LAPORAN PENELITIAN TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN PARUNG-BOGOR PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010 Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Nunung Irmawaty Sirfefa NIM : 107103003825
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010/1431
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Penelitian ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperooleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam pennuulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakulatas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 4 Oktober 2010
Nunung Irmawaty Sirfefa
ii
TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN PARUNG-BOGOR PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhhi Pesrsyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh Nunung Irmawaty Sirfefa NIM: 107103003825
Pembimbing
Dr Ayat Rahayu, SpRad,M.kes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN PARUNG-BOGOR PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010 yang diajukan oleh Rosalia Oktaviani (NIM: 107103001763), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 7 Oktober 2010. Laporan Penelitian ini telah doterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. Jakarta, 4 Oktober 2010
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun juduk yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah “Tingkat Status Gizi Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqqien Parung Pada Bulan Agustus Tahun 2010” Dalam penyusunan penelitian ini, penulis telah mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki. Namun tetap ada hambatan an kendala yang harus dilewati. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis menghaturkan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Ibunda Nuriati Kaembo, dan Ayahanda Arifin Sirfefa yang selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moril dan meteriil, serta doa yang tiada henti untuk penulis. Terimakasih sedalam-dalamnya terhadap kasih saying kedua orang tua yang diberikan kepada penulis, yang tidak dapat tertuliskan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 2. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjuddin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM, selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu, menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dari awal sampai akhir penelitian ini. 5. dr. Erfira, SpM, selaku penguji yang telah memberikan penilaian serta pembenaran pada penelitian ini. 6. Bapak, Ibu dosen dan segenap Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis. 7. Adikku tersayang, Didid irmawan Sirfefa dan Jae Khoirun Sirfefa yang telah memberikan dukungan dan doa setiap saat.
v
8. Teman-teman sejawat PSPD ’07 yang telah bersama-sama menjalani aktivitas preklinik dengan pengalaman-pengalaman yang tidak akan terlupakan. 9. Teman-teman seperjuangan penelitian, Rosalia Oktaviani, Usep Saepul Imam, Ryan Tresna Putra, Samsul Arifin, M. Jauharil Wafi dan Yusuf Briliant. 10. Emilia Sari yang telah membantu penulis dalam menganalisa penelitian ini. 11. Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun bagi penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, 4 Oktober 2010
Penulis
vi
Nunung Irmawaty Sirfefa Program Studi Pendidikan Dokter Tingkat Status Gizi Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor Pada Bulan Agustus Tahun 2010 ABSTRAK
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Dan keadaan gizi seseorang dapat terlihat dengan mengetahui Status gizi. Salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi adalah remaja. Dan berkaitan dengan hal tersebut, pondok pesantren merupakan salah satu tempat dimana keberadaan remaja yang menjadi santri khususnya santriwati belum banyak diperhatikan terutama masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat status gizi santriwati Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada tahun 2010. Didalamnya akan dibahas karakteristik santriwati mengenai usia, asal propinsi, kelas, dan lama tinggal di Pondok Pesantren serta keadaan status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada Bulan Agustus Tahun 2010. Sedangkan yang menjadi sampel adalah santriwati Madrasah Tsanawiyah Sejumlah 120 orang. Penelitian ini adalah deskriptif dengan metode simple random sampling. Pengumpulan data secara kuesioner. Data akan di analisa dengan SPSS versi 16,0. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/U 59,20% responden memiliki status gizi yang baik. Sedangkan berdasarkan TB/U 81,7% memiliki status gizi yang baik. Berdasarkan BB/TB terdapat 40,0% santri dengan status gizi baik. Kata Kunci
: Status gizi, Santriwati, Pondok Pesantren, BB/U, TB/U, BB/TB
Nunung Irmawaty Sirfefa Deapartmen of Medicine
vii
Nutrition status in Female Student (Sanntriwati) of Islamic Junior High School of Darul Muttaqien Boarding School Parung-Bogor in August 2010
ABSTRACT Nutrition was one of main determinat of human resources quality. And this can be showed with nutrition status. One of group whom susceptible with nutrition problem were adolescents. And related that problem, Boarding school is one of place where many adolescent who become student (Santri) especially female student (Santriwati) susceptible with this problem. The aim of this study was to know nutrition status in female student (Santriwati) of Islamic Senior High School of Darul Muttaqien Boarding School Parung-Bogor in August 2010. In this study will be explained about characteristic of female student (santriwati) such as age, provincial area, class, and time of they have lived in the Boarding School. This study also will explain the nutrition status with parameter of weight for age, stature for age, and weight for stature. The research is quantitative study with 120 samples from population of female student (santriwati) in Islamic Junior High School of Darul Muttaqien Boarding School, randomized by simple random sampling method. The research used by this study is descriptive method. Data collected by a questionnaire filled by respondent and measured by researcher. Data analyzed by a SPSS (statistic Package for Sosial Science) 16.0 version. The research find that 59,0% respondents have good nutrition status by weight for age percentile. 81,7% respondents have good nutrition status by stature for age percentile. 40,00% respondents have good nutrition status by Weight for statur percentile. Key word for stature
: Nutrion status, santriwati, boarding school, weight for age, stature for age, weight
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………… iii LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………….. iv KATA PENGANTAR………………………………………………………………....... v ABSTRAK……………………………………………………………………………….. vii ABSTRACT……………………………………………………………………………… viii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ix DAFTAR TABEL……………………………………………………………………..... x DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………..... xii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………. xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………... 3 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………… 3 1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………. 3 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………………. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Status Gizi………………………………………………………………. 5 2.1.2 Karbohidrat…………………………………..…………………………. 8 2.1.3 Protein……………..……………………………………………………. 10 2.1.4 Lipid……………………………..……………………………………… 12 2.1.5 Vitamin……………………………..…………………………………… 13 2.1.6. Angka Kecukupan Gizi………………………………………………… 14 2.1.7. Cara Memenuhi Angka Kecukupan Gizi………………………………. 15 2.1.8. Masalah Gizi Indonesia ………………………………………………… 15 2.1.9. Antropomettri Gizi ……………………………………………………... 17 2.2 Kerangka Konsep……………………………………………………………… 28 2.3 Definisi Operasional…………………………………………………………… 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian………………………………………………………………. 30 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………………. 30 3.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………………….. 30 3.4 Cara Pengambilan Data……………………………………………………….. 32 3.5 Managemen Data……………………………………………………………… 33 3.6 Analisis Data…………………………………………………………………... 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil…………………………………………………………………………… 36 4.2 Pembahasan…………………………………………………………………… 45 BAB V RINGKASAN DAN SARAN 5.1 Ringkasan…………………………………………………………………….. 47 5.2 Saran………………………………………………………………………….. 47 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 49 LAMPIRAN……………………………………………………………………………... 50 ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Komposisi Bahan Makanan Mengandung Karbohidrat……………… 10 Tabel 2.2 Kandungan Protein Dalam Makanan…………………………………………. 12 Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur……………………….. 12 Tabel 2.4 Angka Kecukupan Protein Yang di Anjurkan……………………………….. 13 Tabel 2.5 Nilai Lemak Berbagai Bahan Makanan……………………………………… 14 Tabel 2.6 Jumlah Kebutuhan Vitamin Harian…………………………………………… 15 Tabel 2.7 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/U……………………………………. 25 Tabel 2.8 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan TB/U……………………………………. 26 Tabel 2.9 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/TB………………………………….. 27 Tabel 2.10 Definisi Operasional…………………………………………………………… 32 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur…………………………… 25 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asal Propinsi………………….. 26 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas Pendidikan…………….. 28 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren…... 43 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U…………….. 44 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan TB/U……………... 44 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan BB/TB…………… 45 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Asal Propinsi dengan BB/U…………………………………………………………………………. 46 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Asal Propinsi dengan TB/U………………………………………………………………………….. 47 Tabel4.10 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Asal Propinsi dengan BB/U………………………………………………………………………….. 48 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren dengan BB/U……………………………………………………… 49 x
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren dengan TB/U……………………………………………………….. 50 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren dengan BB/TB……………………………………………………… 50
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep…………………………………………………………….. 32
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian……………………………………………………..
42
Lampiran 2
Hasil Analisis Univariat……………………………………………. ……
44
Lampiran 3
Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………...
58
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Berdasarkan peringkat HDI {Human Development Index), tentang Status Gizi Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (peringkat 56), Filipina (77), Thailand (67), apalagi bila dibandingkan dengan negara Singapura (22) serta Brunei (25). Faktor-faktor yang menjadi penentu HDI yang dikembangkan oleh UNDP (United Nations Development Program) adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan dengan status gizi masyarakat (Muhilal, 2001). Rendahnya HDI dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia, yang dapat ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi sebesar 35 per seribu kelahiran hidup, dan angka kematian balita sebesar 58 per seribu serta angka kematian ibu sebesar 307 per seratus ribu kelahiran hidup (UNDP, 2001).
Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi masyarakat (DEPKES 2008). Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan kurang vitamin A (Husaini, 2006). Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu status gizi mempengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu, dan produktivitas kerja.
Sebenarnya masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Masalah gizi pun mendapat perhatian besar di Indonesia, namun sampai saat ini belum mendapatkan penyelesaian yang pasti. Dan dibalik status gizi ini, balita, anak-anak dan remaja merupakan usia yang sering menderita penyakit yang berkaitan dengan gizi. (Nyoman Supariasa,2002) Disebabkan karena terkadang anak-anak dan remaja tidak pernah memperhatikan pola makan, jenis makanan yang bergizi dan cukup untuk mereka 1
2
konsumsi. Karena pada masa-masa ini mereka lebih memilih bermain di bandingkan memikirkan pola makan yang sebenarnya penting di masa yang akan datang. Oleh karena itu peran orang tuapun dibutuhkan. Namun, saat anak-anak jauh dari orang tua, pola makan, makanan yang cukup jadwal makanan yang seharusnya sudah diterapkan di rumah, tidak lagi terkontrol. Contohnya saat anak- anak di sekolahkan ke pondok pesantren. Anak-anak akan jauh dari pengawasan orang tua.
Pondok Pesantren pada awal diberdirikan dengan pengertian yang sederhana, yaitu tempat pendidikan para santri dan santriwati untuk mempelajari pengetahuan agama Islam di bawah bimbingan seorang Guru/Ustadz/Kyai, dengan tujuan untuk menyiapkan santri dan santriwati agar dapat menguasai Ilmu Agama Islam sehingga dapat memperbanyak jumlah kader dakwah Islamaiyahnya. Oleh karena itu pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri dan santriwati menjadi orang yang bertaqwa, berakhlak mulia serta memiliki kecerdasan yang tinggi (Hasan, 2005).
Santri dan santriwati yang berada di Pondok Pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perhatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santripun tidak berbeda dengan permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum. Bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati. Seperti yang kita ketahui masalah kesehatan yang sering terdengar di pondok pesantren adalah masalah penyakit kulit dan gizi. (Hasan 2005). Oleh karena itu, pondok pesantren seharusnya mendapatkan pemantauan yang lebih ketat terhadap status gizi para santri. Berdasarkan hal diatas, maka perlu diadakannya penelitian kepada para santriwati untuk mengetahui status gizi mereka. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul "Status Gizi Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor Pada Tahun 2010." Dari penelitian ini dapat terlihat gambaran status gizi para santriwati yang baru masuk ataupun yang sudah tinggal lama di pesantren.
3
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut, Bagaimana status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum : Untuk mengetahui status gizi santriwati di Madrasah Tsanawiyah Darul Mutaqien Parung Bogor pada tahun 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus : Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah:
Mengetahui Karakteristik (usia, asal propinsi, kelas dan lama di pesantren) santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010.
Mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010 berdasarkan Berat Badan terhadap Umur (BB/U).
Mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010 berdasarkan Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U).
Mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010 berdasarkan Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB).
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang Tingkat Status Gizi Santriwati Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada bulan Agustus tahun 2010 ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.4.1
Instansi Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor
4
Sebagai gambaran bagi instansi mengenai tingkat status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah pada bulan Agustus tahun 2010.
Menjadikan sebuah wacana untuk lebih ditingkatkannya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya gizi serta pengaruh pola makan tentang status gizi, sehingga bisa mencegah munculnya masalah gizi kurang atau gizi lebih.
1.4.2
Peneliti dan Penelitian Selanjutnya Sebagai prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan klinik Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sebagai bahan kajian atau awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap tingkat status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung pada bulan Agustus tahun 2010.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus 2010 terhadap santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Dengan kuesioner yang diisi langsung oleh santriwati dan dengan melakukan pengukuran pada berat badan dan tinggi badan santriwati. Desain studi yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan penelitian untuk mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung pada tahun 2010.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Status Gizi 2.1.1.1 Deflnisi Status Gizi dan Gizi Status gizi (Nutrition Status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk Variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh; Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh. Pengertian lain tentang status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat- zat gizi dibedakan antara status gizi buruk , kurang baik dan lebih (Sunita Almatsier,2004).
Pengertian lain tentang status gizi adalah keadaan kesehatan individuindividu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Sunita Almatsier, 2001). Sedangkan menurut Beck (1993) status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan dan keseimbangan antara masukan nutrien.
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yakni untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang gizi mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia yang sekarang sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain dianggap sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia berkualitas. 5
6
2.1.1.2 Ruang lingkup Gizi Bila dikaji ilmu gizi lebih mendalam, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkupnya cukup luas. Perhatian ilmu gizi dimulai dari cara produksi pangan (agronomi dan peternakan); perubahan- perubahan yang terjadi pada pasca panen mulai dari penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan. Konsumsi makanan dan cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat dan sakit. Oleh karena itu ilmu gizi sangat erat kaitannya dengan ilmu- ilmu argonomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekuler dan kedokteran. Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan, kebiasaan makan dan keadaan ekonomi maka ilmu gizi juga berkaitan dengan ilmu-ilmu social seperti artopologi, sosiologi, psikologi dan ekonomi (Sunita Almatsier,2004).
2.1.1.3 Kebutuhan Gizi Berkaitan Dengan Proses Tubuh Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang haras didatangkan dari makanan . Bila dikelompokkan ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu (Sunita Almatsier,2004).
A. Memberi Energi Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah yang paling banyak dalam bahan pangan. Dan berfungsi sebagai bahan pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar (Sunita Almatsier,2004).
B. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel
7
yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat tersebut dinamakan zat pembangun (Sunita Almatsier,2004).
C. Mengatur Proses Tubuh Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membantuk antibody sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat merusak tubuh. Mineral dan Vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses oksidasi, fungsi normal otot dan saraf serta banyak proses lain yang terjadi ditubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan dalam tubuh, seperti didalam darah, cairan pencernaan, jaringan, dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa ekskresi. Dalam mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air dan vitamin dinamakan zat pengatur (Sunita Almatsier,2004).
2.1.1.4 Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum dalam tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih teijadi gangguan gizi (Sunita Almatsier,2004).
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila sususan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan tergangguanya
8
pencernaan, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim (Sunita Almatsier,2004). Faktor-faktor yang mengganggu absorbsi zat-zat gizi adalah penggunaan laktan atau obat cuci perut. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat-zat gizi adalah penyakit hati, diabetes mellitus, kanker, penggunaan obat-obat tertentu, minuman berakohol dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi adalah
poliuria,
banyak
keringat
dan
penggunaan
obat-obat
(Sunita
Almatsier,2004).
2.1.2. Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui proses fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari, mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (FFO) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana yaitu glukosa (Sunita Almatsier,2004).
2.1.2.1 Kebutuhan Sehari-hari Bila tidak ada karbohidrat asam amino dan gliserol yang berasal dari lemak dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan system saraf pusat. Oleh sebab itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia. Untuk memelihara kesehatan WHO menganjurkan agar 55-75 % konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10 % berasal dari gula sederhana (Sunita Almatsier,2004).
2.1.2.2 Sumber Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau sereal, umbi- umbian, kacang-kacangan kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan selai sirup dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak megandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relative lebih banyak mengandung karbohidrat dari
9
pada sayur daun-daunan. Bahan makanan berwarna seperti daging, ayam, ikan, telur dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber kabohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, ubi singkong, talas dan sagu (Sunita Almatsier,2004).
Tabel 2.1. Daftar Komposisi Bahan Makanan Nilai Karbohidrat (KH) berbagai Bahan Makanan (gram/100 gram) Bahan Makanan
Nilai KH
Bahan Makanan
Nilai KH
Gula Pasir
94
Kacang Tanah
23,6
Gula Kelapa
76
Tempe
12,7
Jelli
64,5
Tahu
1,6
Pati (Meizena)
87,6
Pisang Ambon
25,8
Apel
14,9
Bihun
82
Makaroni
78,7
Mangga Harumanis
11,9
Beras Setengah Giling
78,3
Pepaya
12,2
Jagung Kuning/Pipil
73,3
Daun Singkong
13
Kerupuk Udang
68,2
Wortel
9,3
Mie Kering
50
Bayam
6,5
Roti Putih
50
Kangkung
5,4
Singkong
34,7
Tomat Masak
4,2
Ubi Jalar Merah
27,9
Hati Sapi
Kentang
19,2
Telur Bebek
0,8
Kacang Ijo
62,9
Telur Ayam
0,7
Kacang Kedelai
34,8
Susu Sapi
4,3
Kacang Merah
59,5
Susu Kental Manis
Sumber : Depkes 2002
6
4
10
2.1.3. Protein
Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang dijumpai dalam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan kebanyakan juga mengandung sulfur. Bobot molekulnya berkisar dari 6000 sampai beberapa juta. Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang polipeptida dari asam-asam amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan ini dinamakan struktur primer dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau menggulung. Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Bentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini dinamakan struktur tersier. Struktur kuartener muncul dari hubungan struktural beberapa polipeptida yang terlibat. Jika dipanaskan di atas 50 oC atau dikenai asam atau basa kuat, protein kehilangan struktur tersiernya yang khas dan dapat membentuk koagulat yang tak larut (misalnya putih telur) (Sunita Almatsier,2004).
2.1.3.1 Sumber Protein Sumber Protein berasal dari protein hewani maupun nabati, yaitu: Tabel 2.2. Kandungan Protein Dalam Makanan Kandungan Protein Dalam Berbagai Jenis Makanan Jenis Makanan
Protein
Jenis Makanan
% Kacang Tanah Daging direbus
Babi
26,9 yang
25
Protein %
Daging Domba
18
Daging Sapi
17,5
24,2
Ikan Laut
17,2
23,9
Walnut
21,6
Daging Babi
19,6
Roti Putih
12,8
Susu Murni
Tuna, kalengan 15
Keju 15,2
Daging Ayam 9
Kacang Mede Telur
Sumber : Ilmu Gizi (Sediaoetama, 2000)
3,2
11
2.1.3.1 Kebutuhan Protein Rata-rata kebutuhan harian protein adalah 30-50 gram. Karena 20-30 gram protein tubuh dipecahkan dan digunakan untuk menghasilkan zat kimia untuk kebutuhan tubuh lainnya setiap hari. Oleh sebab itu, semua sel harus terus menerus membentuk protein baru utuk menggantikan protein yang telah diuraikan, dan suplai protein dalam makanan dibutuhkan untuk memenuhi tujuan ini. Seseorang mausia rata-rata dapat mempertahankan cadangan protein normal, asalkan asupan hariannya diatas 30 sampai 50 gram (Guyton & Hall, 2008)
Tabel 2.3. Angka Kecukupan Protein menurut Kelompok Umur Kelompok Umur (Tahun)
AKP gram/kb berat badan
0-0,5 thn
Laki-laki 1,86 (85% dari
Perempuan 1,86 (85% dan
ASI) 1,39 (80% dari
ASI) 1,39 (80% dari
ASI) 1,08 1 1,96 0,75 0,75
ASI) 1,08 1 1,9 0,75 0,75
0,5-2,0 thn 4-5 thn 5-10 thn 10-18 thn 18-60 thn 60 +
Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004
Tabel 2.4. Angka Kecukupan Protein yang di Anjurkan (per orang per hari) Golongan Umur
10-12 th 13-15 th 16-19 th 20-45 th 46-59 th > 60 th
Wanita BB
TB
(kg) 35 46 50 54 54 54
Laki-laki Protein
BB
TB
Protein
(cm)
(g)
(kg)
(cm)
(g)
140 153 154 156 154 154
54 62 51 48 48 48
30 45 56 62 62 62
135 150 160 165 165 165
45 64 66 55 55 55
Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004
12
2.1.4.
Lipid
Istilah lipid meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipid, sterol dan ikatan lain sejenis yang terdapat didalam makanan dan tubuh manusia. Lipid mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut non-polar, seperti etanol, eter, kloroform, dan benzene (Sunita Almatsier,2004).
2.1.4.1. Sumber Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya) mentega, margarin dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju dan kuning telur serta makanan yang di masak dengan lemak atau minyak (Guyton & Hall.2008) Tabel 2.5. Nilai Lemak Berbagai Bahan Makanan Nilai Bahan Makanan Minyak Kacang Tanah Minyak Kelapa Sawit Minyak Kelapa
Lemak 100
Nilai Bahan Makanan Lemak Sapi
Lemak 90
100
Mentega
81,6
98
Margarin Coklat
81
Ayam Daging Sapi Telur Bebek Telur Ayam Sarden dalam Kaleng Ikan Segar Udang Segar kacang Tanah
25 14 14,3 11,5 27
52,9 20,3 10 3,5 1
4,5 0,2
Manis/Batang Keju Susu kental Manis Susu Sapi Segar Tepung Susu Eskrim Biskuit Mie Kering
terkelupas Kelapa Tua, Daging
42,8 34,7
Jagung Kuning Roti Putih
3,9 1,2
14,4 11,8
13
Beras Setengah Kacang Kedelai,kering Tahu Tempe Tepung Susu
18,1
Giling
1,1
4,6 4 30
Singkong Apokat Durian
0,3 6,5 3
Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004
2.1.4.2. Kebutuhan Lemak Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (2000) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 20-30% kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan (Terapi Diet dan Gizi RS ed 2) Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Diantara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7 % dari lemak tidak jenuh-ganda. Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah < 300 mg/hari (Guyton & Hall).
2.1.5.
Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk metabolism secara normal yang tidak dapat dibuat di dalam sel tubuh. Kekuragan vitamin dalam diet dapat menyebabkan defisit metabolik yang penting. Tabel 2.6 mencantumkan jumlah vitamin penting yang dibutuhkan sehari-hari oleh seorang manusia rata-rata. Kebutuhan ini bervariasi sekali, bergantung pada faktor- faktor seperti ukuran tubuh, kecepatan pertumbuhan, jumlah latihan dan kehamilan (Sunita Almatsier,2004).
14
Tabel 2.6. Jumlah kebutuhan Vitamin harian.
Vitamin A Tiamin Riboflafm Niasin Asam Askorbat D E K Asam Folat B 12 Piridoksin
Jumlah 5000 IU 1,5 mg 1,8 mg 20 mg 45 mg 400 IU 15 IU 70 pg 0,4 mg 3 Pg 2 mg
Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004
2.1.6.
Angka Kecukupan Gizi
2.1.6.1. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktifitas fisik. Oleh karena itu perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai dengan rata-rata penduduk yang hidup didaerah tertentu. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan sebagai standar, guna mencapai status gizi optimal bagi penduduk (Sunita Almatsier,2004).
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). AKG ini kemuadian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala tiap lima tahun sekali (Sunita Almatsier,2004).
15
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut : (Sunita Almatsier,2004).
Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk. Untuk ini perlu diketahui pola pangan dan distribusi penduduk. Karena angka AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan pada tingkat faal, maka dalam merancang produksi pangan perlu diperhitungkan kehilangan yang terjadi tiap tahap perlakuan pascapanen.
Menginterpretasikan
data
konsumsi
makanan
perorangan
ataupun
kelompok. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam penetapan AKG digunakan patokan berat badan tertentu. Bila hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari patokan berat badan yang digunakan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap angka kecukupan.
Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah. industri/perkantoran, asrama, panti asuhan dan lain sebagainya, juga perlu diperhatikan berat badan rata-rata, aktifitas yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan gizi untuk penyembuhan. Institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap sehari perlu memperhatikan proporsi AKG yang perlu dipenuhi melalui penyediaan makanan
2.1.7.
Merencanakan program penyuluhan gizi.
Cara Memenuhi Angka Kecukupan Gizi
Karena masih kurangnya pengetahuan, AKG belum dapat ditetapkan untuk semua zat gizi yang sudah diketahui. Akan tetapi AGK untuk zat-zat gizi yang sudah ditetapkan dapat dijadikan pedoman. Oleh sebab itu, dianjurkan agar menu seharihari terdiri atas bahan pangan berfariasi yang diperoleh dari berbagai golongan bahan pangan. Di Indonesia pola menu seimbang terganbar dalam 4 sehat 5 seimbang dan Pedoman Umura Gizi Seimbang (PUGS) (Sunita Almatsier,2004).
2.1.8.
Masalah Gizi di Indonesia 2.1.8.1. Masalah Gizi Kurang
Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan dalam pembangunan jangka panjang tahap 1 disertai dengan perbaikan distribusi pangan,
16
perbaikan ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat telah banyak memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Namun, empat masalah gizi kurang yang dikenal semenjak pelita I hingga sekarang masih ada walaupun dalam taraf jauh berkurang (DEPKES,2008)
A. Kurang Energi Protein Kurang energi protein disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak hal ini dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktifitas kerja dan derajat kesehatan, sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit (DEPKES.2008)
B.
Anemia Gizi Besi Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan
kekurangan zat besi. Angka nasional prevalensi anemia gizi besi baru dikumpulkan pada tahun 1999 melalui survey Kesehatan rumah Tangga untuk ibu hamil, yaitu sebesar 70% dan pada tahun sebelumnya mencatat prevalensi AGB untuk ibu hamil sebesar 63,5% dan balita 55,5 %. Terlihat bahwa angka anemia gizi besi malah menigkat dr tahun sebelumnya (DEPKES,2008)
C.
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Kekurangan iodiumterutama terjadi didaerah pegunungan, dimana tanah
kurang mengandung iodium. Sering di daerah Bukit Barisan Sumatra, daerah pegunungan di Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya. Didaerah tersebut GAKI terdapat secara endemik (DEPKES,2008)
2.1.8.2. Masalah Gizi Lebih
Masalah gizi lebih baru muncul dipermukaan pada awal tahun 1998. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan. Pola makan tradisional yang dulunya tinggi karbohidrat, tinggi serat
17
kasar dan rendah lemak, berubah kepola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak. Sehingga menggeser mutu makanan menjadi tidak seimbang. Perubahan pola makan ini depercepat dengan makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi (DEPKES,2008).
Data antroprometri anak balita (BB/U) yang dikumpulak melalui susenas dan dianalisis oleh director Bina Gizi Masyarakat Depkes dengan menggunakan Kriteria +0,2 SB, sebagai ambang batas gizi lebih/kegemukan, menunjukkan bahwa dalam 10 tahun prevalensi gizi lebih pada balita meningkat dari 0,77% hingga 4,485 (DEPKES,2008)
2.1.9.
Antropometri Gizi
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometn artinya ukuran dari tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Nyoman Supariasa,2002)
Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antrepometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : Berat badan, Tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status- gizi dari berbagai ketidak keseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti, lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Nyoman Supariasa,2002).
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah: (Nyoman Supariasa,2002)
Alatnya mudah didapat dan digunakan
Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. Contohnya, apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita, maka dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa harus
18
persiapan alat yang rumit. Berbeda dengan pengukuran status gizi dengan metode biokimia. apabila terjadi kesalahan maka harus mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu yang relative mahal dan rumit.
Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
Biaya relatif murah, karena alkat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lain.
Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas (cut o f f points) dan buku rujukan yang sudah pasti.
Secara ilmiah diakui sebenarnya. Hampir semua Negara menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini disebabkan karena antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.
2.1.9.1. Keunggulan Antropometri
Memperhatikan faktor diatas, maka dibawah ini akan diuraikan keunggulan antropometri gizi sebagai berikut: (Nyoman Supariasa,2002)
Prosedurnya sederhana, am an dan dapat dilakukan dalam jumlah sempel yang besar.
Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dan dapat melakukan pengukuran antropometri. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melakukan kegiatannya secara rutin.
Alatnya murah. mudah dibawah. tahan lama, dapat dipesan dan dibuat didaerah setempat.
Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau
Umumnya dapat mengindentifikasikan status gizi sedang, kurang dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.
Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
19
2.1.9.2. Kelemahan Antropometri
Disamping keunggulan metode penentuan status gizi secara antropometri, terdapat pula beberapa kelemahan, yaitu: (Nyoman Supariasa,2002).
Tidak sentitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zing dan Fe.
Faktor diluar gizi (penyakit genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri.
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi. Kesalahan ini terjadi karena pengukuran yang salah, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru. Sumber kesalahan biasanya berliubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup. kesalahan alat atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran.
2.1.9.3. Jenis Parameter
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain, umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit (Nyoman Supariasa,2002).
A.
Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi, kesalahan
penetuan umur akan menyebabkan inteipretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila disertai dengan penentuan umur yang tepat (Nyoman Supariasa,2002).
B.
Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang juga penting dan
paling sering digunakan. Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi
20
normal atau BBLR. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja lemak memberikan penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot. Khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi (Nyoman Supariasa,2002).
Berat badan merupakan pilihan utama dalam berbagai pertimbangan, antara lain: (Nyoman Supariasa,2002).
Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas.
Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan atau menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian.
Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.
Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pesedaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah digunakan oleh masyarakat..
C. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan parameter untuk keadaan yang lalu dan keadaan yang sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat di kesampingkan (Nyoman Supariasa,2002).
21
2.1.9.4. Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi, kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks telah di perkenalkan. Di Indonesia ukuran baku basil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan dan tinggi badan digunakan baku HARVARD yang disesuaikan untuk Indonesia. Dan untuk lingkar lengan atas digunakan baku WOLANSKI. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan antara lain: Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Nyoman Supariasa,2002).
A. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Dalam
keadaan
normal
dimana
keadaan
kesehatan
baik
dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang normal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang stabil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Nyoman Supariasa,2002). Kelebihan Indeks BB/U : Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum
Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronik
Berat badan dapat berfluktuasi
Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
Kelemahan
Indeks
BB/U
(Nyoman
Supariasa.2002).
Disamping
mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain :
22
Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema atau asites.
Di daerah pedesaan yang masih terpeneil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencacatan umur yang belum baik.
Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak usia dibawan 5 tahun.
Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakiian atau gerakan anak pada saat penimbangan.
Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya.
Tabel 2.7 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/U Indeks BB/U % > 110 80-100 <80-60 <60
Klasifikasi Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004
B. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antrepometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama (Nyoman Supariasa.2002). Keuntungan Indeks TB/U (Nyoman Supariasa,2002).
Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah di bawa Kelemahan Indeks TB/U (Nyoman Supariasa,2002).
23
Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.
Ketepatan umur sulit didapat.
Tabel 2.8. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan TB/U Indeks TB/U % Klasifikasi > 110 Gizi Lebih 100-95 Gizi Baik <95-85 Gizi Kurang < 85 Gizi Buruk Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004
C. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB). Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB adalah indeks yang independent terhadap umur (Nyoman Supariasa,2002). Keuntungan Indeks BB/TB (Nyoman Supariasa,2002). Tidak memerlukan data umur. Dapat membedakan propordi badan (grmuk,normal atau kurus) Kelemahan Indeks BB/TB (Nyoman Supariasa,2002). Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badannya dan kelebihan tinggi badan menurut umumya karena faktor umur tidak dipertimbangkan. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita. Membutuhkan 2 macam alat ukur. Pengukuran relative lebih lama. Membutuhkan 2 orang untuk melakukannya.
24
Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.
Tabel 2.9. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/TB Indeks BB/TB % Klasifikasi > 110 Gizi Lebih 100-90 Gizi Baik <90-70 Gizi Kurang < 70 Gizi Buruk Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004
D. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Nyoman Supariasa, 2002)
Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran- ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Nyoman Supariasa,2002).
25
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak sekolah (Nyoman Supariasa,2002). Rumus :
2.1.10. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. 'Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (DEPKES,2008)
A. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
Pendapatan Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi. Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga (DEPKES,2008) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya. Pendapatan
orana-orang
miskin
meningkat
otomatis
membawa
peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga ( Khomsan, 2003)
26
Pendidikan Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (DEPKES 2008) Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan itu adalah suatu proses, maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan institusi yang bersangkutan (Nyoman Supariasa,2002)
Pengetahuan Tentang Gizi Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang akan diberikan. Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bennanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik (DEPKES,2008)
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan bagi setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan engan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang (Nyoman Supariasa,2002).
Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan
27
kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Nyoman Supariasa,2002).
Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Nyoman Supariasa,2002)
B. Faktor Internal Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
Usia Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nyoman Supariasa,2002).
Kondisi Fisik Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode- hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan Untuk pertumbuhan cepat (Nyoman Supariasa,2002).
Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencema makanan (Nyoman Supariasa,2002).
28
2.2. Kerangka Konsep
Faktor Ekstrinsik :
Pendidikan Pengetahuan Gizi Pendapatan Pekerjaan Budaya Asupan Makanan
Faktor Intrinsik :
Usia Kondisi Fisik Infeksi Genetk
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
2.3. Definisi Operasional Tabel 2.10. Definisi Operasional No. Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat
Skala
Hasil Ukur
Ukur 1.
Umur
Lamanya hidup responden
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Wawancara
Kuesioner
Nominal
1. Antara 11- 14 tahun
yang dihitung dalam tahun sejak lahir sampai saat penelitian berlangsung
2.
Asal
yaitu tempat tinggal
1. JawaBarat
Daerah
responden yang
2. Jawatengah
tercatat,sebelum masuk ke
3. Tanggerang
Pondok Pesantren
4. DKI 5. Sumatra 6. Kalimantan
3.
Lama
di yaitu
lama
responden
Pesantre n tinggal dipesantren, dimulai
Wawancara
Kuesioer
Nominal
1.
1 minggu
2.
1 bulan 2
saat pertamakali
minggu 3.
1 tahun
29
4
Berat
Berat badan responden yang
Mengukur
Timbanga
badan
diukur
berat badan
n
Mengukur
Meteran
dengan
menggunakan
Nominal
1.
Antara 29-75
timbangan
badan
5
6
Tinggi
Tinggi
badan
yang diukur menggunakan
tingkat
meteran
badan
BB/U
badan
responden
Indeks antropometri
yang
Nominal
1.
Antara 135164
Menghitung
Kurva
diukur dari berat badan
status Gizi
CDC
responden yang diteliti di
berdasarkan
pagi dengan berat badan
BB/U
Ordinal
1. Gizi lebih = > 100% 2. Gizi Baik = 80100%
seharusnya sesuai dengan
3. Gizi kurang=<80-
umur responden
60% 4. Gizi buruk = < 60%
7
TB/U
Yaitu indeks antropometri
Menghitung
Kurva
yang diukur dari tinggi
status gizi
CDC
badan
berdasarkan
responden
yang
diteliti di bagi dengan tinggi badan
seharusnya
Ordinal
1. Gizi lebih = > 100% 2. Gizi Baik = 95-
TB/U
100%
sesuai
3. Gizi Kurang=< 95-
dengan umur responden
85% 4. Gizi Buruk=<85%
8
BB/TB
Yaitu indeks antropometri
Menghitung
Kurva
yang
status gizi
CDC
diukur
dari
badan responden
berat
di bagi
dengan berat badan sesuai dengan responden
tinggi
badan
berdasarkan BB/TB
Ordinal
1. Gizi lebih = > 100% 2. Gizi Baik = 90100% 3. Gizi Kurang=< 9070% 4. Gizi Buruk=<70%
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Adapun dalam penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan status gizi pada santriwati Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Darul Muttaqien parung tahun 2010. Sehingga desain yang di ambil peneliti adalah desain studi crossectional.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung-Bogor. Waktu penelitian adalah pada bulan Agustus 2010
3.3
Populasi dan Sampel 3.3.1
Populasi dan Sempel yang di Teliti
Populasi dalam penelitian ini adalah semua santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada tahun 2010.
Populasi terjangkau adalah santriwati yang berada di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor selama dilaksanakan penelitian.
Jumlah populasi Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor kelas VII = 57 santriwati, kelas VIII = 42 santriwati dan kelas IX = 27 santriwati. Jumlah Total Populasi adalah 126 santriwati
Sempel adalah santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang berada di tempat selama diadakan penelitian.
30
31
3.3.2
Jumlah Sampel Besar sempel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus estimasi dengan
presisi mutlak (Sastroasmoro S, dkk. 1995). n = P(1-P) (Z2/d2) Jawab
d = 0,1 Z = 1,96 n = P(1-P) (Z2/d2) = 0,5 (1-0,5). (1,962/0,12) = 96,04 responden Jadi jumlah data minimal yang harus di ambil 96 akan tetapi peneliti
untuk menghindari adanya kriteria eksklusi maka ditambahkan 10% dari jumlah minimal sehingga didapatkan 106 responden. Namun jumlah total sempel yang diambil yaitu 120 orang santriwati.
3.3.3. Cara Pengambilan Data A. Data Primer Status gizi yang diukur dengan menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan injak, dimana memiliki tingkat ketelitian 0,5 kg dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 kg. Cara Mengukur : a. Berat Badan
Meletakkan timbangan injak di lantai yang rata
Sebelum menimbang timbangan injak harus dalam posisi jarum pada angka 0 (nol)
32
Siswa ditimbang dengan melepas sepatu, topi dan meletakkan barang yang di bawa (hp, mainan)
Posisi siswa berdiri tegak lurus, pandangan lurus kedepan dan kedua kaki berada dalam timbangan.
Peneliti membaca angka pada jarum timbangan injak
b. Tinggi Badan
Menempelkan microtoise pada dinding yang lurus, datar setinggi 2 meter. Angka 0 (nol) berada di lantai datar rata.
Siswa diukur dengan melepaskan sepatu dan penutup kepala (siswa perempuan yang rambutnya memakai pita dilepas bila mengganggu pada saat pengukuran).
Siswa berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding dan pandangan harus lurus ke depan.
Menurunkan microtoise sampai rata pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada dinding.
Peneliti membaca angka pada skala yang Nampak pada lubang gulungan microtoise. Angka tersebut merupakan tinggi siswa.
B. Data Sekunder 1. Identitas responden diperoleh dari dua presensi atau biodata siswa disekolah 2. Gambaran umum lokasi diperoleh dengan cara melihat data inventaris gedung sekolah 3.3.4
Kriteria Sempel 3.3.4.1. Kriteria Inklusi
Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang tinggal dipesantren
33
Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang bersedia mengisi kuesioner, dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
3.3.4.2. Kriteria Eksklusi
Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang tidak berada di pesantren selama berlangsungnya penelitian
Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang tidak bersedia mengisi kuesioner, dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
3.4
Menejement Data 3.4.1 Pengumpulan Data 3.4.1.1 Data Primer Status gizi yang diukur dengan menimbang berat badan dengan timbangan injak yang mempunyai tingkat ketelitian 0,5 kg dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 cm 3.4.1.2 Data Sekunder Identitas responden (nama, umur, jenis kelamin, asal daerah, dan lama tinggal di pesantren.
3.4.2
Pengolahan dan Analisi Data Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui proses editing, koding,
pemasukan data dan verifikasi. Setelah itu data dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16 dengan menggunakan kerangka table yang
34
sudah dipersiapkan sebelumnya. Unutk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap variable yang diteliti akan digunakan analisis univariat. 3.5
Interpretasi Data Interpretasi data dilakukan secara deskriptif
3.6
Laporan data Laporan data telah disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian dipresentasikan teman sejawat dan staf pengajar.
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Demografi Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Parung Bogor. Melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan, serta wawancara untuk mendapatkan data umum. Sebelumnya dipesantren Darul Muttaqien Parung Bogor sudah pernah dilakukan penelitian tentang gizi. Namun, penelitian tersebut lebih kearah makanan yang dikonsumsi oelh para santri, tanpa menghubungkankannya dengan status gizi. Pondok Pesantren Darul Muttaqien terletak di wilayah desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri sebagai lembaga pesantren pada tahun 1988 M, tepatnya tanggal 18 Juli 1988. Sejarah berdirinya Darul Muttaqien terkait erat dengan dengan pemberian tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm.), seorang mantan wartawan senior Kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren se Indonesia) pada tahun 1987. Dan sampai sekarang luas lahan Pesantren Darul Muttaqien + 12 ha Santriwati makan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. penyediaan makanan dilakukan oleh staf Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor. Selain itu juga tersedia kantin yang juga menyediakan kebutuhan pangan santri. 4.1.2 Umur Responden Umur sangat berperan Dalam pengukuran status gizi, oleh karena itu umur digunakan sebagai patokan pengukuran status gizi dengan Antropometeri. Setiap tahun umur akan berubah dan secara otomatis kebutuhan tubuh kita semakin bertambah. Pada saat seorang wanita memasuki usia ke 12 tahun, dimana merupakan awal seorang wanita menstruasi, maka estrogen akan meningkat. Inipun akan menyebabkan perubahan porposi tubuh dan perubahanbentuk tubuh. Kejadain yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya cirri-ciri kelamin sekunder, menarche dan 36
37
perubahan psikis. Inilah yang menyebabkan umur sangat penting dalam menentukan status gizi (Nyoman Supariasa,2010). Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Respomden Berdasarkan Umur
Usia (Tahun)
Jumlah
Persentase
11
6
5%
12
45
37,50%
13
37
30,80%
14
32
26,70%
Total
120
100,0%
Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas didapatkan hasil bahwa responden paling banyak berusia 12 tahun yaitu sebesar 37,50%. Selanjutnya usia 13 tahun sebesar 30,80%, usia 14 tahun sebesar 26,70%, dan usia 11 tahun sebesar 5%. 4.1.3 Asal Propinsi Responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asal Propinsi
Asal Propinsi
Jumlah
Persentase
Jawa Barat
40
34,10%
Jawa Tengah
2
1,70%
DKI Jakarta
26
21,70%
Tangerang
43
35%
Sumatara
7
5,80%
Kalimantan
2
1,70%
Total
120
100,0%
Berdasarkan data dari tabel 4.2 di atas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak berasal dari Tangerang yaitu sebesar 35%. Selanjutnya berasal dari Propinsi
38
Jawa Barat sebesar 34,10%, dari Propinsi DKI Jakarta sebesar 21,70%,, dari Propinsi Sumatra sebesar 5,8%, dan 1,7% berasal dari Jawa Tengah dan Kalimantan.
4.1.4 Kelas Pendidikan Responden Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas
Kelas
Jumlah
Persentase
VII
53
44,20%
VIII
40
33,30%
IX
27
22,50%
Total
120
100,0%
Berdasarkan data dari tabel 4.3 diatas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak berasal dari kelas VII sebesar 44,20%. Selanjutnya kelas VIII sebesar 33,30%, dan dari kelas IX sebesar 22,50%. Kelas pendidikan mempunyai peran yang tidak begitu mencolok terhadap status gizi. Pada dasarnya santriwati yang duduk di kelas IX, mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan santriwati yang duduk di kelas VII.
4.1.5 Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren
Lama tinggal dipesantren 1 Minggu 1 Bulan 2 Minggu 2 Bulan 1 Tahun 1 Bulan 2 Tahun 1 Bulan
Jumlah 16 49 1 33 32
Persentase 5% 41,60% 0,80% 27,60% 25,80%
Total 120 100,0% Dari data pada tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa responden terbanyak sudah tinggal di pesantren selama 1 bulan 2 minggu yaitu sebanyak 41,60%. Selanjutnya 1
39
tahun 1 bulan sebanyak 27,60%, 2 tahun 1 bulan sebanyak 25,80%,
1 minggu
sebanyak 5% dan terakhir sudah berada di pesantren selama 2 bulan sebanyak 0,80%.
4.1.6 Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U Diantara bermacam-macam indeks antropometri, BB/U merupakan indicator yang paling umum digunakan sejak tahun 1972. Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang normal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau leb ih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan yang stabil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Nyoman Supariasa,2002) Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U
Status Gizi
Jumlah
Persentase
Gizi Lebih
36
30%
Gizi Baik
69
57,5%
Gizi kurang
15
12,5%
Total
120
100,0%
Berdasarkan data pada tabel 4.5 diatas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak dengan gizi baik yaitu sebesar 57,5%, responden dengan gizi lebih sebesar 30%, dan responden dengan gizi kurang sebesar 12,5%. 4.1.7 Status Gizi Responden Berdasarkan TB/U Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam Waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relative lama.
40
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Beradasarkan TB/U
Status Gizi
Jumlah
Persentase
Gizi Lebih
0
0%
Gizi Baik
98
81,70%
Gizi Kurang
22
18,30%
Total
120
100,0%
Dari data pada tabel 4.6 diatas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak dengan gizi baik yaitu sebesar 81,7% dan gizi kurang sebesar 18,30%.
4.1.8 Status Gizi Responden Berdasarkan BB/TB Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB adalah indeks yang independen terhadap umur (Nyoman supariasa,2002)
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan BB/TB
Status Gizi
Jumlah
Persentase
Gizi Lebih
41
34,2%
Gizi Baik
48
40,0%
Gizi Kurang
31
25,8%
Total
120
100,0%
Berdasarka data pada tabel 4.7 diatas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak dengan gizi baik yaitu sebesar 40,0%. Selanjutnya gizi lebih sebesar 34,2%, dan gizi kurang sebesar 25,8%.
41
4.1.9 BB/U dengan Asal Daerah Responden Asal daerah merupakan salah satu factor resiko dari tidak terkontrolnya status gizi. Dengan kebiasaan mengkonsumsi bahan makanan yang menjadi kebiasaan daerah tersebut. Beberapa daerah memiliki jenis makanan yang lebih moderent mengikuti kebiasaan orang asing. Misalnya daerah Tangerang dan DKI Jakarta, masyarakatnya lebih mengadopsi fast food dari pada kebiasaan pola makan sehat. Menurut penelitian yang dilakuakn oleh DINKES Provinsi Tangerang dalam satu potong double cheeseburger terkandung 13,34 gram lemak dan 118 miligram kolesterol. Sedangkan pada sepotong dada ayam siap saki terkandung 13,73 gram lemak serta 581 miligram kolesterol. Orang Indonesia tidak cukup hanya memakan daging ayam saja, masih ditambah dengan nasi putih atau kentang goring, bahkan juga es krim. Bayangkan berapa lemak dan kolesterol yang masuk kedalam tubuh kita sekal “mampir” kesebuah restoran fast food. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan terhadap Umur dengan Asal Daerah Responden di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor
Asal Daerah
Gizi Lebih
Tangerang
17 39,50% 8 30,80% 5 12,50% 0 0,0% 5 71,40% 1 50% 36 30%
DKI Jawa Barat Jawa Tengah Sumatra Kalimantan Total
Jumlah Gizi baik Gizi Kurang 17 39,50% 17 65,40% 32 80,00% 1 50% 1 14,30% 1 50,0% 69 57,5%
9 21,0% 1 3,80% 3 7,50% 1 50% 1 14,30% 0 0,0% 15 12,5%
Total 43 100,0% 26 100,0% 40 100,0% 2 100,0% 7 100,0% 2 100,0% 120 100,0%
Berdasarkan data pada tabel 4.8 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/U santriwati memiliki status gizi baik sebanyak 69 orang dengan presentase 57,5% dan daerah terbanyak adalah Jawa Barat sejumlah 32 orang dengan presentase 80,0%.
42
Terlihat juga dalam tabel tersebut cukup banyak santriwati yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 36 orang dengan presentase 30% dan terbanyak dari daerah Tangerang dengan sejumlah 17 orang dengan presentase 39,50%.
4.1.10 TB/U dengan Asal Daerah Responden
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Tinggi Badan Terhadap Umur dengan Asal Daerah Responden di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor Jumlah Asal Daerah Tangerang DKI Jawa Barat Jawa Tengah Sumatra Kalimantan Total
Gizi Lebih
Gizi baik
Gizi Kurang
Total
0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
38 88,40% 23 88,50% 30 75,00% 0 00,0% 5 71,40% 2 100% 98 81,7%
5 11,60% 3 11,50% 10 25,00% 2 100% 2 28,60% 0 0,0% 22 18,30%
43 100,0% 26 100,0% 40 100,0% 2 100,0% 7 100,0% 2 100,0% 120 100,0%
Berdasarkan data pada tabel 4.9 didapatkan hasil bahwa berdasarkan TB/U santriwati memiliki status gizi baik sebanyak 98 orang dengan presentase 81,7% dan daerah terbanyak adalah Tangerang sebanyak 38 orang dengan presentase 88,40%. Terlihat juga dalam tabel tersebut cukup banyak santriwati yang mengalami gizi kurang yaitu sebanyak 22 orang dengan presentase 18,30% dan terbanyak berasal dari daerah Jawa barat sejumlah 10 orang dengan presentase 25,00%.
4.1.11 BB/TB dengan Asal Daerah Responden
Tabel 4.10
43
Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Berat Badan Terhadap Tinggi Badan dengan Asal Daerah Responden di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor Jumlah Asal Daerah Tangerang DKI Jawa Barat Jawa Tengah Sumatra Kalimantan Total
Gizi Lebih
Gizi baik
Gizi Kurang
Total
15 34,90% 11 42,2% 10 22,50% 0 0,0% 5 71,40% 0 00,0% 41 34,20%
10 23,20% 13 50,1% 24 61,00% 0 00,0% 0 00,0% 1 50% 48 40,00%
18 41,90% 2 7,70% 6 15,50% 2 100% 2 28,60% 1 50% 31 25,8%
43 100,0% 26 100,0% 40 100,0% 2 100,0% 7 100,0% 2 100,0% 120 100,0%
Berdasarkan data pada tabel 4.10 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/TB santriwati memiliki status gizi baik sebanyak 48 orang dengan presentase 40,00% dan daerah terbanyak adalah Jawa Barat sebanyak 24 orang dengan presentase 61,00%. Terlihat juga dalam tabel tersebut cukup banyak santriwati yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 41 orang dengan presentase 34,20% dan terbanyak berasal dari daerah Tangerang sebanyak 15 orang dengan presentase 34,90%.
4.1.12 BB/U dengan Lama Responden Berada di Pondok
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Berat Badan Terhadap Umur dengan Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor
Jumlah Lama di Pesantren 1 Minggu
Gizi Lebih
Gizi baik
Gizi Kurang
Total
10
5
1
16
44
1 Bulan 2 Minggu 2 Bulan 1 Tahun 1 Bulan 2 Tahun 1 Bulan Total
62,00% 11 22,2% 1 100% 9 27,30% 5 15,65% 36 30,00%
31,80% 27 54,80% 0 00,0% 24 72,70% 24 74,95% 69 57,50%
6,20% 11 23,00% 0 00,0% 0 00,0% 3 9,40% 15 12,50%
100,0% 49 100,0% 1 100,0% 33 100,0% 32 100,0% 120 100,0%
Berdasarkan data pada tabel 4.11 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/U santriwati terbanyak memiliki status gizi baik dengan lama tinggal di Pondok Pesantren 1 bulan 2 minggu yaitu sejumlah 27 orang dengan presentase 54,80%.
4.1.13 TB/U dengan Lama Responden di Pondok
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Tinggi Badan Terhadap Umur dengan Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor
Jumlah Lama di Pesantren 1 Minggu 1 Bulan 2 Minggu 2 Bulan 1 Tahun 1 Bulan 2 Tahun 1 Bulan Total
Gizi Lebih
Gizi baik
Gizi Kurang
Total
0 00,0% 0 00,0% 0 00,0% 0 00,0% 0 00,0% 0 0,00%
13 80,60% 40 83,30% 1 100% 24 72,70% 23 78,80% 98 81,7%
3 19,40% 9 16,70% 0 00,0% 0 00,0% 7 21,20% 22 18,30%
16 100,0% 49 100,0% 1 100,0% 33 100,0% 32 100,0% 120 100,0%
Berdasarkan data pada tabel 4.12 didapatkan hasil bahwa berdasarkan TB/U santriwati terbanyak memiliki status gizi baik dengan lama tinggal di Pondok Pesantren 1 tahun 1 bulan yaitu sejumlah 24 orang dengan presentase 72,0%. 4.1.14 BB/TB dengan Lama Responden di Pondok
45
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Berat Badan Terhadap TinggiBadan dengan Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor
Jumlah Lama di Pesantren 1 Minggu 1 Bulan 2 Minggu 2 Bulan 1 Tahun 1 Bulan 2 Tahun 1 Bulan Total
Gizi Lebih
Gizi baik
Gizi Kurang
Total
1 16,70% 17 35,40% 0 00,0% 12 36,40% 11 34,40% 0 0,00%
10 60,80% 12 25,00% 1 100% 19 57,60% 16 50,00% 98 81,7%
5 37,500% 19 35,40% 0 00,0% 2 6,10% 5 15,60% 22 18,30%
16 100,0% 49 100,0% 1 100,0% 33 100,0% 32 100,0% 120 100,0%
Berdasarkan data pada tabel 4.13 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/TB santriwati terbanyak memiliki status gizi baik dengan lama tinggal di Pondok Pesantren 1 tahun 1 bulan yaitu sejumlah 19 orang dengan presentase 57,60%.
4.2 Pembahasan Gizi mempunyai peran yang sangat penting bagi manusia saat manusia berada pada tingkat balita, anak dan remaja. Apalagi pada saat manusia mengalami puncak perkembangan (growth spurt), yaitu pada saat remaja, kebutuhan gizi akan lebih meningkat di bandingkan saat anak-anak. Gizi tersebut bisa di dapatkan dari makanan yang biasanya di konsumsi sehari-hari, Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. (Sunita Almatsier,2004). Jika makanan yang dikonsumsi tergolong 4 sehat 5 seimbang dan didukung dengan istirahat dan aktifitas fisik yang teratur, maka status gizi pun akan jauh lebih baik.
46
Status gizi pada penelitian ini pengukurannya menggunakan antropometri gizi dengan kurva CDC berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB dantriwati. Nilai minimal untuk BB/U adalah 80 % TB/U adalah 95% dan BB/TB adalah 90 % sedangkan nilai mkasimum untuk BB/U, TB/U dan BB/TB adalah 100 %. Dari hasil uji distribusi frekuensi yang telah dilakukan peneliti berdasarkan pengukuran tinggi badan, dan berat badan status gizi santriwati yang peneliti peroleh adalah : BB/U yang masuk dalam gizi baik 69 orang (57,5%) status gizi lebih 36 orang (30%), status gizi kurang 15 orang (12,5%). Berdasarkan TB/U, status gizi baik 98 (81,7%), dan status gizi kurang 22 orang (18,30%). Berdasarkan BB/TB adalah, untuk gizi baik 48 orang (40,0%), gizi lebih 41 orang (34,20%), dan gizi kurang 31 orang (24,10%) Perbedaan dalam hasil ini dapat terjadi akibat penggunaan parameter yang berbeda. Dan hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor, baik faktor internal dari responden maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan. Jika dilihat secara keseluruhan memang terlihat bahwa santriwati memiliki status gizi yang baik namun perlu diperhatikan pada pemeriksaan status gizi berdasarkan BB/TB ternyata juga didapatkan hasil status gizi lebih yang cukup banyak yaitu sebesar 41 orang dengan presentase 34,20%, dan gizi kurang 31 orang (24,10%). Hal ini dapat menunjukkan adanya permasalah gizi yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqien yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Sehingga perlu diperhatikan kembali dalam konsumsi makanan harian serta aktivitas fisik pada santri khususnya santriwati. Menurut I Dewa Nyoman Supariasa (2000) lingkungan fisik seperti sanitasi lingkungan, cuaca keadaan tempat tinggal dapat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak. Selain itu fakor psikososial seperti stimulasi, motivasi, teman sebaya, lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini hanya dapat menilai tingkat status gizi santriwati, sehingga tidak dapat digunakan untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada santriwati. Bebarapa karakteristik santriwati seperti usia, kelas, asal propinsi, dan lama tinggal di pondok pesantren dapat dijadikan bahan untuk penelitian berikutnya dalam menilai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi.
47
BAB V RINGKASAN DAN SARAN
5.1 Ringkasan Dari hasil penelitian berdasarkan pengukuran tinggi badan, berat badan dan pengisian kuesioner di dapatkan, status gizi santriwati berdasarkan BB/U adalah, untuk BB/U gizi baik 69 orang (57,5%) status gizi lebih 36 orang (30%), status gizi kurang 15 orang (12,5%). Berdasarkan TB/U, status gizi baik 98 (81,7%), dan status gizi kurang 22 orang (18,30%). Berdasarkan BB/TB adalah, untuk gizi baik 48 orang (40,0%), gizi lebih 41 orang (34,20%), dan gizi kurang 31 orang (24,10%) 5.2 Saran a. Bagi Instansi Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung o Memberikan ekstrakulikuler seperti olahraga yang rutin dilakukan. o Dapat lebih memperhatikan kondisi kesehatan santriwati dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala seperti melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mendapatkan data tentang kondisi status gizi santriwati tiap tahunnya. o Memberikan pengetahuan kepada santriwati seperti mengadakan penyuluhan tentang pentingnya gizi seimbang dan pengaruhnya bagi tubuh. b. Bagi santriwati Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung o Bagi santriwati dengan gizi baik diharapkan untuk dapat menjaga pola makan dengan baik, cukup dalam beristirahat, dan menyeimbangkan dengan aktivitas fisik. o Bagi santriwati dengan gizi kurang diharapkan untuk dapat makan secara teratur dengan gizi seimbang. o Bagi santriwati dengan gizi lebih dapat mengurangi konsumsi makanan yang berlemak dan tinggi karbohidrat, serta di kombinasi dengan aktifitas fisik yang rutin. 47
48
c. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi santriwati sehingga dengan penelitian tersebut diharapkan dapat meningkatkan status gizi yang baik pada santriwati dan dapat mengantisipasi timbulnya masalah gizi kurang dan gizi lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2004 Arisman, B. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan. Ed 2. EGC, Jakarta, 1996. Budiarto,E. Metodologi Penelitian Kedokteran : sebuah pengantar. EGG, Jakarta, 2003, p.2856 Depertemen Kesehatan republic Indonesia. Jumlah Remaja Gizi Kurang, Jakarta 2008 Guyton and Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008; p909-23 Fatmanisa (2005). Korelasi Antara Asupan Makanan, Tingkat Pengetahuan Gizi, Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan dengan Status Gizi di Pesantren X Yogyakarta. (diakses pada tanggal). Diunduh dari www.fatmanisa.wordpress.com Hasan M,T. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia. Cetakan 5 Lantabora Press. Jakarta,2005 p;291-2 Muhilal, Status Gizi dan Indekz Masa Tubuh, ed 3. Penerbit Percetakan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2001 Moore M.C. Buku Pedoman Terapi Diet Dan Nutrisi. Ed II. Penerbit Hippocrates, Jakarta, 1997 . Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit Percetakan PT Gramedia Pustaka Utama,. Jakarta 2004; p3-218 S. I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, Fajar Ibnu. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2002; p27-86
49
51
LAMPIRAN 1
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSECNT) Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SURAT PERSETUJUAN Yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Usia
:
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul : Tingkat Status Gizi Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Pada Tahun 2010 Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.
Jakarta, Mengetahui,
Yang Menyetujui
Peneliti
(Nunung I Sirfefa)
Agustus 2010
Peserta
(
)
51
(LANJUTAN)
KUESIONER PENELITIAN TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN PARUNG PADA TAHUN 2010
No Responden:
Tanggal Pengisian :
Agustus 2010
DATA RESPONDEN Nama Responden
: ____________________________________________
Tempat /Tanggal Lahir (Umur)
: ____________________________________________
Jenis Kelamin
: ____________________________________________
Asal Daerah (Propinsi)
: ____________________________________________
Kelas
: ____________________________________________
Lama Tinggal di Pesantren
: ____________________________________________
HASIL PENGUKURAN Berat Badan
: _________________________________________Kg
Tinggi Badan
: _________________________________________Cm
Indeks Massa Tubuh (IMT)
: ________________________________(Diisi Peneliti)
LAMPIRAN 2 HASIL ANALISA UNIVAzuAT Descriptive Statistics
N I Minimum I Maximum I Mean
Berdasarkan BBru Berdasarkan TBru Berdasarkan BB/TB ValidN (listwise)
120
Valid N (listwise)
r,7
1
J
2
1
4
1,725
Mean
std. Deviasi t.449 8972
1
6
1
4
2,816667 2,791667
I
1
1
0
120
1
3
1,783333
79
120
I
5
3,3
138
t20 t20
pesantren
4
Descriptive Statistics Minimum Maximum
N TempatTinggal Umur jenis kelamin Kelas lama di
I
120 120 120 120
120
Berdasarkan Kelas Percent Valid Percent
Frequency
Cumulative Persen
Valid
VII VIII
53
44,2
x
40 27
))<
)')
Total
r20
100
100
JJ,J
44,2
44,2
JJrJ
77,5
<
100
Berdasarkan lama di pesantren Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Persen
I minggu
Valid
6
5
5
5
49
40,83
40,93
45,8
2bulan
I
0,83
0,83
46,7
tahun 1 bulan 2tahun l bulan Total
31
25,93
25,93
72,5
JJ
27,5
27,5
100
120
100
100
1 bulan 2
minggu 1
Berdasarkan Ternpat Tinggal Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Persen
Valid
Jawa Barat Jawa
41
34,2
34,2
34,2
r.7
1,7
35,8
Tengah
DKI
26
2r,7
2r,7
57,5
Tanggerang
42
35
35
92,5
Sumatra
7
5,8
5,83
98,3
Kalimantan Total
2
7,7
1,7
100
120
100
100
Berdasarkan Umur
Valid
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Persen
6
5
5
5
45
37,5
37,5
42,5
37
30,83
30,83
73,3
32
26,7
26,7
100
r20
100
100
th 12 th 13 th 14 th Total 11
Gizi Lebih Gizi Baik Grzi Kurang Gizi Buruk Total
Status Gizi Berdasatkan BBAJ dikelompokkan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Persen JJ 27,5 27,5 27,5
7l
59,r7
59,167
86,7
t4
II,67
I1,67
98,3
2
1,67
1,67
100
120
100
100
Status Gizi Berdasarkan TB/U dikelompokkan
Frequency
Valid
Gizi Baik Gizi Kurang Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Persen
98
8r,7
81,7
81,7
22
18,33
18,33
100
t20
100
100
Status
Gizi Berdasarkan BBiTB dikelompokkan Perccnt
Freqr-rency
Valid Gizi Lebih Gizi Baik Grzi Kurang Gizi Buruk Total
Status
Cunulative Persen
4\
J+,',
\,J )
34,2
48
40
40
74,2
29
24,2
)A 1
98,3
2
l,J
1,7
100
120
l0t)
100
Gizi Berdasalkan BB/U Daerah Tanggerang
Frequency
Valid
Valicl Percent
Gizi Lebih Gizi Baik Gtzr Kurang Gizi Buruk Total
Percent
Valicl Percent
17
tg5
tgs
Cumulative Persen lc) 5
17
10q
145
79,7
8
18,6
18,6
97,7
I
? 33
43
100
100 100
Status Gizi Berdasarkan TB/U Daerah Tanqseran Valid Percent Cumulative Persen
Valid
Valid
Gizi Baik Grzi I{urang Total
Gizi Lebih Gizi Baih Gizi Kurang Total
88,4 100
Status Gizi Berdasarkan BB/TB Daerah Tanggerang Frequency Percent Valicl Percent Cumulative Persen l5 34,9 34,9 34.9
l0
58, I
18
41,9
+-t
100
4l
q
i00
100
Status Gizi Berdasarkan BB/U Daerah Jakarta
Valid
Valid
Frequency
Percent
Percent
Cuurulative Pelccnt
Gizi Lebih
8
30.8
308
30.8
Gizi Baik
17
65.1
65.4
96.2
Gizi Kurang
I
3.8
Total
26
100.0
-1
t00.0
.6
100.0
Status Gizi Berdasarkan TB/U Daerah Jakarta
Valid Frequency
Valid Gizi
Baik
Pelcent
23
Percent
88.5
88.s
88.5
1.5
I 1.5
100.c
00.0
100.0
Giz,i
Kurang Total
3
26
1
r
Cumulative Percent
Status Gizi Berdasarkan BB/TB Daerah Jakarta
Valid Frequency
Valid Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Total
Percent
Curnulative Percent
Percent
8
30.8
30.8
30.8
16
6l.s
61.5
92.3
2
1.1
1.7
100.0
26
100.0
100.0
Status Gizi Berdasarkan BB/U Daerah .Iabar
Valid Flequency
Valid Gizi Lebih Gizt Baik
Gizi Kulang To1a1
Pelcent
Cumuiative Percent
Percent
5
12.5
t2.5
12.5
32
80.0
80.0
92.5
-)
7.5
-/.5
100 0
1C
100.0
100.0
Status Gizi Berdasarkan TB/U Daerah Jabar
Valid Freqr,rency
Valid Gizi Baik
Percent
Cumulative Percent
Percent
30
15.0
75 0
75. 0
Gizi I(urang
10
25.0
25.0
100.0
Total
40
100.0
r00.0
Status Gizi Berdasarkan BB/TB Daerah Jabar
Valid Fr
Valid Gizi
Lebih
Gizi Baik Gizj Kurang Gizi Buruk Total
equency
Per,cent
Cumulative Percent
Per"cent
9
22.5
22.5
22.5
24
60.0
60.0
82.5
6
15.0
1s.0
91.5
2.5
2.5
100.0
100.0
100.0
1
40
Status Gizi Bel'dasarkan BB/U Daerah Sumatra
Valid Fi'equency
Valid Gizi Lebih
Percent
Percent
Curnulative Pelcent
t.1
5
11
4
11.4
7
Gizi Baik
I
14.3
t4.3
85.7
Gizi I(urang
I
1A t
+.Jt
t4.3
100.0
Total
7
100.0
100.0
Status Gizi Berdasarkan TB/U X)aerah Sumatra
Valid Frequency
Valid Gizi Baik Gizi Kurang Total
Percent
Pelcent
Cumulative Pelcent
5
'tl.4
71.4
11.4
2
28.6
28.6
100.0
7
100.0
100.0
St:rtus gizi berdasarkan BB/TB daerah sumatra
Valid Frequency
Valicl Gizi
Percenl
Percent
Cumuiative Percent
5
71.4
71.4
11 .4
Gizi Baik
2
28.6
28.6
100.c
Total
i
100.0
100.0
Lebih
Status gizi trerdasarkan BBiU daerah kalimantan Frequency
Valid Gizi
Pelcent
Valid
Cumulertivc
Percent
Percent
I
50 0
50 c
50.c
Gizi Baik
I
50.0
s0.0
100.c
Total
2
r00.0
Lebih
r
00.0
Status Gizi Berdasarkan TB/U Daerah Kalimantan
Valid Frequency
Valid Gizi Bail
Percent
2
100.c
Fercent
Curnulative Percent
100.0
100.0
Status gizi berdasarkan TB/BB daerah kalimantan
Valid Frequency
Valid Gizi
Percent
Percent
Cuinulative Percent
I
50 0
50.0
50.{.
Gizi Baik
1
50.0
50.0
100.c
Total
2
100.0
100.0
Lebih
Berdasarkan Tempatr Tinggal Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Persen
Valid
Jawa Barat Jawa
41
34,2
34,2
34,2
1,7
1,7
35,8
26 42
21,7
2r,7
57,5
35
35
92,5
Tengah
DKI Tanggerang Sumatra Kalimantan Total
7
5,8
5,83
98,3
2
r,7
1,7
100
r20
100
100
Berdasarkan Umur Percent Valid Percent
Frequency
Valid
th 12 th 13 th 14 th Total 11
6
5
5
5
45
37,5
37,5
42,5
37
30,93
30,83
73,3
32
26,7
26,7
100
r20
100
100
Status Gizi Berdasatkan
Frequency
Valid
Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang
Gizi Buruk Total
Cumulative Persen
Percent
BBru dikelompokkan Valid Percent Cumulative
JJ
27,5
27,5
27,5
7I
59,17
59,167
86,7
t4
r1,67
1I,67
98,3
2
1,67
r,67
100
120
100
100
Persen
Status Gizi Berdasarkan
Frequency
Valid
Gizi Baik
Gizi Kurang Total
TBru dikelompokkan Percent Valid Percent Cumulative
Persen
98
81,7
81,7
8r,7
22
18,33
18,33
100
t20
100
100
Status Gizi Berdasarkan BB/TB dikelompokkan
Valid
Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Total
4l
34,2
34,2
34,2
48
40
40
74,2
29
24,2
24,2
99,3
2
1,7
1,7
100
120
100
100
Statistics Status Gizi
Status Gizi Berdasarkan BBru Berdasarkan TBru
umur 11th
N
Umur 1lth
Status gizi berdasarkan
BB/TB umur 1lth
Valid
5
Missing
0
0
(
1.8
2.0
2.000(
21
2.0
2.000t
4472r
0
70711
Mean
Median Std. Deviation
Minimum
1
2.00
1.0c
Maximum
2.00
2.00
3.0c
Status gizi Berdasarkan BBru densan umu umur
Valid Frequency
Valid Gizi
Percent
Percent
llth Cumulative Percent
I
20.0
20.c
20.a
Gizi Baik
4
80.0
80.c
100.0
Total
5
100.0
100.c
Lebih
Valid Frequency
Percent
Valid Gizi
Percent
Cumulative Percent
1
50.0
s0.c
s0.0
Gizi Baik
1
50.0
50.c
100.0
Total
2
100.0
100.c
Lebih
Status Gizi Berdasarkan
TBru Daerah Kalimantan Valid
Frequency
Valid Gizi Bail,
Percent
2
100.0
Percent
Cumulative Percent
100.0
100.c
Status gizi berdasarkan TB/BB daerah kalimantan
Valid Frequency
Valid Gizi
Percent
Percent
Cumulative Percent
I
50 0
50.0
50.c
Gizi Baik
1
50.0
50.0
100.c
Total
2
100.0
r00.0
Lebih
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nunung Irmawaty Sirfefa
Tempat, tanggal lahir
: Kaimana,18 Januari 1990
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Jl Diponegoro depan Puskesmas Kaimana desa kaimana kota, Kabupaten Kaimana Papua Barat
Email
:
[email protected]
Pendidikan
:
1. TK Pertiwi Kaimana
(1994-1996)
2. SD Yapis Kaimana
(1996-2001)
3. SLTP Negeri 01 Kaimana
(2001-2004)
4. SMA Negeri 01 Kaimana
(2004-2007)
5. S-1 Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2007-2010)
58