiknya Bahan Praktikum seperti Preparat organ harus lebih utuh agar mempermudah dalam memahami bagian bagian yang sudah tidak nampak dan tidak bagus lagi
DAFTAR PUSTAKA
23
Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4Gadjah Mada UnuversityPress: Yogyakarta.Hafez, E.S.E. 1990.Reproduction in Farm Animals edisi ke-7Anonim, 1980. Anatomi Veteriner. Laboratorium Anatomi IPB: BogorBudipitojo, Teguh. 2011. Sistem Reproduksi Jantan. Laboratorium Mikroanatomi FKH UGM:Yogyakarta
http://alirahmatbbr.blogspot.com/2013/04/laporan-pratikum-labembriologi.htmldiakses pada tanggal 13 Mei 2014 J. Agroland 16 (2) : 180 - 186, Juni 2009 Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Penerbit Tarsito : Bandung
24