LAPORAN Penelitian Kompetensi, Inovasi dan Pengembangan Teknologi (KomIPeT)
Usaha Peningkatan Pendapatan Petani Karet Aceh melalui Penyediaan Bahan Penggumpal Karet Ramah Lingkungan dengan Menggunakan Teknologi Pirolisis Cangkang Sawit
TIM PENGUSUL Ketua Peneliti : Dr. Syaifullah Muhammad, ST, M.Eng (Unsyiah) Anggota 1 : Ir. Darwin, MT (Unsyiah) Anggota 2 : Ernawati, SP, M.Si (Unsyiah)
Pemerintah Aceh Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Aceh 2014 0
Kata Pengantar Komoditi karet Aceh yang menempati urutan kedua setelah sawit memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai salah satu potensi ekonomi sehingga berdampak langsung pada peningkatan perekonomian masyarakat Aceh khususnya petani karet. Salah satu permasalahan yang dihadapi petani karet adalah penggunaan bahan kimia penggumpal karet (asam formiat) yang harus dipasok dari luar Aceh. Di samping biaya yang mahal, penggunaan asam formiat juga tidak ramah lingkungan, dan berbahaya bila terpapar langsung kepada manusia karena sifatnya yang merupakan asam kuat. Salah satu strategi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk karet Aceh tersebut adalah dengan menyediakan bahan lain pengganti asam formiat yaitu Asap Cair (Liquid Smoke), suatu bahan alternatif untuk penggumpalan karet secara murah, mudah didapat, dan ramah lingkungan. Dalam beberapa penelitian, asap cair telah terbukti dapat digunakan sebagai bahan penggumpal karet ramah lingkungan pengganti asam formiat. Penelitian yang berjudul Usaha Peningkatan Pendapatan Petani Karet Aceh melalui Penyediaan Bahan Penggumpal Karet Ramah Lingkungan dengan Menggunakan Teknologi Pirolisis Cangkang Sawit ini mencoba merekonstruksi sifat asap cair sehingga akan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani karet Aceh tersebut. Rekonstruksi kualitas asap cair dilakukan dengan mengubah nilai pH dan kosentrasi larutan pada saat proses penggumpalan. Pengubahan nilai pH dilakukan dengan penambahan asam lemah dengan kadar 10% hingga 90% sehingga asap cair memiliki pH yang optimum. Penggumpalan karet terjadi pada pH tertentu dimana di atas pH dimaksud proses penggumpalan karet menjadi lama terbentuk, sebaliknya apabila cairan penggumpal terlalu rendah, maka gumpalan karet akan hancur berbentuk butiran. Pada nilai pH optimum diharapkan lamanya proses gumpalan terjadi antara 10-15 menit dan kualitas karet bersih, liat, dan tidak hancur. Melalui penelitian ini diharapkan tersedianya 1 industri bahan penggumpal karet di Provinsi Aceh yang dapat memasok bahan penggumpal karet ramah lingkungan dengan kapasitas 400 liter per hari. Sehingga akan mengurangi ketergantungan bahan kimia penggumpal karet dari luar negeri. Selain itu, penelitian ini juga akan meningkatkan kuantitas dan kualitas karet yang berdampak pada peningkatan ekonomi petani karet. Manfaat lainnya adalah petani dapat membuat sendiri bahan penggumpal karet dengan menggunakan bahan-bahan biomassa yang ada (tempurung kelapa, kayu keras dan lain-lain) melalui metode yang dikembangkan pada penelitian ini. Luaran penelitian ini adalah dihasilkannya suatu metode TTG (teknologi tepat guna) pembuatan bahan biokuagulan berbasis asap cair untuk bahan penggumpal karet ramah lingkungan dan murah. Melalui penelitian ini beberapa tulisan akademis diharapkan dapat di publikasi pada Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Bappeda Aceh.
1
Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi 2 Daftar Gambar Daftar Lampiran
1 3 4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 5 1.3 Manfaat Penelitian
5 5 6
BAB II LINGKUP PENELITIAN
8
BAB III METODOLOGI 9 3.1 Persiapan Bahan Penggumpal Karet 9 3.2 Rekontruksi Kualitas Bahan Penggumpal Karet 3.3 Lokasi Pengujian 10 3.4 Tahapan Pengujian Lapangan 12 BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN LAPANGAN 4.1 Penyiapan Bahan Baku Penggumpal Karet 4.2 Rekonstruksi Bahan Penggumpal Karet 4.3 Pengujian Lapangan 18
10
13 13 17
BAB V DOKUMENTASI 20 5.1 Persiapan Bahan Penggumpal Karet (Rekonstruksi Bahan Penggumpal Karet) 20 5.2 Pengujian Bahan Penggumpal Karet di Perkebunan Rakyat 21 BAB VI KESIMPULAN
29
UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA 30 LAMPIRAN 31
29
2
Daftar Gambar Gambar 2.1 Tahapan dan Lingkup Penelitian
8
Gambar 3.2 Peralatan Pengecilan Ukuran Cangkang Sawit
9
Gambar 3.3 Reaktor Pirolisis Cangkang Sawit yang Digunakan Untuk Produksi Bahan Penggumpal Karet 10 Gambar 3.4. Lokasi Pengujian-1 di Perkebunan Karet Rakyat, Desa Sukarakyat, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa 11 Gambar 3.5 Lokasi Pengujian-2 di Perkebunan Karet Rakyat, Desa Tanjung Genteng, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang 12 Gambar 4.1 Bahan Baku Cangkang Sawit Sebelum Dihancurkan (kiri) dan Setelah Dihancurkan berukuran 2-3 mm (kanan) 13 Gambar 4.2 Pengeringan
Bahan Cangkang Sawit Kering Setelah Proses Pengecilan Ukuran dan 14
Gambar 4.3 Sistem Pemanasan Reaktor Auger dan Aliran Gas Nitrogen Gambar 4.4 Contoh Profil Suhu Reaktor Pirolisis Cangkang Sawit Gambar 4.5 Distribusi Produk dari Pirolisis Cangkang Sawit
15 16
16
Gambar 4.6 Contoh Produk dari Pirolisis Cangkang Sawit, Bahan Baku, bio-char, Tar, dan Bio-Oil (Kiri-Kanan) 17 Gambar 4.7 Contoh Gumpalan Karet Setelah Penambahan Bahan Penggumpal Karet pada Lokasi Uji Perkebunan Karet di Kota Langsa 19 Gambar 4.8 Contoh Gumpalan Karet Setelah Penambahan Bahan Penggumpal Karet pada Lokasi Uji Perkebunan Karet di Kabupaten Tamiang 19
3
Daftar Lampiran 1. Biodata Ketua Peneliti 2. Biodata Anggota Peneliti
31 35
4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penduduk Provinsi Aceh mendiami kawasan perdesaan. Sensus BPS Aceh tahun 2010 memperkirakan sebanyak 3.230.605 jiwa (71,88 persen) bertempat tinggal di desa. Di lain pihak, penyebaran penduduk miskin di Aceh lebih banyak berdomisili di daerah perdesaan. Dari 892.900 jiwa penduduk miskin, sebanyak 710.700 jiwa mendiami kawasan perdesaan. Oleh karena itu, pembangunan perdesaan pantas mendapatkan prioritas yang tinggi dalam pembangunan ekonomi Provinsi Aceh. RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2012-2017 Provinsi Aceh yang tertuang di dalam Pergub 70, pembangunan ekonomi kawasan perdesaan mendapat fokus utama. Salah satu komponen di dalam pembangunan perdesaan adalah peningkatan kualitas perkebunan rakyat (Bab II, Sub bab 2.4 Aspek Daya Saing Daerah, Dokumen RPJM Aceh 2012-2017). Dari profil produktifitas perkebunan rakyat Aceh yang dikeluarkan BPS (2011), komoditi karet menempati urutan kedua setelah sawit. Oleh karena itu, tema yang dipilih di dalam usulan program Penelitian Kompetensi, Inovasi dan Pengembangan Teknologi (KomIPeT) adalah Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan dengan fokus kegiatan penelitian adalah proses produksi karet dengan menggunakan bahan biokuagulan yang ramah lingkungan. Fokus ini diambil disebabkan beberapa kegiatan yang berkenaan dengan produksi karet telah dilakukan oleh pengusul, sehingga dapat mendukung suksesnya kegiatan yang akan dilaksanakan. Di lain pihak, keberhasilan mengangkat perekonomian petani karet menjadi nilai yang signifikan di dalam pembangunan ekonomi Provinsi Aceh.
1.2 Tujuan Tujuan khusus dari program penelitian yang akan dilakukan adalah: Mendapatkan suatu komposisi bahan penggumpal karet berbasis asap cair dari produk pirolisis biomassa (cangkang sawit atau tempurung kelapa); Diperolehnya suatu bahan penggumpal karet ramah lingkungan dan murah untuk menggantikan bahan penggumpal sintesis (asam formiat); menghasilkan suatu paket teknologi tepat guna (TTG) berupa metode koagulasi karet yang ramah lingkungan dapat mendorong peningkatan produktifitas dan kualitas karet dari petani karet Aceh; Menghasilkan alat TTG Reaktor Pirolisis untuk produksi Asap Cair 5
mengurangi ketergantungan akan bahan impor asam formiat dari luar Aceh; meningkatkan pendapatan petani karet Aceh; dan meningkatkan kualitas karet Aceh sehingga dapat diterima di pasar internasional dengan harga yang tinggi. 1.3 Manfaat Penelitian Sesuai dengan dokumen RPJM Aceh 2012-2017, Pemerintah Aceh mempunyai target untuk menurunkan angka kemiskinan mencapai 9,5%, salah satu strategi yang dilakukan adalah pengembangan ekonomi lokal. Komoditi karet yang menempati urutan kedua setelah sawit di Aceh memiliki prospek untuk dikembangkan yang berdampak langsung pada pengembangan ekonomi lokal (petani karet). Menurut Statistik Perkebunan (2012), jumlah produksi karet di Aceh mencapai 108.827 ton per tahun (luas lahan 121.183 ha). Permasalahan yang dihadapi adalah penggunaan bahan penggumpal karet (asam formiat) yang harus dipasok dari luar Aceh. Di samping biaya yang mahal, penggunaan asam formiat tidak ramah lingkungan, dan berbahaya apabila terpapar langsung karena sifatnya yang asam. Salah satu strategi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk karet Aceh adalah dengan menyediakan bahan pengganti asam formiat sebagai penggumpal karet yang murah, mudah didapat, dan ramah lingkungan. Bahkan manfaat dari penelitian ini, petani karet di Aceh nantinya dapat menyediakan langsung bahan penggumpal karet dengan membuat sendiri bahan yang diinginkan. Penggunaan asap cair telah terbukti dapat digunakan sebagai bahan bahan penggumpal karet ramah lingkungan pengganti asam formiat. Walaupun demikian, spesifikasi asap cair perlu dilakukan rekonstruksi dengan penambahan bahan kimia lainnya sehingga dapat diperoleh bahan penggumpal yang efisien (waktu penggumpalan dan jumlah yang digunakan). Manfaat dari penelitian ini antara lain: tersedianya 1 industri bahan penggumpal di Provinsi Aceh yang dapat memasok bahan penggumpal karet ramah lingkungan dengan kapasitas 400 liter per hari; tersedianya bahan penggumpal karet yang murah (harga sekitar Rp. 10.000 per liter) dan aman; mengurangi ketergantungan bahan penggumpal karet dari luar negeri; peningkatan kuantitas dan kualitas karet yang berdampak pada peningkatan ekonomi petani karet; dan petani dapat membuat sendiri bahan penggumpal karet dengan menggunakan bahan-bahan biomassa yang ada (tempurung kelapa, kayu keras dan lain-lain) dari 6
metode yang dikembangkan pada penelitian ini. Kualitas produk karet alam sangat ditentukan oleh hasil pemrosesan, mulai dari penyadapan, koagulasi (penggumpalan) lateks, hingga menjadi bahan baku karet. Apabila pada proses ini getah karet tidak dikoagulasi dengan bahan yang tepat, maka akan sangat mempengaruhi kualitas bahan karet itu sendiri. Kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh petani karet dalam proses menggumpalkan karet adalah dengan menggunakan asam semut (asam formiat). Pemanfaaatan bahan ini pada karet menimbulkan bau busuk. Bau busuk ini disebabkan karena degradasi protein oleh mikroba menjadi senyawa amoniak dan sulfida. Selain bau busuk yang sangat menyengat, penggunaan asam formiat sebagai penggumpal lateks juga mengakibatkan penurunan nilai PRI (Plasticity Retention Indeks). PRI yang rendah akan berpengaruh terhadap kualitas karet yang diperdagangkan ke luar negeri. Ketentuan ini diatur sesuai dengan PERMENDAG No.10/M-DAG/PER/4/2008 tentang ketentuan karet alam Spesifikasi Teknis Indonesia (SIR) dimana SIR yang diperdagangkan wajib memenuhi SNI 06-2047-2002 tentang mutu karet olahan (http://www.bsn.go.id/). Bahan penggumpal karet alternatif yang ramah lingkungan adalah asap cair. Asap cair berasal dari kondensasi produk dari proses pirolisis (pembakaran tanpa oksigen). Bahan ini dapat dijadikan sebagai penggumpal karet karet karena mengandung senyawasenyawa yang berfungsi sebagai antibakteri, pemberi bau khas asap yang kuat, dan sebagai senyawa antioksidan (penangkal oksidasi). Asap cair memberikan waktu penggumpalan yang relatif lebih cepat serta kualitas karet yang dihasilkan lebih baik serta memenuhi standar SNI. Walaupun demikian, asap cair perlu dimodifikasi (rekonstruksi) spesifikasinya untuk dapat langsung digunakan sebagai bahan penggumpal karet.
7
BAB II LINGKUP PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan bahan penggumpal karet yang ramah lingkungan dan murah harganya, serta dapat diproduksi sendiri oleh petani karet. Untuk mencapai tujuan ini, maka disusun beberapa tahapan dan lingkup penelitian yang diberikan pada Gambar 3.1. Tahapan terdiri dari persiapan penelitian, rekonstruksi spesifikasi asap cair sebagai bahan penggumpal karet, dan pengujian di kebun karet.
Gambar 2.1 Tahapan dan Lingkup Penelitian
8
BAB III METODOLOGI 3.1 Persiapan Bahan Penggumpal Karet Persiapan bahan penggumpal karet terdiri dari persiapan bahan baku dan proses produksi bahan penggumpal karet. Bahan baku berasal dari cangkang sawit yang telah dihaluskan dengan ukuran 2–3 mm dengan menggunakan crusher. Cangkang sawit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Seumentoh, Aceh Tamiang. Cangkang sawit sebelum dihancurkan terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan air dan selanjutnya dikeringkan. Pengecilan ukuran (size reduction) cangkang sawit bertujuan agar proses pirolisis lebih sempurna untuk mendapatkan yield likuid (asap cair) yang lebih tinggi (40-50%). Pengecilan ukuran juga bermanfaat untuk mendapatkan kualitas arang (char) yang lebih baik. Peralatan pengecilan ukuran diperlihatkan pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Peralatan Pengecilan Ukuran Cangkang Sawit
Cangkang yang telah halus disaring untuk mendapatkan ukuran yang seragam sebelum dimasukkan ke reaktor pirolisis. Proses pirolisis dilakukan pada suhu 400-500oC dengan menggunakan reaktor auger yang dilengkapi dengan jaket pemanas (Watlow- electrical heater). Reaktor pirolisis dilengkapi dengan motor pemutar auger dengan kecepatan maksimal 5 rpm. Bahan baku cangkang sawit ditetapkan pada laju 1-5 kg/jam dengan 9
kalibrasi laju alir dan kecepatan putaran auger. Produk pirolisis berupa arang ditampung dalam suatu canister, uap yang terbentuk diembunkan dalam suatu serial kondenser menggunakan air pendingin (air es). Reaktor pirolisis cangkang sawit diperlihatkan pada Gambar 3.3.
3.2 Rekontruksi Kualitas Bahan Penggumpal Karet Proses rekonstruksi kualitas bahan penggumpal karet adalah mencampur asap cair dengan asam formiat atau asam asetat. Tujuan rekontruksi ini adalah untuk mengatur pH campuran akhir mendekati nilai 3,5-4. Produk pirolisis cangkang sawit memiliki pH sekitar 4,5-5. Penelitian awal menunjukkan bahwa pencampuran asap cair dengan asam asetat menghasilkan gumpalan karet yang tidak baik (hancur). Untuk itu, pada penelitian ini asam asetat tidak digunakan dan hanya digunakan campuran asap cair dan asam formiat. Untuk pengujian lapangan, maka disiapkan variasi konsentrasi bahan penggumpal dari 10% hingga 90% (persentase berarti banyaknya asap cair di dalam campuran dengan asam formiat).
Gambar 3.3 Reaktor Pirolisis Cangkang Sawit yang Digunakan Untuk Produksi Bahan Penggumpal Karet
3.3 Lokasi Pengujian Pengujian bahan penggumpal karet (produk pirolisis cangkang sawit) dilakukan pada dua lokasi yang berbeda. Lokasi pertama adalah perkebunan karet rakyat di Desa 10
Sukarakyat, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa dan lokasi kedua adalah perkebunan karet rakyat di Desa Tanjung Genteng, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang. Pemilihan kedua lokasi dengan mempertimbangkan akses ke lokasi, umur pohon karet, dan jenis pohon karet. Pertimbangan pemilihan pada perkebunan rakyat agar produk bahan penggumpal karet dapat langsung digunakan oleh petani. Selain itu, selama pengujian tim peneliti akan mendapatkan informasi langsung dari petani apabila ada kendala-kendala yang dihadapi selama penggunaan bahan penggumpal karet. Getah karet yang diuji pada perkebunan rakyat di lokasi Desa Sukarakyat berasal dari tanaman karet yang telah berusia sekitar 10 tahun dengan jenis tanaman karet lokal. Diameter pohon karet sekitar 25-30 cm. Kondisi lokasi pengujian diperlihatkan pada Gambar 3.4
Gambar 3.4. Lokasi Pengujian-1 di Perkebunan Karet Rakyat, Desa Sukarakyat, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa Lokasi pengujian-2 berada pada perkebunan rakyat di Kabupaten Aceh Tamiang. Getah karet yang diuji pada perkebunan rakyat di lokasi Desa Tanjung Genteng berasal dari tanaman karet yang telah berusia lebih 20 tahun dengan jenis tanaman karet unggul. Diameter pohon karet sekitar 30-40 cm. Kondisi lokasi pengujian-2 diperlihatkan pada Gambar 3.4
11
Gambar 3.5 Lokasi Pengujian-2 di Perkebunan Karet Rakyat, Desa Tanjung Genteng, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang 3.4 Tahapan Pengujian Lapangan Proses pengujian dilakukan mengikuti prosedur yang selama ini dilakukan oleh petani karet. Proses penderesan (pengupasan kulit) karet dilakukan pada pagi hari. Getah ditampung di dalam wadah yang terbuat dari tempurung kelapa atau plastik. Penambahan bahan penggumpal karet dilakukan setelah menunggu 2-3 jam getah terkumpul di dalam wadah dengan volume tertentu. Bahan penggumpal karet (asap cair) sebanyak 5-10 ml ditambahkan ke dalam wadah penampung karet, kemudian diaduk, dan ditunggu hingga terbentuk gumpalan karet. Konsentrasi bahan penggumpal divariasikan dari 10% hingga 90%. Besarnya persentase berarti banyaknya asap cair di dalam campuran dengan asam formiat. Penggunaan bahan penggumpal karet di lapangan dibagi dua, yaitu bahan penggumpal karet hasil rekonstruksi yang diencerkan dengan air (kadar bahan penggumpal karet 10%) dan tanpa pengenceran.
12
BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN LAPANGAN
Bab ini memberikan penjelasan dari hasil dan pengujian lapangan. Penjelasan dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu penyiapan bahan baku penggumpal karet, rekonstruksi kualitas bahan penggumpal karet, dan pengujian lapangan.
4.1 Penyiapan Bahan Baku Penggumpal Karet Bahan baku penggumpal karet (asap cair) merupakan produk dari pirolisis cangkang sawit. Cangkang sawit yang digunakan berukuran 2-3 mm, hasil dari penghancuran dengan menggunakan crusher. Gambar 4.1 menunjukkan cangkang sawit sebelum dan setelah dihancurkan.
Gambar 4.1 Bahan Baku Cangkang Sawit Sebelum Dihancurkan (kiri) dan Setelah Dihancurkan berukuran 2-3 mm (kanan) Banyak literatur melaporkan bahwa pada kondisi operasi pirolisis cepat (fast pyrolysis), sifat biomassa merupakan pertimbangan pertama dalam memaksimalkan produk cair (bio-oil) yang diinginkan. Untuk memastikan pemanasan cepat dan devolatilisasi yang sempurna, diperlukan ukuran partikel biomassa yang kecil. Meskipun persyaratan ukuran partikel mungkin tergantung pada teknologi reaktor yang digunakan. Persyaratan umum ukuran partikel disepakati sekitar 2,0 mm (Huber, Iborra, dan Corma, 2006; Bridgwater, 2007; Bridgwater dan Peacocke, 2000). Perlakuan awal lainnya yang dibutuhkan sebelum proses pirolisis dilakukan adalah pengurangan kadar air biomassa. Persyaratan umumnya adalah sekitar 10%-berat atau kurang. Hal ini untuk meminimalkan jumlah air yang dikumpulkan dalam produk akhir (Blasi, 2000) dan mengurangi kebutuhan energi panas reaksi secara keseluruhan. Pada penelitian ini, cangkang swit dikeringkan terlebih dahulu hingga kadar air di bawah 10% sebelum dilakukan pirolisis. Pengeringan 13
cangkang halus dengan menggunakan pengeringan biasa (penjemuran). Gambar 4.2 menunjuknan contoh bahan yang telah dikeringkan sebelum dilakukan perlakuan.
Gambar 4.2 Bahan Cangkang Sawit Kering Setelah Proses Pengecilan Ukuran dan Pengeringan Proses fast pyrolysis secara keseluruhan merupakan proses endoterm, dengan panas sensible yang diperlukan untuk membawa biomassa dari kondisi ambien kepada daerah suhu reaksi. Di atas persyaratan kebutuhan panas sensible, reaksi fast pyrolysis memerlukan penambahan panas minimal. Daugaard dan Brown (2003) memperkirakan panas total untuk proses pirolisis berkisar antara 1,0 - 1,8 MJ/kg biomassa yang tergantung pada bahan baku. Pada kondisi ini, dimana panas dengan cepat ditransfer ke biomassa, merupakan kondisi sangat penting di dalam fast pyrolysis. Pemanasan cepat dalam reaktor fast pyrolysis biasanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan bantuan gas panas, bahan padat pembawa panas, dinding reaktor yang dipanaskan, atau kombinasinya (Bridgwater, 2007). Meskipun penambahan udara atau oksigen dapat menyediakan panas dengan mengoksidasi sebagian bahan baku (seperti yang dilakukan untuk gasifikasi biomassa), pendekatan ini mengurangi akan hasil bio-oil. Oleh karena itu, banyak reaktor (terutama skala laboratorium untuk tujuan penelitian) memanfaatkan aliran gas nitrogen untuk menyediakan lingkungan reaksi inert. Tergantung pada konfigurasi reaktor yang digunakan, perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi, atau radiasi yang masing-masing akan memberikan kontribusi. Suhu reaksi juga penting untuk fast pyrolysis dan memiliki efek pada hasil 14
produk dan kualitasnya. Pembentukan arang yang lebih tinggi akan terjadi apabila suhu yang digunakan kurang dari kira-kira 425°C, dan produksi gas non-terkondensasi meningkat pada suhu pirolisis di atas 600°C. Beberapa sumber melaporkan bahwa hasil likuid bio-oil yang maksimal berada sekitar suhu 500°C ± 25°C (Bridgwater dan Czernik, 2002; Bridgwater, 2007; Bridgwater dan Peacocke, 2000). Laju perpindahan panas dan suhu reaksi keduanya sangat penting di dalam proses fast pyrolysis. Pemanasan cepat yang mencapai suhu reaksi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan berpengaruh buruk terhadap produk. Tekanan reaksi yang diperlukan untuk proses fast pyrolysis biasanya pada tekanan atmosfer, karena tekanan yang lebih tinggi mendukung terbentuknya arang (bio-char) lebih besar. Pada penelitian ini sumber pemanas berasal dari jacket electrical heater (Watlow). Untuyk menjaga agar reaktor tidak terkontaminasi dengan gas oksigen, maka gas nitrogen dialirkan ke dalam reaktor sebelum proses dan selama proses berjalan. Sitem pemanas dan aliran gas nitrogen diperlihatkan pada Gambar 4.3, sedangkan contoh profil suhu reaktor auger diperlihatkan pada Gambar 4.4. Profil suhu menunjukkan kestabilan sistem pemanas yang telah dirancang, karena sistem reaktor dilengkapi dengan seperangkat sistem pengendali suhu. Suhu yang stabil akan menjaga kualitas produk yang baik.
Gambar 4.3 Sistem Pemanasan Reaktor Auger dan Aliran Gas Nitrogen
15
suhu (Celcius)
500 400 300 200
TC 2
100 0 0
50
100 waktu (menit)
150
200
Gambar 4.4 Contoh Profil Suhu Reaktor Pirolisis Cangkang Sawit Distribusi produk yang dihasilkan dari reaktor pirolisis ini diperlihatkan pada Gambar 4.5, sedangkan contoh produk diperlihatkan pada Gambar 4.6. Produk berupa biooil (asap cair), bio-char, dan NGC (non-condensable gas) atau gas yang tidak dapat dikondensasi. Produk NGC dikarenakan kondisi alat penelitian tidak didesain untuk mengkondensasi metana yang dihasilkan. Kondensasi metana membutuhkan sistem pendinginan sub-cooling yang sulit dilakukan di laboratorium biasa. Oleh karena itu, besarnya NGC diperoleh dari perhitungan neraca massa. Bio-oil dan bio-char didapat dari analisis gravimetri (penimbangan).
Gambar 4.5 Distribusi Produk dari Pirolisis Cangkang Sawit
16
Gambar 4.6 Contoh Produk dari Pirolisis Cangkang Sawit, Bahan Baku, bio-char, Tar, dan Bio-Oil (Kiri-Kanan) 4.2 Rekonstruksi Bahan Penggumpal Karet Bahan penggumpal karet yang berasal dari asap cair memiliki beberapa keuntungan, yaitu bersumber dari bahan lokal (dapat dihasilkan sendiri), ramah lingkungan, dan memiliki sifat anti mikroba. Sebagai bahan anti mikroba menyebabkan karet tidak cepat busuk dan mengeluarkan bau tidak sedap. Pengujian awal produk bio-oil (asap cair) yang dihasilkan untuk penggumpal karet tidak menghasilkan kualitas yang diinginkan petani. Kekurangan penggunaan langsung asap cair adalah proses penggumpalan yang relatif lama. Kebiasaan petani karet menginginkan proses penggumpalan dalam hitungan menit (sekitar 5-15 menit). Proses penggumpalan dengan menggunakan asap cair membutuhkan waktu hingga 1 jam lebih. Untuk itu, kualitas asap cair perlu direkonstruksi agar dapat digunakan petani dengan waktu penggumpalan yang lebih singkat. Asap cair tanpa perlakuan memiliki pH antara 4,5 hingga 5,0, sedangkan proses penggumpalan karet baik dilakukan pada pH sekitar 3,5 hingga 4,0. Untuk mendapatkan pH yang diinginkan, maka asap cair dicampur dengan asam formiat. Pada penelitian ini disiapkan beberapa variasi bahan penggumpal karet dari 10 hingga 90% kadar asap cair yang dicampur dengan asam formiat. Rentang variasi konsentrasi dimaksudkan untuk memperoleh lamanya proses penggumpalan dan bentuk gumpalan karet yang sesuai dengan keinginan petani. Lamanya proses penggumpalan yang diinginkan di bawah 15 menit dengan bentuk gumpalan yang liat dan tidak hancur (berbtuk butiran). 17
4.3 Pengujian Lapangan Pengujian lapangan dilakukan pada dua lokasi yang berbeda, yaitu di perkebunan karet rakyat di Kota Langsa dan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Tamiang. Dua lokasi ini dipilih sebagai lokasi representatif untuk dua jenis tanaman karet dan umur yang berbeda. Perkebunan karet rakyat di Kota Langsa terdiri dari tanaman karet lokal dengan umur karet sekitar 10 tahun. Tanaman karet di Kabupaten Tamiang adalah jenis unggu dengan umur lebih 20 tahun. Observasi lapangan menunjukkan, laju produk getah per satuan waktu untuk karet di Kabupatan Tamiang lebih besar dibandingkan dengan produk getah dari tanaman karet di Kota Langsa. Ukuran batang juga menunjukkan perbedaan yang nyata antara kedua tanaman karet di lokasi tersebut. Ukuran tanaman karet di Kabupaten Tamiang lebih besar (diameter 30-40 cm) dibandingkan dengan ukuran diameter tanaman karet di Kota Langsa (25-30 cm). Pengujian pada tanaman karet di Kota Langsa menunjukkan lamanya penggumpalan di atas 30 menit dengan bentuk gumpalan karet liat. Pengujian paling baik diperoleh pada konsentrasi 50% (tanpa pengenceran). Untuk konsentrasi lainnya, pembentukan gumpalan relatif lama dan bahkan ada yang tidak menggumpal (konsentrasi 10% dengan pengenceran). Dari observasi lapangan menunjukkan, kondisi getah karet banyak mengandung air yang terlihat banyaknya air yang tersisa di dalam wadah pengumpul getah setelah karet terjadi penggumpalan. Sebagai informasi tambahan, pengujian karet yang dilakukan pada penelitian ini pada pagi hari dengan kondisi setelah hujan. Pengaruh air hujan yang merembes melalui batang dan berkumpul di dalam wadah pengumpul getah mungkin tidak dapat dinafikan sebagai penyebab mengapa getah karet mengandung kadar air yang tinggi. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa, penggunaan bahan penggumpal tidak efektif untuk kadar air yang tinggi di dalam wadah pengumpul getah. Gambar 4.7 menunjukkan representatif sampel karet yang telah menggumpal yang diuji di perkebunan rakyat Desa Desa Sukarakyat, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa. Pengujian pada perkebunan rakyat di Desa Tanjung Genteng, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang menghasilkan produk yang lebih baik. Semua sampel bahan penggumpal karet tanpa pengenceran menunjukkan proses penggumpalan yang relatif cepat (kurang dari 5 menit). Bentuk gumpalan karet liat, bersih, dan tanpa butiran. Walaupun demikian, semua sampel bahan penggumpal karet dengan pengenceran tidak menunjukkan adanya penggumpalan dalam durasi pengujian lapangan yang dilakukan (sekitar 2 jam). Observasi dan wawancara di lapangan, menunjukkan kualitas karet yang diperoleh sesuai dengan keinginan petani karet. Dibandingkan dengan kualitas getah dari perkebuanan karet rakyat di Kota Langsa, kondisi getah karet di Kabupaten Tamiang lebih 18
baik karena kadar air yang relatif sedikit. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa kadar air di dalam getah karet mempengaruhi laju penggumpalan karet. Gambar 4.8 menunjukkan representatif gumpalan karet pada uji di perkebunan karet rakyat Kabupaten Tamiang. Durasi penelitian yang terbatas menyebabkan tim peneliti tidak dapat memperoleh data aktual apakah bahan penggumpal karet yang dikembangkan ini dapat secara signifikan meningkatkan pendapatan petani karet di Aceh secara langsung (direct benefit). Walaupun demikian, secara teori apabila para petani beralih dari penggunaan asam formiat dengan asap cair, maka biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan bahan penggumpal menjadi berkurang disebabkan harga yang lebih murah dan dapat diproduksi sendiri oleh petani. Secara tidak langsung, kondisi ini akan menurunkan biaya produksi untuk menghasilkan karet.
Gambar 4.7 Contoh Gumpalan Karet Setelah Penambahan Bahan Penggumpal Karet pada Lokasi Uji Perkebunan Karet di Kota Langsa
Gambar 4.8 Contoh Gumpalan Karet Setelah Penambahan Bahan Penggumpal Karet pada Lokasi Uji Perkebunan Karet di Kabupaten Tamiang
19
BAB V DOKUMENTASI
Bab ini berisikan dokumentasi kegiatan penelitan KomIPeT (Penelitian Kompetensi, Inovasi dan Pengembangan Teknologi) dengan judul kegiatan “Usaha Peningkatan Pendapatan Petani Karet Aceh melalui Penyediaan Bahan Penggumpal Karet Ramah Lingkungan dengan Menggunakan Teknologi Pirolisis Cangkang Sawit” yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2014. Dokumentasi berisikan persiapan bahan penggumpal karet dan pengujian di lapangan (perkebuanan karet rakyat).
5.1 Persiapan Bahan Penggumpal Karet (Rekonstruksi Bahan Penggumpal Karet)
Bahan kimia yang digunakan untuk rekonstruksi bahan penggumpal karet (asam formiat dan asam asetat)
Aktifitas di laboratorium pada untuk mendapatkan bahan penggumpal karet
20
Produk bahan penggumpal karet setelah rekonstruksi yang akan digunakan di lapangan 5.2 Pengujian Bahan Penggumpal Karet di Perkebunan Rakyat
Akses ke lokasi perkebunan rakyat Desa Desa Sukarakyat, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa
Proses penderesan karet sebelum karet dikumpulkan ke wadah penampung 21
Proses penampungan karet
Persiapan bahan penggumpal sebelum dicampur ke dalam getah karet
Diskusi dengan petani karet prosedur pencampuran bahan penggumpal karet
22
Proses penambahan bahan penggumpal karet ke dalam getah karet dalam wadah
Proses penggumpalan
Produk gumpalan karet setelah perlakuan
23
Lokasi pengujian di Desa Tanjung Genteng, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, tim peneliti bersama petani karet
Kondisi getah karet yang terkumpul di dalam wadah
Proses pencampuran bahan penggumpal karet ke dalam getah 24
Proses penggumpalan
Foto-foto berikut adalah sampel dari seluruh pengujian (10% hingga 90)
25
26
27
28
BAB VI KESIMPULAN Kegiatan penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan bahan penggumpal karet ramah lingkungan menggunakan produk pirolisis cangkang sawit bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani karet Aceh. Penelitian menghasilkan beberapa kesimpulan yang diberikan di bawah ini. (1) Asap cair hasil pirolisis cangkang sawit dapat digunakan sebagai bahan penggumpal karet ramah lingkungan setelah dilakukan rekonstruksi konsentrasi dengan menggunakan asam formiat. (2) Persensate asap cair di dalam asam formiat yang optimum adalah 50% untuk mendapatkan kualitas gumpalan karet yang liat dan bersih serta tidak hancur (berbentuk butiran). (3) Kandungan air di dalam getah karet mempengaruhi lamanya penggumpalan karet dan kualitas gumpalan (4) Jenis getah dari pohon karet yang berbeda menghasilkan kualitas gumpalan yang berbeda yang disebabkan oleh kadar air di dalam getah. (5) Penggunaan asap cair oleh petani karet memiliki keuntungan dibandingkan dengan menggunakan asam formiat, diantaranya karet tidak cepat busuk, harga bahan penggumpal yang relatif murah, ramah lingkungan, dan bahan penggumpal dapat diproduksi sendiri oleh petani karet dengan teknologi sederhana.
UCAPAN TERIMA KASIH Tim peneliti mengucapkan terim kasih kepada petani karet di Desa Desa Sukarakyat, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa dan petani karet di Desa Tanjung Genteng, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang yng telah bersedia mendamping tim peneliti dan menyediakan getah karet untuk dilakukan pengujian. Kegiatan penelitian ini sepenuhnya dibiayai dari LPSDM Pemerintah Aceh tahun anggaran 2014.
29
DAFTAR PUSTAKA
Abednego J.G. (1981). Pengetahuan Lateks. Departemen Perdagangan dan Koperasi. Bridgwater, A.V. (2007). The production of biofuels and renewable chemicals by fast pyrolysis of biomass. International J. Global Energy Issues, 27, (2), 160-203 Bridgwater, A.V. dan Czernik, S. (2002), The status of biomass fast pyrolysis. In Fast Pyrolysis of Biomass: A Handbook Volume 2, Bridgwater, A. V., Ed. CPL Press: Newbury, UK, Vol. 2. Bridgwater, A.V. dan Peacocke, G.V.C. (2000). Fast pyrolysis processes for biomass. Renewable and Sustainable Energy Reviews,4, 1-73. BPS Aceh, (2010). Aceh Dalam Angka. http://aceh.bps.go.id/ akses 9 Maret 2014. Daugaard, D.E. dan Brown, R.C. (2003). Enthalpy for pyrolysis for several types of biomass. Energy & Fuels, 17, 934-939. Ferreira V. S., Rego I.N.C., Pastore Jr. F., Mandai M.M., Mendes L.S., Santos K.A.M., Rubim J.C., dan Suarez P.A.Z. (2005). The use of smoke acid as an alternative coagulating agent for natural rubber sheets production. Bioresource Technology 96, 605–609. Goutara (1985). Dasar Pengolahan Karet. Agro Industri Press Departemen Teknologi Industri Pertanian, Bogor. Huber, G.W. dan Iborra, S.; Corma, A. (2006). Chemistry, catalysts, and engineeirng. Chemical Reviews, 106, 4044-4098. Machdar I., Fatanah U., Aprilia, S., dan Faisal, M. (2010). Modifikasi Reaktor Pirolisis Dan Utilitasnya Pada Kelompok Brata Jaya Penghasil Asap Cair Di Aceh Utara. Laporan Program Ipteks Bagi Masyarakat (IbM), Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala. Machdar I., Fatanah, U., dan Faisal, M., (2011). Detail Enginering Design (DED) Reaktor Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Industri Asap Cair Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Beunyot, Kabupaten Bireuen, Kapasitas 1.200 kg. Dalam: Proposal Program TERAPAN, Kerjasama Fakultas Teknik Unsyiah, ADF, BIMA, dan An’nisa Center. Sub-Proposal for Aceh Economic Development Financing Facility, MDF-World Bank. http://www.aceh-edff.org/. Newton E.B., Stewart W.D., dan Willson W.A., 1947. Crude rubber preparation––sheet production by continuous coagulation of Hevea latex. Ind. Eng. Chem. 39, 978–984 Peraturan Gubernur Aceh Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2012-2017 beserta lampirannya. Banda Aceh. Statistik Perkebunan Indonesia (2009-2011). http://ditjenbun.deptan.go.id akses 1 Maret 2012
30
LAMPIRAN BIODATA KETUA PENELITI I. Identitas Diri 1 Nama Lengkap 2 Instansi Asal 3 Nomor Identitas/NIP 4 Tempat dan Tanggal Lahir 5 Alamat Rumah 6 7 8 9
Nomor Telepon/Faks Nomor Telepon/HP Alamat Kantor
10
E-mail
II. Riwayat Pendidikan Program Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk-Lulus Tahun Lulus
Dr. Syaifullah Muhammad, ST, M.Eng Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala 19710515 1999031001 Kualasimpang, 15 Mei 1971 Jl. Sawah Lr. Cempaka No.2 Lamteh Ulee Kareng Banda Aceh 0651 51977 / 0651 54208 081370105276 Jurusan Teknik Kimia Unsyiah Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No.7 Darussalam
[email protected]
S1 UNSYIAH Banda Aceh Teknik Kimia 1990 1997
S2 Curtin University Western Australia Chemical Engineering 2005 2008
S3 Curtin University Western Australia Chemical Engineering 2009 2013
III. Pengalaman Penelitian (3 tahun terakhir) Pendanaan Sumber Jumlah
No .
Tahun
Judul
1.
2014
MP3EI- 176.200.000 DIKTI
2
2014
3
2009
Intervensi Teknologi Nanopartikel Pada Limbah Biomassa Sawit dan Mineral Alam Untuk Peningkatan Kualitas Produksi Minyak dan Optimalisasi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Aid Aftermath : Asset Replacement as a Vehicle for Economic Recovery and Develop in a Postdisaster Situation Heterogeneous Catalytic Oxidation of Organic Compound for Wastewater Treatment
DIKTI
Riset S3
4
2005
Nanocrystalline Zeolite : Synthesis and Application
ADB
Riset S2
IV. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah No Tahun Judul Artikel Ilmiah 1 2009 Chromium and Lead Removal Using Synthesized Nanocristalline Zeolite 2 2011 Heavy Metal Removal from 31
EOSNTU
Volume/Nomor Vol. 10, No.1
Nama Jurnal Jurnal Purifikasi
Vo. 8, No. 1
Jurnal Rekayasa
3
2012
4
2012
5
2012
6
2012
7
2012
8
2013
9
2013
10
2013
11
2013
12
2013
13
2014
Wastewater Using Synthesized Silicate-1 Nano Crystal Heterogeneous activation of peroxymonosulphate by supported ruthenium catalysts for phenol degradation in water Coal fly ash supported Co3O4 catalysts for phenol degradation using peroxymonosulfate Heterogeneous Catalytic Oxidation of Aqueous Phenol on Red Mud Supported Cobalt Catalysts Red mud and fly ash supported Co catalysts for phenol oxidation α-MnO2 activation of peroxymonosulfate for catalytic phenol degradation in aqueous solutions Removal of Phenol Using Sulphate Radicals Activated by Natural Zeolite-Supported Cobalt Catalysts A comparative study of spinel structured Mn3O4, Co3O4 and Fe3O4 nanoparticles in catalytic oxidation of phenolic contaminants in aqueous solutions Activated carbons as green and effective catalysts for generation of reactive radicals in degradation of aqueous phenol Manganese oxides at different oxidation states for heterogeneous activation of peroxymonosulfate for phenol degradation in aqueous solutions Different Crystallographic Onedimensional MnO2 Nanomaterials and Their Superior Performance in Catalytic Phenol Degradation Shape-controlled activation of peroxymonosulfate by single crystal α-Mn2O3 for catalytic phenol degradation in aqueous solution
V. Pemakalah Seminar Ilmiah No. Nama Pertemuan Ilmiah/seminar 1
Chemeca Conference
215-216
2, (13)
RSC Advances
51
Industrial & Engineering Chemistry Research, Catalysis Today
190 (1) Volume 26
Catalysis Communications
November 2013, 224
Journal of Water, Air, & Soil Pollution, Journal of Colloid and Interface Science
407
3 RSC Advance
142– 143
Applied Catalysis B: Environmental
47 (11)
Environmental Science & Technology
154-155C (2014), pp. 246251
Applied Catalysis B: Environmental
Judul Artikel Ilmiah Nanocrystalline zeolite: Synthesis and Heavy Metal Removal 32
Kimia dan Lingkungan Journal of Hazardous Materials
Waktu dan Tempat 2007, Melboune Australia
2
Chemeca Conference
3
Annual International Conference Syiah Kuala University
4
TIChE International Conference
5
Water Congress
Heterogeneous catalytic oxidation of phenol for wastewater treatment using ruthenium catalyst Phenol degradation on heterogeneous catalytic oxidation by using CobaltNatural Zeolite Catalyst Catalytic oxidation of toxic organic in aqueous solution for wastewater treatment : a review Phenol degradation in heterogeneous catalytic oxidation using CoMCM48 and Co-Natural Zeolite Catalyst
VI. Pengalaman Penulisan Buku NO TAHUN JUDUL 1
2009
Australian Clipnotilolite Tuff for Removal of Metal ion From Wastewater,
2
2009
Nanocrystalline Zeolite Synthesis and Heavy Metal Removal
Jumlah Halaman 25 halaman Book Chapter dalam 645 halaman buku 140 Buku
2011, Sydney Australia
2011, Banda Aceh Indonesia
2011, SongkhlaThailand
2012, Busan Korea
ISBN/PENERBIT 978-1-61324-973-4 NOVA PUBLISHER AUSTRALIA 978-3-8383-2626-9 LAMBERT ACADEMIC PUBLISING GERMANY
VII. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Reayasa Sosial Lainnya dalam 5 tahun terakhir No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon Lainnya yang telah diterapkan Penerapan Masyarakat 1 Anggota Tim Ahli Bidang Rekayasa 2014 Aceh Indonesia Proses dan Lingkungan pada Penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur Aceh tentang Kawasan Perhatian Industri (KPI) Aceh 2 Melakukan berbagai program 2007 Perth Western kemasyarakatan sebagai Sekretaris Australia ICMI Orsat Western Australia 3 Memberikan training communication 2009 Banda Aceh Memberikan skills untuk penyuluh pedesaan Piagam Penghargaan 4 Menjadi pemimpin Organisasi 2011 Perth Western AIPSSA dan melakukan berbagai Australia program social kemasyarakatan 5 Membentuk Organisasi Indonesia 2011 Perth Western Memberikan 33
Australia Photography Association (IAPA) dan menyusun AD/ART Organisasi Membentuk Organisasi Aceh Society of Western Australia (ASWA) dan merumuskan guideline organisasi Memberi pelatihan tentang Organization Networking untuk masyarakat Indonesia di Western Australia Memberi Pelatihan Leadership dan Managemen Organisasi untuk mahasiswa dari beberapa fakultas.
6
7
8
Australia
VIII. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir No Jenis Penghargaan 1 The Best presenter in HEDS Seminar on Science and Technology 2 The Best presenter in HEDS seminar on science and technology 3 Quantum Teaching Trainer 4
Public Speaking Trainer
4
Penghargaan sebagai Pengurus AIPSSA
3
Guest Speaker
4
Motivator Trainer
5
Prestasi meraih doktor
2013
Perth Western Australia
2013
Perth Western Australia
2013
Banda Aceh, Indonesia
kepercayaan sebagai ketua dewan pendiri Memberikan kepercayaan sebagai ketua Memberikan Piagam Penghargaan Memberikan Piagam Penghargaan
Institusi Pemberi Penghargaan HEDS-JICA
Tahun 2002
FORUM-HEDS
2003
Politeknik Lhokseumawe Aceh The Annisa Centre Banda Aceh Konsul Jenderal RI Perth Western Australia Cahaya Hati Foundation Australia Program PHKI-DIKTI Program Studi Akuntansi Universitas Syiah Kuala Dekan Fakultas Teknik Unsyiah
2004 2009 2011 2013 2013
2013
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya Banda Aceh, 18 Mei 2014 Pengusul,
Dr. Syaifullah Muhammad, ST, M.Eng NIP. 19710515 199903 1 001
34
BIODATA ANGGOTA PENELITI I. IDENTITAS DIRI 1.1 Nama Lengkap 1.2 Instansi Asal 1.3 Nomor Identitas
1.4 1.5
Tempat dan tanggal lahir Alamat rumah
1.6 1.7 1.8 1.9 1.10
Nomor telepon/fax Nomor HP Alamat Kantor Nomor telepon/fax Alamat E-mail
II. Riwayat Pendidikan 2.1 Program 2.2 Nama Perguruan Tinggi : 2.3 Bidang Ilmu : 2.4 Tahun Masuk 2.5 Tahun Lulus
Ir. Darwin, MT Fakultas Teknik Unsyiah KTP : 1171021312560001 NIP. : 19561213 199102 1 001 NIDN : 00-1312-5601 Banda Aceh/ 13 Desember 1956 Jalan Malikul Saleh No.16 Gampong Kota Baru, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh 06517552893 0812-69-09652 Jln Tgk Syech Abdul Rauf, No.7 Darussalam (0651)7552222
[email protected]
S1 Universitas Gadjah Mada Teknik Mesin 1980 1990
S2 Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Teknik Mesin 1997 2001
III. Pengalaman Penelitian (3 tahun terakhir) Pendanaan Sumber
No. Tahun
Judul
1.
Capability Study Of Garden Plant in Mandiri the Absorption of Solar Heat to Overcome Local Heat Uji Karakteristik Pengering Serbaguna Hibah Riset Energi Matahari dan Biomassa Tipe Unggulan Daerah Lorong dan Teknologi Tepat Guna Propinsi Aceh Analisis Pengaruh Konfigurasi Pipa Mandiri Pemanas Air Surya Terhadap Efisiensi Pengaruh Jumlah Kolektor Jenis Mandiri Tabung Setengah Silindris Terhadap Kenaikan Temperatur Fluida Kaji Eksperimental Pengaruh Susunan Mandiri Kolektor Seri dan Paralel Jenis Tabung Setengah Silindris Terhadap Kenaikan Temperatur Fluida
2.
2011
2012
3.
2013
4.
2013
5.
2013
35
Jumlah (Juta Rp) -
57,5
-
-
IV. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat (3 tahun terakhir) Pendanaan No. Tahun Judul Sumber 1.
2013
Jumlah (Juta Rp) Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) se BPM Propinsi 5 AcehVIII di Takengon-Aceh Tengah Aceh membawa Alat Pengering Serbaguna Energi Matahari dan Biomassa
2. V. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah No. Tahun Judul 1 2006 Pengaruh Kaca Penutup Terhadap Performansi Kolektor Surya Jenis Silindris Setengah Lingkaran, 2
2010
3
2010
4
2011
5
2013
6
2013
7
2013
Pengaruh Diameter Tabung Kaca dan Pipa Absorber Terhadap Performansi Kolektor Surya Jenis Silindris Setengah Lingkaran, Perencanaan Instalasi Pengujian Pompa Sentrifugal Secara Seri dan Paralel Capability Study Of Garden Plant in the Absorption of Solar Heat to Overcome Local Heat Analisis Pengaruh Konfigurasi Pipa Pemanas Air Surya Terhadap Efisiensi Pengaruh Jumlah Kolektor Jenis Tabung Setengah Silindris Terhadap Kenaikan Temperatur Fluida Kaji Eksperimental Pengaruh Susunan Kolektor Seri dan Paralel Jenis Tabung Setengah Silindris Terhadap Kenaikan Temperatur Fluida
Keterangan Proceedings Chemical Engineering Science and Aplication (ChESA), 2006, Teknik Kimia Unsyiah, ISSN : 1693-3044, Hal. 66-80. Proceedings Chemical Engineering Science and Aplication (ChESA), 2010, Teknik Kimia Unsyiah, ISSN : 1693-3044, Hal. 520-529. Jurnal Teknologi Rekayasa Teknorona, 2010, ISSN 1410-2560, No.1, Vol.8, Hal.42-45 Prosiding BKS-TM 2011, ISBN 978602-19028-0-6, SNTTM X / Unibraw Malang, Hal.512-518 Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ROTOR /Unej- Jember, ISSN : 1979-018X, Vol. 6, No. 1, April 2013, Hal. 11-16 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM) / Unlam-Lampung Prosiding Seminar Nasional Rekayasa dan Teknologi 2013 / Unimal Lhokseumawe, ISSN : 9772354587-001, Hal. 194-202
VI. Pengalaman Penulisan Buku No. Tahun
Judul
Jumlah Halaman
Penerbit
1.
-
-
-
-
2.
-
-
-
-
36
37
BIODATA ANGGOTA PENELITI I. IDENTITAS DIRI 1 2 3 4 5 6
Nama Lengkap Jabatan Fungsional NIP NIDN Tempat/tanggal lahir Alamat rumah
Ernawati, SP, MSi. Asisten Ahli 19741003 200604 2 001 0003107403 Kualasimpang, 3 Oktober 1974 Jln. Arifin Ahmad II No. 12 Ie Masen Kaye Adang Banda Aceh 7 Nomor HP 08126909062 8 Alamat Kantor Jln Tgk Syech Abdul Rauf, Darussalam, Banda Aceh 9 Alamat E-mail
[email protected] 10 Mata kuliah yang diasuh 1. Pengantar Ekonomi Pembangunan 2. Pengantar Ekonomi Pertanian 3 Pengantar Ekonomi Mikro 4. Sejarah Pemikiran Ekonomi 5. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah II. Riwayat Pendidikan 1. 2.
Program Nama PT
3
Bidang Ilmu
4 5 6
Tahun Masuk Tahun Lulus Judul Skripsi
7
Nama pembimbing
S1 Universitas Syiah Kuala Sosial Ekonomi Pertanian 1993 2000 Analisis Manfaat Bank Perkreditan Rakyat Syariah Terhadap Nasabah (Studi Kasus pada BPRS Hareukat Dan BPRS Hikmah Wakilah Kabupaten Aceh Besar)
S2 Universitas Syiah Kuala Ilmu Ekonomi
S3 -
1998 2004 Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Output Dari Sisi Penawaran Agregat Di Sektor Pertanian Indonesia
-
Dr. Ahmad Humam Prof. Dr. Ramlan Hamid, MA Ilyas, M.Si
-
-
III. Pengalaman Penelitian (5 tahun terakhir) No.
Tahun
Judul
1.
2008
Persepsi Pedagang Pasar Aceh terhadap Pelatihan Wirausaha
2.
2008
Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan Terhadap Perubahan Pengetahuan Pada Masyarakat 38
Pendanaan Sumber Jumlah (Juta Rp) GTZ, Jerman 30 American Frends Service
63
Konflik
3.
2009
Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Pada Masyarakat Konflik Desa Siem dan Krueng Kale Aceh Besar
4.
2009
Persepsi Masyarakat (perempuan) Terhadap Manfaat KSM (Kelompok Swadaya Masyaraka) di Wilayah Konflik
5.
2010
Pranata Sosial dan Kebijakan Pembangunan Yang mengakomodir Kepentingan Perempuan
6.
2011
7.
2011
8.
2012
9.
2013
Commite (AFSC) Indonesia American Frends Service Commite (AFSC) Indonesia American Frends Service Commite (AFSC) Indonesia
American Frends Service Commite (AFSC) Indonesia Analisis Program Advokasi American Terhadap Pengelolaan Sumber Daya Frends Ekonomi Gampong Berperspektif Service Perempuan di Gampong Siem dan Commite Gampong Lambiheu Lambaro Angan (AFSC) Kecamatan Darussalam Aceh Besar Indonesia Market Analysis Products of Fish EDFF- MDF Processing Industry and Creative World Bank Industry Rekayasa Material Komposit Untuk Dikti Alternatif Bahan Bangunan Sebagai (Penelitian Upaya Peningkatan Nilai Ekonomi Dosen Muda) Limbah Pertanian Dampak PT. PIM Di Aceh PT.PIM
42
42
48
10
75
15
230
IV. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat (5 tahun terakhir) No.
Tahun
1.
2008
2.
2008
3.
2008
Judul Training Dasar-dasar Kewirausahaan pada ‘Career Day’, Fakultas Ekonomi Unsyiah Pelatihan Kewirausahaan untuk masyarakat kecamatan Banda Sakti Lhoksemawe Training Managemen Akuntansi Koperasi untuk koperasi dampingan LOGICA kecamatan Baitussalam dan Peukan Bada Aceh Besar 39
Pendanaan Sumber Jumlah (Juta Rp) Gtz - Jerman 20
Gtz - Jerman
25
AIRPD LOGICA
30
4.
2008
Training Managemen Akuntansi Koperasi untuk koperasi dampingan LOGICA kecamatan Panga dan Teunom Aceh Jaya Training Managemen Akuntansi Koperasi untuk koperasi dampingan LOGICA kecamatan Samatiga Aceh Barat Entrepreneurship Training untuk masyarakat Gampong Siem dan Gampong Krueng Kalee Aceh Besar
5.
2008
6.
2009
7.
2009
Training Dasar-dasar Keuangan Usaha untuk masyarakat Gampong Siem dan Gampong Krueng Kalee Aceh Besar
8.
2009
Entrepreneurship Training untuk Ingkubator Usahawan Muda FE Unsyiah Banda Aceh
9.
2010
Coaching Pembukuan dan Pengembangan usaha (Series) untuk kelompok usaha Damee Beusampo dan Kelompok Kue Tradisional Gampong Siem dan untuk KUBE (kelompok bersama) KUBE Gampong Lambiheu Lambaro Angan Aceh Kabupaten Aceh Besar
10.
2011
11.
2011
12.
2011
13.
2012
14.
2012
15.
2013
Program Magang Manajemen dan Keuangan Koperasi Untuk Koperasi Industri TERAPAN di Kabupaten Pidie Jaya Program Magang Manajemen dan Keuangan Koperasi Untuk Koperasi Industri TERAPAN di Kabupaten Bireun Program Magang Manajemen dan Keuangan Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Program TERAPAN di Gampong Beunyot Kecamatan Juli Kabupaten Bireun IbM Kelompok Brata Jaya Penghasil Asap Cair di Aceh Utara Penguatan Sumber Daya Koperasi dan UMKM Untuk Mitra UKM Center FE Unsyiah (Series) di Banda Aceh dan Aceh Besar Training Perencanaan Bisnis untuk Ingkubator Usahawan Muda FE 40
AIRPD LOGICA
40
AIRPD LOGICA
40
American Friends Service Commitee (AFSC) Indonesia American Friends Service Commitee (AFSC) Indonesia UKM Center Fakultas Ekonomi Unsyiah American Friends Service Commitee (AFSC) Indonesia
40
EDFF- MDF World Bank
35
EDFF- MDF World Bank
35
EDFF- MDF World Bank
12
Dikti- IbM
38
UKM Center FE Unsyiah
25
UKM Center FE Unsyiah
20
40
20
12
Unsyiah Banda Aceh V. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah (5 tahun terakhir) No. Tahun 1
2008
2
2011
3
2012
Judul
Keterangan
Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Output Dari Sisi Penawaran Agregat Di Sektor Pertanian Indonesia Pengaruh Pelatihan Motivasi Kewirausahaan dan Pembiayaan Usaha Terhadap Perubahan Motivasi Usaha dan Perkembangan Usaha Kecil Mikro di Gampong Siem Aceh Besar Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Perkembangan Usaha Mikro Pada Masyarakat Konflik Desa Siem dan Krueng Kalee Kabupaten Aceh Besar
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis – Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Vol. 7, No.3, hal.173-186. Jurnal Perspektif Manajemen dan Perbankan – Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Vol. 2, No.2, hal.73-89. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan – Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim. Vol. III, No.6, hal.49-56.
VI. Pengalaman Penulisan Buku No.
Tahun
1
2012
Jumlah Halaman
Judul Dampak Program Kampung Damai dan Kebijakan Pembangunan Pranata Sosial Yang Mengakomodir Kepentingan Perempuan ISBN: 978-979-8278-88-4
98
Penerbit
Syiah Kuala University Press
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Darussalam, 18 Mei 2014
Ernawati, S.P, M.Si NIP. 19741003 200604 2 001
41