02/12/2015
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN
LATAR BELAKANG
Kontribusi subsektor kehutanan terhadap PDB terus merosot dari 1,5% (1990-an) menjadi 0,67% (2012) Pertanian 15,14% (sawit 17,4%), Tambang 10,43%)
Defisit kemampuan pasok KB. Demand KB IUIPHHK meningkat (± 64,65juta m³) tetapi suplly IUPHHKHA/HT rendah (± 23,23 juta m³)
Penetapan angka FE untuk JPT masih rendah (0,7) dan diberlakukan seragam untuk semua kondisi wilayah dan IUPHHK-HA.
1
02/12/2015
Pengertian
Pemanenan kayu adlh serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon dan biomass lainnya menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. (Suparto, 1982)
Faktor eksploitasi (FE) adalah efektivitas penebangan yang besarnya berkisar 0,7- 0,9 yang ditetapkan berdasarkan kemampuan pemegang IUPHHK dan ILS untuk menekan limbah kegiatan penebangan/pemanenan pohon (Kepmenhut No.126/Kpts-II/2003)
2
02/12/2015
MENGAPA FAKTOR EKSPLOITASI PERLU DIKAJI......?? 1
2
• Dasar perhitungan JPT • Potensi & kelestarian HAP semakin mengkhawatirkan ---> discrepancy suppLy VS demand
3
• Perubahan paradigma sistem pemanenan yang yang lebih ramah lingkungan
4
• Adanya dukungan kebijakan untuk pemanfaatan limbah kayu ---> Permenhut No. 9 tahun 2009 jo No.35 taun 2008.
5
• Kesadaran IUPHHK-HA terhadap pengelolaan hutan alam produksi lestari
PERKEMBANGAN JUMLAH DAN LUAS AREAL IUPHHK-HA
Sumber : Kstatistik Kemenhut 2014
3
02/12/2015
PEROLEHAN PNBP SEKTOR KEHUTANAN
NON KAYU
KAYU
Rp 0,35 T (10,3%)
Rp 2,91T (89,7%)
HT (16,9%)
HA (83,1%) TOTAL PSDH (Rp 3,26 T)
90,00
81,35
80,00
71,89
70,00
69,01 60,06
60,00
58,51
56,26
54,12
50,00
51,69 40,33
40,00
30,00
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
4
02/12/2015
40,00
38,9
37,3
35,6
35,00 25,34
30,00
23,23
25,00 20,00
19,66
13,20
15,6
15,00 10,00 5,00 2010
2011
Produksi log (juta m³)
2012
2013
Kapasitas IUIPHHK (juta m³)
Penentuan IUPHHK-HA (Purposif )
Penentuan dan pembuatan plot pengamatan (Sistematic sampling with purposif start)
Inventarisasi tegakan 20 cm up)
Penebangan (Pengukuran dan pengamatan) a. b. c.
Volume kayu BBC Limbah tunggak, pangkal dan ujung Kerusakan tegakan
Indek tebang
Faktor Eksploitasi (Indek tebang X Indek sarad)
Penyaradan (Pengukuran dan pengamatan) a. Limbah kayu di jalan sarad b. Kerusakan tegakan Indek sarad Grading dan Scaling (Pengukuran limbah di TPn) a. Limbah bekas trimming, Limbah sortimen cacat dan kayu yang tidak terangkut b. Volume kayu dimanfaatkan
5
02/12/2015
RANCANGAN PENEMPATAN PLOT PENELITIAN (Purposive systematic sampling) 1.000 m
Alternatif-1
100 m
300.m
P1
100 m
P2
100 m
P3
Batas anak petak tebang
1.000.m
Keterangan: 100 m
P1
= jalan angkutan = jalan sarad
100 m
= TPn P2
100 m
(j1...j50) = jalur rintisan
P3 Alternatif -2
CARA PENGUKURAN INDEK TEBANG DI PETAK TEBANG A E
B Tunggak
Ec
Eb
ø ≥ 30 cm
C D
Keterangan : A = Batang bebas cabang; B = Batang yang dimanfaatkan; C = Limbah tunggak (tinggi tunggak-tinggi tebang diijinkan); D = Limbah pangkal; E = Limbah ujung s/d ø ≥ 30 cm (Ec = cacat, Eb = baik); Ec (pecah, notch, busuk hati, bengkok, growong)
6
02/12/2015
UKURAN TAKIK TEBANG PADA PENEBANGAN POHON
D
Keterangan: A = Atap takik rebah B = Alas takik rebah
C T
A
5-10 cm
B ¼ -1/3 D
E
C = Takik balas
D = Diameter pohon (dbh) E = Kayu yang disisakan sebagi engksel T = Tinggi tebang (tunggak)
Banir pohon Limbah pangkal
Kayu dimanfaatkan
7
02/12/2015
HUBUNGAN FAKTOR EKSPLOITASI DENGAN TINGKAT PRODUKSI YANG DIPERBOLEHKAN
Etat Luas : L = TA – TB – NP 35 tahun Keterangan : L = Luasareal yang dapat ditebang per tahun; TA = Total areal konsesi (Ha); TB = Luas areal tidak berhutan (Ha), NP = Luas areal non produksi;
JPT : V = L x P x Fp x FE Keterangan : V = volume kayu yang dapat ditebang per tahun (m3/th); L = Luas areal yang dapat diteban per tahun (ha); P = Potensi kayu sesua ilimit diameter masing fungsi hutan (m3/th); FP = faktor kelestarian; FE = faktor eksploitasi
JPT NASIONAL KAYU BULAT 2006 - 2010 Rekapitulasi JPT Nasional 9400 y = 212,47x - 417883 R² = 0,5191
JPT (dalam ribuan m3)
9200 9000 8955
8800
8955
8975
8975
8600 8400 8200 8000 7800 2005
7922,65 2006
2007
2008 Tahun
2009
2010
2011
Sumber : Kemenhut, 2011
8
02/12/2015
JPT KAYU BULAT PER WILAYAH 2006 - 2010
JPT (dalam ribuan m3)
14000 12000 10000
8000 2010 2009 2008 2007 2006
6000 4000 2000 NAD Sumut Sumbar Riau jambi Sumsel Bengkulu NTB Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Gorontalo Sultra Sulbar Maluku Malut Papua Barat Papua
0
Sumber : Kemenhut, 2011
IMPOR KAYU BULAT 2005 - 2010
30,000
Volume (ribu ton)
25,000
26,156 18,996
20,000 16,887
18,121
15,000
14,529
10,000 8,085 5,000 0,000 2004
2005
2006
2007 2008 Tahun
2009
2010
2011
Sumber : Kemenhut, 2011
9
02/12/2015
Volume (ribu ton/tahun)
NEGARA TERBESAR PENGEKPOR KAYU BULAT KE INDONESIA 2007 - 2010 20,00 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 -
17,59
10,24 5,48 1,54
0,38 0,33 0,96
5,45
0,27
1,36
0,29
Sumber : Kemenhut, 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI FE
Teknis
Kebijakan
Ekologis FE
Optimum
Ekonomis
10
02/12/2015
HASIL PENELITIAN FAKTOR EKSPLOITASI DI HUTAN ALAM LAHAN KERING 0,88 0,86
0,87 0,86
0,86
0,84 Nilai FE
0,83 0,82 0,8
0,8
0,8 0,8
0,78 0,76 0,75
0,74 1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
Tahun
IMPLIKASI PEMANFAATAN LIMBAH PEMANENAN KAYU Mengurangi defisit sebesar 2,75 % dari total kebutuhan kayu bulat ± 40 juta m3/tahun
Menambah PNBP Rp 38,7 miliar/tahun dari limbah pemanenan (tarif USD 2/m3)
Mengurangi impor kayu bulat ± 54.999 ribu ton m3/tahun senilai US$ 17,084 juta/tahun
11
02/12/2015
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Potensi limbah pemanenan kayu mencapai 1.547.000 m3 (JPT 9,1 juta m3) atau berkisar 13 – 25% dengan rata-rata 17,87% atau
Hasil penelitian, nilai FE berkisar 0,75 – 0,87 (rata-rata 0,82) dan cenderung meningkat
Kebijakan penetapan FE bersifat umum sebesar 0,70 perlu dikaji ulang sesuai kondisi dinamika wilayah dan IUPHHK-HA
Perlu sosialisasi sistim silvikultur dlm areal IUPHHK-HA (Permenhut no.11/2009), PUHHK HA (Permenhut no.41/2014), IUIPHHK (Permenlhk no.13/2015), dan
PHPL & SVLK Permenhut no.43/2014
TERIMA KASIH
12