LAPORAN PENELITIAN
Kerjasama:
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Pemerintah Kabupaten Badung dengan
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali
2015 1
LAPORAN PENELITIAN
Tim Peneliti: I Ketut Surata Ni Made Eka Mahadewi I Wayan Mertha I Putu Eka N. Kencana Made Sulasa Jaya Ismoyo S. Sumarlan Putu Esa Widahartana Putu Irma Yunita I Putu Anom
[STP Nusa Dua Bali] [STP Nusa Dua Bali] [STP Nusa Dua Bali] [ Universitas Udayana ] [ BPPD Kab. Badung ] [PHRI Bali] [STP Nusa Dua Bali] [STP Nusa Dua Bali] [ Universitas Udayana ]
Kerjasama:
BADAN PROMOSI PARIWISATA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG SPK Nomor: 041/BPPD Badung/V/2015 dengan
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI SPK Nomor: 041/STPNB/V/2015
2015
RINGKASAN EKSEKUTIF Pariwisata merupakan salah satu dari sejumlah kecil industri yang perkembangannya pada dua dasawarsa terakhir sangat pesat. World Tourism Organization (WTO) mencatat pada periode 1996 – 2005, industri pariwisata dunia tumbuh sebesar 25 persen atau kurang lebih 2,5 persen per tahun dan pada penghujung 2005 kontribusi industri pariwisata terhadap aktivitas perekonomian dunia tercatat sekitar 10 persen (UNEP - WTO, 2005, p.2). Terlepas dominannya peran industri pariwisata dalam aktivitas perekonomian suatu negara dan ataupun suatu wilayah, sektor ini juga berdampak pada lingkungan alam, sosial, dan budaya dari masyarakat pada destinasi di mana aktivitas wisata tersebut berlangsung. Kesulitan dalam memprediksi pertumbuhan penawaran serta permintaan produk dan atau jasa pariwisata – khususnya pada usaha jasa akomodasi, kurang tepatnya penggunaan teori maksimasi profit dalam ranah ilmu ekonomi dalam menentukan titik keseimbangan penawaran serta permintaan akomodasi, serta dampak (negatif) terhadap lingkungan dan kondisi sosial budaya masyarakat yang muncul akibat pertumbuhan penawaran dan atau permintaan yang tak terkendali; menyebabkan pentingnya dilakukan studi mengenai pemetaan penawaran dan permintaan usaha jasa akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung dilakukan. Sebagai sentra kepariwisataan Bali, potensi pariwisata di Kabupaten Badung sebaiknya dikembangkan dengan mempertimbangkan keseimbangan penawaran dan permintaaan usaha jasa akomodasi dengan tetap mengedepankan aspek keberlanjutannya. Memperhatikan vitalnya keseimbangan antara penawaran usaha jasa akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung dengan permintaan yang disebabkan kunjungan wisatawan mancanegara serta wisatawan nusantara terjaga, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui sebaran usaha jasa akomodasi di Kabupaten Badung berdasarkan distribusi geografis – dalam hal ini distribusi per kecamatan di Kabupaten Badung, serta distribusi jenis usaha akomodasi, dan; 2. Mengetahui persepsi wisatawan nusantara dan mancanegara mengenai berbagai aspek kepariwisataan di Kabupaten Badung serta jenis usaha akomodasi yang digunakannya selama melakukan kunjungan wisata di daerah ini.
1. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Badung dalam menata destinasi wisata di daerahnya, khususnya dalam mendampingi dan mengawasi usaha akomodasi pariwisata agar taat dan patuh terhadap regulasi yang ada;
RINGKASAN EKSEKUTIF
Diketahuinya profil usaha jasa akomodasi dan terbentuknya keseimbangan serta sinkronisasi antara penawaran usaha jasa akomodasi pariwisata dengan permintaan wisatawan yang disertai dengan persepsi mereka mengenai destinasi wisata dan kepariwisataan di Kabupaten Badung bermanfaat untuk:
iv
2. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Badung dalam menata destinasi wisata di daerahnya, khususnya dalam mengembangkan destinasi wisata baru dan meningkatkan kualitas destinasi wisata yang telah ada; 3. Memudahkan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung dalam merancang strategi pemasaran destinasi yang efektif, sehingga kuantitas dan kualitas wisatawan yang berkunjung ke daerah ini dapat ditingkatkan; 4. Membantu para stakeholders kepariwisataan di Kabupaten Badung dalam mewujudkan Kepariwisataan Badung yang berkelanjutan, yang memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat di kedua sub-wilayah – Badung Selatan dan Badung Utara – dengan mengedepankan sinergi manfaat di bidang ekonomi dengan manfaat di bidang sosial budaya dan lingkungan. Studi ini dirancang menggunakan metode kuantitatif, dimana data dikumpulkan dan diolah dengan terlebih dahulu mengklasifikasikan semua jenis usaha akomodasi yang dicatat dari berbagai sumber dalam periode waktu tertentu. Unit analisis dari pemetaan penawaran usaha akomodasi ini adalah perusahaan, yakni jenis usaha akomodasi wisata yang ada di lokasi penelitian. Adapun lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Badung yang terdiri dari enam kecamatan, yakni: Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara, Kuta, dan Kecamatan Kuta Selatan, dengan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Kecamatan Kuta merupakan kecamatan dengan populasi usaha akomodasi terbesar dari enam kecamatan di Kabupaten Badung meskipun luas wilayah kecamatan ini hanya 4,19 persen dari total luas wilayah Kabupaten Badung yang tercatat 418,52 km 2. Jumlah usaha akomodasi yang berlokasi di Kecamatan Kuta tercatat sebesar 1 735 unit (sekitar 50,54 persen) dari 3 433 unit usaha akomodasi di Kabupaten Badung;
3. Dua peringkat teratas dari persepsi positif wisatawan tentang indikator destinasi di daerah ini adalah keamanan dan kenyamanan berwisata serta kualitas produk dan jasa restoran. Sementara itu, dua besar persepsi negatif wisatawan tentang indikator destinasi di Kabupaten Badung adalah aksessibilitas di dalam destinasi dan kualitas fasilitas umum. Aksessibilitas destinasi berkaitan erat dengan persepsi negatif wisatawan tentang fasilitas akses bagi para disabilitas, kondisi trotoar dan kondisi jalan di dalam kawasan destinasi; 4. Pada aspek preferensi, wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang tergolong sebagai repeater guests dengan motif utama kunjungan adalah berlibur atau berekreasi lebih memilih jenis usaha hotel berbintang, hotel non-bintang dan vila sebagai tempat menginap mereka. Dua alasan yang dipilih sebagai preferensi terbesar kunjungan mereka ke Kabupaten Badung adalah
RINGKASAN EKSEKUTIF
2. Meskipun di Kecamatan Kuta Selatan tercatat jumlah akomodasi dari berbagai jenis sebanyak 701 unit usaha, justru kecamatan kedua di Kabupaten Badung yang di wilayahnya terdapat usaha akomodasi terbanyak setelah Kuta adalah Kecamatan Kuta Utara. Total usaha yang tercatat di wilayah ini sebanyak 899 unit dengan tiga besar jenis usaha adalah pondok wisata, penginapan khusus, dan vila. Bila dibandingkan dengan total jumlah usaha akomodasi di Kabupaten Badung, persentase usaha akomodasi di kecamatan ini sebesar 26,19 persen. Kecamatan Kuta Selatan tercatat hanya memiliki 230 unit vila dan pondok wisata sedangkan jumlah dari kedua jenis usaha akomodasi ini yang berlokasi di Kecamatan Kuta Utara 468 unit; dua kali lebih banyak bila dibandingkan dengan yang berlokasi di Kecamatan Kuta Selatan;
v
suasana di sekitar destinasi dan keindahan pantai yang mendominasi pesisir selatan dan barat dari wilayah Kabupaten Badung; 5. Terkait dengan pengetahuan wisatawan mengenai kemenarikan destinasi di Kabupaten Badung, aktivitas promosi yang dilakukan oleh pemangku kepentingan ternyata kurang efektif bila dibandingkan dengan informasi yang diperoleh melalui media internet dan informasi dari kawan atau orang lain yang telah pernah berkunjung (words of mouth). Hal ini menyimpulkan bahwa kegiatan promosi yang saat ini masih dilakukan secara konvensional perlu diperbaiki dan dikaji keefektifannya; 6. Model ARIMA terbaik untuk meramalkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Badung pada periode tahun 2015 – 2025 yang diperoleh menggunakan Expert Modeler dari SPSS versi 20 adalah ARIMA (1,0,0). Model ini menunjukkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan mancanegara merupakan fungsi autoregresi dengan lag 1, di mana jumlah kunjungan pada tahun ke – n akan dipengaruhi oleh jumlah kunjungan pada satu tahun sebelumnya. Mempergunakan model ini, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung pada tahun 2025 diprediksi berkisar 5 506 240 hingga 12 176 203 orang dengan perkiraan optimistik sebesar 8 325 026 orang atau mengalami laju pertumbuhan tahunan rata-rata pada periode ramalan sebesar 7,81 persen; 7. Rata-rata proporsi wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang dan di hotel nonbintang terhadap jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali pada periode tahun 2009 – 2013 di Provinsi Bali tercatat sebesar 92,79 persen dan 39,61 persen; sedangkan proporsi wisatawan nusantara tercatat sebesar 32,87 persen dan 129,21 persen. Menggunakan besaranbesaran ini – jumlah kunjungan wisatawan mancanegara berkembang secara moderat dan akselarasi – jumlah wisatawan (mancanegara dan nusantara) yang menginap di hotel berbintang pada tahun 2015 masing-masing diprediksi sebesar 4 839 300 orang dan 6 718 895 orang dan meningkat gradual pada tahun 2025 menjadi 10 263 453 orang dan 15 011 352 orang. Sementara itu, proyeksi jumlah wisatawan (mancanegara dan nusantara) yang menginap di hotel nonbintang pada tahun 2015 sebesar 3 564 057 orang dan 4 948 345 orang dan meningkat secara gradual pada tahun 2025 menjadi 7 558 848 orang (ramalan moderat) dan 11 055 589 orang (ramalan akselarasi).
a. Kebutuhan kamar akomodasi hotel berbintang pada skenario pesimistik, moderat, dan optimistik mulai mengalami kondisi over demand pada tahun 2017, 2016, dan 2015. Bila TPK (Tingkat Pengisian Kamar) pada ketiga skenario menjadi 80,00 persen; kondisi over demand baru akan terjadi pada tahun 2020, 2019, dan 2018; b. Kebutuhan kamar akomodasi hotel non-bintang dan jenis akomodasi lain pada skenario pesimistik, moderat, dan optimistik mulai mengalami kondisi over demand pada tahun
RINGKASAN EKSEKUTIF
8. Memperhatikan jumlah kamar akomodasi hotel berbintang serta hotel non-bintang dan jenis akomodasi lain pada Mei 2015 yang masing-masing tercatat sebesar 31 583 dan 63 145 kamar; pada proyeksi perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung secara moderat, diperoleh gambaran sebagai berikut:
vi
2023,2022, dan 2022. Bila TPK pada ketiga skenario menjadi 55,00 persen; kondisi over demand baru akan terjadi pada tahun 2025, 2024, dan 2024. Sehubungan dengan temuan-temuan pada penelitian ini, beberapa rekomendasi terkait dengan kebijakan dalam mewujudkan kepariwisataan di Kabupaten Badung yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat lokal, pemerintah, industri, dan juga kepada para wisatawan; direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Terkonsentrasinya usaha jasa akomodasi di Kecamatan Kuta akan memiliki dampak negatif dari sisi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Memperhatikan hal ini serta kecilnya kemungkinan untuk menutup usaha yang telah ada tanpa menimbulkan gejolak sosial – kecuali usaha tersebut ditutup pemiliknya oleh penyebab alamiah, maka direkomendasikan agar pengawasan dan pembinaan terhadap usaha akomodasi di kecamatan ini lebih diintensifkan. Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Badung untuk melibatkan secara intensif asosiasi-asosiasi usaha terkait (PHRI, Bali Villa Association, dan lainnya) dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan usaha. Pemberian penghargaan (reward) dan ganjaran (punishment) kepada usaha akomodasi yang tidak atau belum melaksanakan prosedur operasi baku (standard operation procedure/SOP) yang ditetapkan pihak berwenang perlu diberlakukan; 2. Memperhatikan kecendrungan bergesernya pembangunan usaha akomodasi ke Kecamatan Kuta Utara dan sebagian wilayah Badung Utara yang merupakan daerah resapan air dan pertanian, maka pemberian ijin pendirian seyogyanya dilakukan dengan sangat berhati-hati yang diimbangi dengan penegakan hukum secara tegas dan konsisten bagi usaha-usaha yang didirikan tanpa dilengkapi dengan perijinan yang diperlukan. Pengawasan usaha-usaha jasa akomodasi di wilayah-wilayah ini bisa diintensifkan dengan melibatkan peranserta aktif desa-desa adat yang ada di masing-masing kecamatan;
4. Keluhan wisatawan mengenai kondisi fasilitas umum di destinasi harus disikapi dengan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Badung – dalam rangka membangun maupun memeliharafasilitas umum (terutama toilet) di destinasi – bekerja sama dengan industri yang ada yang anggarannya bisa dialokasikan dari danaCorporate Social Responsibility (CSR) masing-masing usaha. Dalam hal pemeliharaannya, masing-masing industri – khususnya usaha akomodasi hotel berbintang – ditugaskan untuk memberikan pembinaan dan bertindak selaku bapak angkat dari pengelola fasilitas umum yang ada di destinasi, sehingga standar kebersihannya memadai dan sesuai dengan harapan wisatawan; 5. Terkait erat dengan belum efektifnya peranan promosi dalam meningkatkan pengetahuan wisatawan tentang berbagai destinasi di Kabupaten Badung, diusulkan agar selain promosi yang dilakukan secara konvensional juga mulai difokuskan pada electronic promotion dengan
RINGKASAN EKSEKUTIF
3. Mengingat aspek keamanan dan kenyamanan berwisata merupakan aspek yang paling dinilai positif oleh para wisatawan, maka keamanan dan kenyaman wisatawan di masing-masing destinasi harus dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Kerjasama harmonis dengan aparat kepolisian, masyarakat adat, serta industri pariwisata di daerah ini harus diintensifkan sehingga mampu memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan;
vii
memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi yang perkembangannya sangat pesat; 6. Mencermati bahwa kamar-kamar yang tersedia di hotel berbintang di Kabupaten Badung diduga akan mengalami situasi over demand pada tahun 2018 (skenario TPK = 80 persen) dan hotel nonbintang serta jenis akomodasi lainnya baru dimulai pada tahun 2024 (skenario TPK = 55 persen), maka direkomendasikan agar usaha akomodasi hotel non-bintang dan jenis akomodasi lainnya ditingkatkan statusnya menjadi jenis usaha hotel berbintang. Sebagai misal, sejumlah vila di kabupaten ini berpotensi untuk ‘naik status’ menjadi usaha akomodasi hotel berbintang. Tindakan ini akan mencegah terbangunnya hotel berbintang dan dapat meningkatkan tingkat penghunian kamar dari usaha akomodasi non-bintang. Sudah tentu hal ini harus diikuti dengan pengawasan harga yang intensif; dan
RINGKASAN EKSEKUTIF
7. Terkait dengan persepsi positif wisatawan mengenai kualitas jasa dan produk restoran di daerah ini, maka direkomendasikan para pemangku kepentingan mulai mengedepankan dan memperkenalkan kuliner lokal kepada para wisatawan. Setidak-tidaknya terdapat dua hal yang bisa didapatkan dari hal ini: (a) semakin besarnya manfaat (ekonomi) yang dirasakan oleh masyarakat lokal terkait dengan keberlangsungan pariwisata di wilayahnya, dan (b) adanya peluang untuk mengembangkan wisata kuliner sebagai bagian dari wisata budaya yang menjadi roh kepariwisataan Bali dan Badung pada khususnya. Sudah tentu hal ini harus didahului dengan sosialisasi dan pemberian pelatihan kepada kelompok masyarakat yang berminat, sehingga sanitasi dan higienitas dari kuliner tradisional terjaga.
viii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .........................................................................Error! Bookmark not defined. RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................... iv DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ix DAFTAR TABEL....................................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xiv Bab I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... I-1 1.1
Latar Belakang .............................................................................................................. I-1
1.2
Rumusan Permasalahan ............................................................................................... I-2
1.3
Batasan dan Tujuan Penelitian ..................................................................................... I-2
1.4
Manfaat Penelitian ....................................................................................................... I-3
Bab II. KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................... II-1 2.1
Sejarah Kepariwisataan Bali dan Indonesia ................................................................. II-1
2.1.1
Sejarah Kepariwisataan Kuta .................................................................................... II-3
2.1.2
Sejarah Kepariwisataan Nusa Dua ............................................................................ II-4
2.2
Pariwisata Berkelanjutan ............................................................................................. II-6
2.3
Penawaran dan Permintaan Usaha Akomodasi Pariwisata......................................... II-8
2.3.1
Pengertian dan Jenis Usaha Akomodasi Pariwisata ................................................. II-8
2.3.2
Penawaran Pariwisata .............................................................................................. II-9
2.3.3
Permintaan Pariwisata............................................................................................ II-10
2.3.4
Penghitungan Kebutuhan Usaha Akomodasi ......................................................... II-12
Bab III. METODE PENELITIAN .............................................................................................. III-1 3.1
Metode Penelitian ...................................................................................................... III-1
3.2
Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ............................................................... III-1
3.2.1
Populasi dan Metode Pengambilan Sampel Penawaran Usaha Akomodasi ........... III-1
3.2.2
Populasi dan Metode Pengambilan Sampel Permintaan Usaha Akomodasi .......... III-1
3.3
Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................................... III-2
3.2.1
Metode dan Teknik Analisis Penawaran Usaha Akomodasi .................................... III-2
3.2.2
Metode dan Teknik Analisis Permintaan Usaha Akomodasi ................................... III-2
ix
Bab IV. HASIL PENELITIAN .................................................................................................. IV-1 4.1
Penawaran Usaha Akomodasi Pariwisata di Kabupaten Badung ............................... IV-1
4.1.1
Geografi dan Kawasan Pariwisata di Kabupaten Badung ........................................ IV-2
4.1.2
Profil Jumlah Usaha Akomodasi Pariwisata ............................................................. IV-4
4.1.3
Profil Jumlah Kamar Usaha Akomodasi Pariwisata ................................................. IV-9
4.1.4
Profil Utilisasi Penawaran Usaha Akomodasi ........................................................ IV-15
4.2
Permintaan Usaha Akomodasi Pariwisata di Kabupaten Badung ............................ IV-21
4.2.1
Profil Responden Wisatawan................................................................................. IV-21
4.2.2
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ................................................ IV-27
4.2.3
Preferensi Wisatawan tentang Kepariwisataan di Kabupaten Badung ................. IV-34
4.2.4
Persepsi Wisatawan tentang Kepariwisataan di Kabupaten Badung .................... IV-40
Bab V. ANALISIS DAN DISKUSI ............................................................................................. V-1 5.1
Analisis Penawaran Usaha Akomodasi Pariwisata ...................................................... V-1
5.1.1
Kebutuhan Akomodasi untuk Wisatawan Mancanegara ......................................... V-3
5.1.2
Kebutuhan Akomodasi untuk Wisatawan Nusantara............................................... V-5
5.1.3
Total Kebutuhan Akomodasi untuk Wisatawan ....................................................... V-6
5.2
Analisis Permintaan Usaha Akomodasi Pariwisata.................................................... V-10
5.3
Peta Jalan Menuju Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Usaha Akomodasi ...................................................................................................... V-13
Bab VI. SIMPULAN DAN REKOMENDASI.............................................................................. VI-1 6.1
Simpulan Penelitian .................................................................................................... VI-1
6.2
Rekomendasi .............................................................................................................. VI-3
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... LAMPIRAN............................................................................................................................... Lampiran 1. Kuesioner untuk Wisatawan Nusantara................................................................ Lampiran 2. Kuesioner untuk Wisatawan Mancanegara .......................................................... Lampiran 3. Survei Dalam Kamera ............................................................................................
x
DAFTAR TABEL Tabel 4. 1 Luas Kecamatan di Kabupaten Badung dan Ketinggian dari Permukaan Laut ......... IV-2 Tabel 4. 2 Peta Kawasan Pariwisata di Kabupaten Badung....................................................... IV-2 Tabel 4. 3 Daftar Obyek Pariwisata di Kabupaten Badung........................................................ IV-3 Tabel 4. 4 Potensi Pengembangan Obyek Wisata di Kabupaten Badung ................................. IV-4 Tabel 4. 5 Daftar Jumlah Akomodasi per Jenis Usaha Menurut Kecamatan di Kabupaten Badung per 30 Mei 2015 .......................................................................................... IV-5 Tabel 4. 6 Jumlah Alih Fungsi Lahan Sawah per Kecamatan di Kabupaten Badung (dalam Hektar) Periode 2008 – 2013 ....................................................................... IV-6 Tabel 4. 7 Daftar Jumlah Akomodasi per Sumber Data di Kecamatan Kuta Selatan (Data per 30 Mei 2015) ............................................................................................. IV-7 Tabel 4. 8 Daftar Jumlah Akomodasi per Sumber Data di Kecamatan Kuta (Data per 30 Mei 2015) ............................................................................................. IV-7 Tabel 4. 9 Daftar Jumlah Akomodasi per Sumber Data di Kecamatan Kuta Utara (Data per 30 Mei 2015) ............................................................................................. IV-8 Tabel 4. 10 Daftar Jumlah Akomodasi per Sumber Data di Kecamatan Mengwi (Data per 30 Mei 2015)............................................................................................. IV-8 Tabel 4. 11 Daftar Jumlah Kamar yang Tersedia pada Hotel Berbintang di Bali, Tahun 2013 .... IV-9 Tabel 4. 12 Perkembangan Usaha Akomodasi di Kabupaten Badung Periode Tahun 2007 – 2013 ...................................................................................... IV-9 Tabel 4. 13 Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Badung per 30 Mei 2015...................................................................................................... IV-10 Tabel 4. 14 Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Jenis Usaha di Kecamatan Kuta Selatan per 30 Mei 2015...................................................................................................... IV-12 Tabel 4. 15 Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Jenis Usaha di Kecamatan Kuta per 30 Mei 2015...................................................................................................... IV-12 Tabel 4. 16 Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Jenis Usaha di Kecamatan Kuta Utara per 30 Mei 2015...................................................................................................... IV-13 Tabel 4. 17 Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Jenis Usaha di Kecamatan Mengwi per 30 Mei 2015...................................................................................................... IV-14 Tabel 4. 18 Jumlah Hotel Berbintang dan Hotel Non-Bintang serta Akomodasi Lain Menurut Lokasi (Unit) Tahun 2013 ......................................................................... IV-15
xi
Tabel 4. 19 Perkembangan Jumlah Kamar dan Jumlah Tempat Tidur di Hotel Berbintang di Provinsi Bali - Tahun 2013 ...................................................................................... IV-16 Tabel 4. 20 Perkembangan Jumlah Kamar dan Jumlah Tempat Tidur di Hotel Non-Bintang di Provinsi Bali - Tahun 2013 ...................................................................................... IV-16 Tabel 4. 21 Jumlah Tamu Asing dan Domestik yang Datang di Hotel Berbintang di Provinsi Bali Tahun 2013 ............................................................................................................. IV-17 Tabel 4. 22 Jumlah Tamu Asing dan Domestik yang Datang di Hotel Non-Bintang dan Akomodasi Lain di Provinsi Bali - Tahun 2013 ........................................................ IV-17 Tabel 4. 23 Rata-rata Lama Tamu Asing dan Domestik yang Menginap di Hotel Berbintang (Seluruh Kelas) di Provinsi Bali - Tahun 2013 ......................................................... IV-18 Tabel 4. 24 Rata-rata Lama Tamu Asing dan Domestik yang Menginap di Hotel Non-Bintang dan Akomodasi Lain di Provinsi Bali - Tahun 2013 ................................................. IV-18 Tabel 4. 25 Persentase Tingkat Penghunian Kamar dan Tempat Tidur di Hotel Berbintang di Provinsi Bali - Tahun 2013 (dalam persen) ............................................................. IV-19 Tabel 4. 26 Persentase Tingkat Penghunian Kamar dan Tempat Tidur di Non-Bintang dan Akomodasi Lain di Provinsi Bali - Tahun 2013 (dalam persen) ........................ IV-19 Tabel 4. 27 Persentase Tingkat Penghunian Ganda Atas Kamar Hotel Berbintang dan NonBintang di Provinsi Bali - Tahun 2013 (orang)........................................................ IV-20 Tabel 4. 28 Nilai Alpha Cronbach dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Aspek Destinasi Menurut Wisatawan Nusantara ............................................................................. IV-28 Tabel 4. 29 Nilai Alpha Cronbach dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Aspek Destinasi Menurut Wisatawan Mancanegara ........................................................................ IV-31 Tabel 5. 1 Statistik Utilisasi Kamar dan Tempat Tidur Akomodasi Hotel Berbintang di Kabupaten Badung - Tahun 2013 .............................................................................. V-2 Tabel 5. 2 Statistik Utilisasi Kamar dan Tempat Tidur Akomodasi Hotel Non-Bintang di Kabupaten Badung – Tahun 2013.............................................................................. V-3 Tabel 5. 3 Ringkasan Kebutuhan Kamar Akomodasi Hotel Berbintang ..................................... V-9 Tabel 5. 4 Ringkasan Kebutuhan Kamar Akomodasi Hotel Non-Bintang dan Akomodasi Lain.. V-9 Tabel 5. 5 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali, TPK, dan LoS Periode Tahun 2000 – 2014 ..................................................................................... V-14 Tabel 5. 6 Ramalan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Periode Tahun 2015 – 2025 ..................................................................................... V-15 Tabel 5. 7 Ramalan Jumlah Wisatawan Menginap di Hotel Berbintang di Kabupaten Badung, Periode Tahun 2015 – 2025 ..................................................................................... V-16 Tabel 5. 8 Ramalan Jumlah Wisatawan Menginap di Hotel Non-Bintang dan Jenis Akomodasi Lain di Kabupaten Badung, Periode Tahun 2015 – 2025 ........................................ V-17
xii
Tabel 5. 9 Kebutuhan Kamar Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2015 – 2025 (a) Peramalan Moderat untuk Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara......... V-17 (b) Peramalan Akselerari untuk Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ...... V-17 Tabel 5. 10 Kebutuhan Kamar Hotel Non-Bintang di Kabupaten Badung Tahun 2015 – 2025 (a) Peramalan Moderat untuk Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara......... V-18 (b) Peramalan Akselerasi untuk Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ...... V-18
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bali dan Indonesia, Periode Tahun 1994 – 2012 ............................................................................................... II-2
Gambar 4. 1. Distribusi Frekuensi Asal Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Badung ............................................................................................................... IV-22 Gambar 4. 2. Distribusi Frekuensi Umur Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Badung ............................................................................................................... IV-23 Gambar 4. 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Tertinggi Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ................................................................................................ IV-24 Gambar 4. 4. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ..... IV-25 Gambar 4. 5. Distribusi Frekuensi Asal Wisatawan Mancanegara Berkunjung ke Kabupaten Badung ............................................................................................................... IV-25 Gambar 4. 6. Distribusi Frekuensi Kelompok Umur Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ................................................................................................ IV-26 Gambar 4. 7. Distribusi Frekuensi Pendidikan Tertinggi Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ................................................................................................ IV-27 Gambar 4. 8. Distribusi Frekuensi Tipe Akomodasi yang Digunakan Wisatawan Mancanegara .................................................................................. IV-35 Gambar 4. 9. Distribusi Frekuensi Alasan Utama Wisatawan Nusantara Menginap .............. IV-36 Gambar 4. 10. Distribusi Frekuensi Pasangan Berkunjung dari Wisatawan Mancanegara ...... IV-37 Gambar 4. 11. Distribusi Frekuensi Jenis Akomodasi yang Digunakan oleh Wisatawan Mancanegara ..................................................................................................... IV-38 Gambar 4. 12. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi bagi Wisatawan Mancanegara ............ IV-39 Gambar 4. 13. Distribusi Frekuensi Alasan Utama Berkunjung oleh Wisatawan Mancanegara ..................................................................................................... IV-40 Gambar 4. 14. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Aspek Keamanan dan Kenyamanan Berwisata ........................................................................................................... IV-41 Gambar 4. 15. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Aspek Kualitas Daya Tarik dan Atraksi Wisata .................................................................................................... IV-42 Gambar 4. 16. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Aspek Moda Transportasi Kawasan ............ IV-42 Gambar 4. 17. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Sub-Aspek Infrastruktur Transportasi Kawasan ........................................................................................ IV-43 Gambar 4. 18. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Kualitas Akomodasi di Kabupaten Badung .. IV-45 Gambar 4. 19. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Kualitas Restoran dan Rumah Makan ......... IV-46 Gambar 4. 20. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Kualitas Tempat Belanja .............................. IV-47 Gambar 4. 21. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Fasilitas Umum (Bagian I) ............................ IV-48
xiv
Gambar 4. 22. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Fasilitas Umum (Bagian II) ........................... IV-48 Gambar 4. 23. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Fasilitas Penunjang ...................................... IV-49 Gambar 4. 24. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Kualitas Jasa Pemandu Wisata .................... IV-50 Gambar 4. 25. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Sikap Masyarakat Lokal ............................... IV-51 Gambar 5. 1. Persepsi Positif Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara .............. V-11 Gambar 5. 2. Persepsi Negatif Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara ............ V-12 Gambar 5. 3. Ramalan Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2015 – 2025 ............................................................................................. V-15 Gambar 5. 4. Proyeksi Kebutuhan Kamar Akomodasi Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2015 – 2025 ............................................................................................. V-20 Gambar 5. 5. Proyeksi Kebutuhan Kamar Akomodasi Hotel Non-Bintang di Kabupaten Badung Tahun 2015 – 2025 ............................................................................................. V-21
xv
Bab I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu dari sejumlah kecil industri yang perkembangannya pada dua dasawarsa terakhir sangat pesat. World Tourism Organization (WTO) mencatat pada periode 1996 – 2005, industri pariwisata dunia tumbuh sebesar 25 persen atau kurang lebih 2,5 persen per tahun dan pada penghujung 2005 kontribusi industri pariwisata terhadap aktivitas perekonomian dunia tercatat sekitar 10 persen (UNEP - WTO, 2005, p.2). Terlepas dominannya peran industri pariwisata dalam aktivitas perekonomian suatu negara dan ataupun suatu wilayah, juga berdampak pada lingkungan alam, sosial, dan budaya dari destinasi di mana aktivitas wisata berlangsung. Studi-studi yang dilakukan di berbagai destinasi wisata di dunia, pada umumnya menunjukkan bahwa industri pariwisata memberikan manfaat positif pada aspek ekonomi dan ada kecendrungan berdampak secara negatif pada aspek lingkungan dan sosial budaya masyarakat (Aronson, 2000; Sebele, 2010; Aref, 2011). Pada aspek ekonomi, industri pariwisata terbukti mampu meningkatkan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan secara umum meningkatkan kesejahtraan masyarakat di mana aktivitas kepariwisataan berlangsung. Meski demikian, hasil-hasil riset juga menunjukkan adanya potensi pemanfaatan sumberdaya alam yang melebihi daya dukungnya yang mengancam kelestarian lingkungan biotik dan abiotik di tempat aktivitas wisata dan di pusat-pusat industri pariwisata berlokasi. Selain itu, memperhatikan wisatawan yang berkunjung ke suatu wilayah – selain menikmati bentang alam di wilayah tersebut – juga teramati tertarik dengan budaya setempat, ada kecendrungan komodifikasi dari produk-produk budaya masyarakat lokal (Untong et al., 2010).
Seperti halnya sisi penawaran yang sulit untuk diprediksi secara akurat, permintaan terhadap produk dan atau jasa pariwisata juga menghadapi persoalan yang sama. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwasanya wisatawan dalam menentukan destinasi wisata pilihannya akan dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti citra destinasi yang bisa saja tidak mencerminkan realita destinasi (Font, 1997). Meski merupakan salah satu isu penting pada kajian kepariwisataan,
PENDAHULUAN
Mencermati beberapa potensi dampak negatif kepariwisataan, selain manfaat ekonomi yang bisa dielaborasi, maka dasawarsa terakhir kesadaran tentang pentingnya pertumbuhan industri pariwisata secara bijak mengemuka. Riset-riset mengenai controlled development in tourism mulai mengemuka di berbagai jurnal-jurnal ternama dunia. Sebagai misal, Smith dan Eadington (1992) dalam Butler(1993) menyatakan secara umum terdapat tiga kelompok pengembang kepariwisataan di suatu wilayah, yaitu: (a) pemerintah, (b) industri swasta, dan (c) lembaga nirlaba masyarakat. Secara bersama, ketiga kelompok ini berperan dalam menentukan pasokan produk dan jasa pariwisata (tourism supply). Meski demikian, mengingat motif-motif yang melatarbelakangi masing-masing kelompok dalam menentukan pasokan bisa berbeda secara kontras, maka sisi penawaran (supply side) produk atau jasa pariwisata secara agregatif tidak bisa diprediksi secara mudah.
pemodelan pada tourism demand sebagai antisipasi mengenai tourism seasonality dengan berbagai teknik kuantitatif yang perkembangannya sangat pesat pada dasa warsa terakhir, belum ada satupun model yang bisa diterima secara universal dan dapat digunakan di sembarang destinasi. Sebagai misal, pada periode 2000 – 2006, Song dan Li (2011) menemukan 119 publikasi di tujuh jurnal peringkat atas yang membahas dan meramalkan kunjungan wisatawan, metode kuantitatif yang digunakan para peneliti sangat variatif, dari metode BoxJenkin dan variasinya, hingga metode yang tergolong pada kelompok soft modeling seperti algoritma genetika dan model-model fuzzy. Kesulitan dalam memprediksi pertumbuhan penawaran serta permintaan produk dan atau jasa pariwisata – khususnya pada usaha jasa akomodasi, kurang tepatnya penggunaan teori maksimasi profit dalam ranah ilmu ekonomi dalam menentukan titik keseimbangan penawaran serta permintaan akomodasi, serta dampak (negatif) terhadap lingkungan dan kondisi sosial budaya masyarakat yang muncul akibat pertumbuhan penawaran dan atau permintaan yang tak terkendali; menyebabkan pentingnya dilakukan studi mengenai pemetaan penawaran dan permintaan usaha jasa akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung dilakukan. Sebagai sentra kepariwisataan Bali, pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Badung sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan keseimbangan penawaran dan permintaaan usaha jasa akomodasi dengan tetap mengedepankan aspek keberlanjutannya.
1.2
Rumusan Permasalahan
Memperhatikan vitalnya keseimbangan antara penawaran usaha jasa akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung dengan permintaan yang disebabkan kunjungan wisatawan mancanegara serta wisatawan nusantara terjaga, maka permasalahan utama yang muncul pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah profil penawaran usaha akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung ditinjau dari sebaran geografisnya, jenis/kategori usahanya, serta jumlah kamar yang tersedia di jenis usaha ini? 2. Bagaimanakah profil permintaan usaha akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung ditinjau dari jenis/kategori usaha yang dimanfaatkan para wisatawan, kemenarikan destinasi pariwisata di daerah ini, serta persepsi wisatawan mengenai kepariwisataan di Kabupaten Badung?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui, menemukenali permasalahan, serta mengidentifikasi alternatif solusi bagi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan upaya penyeimbangan penawaran dan permintaan usaha jasa akomodasi di Kabupaten Badung. Secara rinci, penelitian ini ditujukan untuk:
I-2
1. Mengetahui sebaran usaha jasa akomodasi di Kabupaten Badung berdasarkan distribusi geografis – dalam hal ini distribusi per kecamatan di Kabupaten Badung, serta distribusi jenis usaha usaha akomodasi, dan; 2. Mengetahui persepsi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara mengenai berbagai aspek kepariwisataan di Kabupaten Badung serta jenis usaha akomodasi yang digunakannya selama melakukan kunjungan wisata di daerah ini.
1.4
Manfaat Penelitian
Diketahuinya profil usaha jasa akomodasi dan terbentuknya keseimbangan serta sinkronisasi antara penawaran usaha jasa akomodasi pariwisata dengan permintaan wisatawan yang disertai dengan persepsi wisatawan mengenai destinasi wisata dan kepariwisataan di Kabupaten Badung bermanfaat untuk: 1. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Badung dalam menata destinasi wisata di daerahnya, khususnya dalam mendampingi dan mengawasi usaha akomodasi pariwisata agar taat dan patuh terhadap regulasi yang ada; 2. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Badung dalam menata destinasi wisata di daerahnya, khususnya dalam mengembangkan destinasi wisata baru dan meningkatkan kualitas destinasi wisata yang telah ada; 3. Memudahkan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung dalam merancang strategi pemasaran destinasi yang efektif sehingga kuantitas dan kualitas wisatawan yang berkunjung ke daerah ini dapat ditingkatkan; 4. Membantu para stakeholders kepariwisataan di Kabupaten Badung dalam mewujudkan Kepariwisataan Badung yang Berkelanjutan, yang memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat di kedua sub-wilayah – Badung Selatan dan Badung Utara – dengan mengedepankan sinergi manfaat di bidang ekonomi dengan manfaat di bidang sosial budaya dan lingkungan.
I-3
Bab II. KAJIAN PUSTAKA 2.1
Sejarah Kepariwisataan Bali dan Indonesia
Penelitian yangdilakukan para ahli di berbagai lokasi wisata dunia, telah memberikan gambaran nyata tentang manfaat pariwisata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kesempatan kerja maupun peluang berusaha. Namun demikian, simpulan hasil riset tersebut juga menunjukkan dampak negatif dari pariwisata karena pemanfaatan sumberdaya alam yang melebihi daya dukungnya, sehingga mengancam kelestarian lingkungan di tempat aktivitas wisata dilakukan dan di pusat-pusat industri pariwisata berlokasi. Fakta lain menunjukkan adanya dampak negatif pariwisata yakni kecenderungan komoditikasi dari produkproduk budaya masyarakat lokal (Untong et al., 2010). Beranjak pada dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh kepariwisataan di suatu wilayah, kajian tentang membangun pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism development/STD) pada dasawarsa terakhir semakin intensif dilakukan oleh para peneliti (Sharma & Dyer, 2012). Keberlanjutan pembangunan pariwisata pada umumnya dilakukan dengan mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang diprakarsai oleh World Commission on Environment and Development (WCED) pada tahun 1987, di mana pembangunan berkelanjutan didefinisikan WCED sebagai berikut: “Sustainable development is development which meets the needs of presents without compromising the ability of future generations to meet their own needs”.
Kepariwisataan di Provinsi Bali berkembang seiring dengan berkembangnya kepariwisataan di Indonesia. Pada awal Pembangunan Lima Tahun (PELITA) Tahap I tahun 1969, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali tercatat sebanyak 11 278 orang dengan share pada kunjungan wisatawan ke Indonesia di tahun tersebut sebesar 13.10 persen. Selanjutnya, pada akhir PELITA V, awal tahun 1994, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dan Indonesia masing-masing tercatat sejumlah 1 032 476 orang dan 4 006 416 orang. Pada tahun ini, share kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sebesar 25.77 persen; hampir 2 kali dari share pada tahun 1969. Pada tahun 2012, share kunjungan wisatawan ke Bali meningkat menjadi 35.95 persen dengan total kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 2 8912 019 orang (Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2013).
KAJIAN PUSTAKA
Seperti halnya yang terjadi di berbagai kawasan dunia, industri pariwisata juga menjadi salah satu andalan bagi Indonesia dalam melangsungkan proses pembangunan untuk mensejahtrakan rakyat Indonesia. Dominannya industri pariwisata dalam gerak perekonomian kawasan teramati khususnya pada provinsi/kabupaten di Indonesia yang secara relatif tidak memiliki sumber daya alam (SDA) yang memadai. Provinsi Bali merupakan salah satu dari 33 provinsi di Indonesia yang tidak memiliki SDA berlimpah, khususnya minyak bumi dan gas. Memperhatikan hal ini, maka tidaklah mengherankan industri pariwisata menjadi salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Bali.
Mencermati angka-angka di atas, tidak berlebihan untuk dinyatakan bahwa Bali memiliki posisi yang sangat strategis dalam pengembangan kepariwisataan Indonesia. Bali dengan tradisi dan budaya masyarakatnya merupakan daya tarik bagi kunjungan wisatawan mancanegara. Secara rata-rata, laju perkembangan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali pada periode tahun 1994 – 2002 sebesar 3.0 persen dan pada periode 2004 – 2012 sebesar 13,7 persen. Data kunjungan tahun 2003 dikeluarkan dari analisis mempertimbangkan terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara akibat peristiwa Bom Kuta I pada tahun 2002, yang dampaknya terlihat pada tahun berikutnya. Grafik berikut menunjukkan perkembangan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dan ke Indonesia pada periode tahun 1994 – 2012:
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2013), Diolah Gambar 2. 1 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bali dan Indonesia, Periode Tahun 1994 – 2012 Melalui kontribusi sektor pertanian, industri pariwisata, dan industri-industri pendukung industri pariwisata; laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali atas dasar harga konstan 2000 pada periode 2006 – 2012 tercatat sebesar 5.92 persen; lebih tinggi dari rata-rata nasional pada periode yang sama sebesar 5.74 persen. Pada periode 2006 – 2012, rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah sektor pariwisata pada penyusunan PDRB Provinsi Bali sebesar 14.37 persen per tahun dan rata-rata kontribusinya
II-2
sebesar 29.64 persen dengan kontribusi tertinggi pada periode ini tercatat pada tahun 2012 sebesar 30.23 persen. Pada tahun yang sama, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali tercatat 6.65 persen sedangkan pertumbuhan nilai tambah sektor pariwisata sebesar 11.79 persen, hampir dua kali dari pertumbuhan ekonominya. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali juga mencatat pada tahun 2012 lebih dari 65 persen aktivitas ekonomi Bali dipengaruhi industri pariwisata (sektor perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta jasa-jasa) (BPS Provinsi Bali, 2013). Meskipun pariwisata membawa dampak positif dalam perekonomian Provinsi Bali, tidak dapat dipungkiri membawa dampak-dampak negatif di bidang sosial-budaya dan lingkungan. Salah satu dampak negatif yang teramati adalah tekanan yang tinggi terhadap lingkungan alam akibat aktivitas pariwisata. Pencemaran lingkungan alam (udara, air) serta pelanggaran sempadan banyak terjadi di wilayah-wilayah yang menjadi titik sentral kepariwisataan. Dampak negatif lainnya adalah terganggunya arus lalu lintas akibat terkonsentrasinya aktivitas pariwisata dan aktivitas penduduk. Berbagai dampak negatif ini, bila tidak disikapi secara bijak, dapat mempengaruhi penilaian manfaat pariwisata oleh masyarakat lokal yang berpotensi kepada kegiatan kepariwisataan di wilayah tersebut menjadi tidak berkelanjutan.
2.1.1
Sejarah Kepariwisataan Kuta
Kuta merupakan salah satu tujuan wisata paling terkenal di Bali, bahkan di Indonesia. Sejak tahun 1960-an Kuta sudah banyak dikenal oleh wisatawan mancanegara. Sejarah Kuta sebagai suatu wilayah pesisir yang akhirnya menjadi destinasi pariwisata terkenal dunia dimulai dengan datangnya Mahapatih Gajahmada dan pasukandari Kerajaan Majapahit dan mendarat di bagian selatan pantai inipada tahun 1336. Daerah pantai selatan tempat pendaratan pasukan Gajahmada tersebut kemudian dikenal dengan nama Tuban. Selanjutnya, tempat pendaratan kapal tersebut, lama-kelamaan menjadi pelabuhan kecil karena lokasinya yang cocok sebagai tempat pendaratan kapal. Warga setempat menyebut kawasan ini dengan nama Pasih Perahu. Untuk mengenang bahwa lokasi tersebut merupakan bekas pelabuhan maka dibuatlah miniatur perahu berukuran 6 x 2 meter persegi pada tahun 2002 yang dibangun di bagian depan Pura Pesanggrahan. Miniatur perahu ini merupakan bentuk penghormatan warga setempat kepada para nelayan dan saudagar yang pernah mendarat di tempat tersebut. Uniknya, di tengah miniatur perahu tersebut terdapat sumber air yang unik karena rasa airnya tawar meski berada di tepi pantai. Hal ini dikaitkan dengan cerita terjadinya peristiwa tenggelamnya satu perahu disana dan kemudian muncul mata air tawar.Perkembangan Pantai Kuta selanjutnya berubah dari pelabuhan kecil untuk pendaratan kapal menjadi pelabuhan dagang, dimana barang-barang lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Kuta waktu itu disebut “Cautaen” yang merupakan pelabuhan tempat penyaluran barang impor dan pengeluaran barang ekspor hasil bumi daerah Bali Selatan. Pelabuhan Kuta semakin berkembang dengan kedatangan seorang pedagang berkebangsaan Denmark, Mads Lange pada abad ke-19 yang mendirikan basis perdagangan di Kuta. Mads Lange terkenal pandai bernegosiasi sehingga bisa merebut hati raja-raja Bali dan Belanda. Pantai
II-3
Kuta saat itu dikenal sebagai pelabuhan dagang yang penting bagi perekonomian Bali. Kuta pun semakin dikenal luas oleh para saudagar dan pedagang dari seluruh antero Indonesia bahkan dunia. Kunjungan ke wilayah Kuta semakin ramai dan mulai berkembang sebagai destinasi pariwisata. Selanjutnya, salah seorang penulis, Hugh Mahbett, juga menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi wisata untuk mengantisipasi meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bali. Buku tersebut menginspirasi banyak orang untuk membangun fasilitas pariwisata seperti penginapan dan restoran. Selanjutnya, pada tahun 1930, Kokes mempromosikan Bali sekaligus Kuta, serta memberikan inspirasi pembangunan hotel berarsitektur cottage. Pada saat itu, banyak masyarakat yang membangun kamar-kamar baru di rumahnya untuk penginapan wisatawan yang dikenal dengan istilah homestay dan pension. Sejalan dengan hal tersebut, berkembang juga warung makan, restoran, dan artshop atau toko souvenirs. Masyarakat Kuta sangat merasakan manfaat langsung dari kegiatan pariwisata tersebut. Selanjutnya banyak masyarakat lokal yang berusaha di sektor pariwisata dan mendominasi usaha pariwisata pada saat itu. Pantai Kuta yang berpasir putih bersih merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Kala senja pada saat surya mulai terbenam, Kuta menyajikan pemandangan sunset yang sangat indah dan romantis. Kuta juga sebagai lokasi olahraga sore yang dilakukan sambil menikmati hembusan udara segar dan panorama sunset. Ombak di Pantai Kuta menjadi daya tarik tersendiri bagi para peselancar untuk bermain surfing sehingga menjadi salah satu lokasi surfing terkenal di Bali. Pantai Kuta menjadi tempat kejuaraan dunia surfing yang diikuti oleh peselancar terkenal di dunia. Surfing di Pantai Kuta tidak hanya untuk para peselancar profesional, namun banyak juga peselancar pemula yang masih belajar untuk menaklukkan ombak pantai Kuta. Popularitas Pantai Kuta luar biasa dimata wisatawan, sampai muncul ucapan “datang ke Bali tanpa mengunjungi Kuta belumlah lengkap”. Arus kunjungan wisatawan dari hari ke hari terus meningkat yang sekaligus mengundang penduduk luar daerah datang ke Bali ikut membangun fasilitas pariwisata. Kini Kuta menjadi pusat pariwisata Bali yang menyediakan berbagai fasilitas pariwisata yang lengkap sesuai kebutuhan wisatawan seperti berbagai akomodasi hotel berbintang dan non-bintang, restoran dan rumah makan berbagai jenis kuliner, pusat-pusat perbelanjaan, tokotoko souvenir, taman rekreasi air (theme parks), kehidupan malam yang sangat semarak, dan fasilitas pariwisata lainnya. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan pada siang sampai sore hari di Pantai Kuta, seperti berselancar, berenang, dan berjemur, bahkan juga bermain voli dan sepak bola pantai, atau hanya duduk bersama teman-teman sembari menikmati udara pantai dan panorama sunset yang indah. 2.1.2
Sejarah Kepariwisataan Nusa Dua
Selain pantai Kuta, salah satu pantai yang unik di Kabupaten Badung adalah pantai Nusa Dua. Pantai ini memiliki dua karang yang terpisah. Nusa Dua terletak di ujung selatan Pulau Bali. Jaraknya dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Kuta kurang lebih 8 km, atau sekitar tiga puluh
II-4
menit perjalanan. Nusa Dua memiliki areal lahan sekitar 350 hektar. Lahan kering dan non produktif ini diakuisisi oleh pemerintah pada tahun 70-an, kemudian dikembangkan menjadi suatu proyek pariwisata prestisius dengan rancang bangun yang komprehensif dan terpadu sebagai resor wisata budaya. Pada tahun 1970 pemerintah menetapkan perusahaan konsultan Perancis, yakni SCETO untuk menyusun rencana induk guna pengembangan pariwisata di Bali secara berkelanjutan. Rencana SCETO mengusulkan Nusa Dua sebagai kompleks resor mandiri ditepi laut, terpisah dari pusat penduduk utama dengan maksud meminimalisir dampak pariwisata terhadap budaya Bali. Ini adalah salah satu keunikan resor wisata Nusa Dua, yakni dibangun terpisah dari desa Bualu sebagai lokasi utama dari resor ini. Resor dengan konsep wisata budaya ini mendapat gelar sebagai salah satu dari enam resort terbaik dunia. Kawasan Pariwisata Nusa Dua lahir karena kebutuhan objektif kamar yang bermutu bagi wisatawan, yang diperkirakan akan terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Salah satu dari rekomendasi studi SCETO, menyarankan agar di Bali dibangun lebih banyak hotel bertaraf internasional, untuk menampung wisatawan asing. Pada tahun 1975, di Bali diperkirakan hanya ada 1800 kamar yang dibangun di Kuta dan Sanur, yang bertaraf internasional, sedangkan hasil studi menunjukkan hingga tahun 1980 diperlukan sekitar 3800 – 4700 kamar hotel bertaraf internasional. Pola dasar rencana induk pariwisata Bali, sebagaimana rekomendasi tim SCETO adalah suatu pembangunan ekonomi, dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ditingkatkan tanpa mengorbankan nilai-nilai kebudayaan serta struktur sosial kehidupan masyarakat Bali dan lingkungan hidup. Proyek pengembangan kepariwisataan Nusa Dua, sebagai bagian dari rencana induk pengembangan Pariwisata Bali, merupakan pembangunan kawasan pariwisata dengan pemukiman wisatawan secara terpusat, yang jauh dari pusat kehidupan sehari-hari masyarakat Bali pada umumnya. Dengan demikian pengaruh langsung para wisatawan, khususnya pengaruh negatif akan dapat ditekan. Lahan yang memenuhi syarat ada di Kawasan Bukit, yaitu Nusa Dua. Kawasan ini tersusun dari lahan yang tidak produktif, namun memiliki pantai dan berpasir putih yang indah, berpenduduk jarang dan sangat dekat dengan Bandara Udara Ngurah Rai. Letak lahan tersebut juga terpisah dari masyarakat tradisional Bali. Melalui pendekatan tersebut, diharapkan kebutuhan kamar yang terus meningkat bisa dipenuhi, sekaligus kebudayaan Bali sebagai daya tarik utama pariwisata bisa tetap dilestarikan. Di samping itu, Kawasan Nusa Dua lebih mudah dikembangkan karena tanah yang tersedia cukup luas dan penduduknya jarang. Curah hujannya relatif kecil dan tidak ada sumber air permukaan, sehingga tanahnya tidak subur untuk pertanian. Pertimbangan yang tidak kalah pentingnya adalah Nusa Dua mempunyai pemandangan alam menarik dengan pantai berpasir putih, air laut yang jernih dan pantai menghadap ke timur menyongsong terbitnya matahari pagi. Lokasi akomodasi/hotel sebagai salah satu komponen pokok kawasan disarankan di Daerah Badung bagian Selatan, dekat dengan Bandara Ngurah Rai dan lebih mudah memperoleh pelayanan utilitas dan kemudahan-kemudahan lain dari ibukota Denpasar, dibandingkan dengan daerah Karangasem di wilayah Timur Bali dan Bali bagian Barat pada umumnya.
II-5
Kebijaksanaan pemerintah dalam membangun sektor pariwisata bukan merupakan pembangunan yang berdiri sendiri, tetapi harus terkait dengan pembangunan di sektor-sektor lain; karenanya diperlukan pembuatan perencanaan yang terpadu. Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi SCETO, maka dalam Master Plan Pariwisata Bali, Direktorat Jenderal Pariwisata dengan bantuan United Nation Development Program (UNDP) menyiapkan Master Plan Kawasan Nusa Dua yang disusun oleh oleh Pacific Consultant International (PCI) dari Jepang bekerjasama dengan Konsultan Indonesia pada tahun 1972.
2.2
Pariwisata Berkelanjutan
Seperti halnya dengan berbagai bentuk aktivitas manusia, pariwisata merupakan sebuah aktivitas yang juga memiliki memiliki dampak positif dan negatif pada dimensi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup manusia. Secara umum, dampak pengembangan kepariwisataan di suatu wilayah dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar yaitu: (a) dampak ekonomi; (b) dampak sosial; (c) dampak budaya; dan (d) dampak lingkungan (Yoon et al., 2001; Untong et al., 2010; Choi & Murray, 2010). Pada negara-negara berkembang, manfaat ekonomi merupakan pertimbangan utama pada pengembangan kepariwisataan di wilayahnya dan dampak sosial, budaya, serta dampak lingkungan yang merupakan ‘biaya’ yang ‘harus dibayar’ oleh masyarakat di wilayah tersebut; cendrung menjadi pertimbangan kedua (Untong et al., 2010). Selama manfaat yang dipersepsikan melebihi biaya yang harus dikerluarkan oleh masyarakat lokal, merujuk kepada Social Exchange Theory, maka keberlanjutan pariwisata di wilayah tersebut dapat diharapkan (Yoon et al., 2001). Agar kepariwisataan di suatu wilayah berkelanjutan, perencanaan dan pengelolaan kegiatan wisata di wilayah tersebut harus dilakukan sedemikan rupa sehingga terjamin keberlanjutannya. Pengertian ini selanjutnya memunculkan paham pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) yang didefinisikan oleh Butler (1993) sebagai pariwisata dengan karakteristik: “ which is developed and maintained in an area (community, environment) in such a manner and at such a scale that it remains viable over an indefinite period and does not degrade or alter the environment (human and physical) in which it exists to such a degree that it prohibits the successful development and wellbeing of other activities and processes”. Merujuk pada definisi di atas, terdapat dua penciri pariwisata berkelanjutan yaitu: 1. Pariwisata yang dikembangkan dan dibangun di suatu area sedemikian hingga terjaga eksistensinya pada periode waktu tak terbatas; 2. Tidak menyebabkan degradasi atau penurunan lingkungan fisik dan lingkungan hidup manusia yang menghambat aktivitas-aktivitas serta proses-proses pembangunan di bidang lainnya.
II-6
Mencermati periode-periode awal berkembangnya pariwisata sebagai salah satu bentuk aktivitas pembangunan yang dilakukan pemerintah di berbagai belahan dunia untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakatnya hanya terpusat pada peningkatan indikator-indikator ekonomi semata serta kurang diperhatikan dan dilibatkannya indikator-indikator pada dimensi sosial budaya serta lingkungan pada penilaian dampak pariwisata, tidaklah mengherankan berbagai bentuk degradasi sosial budaya serta penurunan kualitas lingkungan hidup masyarakat di wilayah kepariwisataan berlangsung, teramati. Kedua kondisi ini selanjutnya memunculkan antipati dan sikap penolakan pada perencanaan dan pengembangan pariwisata di wilayahnya (Aronson, 2000; Gunn & Var, 2002). Terkait erat dengan kurang signifikannya dampak positif pariwisata pada dimensi sosial budaya dan lingkungan hidup masyarakat, maka pada era 1980-an terdapat beberapa wisata alternatif yang dikemukakan yang dilengkapi dengan definisinya. Sebagai contoh, ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata alternatif yang merujuk pendapat dari Cabellos-Lascurian (Orams, 1995) sebagai orang pertama yang memunculkan istilah ekowisata, didefinisikannya sebagai berikut:
“ traveling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plants and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in these area…”. Pada definisi di atas tersirat aktivitas pada ekowisata lebih terfokus pada kegiatan mengamati, mengagumi, dan menikmati suasana alam beserta segenap tanaman dan hewan; termasuk pula berbagai manifestasi budaya yang ada, di sebuah wilayah yang secara relatif masih dalam keadaan alami. Mengingat interaksi yang terjadi antara aktivitas manusia, dalam hal ini aktivitas yang terkait dengan ekowisata, dengan berbagai komponen biotik dan abiotik di suatu wilayah; maka untuk mengkonservasi lingkungan dan menjaga keajegan dimensi sosial budaya dari masyarakat di wilayahnya, The Ecotourism Society (TES) mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan wisata ke suatu wilayah yang dilakukan secara bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kebiasaan masyarakat lokal (Leksakundilok, 2004). Mengacu kepada dua definisi di atas, terdapat ambivalensi tentang partisipasi masyarakat lokal pada perencanaan dan tatakelola ekowisata di wilayahnya. Terdapat kecendrungan peranan partisipasi masyarakat dikesampingkan oleh para peneliti di bidang ini. Sebuah studi yang dilakukan Garrod(2003) untuk mendefinisikan secara komprehensif ekowisata dengan menggunakan metode Delphi pada penjaringan pendapat pakar wisata memberikan temuan yang mengejutkan. Kurang lebih 81 persen definisi akhir yang disepakati menitikberatkan definisi ekowisata pada kemanfaatan secara ekonomi bagi penduduk lokal dan hanya sekitar 27 persen definisi yang mencakup pentingnya pemaknaan partisipasi masyarakat. Secara umum, definisi dan pemahaman ekowisata luput pada pentingnya partisipasi masyarakat pada keberlanjutan ekowisata di suatu wilayah. Konsep pariwisata berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dari paham pembangunan yang berkelanjutan, yang dirumuskan The World Commissions for Environmental and Development
II-7
(WCED), yaitu komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan, yang dibentuk oleh Majelis Umum PBB. WCED mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa mempertaruhkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. (Arida, 2009, p.16). Pada intinya pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah cara memanfaatkan sumberdaya alam tanpa harus merusak alam itu sendiri tetapi harus dilestarikan dan dipelihara agar dapat juga digunakan oleh generasi berikutnya di masa yang akan datang. Pemanfaatan sumberdaya alam sebagai kawasan wisata tentunya melibatkan pelaku wisata terutama pelibatan masyarakat lokal dan memberikan manfaat yang maksimal bagi mereka. Menurut Arida (2009, p.17), kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi empat syarat yaitu : 1. Secara ekologis berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak menimbulkan efek-efek negatif bagi ekosistem setempat. Selain itu, konservasi merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata; 2. Secara sosial dapat diterima, yaitu mengacu kepada kemampuan masyarakat lokal untuk menyerap aktivitas pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial; 3. Secara kultural dapat diterima, artinya masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya wisatawan yang cukup berbeda (tourist culture), dan; 4. Secara ekonomis menguntungkan, artinya keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah bagaimana menyusun dan melaksanakan suatu perencanaan pariwisata agar dapat memberikan manfaat atau keuntungan yang optimal bagi pemangku kepentingan (masyarakat lokal) dan dapat memberikan kepuasan yang optimal bagi wisatawan yang berkunjung dalam jangka waktu yang panjang.
2.3
Penawaran dan Permintaan Usaha Akomodasi Pariwisata
2.3.1
Pengertian dan Jenis Usaha Akomodasi Pariwisata
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional Tahun 2010 – 2025, Usaha Pariwisata didefinisikan sebagai usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.Usaha Akomodasi Pariwisata yang disebut Usaha Penyediaan Akomodasiatau Usaha Pariwisata dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM86/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi mendefinisikan usaha akomodasi pariwisata sebagai usaha penyediaan pelayanan penginapan untuk wisatawan yang dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya. Merujuk kepada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM86/HK.501/MKP/2010, terdapat lima jenis usaha akomodasi yang didefinisikan yaitu:
II-8
1. Hotel merupakan penyediaan akomodasi secara harian berupa kamar-kamar di dalam 1 (satu) bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya; 2. Bumi perkemahan adalah penyediaan akomodasi di alam terbuka dengan menggunakan tenda; 3. Persinggahan karavan adalah penyediaan tempat untuk kendaraan yang dilengkapi fasilitas menginap di alam terbuka dapat dilengkapi dengan kendaraannya; 4. Vila adalah penyediaan akomodasi berupa keseluruhan bangunan tunggal yang dapat dilengkapi dengan fasilitas, kegiatan hiburan serta fasilitas lainnya, dan; 5. Pondok wisata adalah penyediaan akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya. 2.3.2
Penawaran Pariwisata
Cooper et al. (2008) menyatakan penawaran (supply) sebagai respon terhadap adanya permintaan produk dan atau jasa pariwisata menunjukkan pola yang kompleks mengingat antardestinasi bisa memiliki perbedaan yang sangat ekstren pada aspek geografis, ekonomi, sosial, dan budaya. Perbedaan pada berbagai aspek destinasi ini memunculkan pola penawaran yang bersifat unik untuk sebuah destinasi. Terlepas dari keunikan sebuah destinasi dengan destinasi lain, secara umum terdapat sejumlah karakteristik yang terdapat pada hampir seluruh destinasi pariwisata, diantaranya adalah: (a) cultural appraisal; (b) inseparability; (c) multiple use, dan (d) complimentary. Cultural appraisal berhubungan sangat erat dengan kemenarikan sebuah destinasi. Bila wisatawan semakin tertarik dengan budaya setempat dari sebuah destinasi, maka destinasi tersebut akan memiliki daya saing yang semakin tinggi dibandingkan dengan destinasi lainnya. Karakteristik inseparability berhubungan dengan konsep bahwa aktivitas produksi dan konsumsi dari produk dan atau jasa yang dihasilkan suatu destinasi bersifat simultan. Aktivitas produksi dan konsumsi dari produk/jasa terjadi secara serempak. Saat sebuah atraksi budaya ditampilkan (diproduksi) oleh komunitas lokal destinasi dan ditonton oleh wisatawan di daerah tersebut, maka saat itu pula (secara simultan) atraksi budaya tersebut dinikmati (dikonsumsi) wisatawan yang berkunjung. Karakteristik inseparability ini mengharuskan para wisatawan – bila ingin menikmati atau mengkonsumsi produk dari suatu destinasi – melakukan kunjungan secara langsung ke destinasi tersebut. Karakteristik ketiga – multiple use – memiliki makna bahwa segala sarana dan prasarana termasuk fasilitas pariwisata di sebuah destinasi dapat digunakan oleh kedua partisipan, yaitu komunitas lokal di destinasi dan wisatawan yang berkunjung. Sedangkan karakteristik ke-empat – complimentary – memiliki arti bahwa antarjenis produk yang dihasilkan destinasi memiliki sifat saling melengkapi dan secara relatif tidak bersifat kompetitif. Seperti dinyatakannya, destinasi merupakan sentral dari semua fasilitas dan pelayanan yang secara sengaja disiapkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang berkunjung. Agar
II-9
sebuah tempat bisa disebut sebagai destinasi pariwisata, maka terdapat sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi tempat tersebut (Cooper et al., 2008), yaitu: 1. Attraction; yang diartikan sebagai ketersediaan panorama (alam) yang menarik, kebudayaan penduduk yang menawan yang disertai dengan beragam seni pertunjukan yang memesona; 2. Accessibility; yang diartikan sebagai ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang meliputi antarkawasan di dalam destinasi dan menuju atau keluar dari destinasi; 3. Amenities; yang menunjukkan ketersediaan fasilitas akomodasi, restoran atau tempat makan, serta adanya agen perjalanan yang bisa membantu wisatawan melakukan aktivitasnya selama berada di destinasi, dan; 4. Ancillary Services; yang menunjukkan keberadaan kelembagaan pariwisata baik yang secara khusus mengelola destinasi tersebut dan atau mengelola sejumlah destinasi. Mill & Morrison (2012) menggunakan istilah Destination Mixuntuk penyebutan konsep 4 A’s dari Cooper et al. di atas. Menurut mereka, destination mix merupakan ketergantungan antarelemen di suatu destinasi yang bersifat kritis dalam menciptakan pengalaman berwisata. Elemen-elemen tersebut adalah: (a) Attraction, (b) Facilities, (c) Infrastructure, (d) Transportation, dan (e) Hospitality. Selanjutnya, Morrison(2013) menyatakan secara eksplisit bahwa dua elemen pertama tidak lain dari akomodasi, restoran, daya tarik wisata, dan event-event wisata. Pada regulasi Pemerintah Indonesia di sektor pariwisata, sisi penawaran secara implisit tercantum pada pasal 14 dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Pasal ini menyatakan terdapat 13 jenis usaha di bidang pariwisata yang mungkin dibangun di suatu destinasi wisata, yaitu: (a) daya tarik wisata, (b) kawasan pariwisata, (c) jasa transportasi wisata, (d) jasa perjalanan wisata, (e) jasa makanan dan minuman, (f) penyediaan akomodasi, (g) penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, (h) penyelenggaran pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, (i) jasa informasi pariwisata, (j) jasa konsultan pariwisata, (k) jasa pramuwisata, (l) wisata tirta, dan (m) spa. Hingga saat ini usaha penyediaan akomodasi merupakan jenis usaha dengan jumlah usaha terbanyak dibandingkan dengan jenis usaha lain yang diijinkan oleh regulasi tersebut. 2.3.3
Permintaan Pariwisata
Paradigma mengenai pariwisata sebagai salah satu sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara atau kawasan mulai berkembang di Eropa, khususnya setelah Perang Dunia II berakhir (Bukart & Medlik, 1974). Hal ini memicu kebutuhan terhadap data pariwisata seperti jumlah wisatawan dan pengeluaran wisatawan yang bisa digunakan dalam merancang pengembangan kebijakan pembangunan kepariwisataan. Secara umum, kepariwisataan sebagai suatu cakrawala baru dalam perekonomian sebuah negara harus terukur. Pengukuran berbagai dimensi dari kepariwisataan setidak-tidaknya dilatarbelakangi oleh tiga hal berikut: 1. Mengetahui peranan dan kontribusi sektor pariwisata dalam meningkatkan perekonomian sebuah kawasan secara umum dan peningkatan perekonomian masyarakat di dalam dan di sekitar destinasi;
II-10
2. Dapat dilakukan perencanaan dan pengembangan di sektor pariwisata dengan lebih terarah khususnya pada perencanaan pembangunan infrastruktur dan fasilitas fisik penunjang kegiatan pariwisata di kawasan, dan; 3. Perencanaan dan aktivitas promosi serta pemasaran suatu destinasi dan atau kawasan sangat memerlukan ketersediaan informasi mengenai permintaan aktual (actual demand) dan permintaan potensial (potential demand) dari wisatawan. Mathieson & Wall (1982) dalam Cooper et al. (2008) mengartikan permintaan (demand) terhadap pariwisata sebagai jumlah total dari orang-orang yang melakukan perjalanan, atau ingin melakukan perjalanan, dengan menggunakan berbagai fasilitas wisata, serta menikmati berbagai pelayanan di suatu tempat yang bukan tempatnya tinggal dan bekerja sehari-hari. Selanjutnya, Cooper et al. (2008) membedakan permintaan pariwisata ke dalam tiga jenis, yaitu: 1. Effective Demand: menunjukkan jumlah dari orang-orang yang telah melakukan perjalanan wisata ke suatu destinasi; 2. Suppressed Demand: menunjukkan jumlah dari orang-orang yangingin melakukan perjalanan wisata, tetapi karena berbagai sebab, perjalanan tersebut tidak terjadi. Sebuah suppresed demand akan berubah menjadi effective demand bilamana kondisi yang menghambat seseorang atau sekelompok orang merealisasikan perjalanannya teratasi, dan; 3. No Demand: menunjukkan jumlah dari orang-orang yang tidak ingin melakukan kunjungan karena ketiadaan motivasi atau dorongan. Permintaan terhadap pariwisata selanjutnya dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu (1) permintaan pariwisata internasional, dicirikan oleh wisatawan yang berkunjung bukan merupakan warganegara dari negara di mana destinasi berlokasi, dan (2) permintaan pariwisata domestik, yang dicirikan oleh wisatawan yang berkunjung ke destinasi adalah warganegara dari negara di mana destinasi berlokasi (Bukart & Medlik, 1974; Cooper et al., 2008). Terjadinya perbedaan kewarganegaraan wisatawan yang mengunjungi sebuah destinasi berimplikasi pada perbedaan dalam mengukur permintaan (demand) pariwisata, sebagai berikut: 2.3.3.1 Permintaan Pariwisata Internasional Menurut Bukart & Medlik (1974) serta Cooper et al. (2008), penghitungan penawaran pariwisata internasional meliputi penghitungan tentang (a) volume, (b) value, dan (c) visitor profile dari wisatawan mancanegara: 1. Penghitungan tentang volume: data tentang volume kunjungan ke suatu destinasi diartikan sebagai hasil kali dari jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan wisata dengan rata-rata jumlah perjalanan yang dilakukan oleh setiap wisatawan. Secara matematis, volume kunjungan yang didefinisikan sebagai number of trips dinyatakan melalui formula berikut:
Number of trips =
Number of Individuals
II-11
x
Average number of trips taken by individual
Selain formula di atas, juga diintroduksi formula alternatif untuk menghitung demand pariwisata internasional melalui besaran total tourist nights, yang diperoleh sebagai hasil kali dari jumlah perjalanan wisata dengan rata-rata lama tinggal wisatawan dan dapat dihitung melalui formula berikut:
Total tourist nights =
Number of tourist trips
x
Average length of stay
2. Penghitungan tentang value: penghitungan ini ditujukan untuk mengetahui pengeluaran wisatawan. Pengeluaran wisatawan (touristexpenditure)yang dihitung adalah pengeluaran untuk membayar penginapan (akomodasi), makan dan minum, hiburan, belanja, dan untuk membayar perjalanan yang dilakukannya di negara yang dikunjunginya. Pengeluaran untuk membayar tiket menuju dan keluar dari negara di mana destinasi berlokasi tidak dihitung sebagai komponen pengeluaran wisatawan. 3. Pengumpulan data visitor profile: profil dari wisatawan mancanegara yang perlu dikoleksi setidak-tidaknya meliputi usia, jenis kelamin, kewarganegaraan, pekerjaan, penghasilan, dan tipe grup dalam melakukan perjalanan wisata (sendiri, bersama keluarga, atau bersama teman). Selain data tersebut, disarankan pula untuk mengumpulkan informasi mengenai tujuan perjalanan, durasi perjalanan, lama tinggal, jenis akomodasi yang dipergunakan, daya tarik wisata yang dikunjungi dan cara mengelola perjalanan (sendiri ataukah dengan bantuan travel agent) ke destinasi (Cooper et al., 2008). 2.3.3.2 Permintaan Pariwisata Domestik Pengumpulan informasi mengenai permintaan pariwisata yang berasal dari negara yang sama dengan lokasi destinasi lebih sulit dilakukan bila dibandingkan dengan informasi mengenai permintaan pariwisata internasional, memperhatikan definisi pariwisata internasional yang fokus pada perjalanan seseorang melintasi perbatasan negaranya yang cendrung lebih mudah untuk diawasi dan dicatat. Sementara itu, pariwisata domestik merupakan perjalanan yang dilakukan seseorang dalam lingkup wilayah negaranya yang cendrung lebih susah untuk dicatat. Terlepas dari kesulitan untuk mengumpulkan statistik dari pariwisata domestik, Frederic Pierret – Direktur Eksekutif UNWTO – menyatakan bahwa pariwisata domestik sesungguhnya memiliki potensi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pariwisata internasional. UNWTO memprediksi, dari jumlah perjalanan pariwisata pada tahun 2008 yang tercatat sebesar 4,8 milyar; 4 milyar (sekitar 80 persen) merupakan perjalanan wisata domestik (UNWTO, 2008) 2.3.4
Penghitungan Kebutuhan Usaha Akomodasi
Sebagai salah satu fasilitas inti dalam pengembangan pariwisata di sebuah kawasan, ketersediaan usaha jasa akomodasi menjadi hal yang bersifat mutlak. Sudah seharusnya jumlah
II-12
usaha akomodasi yang telah terbangun dan akan dibangun di sebuah kawasan pariwisata mempertimbangkan secara cermat perkembangan jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Jumlah usaha akomodasi yang melebihi kebutuhan wisatawan akan menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat antarusaha dan inefisiensi pada penggunaan lahan. Sebaliknya, bila jumlah usaha tidak sepadan dengan kebutuhan wisatawan akan menyebabkan penurunan kualitas pelayanan yang bermuara pada meningkatnya ketidakpuasan wisatawan. Terlepas dari vitalnya melakukan pemadanan antara penawaran usaha jasa akomodasi dengan besar permintaan terhadapnya, usaha ini tidak bisa dilakukan secara mudah. Salah satu penyebabnya adalah permintaan pariwisata yang sangat rentan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal destinasi. Sebagai misal, peristiwa Bom Bali I pada tanggal 12 Oktober 2002 dengan segera menyebabkan berkurangnya kunjungan wisatawan (permintaan) ke Bali pada bulan berikutnya. Inskeep (1991) merancang sebuah formula untuk memperkirakan kebutuhan usaha akomodasi pariwisata melalui pendekatan jumlah tempat tidur (beds) yang dibutuhkan wisatawan dalam sebuah periode kunjungan, sebagai berikut:
Dengan terduganya jumlah tempat tidur kamar yang dibutuhkan, maka jumlah kamar (number of rooms) yang diperlukan bisa diduga melalui formula berikut:
Pada persamaan di atas, Average Room Occupancy sebagai besaran pembagi untuk menghitung Demand for Rooms ditetapkan sebesar 1,7 untuk kamar yang dihuni oleh dua orang wisatawan dan 1,2 bila dihuni seorang wisatawan (apa dasarnya).
II-13
Bab III. METODE PENELITIAN 3.1
Metode Penelitian
Studi ini dirancang menggunakan metode kuantitatif, dimana data dikumpulkan dan diolah dengan terlebih dahulu mengklasifikasikan semua jenis usaha akomodasi yang dicatat dari berbagai sumber dalam periode waktu tertentu. Unit analisis dari pemetaan penawaran usaha akomodasi ini adalah perusahaan, yakni jenis usaha akomodasi wisata yang ada di lokasi penelitian.Adapun lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Badung yang terdiri dari enam kecamatan, yakni: Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara, Kuta, dan Kecamatan Kuta Selatan.
3.2
Populasi dan Metode Pengambilan Sampel
3.2.1
Populasi dan Metode Pengambilan Sampel Penawaran Usaha Akomodasi
Populasi usaha akomodasi adalah semua jenis akomodasi yang tersebar di enam kecamatan di Kabupaten Badung, yang terdiri dari usaha hotel bintang, non-bintang, villa, pondok wisata, dan akomodasi lainnya sesuai dengan klasifikasi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010, serta peraturan daerah tentang usaha akomodasi. Penawaran usaha akomodasi ini dipetakan melalui penelusuran data seluruh jenis usaha dari berbagai sumber, antara lain: (1) BPS Provinsi Bali dan Kabupaten Badung; (2) SKPD di Kabupaten Badung seperti: Disparda, dan Dispenda; (3) Buku Kuning (yellow pages); dan (4) Internet, maupun Online Travel Agent (OTA), seperti: TripAdvisor, agoda.com, dan booking.com. Dari berbagai sumber data tersebut, selanjutnya dilakukan pemetaan usaha akomodasi dengan membandingkan jumlah dan jenis akomodasi serta jumlah kamar dari masing-masing jenis akomodasi yang ada wilayah di Kabupaten Badung. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel Permintaan Usaha Akomodasi
Populasi pada sisi permintaan usaha akomodasi adalah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang melakukan kunjungan ke berbagai destinasi wisata di Kabupaten Badung. Sampel penelitian dari kedua jenis wisatawan (mancanegara dan nusantara) diperoleh secara accidental samplingdan wisatawan bersedia secara sukarela untuk memberikan informasi tentang persepsi dan preferensi mereka mengenai aspek-aspek kepariwisataan di destinasi. Dari populasi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, secara acak dipilih 150 orang wisatawan mancanegara dan 80 orang wisatawan nusantara yang bersedia diwawancarai dan diminta penilaian dan preferensi mereka. Sebagai ucapan terima kasih atas waktu yang disedian oleh para responden ini, kepada mereka diberikan cindera mata kipas yang dilengkapi dengan tulisan Badung Tourism Promotion Board.
METODE PENELITIAN
3.2.2
3.3
Metode dan Teknik Analisis Data
3.2.1
Metode dan Teknik Analisis Penawaran Usaha Akomodasi
Data semua jenis usaha akomodasi yang terkumpul, selanjutnya dilakukan klasifikasi berdasarkan sumber data; jenis usaha; dan kategori usaha. Melalui pencatatan tersebut,akan dihasilkan data tentang jumlah usaha akomodasi dan jumlah kamar serta sebarannya di ke-enam kecamatan, sesuai dengan klasifikasi jenis usaha akomodasi yang diatur undang-undang maupun peraturan pemerintah lainnya. 3.2.2
Metode dan Teknik Analisis Permintaan Usaha Akomodasi
Berbeda dengan teknik untuk menganalisis data penawaran, data tentang permintaan usaha akomodasi yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 150 orang wisatawan mancanegara dan 80 orang wisatawan nusantara dilakukan menggunakan Statistika Deskriptif. Sebelum digunakan sebagai instrumen pengumpul data primer, kuesioner yang dirancang pada penelitian ini diujicobakan kepada 30 orang wisatawan dengan tujuan mengetahui validitas dari masing-masing item pernyataan dan reliabilitas dari setiap konsep yang akan diukur. Setelah diyakini kuesioner memiliki ukuran validitas dan reliabilitas yang memadai maka data persepsi dan preferensi wisatawan dikumpulkan. Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui profil permintaan usaha akomodasi wisata di Kabupaten Badung.
III-2
Bab IV. HASIL PENELITIAN 4.1
Penawaran Usaha Akomodasi Pariwisata di Kabupaten Badung
Usaha akomodasi pariwisata pada penelitian ini yang disebut sebagai usaha penyediaan akomodasi – merujuk kepada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM86/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi – dinyatakan sebagai “usaha penyediaan pelayanan penginapan untuk wisatawan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya”. Pada peraturan tersebut usaha penyediaan akomodasi yang juga disebut sebagai usaha pariwisata diklasifikasikan ke dalam kelompok atau jenis hotel, bumi perkemahan, persinggahan karavan, vila, dan pondok wisata, serta jenis lain yang tidak tergolong ke dalam salah satu dari lima jenis sebelumnya. Kajian tentang penawaran usaha akomodasi pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa data jumlah usaha serta jumlah kamar akomodasi yang tersedia di beberapa sumber data yang valid dan bisa dipercaya. Adapun sumber-sumber data yang dirujuk untuk mengetahui jumlah usaha dan jumlah kamar akomodasi di Kabupaten Badung adalah: (1) Dinas Pariwisata Daerah (DISPARDA) Kabupaten Badung, (2) Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Badung, (3) situs http://www.tripadvisor.com; (4) situs http://www.agoda.com; dan (5) situs http://www.booking.com. Tiga sumber data terakhir dipilih mempertimbangkan reliabilitas data serta keterpopulerannya bagi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Memperhatikan pentingnya informasi yang tepat mengenai ketersediaan jumlah usaha dan jumlah kamar akomodasi dalam perencanaan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Badung, maka penentuan jumlah usaha serta jumlah kamar dilakukan dengan sangat berhatihati agar tidak terjadi pencatatan ganda (double counting) jumlah usaha akomodasi. Hal kedua yang perlu ditegaskan pada laporan ini adalah akses pada kelima sumber-sumber data di atas dilakukan hingga tanggal 30 Mei 2015, sehingga informasi yang tersampaikan didasarkan pada data hingga tanggal tersebut. Peneliti memiliki keyakinan bahwa setidak-tidaknya informasi tentang jumlah usaha akomodasi dan kamarnya yang disampaikan pada laporan ini memiliki ketepatan 95 persen.
HASIL PENELITIAN
Bila data mengenai jumlah usaha akomodasi dan jumlah kamar yang tersedia dianalisis dari kelima sumber seperti dijelaskan di atas, maka data pendukung seperti data luas wilayah dan tingkat penghunian kamar diakses dari data yang tersedia pada buku Badung Dalam Angka Tahun 2014 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik dan BAPPEDA LITBANG Kabupaten Badung. Data pendukung ini digunakan untuk mempertajam analisis pada Bab V dari laporan penelitian ini.
4.1.1
Geografi dan Kawasan Pariwisata di Kabupaten Badung
Pada konstelasi kepariwisataan Bali, meskipun luas wilayah Kabupaten Badung hanya 7,43 persen dari luas wilayah Provinsi Bali sebesar 5 636,66 km2 (BPS Provinsi Bali, 2015), tercatat Kabupaten Badung merupakan kabupaten di Bali dengan PDRB tertinggi sebesar Rp 20 988,08 milyar (atas dasar harga berlaku tahun 2013) dengan kontribusi dari sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) senilai Rp 7 260,31 milyar. Kabupaten Badung memiliki 6 kecamatan dengan luas masing-masing kecamatan ditunjukkan pada tabel berikut:
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 4. 1Luas Kecamatan di Kabupaten Badung dan Ketinggian dari Permukaan Laut Persentase Ketinggian dari Luas Wilayah Persentase Kecamatan Luas terhadap Permukaan 2 (km ) Luas Luas Bali Laut (m) Kuta Selatan 101,13 24,16 1,80 28 Kuta 17,52 4,19 0,31 27 Kuta Utara 33,86 8,09 0,60 65 Mengwi 82,00 19,59 1,46 0 – 350 Abiansemal 69,01 16,49 1,23 75 – 350 Petang 115,00 27,48 2,04 275 – 2 075 BADUNG 418,52 100,00 7,43 0 – 2 075
Sumber: BPS Kabupaten Badung, 2015
Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Bali menzonasi kawasan pariwisata di Kabupaten Badung menjadi tiga kawasan yaitu Kawasan Nusa Dua, Kawasan Kuta, dan Kawasan Tuban. Tabel 4.1 menunjukkan kawasan pariwisata di di Kabupaten Badung: Tabel 4. 2Peta Kawasan Pariwisata di Kabupaten Badung No
Nama Kawasan
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Batas Fisik Utara
1
Tuban
Kuta
Tuban
Canggu Kuta Utara 2
Kuta
Timur
Kuta Benoa Jimbaran
Nusa Dua
Utara
Kerobokan Kuta
3
Timur Selatan Barat
Kuta Selatan
Ungasan Pecatu Kutuh
Sumber: LITBANG BAPPEDA Kabupaten Badung, 2011
Selatan Barat Utara Timur Selatan Barat
: Jalan Bakungsari, Jalan Mertasari, Jalan Tunjung Mekar Bypass Ngurah Rai : Jalan Bypass Ngurah Rai : Batas utara Bandara Ngurah Rai : Pantai barat Kelurahan Kuta dan Tuban : Batas utara kelurahan/desa (Canggu dan Kerobokan) : Batas timur kelurahan (Kerobokan dan Kuta) : Batas selatan Kelurahan Kuta : Pantai barat kelurahan/desa (Kerobokan dan Kuta) : Batas selatan Bandara Ngurah Rai : Pantai timur kelurahan (Tuban, Jimbaran, Benoa) : Pantai selatan kelurahan (Benoa, Ungasan, Pecatu, Kutuh) : Pantai barat desa (Pecatu, Jimbaran, Tuban)
Selain penzonasian kawasan pariwisata seperti terlihat pada tabel 4.1, mengacu kepada Peraturan Bupati Badung Nomor 7 Tahun 2005 tanggal 7 Pebruari 2005 tentang Obyek Wisata dan Daya tarik Wisata di Kabupaten Badung maka obyek wisata yang ada di wilayah ini teridentifikasi sebanyak 33 obyek yang tersebar di seluruh kecamatan. Secara umum obyek wisata alam yang berada di daerah Badung Selatan berupa wisatapantai, taman bakau, dan pelestarian penyu. Secara rincidaftar obyek wisata yang tercantum pada Peraturan Bupati Badung Nomor 7 Tahun 2005 disajikan pada tabel berikut: Tabel 4. 3Daftar Obyek Pariwisata di Kabupaten Badung Lokasi Desa/Kelurahan Pecatu Pecatu Pecatu Pecatu Pecatu Ungasan Benoa Benoa Benoa Tanjung Benoa
No
Nama Obyek Wisata
Jenis Wisata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kawasan Luar Pura Uluwatu Pantai Nyangnyang Pantai Suluban Pantai Padang-padang Pantai Labuan Sait Pantai Batu Pageh Pantai Samuh Pantai Geger Sawangan Pantai Nusa Dua Pantai Tanjung Benoa Pelestarian Penyu di Deluang Sari, Tanjung Benoa Taman Rekreasi Hutan Bakau Pantai Jimbaran Garuda Wisnu Kencana (GWK) Pantai Kedonganan Pantai Kuta Waterboom Pantai Legian Monumen Tragedi Kemanusiaan Pantai Peti Tenget Pantai Berawa Pantai Canggu Pantai Seseh Pura Sada Kapal Kawasan Luar Pura Taman Ayun Kawasan Luar Pura Keraban Langit Desa Wisata Baha Bumi Perkemahan Blahkiuh Alas Pala Sangeh Tanah Wuk Air Terjun Nungnung Wisata Agro Pelaga Kawasan Luar Pura Puncak Tedung
Wisata Budaya Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam
Kecamatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan
Wisata Alam
Kuta Selatan
Tanjung Benoa
Wisata Alam Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Alam Wisata Alam Wisata Buatan Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Budaya
Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Kuta Kuta Kuta Kuta Kuta Utara Kuta Utara Kuta Utara Mengwi Mengwi Mengwi
Tanjung Benoa Jimbaran Jimbaran Kedonganan Kuta Kuta Kuta Kuta Kerobokan Tibubeneng Canggu Munggu Kapal Mengwi
Wisata Budaya
Mengwi
Sading
Wisata Alam Wisata Remaja Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam
Mengwi Abiansemal Abiansemal Abiansemal Petang Petang
Baha Blahkiuh Sangeh Sangeh Pelaga Pelaga
Wisata Alam
Petang
Petang
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sumber: Badung dalam Angka (2013)
Memperhatikan signifikannya peranan sektor pariwisata dalam penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Badung serta keterlibatan masyarakat lokal di sektor ini secara langsung maupun tidak langsung, relatif tinggi; maka Pemerintah Kabupaten Badung telah mengidentifikasi obyek-obyek wisata yang potensial untuk dikembangkan dalam rangka diversifikasi produk wisata. Tabel berikut merinci potensi pengembangan obyek wisata baru di Kabupaten Badung: Tabel 4. 4Potensi Pengembangan Obyek Wisata di Kabupaten Badung No
Nama Obyek Wisata
Jenis Wisata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pantai Dream Land Pantai Blue Point Pantai Bingin Pantai Tegal Wangi Waterpark Pantai Gunung Payung Pantai Pandawa Selancar Air/Surfing Pantai Echo Pantai Batu Bolong Pantai Pererenan Pantai Batu Ngaus Pantai Mengening
Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Buatan Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam
Kecamatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Selatan Kuta Kuta Utara Kuta Utara Mengwi Mengwi Mengwi
Lokasi Desa/Kelurahan Pecatu Pecatu Pecatu Pecatu Pecatu Ungasan Kutuh Kuta Tibubeneng Canggu Pererenan Cemagi Cemagi
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, 2011
4.1.2
Profil Jumlah Usaha Akomodasi Pariwisata
4.1.2.1 Distribusi Usaha Akomodasi Menurut Sebaran Geografis Pemeriksaan terhadap data jumlah akomodasi wisata dari 5 sumber seperti disebutkansebelumnya memperlihatkan bahwa hingga 30 Mei 2015 jumlah usaha akomodasi wisata di Kabupaten Badung tercatat sebanyak 3 433 unit dengan distribusi usaha berdasarkan sebaran geografis dan jenis usaha akomodasi ditunjukkan pada Tabel 4.5. Merujuk kepada tabel tersebut terlihat bahwa usaha akomodasi terkonsentrasi di Kecamatan Kuta yang justru memiliki luas wilayah terkecil (17,52 km2 atau 4,19 persen dari luas wilayah Kabupaten Badung).Temuan ini tidak mengherankan mengingat Kuta merupakan cikal bakal kepariwisataan Badung, bahkan Bali khususnya. Ditinjau dari jenis usaha akomodasi, data pada Tabel 4.4 juga memperlihatkan dominasi Kecamatan Kuta dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Terkecuali pada kategori usaha penyewaan rumah dan apartemen liburan pada jenis usaha akomodasi lain, seluruh kategori usaha akomodasi jumlah terbesar ditemukan di kecamatan ini. Terlihat pula bahwa kategori usaha hotel non-bintang, penginapan khusus,dan vilamasing-masing sebanyak 625 unit, 338 unit, dan 241 unit sebagai tiga kategori usaha akomodasi dengan jumlah terbanyak di kecamatan ini.
Tabel 4. 5Daftar Jumlah Akomodasi per Jenis Usaha Menurut Kecamatan di Kabupaten Badung per 30 Mei 2015 Jenis Usaha
Kategori Usaha
Hotel
Bintang Non-bintang
Villa Pondok Wisata
Akomodasi Lain
Penginapan Khusus Losmen Rumah Kos Penyewaan Rumah dan Apartemen Liburan Kondotel Rumah Sewa
Bumi Perkemahan Persinggahan Karavan Jumlah
Kuta Selatan 58 177 150 80 128 83 10
Kuta 122 625 241 174 338 204 13
Kecamatan Kuta Mengwi Utara 6 0 89 3 220 22 248 47 235 18 83 2 2 1
Abiansemal 0 2 1 1 1 0 0
Petang
Total
0 0 0 0 0 0 0
186 896 634 550 720 372 26
6
0
0
0
0
0
6
6 3
9 9
3 13
0 0
0 0
0 0
18 25
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
701
1 735
899
93
5
0
3 433
Sumber: Data Sekunder, Diolah (2015)
Bila dicermati distribusi usaha akomodasi di Kabupaten Badung, maka persentase usaha akomodasi yang berlokasi di Kecamatan Kuta sekitar 50,54 persen (1 735 unit dari total 3 433 unit usaha akomodasi). Memperhatikan persentase tersebut serta persentase dari luas wilayah Kecamatan Kuta yang hanya 4,19 persen dari luas Kabupaten Badung, maka sudah seyogyanya investasi usaha akomodasi di kecamatan ini dilakukan dengan sangat berhati-hati, baik oleh pihak investor maupun para pengambil kebijakan kepariwisataan di Kabupaten Badung. Pihak investor sebaiknya mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kondisi over supply yang bisa menyebabkan perang tarif antaroperator usaha akomodasi. Pengambil kebijakan pun sebaiknya memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang timbul dengan semakin ‘sesaknya’ daerah Kuta dengan bangunan-bangunan komersial kepariwisataan. Kecamatan kedua di Kabupaten Badung yang di wilayahnya terdapat usaha akomodasi terbanyak setelah Kuta adalah Kecamatan Kuta Utara. Total usaha akomodasi yang tercatat di wilayah ini sebanyak 899 unit dengan tiga besar jenis usaha adalah pondok wisata, penginapan khusus, dan vila. Bila dibandingkan dengan dengan total jumlah usaha akomodasi, persentase usaha di kecamatan ini sebesar 26,19 persen. Meski besaran ini setengah dari persentase usaha akomodasi di Kecamatan Kuta, perlu untuk diperhatikan bahwa terdapat kecendrungan investasi di bidang industri pariwisata telah bergeser dari Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan menuju ke Kecamatan Kuta Utara yang luas wilayahnya dua kali dari luas wilayah Kecamatan Kuta serta memiliki topografi landai. Dugaan ini bisa dijustifikasi dengan memperhatikan perkembangan
alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Badung pada periode 2008 – 2013 seperti diperlihatkan pada Tabel 4.6 berikut: Tabel 4. 6Jumlah Alih Fungsi Lahan Sawah per Kecamatan di Kabupaten Badung (dalam Hektar) Periode 2008 – 2013 No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6
Kuta Selatan Kuta Kuta Utara Mengwi Abiansemal Petang BADUNG
2008 2 2
2009 -
Tahun 2010 10 10
2011 8 10 24 42
2012 3 29 7 12 51
2013 38 11 2 51
Sumber: BPS Kabupaten Badung, 2015
Pada Tabel 4.6 terlihat secara jelas alih fungsi lahan pada tahun 2013 tertinggi terjadi di Kecamatan Kuta Utara. Meski tidak sepenuhnya alih fungsi lahan sawah terjadi karena berubah menjadi usaha jasa akomodasi, patut diduga bahwa berkembangnya usaha jasa akomodasi di wilayah ini merupakan pemicu (trigger) bagi perkembangan pusat-pusat pemukiman baru serta fasilitas umum dan fasilitas pendukung kepariwisataan. 4.1.2.2 Distribusi Usaha Akomodasi Menurut Sumber Data Penelusuran data mengenai jumlah usaha akomodasi per jenis usaha per kecamatan di Kabupaten Badung dari kelima sumber seperti uraian sebelumnya menunjukkan adanya perbedaan data. Perbedaan data yang berasal dari Dinas Pariwisata Daerah (DISPARDA) dengan yang berasal dari Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Badung seharusnya tidak terjadi bila rerangka data (data frame) meliputi indikator kategori usaha dan indikator lainnya yang digunakan sama. Sementara itu, perbedaan data dari sumber-sumber komersial seperti Trip Advisor bisa dimaklumi mencermati dibutuhkan adanya biaya agar usaha akomodasi terdaftar di salah satu dari ketiga situs komersial yang juga dirujuk sebagai sumber data. Dengan tujuan memperoleh informasi yang holistik tentang distribusi usaha akomodasi di Kabupaten Badung, maka empat tabel berikut mencantumkan jumlah usaha akomodasi di keempat kecamatan – kecuali Kecamatan Abiansemal yang data tentang akomodasi hanya berasal dari DISPENDA dan Kecamatan Petang yang tercatat belum ada usaha akomodasi pariwisata– dirinci berdasarkan sumber data yang dirujuk pada penelitian ini. Pada setiap tabel, kolom dengan header TripAd., Agoda, dan Booking menyatakan data dari http://www.tripadvisor.com, http://www.agoda.com, dan http://www.booking.com.
Tabel 4. 7Daftar Jumlah Akomodasi per Sumber Data di Kecamatan Kuta Selatan (Data per 30 Mei 2015) Jenis Usaha
Kategori Usaha
Hotel
Bintang Non-bintang
Villa Pondok Wisata
Akomodasi Lain
Penginapan Khusus Losmen Rumah Kos Penyewaan Rumah dan Apartemen Liburan Kondotel Rumah Sewa
Bumi Perkemahan Persinggahan Karavan Jumlah
DISPENDA 57 100 150 34
Sumber Data DISPARDA TripAd. 38 50 65 119 11 42 80 0
Agoda 34 54 25 0
Booking 25 39 9 0
Kelima Sumber 58 177 150 80
3
7
128
26
23
128
2 10
1 0
83 0
15 1
19
83 10
0
1
6
0
1
6
1 1
6 3
0 0
0 0
0 0
6 3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
359
214
428
155
116
704
Tabel 4. 8Daftar Jumlah Akomodasi per Sumber Data di Kecamatan Kuta (Data per 30 Mei 2015) Jenis Usaha
Kategori Usaha
Hotel
Bintang Non-bintang
Villa Pondok Wisata
Akomodasi Lain
Bumi Perkemahan Persinggahan Karavan Jumlah
Penginapan Khusus Losmen Rumah Kos Penyewaan Rumah dan Apartemen Liburan Kondotel Rumah Sewa
DISPENDA 113 374 241 71
Sumber Data DISPARDA TripAd. 67 95 245 431 27 66 174 0
Agoda 42 119 19 0
Booking 26 64 14 0
Kelima Sumber 122 625 241 174
62
28
338
36
18
338
16 13
15 0
204 0
35 1
19 0
204 13
0
0
0
0
0
0
0 0
9 9
0 0
0 0
0 0
9 9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
890
574
1 134
252
141
1 735
Tabel 4. 9Daftar Jumlah Akomodasi per Sumber Data di Kecamatan Kuta Utara (Data per 30 Mei 2015) Jenis Usaha
Kategori Usaha
Hotel
Bintang Non-bintang
Villa Pondok Wisata Penginapan Khusus Losmen Rumah Kos Penyewaan Rumah dan Apartemen Liburan Kondotel Rumah Sewa
Akomodasi Lain
Bumi Perkemahan Persinggahan Karavan Jumlah
DISPENDA 2 49 220 114
Sumber Data DISPARDA TripAd. 4 0 42 33 0 0 248 0
Agoda 0 8 3 1
Booking 0 3 1 1
Kelima Sumber 6 89 220 248
45
20
235
29
11
235
14 2
4 0
83 0
15 1
8 0
83 2
0
0
0
0
0
0
1 6
3 13
0 0
0 0
0 0
3 13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
453
334
351
57
24
899
Tabel 4. 10Daftar Jumlah Akomodasi per Sumber Data di Kecamatan Mengwi (Data per 30 Mei 2015) Jenis Usaha
Kategori Usaha
Hotel
Bintang Non-bintang
Villa Pondok Wisata
Akomodasi Lain
Bumi Perkemahan Persinggahan Karavan Jumlah
Penginapan Khusus Losmen Rumah Kos Penyewaan Rumah dan Apartemen Liburan Kondotel Rumah Sewa
DISPENDA 0 3 22 26
Sumber Data DISPARDA TripAd. 0 0 1 0 0 0 47 0
Agoda 0 0 0 0
Booking 0 1 0 0
Kelima Sumber 0 3 22 47
9
6
18
1
0
18
0 1
0 0
2 0
0 0
0 0
2 1
0
0
0
0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
61
54
20
1
1
93
4.1.3
Profil Jumlah Kamar Usaha Akomodasi Pariwisata
Seperti halnya dengan jumlah usaha akomodasi pariwisata di Bali yang terkonsentrasi di Kabupaten Badung, demikian pula halnya dengan distribusi jumlah kamar akomodasi yang tersedia. Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat ketakseimbangan kamar akomodasi yang tersedia di hotel berbintang pada tahun 2013 seperti terlihat pada Tabel 4.11 berikut: Tabel 4. 11Daftar Jumlah Kamar yang Tersedia pada Hotel Berbintang di Bali, Tahun 2013 No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Provinsi Bali Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
10
Banyak Kamar yang Tersedia pada Hotel Berbintang Bintang 5 Bintang 4 Bintang 3 Bintang 2 Bintang 1 0 0 77 0 0 326 0 0 0 0 8 834 5 935 2 931 831 364 362 219 68 10 20 0 0 62 12 48 0 0 0 0 0 33 132 88 14 20 32 92 352 45 40 1 590 1 085 467 473 298 11 177 7 463 4 045 1 385 790 10 803 7 548 3 729 1 351 784 10 469 6 887 3 215 1 340 883 10 462 6 064 2 485 1 676 446 8 977 5 349 2 299 1 782 277
Jumlah 77 326 18 895 679 122 0 287 561 3 913 24 860 24 125 22 794 21 133 18 684
Persentase 0,31 1,31 76,01 2,73 0,49 0,00 1,15 2,26 15,74 100,00
Sumber: Bali Dalam Angka 2014
Data pada Tabel 4.11 memperlihatkan lebih dari tiga perempat total kamar akomodasi di Bali berlokasi di Kabupaten Badung yang memiliki luas wilayah hanya 7,43 persen dari luas Bali. Meskipun hal ini mendatangkan manfaat dari potensi pajak yang berasal dari sub-sektor hotel dan restoran, harus pula dipertimbangkan secara serius dampak negatif di bidang sosial, budaya, dan khususnya di bidang lingkungan terkait dengan terpusatkannya usaha dan kamar akomodasi di Kabupaten Badung; khususnya di Kecamatan Kuta Utara, Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan. Tanpa memperhatikan distribusi secara geografis dari usaha dan kamar akomodasi, DISPARDA Kabupaten Badung mencatat jumlah usaha dan jumlah kamar yang tersedia di wilayah ini pada periode 2007 – 2013. Jenis usaha akomodasi yang dijadikan dasar pengklasifikasian oleh DISPARDA Kabupaten Badung berbeda dengan pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM86/HK.501/MKP/2010. Dinas ini mengklasifikasikan usaha akomodasi menjadi hotel bintang, hotel melati, pondok wisata, kondotel, dan rumah sewa. Pada tahun 2007 jumlah kamar akomodasi dari kelima klasifikasi sebanyak 26 773, dan meningkat menjadi 53 506 kamar pada tahun 2013 (BPS Kabupaten Badung, 2015). Merujuk kepada kedua besaran ini maka dalam kurun waktu enam tahun terjadi pertambahan kamar akomodasi dari berbagai jenis rata-rata sebesar 4 455 kamar/tahun. Tentunya laju pertumbuhan ini bisa lebih besar seandainya data tentang jumlah dan kamar akomodasi yang belum tercatat di DISPARDA Kabupaten Badung diperhitungkan (lihat Tabel 4.12). Tabel 4. 12Perkembangan Usaha Akomodasi di Kabupaten Badung, Periode Tahun 2007 – 2013
Banyak Unit Usaha dan Kamar yang Tersedia pada Klasifikasi: Hotel Pondok Hotel Melati Kondotel Rumah Sewa Bintang Wisata
Total Kamar
Pertumbuhan (%)
No
Tahun
1
2007
Usaha 94
Kamar 15 350
Usaha 379
Kamar 9 620
Usaha 239
Kamar 1 323
Usaha 3
Kamar 102
Usaha 22
Kamar 378
26 773
-
2 3 4
2008 2009 2010
96 98 98
16 016 16 360 16 360
472 505 541
10 528 11 463 12 657
325 395 475
1 730 1 986 2 296
3 7 13
102 775 1 700
30 31 31
493 513 513
28 869 31 097 33 526
7,83 7,72 7,81
5 6
2011 2012
98 98
16 360 16 360
596 697
15 561 22 684
599 719
2 696 3 013
15 21
1 793 2 685
34 41
571 749
36 981 45 491
10,31 23,01
7
2013
98
16 360
778
28 330
837
3 372
34
4 564
53
880
53 506
17,62
Sumber: Badung Dalam Angka 2014, Data Diolah
4.1.3.1 Distribusi Kamar Akomodasi Menurut Sebaran Geografis Kabupaten Badung Hasil penelitian ini memperlihatkan distribusi kamar akomodasi antarkecamatan di Kabupaten Badung, seperti halnya distribusi jumlah kamar antarkabupaten/kota di Provinsi Bali, juga tidak seimbang. Data tentang jumlah kamar akomodasi yang diperoleh dari kelima sumber data pada penelitian ini mencatat jumlah kamar per 30 Mei 2015 di Kabupaten Badung sebesar 94 998 unit, dan lebih dari 90 persen dari jumlah ini terkonsentrasi di Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan (Tabel 4.13): Tabel 4. 13Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Badung per 30 Mei 2015 Kecamatan Jenis Usaha Kategori Usaha Kuta Kuta AbianKuta Mengwi Petang Selatan Utara semal Bintang 12 692 18 151 740 0 0 0 Hotel Non-bintang 10 882 29 602 2 336 200 36 0 Villa 1 505 2 133 1 204 77 5 0 Pondok Wisata 296 569 849 172 6 0 Penginapan Khusus 794 3 334 1 602 95 0 0 Losmen 544 2 765 510 7 0 0 Rumah Kos 174 180 21 10 0 0 Akomodasi Penyewaan Rumah Lain dan Apartemen 47 0 0 0 0 0 Liburan Kondotel 1 086 1 524 352 0 0 0 Rumah Sewa 37 253 208 0 0 0 Bumi 0 0 0 0 0 0 Perkemahan Persinggahan 0 0 0 0 0 0 Karavan Jumlah 28 057 58 511 7 822 561 47 0 Persentase 29,53 61,59 8,23 0,59 0,05 0,00 Sumber: Data Sekunder, Diolah (2015)
Total 31 583 43 056 4 924 1 892 5 825 3 826 385 47 2 962 498 0 0 94 998 100,00
Terdapat beberapa informasi penting yang diperoleh dari data pada Tabel 4.13 yang berimplikasi kepada penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan usaha akomodasi di daerah ini, yaitu: 1. Bila dibandingkan dengan data tentang jumlah kamar akomodasi yang tercatat pada tahun 2013 sebesar 53 506 unit (lihat Tabel 4.12), maka dalam kurun waktu satu setengah tahun tercatat pertambahan jumlah akomodasi sebesar 41 492 unit. Bila diasumsikan bahwa laju pertumbuhan pada periode tahun 2013 – pertengahan 2015 sama dengan laju pertumbuhan kamar akomodasi pada akhir tahun 2013 sebesar 17,62 persen, maka bila pada akhir tahun 2013 jumlah kamar akomodasi tercatat sebesar 53 506 unit, seharusnya pada pertengahan tahun 2015 jumlah kamar akomodasi di daerah ini sebesar 67 648 kamar. Besaran ini diperoleh dari persamaan berikut: Σ KamarPertengahan 2015 = Σ KamarAkhir 2013 * (1 + 1½ * Laju PertumbuhanTahun 2013) 2. Lebih dari 90 persen kamar akomodasi (85 568 unit) terdapat di Kecamatan Kuta Selatan dan Kecamatan Kuta. Luas wilayah kedua kecamatan ini hanya meliputi 118,65 km 2 atau 28,35 persen dari luas wilayah Kabupaten Badung; 3. Ditinjau dari jenis dan kategori usaha akomodasi, jumlah kamar terbesar dijumpai pada jenis dan kategori usaha hotel non-bintang disusul oleh hotel bintang, masing-masing dengan jumlah kamar yang dimiliki sebesar 43 046 unit dan 31 583 unit atau sekitar 78,57 persen dari jumlah kamar total di Kabupaten Badung; 4. Jenis usaha bumi perkemahan dan persinggahan karavan merupakan dua jenis usaha akomodasi yang tidak tercatat eksistensinya di Kabupaten Badung. 4.1.3.2 Distribusi Kamar Akomodasi Menurut Sumber Data Data pada ranah Ilmu Statistika bersifat very expensive to collect, but very cheap to distribute. Sifat ini menyebabkan sulitnya memperoleh data yang akurat dan sama antarsumber data. Hal ini merupakan salah satu penyebab adanya perbedaan data jumlah kamar akomodasi di masing-masing kecamatan di Kabupaten Badung berdasarkan sumber-sumber yang dirujuk pada penelitian ini. Terjadinya perbedaan data dari sumber-sumber komersial dapat dipahami, tetapi seharusnya data yang bersumber dari instansi pemerintah (DISPARDA, DISPENDA, dan BPS Kabupaten Badung) – pun bila terdapat perbedaan – tidak berbeda secara signifikan. Empat tabel di halaman berikut (Tabel 4.14 – Tabel 4.17) menunjukkan data jumlah akomodasi menurut jenis dan klasifikasi usaha di masing-masing kecamatan di Kabupaten Badung, kecuali Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Petang. Pada Tabel 4.14 terdapat perbedaan data jumlah kamar akomodasi di Kecamatan Kuta Selatan menurut DISPENDA dan DISPARDA Kabupaten Badung. Data DISPENDA mencatat jumlah kamar dari berbagai jenis usaha akomodasi lebih banyak (sekitar 4 500 unit) dari yang dicatat oleh DISPARDA Kabupaten Badung. Meski demikian, bila dibandingkan dengan data yang dicatat situs Trip Advisor (http://www.triadvisor.com), jumlah kamar menurut catatan DISPARDA masih lebih rendah (lihat Tabel 4.14).
Tabel 4. 14Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Jenis Usaha di Kecamatan Kuta Selatan per 30 Mei 2015 Jenis Usaha
Kategori Usaha
Hotel
Bintang Non-bintang
Villa Pondok Wisata
Akomodasi Lain
Penginapan Khusus Losmen Rumah Kos Penyewaan Rumah dan Apartemen Liburan Kondotel Rumah Sewa
Bumi Perkemahan Persinggahan Karavan Jumlah
DISPENDA 12 297 6 116 1 505 119
Sumber Data DISPARDA TripAd. 8 592 11 461 5 038 7 580 282 822 296 0
Agoda 7 291 4 324 666 0
Booking 6 146 2 999 158 0
Kelima Sumber 12 692 10 882 1 505 296
31
38
794
311
196
794
27 174
3 0
544 0
110 8
150 0
544 174
6
4
47
0
0
47
28 15
1 086 37
0 0
0 0
0 0
1 086 37
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20 318
15 835
21 248
12 710
9 649
28 516
Sumber: Data Sekunder, Diolah (2015) Tabel 4. 15Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Jenis Usaha di Kecamatan Kuta per 30 Mei 2015 Sumber Data Jenis Usaha Kategori Usaha DISPENDA DISPARDA TripAd. Agoda Booking Bintang 17 369 9 711 14 355 6 413 4 892 Hotel Non-bintang 16 706 13 808 23 009 8 288 5 138 Villa 2 133 485 1 095 277 215 Pondok Wisata 227 569 0 0 0 Penginapan 1 274 423 3 334 549 375 Khusus Losmen 398 484 2 765 795 463 Rumah Kos 180 0 0 18 0 Akomodasi Penyewaan Rumah Lain dan Apartemen 0 0 0 0 0 Liburan Kondotel 0 1 524 0 0 0 Rumah Sewa 0 253 0 0 0 Bumi 0 0 0 0 0 Perkemahan Persinggahan 0 0 0 0 0 Karavan Jumlah 38 287 27 257 44 558 16 340 11 083 Sumber:Data Sekunder, Diolah (2015)
Kelima Sumber 18 151 29 602 2 133 569 3 334 2 765 180 0 1 524 253 0 0 58 511
Seperti halnya dengan jumlah kamar di Kecamatan Kuta Selatan yang tercatat lebih rendah sekitar 8 000-an unit oleh DISPENDA Kabupaten Badung, hal yang sama juga teramati di Kecamatan Kuta sebagai sentral pariwisata Badung. Jumlah kamar akomodasi yang teridentifikasi dari kelima sumber di kecamatan ini adalah 58 511 unit, sekitar 20 000-an unit lebih tinggi jika dibandingkan dengan data yang diperoleh dari DISPENDA Kabupaten Badung. Bila diperhatikan, jumlah kamar akomodasi di Kecamatan Kuta Selatan terbesar ditemui pada kategori usaha hotel berbintang, maka di Kecamatan Kuta jumlah terbesar justru ditemui pada kategori usaha hotel non-bintang. Hal ini sejalan dengan kecendrungan wisatawan yang menginap pada salah satu kawasan. Kawasan Kuta lebih cenderung merupakan destinasi wisata bagi budget tourists dan Kecamatan Kuta Selatan di mana kawasan Nusa Dua berlokasi lebih diminati oleh kelompok quality tourists. Hal ini dipertegas dengan memperhatikan jenis usaha akomodasi lain (kategori usaha penginapan khusus, losmen, dan rumah kos) yang jauh lebih banyak ditemui di Kecamatan Kuta dibandingkan dengan di Kecamatan Kuta Selatan. Wilayah Kecamatan Kuta Utara pun mulai berkembang sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Badung. Perkembangan ini diikuti dengan bertambahnya jumlah usaha dan jumlah akomodasi pariwisata meski tidak sepadat di dua kecamatan yang diuraikan sebelumnya. Seperti halnya dengan Kuta, kategori usaha dengan jumlah kamar terbanyak di kawasan ini adalah hotel non-bintang, disusul oleh penginapan khusus, dan vila. Data dari kelima sumber menunjukkan jumlah kamar hotel non-bintang di kawasan ini sebesar 2 336 unit atau kurang lebih 29,64 persen dari total jumlah kamar (lihat Tabel 4.16). Tabel 4. 16Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Jenis Usaha di Kecamatan Kuta Utara per 30 Mei 2015 Sumber Data Jenis Usaha Kategori Usaha DISPENDA DISPARDA TripAd. Agoda Booking Bintang 184 556 0 0 0 Hotel Non-bintang 1 142 1 471 825 378 175 Villa 1 204 0 0 40 20 Pondok Wisata 402 849 0 4 4 Penginapan 468 181 1 602 278 93 Khusus Losmen 164 31 510 107 40 Rumah Kos 21 0 0 10 0 Akomodasi Penyewaan Rumah Lain dan Apartemen 0 0 0 0 0 Liburan Kondotel 105 352 0 0 0 Rumah Sewa 86 208 0 0 0 Bumi 0 0 0 0 0 Perkemahan Persinggahan 0 0 0 0 0 Karavan Jumlah 3 776 3 648 2 937 817 332 Sumber: Data Sekunder, Diolah (2015)
Kelima Sumber 740 2 336 1 204 849 1 602 510 21 0 352 208 0 0 7 822
Tabel 4. 17Jumlah Kamar Akomodasi Menurut Jenis Usaha di Kecamatan Mengwi per 30 Mei 2015 Jenis Usaha
Kategori Usaha
Hotel
Bintang Non-bintang
Villa Pondok Wisata
Akomodasi Lain
Penginapan Khusus Losmen Rumah Kos Penyewaan Rumah dan Apartemen Liburan Kondotel Rumah Sewa
Bumi Perkemahan Persinggahan Karavan Jumlah
DISPENDA 0 200 77 97
Sumber Data DISPARDA TripAd. 0 0 175 0 0 0 172 0
Agoda 0 0 0 0
Booking 0 21 0 0
Kelima Sumber 0 200 77 172
50
22
95
3
0
95
0 10
0 0
7 0
0 0
0 0
7 10
0
0
0
0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
434
369
102
3
21
561
Sumber: Data Sekunder, Diolah (2015)
Sebagai kecamatan yang dikelompokkan ke dalam wilayah pembangunan Badung Tengah dengan dominasi aktivitas pertanian, peternakan, pariwisata budaya, serta industri kecil dan kerajinan rumah tangga (BPS Kabupaten Badung, 2015), justru di kecamatan ini hanya tercatat sedikit jumlah usaha dan kamar akomodasi wisata seperti terlihat pada Tabel 4.17. Seperti halnya dengan data jumlah kamar akomodasi di tiga kecamatan sebelumnya, data jumlah kamar akomodasi di Kecamatan Mengwi juga berbeda antarsumber, khususnya data DISPENDA dengan data DISPARDA Kabupaten Badung. DISPENDA mencatat jumlah kamar akomodasi di kecamatan ini sedikit lebih banyak dibandingkan dengan yang dicatat oleh DISPARDA meski kedua sumber menyatakan hotel non-bintang merupakan jenis akomodasi dengan jumlah kamar terbanyak. Terjadinya perbedaan data jumlah kamar akomodasi di keempat kecamatan yang dicatat oleh DISPARDA dan DISPENDA akan bermuara pada kurang tersinergikannya kebijakan dan peraturan yang digunakan untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutandi Kabupaten Badung yang memberikan manfaat optimal bagi masyarakat. Seperti tertuang dalam Profil Kabupaten Badung pada Badung Dalam Angka 2014 (BPS Kabupaten Badung, 2015), sektor pariwisata yang dijadikan salah satu sektor unggulan selain pertanian dalam arti luas dan industri kecil dan rumah tangga, perkembangannya di kabupaten ini yang didasarkan kepada keindahan alam serta keunikan seni dan budaya (Hindu) seyogyanya ditunjang oleh destinasi wisata yang berkualitas yang dilengkapi dengan sarana akomodasi bertaraf internasional. Inkonsistensi data dari sumber pemerintah (DISPENDA dan DISPARDA Kabupaten Badung) hanya akan menyulitkan dalam merancang strategi pengembangan kepariwisataan daerah yang berkelanjutan.
4.1.4
Profil Utilisasi Penawaran Usaha Akomodasi
Utilisasi penawaran usaha akomodasi pada penelitian ini diartikan sebagai tingkat keefektifan pemanfaatan usaha akomodasi oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang ditawarkan penyedia usaha akomodasi hotel berbintang dan hotel non-bintang serta akomodasi lainnya. Profil utilisasi usaha akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung akan bermanfaat dalam menganalisis keseimbangan penawaran dan kebutuhan usaha akomodasi seperti diuraikan di sub-bab 5.1 pada laporan ini. Data tentang profil utilisasi penawaran usaha akomodasi ini berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Badung dan BPS Provinsi Bali seperti diringkas dalam beberapa tabel berikut: Tabel 4. 18Jumlah Hotel Berbintang dan Hotel Non-Bintang serta Akomodasi Lain Menurut Lokasi (Unit) Tahun 2013
B5
Kategori dan Kelas Usaha Akomodasi Hotel Berbintang Hotel Non-Bintang dan Akomodasi Lain B Tipe B4 B3 B2 B1 <10 10-24 25-40 41-100 >100
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar
0 2 40 6 0 0 1 1 4
0 0 46 7 0 0 2 2 5
2 0 37 3 4 0 2 8 7
0 0 12 1 1 0 1 2 7
0 0 11 1 2 0 1 1 8
2 2 146 18 7 0 7 14 31
37 66 181 165 63 13 127 130 44
28 32 184 105 32 10 62 59 108
2 5 72 15 1 1 9 19 53
0 1 48 6 0 0 2 3 24
0 0 5 0 0 0 0 0 4
67 104 490 391 96 24 200 211 233
Jumlah
54
62
63
24
24
227
926
620
177
84
9
1 816
Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
52 51 37 37
59 53 48 42
59 52 35 35
25 23 26 27
23 19 9 9
218 198 155 149
842 817 771 768
610 567 535 517
132 143 151 139
107 95 72 86
5 8 7 5
1 696 1 630 1 536 1 515
Kabupaten/ Kota
Sumber: Bali Dalam Angka (2014)
Tabel 4.18 memperlihatkan dominasi Kabupaten Badung dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Bali dari keberadaan usaha akomodasi pada kategori hotel berbintang maupun hotel non-bintang dan kategori akomodasi lain. Ditinjau dari jumlah usaha akomodasi, Kabupaten badung hanya disaingi oleh Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar. Fakta lain yang juga teramati pada Tabel 4.18 adalah kecendrungan meningkatnya jumlah usaha akomodasi pada kedua kategori (hotel berbintang dan hotel non-bintang). Peningkatan ini sudah tentu akan dibarengi dengan meningkatnya alih fungsi lahan – baik lahan produktif atau lahan non-produktif – yang dibutuhkan untuk membangun sarana akomodasi. Selain itu, upaya untuk melengkapi infrastruktur dan fasilitas penunjang juga menjadi kebutuhan yang bersifat mutlak. Sebagai misal, ketersediaan energi listrik dan air bagi usaha-usaha akomodasi pariwisata yang tidak terutilisasi secara optimal akan menjadi beban (cost of burden) yang harus dipikul oleh masyarakat.
Dua tabel berikut menunjukkan perkembangan jumlah kamar ( )dan jumlah tempat tidur ( ) di hotel berbintang serta hotel non-bintang dan akomodasi lainnya berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Bali pada tahun 2013: Tabel 4. 19Perkembangan Jumlah Kamar dan Jumlah Tempat Tidur di Hotel Berbintang di Provinsi Bali - Tahun 2013 Bintang 4
Kelas Hotel Bintang 3
Bintang 2
Bintang 1
0 396 14 548 447 0 0 66 33 2 248
0 0 5 935 219 0 0 132 92 1 085
0 0 8 578 252 0 0 264 113 1 748
77 0 2 931 68 62 0 88 352 467
107 0 4 299 82 105 0 202 488 1 064
0 0 831 10 12 0 14 45 473
0 0 1 130 10 12 0 18 99 787
0 0 364 20 48 0 20 40 298
0 0 423 20 82 0 40 56 456
77 326 18 895 679 122 0 287 561 3 913
107 396 28 978 811 199 0 590 789 6 303
11 177
17 738
7 463
10 955
4 045
6 347
1 385
2 056
790
1 077
24 860
38 173
10 803 10 469 10 462 8 977
16 311 15 084 16 067 13 631
7 548 6 887 6 064 5 349
12 029 10 816 9 691 8 658
3 729 3 215 2 485 2 299
5 488 4 703 3 800 3 674
1 351 1 340 1 676 1 782
1 929 2 033 2 682 2 972
784 883 446 277
1 120 1 275 652 411
24 215 22 794 21 133 18 684
36 837 33 911 32 892 29 346
Kabupaten/ Kota
Bintang 5
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar
0 326 8 834 362 0 0 33 32 1 590
Jumlah Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Seluruh Kelas
Sumber: Bali Dalam Angka (2014) Tabel 4. 20Perkembangan Jumlah Kamar dan Jumlah Tempat Tidur di Hotel Non-Bintang di Provinsi Bali - Tahun 2013 Kabupaten/ Kota
<10
10-24
Kelompok Kamar 25-40
41-100
>100
Seluruh Kelas
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar
229 389 925 1 281 331 72 658 710 303
261 465 1 240 1 628 661 91 1 368 888 444
440 479 2 964 1 516 428 150 906 848 1 874
578 642 4 079 1 989 839 226 1 856 1 147 2 721
53 144 2 335 444 25 25 245 617 1 638
100 214 3 294 550 56 40 493 869 2 730
0 54 2 937 374 0 0 115 172 1 320
0 54 4 598 563 0 0 230 256 2 254
0 0 636 0 0 0 0 0 466
0 0 755 0 0 0 0 0 1 063
722 1 066 9 797 3 615 784 247 1 924 2 347 5 511
939 1 375 13 966 4 730 1 556 357 3 947 3 160 9 212
Jumlah
4 898
7 046
9 515
14 077
5 526
8 346
4 972
7 955
1 102
1 818
26 013
39 242
Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
4 474 4 266 3 967 4 026
6 296 5 643 5 192 5 370
9 316 8 619 8 092 7 685
13 513 11 921 11 578 11 180
3 947 4 253 4 659 4 272
5 948 6 548 6 992 6 591
5 992 5 283 4 183 5 073
9 606 8 353 6 756 8 161
593 1 148 1 030 719
918 1 660 1 313 1 400
24 322 23 569 21 931 21 775
36 281 34 125 31 831 32 702
Sumber: Bali Dalam Angka (2014)
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali juga mencatat penggunaan kamar hotel berbintang dan hotel non-bintang menurut jenis wisatawan (mancanegara dan domestik), seperti diperlihatkan pada dua tabel berikut: Tabel 4. 21Jumlah Tamu Asing dan Domestik yang Datang di Hotel Berbintang di Provinsi Bali Tahun 2013 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Tamu Asing (orang) 194 364 236 475 256 654 277 849 335 122 271 386 443 379 368 138 353 776 183 535 344 214 409 334 3 674 226 2 776 179 2 524 088 2 198 394 1 966 833
Tamu Domestik (orang) 65 059 63 088 91 238 105 720 120 199 141 926 130 584 142 894 90 632 69 820 127 288 172 899 1 321 347 972 143 718 658 723 127 629 538
Total (orang) 259423 299563 347892 383569 455321 413312 573963 511032 444408 253355 471502 582233 4 995 573 3748322 3242746 2921521 2596371
Sumber: Bali Dalam Angka (2014) Tabel 4. 22Jumlah Tamu Asing dan Domestik yang Datang di Hotel Non-Bintang dan Akomodasi Lain di Provinsi Bali - Tahun 2013 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Sumber: Bali Dalam Angka (2014)
Tamu Asing (orang) 115 677 119 881 125 007 120 130 122 907 136 634 147 642 153 264 151 484 132 121 152 301 148 205 1 625 253 1 099 275 1 055 386 1 044 296 800 939
Tamu Domestik (orang) 138 231 143 532 149 669 143 829 147 154 163 589 176 770 183 500 181 370 158 186 182 347 177 444 1 945 621 1 567 561 1 437 076 1 398 360 910 603
Total (orang) 253 908 263 413 274 676 263 959 270 061 300 223 324 412 336 764 332 854 290 307 334 648 325 649 3 570 874 2 666 836 2 492 462 2 442 656 1 711 542
Selain informasi tentang jumlah tamu yang menginap, data tentang rata-rata lama menginap (average length of stay) tamu juga penting diperhatikan seperti terlihat pada dua tabel berikut: Tabel 4. 23Rata-rata Lama Tamu Asing dan Domestik yang Menginap di Hotel Berbintang (Seluruh Kelas) di Provinsi Bali - Tahun 2013 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Tamu Asing (hari) 3.40 3.20 3.45 3.44 3.21 3.01 3.23 2.93 3.26 3.18 3.34 3.98 3.30 3.56 3.74 3.84 3.76
Tamu Domestik (hari) 2.56 2.43 2.84 2.94 2.89 2.96 3.09 3.17 3.02 3.32 2.65 3.52 2.95 2.96 3.46 3.60 3.63
Rata-rata (hari) 3.14 2.98 3.27 3.30 3.12 2.99 3.19 2.99 3.20 3.22 3.12 3.84 3.20 3.36 3.67 3.78 3.74
Sumber: Bali Dalam Angka (2014) Tabel 4. 24Rata-rata Lama Tamu Asing dan Domestik yang Menginap di Hotel Non-Bintang dan Akomodasi Lain di Provinsi Bali - Tahun 2013 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Sumber: Bali Dalam Angka (2014)
Tamu Asing (hari) 3.31 3.57 3.52 3.49 3.44 3.57 3.41 3.23 3.18 3.39 3.58 3.91 3.46 3.38 3.41 3.29 3.44
Tamu Domestik (hari) 2.07 1.89 1.78 2.17 2.02 1.78 2.16 2.30 2.15 2.50 2.81 2.89 2.08 2.08 2.42 1.89 2.02
Rata-rata (hari) 2.63 2.70 2.61 2.84 2.73 2.48 2.84 2.84 2.70 3.02 3.25 3.47 2.78 2.85 2.54 2.57 2.72
Data persentase tingkat penghunian kamar(TPK) dan persentase tingkat penghunian tempat tidur(TPB) untuk kategori hotel berbintang dan hotel non-bintang, diperlihatkan pada tabel-tabel berikut: Tabel 4. 25Persentase Tingkat Penghunian Kamar dan Tempat Tidur di Hotel Berbintang di Provinsi Bali - Tahun 2013 (dalam persen) No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Bintang 5 TPK TPB 61.00 60.63 60.03 62.59 61.81 61.23 60.01 66.92 59.77 70.62 61.54 72.47 62.67 73.03 62.85 68.28 66.26 78.46 61.07 60.52 62.00 64.44 63.85 75.02 61.91 68.76 64.13 74.03 61.08 74.06 60.13 74.71 60.92 81.17
Bintang 4 TPK TPB 57.32 48.92 59.18 63.90 59.82 66.18 57.52 63.16 61.43 60.01 59.89 77.39 63.82 68.43 63.98 82.40 60.90 85.65 60.36 75.98 61.51 69.20 62.70 74.79 60.70 69.56 65.35 51.53 62.56 77.67 66.33 83.00 59.22 78.04
Kelas Hotel Bintang 3 TPK TPB 47.90 33.96 53.48 60.02 57.28 51.46 55.77 55.35 60.23 71.74 58.15 57.54 61.18 72.74 60.25 78.34 65.19 82.13 62.07 72.54 59.91 60.96 61.66 66.51 58.89 65.39 62.07 61.95 58.78 63.43 58.77 69.26 59.55 68.45
Bintang 2 TPK TPB 49.75 59.80 48.04 37.29 56.35 43.75 54.18 43.70 55.80 41.57 55.30 52.81 59.89 59.94 59.76 65.37 57.66 74.05 57.33 38.63 54.70 38.46 58.19 40.32 55.58 48.52 60.57 73.50 64.76 59.84 52.79 62.41 47.41 57.49
Bintang 1 TPK TPB 57.82 67.02 53.51 57.73 56.90 63.39 55.44 62.58 63.78 75.57 70.25 99.50 59.44 89.00 62.13 89.07 59.09 69.63 55.90 50.43 58.02 58.96 57.87 58.67 59.18 72.62 62.16 71.02 58.13 73.80 52.66 76.24 42.53 51.73
Seluruh Kelas TPK TPB 57.57 53.90 58.05 61.29 60.12 60.93 58.21 63.39 60.31 66.19 61.05 73.32 62.44 71.85 62.64 74.74 63.76 80.56 60.57 65.57 60.94 64.41 62.53 71.99 60.68 67.88 63.21 69.76 63.23 72.54 60.16 74.00 59.00 75.87
Sumber: Bali Dalam Angka (2014) Tabel 4. 26Persentase Tingkat Penghunian Kamar dan Tempat Tidur di Non-Bintang dan Akomodasi Lain di Provinsi Bali - Tahun 2013 (dalam persen) No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
< 10 TPK TPB 22.45 23.88 19.13 21.90 18.49 21.72 23.03 27.16 21.95 26.56 22.45 26.54 25.07 32.49 26.92 33.56 23.05 27.81 22.27 25.91 17.89 20.72 21.13 25.37 22.04 26.28 23.59 28.22 27.01 33.90 27.79 19.82 21.80 38.70
Sumber: Bali Dalam Angka (2014)
Kelompok Kamar 10 – 24 25 – 40 41 – 100 TPK TPB TPK TPB TPK TPB 30.97 32.48 26.92 35.76 34.95 46.16 27.27 29.81 24.98 30.16 35.42 42.30 22.98 24.23 24.80 28.42 33.43 50.00 24.14 26.40 24.56 30.90 42.46 63.88 25.71 28.62 29.68 35.00 39.11 55.05 25.73 29.03 34.88 40.51 47.53 68.41 31.31 37.94 30.73 37.43 44.44 63.04 30.56 37.22 30.94 42.60 46.59 63.55 29.66 32.92 28.44 39.69 51.93 71.48 26.99 31.95 27.34 33.24 36.13 54.78 25.12 29.53 26.98 32.56 42.57 49.18 26.28 31.76 29.40 34.01 41.44 55.28 27.23 31.10 28.47 35.10 41.69 57.25 31.84 37.05 31.90 39.17 47.99 65.51 33.43 39.94 33.74 45.64 48.26 55.43 33.55 22.21 29.44 19.16 44.23 26.27 28.87 42.89 27.24 33.31 36.23 32.98
> 100 TPK TPB 48.61 28.71 42.61 48.76 48.30 33.92 42.20 68.72 53.09 67.53 47.82 40.03 42.54 25.10 64.22 66.07 62.34 49.05 72.03 42.12 52.95 62.46 33.69 45.28 51.66 49.27 57.83 52.67 50.50 56.89 51.03 30.73 63.47 52.06
Seluruh Kelompok TPK TPB 31.00 36.46 29.55 34.17 27.14 31.17 31.95 40.84 32.22 40.91 33.85 43.10 36.16 46.42 37.69 48.95 36.50 47.24 35.02 40.56 38.91 38.07 37.74 41.22 36.02 41.12 38.63 46.35 37.43 43.80 36.79 23.43 32.26 39.99
Data lain yang juga sangat penting untuk dijadikan pertimbangan dalam merancang kebijakan pembangunan kepariwisataan di daerah ini – khususnya kebijakan pembangunan usaha akomodasi – adalah indikator Tingkat Penghunian Ganda (Average Guests per Room/APR) pada kelompok hotel berbintang dan non-bintang serta akomodasi lain seperti ditunjukkan pada Tabel 4.24 berikut: Tabel 4. 27Persentase Tingkat Penghunian Ganda Atas Kamar Hotel Berbintang dan Non-Bintang di Provinsi Bali - Tahun 2013 (orang) Kelompok Hotel No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
B5 1.91 2.07 2.08 2.26 2.27 2.00 2.17 2.03 1.81 2.20 1.96 2.39 2.09 1.73 2.00 2.17 2.09
Hotel Berbintang B4 B3 B2 2.00 1.66 2.27 2.07 1.98 1.84 2.25 2.01 2.03 2.24 2.07 2.62 1.99 2.29 2.05 2.03 2.02 2.05 2.00 2.28 2.20 2.25 2.18 2.25 2.28 1.97 1.85 2.17 2.01 2.21 2.27 1.88 1.86 2.58 2.31 1.95 2.19 2.10 2.10 1.82 1.88 2.22 2.05 1.89 1.88 2.03 1.98 2.14 2.22 2.00 1.99
Sumber: Bali Dalam Angka (2014)
B1 2.04 1.91 2.03 1.90 1.89 2.44 3.07 2.26 2.30 1.85 1.86 2.28 2.19 1.69 1.92 2.02 1.71
B 1.94 2.04 2.13 2.23 2.16 2.05 2.17 2.14 1.97 2.13 2.04 2.43 2.13 2.11 1.99 2.10 2.08
<10 1.62 1.73 1.78 1.78 1.84 1.77 1.87 1.88 1.78 1.75 1.75 1.78 1.79 1.91 1.81 1.79 1.74
Hotel Non-Bintang 10-24 25-40 41-100 >100 1.71 2.16 2.20 1.05 1.78 1.96 1.90 1.81 1.71 1.87 2.38 1.12 1.77 2.02 2.40 2.41 1.80 1.89 2.30 2.02 1.83 1.92 2.32 1.48 1.88 1.93 2.28 0.94 1.94 2.15 2.18 1.63 1.78 2.17 2.23 1.25 1.90 1.91 2.55 0.93 1.88 1.95 1.90 1.87 1.91 1.90 2.14 2.13 1.83 1.98 2.23 1.51 2.01 2.31 2.46 1.87 1.85 2.36 1.95 1.75 1.89 2.09 2.15 2.10 1.80 2.06 2.02 1.80
Tipe 1.92 1.85 1.87 2.12 2.04 2.05 2.02 2.05 1.97 2.03 1.89 2.02 2.00 2.00 1.99 2.02 1.91
4.2
Permintaan Usaha Akomodasi Pariwisata di Kabupaten Badung
Pada penelitian ini permintaan terhadap jasa usaha akomodasi dikaji dari 2 perspektif, yaitu: (a) perspektif penilaian wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara mengenai kepariwisataan di Kabupaten Badung, yang memiliki pengaruh langsung terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke daerah ini, dan (b) perspektif jumlah permintaan usaha akomodasi – tanpa membedakan jenis dan tipe usaha yang diminta - dari wisatawan mancanegara secara umum. Pada perspektif penilaian wisatawan mengenai kepariwisataan di Kabupaten Badung, persepsi wisatawan (mancanegara dan nusantara) diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan terhadap 150 orang wisatawan mancanegara dan 80 orang wisatawan nusantara sebagai responden penelitian. Responden-responden dipilih secara acak di pusat-pusat aktivitas pariwisata yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Kuta Selatan, Kuta, dan Kuta Utara oleh petugas pengumpul data (surveyor) yang telah dilatih sebelumnya. Foto-foto kegiatan survei dicantumkan pada lampiran 3 dari laporan ini. Data yang telah terverifikasi selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh deskripsi awal mengenai persepsi wisatawan (mancanegara dan nusantara) terhadap 4 aspek kepariwisataan di Kabupaten Badung yang dapat digunakan untuk merancang strategi kepariwisataan daerah pada umumnya dan pengembangan kebijakan di bidang pembangunan usaha jasa akomodasi pariwisata pada khususnya. Pada perspektif jumlah permintaan usaha akomodasi, fokus riset ditujukan untuk mengamati perkembangan kunjungan wisatawan (mancanegara dan nusantara) ke Bali, khususnya ke Kabupaten Badung. Melalui informasi ini, maka perkembangan kebutuhan usaha akomodasi (dari sisi pandang permintaan wisatawan) di daerah ini pada tahun-tahun mendatang dapat diprediksi. 4.2.1
Profil Responden Wisatawan
4.2.1.1. Profil Responden Wisatawan Nusantara Pemeriksaan data yang diperoleh dari 80 orang responden menunjukkan terdapat 3 kuesioner yang tidak layak dianalisis, sehingga total data persepsi dan preferensi wisatawan nusantara yang digunakan pada tahap analisis data berasal dari 77 responden. Pemeriksaan deskriptif pada provinsi asal wisatawan menunjukkan Provinsi Jawa Timur mendominasi asal kunjungan wisatawan, dengan persentase sebesar 46,8 persen; disusul oleh DKI Jakarta dengan persentase sebesar 19,5 persen (lihat grafik 4.1). Tingginya persentase wisatawan dari kedua provinsi asal ini yang mengunjungi Bali umumnya, dan destinasi-destinasi wisata di Kabupaten Badung khususnya bisa dipahami dengan mencermati bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi tetangga Bali di bagian barat. Aksessibilitas Bali dari provinsi ini lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan dengan aksessibilitas dari Provinsi Nusa Tenggara Barat yang juga merupakan provinsi tetangga Bali di bagian timur.
Peringkat kedua dari persentase wisatawan nusantara yang terpilih sebagai responden yang mengunjungi berbagai destinasi wisata di Kabupaten Badung ditempati oleh wisatawan dari DKI Jakarta. Hal ini diduga disebabkan oleh masih favoritnya Bali dan Kabupaten Badung sebagai destinasi wisata favorit bagi penduduk di wilayah ini, di samping pendapatan per kapita dari penduduk DKI Jakarta yang relatif lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Grafik 4.1 berikut menunjukkan distribusi frekuensi asal responden wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata di Kabupaten Badung:
46.8%
Dist ribusi Asal Wisat awan Nusant ara (persen) 50.0% 45.0% 40.0% 35.0%
19.5%
30.0% 25.0%
1.3% SUMBAR
3.9% SULSEL
1.3% Riau
1.3% NTT
3.9% NTB
2.6% JATIM
JATENG
JABAR
DKI Jakarta
1.3% Banten
0.0%
Bali
5.0%
1.3%
10.0%
KALTENG
15.0%
6.5%
10.4%
20.0%
Gambar 4. 1. Distribusi Frekuensi Asal Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Badung
Analisis pada karakteristik umur wisatawan memperlihatkan nilai rataan dan simpangan baku umur masing-masing sebesar 31,0 dan 10,2 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Badung didominasi oleh wisatawan usiadewasa, yang memiliki kecendrungan aktivitas wisata yang dilakukannya lebih terfokus pada kegiatan bersifat life style. Distribusi frekuensi dari kelompok umur wisatawan nusantara yang berkunjung seperti terlihat pada gambar4.2. Pada gambar terlihat persentase tertinggi umur wisatawan berada pada kelompok umur 26 – 45 tahun, sebesar 53,2 persen; disusul oleh kelompok umur 18 – 25 tahun sebesar 29,9 persen. Adanya kecendrungan wisatawan nusantara yang berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Kabupaten Badung didominasi kelompok umur muda dan dewasa akan berdampak setidak-tidaknya pada tigahal berikut: 1. Sulitnya untuk menumbuhkembangkan pariwisata yang mengedepankan keunggulan sosial dan budaya daerah, memperhatikan kecendrungan wisatawan pada kelompok umur muda
usia lebih mengedepankan ketertarikan pada kegiatan yang bersifat fun and recreational activities; 2. Sulitnya untuk membangun quality tourism yang menitikberatkan kepada kualitas wisatawan, dan bukan kepada kuantitas wisatawan, serta; 3. Sulitnya untuk mendistribusikan manfaat ekonomi akibat aktivitas yang dilakukan wisatawan ke masyarakat, khususnya yang tidak terlibat secara langsung (sebagai tenaga kerja dan atau pemilik usaha-usaha mikro dan usaha rumah tangga) dalam industri pariwisata.
53.2%
Dist ribusi K elompok Umur Wisat awan Nusant ara (persen) 60.0%
50.0%
29.9%
40.0%
30.0%
> 55 Tahun
46 - 55 Tahun
26 - 45 Tahun
1.3%
6.5%
18 - 25 Tahun
0.0%
< 18 Tahun
10.0%
9.1%
20.0%
Gambar 4. 2. Distribusi Frekuensi Umur Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Badung
Pada indikator tingkat pendidikan terakhir dari responden, seluruh responden (100 persen) berpendidikan SMA atau setinggi-tingginya Diploma. Persententase responden yang berpendidikan SMA dan Diploma masing-masing sebesar 45,5 persen dan 54,5 persen. Pada indikator jenis pekerjaan, bekerja sebagai pegawai swasta dan sebagai wiraswasta mendominasi jenis pekerjaan responden, masing-masing dengan persentase sebesar 53,2 persen dan 35,5 persen. Bila kedua indikator ini – tingkat pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan responden – dirujuk, maka diduga sebagian besar responden merupakan anggota masyarakat dengan tingkat penghasilan per bulan tergolong ke dalam kelompok middle income. Pemeriksaan pada variabel penghasilan keluarga menunjukkan 50,0 persen responden berpenghasilan kurang dari Rp 5.000.000,- per bulan dan 30,6 persen berpenghasilan antara Rp 5.000.000,- hingga kurang dari Rp 7.500.000.- Responden yang berpenghasilan per bulan lebih dari Rp 7.500.000,- tercatat hanya sebesar 19,4 persen. Angka-angka ini menunjukkan, sekali lagi, sulitnya untuk mengem-
bangkan quality tourism mengingat selain umur dan tingkat pendidikan,penghasilan wisatawan juga berpengaruh terhadap aktivitas dan atraksi wisata yang dilakukannya.
Gambar 4. 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Tertinggi Wisatawan Nusantara yang Berkunjung
Gambar 4. 4. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Wisatawan Nusantara yang Berkunjung
4.2.1.2. Profil Responden Wisatawan Mancanegara Pemeriksaan terhadap asal wisatawan mancanegara memperlihatkan bahwa responden didominasi oleh wisatawan Eropa (Jerman, Inggris, Perancis, Belanda, Swedia, Swiss, dan Italia) sebesar 49,7 persen; disusul oleh wisatawan Australia dengan persentase sebesar 22,3 persen. Deskripsi ini tidaklah berarti bahwa persentase tertinggi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Badung berasal dari kedua benoa tersebut tetapi lebih menunjukkan bahwa wisatawan asing (Eropa dan Australia) cendrung lebih mudah untuk memberikan informasi bila dibandingkan dengan wisatawan asal Asia (Cina, Korea, Jepang) bila ditanyai dalam bahasa Inggris. Grafik berikut menunjukkan distribusi frekuensi dari asal wisatawan mancanegara yang bersedia sebagai responden pada penelitian ini:
49.7%
Dist ribusi Asal Wisat awan Mancanegara (persen) 50.0% 45.0% 40.0% 35.0% 22.3%
30.0% 25.0% 20.0%
6.4% USA
1.3% Singapura
0.6% New Zealand
1.9% Malaysia
0.6% Korea
Jepang
0.6% India
0.6% Hongkong
Eropa Timur
Eropa
0.6% Cina
1.9% Canada
Amerika Selatan
0.0%
Australia
5.0%
1.9%
10.0%
2.5%
8.9%
15.0%
Gambar 4. 5. Distribusi Frekuensi Asal Wisatawan Mancanegara Berkunjung ke Kabupaten Badung
Pada indikator kelompok umur, rata-rata umur wisatawan mancanegara yang berkunjung sebesar 33,9 tahun – lebih besar dari rata-rata umur wisatawan nusantara – dengan nilai simpangan baku sebesar 13,3 tahun. Memperhatikan nilai ini maka ada kecendrungan aktivitas wisata yang dilakukannya berupa aktivitas yang diminati oleh kelompok umur muda hingga dewasa. Fakta lain menunjukkan berbagai destinasi wisata di daerah ini juga diminati wisatawan pada kelompok umur paruh baya ke atas (lebih dari 55 tahun), meski dengan persentase hanya sebesar 7,6 persen seperti diperlihatkan pada grafik berikut:
52.9%
Dist ribusi K elompok Umur W isat awan Mancanegara (persen) 60.0% 50.0%
28.7%
40.0%
20.0%
Lebih dari 55 Tahun
46 - 55 Tahun
26 - 45 Tahun
18 - 25 Tahun
Kurang dari 18 Tahun
0.0%
0.6%
10.0%
7.6%
10.2%
30.0%
Gambar 4. 6. Distribusi Frekuensi Kelompok Umur Wisatawan Mancanegarayang Berkunjung
Pada indikator pendidikan tertinggi dari responden, wisatawan mancanegara memiliki sebaran data yang lebih variatif bila dibandingkan dengan wisatawan nusantara. Pendidikan tertinggi dari wisatawan mancanegara merentang mulai SMA (high school)dengan persentase sebesar 26,3 persen hingga pascasarjana (graduate) sebesar 11,8 persen, seperti terlihat pada gambar 4.7:
34.9%
Dist ribusi Pendidikan T ert inggi Wisat awan Mancanegara (persen)
24.3%
30.0%
26.3%
35.0%
25.0%
11.8%
20.0% 15.0%
Pascasarjana
Sarjana
Diploma
0.0%
SMA
5.0%
Lainnya
2.6%
10.0%
Gambar 4. 7. Distribusi Frekuensi Pendidikan Tertinggi Wisatawan Mancanegarayang Berkunjung
Tingginya persentase wisatawan mancanegara yang berpendidikan Diploma ke atas (73,7 persen) akan berimplikasi kepada semakin kritis penilaian mereka mengenai kepariwisataan di daerah ini. Sedikit kekurangnyamanan yang mereka persepsikan saat berwisata di berbagai destinasi wisata di Kabupaten Badung dapat memiliki dampak yang signifikan yang bersifat negatif terhadap niat untuk melakukan kunjungan ulang (revisit) dan upaya untuk menyebarkanluaskan informasi tentang destinasi kepada kerabat dan kawan-kawannya di negara asal mereka. Persepsi dan preferensi wisatawan mancanegara tentang beberapa aspek kepariwisataaan di daerah ini selengkapnya dituliskan di bagian berikutnya. 4.2.2
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Sebelum data mengenai preferensi dan persepsi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara dapat dianalisis, dilakukan pemeriksaan validitas dari setiap item dan reliabilitas kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpul data. Sebuah instrumen penelitian diasumsikan bisa dipercaya (valid) bila nilai korelasi dari item tersebut dengan nilai total seluruh item pada kelompok pernyataan yang sama ≥ 0,3(Churchill, 1979) dan kelompok item dianggap reliabel untuk mengukur sebuah konsep bila nilai koefisien alpha Cronbach setidak-tidaknya bernilai 0,6 (Hair et al., 1995). Kedua persyaratan ini harus dipenuhi agar interpretasi data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner bisa dipercaya. Pengujian validitas dan reliabilitas dari kuesioner yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan menguji kedua jenis kuesioner – masing-masing untuk wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara – pada 60 orang wisatawan (30 orang wisatawan nusantara dan 30 orang wisatawan mancanegara) yang tidak tergolong sebagai responden pada penelitian ini. Selanjutnya, mengacu kepada data ini maka uji validitas dan reliabilitas dilakukan. Item-item yang valid dan konsep yang reliabel selanjutnya digunakan sebagai penyusun kuesioner akhir. Tabel-tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dan reliabilitas untuk setiap konsep yang diukur: 4.2.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kuesioner Wisatawan Nusantara Kuesioner untuk mengumpulkan data tentang persepsi dan preferensi dari wisatawan nusantara dirancang dengan melibatkan konsep-konsep kepariwisataan seperti tertuang pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang dijabarkan secara lebih rinci pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional. Terdapat beberapa aspek yang diukur reliabilitas dan validitas dari masing-masing item penyusunnya, dengan hasil ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4. 28 Nilai Alpha Cronbach dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Aspek Destinasi Menurut Wisatawan Nusantara
ITEM Pernyataan (diringkas)
Rataan (Bila Item Dikeluarkan)
I. Aspek Keamanan dan Kenyamanan Berwisata SC1 SC2
Keamanan beraktivitas wisata Kenyamanan beraktivitas wisata
QTA2 QTA3 QTA4 QTA5 QTA6 QTA7 QTA8
Variasi atau keragaman daya tarik wisata alam Kualitas daya tarik wisata alam Variasi atau keragaman daya tarik wisata budaya Kualitas daya tarik wisata budaya Variasi atau keragaman daya tarik wisata buatan Kualitas daya tarik wisata buatan Variasi atau keragaman atraksi wisata Kualitas atraksi wisata
4.00 4.03
ACC2 ACC3 ACC4 ACC5 ACC6 ACC7 ACC8 ACC9 ACC10 ACC11
Variasi atau keragaman moda transportasi Kualitas pelayanan transportasi Keamanan moda transportasi Kenyamanan moda transportasi Kesesuaian antara harga dengan layanan transportasi yang diperoleh Keamanan bagi para pejalan kaki Kenyamanan bagi para pejalan kaki Kondisi trotoar Kualitas jalan di dalam kawasan Kualitas jalan menuju kawasan Aksesibilitas untuk penyandang disabilitas (cacat)
Nilai Alpha Cronbach (Bila Item Dikeluarkan)
0.759 0.654
0.685 0.685
-
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 91 1 26.70
38.424
0.692
0.901
26.67
37.057
0.795
0.892
26.70
38.148
0.809
0.892
26.77
36.806
0.807
0.891
26.67
38.437
0.733
0.898
26.87
39.154
0.718
0.899
27.00
36.966
0.639
0.907
27.30
37.183
0.589
0.913
III. Aspek Aksessibilitas Destinasi Wisata ACC1
Korelasi ItemTotal Dikoreksi
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 81 2
II. Aspek Kualitas Atraksi Wisata QTA1
Ragam (Bila Item Dikeluarkan)
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 91 7 33.82
70.374
0.580
0.914
33.79 33.71 33.61
71.212 72.730 72.099
0.597 0.543 0.524
0.913 0.915 0.916
33.57
67.217
0.748
0.906
33.39 33.50 33.68 33.82 33.68
68.247 69.741 64.300 67.560 62.819
0.787 0.742 0.822 0.617 0.816
0.904 0.907 0.901 0.913 0.901
34.14
65.312
0.693
0.909
Tabel 4.28 (Lanjutan)
ITEM Pernyataan (diringkas)
Rataan (Bila Item Dikeluarkan)
IV. Aspek Kualitas Akomodasi QoA1 QoA2 QoA3 QoA4 QoA5
Variasi atau keragaman akomodasi Kualitas fasilitas akomodasi Kualitas layanan akomodasi Kesesuaian antara harga dengan layanan akomodasi yang diperoleh Variasi atau keragaman cara pembayaran
QoR4 QoR5
Variasi atau keragaman restoran Kualitas layanan restoran Citarasa makanan atau minuman Kesesuaian antara harga dengan layanan/produk yang diperoleh Variasi atau keragaman cara pembayaran
QoS2 QoS3 QoS4 QoS5 QoS6 QoS7 QoS8
Variasi atau keragaman tempat berbelanja Variasi atau keragaman produk yang ditawarkan Kualitas produk yang ditawarkan Kualitas layanan tempat belanja Kebersihan tempat belanja Kemenarikan cara memajang produk (product display) Kesesuaian antara harga dengan kualitas produk Variasi atau keragaman cara pembayaran
13.633 13.592 14.351
0.815 0.856 0.848
0.930 0.922 0.925
14.13
14.051
0.820
0.929
14.10
13.403
0.856
0.923
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 9 0 1 14.59 14.52 14.62
9.966 10.830 11.744
0.853 0.707 0.708
0.856 0.890 0.889
14.66
11.020
0.756
0.879
14.72
10.993
0.755
0.879
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 94 4 25.26
38.199
0.818
0.936
25.15
39.285
0.818
0.937
25.33 25.07 25.33
38.846 37.840 35.615
0.801 0.791 0.804
0.937 0.937 0.937
25.07
34.533
0.852
0.933
25.19
35.157
0.845
0.933
25.04
37.037
0.734
0.941
VII. Aspek Kualitas Pemandu Wisata QoG1 QoG2 QoG3 QoG4
Kemampuan berbahasa pemandu wisata Pengetahuan kepariwisataan pemandu wisata Keramahan pemandu wisata Kejujuran pemandu wisata
Nilai Alpha Cronbach (Bila Item Dikeluarkan)
14.23 14.17 14.17
VI. Aspek Kualitas Pusat Perbelanjaan QoS1
Korelasi ItemTotal Dikoreksi
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 9 4 0
V. Aspek Kualitas Rumah Makan/Restoran QoR1 QoR2 QoR3
Ragam (Bila Item Dikeluarkan)
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 92 2 12.21
5.384
0.709
0.936
12.17
5.076
0.835
0.893
11.93 12.00
5.209 5.000
0.914 0.836
0.870 0.893
Tabel 4.28 (Lanjutan)
ITEM Pernyataan (diringkas)
Rataan (Bila Item Dikeluarkan)
VIII. Aspek Kualitas Fasilitas Umum QoP1 QoP2 QoP3 QoP4 QoP5 QoP6 QoP7 QoP8 QoP9 QoP10 QoP11 QoP12 QoP13
Ketersediaan pelayanan kesehatan Aksesibilitas pelayanan kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan Ketersediaan pelayanan telekomunikasi Aksesibilitas pelayanan telekomunikasi Kualitas pelayanan telekomunikasi Ketersediaan pos keamanan dan keselamatan Aksesibilitas pelayanan keamanan dan keselamatan Kualitas pelayanan keamanan dan keselamatan Ketersediaan toilet dan tempat bilas di pantai Kebersihan toilet dan tempat bilas Ketersediaan tempat parkir Keamanan tempat parkir
QoF2 QoF3 QoF4 QoF5 QoF6 QoF7
Ketersediaan pusat-pusat keuangan Kualitas pelayanan dari pusat-pusat keuangan Ketersediaan pusat informasi pariwisata (PIW) Kualitas layanan PIW Ketersediaan signage Ketersediaan peta pariwisata dalam kawasan destinasi Ketersediaan informasi dalam keadaan darurat (call center)
LCB2 LCB3
Kemampuan berbahasa masyarakat lokal Pengetahuan kepariwisataan masyarakat lokal Keramahan masyarakat lokal
Nilai Alpha Cronbach (Bila Item Dikeluarkan)
39.63 39.59 39.59
115.396 117.328 121.097
0.802 0.866 0.813
0.941 0.939 0.941
39.74
115.892
0.798
0.941
39.67
113.538
0.862
0.939
39.67
115.538
0.869
0.938
39.22
121.487
0.822
0.940
39.07
118.610
0.804
0.941
39.19
120.618
0.747
0.942
38.96
130.345
0.486
0.949
39.15 38.85 38.78
126.439 128.362 129.487
0.711 0.545 0.462
0.944 0.948 0.950
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 87 2 20.39
25.729
0.502
0.881
20.46
23.517
0.822
0.829
19.89
25.210
0.747
0.841
20.04 20.00
25.665 28.593
0.761 0.647
0.841 0.859
20.04
26.999
0.647
0.855
19.96
26.554
0.541
0.870
X. Aspek Prilaku Masyarakat Lokal LCB1
Korelasi ItemTotal Dikoreksi
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 94 7
IX. Aspek Kualitas Fasilitas Penunjang QoF1
Ragam (Bila Item Dikeluarkan)
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 90 8 12.40
5.145
0.810
0.877
12.47
5.499
0.804
0.877
12.13
5.913
0.765
0.892
LCB4
Kejujuran masyarakat lokal
12.10
5.748
0.803
0.879
Sumber: Data Primer (2015), Diolah
Pemeriksaan koefisien Alpha Cronbach pada 10 aspek destinasi menunjukkan seluruh aspek memiliki koefisien Alpha > 0,60; nilai ambang minimal yang dipersyaratkan untuk menyatakan item-item valid digunakan untuk menyatakan sebuah konsep memiliki content validity yang layak dipercaya (Hair et al., 1995). Selanjutnya, pada masing-masing aspek juga diperiksa validitas item penyusunnya dengan memperhatikan nilai koefisien korelasi (terkoreksi) antara item dengan total item dalam sebuah konsep. Mengacu kepada nilai ambang minimum sebesar 0,30 dari nilai korelasi ini (Churchill, 1979) untuk menyatakan sebuah item valid digunakan untuk menyusun sebuah konsep, maka seluruh item penyusun masing-masing konsep bisa dan valid digunakan untuk mengukur aspek yang bersesuaian. Mengacu kepada pemeriksaan dari nilai koefisien Alpha dan koefisien korelasinya, maka disimpulkan kuesioner untuk ‘menangkap’ persepsi dan preferensi wisatawan nusantara pada penelitian ini sah digunakan. Kuesioner akhir untuk wisatawan nusantara dicantumkan pada Lampiran 1 dari laporan ini. 4.2.2.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kuesioner Wisatawan Mancanegara Kuesioner untuk mengumpulkan data tentang persepsi dan preferensi dari wisatawan mancanegara identik dengan kuesioner yang digunakan untuk mengukur persepsi dan preferensi wisatawan nusantara. Meskipun demikian, memperhatikan terdapat perbedaan karakteristik responden (nusantara vs. mancanegara) yang bisa mempengaruhi validitas dan reliabilitas dari instrumen yang digunakan, maka uji ini juga dilakukan pada kuesioner yang akan disebarkan kepada wisatawan mancanegara dengan hasil seperti tabel berikut: Tabel 4. 29 Nilai Alpha Cronbach dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Aspek Destinasi Menurut Wisatawan Mancanegara
ITEM Pernyataan (diringkas)
Rataan (Bila Item Dikeluarkan)
I. Aspek Security and Comfort SC1 SC2
Security Comfort
Variety of natural attractions Quality of natural attractions Variety of cultural attractions Quality of cultural attractions Variety of men-made attraction Quality of men-made attraction Variety of tourist attraction Quality of tourist attraction
Korelasi ItemTotal Dikoreksi
Nilai Alpha Cronbach (Bila Item Dikeluarkan)
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 81 1 3.85 3.76
II. Aspek Quality of Tourist Attraction QTA1 QTA2 QTA3 QTA4 QTA5 QTA6 QTA7 QTA8
Ragam (Bila Item Dikeluarkan)
0.978 1.189
0.685 0.685
-
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 9 0 3 25.24 25.03 25.18 25.13 25.63 25.58 25.34 25.32
26.023 26.513 26.100 25.793 26.023 25.277 25.691 26.492
0.720 0.618 0.756 0.666 0.697 0.722 0.717 0.652
0.888 0.897 0.885 0.893 0.890 0.888 0.888 0.894
Tabel4.29 (Lanjutan)
ITEM Pernyataan (diringkas)
Rataan (Bila Item Dikeluarkan)
III. Aspek Accessibility ACC1 ACC2 ACC3 ACC4 ACC5 ACC6 ACC7 ACC8 ACC9 ACC10 ACC11
Variety of modes of transportation Quality of transportation services Safety and Security of modes of transportation Comfort of modes of transportation Value for money of services Safety and security of pedestrians Comfort of pedestrians Sidewalk condition Quality of roads within destination Quality of roads leading to this tourist destination Accessibility for different ability people/handicap at this tourist destination
Variety of accommodation Quality of facilities Quality of services Value for money of services Variety of payment methods
Variety of restaurant Quality of restaurant’s services Quality of food and beverages Value for money of services Variety of payment methods
88.926 87.039
0.683 0.773
0.933 0.929
31.34
88.684
0.741
0.930
31.34 31.00 31.53 31.63 31.63 31.47
89.652 92.968 86.064 87.597 87.984 90.902
0.755 0.610 0.820 0.845 0.825 0.648
0.930 0.935 0.927 0.926 0.927 0.934
31.31
89.641
0.728
0.931
31.69
91.512
0.620
0.935
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 91 0 15.75 15.70 15.75 15.67 15.92
QoS4 QoS5
Variety of shopping places services Variety of products offered Quality of products offered Quality of services at the shopping places Cleanliness of shopping areas
12.244 11.856 12.038 13.097 13.046
0.740 0.913 0.851 0.708 0.667
0.898 0.861 0.874 0.903 0.912
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 88 2 15.67 15.64 15.82 15.85 16.21
VI. Aspek Kualitas Pusat Perbelanjaan QoS1 QoS2 QoS3
Nilai Alpha Cronbach (Bila Item Dikeluarkan)
30.91 31.16
V. Aspek Quality of Restaurant QoR1 QoR2 QoR3 QoR4 QoR5
Korelasi ItemTotal Dikoreksi
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 93 7
IV. Aspek Quality of Accommodation QoA1 QoA2 QoA3 QoA4 QoA5
Ragam (Bila Item Dikeluarkan)
11.333 11.394 11.520 11.134 9.957
0.743 0.823 0.762 0.700 0.651
0.852 0.839 0.850 0.861 0.888
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 92 3 25.44 25.36 25.44
34.831 35.499 34.568
0.710 0.770 0.822
0.916 0.911 0.907
25.44
34.568
0.848
0.905
25.31
37.271
0.635
0.921
QoS6 QoS7 QoS8
Attractiveness of product display 25.49 Value for money of products offered 25.31 Variety of payment methods 25.59 Tabel4.29 (Lanjutan)
ITEM Pernyataan (diringkas)
Rataan (Bila Item Dikeluarkan)
VII. Aspek Quality of Guide QoG1 QoG2 QoG3 QoG4
Language proficiency Product knowledge (culture, attraction, accessibility, etc) Hospitality Honesty
QoP2 QoP3 QoP4 QoP5 QoP6 QoP7 QoP8 QoP9 QoP10 QoP11 QoP12 QoP13
Availability of health services (drug store, health center and hospital) Accessibility of health services Quality of health services Availability of communication services (internet, telephone) Accessibility of communication services Quality of communication services Availability of safety and security station (police station, community security guard, etc) Accessibility of safety and security services Quality of safety and security services Availability of public toilets and shower at the beach Cleanliness of public toilets and shower at the beach Availability of parking lots Security of parking lots
QoF2 QoF3 QoF4 QoF5
Availability of money transaction services (bank, ATM) Quality of money transaction services (bank, ATM) Availability of TIC Quality of services of TIC Availability of signage
0.903 0.915 0.925
Ragam (Bila Item Dikeluarkan)
Korelasi ItemTotal Dikoreksi
Nilai Alpha Cronbach (Bila Item Dikeluarkan)
11.69
7.875
0.555
0.819
11.64
6.809
0.716
0.746
11.25 11.42
7.450 6.993
0.667 0.662
0.771 0.773
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 90 8 41.78
87.872
0.532
0.904
41.70 42.00
81.986 85.538
0.707 0.619
0.897 0.901
41.56
85.410
0.595
0.902
41.67
84.000
0.732
0.896
41.78
80.718
0.744
0.895
41.67
84.462
0.737
0.897
41.67
83.385
0.767
0.895
41.89
83.026
0.696
0.898
42.22
87.103
0.473
0.908
42.22
89.949
0.327
0.914
41.93 41.93
85.917 85.687
0.617 0.630
0.901 0.901
IX. Aspek Quality of Supporting Facilities QoF1
0.857 0.712 0.622
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 82 4
VIII. Aspek Quality of Public Facilities QoP1
33.888 35.955 34.669
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 89 7 22.00
22.121
0.564
0.896
22.15
20.978
0.636
0.889
22.59 22.41 22.53
19.522 21.219 21.711
0.773 0.808 0.708
0.872 0.872 0.881
QoF6 QoF7
Availability of destination map Availability of information for emergency (call center)
22.47
20.499
0.714
0.880
22.56
19.406
0.736
0.878
Ragam (Bila Item Dikeluarkan)
Korelasi ItemTotal Dikoreksi
Nilai Alpha Cronbach (Bila Item Dikeluarkan)
Tabel4.29 (Lanjutan)
ITEM Pernyataan (diringkas)
Rataan (Bila Item Dikeluarkan)
X. Aspek Local Community’s Behavior LCB1 LCB2 LCB3 LCB4
Language proficiency Local tourism product knowledge Hospitality Honesty
Nilai A lp h a Cr on b a ch = 0 . 87 3 11.59 11.43 11.22 11.49
9.581 9.141 8.063 7.923
0.676 0.808 0.812 0.672
0.859 0.815 0.803 0.874
Sumber: Data Primer (2015), Diolah
Seperti halnya pada pemeriksaan validitas item dan reliabilitas dari 10 aspek destinasi pada kuesioner wisatawan nusantara, pengujian yang dilakukan pada kuesioner wisatawan mancanegara memperlihatkan seluruh item dan aspek yang diperiksa memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang bisa dipercaya. Memperhatikan hal ini, maka data tentang persepsi dan preferensi wisatawan mancanagara yang terkumpul menggunakan kuesioner ini dapat dianalisis dan diinterpretasikan secara sah. Kuesioner wisatawan mancanegara disertakan pada Lampiran 2 dari laporan ini. 4.2.3
Preferensi Wisatawan tentang Kepariwisataan di Kabupaten Badung
4.2.3.1. Preferensi Wisatawan Nusantara Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), preferensi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kecenderungan atau kesukaan pada sesuatu. Pada penelitian ini, preferensi wisatawan nusantara terhadap beberapa aspek destinasi di Kabupaten Badung diperoleh dengan melakukan analisis deskriptif pada data karakteristik kunjungan. Meskipun tidak bisa diperoleh inferensia (kesimpulan) preferensi dari populasi wisatawan nusantara yang berkunjung ke kawasan ini, hasil analisis dapat digunakan sebagai pijakan awal (stepping stone) dalam meningkatkan berbagai aspek destinasi sehingga kualitas aktivitas berwisata di kawasan ini dapat ditingkatkan. Pada aspek karakteristik kunjungan, rata-rata responden telah 3,6 kali berkunjung ke Bali dalam rangka berwisata dan dari rata-rata kunjungan tersebut, nilai rata-rata kunjungan mereka ke berbagai destinasi di Kabupaten Badung sebesar 2,2 kali (kurang lebih 60,83 persen). Angkaangka ini menunjukkan bahwa kemenarikan destinasi wisata di Kabupaten Badung masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata destinasi di kabupaten lainnya. Frekuensi kunjungan tertinggi ke destinasi wisata di Bali (luar Kabupaten Badung) dan ke Kabupaten Badung tercatat masingmasing sebesar 17 dan 10 kali. Pemeriksaan terhadap frekuensi kunjungan ke destinasi wisata di Kabupaten Badung menunjukkan 50,64 persen responden merupakan repeater guest.
Sebagian besar responden (81,8 persen) menyatakan motif utama mereka berkunjung adalah untuk berlibur atau berekreasi, dan hanya sebagian kecil dari responden (3,9 persen) yang menyatakan alasan bisnis merupakan motif untuk berkunjung. Hal ini sejalan dengan profil dari umur responden dengan rata-rata umur sebesar 31,0 yang tergolong ke dalam kelompok umur remaja dan dewasa muda yang cenderung memilih leisure dalam melakukan aktivitas berwisatanya. Ditinjau dari partner berwisata, sebagian besar responden menyatakan mereka berkunjung bersama keluarga (55,8 persen), disusul oleh kunjungan bersama teman/kawan dekat sebesar 33,8 persen dan sisanya merupakan responden yang berkunjung sendiri atau bersama pasangannya. Memperhatikan besaran-besaran ini, maka wisatawan nusantara memiliki kecendrungan menginap di usaha jasa akomodasi yang menyediakan fasilitas double bed untuk kamarnya. Kecenderungan yang berbeda terlihat pada wisatawan mancanegara seperti dipaparkan di bagian berikutnya. Dilihat dari modus kunjungan, sebesar 72,7 persen datang ke Bali secara mandiri atau bersama keluarga; sisanya 27,3 persen berkunjung menggunakan jasa tour operator dalam negeri. Distribusi frekuensi dari jenis akomodasi yang digunakan selama berwisata di Kabupaten Badung, persentase tertinggi tercatat pada tipe usaha hotel berbintang diiikuti oleh tipe hotel non-bintang seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
35.0%
29.9%
33.8%
T ipe Akomodasi yang Digunakan Wisat awan Nusant ara (persen)
30.0%
20.0%
16.9%
15.6%
25.0%
15.0%
3.9%
10.0%
Lainnya
Villa
Pondok Wisata
Hotel Non-bintang
0.0%
Hotel Berbintang
5.0%
Gambar 4. 8. Distribusi Frekuensi Tipe Akomodasi yang Digunakan Wisatawan Mancanegara
Pada indikator alasan utama dari wisatawan nusantara untuk menginap di berbagai usaha jasa akomodasi di sekitar destinasi adalah suasana/ketenangan yang dirasakannya. Persentase wisatawan yang menyatakan hal tersebut sebagai alasan utama mereka sebesar 43,0 persen; sangat dominan bila dibandingkan dengan alasan-alasan lainnya seperti terlihat pada grafik berikut:
45.0%
43.0%
Alasan Ut ama Wisat awan Nusant ara Menginap (persen)
40.0% 35.0% 30.0%
Lainnya
Promosi
Ak vitas Wisata
Harga
Pantai
0.0%
Suasana
5.0%
Keterkenalan
2.5%
10.0%
2.5%
7.6%
15.0%
12.7%
20.0%
13.9%
17.7%
25.0%
Gambar 4. 9. Distribusi Frekuensi Alasan Utama Wisatawan Nusantara Menginap di Destinasi
Dua alasan wisatawan menginap di destinasi wisata di Kabupaten Badung dengan persentase terkecil adalah keterkenalan destinasi serta promosi tentang destinasi. Kedua hal yang berhubungan ini merupakan sinyal bahwa promosi destinasi masih sangat penting dilakukan di berbagai media dalam negeri yang ditujukan untuk menarik minat wisatawan nusantara berkunjung. Rendahnya dampak promosi pada kunjungan wisatawan nusantara ke beberapa destinasi di Kabupaten Badung bisa dicermati dengan memperhatikan tiga besar dari sumber informasi utama bagi mereka untuk berkunjung, berturut-turut teman atau keluarga, internet, dan biro perjalanan wisata masing-masing dengan persentase sebesar 45,6 persen; 29,1 persen; dan 20,3 persen. Responden lain sebesar 5,1 persen menyatakan memperoleh informasi dari perusahaan penerbangan dan sumber-sumber informasi lain, dengan persentase sebesar 1,3 persen dan 3,8 persen. 4.2.3.2. Preferensi Wisatawan Mancanegara Berbeda dengan wisatawan nusantara yang frekuensi kunjungannya ke berbagai destinasi wisata di Bali lebih besar dibandingkan frekuensi berkunjung ke destinasi di Kabupaten Badung (3,6 kali ke Bali vs 2,2 kali ke Kabupaten Badung), wisatawan mancanegara menyatakan
frekuensi kunjungan mereka ke destinasi wisata di Kabupaten Badung justru lebih besar bila dibandingkan dengan frekuensi kunjungan mereka ke Bali. Frekuensi rata-rata wisatawan mancanegara berkunjung ke destinasi wisata di Kabupaten Badung sebesar 4,8 kali dari rata-rata kunjungan mereka sebesar 3,6 kali ke Bali. Kedua besaran ini mengindikasikan bahwa wisatawan mancanegara merupakan pengunjung berulang (repeater guest) dengan rata-rata frekuensi kunjungan mereka ke destinasi wisata di Kabupaten Badung sebesar 1,35 kali. Hal ini dapat dilihat dari dua sisi pandang. Pertama, kemenarikan berbagai destinasi wisata di Kabupaten Badung masih mengungguli destinasi lain di Provinsi Bali yang ditunjukkan dengan rata-rata kunjungan mengungguli jumlah kunjungan mereka ke Bali. Kedua, semakin besarnya pengaruh words of mouth sebagai sarana promosi destinasi mengingat bertambahnya pemahaman mereka tentang berbagai kondisi di destinasi (positif dan atau negatif). Words of mouth yang positif akan menyebabkan bertambahnya kunjungan wisatawan mancanegara ke destinasi tersebut, sebaliknya words of mouth yang bersifat negatif menjadi promosi negatif terhadap destinasi. Pada aspek motif utama kunjungan, hampir seluruh wisatawan mancanegara memilih berlibur (holiday) sebagai motif utama mereka dengan persentase tertinggi pada orang yang diajak untuk mengunjungi destinasi adalah keluarga (34,0 persen) seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
32.7%
34.0%
Dist ribusi Pasangan Berkunjung dari Wisat awan Mancanegara (persen)
35.0% 30.0%
15.1%
18.2%
25.0% 20.0% 15.0% 10.0%
Teman
Keluarga
Pasangan
0.0%
Sendiri
5.0%
Gambar 4. 10. Distribusi Frekuensi Pasangan Berkunjung dari Wisatawan Mancanegara
Pada indikator modus berkunjung ke destinasi, sebagian besar wisatawan melakukan kunjungan secara mandiri (75,2 persen). Persentase kunjungan wisatawan mancanegara yang memanfaatkan jasa paket wisata hanya sebesar 15,3 persen dan didominasi oleh wisatawan
yang berasal dari negara-negara di Asia Timur. Terdapat pula sejumlah wisatawan yang tidak memberikan respon untuk indikator ini, sebesar 9,6 persen. Selama kunjungannya ke Kabupaten Badung, distribusi dari jenis akomodasi yang digunakannya ditunjukkan pada gambar berikut:
49.7%
Jenis Akomodasi yang Digunakan Wisat awan Mancanegara (persen) 50.0% 45.0% 40.0% 35.0%
25.0%
3.8%
10.0%
6.3%
15.0%
6.9%
20.0%
15.7%
17.6%
30.0%
Lainnya
Villa
Bungallow
Hotel Non-Bintang
Hotel Bintang
0.0%
No Response
5.0%
Gambar 4. 11. Distribusi Frekuensi Jenis Akomodasi yang Digunakan oleh Wisatawan Mancanegara
Pada gambar 4.11 terlihat akomodasi jenis hotel (bintang dan non-bintang) merupakan jenis-jenis akomodasi yang digunakan dengan persentase tertinggi oleh wisatawan mancanegara yang berkunjung, masing-masing sebesar 49,7 persen dan 17,6 persen. Sebagai sumber informasi utama bagi wisatawan mancanegara berkunjung ke destinasi adalah teman atau keluarga dan internet, masing-masing dengan persentase sebesar 42,8 persen dan 39,6 persen. Distribusi frekuensi dari sumber informasi utama bagi wisatawan mancanegara mengetahui destinasi ditampilkan pada gambar 4.12. Seperti halnya dengan wisatawan nusantara yang menyatakan suasana sekitar destinasi dan keindahan pantai sebagai alasan utama mereka berkunjung, alasan yang sama juga disampaikan oleh wisatawan mancanegara. Persentase wisatawan mancanegara yang menyatakan alasan utama mereka berkunjung adalah suasana (atmosphere) dan pantai masing-masing sebesar 46,5 persen dan 36,1 persen (gambar 4.13). Alasan karena promosi yang dilakukan oleh pemangku kepentingan (pemerintah atau industri) hanya dipilih 2,5 persen responden. Fakta ini menunjukkan – sekali lagi – pentingnya promosi terhadap kemenarikan destinasi (attractiveness) yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan beragam saluran promosi yang tersedia.
39.6%
45.0%
42.8%
Sumber Informasi t ent ang Dest inasi bagi Wisat awan Mancanegara (persen)
40.0% 35.0% 30.0% 25.0%
0.6% Lainnya
Penerbangan
Internet
Travel Agent
Leaflet
0.0%
Teman/Keluarga
5.0%
Majalah
0.6%
10.0%
0.6%
5.7%
15.0%
10.1%
20.0%
Gambar 4. 12. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi bagi Wisatawan Mancanegara
50.0%
46.5%
Alasan Ut ama Mengunjungi Dest inasi bagi Wisat awan Mancanegara (persen)
45.0% 32.1%
40.0% 35.0% 30.0% 25.0%
5.0% Lainnya
2.5% Promosi
Pantai
Popularitas
0.0%
Suasana
5.0%
Harga
2.5%
10.0%
Atraksi
15.0%
1.9%
9.4%
20.0%
Gambar 4. 13. Distribusi Frekuensi Alasan Utama Berkunjung oleh Wisatawan Mancanegara
4.2.4
Persepsi Wisatawan tentang Kepariwisataan di Kabupaten Badung
Persepsi – menurut Webster Dictionary – merupakan cara seseorang memahami atau menginterpretasikan sesuatu yang menarik perhatiannya yang diperoleh melalui pengamatan panca indranya. Pada penelitian ini terdapat 10 aspek yang diminta dipersepsikan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang menjadi responden. Seluruh aspek ini diadopsi dari Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) dan bertujuan untuk memperoleh gambaran holistik mengenai kepariwisataan di Kabupaten Badung. Kesepuluh aspek yang diperiksa meliputi: (1) Keamanan dan Kenyamanan Berwisata, (2) Kualitas Daya Tarik dan Atraksi Wisata, (3) Aksessibilitas, (4) Kualitas Akomodasi, (5) Kualitas Restoran atau Tempat Makan, (6) Kualitas Tempat Belanja, (7) Kualitas Fasilitas Umum, (8) Kualitas Fasilitas Penunjang, (9) Kualitas Jasa Pemandu Wisata, dan (10) Sikap Masyarakat Lokal. Pada masing-masing aspek yang diteliti, responden diberikan beberapa pernyataan yang merupakan indikator dari setiap aspek. Responden selanjutnya menyatakan persepsi mereka dalam skala Likert berderajat lima, dengan persepsi bernilai 1 atau 2 menyatakan persepsi yang bersifat negatif (sangat tidak baik atau tidak baik), bernilai 3 menyatakan persepsi netral, dan bernilai 4 atau 5 menyatakan persepsi positif (baik atau sangat baik). Pernyataan-pernyataan untuk masing-masing persepsi selengkapnya dicantumkan dalam kuesioner pada Lampiran 1 dan 2 dari laporan ini. Berikut adalah persepsi wisatawan (nusantara dan mancanegara) terhadap masing-masing aspek yang diteliti: 4.2.4.1. Persepsi tentang Keamanan dan Kenyamanan
69.8%
68.6%
80.0%
71.4%
75.3%
Persepsi Wisatawan tentang Keamanan dan Kenyamanan Destinasi
70.0% 60.0%
21.4% 10.1%
5.7%
10.0%
5.2%
20.0%
6.5%
30.0%
22.1%
19.5%
40.0%
24.5%
50.0%
0.0% Negatif
Netral
Positif
Wisatawan Nusantara Keamanan
Negatif
Netral Wisatawan Mancanegara
Kenyamanan
Positif
Gambar 4. 14. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Aspek Keamanan dan Kenyamanan Berwisata
Pada aspek keamanan dan kenyamanan berwisata, deskripsi yang mirip ditunjukkan oleh kedua jenis wisatawan. Secara umum, wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara memberikan penilaian yang positif mengenai indikator keamanan dan kenyamanan melakukan aktivitas wisata. Secara rata-rata, wisatawan nusantara yang memberikan penilaian positif pada aspek ini sebesar 73,4 persen dan wisatawan mancanegara sebesar 69,2 persen. Meski demikian perlu diperhatikan bahwa persentase wisatawan mancanegara yang memberikan penilaian negatif pada aspek ini cukup besar yaitu 7,9 persen; lebih tinggi dibandingkan dengan dengan persepsi dari wisatawan nusantara sebesar 5,8 persen. Hal lain yang juga penting diperhatikan dan disolusikan adalah persepsi wisatawan mancanegara mengenai indikator keamanan di destinasi sebesar 10,1 persen; sebuah besaran yang mendekati dua kali lipat dari pada indikator kenyamanan yang mereka rasakan saat berwisata. Intensifikasi pelibatan komponen masyarakat (pecalang dari masing-masing desa pakraman) serta aparat kepolisian dalam menjaga keamanan destinasi merupakan salah satu alternatif untuk menekan rasa tidak aman yang dirasakan wisatawan saat beraktivitas. 4.2.4.2. Persepsi tentang Kualitas Daya Tarik dan Atraksi Wisata Pada aspek kualitas daya tarik dan atraksi wisata, nilai rata-rata dari delapan indikator yang dipersepsikan positif oleh wisatawan nusantara sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata persepsi wisatawan mancanegara (66,7 persen vs. 63,4 persen). Sebaliknya, wisatawan mancanegara yang memersepsikan secara negatif lebih tinggi (7,8 persen) dibandingkan dengan wisatawan nusantara (7,3 persen). Distribusi frekuensi persepsi kedua jenis wisatawan untuk delapan indikator dari aspek ini dicantumkan pada gambar 4.15 berikut:
60.0%
32.5% 32.5% 29.9% 24.7% 18.2%
6.9% 6.3% 5.7% 6.9% 11.9% 11.3% 6.9% 6.3%
10.0%
5.2% 3.9% 3.9% 5.2% 3.9% 5.2%
20.0%
20.8% 23.4% 20.8%
13.0% 18.2%
30.0%
25.2% 25.8% 26.4% 23.3% 34.0% 35.2% 27.0% 34.0%
50.0% 40.0%
0.0% Negatif
Netral
Positif
Wisatawan Nusantara
66.0% 59.7%
54.1% 53.5%
70.0%
67.9% 67.9% 67.9% 69.8%
77.9%
63.6% 62.3% 57.1% 57.1%
80.0%
68.8%
72.7% 74.0%
Persepsi Wisatawan tentang Kualitas Daya Tarik dan Atraksi
Negatif
Netral Wisatawan Mancanegara
Variasi Alam
Kualitas Alam
Variasi Budaya
Kualitas Budaya
Variasi Buatan
Kualitas Buatan
Variasi Atraksi
Kualitas Atraksi
Positif
Gambar 4. 15. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Aspek Kualitas Daya Tarik dan Atraksi Wisata
Indikator yang memiliki persentase persepsi positif tertinggi oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara adalah variasi atraksi wisata (77,9 persen) dan kualitas daya tarik wisata budaya (69,8 persen). Sedangkan indikator yang dipersepsikan secara negatif oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara adalahkualitas atraksi wisata (18,2 persen) dan variasi daya tarik wisata buatan (11,9 persen). Besaran-besaran ini menunjukkan adanya perbedaan perhatian wisatawan nusantara dengan wisatawan mancanegara saat mereka berwisata di destinasi. Wisatawan nusantara cendrung lebih memperhatikan dan lebih berminat pada variasi dan kualitas atraksi sedangkan perhatian wisatawan mancanegara lebih terfokus pada daya tarik wisata budaya serta wisata buatan. Kecendrungan ini berdampak pada strategi pengembangan destinasi yang bisa diambil oleh para pemangku kepentingan pariwisata di Kabupaten Badung. 4.2.4.3. Persepsi tentang Aksessibilitas Destinasi Persepsi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Badung pada aspek aksessibilitas destinasi disusun oleh 11 indikator yang tergolong ke dalam dua sub-aspek, yaitu: (a) persepsi tentang moda transportasi di dalam dan menuju destinasi, serta (b) persepsi tentang fasilitas pendukung transportasi. Gambar 4.16 menunjukkan distribusi frekuensi persepsi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara tentang sub-aspek pertama: Persepsi Wisatawan tentang Aksessibilitas Destinasi (Bagian I)
13.8% 15.7%
20.0%
14.3% 16.9% 11.7% 10.4% 16.9%
30.0%
23.3% 17.6% 10.7%
40.0%
27.0% 23.9% 23.3% 23.9% 30.8%
50.0%
40.3% 41.6% 46.8% 49.4% 44.2%
45.5% 41.6% 41.6% 40.3% 39.0%
60.0%
59.1% 60.4% 53.5% 58.5% 58.5%
70.0%
10.0% 0.0% Negatif
Netral
Positif
Wisatawan Nusantara Variasi Moda
Kualitas Layanan
Negatif
Netral
Positif
Wisatawan Mancanegara Keamanan
Kenyamanan
Kesesuaian Harga
Gambar 4. 16. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Aspek Moda Transportasi Kawasan
Pada sub-aspek moda transportasi dalam dan menuju kawasan destinasi, rata-rata persepsi positif oleh wisatawan mancanegara lebih besar dibandingkan persepsi positif oleh wisatawan nusantara (58,0 persen vs. 44,4 persen). Meskipun demikian, terdapat dua hal yang
perlu diperhatikan. Pertama, rata-rata persepsi negatif oleh wisatawan mancanegara juga lebih besar bila dibandingkan persepsi negatif wisatawan nusantara (16,2 persen vs. 14,0 persen). Hal ini bisa berdampak pada timbulnya promosi yang negatif terhadap destinasi wisata di Kabupaten Badung di negara-negara asal mereka yang bersifat kontra produktif dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Kedua, wisatawan mancanegara menyatakan keamanan moda sebagai indikator dengan persepsi negatif terbesar (23,3 persen) yang mengindikasikan hampir seperempat dari responden memiliki kekhawatiran tentang keamanan moda transportasi di dalam dan menuju kawasan. Hal ini juga berpotensi mengganggu upaya pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan ke Kabupaten Badung khususnya. Sub-aspek kedua yang diteliti adalah infrastruktur transportasi di dalam dan menuju kawasan. Gambar 4.17 menunjukkan distribusi frekuensi dari persepsi kedua jenis wisatawan tentang sub-aspek ini: Persepsi Wisatawan tentang Aksessibilitas Destinasi (Bagian II)
10.0%
28.9% 34.0% 28.3% 25.8% 32.7% 33.3%
31.4% 28.3% 21.4% 30.2%
28.6%
22.6% 20.8%
42.9% 10.4% 7.8%
30.0%
19.5% 16.9% 16.9%
28.6%
40.0%
29.9% 31.2% 28.6% 35.1% 32.5%
50.0%
20.0%
51.9% 48.1% 50.6%
60.0%
48.4% 45.3% 40.3% 45.9% 45.9% 36.5%
59.7% 61.0%
70.0%
0.0% Negatif
Netral
Positif
Negatif
Wisatawan Nusantara Keamanan PK
Kenyamanan PK
Trotoar
Netral
Positif
Wisatawan Mancanegara Jalan Dalam Kawasan
Jalan Menuju Kawasan
Fasilitas PC
Gambar 4. 17. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Sub-Aspek Infrastruktur Transportasi Kawasan
Berbeda dengan sub-aspek pertama, pada sub-aspek ini persepsi positif oleh wisatawan mancanegara justru lebih rendah dibandingkan dengan persepsi oleh wisatawan nusantara (43,7 persen vs. 50,0 persen). Indikator dengan persepsi positif terbesar masing-masing oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara adalah kenyamanan bagi pejalan kaki (61,0 persen) dan keamanan bagi pejalan kaki (48,4 persen). Sedangkan indikator dengan persepsi negatif terbesar masing-masing oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara adalah fasilitas bagi para penyandang cacat (28,6 persen) dan kondisi trotoar dalam kawasan (31,4 persen). Kedua indikator ini seyogyanya menjadi prioritas dari serangkaian pembangunan fisik di kawasan
pariwisata
yang
dilakukan
oleh
pemerintah
daerah.
4.2.4.4. Persepsi tentang Kualitas Akomodasi Ketersediaan fasilitas akomodasi yang berkualitas di suatu destinasi wisata merupakan salah satu elemen vital dalam penentuan kepuasan wisatawan. Aspek kualitas akomodasi dari destinasi wisata di Kabupaten Badung diukur melalui lima indikator dengan distribusi frekuensi persepsi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ditunjukkan pada gambar berikut:
60.0%
61.6%
58.4%
70.0%
67.5% 64.9% 59.7% 55.8%
80.0%
73.0% 73.6% 74.8% 72.3%
Persepsi Wisatawan tentang Kualitas Akomodasi
40.0%
10.0%
8.2% 4.4% 5.7% 8.8% 11.3%
20.0%
13.0% 7.8% 7.8% 7.8% 11.7%
30.0%
18.9% 22.0% 19.5% 18.9% 27.0%
28.6% 24.7% 27.3% 32.5% 32.5%
50.0%
0.0% Negatif
Netral
Positif
Negatif
Wisatawan Nusantara Variasi Akomodasi
Kualitas Fasilitas
Netral
Positif
Wisatawan Mancanegara Kualitas Layanan
Kesesuaian Harga
Cara Pembayaran
Gambar 4. 18. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Kualitas Akomodasi di Kabupaten Badung
Secara umum, wisatawan mancanegara yang memberikan persepsi positif pada kualitas akomodasi di Kabupaten Badung lebih besar bila dibandingkan dengan yang diberikan wisatawan nusantara (71,1 persen vs. 61,3 persen). Hal ini bisa dipahami memperhatikan persentase wisa– tawan mancanegara yang memilih jenis akomodasi hotel berbintang lebih besar dibandingkan yang digunakan wisatawan nusantara. Pada persepsi positif, kedua jenis wisatawan menyatakan indikator keragaman atau variasi cara pembayaran merupakan indikator yang persentasenya terkecil dan terdapat perbedaan indikator dengan nilai persentase terbesar. Wisatawan nusantara menyatakan kualitas fasilitas akomodasi sebagai indikator yang paling baik yaitu 67,5 persen, sedangkan wisatawan mancanegara menyatakan kualitas layanan sebagai indikator terbaik dengan persentase sebesar 74,8 persen.
4.2.4.5. Persepsi tentang Kualitas Restoran atau Rumah Makan Seperti halnya dengan fasilitas akomodasi, kualitas restoran atau rumah makan sangat penting dalam meningkatkan kepuasan wisatawan. Bila dibandingkan dengan aspek kualitas akomodasi, rata-rata persepsi positif untuk kelima indikator pada aspek kualitas restoran lebih rendah. Persentase wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang menilai positif dari aspek ini masing-masing sebesar 65,5 persen dan 68,7 persen. Selain itu, indikator kesesuaian harga dengan produk dan layanan yang diterima dan variasi cara pembayaran merupakan dua indikator yang dipersepsikan negatif tertinggi oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, masing-masing dengan persentase sebesar 15,6 persen dan 10,7 persen. Distribusi frekuensi persepsi wisatawan terhadap kelima indikator pada aspek ini diperlihatkan pada gambar berikut:
68.8% 67.5% 62.3% 61.0% 67.5%
80.0%
73.0% 73.0% 69.8% 65.4% 62.3%
Persepsi Wisatawan tentang Kualitas Restoran
70.0% 60.0%
10.0%
9.1%
9.1% 7.8% 6.5%
20.0%
15.6%
30.0%
17.0% 20.1% 23.3% 28.3% 27.0%
40.0%
10.1% 6.9% 6.9% 6.3% 10.7%
22.1% 24.7% 31.2% 23.4% 23.4%
50.0%
0.0% Negatif
Netral
Positif
Negatif
Wisatawan Nusantara Variasi Restoran
Kualitas Layanan
Netral
Positif
Wisatawan Mancanegara Cita Rasa
Kesesuaian Harga
Cara Pembayaran
Gambar 4. 19. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Kualitas Restoran dan Rumah Makan
4.2.4.6. Persepsi tentang Kualitas Tempat Belanja Pada aspek ini, rata-rata persepsi positif wisatawan nusantara sedikit lebih besar bila dibandingkan wisatawan mancanegara (58,0 persen vs 57,1 persen) dengan indikator kesesuaian harga dan keragaman tempat belanja merupakan indikator dengan persepsi positif tertinggi untuk wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Seperti halnya dengan persepsi yang bersifat positif, rata-rata persepsi negatif dari kedua jenis wisatawan ini juga mirip. Wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang memersepsikan negatif masing-masing sejumlah 9,3persen dan 10,7 persen dengan indikator variasi cara pembayaran merupakan indikator yang dipersepsikan negatif dengan persentase terbesar pada kedua jenis wisatan (lihat gambar 4.20).
60.0%
40.0%
20.0% 10.0%
6.5% 5.2% 7.8% 6.5% 13.0% 7.8% 14.3% 13.0%
30.0%
11.3% 9.4% 11.3% 10.1% 11.3% 6.9% 10.1% 15.1%
33.8% 39.0% 36.4% 33.8% 36.4% 29.9% 23.4% 22.1%
50.0%
27.0% 30.2% 32.1% 34.0% 31.4% 39.0% 31.4% 32.7%
70.0%
61.6% 60.4% 56.6% 56.0% 57.2% 54.1% 57.2% 53.5%
53.2% 57.1% 53.2% 55.8% 55.8% 63.6% 66.2% 58.4%
Persepsi Wisatawan tentang Kualitas Tempat Belanja
0.0% Negatif
Netral
Positif
Negatif
Wisatawan Nusantara
Netral
Positif
Wisatawan Mancanegara
Variasi Tempat
Variasi Produk
Kualitas Produk
Kualitas Layanan
Kebersihan Tempat
Product Display
Kesesuaian Harga
Cara Pembayaran
Gambar 4. 20. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Kualitas Tempat Belanja
4.2.4.7. Persepsi tentang Kualitas Fasilitas Umum Aspek ini merupakan aspek dengan jumlah indikator terbanyak yaitu 13 indikator. Untuk mempermudah interpretasi, maka distribusi frekuensi dari persepsi kedua jenis wisatawan dipisahkan ke dalam 2 buah gambar (gambar 4.21 dan gambar 4.22). Rata-rata persepsi positif dari wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara untuk seluruh indikator pada aspek ini lebih kecil dibandingkan dengan enam aspek sebelumnya. Wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang memersepsikan secara positif aspek ini masing-masing hanya sebesar 45,2 persen dan 47,8 persen yang menunjukkan kurang dari setengah jumlah responden yang memberikan penilaian positif. Indikator dengan persepsi positif terbesar oleh wisatawan nusantara adalah ketersediaan pusat pelayanan kesehatan (YANKES) dan kualitasnya (57,1 persen) sedangkan wisatawan mancanegara menyatakan ketersediaan fasilitas telekomunikasi (59,7 persen). Berbeda dengan penilaian wisatawan dengan persepsi positif, rata-rata persepsi negatif wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara masing-masing sebesar 17,8 persen dan 15.3 persen. Indikator yang dipersepsikan negatif tertinggi oleh wisatawan nusantara adalah aksessibilitas pelayanan telekomunikasi (27,3 persen) sedangkan indikator yang dipersepsikan negatif tertinggi oleh wisatawan mancanegara adalah ketersediaan toilet/tempat bilas (29,6 persen) serta kebersihannya (27,7 persen). Indikator ketersediaan tempat parkir pun dipersepsikan negatif oleh wisatawan nusantara dengan persentase cukup tinggi yaitu 18,2 persen. Besaran-
34.6% 39.6% 43.4% 30.8% 32.7% 33.3% 10.1% 10.1% 8.8% 9.4% 11.3% 11.9%
20.0%
23.4% 26.0%
30.0%
23.4% 20.8% 16.9% 23.4% 27.3% 23.4%
40.0%
37.7% 35.1% 32.5% 42.9%
50.0%
33.8%
39.0% 44.2%
50.6%
60.0%
49.4% 50.6%
Persepsi Wisatawan tentang Fasilitas Umum (Bagian I)
55.3% 50.3% 47.8% 59.7% 56.0% 54.7%
besaran ini menunjukkan vitalnya pembangunan fasilitas umum (toilet, tempat bilas, dan tempat parkir) dengan kualitas dan kuantitas memadai. Distribusi selengkapnya pada 2 gambar berikut:
10.0%
0.0% Negatif
Netral
Positif
Negatif
Netral
Wisatawan Nusantara Ketersediaan YANKES
Positif
Wisatawan Mancanegara
Akses YANKES
Kualitas YANKES
Ketersediaan TIK
Akses TIK
Kualitas TIK
Gambar 4. 21. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Fasilitas Umum (Bagian I)
10.0% 0.0% Negatif
Netral
Positif
Negatif
Wisatawan Nusantara
Netral
Positif
Wisatawan Mancanegara
Ketersedian PKK
Akses PKK
Kualitas PKK
Kebersihan Toilet
Ketersediaan Parkir
Keamanan Parkir
45.9% 43.4%
38.4%
31.4%
16.4% 17.6%
29.6% 27.7%
9.1%
15.1% 15.1% 15.1%
49.1% 46.5% 45.3%
35.8% 38.4% 39.6% 32.1% 40.9% 37.7% 38.4%
48.1% 49.4%
48.1%
39.0%
41.6%
33.8%
19.5% 18.2%
20.0%
11.7% 11.7% 11.7% 11.7%
30.0%
31.2%
40.0%
31.2%
37.7%
50.0%
40.3% 41.6%
50.6%
60.0%
57.1%
57.1%
Persepsi Wisatawan tentang Fasilitas Umum (Bagian II)
Ketersediaan Toilet
Gambar 4. 22. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Fasilitas Umum (Bagian II)
4.2.4.8. Persepsi tentang Kualitas Fasilitas Penunjang Selain fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan oleh publik termasuk wisatawan, peranan dari fasilitas penunjang dengan indikator-indikator ketersediaan pusat pelayanan perbankan, pusat informasi pariwisata atau tourist information center/TIC, rambu-rambu atau signage, peta destinasi, dan ketersediaan call center juga tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan kualitas dan kepuasan wisatawan yang berkunjung. Gambar berikut menunjukkan distribusi frekuensi persepsi wisatawan (nusantara dan mancanegara) tentang aspek fasilitas penunjang pariwisata di destinasi:
39.0% 37.1% 32.1% 37.1%
25.8% 32.1% 27.0% 9.4% 6.9% 14.5% 5.0% 13.2% 16.4% 18.2%
20.0%
29.9% 26.0%
30.0%
10.4% 9.1% 10.4% 14.3% 13.0%
40.0%
24.7% 31.2% 32.5%
50.0%
45.5% 42.9%
40.3% 45.5% 37.7% 44.2%
60.0%
57.1% 50.6% 44.2% 48.1% 42.9%
70.0%
64.8% 61.0% 58.5% 56.0% 49.7% 51.6% 44.7%
Persepsi Wisatawan tentang Fasilitas Penunjang
10.0% 0.0% Negatif
Netral
Positif
Negatif
Wisatawan Nusantara Pusat Keuangan (PK)
Layanan PK
Netral
Positif
Wisatawan Mancanegara TIC
Layanan TIC
Signage
Peta Destinasi
Call Center
Gambar 4. 23. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Fasilitas Penunjang
Pada persepsi positif, secara rata-rata penilaian wisatawan nusantara tentang ketujuh indikator dari aspek fasilitas penunjang di destinasi lebih rendah dibandingkan dengan penilaian wisatawan mancanegara (47,3 persen vs. 55,2 persen). Wisatawan nusantara memersepsikan ketersediaan pusat informasi pariwisata (TIC) sebagai fasilitas penunjang terbaik (57,1 persen) dan wisatawan mancanegara menyatakan ketersediaan pusat-pusat keuangan sebagai indikator terbaik (64,8 persen) dari enam indikator lainnya. Sementara itu pada persepsi negatif, penilaian wisatawan nusantara justru lebih tinggi dibandingkan dengan penilaian wisatawan mancanegara (16,1 persen vs. 11,9 persen) dengan indikator ketersediaan pusat-pusat keuangan dan ketersediaan call center sebagai indikatorindikator terburuk dengan persentase persepsi negatif tertinggi (29,9 persen dan 18,2 persen). Mencermati besaran-besaran ini, maka sudah seyogyanya para pemangku kepentingan memperbaiki dan meningkatkan kuantitas serta kualitas fasilitas penunjang yang masih dipersepsikan negatif oleh para wisatawan.
4.2.4.9. Persepsi tentang Kualitas Jasa Pemandu Wisata Pada aspek kualitas jasa pemandu wisata, rata-rata persepsi positif dari empat indikator pada aspek ini ditemukan lebih tinggi pada wisatawan nusantara dibandingkan pada wisatawan mancanegara (69,2 persen vs. 63,1 persen). Indikator yang dipersepsikan positif dengan besaran tertinggi untuk kedua jenis wisatawan ditemukan sama yaitu keramahan pada pemandu wisata (76,6 persen pada wisatawan nusantara dan 69,2 persen pada wisatawan mancanegara). Meski demikian, juga ditemui adanya persepsi negatif oleh kedua jenis wisatawan dengan rata-rata persentase pada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara masing-masing sebesar 3,6 persen dan 7,5 persen seperti diperlihatkan pada gambar berikut:
69.2%
62.9%
76.6%
60.0%
62.3%
57.9%
70.0%
68.8%
62.3%
80.0%
68.8%
Persepsi Wisatawan tentang Kualitas Jasa Pemandu Wisata
27.7%
27.7%
33.3%
28.9%
9.4%
8.8%
8.8%
3.9%
5.2%
2.6%
10.0%
2.6%
20.0%
3.1%
30.0%
27.3%
26.0%
40.0%
20.8%
35.1%
50.0%
0.0% Negatif
Netral
Positif
Negatif
Wisatawan Nusantara Kemampuan Bahasa
Pengetahuan Kepariwisataan
Netral
Positif
Wisatawan Mancanegara Keramahan
Kejujuran
Gambar 4. 24. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Kualitas Jasa Pemandu Wisata
4.2.4.10. Persepsi tentang Sikap Masyarakat Lokal Aspek terakhir yang diperiksa pada penelitian ini terkait kepariwisataan di Kabupaten Badung adalah sikap masyarakat lokal dari persepsi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang berwisata di wilayahnya. Secara rata-rata persepsi positif dari wisatawan nusantara mengungguli persepsi positif dari wisatawan mancanegara (70,5 persen vs. 65,1 persen). Indikator yang dinilai paling positif oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara adalah keramahan masyarakat lokal, masing-masing dengan persentase 79,2 persen dan 72, 3 persen. Meski demikian, wisatawan mancanegara yang berpendapat negatif mengenai kejujuran masyarakat lokal dan kemampuan berbahasa mereka cukup tinggi yaitu 12,6 persen dan 10,7 persen. Hal ini membutuhkan perhatian dan tindakan remedial yang bersifat segera dari pemangku kepentingan, termasuk unsur-unsur di dalam masyarakat sendiri. Salah satu yang bisa dilakukan
adalah mengintensifkan dan mengoptimalkan peranan dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang seyogyanya terbentuk di masing-masing desa/wilayah destinasi wisata. Distribusi lengkap tentang persepsi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara tentang sikap masyarakat lokal diperlihatkan pada gambar berikut:
72.3%
60.0%
23.9%
29.6%
22.0%
28.9% 12.6% 5.7%
10.7%
2.6%
2.6%
5.2%
10.0%
2.6%
20.0%
6.3%
18.2%
30.0%
23.4%
33.8%
40.0%
29.9%
50.0%
0.0% Negatif
Netral
Positif
Negatif
Wisatawan Nusantara Kemampuan Bahasa
Pengetahuan Kepariwisataan
Netral
Positif
Wisatawan Mancanegara Keramahan
Kejujuran
Gambar 4. 25. Distribusi Frekuensi dari Persepsi Sikap Masyarakat Lokal
63.5%
64.2%
60.4%
79.2%
70.0%
67.5%
61.0%
80.0%
74.0%
Persepsi Wisatawan tentang Sikap Masyarakat Lokal
Bab V. ANALISIS DAN DISKUSI 5.1
Analisis Penawaran Usaha Akomodasi Pariwisata
Seperti tercantum dalam Tabel 4.5 pada laporan ini, hingga 30 Mei 2015 tercatat ada 3433 usaha akomodasi dengan kategori hotel (berbintang dan non-bintang), vila, pondok wisata, dan jenis akomodasi lain yang tersebar secara tidak merata di enam kecamatan di Kabupaten Badung. Bila ditinjau penyebarannya, 50.54 persen dari total usaha akomodasi di Kabupaten Badung berlokasi di Kecamatan Kuta, disusul oleh Kecamatan Kuta Selatan dengan persentase sebesar 26.19 persen. Dua kecamatan dengan persentase jumlah usaha akomodasi terkecil adalah Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Petang, masing-masing dengan persentase jumlah usaha akomodasi sebesar 0.14 persen dan 0.00 persen. Bila Kabupaten Badung dikelompokkan menjadi dua kawasan – Kawasan Badung Utara yang disusun oleh Kecamatan Petang, Kecamatan Abiansemal, dan Kecamatan Mengwi; dan Kawasan Badung Selatan yang disusun oleh Kecamatan Kuta Selatan, Kecamatan Kuta, dan Kecamatan Kuta Utara, ketimpangan penyebaran lokasi usaha akomodasi di kabupaten ini semakin terlihat jelas. Kawasan Badung Utara menampung 2.85 persen dan Kawasan Badung Selatan menampung 97.15 persen dari total usaha akomodasi yang tercatat hingga 30 Mei 2015. Fakta ini akan mengarah kepada situasi-situasi berikut: 1.
Terkonsentrasinya lapangan pekerjaan di sektor pariwisata dan pendukungnya di Kawasan Badung Selatan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya arus urbanisasi dan atau pergerakan penduduk yang bekerja di sektor pariwisata namun bertempat tinggal di Kawasan Badung Utara pada hari-hari kerja yang berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas;
2.
Terkonsentrasinya investasi di sektor pariwisata dan pendukungnya di Kawasan Badung Selatan. Teori Ekonomi menyatakan, salah satu penyusun pertumbuhan ekonomi sebuah kawasan adalah adalah adanya investasi (I), selain konsumsi (C), belanja pemerintah (G), dan ekspor netto (XN) melalui persamaan dengan Y menyatakan Produk
3.
Tidak seimbangnya PDRB antarkedua kawasan akan menyebabkan timpangnya pendapatan per kapita penduduk antarkawasan. Penduduk di Kawasan Badung Selatan akan memiliki pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di Kawasan Badung Utara. Ketimpangan pendapatan per kapita antarpenduduk di kedua kawasan selanjutnya akan meningkatkan nilai Indeks Gini (Gini Ratio) sehingga ‘ketakadilan di bidang ekonomi’ turut meningkat. Indeks Gini merupakan suatu ukuran ketimpangan pendapatan penduduk antardua kawasan. Semakin dekat ke nilai 1, maka ketimpangan pendapatan semakin tinggi; sebaliknya semakin dekat ke nilai 0, maka ketimpangan pendapatan semakin rendah.
ANALISIS DAN DISKUSI
Domestik (Regional) Bruto (PDB/PDRB). Mengingat bahwa investasi di Kabupaten Badung didominasi oleh investasi di sektor pariwisata dan pendukungnya, maka PDRB Kabupaten Badung sebagian besar akan disumbangkan oleh Kawasan Badung Selatan dengan asumsi ekspor netto dari kedua kawasan berimbang;
Bila analisis di atas memotret kondisi penawaran usaha akomodasi secara makro, maka analisis secara mikro pun bisa dilakukan. Salah satu jenis analisis mikroekonomi adalah menguji apakah jumlah dari produk dan atau jasa yang ditawarkan produsen sesuai dengan jumlah yang diinginkan pengguna. Pada kajian tentang usaha akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung, keseimbangan antara penawaran dengan permintaan wisatawan terhadap fasilitas akomodasi merupakan prasyarat utama agar kedua partisipan (pengusaha akomodasi serta wisatawan) dan masyarakat lokal memperoleh manfaat. Meskipun sangat sulit – bahkan mustahil – untuk menyatakan jumlah usaha akomodasi (termasuk di dalamnya jumlah kamar dan jumlah bed yang tersedia) yang sesuai dengan permintaan wisatawan secara pasti, tidaklah berarti pemadanan ini tidak bisa dilakukan. Proksi untuk mengetahui angka ideal dari jumlah kamar dan jumlah bed yang dibutuhkan wisatawan bisa dilakukan bila diketahui jumlah wisatawan yang berkunjung. Sayangnya, pencatatan tentang jumlah wisatawan nusantara sebagai refleksi permintaan pariwisata domestik memiliki tingkat keakurasian data yang rendah mempertimbangkan kesulitan dalam menghitungnya. Penghitungan kebutuhan akomodasi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara memerlukan beberapa data statistik kepariwisataan Kabupaten Badung, seperti yang tercantum pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 berikut: Tabel 5. 1Statistik Utilisasi Kamar dan Tempat Tidur Akomodasi Hotel Berbintang di Kabupaten Badung – Tahun 2013 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010
Tingkat Penghunian (%) Kamar Bed 67.28 61.07 79.58 69.20 62.39 69.05 61.45 70.75 64.65 73.81 67.79 83.77 63.44 75.35 65.95 78.55 68.59 82.04 65.47 82.09 70.97 71.27 67.65 83.17 67.10 75.01 62.61 N/A 69.20 N/A 62.28 N/A
Sumber: Badung Dalam Angka (2014) Keterangan: 1. 2. 3.
TPG: Tingkat Penghunian Ganda; Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara;
TPG
1
1.91 2.07 2.18 2.29 2.20 2.02 2.18 2.13 1.96 2.21 2.04 2.54 2.14 N/A N/A N/A
Lama Menginap (hari) 2 3 Wisman Wisnus 3.48 4.21 3.21 3.70 3.92 2.71 3.52 3.20 3.28 3.44 2.99 3.34 3.27 3.31 3.06 3.27 3.41 3.03 3.22 3.40 3.35 2.77 4.07 3.56 3.40 3.33 3.47 2.77 3.43 3.24 3.69 3.64
4.
N/A: Data Tidak Tersedia
Tabel 5. 2Statistik Utilisasi Kamar dan Tempat Tidur Akomodasi Hotel Non-Bintang di Kabupaten Badung – Tahun 2013 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010
Tingkat Penghunian (%) Kamar Bed 47.23 62.57 42.06 51.47 43.65 55.30 45.37 72.69 43.24 61.21 51.19 70.84 42.96 58.34 51.10 69.20 50.49 62.78 46.72 54.73 55.74 53.73 51.63 60/41 47.62 61.17 51.59 N/A 56.58 N/A 49.02 N/A
TPG
1
2.13 1.86 1.87 2.35 2.18 2.11 2.07 2.08 1.96 1.94 1.83 2.14 2.04 N/A N/A N/A
Lama Menginap (hari) 2 3 Wisman Wisnus 3.11 3.53 3.59 3.00 3.44 4.01 3.99 4.39 3.92 3.43 3.61 3.45 3.76 3.80 3.71 3.64 3.59 3.50 3.49 4.30 3.43 5.16 4.16 4.83 3.65 3.92 3.73 3.49 3.77 3.73 3.86 2.51
Sumber: Badung Dalam Angka (2014) Keterangan: 1. 2. 3. 4.
5.1.1
TPG: Tingkat Penghunian Ganda; Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara; N/A: Data Tidak Tersedia
Kebutuhan Akomodasi untuk Wisatawan Mancanegara
5.1.1.1. Kebutuhan Akomodasi pada Hotel Berbintang Kebutuhan akomodasi wisatawan mancanegara terhadap hotel berbintang seluruh kelas (mulai bintang 1 hingga bintang 5) pada tahun 2013 dihitung dengan menggunakan data berikut: 1. Jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang di seluruh Bali sejumlah 3 674 226 orang (lihat Tabel 4.21). Asumsikan jumlah ini sama dengan jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di Kabupaten Badung; (gimana kalau diasumsikan 30% mengnap di tempat lain, karena sekitar 70% jumlah akomodasi di Bali adanya di Badung). 2. Rata-rata lama wisatawan mancanegara menginap (length of stay) di hotel berbintang di Kabupaten Badung (untuk seluruh kelas) sebesar 3.40 hari (lihat Tabel 5.1); 3. Persentase tingkat penghunian kamar (accomodation occupancy factor) untuk seluruh kelas hotel berbintang di Kabupaten Badung sebesar 67.10 persen(lihat Tabel 5.1);
4. Tingkat penghunian ganda (average guests per room) untuk seluruh kelas hotel berbintang di Kabupaten Badung sebesar 2.14 hari (lihat Tabel 5.1), dan; 5. Jumlah hari (number of nights) pada tahun 2013 adalah 365 hari. maka:
Menggunakan informasi kebutuhan tempat tidur di hotel berbintang sebesar 51007 buah, maka berdasarkan average persons per room occupancyuntuk wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang sebesar 2.14sebagai faktor pembagi, diperoleh permintaan kamar di berbagai kelas hotel berbintang di Kabupaten Badung oleh wisatawan mancanegara sebesar 23835 kamar. Bila kebutuhan jumlah kamar ini dibandingkan dengan data resmi jumlah kamar akomodasi di hotel berbintang di Kabupaten Badungsebesar 18 895 kamar (lihat Tabel 4.19), maka terlihat bahwa penawaran jumlah kamar masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kebutuhan. Tetapi bila dibandingkan dengan data pada peneliitian ini di mana jumlah kamar hotel berbintang teridentifikasi sebesar 31 583 kamar (lihat Tabel 4.13), maka telah terdapat over supply sebesar 5 881 kamar atau 22.88 persen dari kebutuhan riil wisatawan mancanegara yang menginap di seluruh kelas hotel berbintang. (Apalagi kalau asumsinya diubah…...............!!!!) 5.1.1.2. Kebutuhan Akomodasi pada Hotel Non-Bintang dan Akomodasi Lainnya Kebutuhan akomodasi wisatawan mancanegara terhadap hotel non-bintang dan jenis akomodasi lainnya pada tahun 2013 dihitung dengan menggunakan data berikut: 1. Jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di hotel non-bintang dan akomodasi lain di seluruh Bali sejumlah 1 625 253orang (lihat Tabel 4.22). Asumsikan jumlah ini sama dengan jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di Kabupaten Badung; 2. Rata-rata lama wisatawan mancanegara menginap (length of stay) di hotel non-bintang dan akomodasi lain di Kabupaten Badung (untuk seluruh kelas jumlah kamar) sama dengan nilai untuk Provinsi Bali sebesar 3.65 hari (lihat Tabel 5.2); 3. Persentase tingkat penghunian kamar (accomodation occupancy factor) untuk seluruh kelas jumlah kamar hotel non-bintang di Kabupaten Badung sebesar 47.22 persen (lihat Tabel 5.2); 4. Tingkat penghunian ganda (average guests per room) untuk seluruh kelas hotel non-bintang dan akomodasi lain di Kabupaten Badung sebesar 2.04 hari (lihat Tabel 5.2), dan; 5. Jumlah hari (number of nights) pada tahun 2013 adalah 365 hari. maka:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan kebutuhan jumlah tempat tidur pada akomodasi hotel non-bintang oleh wisatawan mancanegara lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan pada hotel berbintang. Bila besaran average persons per room occupancy untuk wisatawan yang menginap di hotel non-bintang dan akomodasi lain di Kabupaten Badung sebesar 2.04 (lihat Tabel 5.2) digunakan sebagai faktor pembagi, maka diperoleh permintaan kamar di berbagai kelas hotel non-bintang dan akomodasi lain di Kabupaten Badung oleh wisatawan mancanegara sebesar 16730 kamar. Jika kebutuhan kamar wisatawan mancanegara di berbagai hotel non-bintang dan tipe akomodasi lain di Kabupaten Badung sebesar 16 730 kamar dibandingkan dengan jumlah kamar yang tersedia pada akomodasi tipe ini sebesar 37 146 kamar (Badung Dalam Angka 2014), terlihat jumlah yang tersedia jauh lebih tinggi dari kebutuhan sehingga terjadi over supply. Bahkan, bila dibandingkan dengan data jumlah kamar akomodasi hotel non-bintang dan akomodasi lain yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 63 415 (lihat Tabel 4.13), maka telah terjadi kelebihan penawaran kamar sebesar 46415 kamardari kebutuhan riil wisatawan mancanegara. 5.1.2
Kebutuhan Akomodasi untuk Wisatawan Nusantara
5.1.2.1. Kebutuhan Akomodasi pada Hotel Berbintang Kebutuhan akomodasi wisatawan nusantara terhadap hotel berbintang seluruh kelas (mulai bintang 1 hingga bintang 5) pada tahun 2013 dihitung dengan menggunakan data berikut: 1. Jumlah wisatawan nusantarayang menginap di berbagai hotel berbintang di seluruh Bali sejumlah 1 321 347 orang (lihat Tabel 4.21). Asumsikan jumlah ini sama dengan jumlah wisatawan nusantara yang menginap di Kabupaten Badung; 2. Rata-rata lama wisatawan nusantara menginap (length of stay) di hotel berbintang di Kabupaten Badung (untuk seluruh kelas) sebesar 3.33 hari (lihat Tabel 5.1); 3. Persentase tingkat penghunian kamar (accomodation occupancy factor) untuk seluruh kelas hotel berbintang Kabupaten Badung sebesar 67.10 persen (Tabel 5.1); 4. Tingkat penghunian ganda (average guests per room) untuk seluruh kelas hotel berbintang di Kabupaten Badung sebesar 2.14orang (lihat Tabel 5.1), dan; 5. Jumlah hari (number of nights) pada tahun 2013 adalah 365 hari. maka:
Memperhatikan average persons per room occupancy untuk wisatawan nusantara yang menginap di hotel berbintang sebesar 2.14 (lihat Tabel 5.1), diperoleh permintaan kamar di berbagai kelas hotel berbintang di Kabupaten Badung oleh wisatawan nusantarasebesar 8 395 kamar. 5.1.2.2. Kebutuhan Akomodasi pada Hotel Non-Bintangdan Akomodasi Lainnya Kebutuhan akomodasi wisatawan nusantara terhadap hotel non-bintang dan jenis akomodasi lainnya pada tahun 2013 dapat dihitung dengan menggunakan data berikut: 1. Jumlah wisatawan nusantara yang menginap di hotel non-bintang dan akomodasi lain di seluruh Bali sejumlah 1 945621orang (lihat Tabel 4.22). Asumsikan jumlah ini sama dengan jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di Kabupaten Badung; 2. Rata-rata lama wisatawan nusantara menginap (length of stay) di hotel non-bintang dan akomodasi lain di Kabupaten Badung (untuk seluruh kelas jumlah kamar) sebesar 3.92 hari (lihat Tabel 5.2); 3. Persentase tingkat penghunian kamar (accomodation occupancy factor) untuk seluruh kelas jumlah kamar hotel non-bintang di Kabupaten Badung sebesar 47.62 persen (Tabel 5.2); 4. Tingkat penghunian ganda (average guests per room) untuk seluruh kelas hotel non-bintang dan akomodasi lain di Kabupaten Badung sebesar 2.04 hari (lihat Tabel 5.2), dan; 5. Jumlah hari (number of nights) pada tahun 2013 adalah 365 hari. maka:
Memperhatikanaverage persons per room occupancy untuk wisatawan nusantara yang menginap di hotel non-bintang dan akomodasi lain sebesar 2.04 (lihat Tabel 5.2), maka diperoleh permintaan kamar di berbagai kelas hotel non-bintang dan akomodasi lain di Kabupaten Badung oleh wisatawan nusantarasebesar 21 510 kamar. 5.1.3
Total Kebutuhan Akomodasi untuk Wisatawan
Selain menghitung kebutuhan akomodasi pada hotel berbintang serta hotel non-bintang dan jenis akomodasi lainnya yang dipilah berdasarkan tipe wisatawan, pada penelitian ini juga dihitung total kebutuhan akomodasi dari kedua tipe wisatawan yang dibedakan menurut jenis akomodasi yaitu hotel berbintang serta hotel non-bintang dan jenis akomodasi lainnya.
5.1.3.1. Kebutuhan Akomodasi pada Hotel Berbintang Kebutuhan akomodasi pada hotel berbintang dari kedua jenis wisatawan yang menginap di Kabupaten Badung pada tahun 2013 dihitung dengan menggunakan data berikut: 1. Total jumlah wisatawan dari kedua tipe wisatawan yang menginap di hotel berbintang – mulai dari bintang 1 hingga bintang 5 – di seluruh Bali sejumlah 4 995 573 orang (lihat Tabel 4.21). Diasumsikan jumlah ini sama dengan jumlah wisatawan yang menginap di Kabupaten Badung; 2. Rata-rata lama wisatawan dari kedua jenis menginap (length of stay) di berbagai kelas hotel berbintang di Kabupaten Badung sebesar 3.37 hari (lihat Tabel 5.1); 3. Persentase tingkat penghunian kamar (accomodation occupancy factor) untuk seluruh kelas jumlah kamar hotel berbintang di Kabupaten Badung sebesar 67.10 persen (Tabel 5.1); 4. Tingkat penghunian ganda (average guests per room) untuk seluruh kelas hotel berbintang di Kabupaten Badung sebesar 2.14 hari (lihat Tabel 5.2); 5. Jumlah hari (number of nights) pada tahun 2013 adalah 365 hari. maka:
Bila data pada Tabel 4.19 yang menunjukkan jumlah kamar dan jumlah tempat tidur pada hotel-hotel berbintang seluruh kelas – masing-masing sebesar 18895 kamar dan 28 978 tempat tidur – diacu, maka nilai dari kedua indikator sisi permintaan (demand side) lebih besar dari nilai sisi penawaran (supply side) yang menunjukkan bahwa jumlah kamar serta jumlah tempat tidur yang tersedia di hotel-hotel berbintang di Kabupaten Badung perlu ditingkatkan. Merujuk kepada nilai jumlah kamar hotel berbintang di Kabupaten Badung yang diperoleh dari Badung Dalam Angka (2014), maka terlihat ada kelebihan permintaan kamar (over demand) sebesar 13 178 kamar, sekitar 41,09 persen dari jumlah kamar yang tersedia. Bila penghitungan kebutuhan kamar wisatawan pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dibandingkan dengan pendataan jumlah kamar yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 31583 kamar, juga terlihat kebutuhan kamar wisatawan pada hotel berbintang melebihi ketersediaannya. Merujuk kepada nilai ini, maka kekurangan kamar terhitung sebesar 490 kamaratau sekitar 1,53 persen dari jumlah kamar yang tersedia. Meski demikian, perlu diperhatikan dengan cermat bahwa formula untuk menghitung jumlah tempat tidur dan jumlah kamar yang dibutuhkan merupakan fungsi dengan rata-rata lama menginap (average length of stay), tingkat penghunian kamar (occupancy factor), dan tingkat penghunian ganda sebagai tiga
variabel bebas pada fungsi. Jadi, bila satu atau lebih nilai dari variabel bebas ini berubah, maka akan terjadi perubahan pada jumlah tempat tidur serta jumlah kamar yang dibutuhkan. 5.1.3.2. Kebutuhan Akomodasi pada Hotel Non-Bintang dan Jenis Akomodasi Lainnya Kebutuhan akomodasi pada hotel non-bintang dan jenis akomodasi lain dari kedua jenis wisatawan yang menginap di Kabupaten Badung pada tahun 2013 dihitung dengan menggunakan data berikut: 1. Total jumlah wisatawan dari kedua tipe wisatawan yang menginap di hotel non-bintang dan jenis akomodasi lainnya sejumlah 3570874orang (lihat Tabel 4.22). Diasumsikan jumlah ini sama dengan jumlah wisatawan yang menginap di Kabupaten Badung; 2. Rata-rata lama wisatawan menginap (length of stay) dari kedua tipe di hotel non-bintang dan jenis akomodasi lainnya sama dengan nilai di Kabupaten Badung sebesar 3.79 hari (lihat Tabel 5.2); 3. Persentase tingkat penghunian kamar (accomodation occupancy factor) untuk seluruh kelas jumlah kamar hotel non-bintang dan jenis akomodasi lain di Kabupaten Badung sebesar 47.62 persen (lihat Tabel 5.2); 4. Tingkat penghunian ganda (average guests per room) untuk seluruh kelas hotel non-bintang di Kabupaten Badung sebesar 2.04orang (lihat Tabel 5.2), dan; 5. Jumlah hari (number of nights) pada tahun 2013 adalah 365 hari. maka:
Perhitungan di atas menunjukkan kebutuhan kamar pada hotel non-bintang dan jenis akomodasi lain untuk data kunjungan total wisatawan (mancanegara dan nusantara) tahun 2013 sebesar 38118 kamar. Jika nilai ini dibandingkan dengan data total kamar akomodasi pada hotel melati, pondok wisata (cottage), kondotel, dan rumah sewa untuk tahun 2013; yang menurut catatan Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Badung sebesar 37 146 kamar (BPS Kabupaten Badung, 2015) maka terlihat kondisi over demand sebesar 972 kamar atau sekitar 1,61 persen dari kebutuhan riil wisatawan! Tetapi jika dibandingkan dengan data jumlah kamar akomodasi hotel non-bintang dan jenis akomodasi lain yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 63 145 kamar (lihat Tabel 4.13), justru kondisi over supply yang teramati. Jumlah kamar yang tersedia hampir dua kali lipat dari kebutuhan riil wisatawan dengan kelebihan penawaran sebesar 25 027 kamaratau sekitar 65,66 persen dari kebutuhan riil wisatawan.
Ketiga jenis analisis penawaran usaha akomodasi yaitu (a) kebutuhan wisatawan mancanegara, (b) kebutuhan wisatawan nusantara, dan (c) kebutuhan total wisatawan terhadap kamar akomodasi hotel berbintang serta hotel non-bintang dan jenis akomodasi lainnya diringkas dalam dua tabel berikut: Tabel 5. 3Ringkasan Kebutuhan Kamar Akomodasi Hotel Berbintang Kategori Hotel Berbintang1 Jenis Wisatawan
∑ Menginap (orang)
Length of 2 Stay (hari)
AGR2,3 (orang)
TPK2,4 (persen)
∑ Kebutuhan Kamar
∑ Penawaran Kamar
Keterangan
A. Sumber Data Jumlah Kamar Akomodasi: Badung Dalam Angka (2014), Bali Dalam Angka (2014) Mancanegara
3 674 226
3.40
Nusantara
1 321 347
3.33
Total
4 995 573
3.37
2.14
67.10
23835
Over Demand 41.09%
18 895
8 395 32073
18 895
B. Sumber Data Jumlah Kamar Akomodasi: Rekapitulasi Peneliti (2015) Mancanegara
3 674 226
3.40
Nusantara
1 321 347
3.33
Total
4 995 573
3.37
2.14
67.10
23835
Over Demand 1.53%
31 583
8 395 32 073
31 583
Keterangan: 1. 2. 3. 4.
Data berasal dari Bali Dalam Angka 2014, kecuali disebutkan lain; Data berasal dari Badung Dalam Angka 2014 AGR: Average Guests per Room atau Tingkat Penghunian Ganda; TPK: Tingkat Penghunian Kamar
Tabel 5. 4Ringkasan Kebutuhan Kamar Akomodasi Hotel Non-Bintang dan Akomodasi Lain Kategori Hotel Non-Bintang dan Jenis Akomodasi Lain 1 Jenis Wisatawan
∑ Menginap (orang)
Length of Stay2 (hari)
AGR2,3 (orang)
TPK2,4 (persen)
∑ Kebutuhan Kamar
∑ Penawaran Kamar
Keterangan
A. Sumber Data Jumlah Kamar Akomodasi: Badung Dalam Angka (2014), Bali Dalam Angka (2014) Mancanegara
1 625 253
3.65
Nusantara
1 945 621
3.92
Total
3 570 874
3.79
2.04
47.62
16 730 21 510 38 118
37 146 37 146
Over Demand 2.55%
B. Sumber Data Jumlah Kamar Akomodasi: Rekapitulasi Peneliti (2015) Mancanegara
1 625 253
3.65
Nusantara
1 945 621
3.92
Total
3 570 874
3.79
Keterangan:
2.04
47.62
16 730 21 510 38 118
63 145 63 145
Over Supply65.6 6%
1. 2. 3. 4.
5.2
Data berasal dari Bali Dalam Angka 2014, kecuali disebutkan lain; Data berasal dari Badung Dalam Angka 2014 AGR: Average Guests per Room atau Tingkat Penghunian Ganda; TPK: Tingkat Penghunian Kamar
Analisis Permintaan Usaha Akomodasi Pariwisata
Permintaan terhadap usaha akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung – pada tataran makro – tidak dapat dilepaskan dari persepsi wisatawan (mancanegara dan nusantara) tentang berbagai aspek yang berpengaruh secara langsung dan atau tidak langsung terhadap kepuasan mereka dalam berwisata di daerah ini. Semakin tinggi tingkat kepuasan wisatawan mengenai berbagai aspek destinasi, maka semakin tinggi pula kualitas kunjungan mereka yang bisa diamati dari (a) meningkatnya rata-rata lama menginap, (b) meningkatnya rata-rata tingkat penghunian kamar dan atau tempat tidur, (c) meningkatnya rata-rata belanja wisatawan, dan (d) meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. Semakin berkualitasnya kunjungan wisatawan ke sebuah destinasi selanjutnya akan bermuara pada: (a) meningkatnya manfaat di bidang ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan yang diperoleh masyarakat lokal, (b) meningkatnya keuntungan dan potensi pendapatan yang diperoleh industri pariwisata dan industri ikutannya, dan (c) meningkatnya potensi dan pajak yang diperoleh pemerintah daerah. Memperhatikan hal ini, maka analisis tentang permintaan usaha akomodasi pariwisata penting dilakukan. Dua gambar berikut menunjukkan persepsipositif dan persepsi negatif dari wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara terhadap 10 aspek destinasi seperti yang dinyatakan dalam RIPPARNAS. Persepsi positif merupakan gambaran tentang kekuatan dan peluang, dan persepsi negatif menunjukkan kelemahan dan ancaman dari berbagai destinasi pariwisata di Kabupaten Badung.
66.2%
66.2% 51.3%
47.7%
67.1%
57.6%
66.2% 50.0%
71.3%
65.1%
69.2%
69.2% 41.3%
47.3%
65.5%
58.1%
61.3%
73.4%
45.9%
50.0%
66.7%
63.1%
63.1%
55.2%
57.1%
71.1%
68.7% 54.0%
60.0%
54.1%
70.0%
69.2%
80.0%
63.4%
Persepsi Positif Wisatawan tentang 10 Aspek Destinasi
40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% Wisman
Wisnus
Rata-rata
Penilaian Positif Keamanan dan Kenyamanan
Kualitas Daya Tarik
Aksesibilitas
Kualitas Akomodasi
Kualitas Restoran
Kualitas Tempat Belanja
Kualitas Fasilitas Umum
Kualitas Fasilitas Penunjang
Kualitas Pemandu Wisata
Sikap Masyarakat Lokal
Gambar 5. 1 Persepsi Positif Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara
Pada gambar 5.1 terlihat, rata-rata persepsi dari wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang tertinggi terdapat pada aspek keamanan dan kenyamanan berwisata sebesar 71,3persen. Aspek ini selanjutnya disusul oleh aspek kualitas produk dan jasa restoran dengan persentase sebesar 67,1 persen pada peringkat kedua dari persepsi positif wisatawan. Mencermati hal ini maka bisa diperoleh kesimpulan awal bahwa: 1. Keamanan dan kenyamanan untuk melakukan aktivitas wisata di berbagai destinasi di Kabupaten Badung merupakan kekuatan utama dalam menarik minat wisatawan berkunjung. Kualitas kunjungan dapat ditingkatkan bila perasaan aman dan nyaman para wisatawan yang mengunjungi destinasi dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan; 2. Adanya persepsi yang positif tentang kualitas dari produk dan jasa restoran merupakan peluang untuk memperkenalkan kuliner lokal kepada para wisatawan. Selain memberikan nilai tambah ekonomis kepada masyarakat, diterimanya kuliner lokal oleh para wisatawan merupakan salah satu faktor pendorong terlindunginya budaya lokal, khususnya dalam budaya kuliner. Lebih jauh, Kabupaten Badung dapat mengembangkan Culinary Tourism sebagai bagian integral dari pariwisata berbasis budaya yang menjadi jiwa kepariwisataan Bali. Selain kekuatan dan potensi pariwisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Badung, juga teridentifikasi kelemahan dan ancaman bagi keberlanjutan pariwisata di daerah ini. Gambar 5.2 memperlihatkan persepsi negatif wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara terhadap 10 aspek destinasi:
16.4%
14.0% 5.6%
5.6%
10.0%
8.9%
8.7%
6.9% 3.6%
3.6%
5.0%
7.6%
16.1% 9.6%
9.3%
14.7% 9.6%
7.3%
5.8%
11.9% 7.5%
8.2%
7.7%
7.9%
7.8%
10.0%
10.7%
15.0%
7.5%
20.0%
10.3%
18.8%
25.0%
16.8%
22.5%
Persepsi Negatif Wisatawan tentang 10 Aspek Destinasi
0.0% Wisman
Wisnus
Rata-rata
Keamanan dan Kenyamanan
Kualitas Daya Tarik
Aksesibilitas
Kualitas Akomodasi
Kualitas Restoran
Kualitas Tempat Belanja
Kualitas Fasilitas Umum
Kualitas Fasilitas Penunjang
Kualitas Pemandu Wisata
Sikap Masyarakat Lokal
Gambar 5. 2 Persepsi Negatif Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara
Mencermati gambar 5.2 terlihat tiga aspek dengan persepsi negatif tertinggi berturutturut adalah aksessibilitas, kualitas fasilitas umum, dan kualitas fasilitas penunjang; masingmasing dengan persentase sebesar 16,8 persen; 16,4 persen; dan 14,0 persen. Pada aspek aksessibilitas, dari 11 indikator pada aspek ini terlihat bahwa indikator-indikator ketersediaan fasilitas akses bagi penyandang cacat, kondisi trotoar, dan kondisi jalan di dalam kawasan merupakan tiga indikator yang dipersepsikan secara negatif tertinggi oleh wisatawan, masingmasing dengan persentase 29,4 persen; 25,5 persen; dan 22,6 persen. Memperhatikan temuan-temuan di atas, maka sudah sepatutnya kelemahan yang ada di destinasi yang menjadi ancaman bagi keberlanjutan destinasi disolusikan, di mana tindakan remedial secara khusus ditujukan untuk: 1. 2. 3. 4.
Menambah kuantitas dan kualitas akses bagi para wisatawan yang mengalami disabilitas; Memperbaiki kualitas trotoar sehingga nyaman dan aman digunakan oleh para pejalan kaki; Meningkatkan kualitas jalan di dalam kawasan destinasi; dan Memperbaiki dan meningkatkan kualitas fasilitas umum dan fasilitas penunjang yang terdapat di masing-masing destinasi.
Analisis tentang data preferensi wisatawan memperlihatkan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Badung didominasi oleh wisatawan yang tergolong sebagai repeater guests dengan motif utama kunjungan adalah berlibur atau berekreasi. Selama berada di daerah ini, kedua jenis wisatawan menyatakan hotel berbintang dan hotel non-bintang merupakan dua jenis akomodasi yang paling diminati. Jenis akomodasi
villa dan tipe lainnya (rumah sewa) merupakan jenis akomodasi pada peringkat ketiga yang diminati oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Dua alasan utama para wisatawan (mancanegara dan nusantara) berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Kabupaten Badung adalah suasana sekitar destinasi dan keindahan pantai. Alasan karena promosi yang dilakukan oleh pemangku kepentingan (pemerintah atau industri) dinyatakan hanya oleh sebagian kecil wisatawan. Sebagian besar mereka mengenal informasi tentang destinasi di Kabupaten Badung dari teman atau keluarga yang telah pernah berkunjung dan dari sumber-sumber internet. Fakta ini menunjukkan bahwasanya pemasaran dan promosi yang dilakukan pemangku kepentingan harus dievaluasi! Evaluasi seyogyanya dilakukan secara menyeluruh, mulai dari pesan (promotion message), pemilihan media untuk menyampaikan pesan, khalayak sasaran atau target, hingga pembawa pesan. Pemasaran dan promosi destinasi di Kabupaten Badung akan menjadi kurang efektif bila dilakukan hanya dengan menggunakan pendekatan konvensional, seperti memperkenalkan destinasi pada berbagai expo di luar negeri. Selain membutuhkan anggaran yang relatif besar, target (pengunjung) pun secara relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan menggunakan media teknologi informasi yang perkembangannya sangat pesat dengan cakupan target sangat luas. Selain pemilihan media, penting untuk merancang sebuah kredo yang mampu mengaitkan pesan tentang destinasi dengan persepsi wisatawan. Sebagai contoh, kredo The Morning of Bali yang dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata telah mampu membangkitkan kenangan wisatawan tentang keindahan Pantai Sanur di Kota Denpasar.
5.3
Peta Jalan Menuju Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Usaha Akomodasi
Kebijakan dalam rangka mengelola pertumbuhan usaha akomodasi di Kabupaten Badung seharusnya dilakukan dengan berlandaskan kepada falsafah Tri Hita Karana yang telah diakui secara legal formal dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Provinsi Bali (Provinsi Bali, 2009). Tri Hita Karanadidefinisikan sebagai falsafah hidup Bali yang memuat tiga unsur yang membangunkeseimbangan dan keharmonisan hubunganantara manusia dengan Tuhan (parhyangan), manusia denganmanusia (pawongan), dan manusia dengan lingkungannya (palemahan) yang menjadi sumber kesejahteraan, kedamaian,dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia (Pasal 1 ayat 6 PERDA Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009). Dua konsep yang terakhir, pawongan dan palemahan, bisa dianalogikan dengan tiga aspek pembangunan berkelanjutan yaitu: (a) aspek ekonomi, (b) aspek sosial dan budaya, dan (c) aspek lingkungan (Harris, 2001). Pada tataran implementatif, kebijakan untuk mengelola pertumbuhan usaha akomodasi di Kabupaten Badung dikaitkan dengan falsafah Tri Hita Karana dan ketiga aspek pembangunan berkelanjutan bisa dijabarkan sebagai berikut: 1. Secara ekonomis harus mampu memberikan manfaat positif kepada para agen. Pengusaha harus memperoleh keuntungan yang wajar dari investasi yang dilakukannya di bidang usaha akomodasi pariwisata; wisatawan memperoleh layanan yang memuaskannya sesuai dengan biaya yang dibayarkan; masyarakat lokal mampu berpartisipasi baik secara langsung dan
atau tidak langsung sehingga dapat meningkatkan perekonomiannya; serta pemerintah daerah dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD); 2. Secara sosial budaya dapat meningkatkan ketahanan budaya dan nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan wisatawan memperoleh pengalaman langsung berinteraksi dengan nilai-nilai budaya yang bisa sangat berbeda dengan daerah atau negara asalnya; dan 3. Secara lingkungan terimplementasi ke dalam penghargaan yang tinggi pada kelestarian lingkungan dan penggunaan sumber daya – sumber daya alam yang tak terbarukan. Pertumbuhan jumlah usaha akomodasi di Kabupaten Badung terkait sangat erat dengan faktor-faktor berikut: (a) perkembangan jumlah kunjungan wisatawan, mancanegara dan atau nusantara; (b) perkembangan tingkat penghunian kamar (TPK) ; (c) perkembangan length of stay (LoS) wisatawan; dan (d) berbagai faktor lain yang menjadi insentif atau disinsentif bagi para investor untuk menanamkan modalnya di bidang usaha jasa akomodasi di Kabupaten Badung. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan, perkembangan TPK, dan perkembangan LoS merupakan insentif bagi investor, sedangkan regulasi pemerintah yang dalam tataran implementasi tidak transparan dan kurang memiliki kepastian hukum merupakan contoh faktor disinsentif bagi kegiatan investasi. Pada laporan ini, pertumbuhan usaha akomodasi di Kabupaten Badung dimodelkan dengan menggunakan data perkembangan kunjungan wisatawan, TPK, dan LoS hotel bintang dan non-bintang untuk Provinsi Bali. Hal ini dilakukan mengingat kesulitan mengumpulkan data di Kabupaten Badung untuk ketiga indikator tersebut. Tabel 5.5 menunjukkan perkembangan nilai ketiga indikator yang digunakan untuk membangun model pertumbuhan usaha akomodasi: Tabel 5. 5Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali, TPK, dan LoS Periode Tahun 2000 – 2014 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Wisman (orang) 1412839 1356774 1285842 993185 1457565 1388984 1262537 1668531 2085084 2385122 2576142 2826709 2949332 3278598 3766638
Hotel Bintang TPK (persen) LoS (hari) 57.80 4.18 56.70 4.10 50.60 4.07 48.70 3.81 48.64 3.43 46.40 3.53 44.46 3.63 53.32 3.49 62.77 3.72 59.00 3.74 60.16 3.78 63.23 3.67 63.21 3.36 60.68 3.20 60.31 3.26
Hotel Non-Bintang TPK (persen) LoS (hari) 36.24 3.59 32.00 3.60 18.20 3.20 30.50 3.70 24.79 3.09 25.09 2.90 27.07 3.21 31.19 3.01 38.09 2.83 32.26 2.72 36.79 2.57 37.43 2.54 38.63 2.85 36.02 2.78 30.21 2.71
Sumber: (BAPPEDA Provinsi Bali, 2015)
Menggunakan data pada Tabel 5.5, maka dibuat ramalan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada periode tahun 2015 – 2025. Peramalan dilakukan dengan mengaplikasikan
model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) yang tergolong ke dalam hard model pada ranah pemodelan data runtun waktu (time series modeling). Menggunakan Expert Modeler dari program SPSS versi 20, diperoleh model ARIMA terbaik adalah ARIMA (1,0,0). Model terbaik dipilih mengacu kepada nilai dari Mean Absolute Percentage Error (MAPE), yang merupakan nilai deviasi dari data yang diramalkan dengan data riil pada sebuah tahun peramalan. Semakin kecil nilai MAPE, maka akurasi ramalan semakin baik. Tabel 5.6 menunjukan hasil ramalan kunjungan wisatawan mancanegara dengan model ARIMA (1,0,0): Tabel 5. 6Ramalan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Periode Tahun 2015 – 2025 Model
2015 3925316 5449918 2759064
Ramalan UCL LCL
2016 4156005 6000380 2791098
2017 4446194 6481118 2952490
2018 4784946 6992262 3168126
2019 5166045 7554099 3417811
Tahun 2020 2021 5586928 6047417 8170949 8844823 3695510 3999888
2022 6548841 9578309 4331478
2023 7093504 10374965 4691707
2024 7684396 11239213 5082523
2025 8325026 12176203 5506240
Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5.
2
MAPE = 10,60 persen; R = 0,940; Konstanta Model = -146,37 (p = 0,001); Koefisien AR(1) = 0,514 (p = 0,063) Normalized Bayesian Information Criteria (BIC) = 25,208 ULC: Upper Control Limit LCL: Lower Control Limit Data jumlah kunjungan ditransformasi Logaritma Natural (Ln)
Grafik peramalan perkembanganjumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali pada periode tahun 2015 – 2025 ditunjukkan pada gambar 5.3:
Gambar 5. 3 Ramalan Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Periode Tahun 2015 – 2025
Data historis memperlihatkan wisatawan mancanegara yang berkunjung menggunakan jasa satu atau lebih dari berbagai jenis usaha akomodasi yang tersedia di Kabupaten Badung. Tabel 4.21 dan Tabel 4.22 memperlihatkan jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang dan hotel non-bintang – yang bila dijumlahkan melebihi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Hal ini menunjukkan bahwa ada sejumlah wisatawan mancanegara menggunakan jasa akomodasi hotel berbintang atau hotel non-bintang lebih dari sekali. Bila data tentang jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang di Provinsi Bali pada periode tahun 2009 – 2013 dengan data jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali pada periode yang sama dibandingkan, maka diperoleh rata-rata persentase wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang dan hotel non-bintang masingmasing sebesar 92,79 persen dan 39,61 persen. Selanjutnya dengan menggunakan proporsi wisatawan nusantaraterhadap wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang dan hotel non-bintang (lihat Tabel 4.21 dan Tabel 4.22) masing-masing sebesar 32,87 persen dan 129,21 persen; dapat diperkirakan jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang menginap di hotel berbintang dan hotel non-bintang di Kabupaten Badung berdasarkan data ramalan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada periode tahun 2015 – 2025 seperti terlihat pada Tabel 5.7 dan Tabel 5.8. Dalam hal ini diasumsikan data kunjungan wisatawan ke Kabupaten Badung tidak berbeda dengan data kunjungan ke Bali, dan peramalan kunjungan wisatawan mancanegara dibedakan menjadi dua: 1. Peramalan Moderat: ramalan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada periode tahun 2015 – 2025 menggunakan hasil ramalan pada lajur ramalan dari Tabel 5.6. Nilai-nilai pada ramalan moderat menunjukkan jumlah kunjungan yang memiliki peluang terbesar untuk terjadi (maximum likelihood); dan 2. Peramalan Akselerasi: ramalan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada periode tahun 2015 – 2025 menggunakan hasil ramalan pada lajur UCL dari Tabel 5.6. Nilai-nilai pada ramalan akselerasi menunjukkan jumlah kunjungan seandainya dilakukan berbagai upaya meningkatkan kualitas daya tarik destinasi sehingga kunjungan meningkat drastis. Tabel 5. 7Ramalan Jumlah Wisatawan Menginap di Hotel Berbintang di Kabupaten Badung, Periode Tahun 2015 – 2025
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
∑ Kunjungan Wisman 3 925 316 4 156 005 4 446 194 4 784 946 5 166 045 5 586 928 6 047 417 6 548 841 7 093 504
Peramalan Moderat ∑ Wisman ∑ Wisnus ∑ Total Menginap Menginap Menginap (92,79%) (32,87%) 3 642 115 1 197 185 4 839 300 3 856 160 1 267 543 5 123 703 4 125 413 1 356 048 5 481 461 4 439 725 1 459 364 5 899 089 4 793 329 1 575 596 6 368 924 5 183 846 1 703 961 6 887 807 5 611 112 1 844 406 7 455 518 6 076 360 1 997 336 8 073 695 6 581 727 2 163 453 8 745 180
Peramalan Akselerasi ∑ Wisnus ∑ ∑ Wisman ∑ Total Kunjungan Menginap Menginap Menginap Wisman (92,79%) (32,87%) 5449918 5056721 1662175 6718895 6000380 5567469 1830060 7397529 6481118 6013523 1976681 7990204 6992262 6487789 2132575 8620364 7554099 7009091 2303930 9313021 8170949 7581437 2492064 10073501 8844823 8206693 2697589 10904282 9578309 8887259 2921296 11808555 10374965 9626439 3164268 12790707
2024 2025
7 684 396 8 325 026
7 129 987 7 724 397
2 343 670 2 539 056
9 473 657 10 263 453
11239213 12176203
10428334 11297722
3427856 3713629
13856190 15011352
Tabel 5. 8Ramalan Jumlah Wisatawan Menginap di Hotel Non-Bintang dan Jenis Akomodasi Lain di Kabupaten Badung, Periode Tahun 2015 – 2025 Peramalan ∑ ∑ Wisman Kunjungan Menginap Wisman (39,61%) 3 925 316 1554898 4 156 005 1646279 4 446 194 1761229 4 784 946 1895416 5 166 045 2046377 5 586 928 2213097 6 047 417 2395506 6 548 841 2594131 7 093 504 2809883 7 684 396 3043947 8 325 026 3297714
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Moderat ∑ Wisnus ∑ Total Menginap Menginap (129,21%) 2009158 3564057 2127236 3773515 2275768 4036997 2449157 4344572 2644221 4690598 2859648 5072745 3095348 5490854 3352000 5946131 3630784 6440666 3933229 6977177 4261134 7558848
Peramalan Akselerasi ∑ Wisnus ∑ ∑ Wisman ∑ Total Kunjungan Menginap Menginap Menginap Wisman (39,61%) (129,21%) 5449918 2158825 2789520 4948345 6000380 2376874 3071272 5448146 6481118 2567304 3317336 5884640 6992262 2769779 3578963 6348742 7554099 2992334 3866537 6858871 8170949 3236681 4182270 7418951 8844823 3503616 4527190 8030806 9578309 3794165 4902622 8696787 10374965 4109737 5310387 9420124 11239213 4452084 5752749 10204833 12176203 4823245 6232344 11055589
Menggunakan nilai-nilai ramalan pada Tabel 5.7 dan Tabel 5.8 serta merujuk besaran Lengh of Stay (LoS), Tingkat Penghunian Ganda atau AGR, dan TPK pada Tabel 5.3; maka disusun skenario-skenario kebutuhan kamar akomodasihotel berbintangdan hotel non-bintang serta akomodasi laindi Kabupaten Badung, sebagai berikut: Tabel 5. 9Kebutuhan Kamar Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Periode Tahun 2015 – 2025 (a) Peramalan Moderat untuk Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
∑ Wisatawan Menginap 1 (orang) 4 839 300 5 123 703 5 481 461 5 899 089 6 368 924 6 887 807 7 455 518 8 073 695 8 745 180 9 473 657 10 263 453
Skenario 2 Pesimistik ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 62524 29217 66199 30934 70821 33094 76217 35615 82287 38452 88991 41585 96326 45012 104313 48744 112988 52798 122400 57196 132604 61965
Skenario 3 Moderat ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 66588 31116 70502 32945 75424 35245 81171 37930 87636 40951 94775 44288 102587 47938 111093 51913 120333 56230 130356 60914 141224 65992
Skenario 4 Optimistik ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 68498 32009 72524 33890 77588 36256 83499 39018 90150 42126 97494 45558 105530 49313 114280 53402 123784 57843 134096 62662 145275 67886
(b) Peramalan Akselerasi untuk Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
∑ Wisatawan Menginap 1 (orang) 6 718 895 7 397 529 7 990 204 8 620 364 9 313 021 10 073 501 10 904 282 11 808 555 12 790 707 13 856 190 15 011 352
Skenario Pesimistik ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 86809 40565 95577 44662 103234 48240 111376 52045 120325 56227 130150 60818 140884 65834 152567 71293 165257 77223 179023 83656 193948 90630
Skenario Moderat ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 92451 43201 101789 47565 109944 51376 118615 55428 128146 59881 138610 64771 150042 70113 162484 75927 175999 82242 190659 89093 206554 96521
Skenario Optimistik ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 95103 44441 104709 48929 113098 52850 122018 57018 131822 61599 142586 66629 154346 72124 167145 78105 181047 84602 196129 91649 212480 99290
Keterangan: 1
Data jumlah wisatawan yang menginap diperoleh dari Tabel 5.7 Skenario Pesimistik : LoS = 3,33; AGR = 2,14; TPK = 65,10 persen 3 Skenario Moderat : LoS = 3,37; AGR = 2,14; TPK = 67,10 persen 4 Skenario Optimistik : LoS = 3,40; AGR = 2,14; TPK = 69,10 persen 2
Seperti halnya dengan kamar akomodasi hotel berbintang, juga dirancang skenarioskenario kebutuhan kamar akomodasihotel non-bintang serta akomodasi lain di Kabupaten Badung pada periode tahun 2015 - 2025, sebagai berikut: Tabel 5. 10Kebutuhan Kamar Hotel Non-Bintang di Kabupaten Badung Periode Tahun 2015 – 2025 (a) Peramalan Moderat untuk Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
∑ Wisatawan Menginap 1 (orang) 3564057 3773515 4036997 4344572 4690598 5072745 5490854 5946131 6440666 6977177 7558848
Skenario 2 Pesimistik ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 76841 37667 81357 39881 87037 42665 93668 45916 101129 49573 109368 53612 118382 58030 128198 62842 138860 68069 150427 73739 162968 79886
Skenario 3 Moderat ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 77714 38095 82282 40334 88027 43150 94734 46438 102279 50137 110611 54221 119728 58690 129656 63557 140439 68843 152138 74577 164821 80795
Skenario 4 Optimistik ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 78518 38489 83132 40751 88937 43596 95713 46918 103336 50655 111755 54782 120966 59297 130996 64214 141891 69554 153710 75348 166525 81630
(b) Peramalan Akselerasi untuk Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
∑ Wisatawan Menginap 1 (orang) 4 948 345 5 448 146 5 884 640 6 348 742 6 858 871 7 418 951 8 030 806 8 696 787 9 420 124 10 204 833 11 055 589
Skenario Pesimistik ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 106686 52297 117461 57579 126872 62192 136878 67097 147876 72488 159952 78408 173143 84874 187502 91913 203097 99557 220015 107850 238357 116842
Skenario Moderat ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 107899 52892 118797 58234 128315 62899 138435 67860 149558 73313 161771 79299 175112 85839 189634 92958 205406 100689 222517 109077 241068 118170
Skenario Optimistik ∑ Bed ∑ Kamar Dibutuhkan Dibutuhkan (buah) (buah) 109014 53438 120025 58836 129641 63550 139866 68562 151104 74071 163443 80119 176922 86727 191594 93919 207530 101730 224817 110204 243560 119392
Keterangan: 1
Data jumlah wisatawan yang menginap diperoleh dari Tabel 5.8 Skenario Pesimistik : LoS = 3,59; AGR = 2,04; TPK = 45,62 persen 3 Skenario Moderat : LoS = 3,79; AGR = 2,04; TPK = 47,62 persen 4 Skenario Optimistik : LoS = 3,99; AGR = 2,04; TPK = 49,62 persen 2
Memperhatikan skenario-skenario di atas dan data mengenai jumlah kamar akomodasi hotel berbintang serta non-bintang dan akomodasi lain pada Mei 2015 yang masing-masing tercatat sebesar 31 583 dan 63 145 kamar; pada proyeksi perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung secara moderat, diperoleh gambaran sebagai berikut: 1. Pada skenario pesimistik, moderat, dan optimistik – kebutuhan kamar akomodasi hotel berbintang di daerah ini mengalami kondisi over demand masing-masing dimulai pada tahun 2017, 2016, dan 2015; dengan catatan tidak terjadi perubahan LoS dan TPK lebih besar dari 69,10 persen. Bila TPK pada ketiga skenario menjadi 80,00 persen; kondisi over demand untuk ketiga skenario baru akan terjadi pada tahun 2020, 2019, dan 2018 seperti terlihat pada gambar 5.4:
Proyeksi Kebutuhan Kamar Hotel Berbintang 72,500 67,500
Proyeksi Kebutuhan Kamar
62,500 57,500 52,500 47,500 42,500 37,500 32,500 27,500 22,500 2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Tahun TPK = 69,10%: Pesimis k
TPK = 69,10%: Moderat
TPK = 69,10%: Op mis k
TPK = 80,00%: Pesimis k
TPK = 80,00%: Moderat
TPK = 80,00%: Op mis k
Gambar 5. 4 Proyeksi Kebutuhan Kamar Akomodasi Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Periode Tahun 2015 – 2025 2.
Pada skenario pesimistik, moderat, dan optimistik – kebutuhan kamar akomodasi hotel nonbintang dan jenis akomodasi lain di daerah ini mengalami kondisi over demand masingmasing dimulai pada tahun 2023, 2022, dan 2022; dengan catatan tidak terjadi perubahan LoS dan TPK lebih besar dari 49,62 persen. Bila TPK pada ketiga skenario menjadi 55,00 persen; kondisi over demand untuk ketiga skenario baru akan terjadi pada tahun 2025, 2024, dan 2024 seperti terlihat pada gambar 5.5:
Proyeksi Kebutuhan Kamar Hotel Non-Bintang 80,000 75,000
Proyeksi Kebutuhan Kamar
70,000 65,000 60,000 55,000 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
Tahun TPK = 49,62%: Pesimis k
TPK = 49,62%: Moderat
TPK = 49,62%: Op mis k
TPK = 55,00%: Pesimis k
TPK = 55,00%: Moderat
TPK = 55,00%: Op mis k
Gambar 5. 5 Proyeksi Kebutuhan Kamar Akomodasi Hotel Non-Bintang di Kabupaten Badung Periode Tahun 2015 – 2025
2025
Bab VI. SIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1
Simpulan Penelitian
Terjadinya keseimbangan antara jumlah penawaran kamar usaha akomodasi dengan permintaan wisatawan (mancanegara dan nusantara) yang berkunjung ke Kabupaten Badung merupakan salah satu kondisi vital untuk menjamin keberlanjutan kepariwisataan di daerah ini. Terkait dengan tujuan penelitian ini, maka beberapa kesimpulan dapat diuraikan seperti berikut: 1. Kecamatan Kuta merupakan kecamatan dengan populasi usaha akomodasi terbesar dari enam kecamatan di Kabupaten Badung meskipun luas wilayah kecamatan ini hanya 4,19 persen dari total luas wilayah Kabupaten Badung yang tercatat 418,52 km2. Jumlah usaha akomodasi yang berlokasi di Kecamatan Kuta tercatat sebesar 1 735 unit (sekitar 50,54 persen) dari 3 433 unit usaha akomodasi di Kabupaten Badung; 2. Meskipun di Kecamatan Kuta Selatan tercatat jumlah akomodasi dari berbagai jenis sebesar 701 unit usaha, justru kecamatan kedua di Kabupaten Badung yang di wilayahnya terdapat usaha akomodasi terbanyak setelah Kuta adalah Kecamatan Kuta Utara. Total usaha yang tercatat di wilayah ini sebanyak 899 unit dengan tiga besar jenis usaha adalah pondok wisata, penginapan khusus, dan vila. Bila dibandingkan dengan dengan total jumlah usaha akomodasi, persentase usaha akomodasi di kecamatan ini sebesar 26,19 persen. Kecamatan Kuta Selatan tercatat hanya memiliki 230 unit vila dan pondok wisata sedangkan jumlah dari kedua jenis usaha akomodasi ini yang berlokasi di Kecamatan Kuta Utara 468 unit; dua kali lebih banyak bila dibandingkan dengan yang berlokasi di Kecamatan Kuta Selatan;
4. Pada aspek preferensi, wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang tergolong sebagai repeater guests dengan motif utama kunjungan adalah berlibur atau berekreasi lebih memilih jenis usaha hotel berbintang, hotel non-bintang dan vila sebagai tempat menginap mereka. Dua alasan yang dipilih sebagai preferensi terbesar kunjungan mereka ke Kabupaten Badung adalah suasana di sekitar destinasi dan keindahan pantai yang mendominasi pesisir selatan dan barat dari wilayah Kabupaten Badung; 5. Terkait dengan pengetahuan wisatawan mengenai kemenarikan destinasi di Kabupaten Badung, aktivitas promosi yang dilakukan oleh pemangku kepentingan ternyata kurang efektif bila dibandingkan dengan informasi yang diperoleh melalui media internet dan informasi dari kawan atau orang lain yang telah pernah berkunjung. Hal ini
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
3. Dua peringkat teratas dari persepsi positif wisatawan tentang indikator destinasi di daerah ini adalah keamanan dan kenyamanan berwisata serta kualitas produk dan jasa restoran. Sementara itu, dua besar persepsi negatif wisatawan tentang indikator destinasi di Kabupaten Badung adalah aksessibilitas di dalam destinasi dan kualitas fasilitas umum. Aksessibilitas destinasi berkaitan erat dengan persepsi negatif wisatawan tentang fasilitas akses bagi para disabilitas, kondisi trotoar dan kondisi jalan di dalam kawasan destinasi;
menyimpulkan bahwa kegiatan promosi yang saat ini masih dilakukan secara konvensional perlu diperbaiki dan dikaji keefektifannya; 6. Model ARIMA terbaik untuk meramalkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Badung pada periode tahun 2015 – 2025 yang diperoleh menggunakan Expert Modeler dari SPSS versi 20 adalah ARIMA (1,0,0). Model ini menunjukkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan mancanegara merupakan fungsi autoregresi dengan lag 1, di mana jumlah kunjungan pada tahun ke – n akan dipengaruhi oleh jumlah kunjungan pada satu tahun sebelumnya. Mempergunakan model ini, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung pada tahun 2025 diprediksi berkisar 5 506 240 hingga 12 176 203 orang dengan perkiraan optimistik sebesar 8 325 026 orang atau mengalami laju pertumbuhan tahunan rata-rata pada periode ramalan sebesar 7,81 persen; 7. Rata-rata proporsi wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang dan di hotel non-bintang terhadap jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali pada periode tahun 2009 – 2013 di Provinsi Bali tercatat sebesar 92,79 persen dan 39,61 persen; sedangkan proporsi wisatawan nusantara tercatat sebesar 32,87 persen dan 129,21 persen. Menggunakan besaran-besaran ini – jumlah kunjungan wisatawan mancanegara berkembang secara moderat dan akselarasi – jumlah wisatawan (mancanegara dan nusantara) yang menginap di hotel berbintang pada tahun 2015 masing-masing diprediksi sebesar 4 839 300 orang dan 6 718 895 orang dan meningkat gradual pada tahun 2025 menjadi 10 263 453 orang dan 15 011 352 orang. Sementara itu, proyeksi jumlah wisatawan (mancanegara dan nusantara) yang menginap di hotel non-bintang pada tahun 2015 sebesar 3 564 057 orang dan 4 948 345 orang dan meningkat secara gradual pada tahun 2025 menjadi 7 558 848 orang (ramalan moderat) dan 11 055 589 orang (ramalan akselarasi). 8. Memperhatikan jumlah kamar akomodasi hotel berbintang serta hotel non-bintang dan jenis akomodasi lain pada Mei 2015 yang masing-masing tercatat sebesar 31 583 dan 63 145 kamar; pada proyeksi perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung secara moderat, diperoleh gambaran sebagai berikut: a. Kebutuhan kamar akomodasi hotel berbintang pada skenario pesimistik, moderat, dan optimistik mulai mengalami kondisi over demand pada tahun 2017, 2016, dan 2015. Bila TPK pada ketiga skenario menjadi 80,00 persen; kondisi over demand baru akan terjadi pada tahun 2020, 2019, dan 2018; b. Kebutuhan kamar akomodasi hotel non-bintang dan jenis akomodasi lain pada skenario pesimistik, moderat, dan optimistik mulai mengalami kondisi over demand pada tahun 2023, 2022, dan 2022. Bila TPK pada ketiga skenario menjadi 55,00 persen; kondisi over demandbaru akan terjadi pada tahun 2025, 2024, dan 2024.
6.2
Rekomendasi
Sehubungan dengan temuan-temuan pada penelitian ini, beberapa rekomendasi terkait dengan kebijakan dalam mewujudkan kepariwisataan di Kabupaten Badung yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat lokal, pemerintah, industri, dan juga kepada para wisatawan; diusulkan sebagai berikut: 8. Terkonsentrasinya usaha jasa akomodasi di Kecamatan Kuta akan memiliki dampak negatif dari sisi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Memperhatikan hal ini serta kecilnya kemungkinan untuk menutup usaha yang telah ada tanpa menimbulkan gejolak sosial – kecuali usaha tersebut ditutup pemiliknya oleh penyebab alamiah, maka direkomendasikan agar pengawasan dan pembinaan terhadap usaha akomodasi di kecamatan ini lebih diintensifkan. Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Badung untuk melibatkan secara intensif asosiasi-asosiasi usaha terkait (PHRI, Bali Villa Association, dan lainnya) dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan usaha. Pemberian penghargaan (reward) dan ganjaran (punishment) kepada usaha akomodasi yang tidak atau belum melaksanakan prosedur operasi baku (standard operation procedure/SOP) yang ditetapkan pihak berwenang perlu diberlakukan; 9. Memperhatikan kecendrungan bergesernya pembangunan usaha akomodasi ke Kecamatan Kuta Utara dan sebagian wilayah Badung Utara yang merupakan daerah resapan air dan pertanian, maka pemberian ijin pendirian seyogyanya dilakukan dengan sangat berhati-hati yang diimbangi dengan penegakan hukum secara tegas dan konsisten bagi usaha-usaha yang didirikan tanpa dilengkapi dengan perijinan yang diperlukan. Pengawasan usaha-usaha jasa akomodasi di wilayah-wilayah ini bisa diintensifkan dengan melibatkan peranserta aktif desa-desa adat yang ada di masing-masing kecamatan; 10. Mengingat aspek keamanan dan kenyamanan berwisata merupakan aspek yang paling dinilai positif oleh para wisatawan, maka keamanan dan kenyaman wisatawan di masing-masing destinasi harus dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Kerjasama harmonis dengan aparat kepolisian, masyarakat adat, serta industri pariwisata di daerah ini harus diintensifkan sehingga mampu memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan; 11. Keluhan wisatawan mengenai kondisi fasilitas umum di destinasi harus disikapi dengan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Badung – dalam rangka membangun fasilitas umum di destinasi – bekerja sama dengan industri yang ada yang anggarannya bisa dialokasikan dari anggaran Corporate Social Responsibility (CSR) masing-masing usaha. Demikian pula dalam hal pemeliharaannya. Masing-masing industri – khususnya usaha akomodasi hotel berbintang – ditugaskan untuk memelihara dan merawat fasilitas umum yang sebagian anggarannya berasal dari dana CSR mereka; 12. Terkait erat dengan belum efektifnya peranan promosi dalam meningkatkan pengetahuan wisatawan tentang berbagai destinasi di Kabupaten Badung, diusulkan agar selain promosi yang dilakukan secara konvensional juga mulai difokuskan pada electronic promotion dengan memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi yang perkembangannya sangat pesat;
13. Mencermati bahwa kamar-kamar yang tersedia di hotel berbintang di Kabupaten Badung diduga akan mengalami situasi over demand pada tahun 2018 (skenario TPK = 80 persen) dan hotel non-bintang serta jenis akomodasi lainnya baru dimulai pada tahun 2024 (skenario TPK = 55 persen), maka direkomendasikan agar usaha akomodasi hotel non-bintang dan jenis akomodasi lainnya ditingkatkan statusnya menjadi jenis usaha hotel berbintang. Sebagai misal, sejumlah vila di kabupaten ini berpotensi untuk ‘naik status’ menjadi usaha akomodasi hotel berbintang. Tindakan ini akan mencegah terbangunnya hotel berbintang dan dapat meningkatkan tingkat penghunian kamar dari usaha akomodasi non-bintang. Sudah tentu hal ini harus diikuti dengan pengawasan harga yang intensif; dan 14. Terkait dengan persepsi positif wisatawan mengenai kualitas jasa dan produk restoran di daerah ini, maka direkomendasikan para pemangku kepentingan mulai mengedepankan dan memperkenalkan kuliner lokal kepada para wisatawan. Setidak-tidaknya terdapat dua hal yang bisa didapatkan dari hal ini: (a) semakin besarnya manfaat (ekonomi) yang dirasakan oleh masyarakat lokal terkait dengan keberlangsungan pariwisata di wilayahnya, dan (b) adanya peluang untuk mengembangkan wisata kuliner sebagai bagian dari wisata budaya yang menjadi roh kepariwisataan Bali dan Badung pada khususnya. Sudah tentu hal ini harus didahului dengan sosialisasi dan pelatihan kepada kelompok masyarakat yang berminat sehingga higienitas dari kuliner tradisional terjaga.
DAFTAR PUSTAKA Aref, F., 2011. The Effects of Tourism on Quality of Life: A Case Study of Shiraz, Iran. Life Science Journal, 8(2), pp.26-30. Arida, N.S., 2009. Maretas Jalan Ekowisata Bali. Denpasar: Udayana University Press. Aronson, L., 2000. The development of sustainable tourism. London: Continuum. BPS Kabupaten Badung, 2015. Badung Dalam Angka 2014. Mangupura, Bali: BAPPEDA LITBANG Kabupaten Badung. BPS Provinsi Bali, 2013. Bali Dalam Angka 2012. Denpasar. BPS Provinsi Bali, 2015. Bali Dalam Angka 2014. Denpasar, Bali: BPS Provinsi Bali. Brown, B.L., Hendrix, S.B., Hedges, D.W. & Smith, T.B., 2012. Multivariate Analysis for the Biobehavioral and Social Sciences: A Graphical Approach. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Bukart, A.J. & Medlik, S., 1974. Tourism: Past, Present and Future. London, UK: William Heinenmann, Ltd. Butler, R.W., 1993. Tourism - an evolutionary perspective. In J.G. Nelson, R.W. Butler & G. Walls, eds. Tourism and Sustainable Development: Monitoring, Planning, Managing. Waterloo: Geography Publication Series # 52. Choi, H.C. & Murray, I., 2010. Resident attitudes toward sustainable community tourism. Journal of Sustainable Tourism, 18(4), pp.575-94. Choi, H.C. & Sirakaya, E., 2006. Sustainability indicators for managing community tourism. Tourism Management, 27, pp.1275-89. Churchill, G.A., 1979. A Paradigm for Developing Better Measures of Marketing Constructs. Journal of Marketing Research, 16(1), pp.64-73. Cooper, C. et al., 2008. Tourism Principles and Practice. London, UK: Financial Times Management. Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2013. Direktori 2012. Denpasar.
Garrod, B., 2003. Local Participation in the Planning and Management of Ecotourism: A Revised Model Approach. Journal of Ecotourism, 2(1), pp.33-53.
DAFTAR PUSTAKA
Font, X., 1997. Managing the tourist destination's image. Journal of Vacation Marketing, 3(2), pp.123-32.
Gunn, C.A. & Var, T., 2002. Tourism Planning: Basics, Concepts, Cases. 4th ed. New York: Routledge. Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L. & Black, W.C., 1995. Multivariate Data Analysis with Readings. 4th ed. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Jöreskog, K.G. & Moustaki, I., 2006. Factor Analysis of Ordinal Variables with Full Information Maximum Likelihood. [Online] Available at: http://www.ssicentral.com/lisrel/techdocs/orfiml.pdf [Accessed 14 July 2012]. Leksakundilok, A., 2004. 1 86487 222 5 Ecotourism and Community-based Ecotourism in the Mekong Region. Working Paper # 10. Sidney: University of Sidney. Long, P.H., 2012. Tourism Impacts and Support for Tourism Development in Ha Long Bay, Vietnam: An Examination of Resident's Perceptions. Asian Social Science, 8(8), pp.28-39. Mill, R.C. & Morrison, A.M., 2012. The Tourism System. New York, USA: Kendall Hunt Publishing Co. Morrison, A.M., 2013. Marketing And Managing Tourism Destinations. London, UK: Routledge. Nunnaly, J.C., 1975. Psychometric Theory. 25 Years Ago and Now. Educational Researcher, 4(10), pp.7-14;19-21. Orams, M.B., 1995. Towards a More Desirable Form of Ecotourism. Tourism Management, 16(1), pp.3-8. Sebele, L.S., 2010. Community-based tourism ventures, benefits and challenges: Khama Rhino Sanctuary Trust, Central District, Botswana. Tourism Management, 31, pp.136-46. Sharma, B. & Dyer, P., 2012. A longitudinal study of the residents' perceptions of tourism impact using data from the sunshine coast Australia. Revista de Turismo y Patrimonio Cultural, 10(2), pp.37-46. Song, H. & Li, G., 2011. Tourism Demand Modelling and Forecasting: A Review of Recent Research. Research Report. Hong Kong: Hong Kong University The Hong Kong Polytechnic University. Tabachnick, B.G. & Fidell, L.S., 2007. Using Multivariate Statistics. 5th ed. Boston: Pearson Education, Inc. UNEP - WTO, 2005. Making Tourism More Sustainable: A Guide for Policy Makers. Paris: United Nations Environtment Programme and World Tourism Organization. Untong, A. et al., 2010. Factors Influencing Local Resident Support for Tourism Development: A Structural Equation Model. In The APTA Conference. Macau, China, 2010. UNWTO, 2008. nternational Recomendation on Tourism Statistics. New York, USA: UNWTO.
Vajcnerova, I., Sacha, J. & Ryglova, K., 2012. Using the Principal Component Analysis for Evaluating the Quality of a Turist Destination. Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 59(2), pp.449-58. Yoon, Y., Gursoy, D. & Chen, J.S., 2001. Validating a tourism development theory with structural equation modeling. Tourism Management, 22, pp.363-72. Zhang, Y., 2010. Personal Factors that Influence Resident's Preferences about Community Involvement in Tourism Planning. PhD Thesis. Indiana: Indiana University.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner untuk Wisatawan Nusantara
BADAN PROMOSI PARIWISATA DAERAH (BPPD)
KABUPATEN BADUNG
STUDI TENTANG PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA REGIONAL KABUPATEN BADUNG – PROVINSI BALI
Kuesioner tentang Persepsi Wisatawan tentang Kualitas Destinasi Pariwisata ASPEK SOSIO-DEMOGRAFI RESPONDEN Provinsi Asal Usia Jenis Kelamin
: ......................................................... : ........ tahun : Laki-laki Perempuan
Tingkat Pendidikan
: SD sederajat Diploma
SMP Sederajat Sarjana
Status Pernikahan
: Belum menikah Menikah, dengan anak
Menikah, tanpa anak Duda/janda
SMA Sederajat Pascasarjana
Jenis Pekerjaan Pekerjaan Utama
: Pegawai Swasta PNS TNI/POLRI Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa [ Lewati pertanyaan berikutnya ] Profesional, yaitu: ..................................................... Lainnya, yaitu: ..................................................................
Penghasilan Keluarga per Bulan Penghasilan Tetap
: < Rp 5.000.000,Rp 7.500.000 – < Rp 15.000.000
Rp 5.000.000 – < Rp 7.500.000 ≥ Rp 15.000.000
ASPEK KARAKTERISTIK KUNJUNGAN 1.
Termasuk kunjungan ini, sudah berapa kalikah Anda berkunjung ke Bali?
....... kali
2.
Termasuk sudah berapa kalikah Anda berkunjung ke destinasi wisata ini?
3.
kunjungan
ini,
...... kali Sudah berapa malamkah Anda menginap di destinasi
wisata ini? 4.
....... malam Berapa lamakahrencananya Anda tinggal di destinasi
wisata ini?
............. hari
5.
Motif utama Anda berkunjung ke destinasi ini ............................................. : Berlibur/berekreasi Bisnis Penelitian/pendidikan MICE/pertemuan Berziarah Mengunjungi famili/teman Lainnya, yaitu: ...................................
6.
Dalam rangka apakah Anda berkunjung :Liburan/Cuti kerja Week end Event di Bali Lainnya, yaitu: ........................
ke destinasi ini 7.
Partner Anda berkunjung ke destinasi ini ...................................................... : Sendiri Bersama Pasangan Keluarga Teman
8.
Cara Anda berkunjung ke destinasi ini
:Paket
Tur
Secara Mandiri 9. di destinasi ini 10. selama di destinasi ini
Tipe akomodasi yang Anda gunakan selama ................................................. : Hotel berbintang Hotel non-bintang Bungallow Villa Lainnya, yaitu: ................................... Moda transportasi yang Anda gunakan :Menyewa Menyewa sepeda motor Menyewa sepeda Taxi Transportasi Umum Bus Tour Lainnya, yaitu: ...................................
mobil
11.
Sumber informasi utama tentang destinasi ini ............................................... : Teman/keluarga Majalah/koran Brosur/leaflet Biro perjalanan wisata Internet Perusahaan penerbangan Lainnya, yaitu: ...................................
12.
Alasan utama Anda menginap di destinasi ini ............................................... : Suasana/ketenangan Keterkenalannya Pantai Kesesuaian harga Keragaman aktivitas wisata Promosi tentang destinasi Lainnya, yaitu: ...................................
13.
Alasan utama JIKA Anda TIDAK memilih .................................................. : Suasana kurang nyaman Kurang terkenal Pantai kurang menarik/kotor Harga relatif mahal Daya tarik wisata terbatas Destinasi kurang promosi Lainnya, yaitu: ...................................
menginap di destinasi ini
Pada 8 pernyataan berikutnya, berilah tanda pada satu atau lebih opsi yang menggambarkan pendapat atau persepsi Anda. Bila terdapat opsi yang telah dipilih sebelumnya hendak dikoreksi, berikan simbul dua garis horisontal sebagai tanda opsi tersebut batal dipilih. 14. di destinasi ini
15. di destinasi ini 16.
Cinderamata/oleh-oleh yang Anda beli :Produk kerajinan Makanan Patung/ukiran Keramik Perhiasan Garmen/baju Lainnya, yaitu: ...................................
tangan
Jasa yang Anda beli/gunakan selama berada ................................................. : Spa/aroma therapy Makan malam (fine dining) Massage Night live (bar, pub, diskotik, karaoke) Lainnya, yaitu: ................................... Destinasi lain di Bali yang telah dikunjungi ................................................... : Sanur Ubud Tanah Lot Candidasa Pantai Lovina Kintamani
Bedugul Amed/Tulamben Lainnya, yaitu: ................................... 17.
Destinasi lain di Bali yang akan dikunjungi .................................................... : Sanur Ubud Tanah Lot Candidasa Pantai Lovina Kintamani Bedugul Amed/Tulamben Lainnya, yaitu: ...................................
18.
Daya tarik wisata alam di destinasi yang :Suasana Pemandangan Hutan bakau Kehidupan malam Lainnya, yaitu: ...................................
menurut Anda layak dikunjungi/dinikmati 19. menurut Anda layak dikunjungi/dinikmati
20. Menurut Anda layak dikunjungi/dinikmati
21. Anda layak dikunjungi/dinikmati 22. destinasi ini
pantai
Daya tarik wisata budaya di destinasi yang ..................................................... : Kesenian tradisional Upacara keagamaan Pura Pasar tradisional Situs/warisan budaya Lainnya, yaitu ......................... Daya tarik wisata buatan di destinasi yang ..................................................... : Monumen GWK Monumen Ground Zero Pasar seni Pusat-pusat kuliner Lainnya, yaitu: ................................... Event wisata di destinasi yang menurut :Kuta Karnival Nusa Dua Fiesta Pesta Kesenian Badung Festival Pantai Legian Lainnya, yaitu: ................................... Aktivitaswisata yang Anda lakukan di :Berenang di Jalan-jalan di kawasan Bersepeda di kawasan Diving/snorkeling Water sport (surfing, jet ski, parasailing, wind surfing, …) Lainnya, yaitu: ...................................
pantai
Petunjuk Pengisian: Pernyataan-pernyataan berikut dijawab dengan meletakkan simbul pada kolom yang bersesuaian dengan pendapat Anda. Bila pilihan sebelumnya dianggap kurang tepat, maka simbul dicoret () dan diganti dengan simbul yang sama pada posisi yang dianggap lebih tepat. Nilai 1 menunjukkan pendapat Anda yang paling negatif (sangat tidak puas) dan nilai 5 menunjukkan pendapat yang paling positif (sangat puas) TINGKAT KEPUASAN WISATAWAN TENTANG KUALITAS DESTINASI
No I 1 2 II 3 4 5 6 7 8
Penilaian tentang Keamanan dan Kenyamanan Berwisata Keamanan beraktivitas wisata di destinasi ini Kenyamanan beraktivitas wisata di destinasi ini Kualitas Daya Tarik dan Atraksi Wisata Variasi atau keragaman daya tarik wisata alam di kawasan ini Kualitas daya tarik wisata alam di kawasan ini Variasi atau keragaman daya tarik wisata budaya di kawasan ini Kualitas daya tarik wisata budaya di kawasan ini Variasi atau keragaman daya tarik wisata buatan di kawasan ini Kualitas daya tarik wisata buatan di kawasan ini
Tingkat Kepuasan 1 2 3 4 5
9 10 III 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 IV 22 23 24 25 26
Variasi atau keragaman atraksi wisata di kawasan ini Kualitas atraksi wisata di kawasan ini Aksesibilitas Variasi atau keragaman moda transportasi di kawasan ini Kualitas pelayanan transportasi di kawasan ini Keamanan moda transportasi di kawasan ini Kenyamanan moda transportasi di kawasan ini Kesesuaian antara harga dengan layanan transportasi yang diperoleh Keamanan bagi para pejalan kaki di kawasan ini Kenyamanan bagi para pejalan kaki di kawasan ini Kondisi trotoar di kawasan ini Kualitas jalan di dalam kawasan ini Kualitas jalan menuju kawasan ini Aksesibilitas untuk penyandang disabilitas (cacat) Kualitas Akomodasi (Hotel, Villa, Penginapan, dan Sejenisnya) Variasi atau keragaman akomodasi di kawasan ini Kualitas fasilitas akomodasi di kawasan ini Kualitas layanan akomodasi di kawasan ini Kesesuaian antara harga dengan layanan akomodasi yang diperoleh Variasi atau keragaman cara pembayaran
No
Penilaian tentang
V 27 28 29 30 31 VI 32 33 34 35 36 37 38 39
Kualitas Restoran Variasi atau keragaman restoran di kawasan ini Kualitas layanan restoran di kawasan ini Citarasa makanan atau minuman Kesesuaian antara harga dengan layanan/produk yang diperoleh Variasi atau keragaman cara pembayaran Kualitas Tempat Belanja Variasi atau keragaman tempat berbelanja di kawasan ini Variasi atau keragaman produk yang ditawarkan Kualitas produk yang ditawarkan Kualitas layanan tempat belanja Kebersihan tempat belanja Kemenarikan cara memajang produk (product display) Kesesuaian antara harga dengan kualitas produk Variasi atau keragaman cara pembayaran Kualitas Fasilitas Umum Ketersediaan pelayanan kesehatan (apotik, Puskesmas, RS, …) Aksesibilitas pelayanan kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan Ketersediaan pelayanan telekomunikasi (internet, telepon) Aksesibilitas pelayanan telekomunikasi Kualitas pelayanan telekomunikasi Ketersediaan pos keamanan dan keselamatan (pos polisi, pecalang, penyelamat pantai) Aksesibilitas pelayanan keamanan dan keselamatan Kualitas pelayanan keamanan dan keselamatan Ketersediaan toilet dan tempat bilas di pantai Kebersihan toilet dan tempat bilas di pantai Ketersediaan tempat parkir Keamanan tempat parkir Kualitas Fasilitas Penunjang Lainnya Ketersediaan pusat-pusat keuangan (bank, ATM) Kualitas pelayanan dari pusat-pusat keuangan Ketersediaan pusat informasi pariwisata Kualitas layanan pusat informasi pariwisata Ketersediaan signage Ketersediaan peta pariwisata dalam kawasan destinasi Ketersediaan informasi dalam keadaan darurat (call center) Kualitas Jasa Pemandu Wisata (Guide) Kemampuan berbahasa pemandu wisata Pengetahuan kepariwisataan pemandu wisata Keramahan pemandu wisata Kejujuran pemandu wisata Sikap Masyarakat Lokal Kemampuan berbahasa masyarakat lokal Pengetahuan kepariwisataan masyarakat lokal Keramahan masyarakat lokal Kejujuran masyarakat lokal
VII
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 VIII
53 54 55 56 57 58 59 IX
60 61 62 63 X
64 65 66 67
Tingkat Kepuasan 1 2 3 4 5
Pada 3 pernyataan berikutnya, pilihlah satu opsi yang menggambarkan pendapat atau persepsi Anda. Bila terdapat opsi yang diikuti dengan pernyataan terbuka, mohon disampaikan dengan singkat. 1) dengan harapan Anda sebelumnya 2)
Pengalaman berwisata di destinasi ini SESUAI............................................. : Sangat Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Tidak Setuju
Sesuai dengan pengalaman berwisata yang diperoleh, apakah Anda mempertimbangkan atau merencanakan kembali berkunjung ke destinasi ini pada waktu yang lain? Ya, alasannya: ................................................................................................................................................................................... Tidak, alasannya: ..............................................................................................................................................................................
3)
Sesuai dengan pengalaman berwisata yang diperoleh, apakah Anda akan merekomendasikan destinasi ini ke keluarga atau kawan dekat? Ya, alasannya: ................................................................................................................................................................................... Tidak, alasannya: ..............................................................................................................................................................................
Terima kasih atas kesediaan dan partisipasi Anda pada survei ini. Masukan Anda merupakan informasi utama untuk menata, merancang, dan mengembangkan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional di Kabupaten Badung, Provinsi Bali Selamat berwisata…
Lampiran 2. Kuesioner untuk Wisatawan Mancanegara
TOURISM PROMOTION BOARD of BADUNG REGENCY
THE REPUBLIC OF INDONESIA
THE STUDY ON REGIONAL TOURISM STRATEGIC DESTINATION DEVELOPMENT PLAN AT BADUNG REGENCY – PROVINCE OF BALI
Questionnaires Tourist Perception on Tourism Destination SOCIO-DEMOGRAPHY ASPECT Nationality Age Sex
: ......................................................... : ................ Years : Male Female
Level of Education Completed : High School Diploma/College Graduate Post Graduate Other, please specify: ................................................... Occupation
: Government official Self-employment/professional Private Entrepreneur Army/police Student Housewife Retired Others, please mention: .......................................................
Annual Income
: US$ ....................
Marital Status
: Single Married with children
Married without children
VISIT CHARACTERISTIC ASPECT 23.
Including this visit, how many times have you been to Bali?
24.
............... times Including this visit, how many times
have you been to this tourist destination? 25.
................. times How long have you been staying in this destination?
nights 26.
How long do you plan to stay in this destination? days
27.
The motivation of visiting this destination .................................................... : Holiday Business Research/Study Meeting/MICE
Pilgrimades Family or Friend Visit Others, please mention: .................................................................... 28.
Purpose of Visit : Holiday Joining Event in Bali Others, please mention: ...................................................................
29.
Partner of visiting this destination Spouse Family
:
Way of Travelling
:
30.
Alone
Friend Tour
Package
Self-organized 31. in this destination 32. this destination
Accomodation type during the stay : Star hotel Non-star hotel Bungallow Villa Others, please mention: .................................................................... Transportation mode used during the stay in : .............................................. Rent a car Rent a motor bike Rent Bicycle Taxi Public transport Tour bus Others, please mention: ....................................................................
33.
Main information source on this destination ................................................ : Friend/Family Newsletter Brochure/leaflet Travel Agency Internet Airline Others, please mention: ...................................................................
34. destination
Main reason of staying in this destination ...................................................... : Atmosphere/Comfort/Quiet Popularity Beach Price Confirmity Variety of Tourist Activity Promotion Others, please mention: ....................................................................
destination
Main reason for IF NOT staying in this : Atmosphere Popularity Beach Price Confirmity Variety of the destination Promotion Others, please mention: ....................................................................
35.
For the 8 following statements, please tick ( ) on one option or more which indicate your opinion or perception. If the previous option is cancelled, give this sign . 36. the destination
37. the destination 38. has been visited
Souvenirs bought during the stay in : Handicraft Carvings Statue Ceramics Jewelery Garmen/Fabric Others, please mention: .................................................................... Service bought/used during the stay in : Spa/aroma therapy Massage Karaoke Night live Others, please mention: ................................................................... Other destinations in Bali which : Sanur Ubud Tanah Lot Candidasa Pantai Lovina Kintamani Bedugul Amed/Tulamben Others, please mention: ...................................................................
39.
Other destinations which will be visited : Sanur Ubud Tanah Lot Candidasa Pantai Lovina Kintamani Bedugul Amed/Tulamben Others, please mention: ...................................................................
40.
The natural tourism attraction in the : Coastal atmosphere View/Scenary Mangrove forest Night life Others, please mention: ...................................................................
destination which is worthy to be visited 41. which is worthy to be visited 42. worthy to be visited 43. worthy to be visited
The cultural attraction in the destination :Traditional arts Religious ceremony Temple Traditional market Cultural/site heritage Others: ............................... Man-made tourism attraction which is : Monumen GWK Zero Ground Point Art Market Culinary Centre Others, please mention: .................................................................... Tourism Event in the destination which is .................................................... : Kuta Carnaval Nusa Dua Fiesta Legian Beach Festival Badung Art Festival Others, please mention : ……………. ...........................................
44. the destination
Tourist activities which are done in : Swimming in the beach Sight seeing Cycling Diving/snorkeling Water sport (surfing, jet ski, parasailing, wind surfing, …) Others, please mention: ...................................................................
Direction: On the following statements, choose one option that suits your perception. Please tick ( ) on one option which indicate your opinion or perception. If the previous option is cancelled, give this sign . Point 1 indicate the most negative
(very dissatisfied) while point 5 indicate the most positive (very satisfied)
THE SATISFACTION OF TOURISTS TOWARDS THE QUALITY OF DESTINATION
No I 1 2 II 3 4 5 6 7 8 9 10 III 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 IV 22 23 24 25 26 V 27 28 29
Criteria Security and comfort Security Comfort Quality of tourist attractions Variety of tourist attractions Quality of natural attractions Variety of cultural attractions Quality of cultural attractions Variety of men-made attraction at this tourist destination Quality of men-made attraction at this tourist destination Variety of tourist attraction at this tourist destination Quality of tourist attraction at this tourist destination Accessibility Variety of modes of transportation at this tourist destination Quality of transportation services at this tourist destination Safety and Security of modes of transportation at this tourist destination Comfort of modes of transportation at this tourist destination Value for money of transportation services at this tourist destination Safety and security of pedestrians at this tourist destination Comfort of pedestrians at this tourist destination Sidewalk condition at this tourist destination Quality of roads at this tourist destination Quality of roads leading to this tourist destination Accessibility for different ability people/handicap at this tourist destination Quality of Accommodation (Hotel, Villa, Guesthouses, and alike) Variety of accommodation at this tourist destination Quality of accommodation’s facilities at this tourist destination Quality of accommodation’s services at this tourist destination Value for money of accommodation’s services at this tourist destination Variety of payment methods Quality of Restaurant (Hotel, Villa, Guesthouse, and alike) Variety of restaurant at this tourist destination Quality of restaurant’s services at this tourist destination Quality of food and beverages at this tourist destination
Satisfaction level 1 2 3 4 5
30 31
Value for money of restaurant’s services at this tourist destination Variety of payement methods
No
Criteria
VI 32 33 34 35 36 37 38 39
Quality of Shopping Areas Variety of shopping places services at this tourist destination Variety of products offered Quality of products offered Quality of services at the shopping places Cleanliness of shopping areas Attractiveness of product display Value for money of products offered Variety of payment methods Quality of Public Facilities Availability of health services (drug store, community health center and hospital) Accessibility of health services Quality of health services Availability of communication services (internet, telephone) Accessibility of communication services Quality of communication services Availability of safety and security station (police station, community security guard, beach watch/life guard) Accessibility of safety and security services Quality of safety and security services Availability of public toilets and shower at the beach Cleanliness of public toilets and shower at the beach Availability of parking lots Security of parking lots Quality of Other Supporting Facilities Availability of money transaction services (bank, ATM) Quality of money transaction services (bank, ATM) Availability of tourist information centers Quality of services of tourist information centers Availability of signage Availability of tourist destination map Availability of information for emergency (call center) Quality of Tourist Guide Language proficiency Product knowledge (culture, attraction, accessibility, etc) Hospitality Honesty Local Community Behaviors Language proficiency Local tourism product knowledge Hospitality Honesty
VII
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 VIII
53 54 55 56 57 58 59 IX
60 61 62 63 X
64 65 66 67
Satisfaction level 1 2 3 4 5
1) my expectation 2)
My experience at this destination MEETS .................................................... : Strongly agree Disagree Agree Strongly disagree
Based on your experience at this tourist destination, do you plan to return in the future? Yes, please specify: .................................................................................................................................................................... Noplease specify: .......................................................................................................................................................................
3)
Based on your experience at this tourist destination, are you willing to recommend this destination to your family or relatives? Sesuai Ya, alasannya: Yes, please specify: .................................................................................................................................................................... No, please specify: .....................................................................................................................................................................
Thank you very much for your willingness and participation in this survey. Your thought is precious information for planning and developing The Regional Tourism Strategic Destination of Badung Regency – Province of Bali Have a nice travelling
LAMPIRAN
Lampiran 3. Survei Dalam Kamera