Saat ini merupakan saat yang terbaik untuk melakukan investasi atas kaum muda di negara-negara berkembang. Kaum muda yang berusia 12-24 tahun ini berjumlah sekitar 1.3 miliar orang dan merupakan kohor kelompok muda terbesar sepanjang sejarah. Mereka secara rata-rata lebih berpendidikan dan lebih sehat dibandingkan generasi pendahulunya. Mereka merupakan basis yang kuat untuk terbentuknya suatu tatanan dunia yang semakin membutuhkan kemampuan lebih dari sekedar keterampilan dasar. Kaum muda inilah yang akan menjadi pekerja, pengusaha, orang tua, warga negara serta pemimpin di masa mendatang. Mereka juga relatif memiliki lebih sedikit tanggungan akibat turunnya angka kelahiran. Negara-negara berkembang perlu menindaklanjuti kesempatan tersebut dengan melakukan investasi pada kelompok kaum muda sebelum proses penuaan mengambil alih kesempatan tersebut. Laporan Pembangunan Dunia 2007: Pembangunan dan Generasi Mendatang mendiskusikan berbagai prioritas tindakan pemerintah dalam membentuk perkembangan sumber daya manusia, terutama pada lima periode transisi yang berlangsung pada kaum muda, yaitu: pembelajaran, bekerja, menjaga kesehatan, pembentukan keluarga dan menjadi warga negara. Untuk masing-masing periode, prioritas investasi yang perlu diperhatikan dapat berbeda antara berbagai negara. Laporan ini mencoba mengemukakan penggunaan tiga lensa untuk melihat berbagai prioritas yang ada, yaitu dengan perluasan kesempatan, peningkatan kemampuan dan dengan pemberian kesempatan kedua. Perluasan kesempatan lebih tertuju pada peningkatan kualitas, bukan hanya kuantitas, untuk proses pendidikan, proses transisi menuju lapangan pekerjaan, serta proses pembelajaran dalam hal kewarganegaraan. Peningkatan kemampuan menjadikan orang-orang muda ini mampu melihat konsekwensi dari berbagai tindakan mereka, terutama akibat dari berbagai tindakan yang berpengaruh atas masa depan mereka. Ini juga termasuk membangun kemampuan dalam pengambilan keputusan, serta pemberian insentif yang sesuai. Pemberian kesempatan kedua kepada kaum muda memungkinkan mereka untuk mendapatkan kembali kesempatan yang terlewat melalui pendidikan kesetaraan, pemberian pelatihan, pengobatan dan rehabilitasi
Ilustrasi pada sampul laporan ini merupakan karya dari Paul Olaja, seniman muda berusia 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Kyambogo di Kampala, Uganda. Paul sangat tertarik pada seni dan bercita-cita untuk menjadikan seni sebagai media dalam berbagi cerita mengenai tanah airnya serta membantu kaum muda di Afrika. Paul menjadi yatim piatu beberapa tahun yang lalu diakibatkan oleh AIDS
ISBN 0-8213-6800-1
2007
laporan pembangunan dunia
IKTHISAR
PEMBANGUNAN DAN GENERASI MENDATANG
2007
laporan pembangunan dunia
Pembangunan dan Generasi Mendatang Ikhtisar
Bank Dunia Washington, DC
©2006 The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank 1818 H Street NW Washington DC 20433 Telephone: 202-473-1000 Internet: www.worldbank.org E-mail:
[email protected] All rights reserved. 1 2 3 4 09 08 07 06 This document summarizes the World Development Report 2007. It is a product of the staff of the International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank. The findings, interpretations, and conclusions expressed in this volume do not necessarily reflect the views of the Executive Directors of The World Bank or the governments they represent. The World Bank does not guarantee the accuracy of the data included in this work. The boundaries, colors, denominations, and other information shown on any map in this work do not imply any judgement on the part of The World Bank concerning the legal status of any territory or the endorsement or acceptance of such boundaries. Rights and Permissions The material in this publication is copyrighted. Copying and/or transmitting portions or all of this work without permission may be a violation of applicable law. The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank encourages dissemination of its work and will normally grant permission to reproduce portions of the work promptly. For permission to photocopy or reprint any part of this work, please send a request with complete information to the Copyright Clearance Center Inc., 222 Rosewood Drive, Danvers, MA 01923, USA; telephone: 978-750-8400; fax: 978-750-4470; Internet: www.copyright.com. All other queries on rights and licenses, including subsidiary rights, should be addressed to the Office of the Publisher, The World Bank, 1818 H Street NW, Washington, DC 20433, USA; fax: 202-522-2422; e-mail:
[email protected]. Cover design by Chris Lester of Rock Creek Creative, Inc. Cover images by Paul Olaja. Paul is a 19-year-old artist studying at Kyambogo University in Kampala, Uganda. In his paintings, Paul represents the many facets of youth: youth performing as a way to share their rich culture, working hard to survive, and growing into their adult roles. He depicts the central role of women, the tremendous diversity in the world and how young people strive to become a part of it. In his own words “youth need to do something for the world to hold it up.” As a teenager, Paul lost his parents to HIV/AIDS. Art is Paul’s passion, and his goal is to use art to share the stories of his homeland and to help other young people in need in Africa.
ISBN-10: 0-8213-6800-1 ISBN-13: 978-0-8213-6800-8
Contents of the World Development Report 2007 Overview Bagian I
Why now and how? 1 Kaum muda, pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan Tinjauan khusus: Faktor demografi yang berbeda
2 Kesempatan, kemampuan, kesempatan kedua: Sebuah kerangka kerja kebijakan Tinjauan khusus: Aspek jender dalam penggunaan kacamata kaum muda
Bagian II
Transitions 3 Transisi Belajar untuk bekerja dan untuk kehidupan Tinjauan khusus: Kaum muda di Vietnam: Mengelola Kemakmuran
4 Saatnya bekerja Tinjauan khusus: Apakah ledakan jumlah kelahiran menyebabkan tingginya meningkatnya pengangguran? Tidak bagi negara-negara OECD
5 Dewasa dan sehat Tinjauan khusus:Menyelesaikan masalah kesenjangan di antara kaum muda di Brasilia
6 Membentuk keluarga iii
iv
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
7 Menjadi warganegara Tinjauan khusus: Membangun kembali kehidupan dan institusi
Bagian III
Across transitions 8 Komunikasi dan pergerakan lintas batas Tinjauan khusus: Apa yang pihak donor dapat lakukan
9 Kebijakan untuk kaum muda: Menjalankannya secara benar Tinjauan khusus: Tergantung kepada Anda
Catatan Kepustakaan Catatan Akhir Referensi Berbagai Indikator Indeks
Kata Pengantar
Tidak ada waktu yang lebih baik untuk melakukan investasi pada kaum muda yang tinggal di negara berkembang. Inilah pesan dari Laporan Pengembangan Dunia seri ke 29 yang terbit tahun ini. Jumlah orang di dunia berusia 12-24 tahun telah mencapai 1,3 milyar orang, jumlah terbesar dalam sejarah. Mereka juga yang paling sehat dan paling terdidik dengan baik. Ini adalah dasar yang kuat untuk membangun dalam dunia yang memerlukan lebih dari sekedar ketrampilan dasar. Kaum muda di hari ini adalah pekerja, perintis, orang tua, warga negara aktif dan terlebih lagi pemimpin di esok hari. Karena turunnya tingkat fertilitas, mereka memiliki jumlah anak yang lebih sedikit dari orang tua mereka saat mereka mengarungi kehidupan dewasa. Hal ini dapat mempercepat pertumbuhan dengan meningkatkan bagian populasi yang bekerja dan meningkatkan tabungan rumah tangga. Seluruh negara, miskin maupun kaya harus meraih kesempatan ini sebelum datangnya periode dimana masyarakat semakin menua dan menghilangkan kesempatan tersebut. Dengan menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, akan terjadi pertumbuhan yang lebih pesat dan mengurangi kemiskinan secara signifikan. Laporan ini menjabarkan lima fase dari siklus kehidupan, yaitu periode pembelajaran, periode bekerja, aktifitas yang menjaga kesehatan, masa pembentukan keluarga dan menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Perhatian atas lima fase tersebut dapat mewujudkan pengembangan potensi kaum muda, asalkan didukung oleh kebijakan pemerintah yang tepat. Dalam setiap periode transisi tersebut, pemerintah tidak hanya perlu melakukan aktifitas investasi secara langsung, tetapi juga perlu memperbaiki lingkungan bagi kaum muda dan keluarganya yang mendukung mereka untuk melakukan investasi sendiri. Laporan ini mengindentifikasikan tiga arah kebijakan untuk menolong kaum muda dalam mengembangkan diri mereka sendiri dan berkontribusi pada masyarakat, yaitu dengan memperbesar peluang, meningkatkan kemampuan serta menyediakan kesempatan yang kedua. Melakukan investasi pada kaum muda memberikan kontribusi yang penitng bagi misi besar Bank Dunia dalam memerangi kemiskinan. Pada saat yang sama, melakukan investasi pada kaum muda adalah tantangan bagi pemerintah di semua negara, kaya maupun miskin. Harapan saya semoga laporan ini memberikan sumbangan dalam menjawab tantangan ini dengan berbagi pengalaman mengenai negara-negara dimana kaum muda, didukung oleh kebijakan dan institusi yang tepat, tidak hanya mampu untuk mengatasi masalah mereka tetapi juga berkembang lebih jauh, dan dalam proses tersebut, juga memberikan kontribusi kepada harapan dan kesempatan di masa depan bagi semua generasi.
Paul Wolfowitz Presiden World Bank Group
v
Overview
Penampilannya cukup memukau. Geórgia, 15 thn, seorang anak jalanan yang miskin, putus sekolah, dan seorang aktris yang berbakat, telah membuat mata para petugas dana bantuan internasional berkaca-kaca pada saat mengunjungi rumah setengah jadi untuk para gadis di Recife, Brazil. Dia memerankan seorang gadis kecil yang teraniaya di atas sebuah panggung darurat. Saat itu ia berkhayal sedang menghadapi kehidupannya yang penuh masalah: ketidakpedulian keluarganya, kesulitan untuk bertahan di sekolah, tekanan untuk menghirup lem, perhatian yang tidak diinginkan dari para lelaki, serta pekerjaan paruh waktu sebagai pembantu rumah tangga. Barangkali, gadis ini merasa mudah untuk memerankan peranan tersebut, karena peran tersebut sangat mirip dengan kehidupannya sendiri. Tetapi tak bias dipungkiri, ia adalah seorang gadis yang memiliki bakat melimpah. Setelah sandiwara selesai, dia berbicara dengan para tamu asing yang berkunjung. Pada saat itulah pemeran yang berlagak seperti orang dewasa tersebut kembali ke aslinya, menjadi remaja tanggung yang pemalu dan kikuk. Gadis kecil ini berterima kasih atas kesempatan yang didapat untuk mengembangkan keahliannya di tempat yang aman, sekaligus memperbaiki kemampuannya membaca, menulis, dan memperoleh pengetahuan praktis mengenai kehidupan. Tetapi ia merasa sangat khawatir mengenai masa depannya,
terutama mengenai bagaimana ia tetap mempertahankan semangat mengikuti kelas yang membosankan di sekolah negeri yang kadang-kadang dihadirinya. Walau begitu, untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasa memiliki harapan. Di seberang lautan, di Freetown, Sierra Leone, Simeon, 23 tahun, bertanya-tanya apakah yang hendak dilakukan selanjutnya. Selama 15 tahun terakhir ini, kehidupannya terganggu oleh perang saudara yang panjang. Ia dan keluarganya, tinggal di Koidu yang berada tepat di tengah daerah konflik dan harus pergi menyelamatkan jiwa mereka berkali-kali. Mereka pernah sekali ditangkap dan dipaksa untuk melayani pasukan pemberontak selama 2 tahun. Dampak dari kejadian mengenaskan tersbut jelas terlihat pada saat ia mengatakan bahwa ia merasa telah mati tiga kali. Pertama saat ayahnya dibunuh karena gagal menyediakan makanan yang cukup bagi seorang pemberontak, saat ibunya diperkosa dan meninggal dunia setelah itu, dan saat saudara perempuannya dipaksa untuk kembali ke Koidu sebagai pekerja seks. Tetapi ia tetap mempunyai keinginan untuk memulai kehidupan yang baru. Dengan bekerja sebagai relawan untuk organisasi nirlaba yang melayani dan memberikan rehabilitasi pada kawula muda melalui bimbingan dan pendidikan, ia mendapatkan kepuasan diri untuk dapat menjadi bagian dari suatu kelompok dan kembali mendapatkan kesempatan belajar, termasuk cara untuk menggunakan
komputer. Ia juga ingin memindahkan saudarinya ke Freetown dan jauh dari kehidupan mengerikan di Koidu. Andaikan saja ia mendapatkan pekerjaan dengan upah. Setengah bumi jauhnya, Van, 21, mahasiswa tahun ke-tiga di perguruan tinggi bergengsi di Hanoi, sedang berada di rumah kawannya untuk berlatih menyanyikan lagu-lagu Celine Dion dengan grup musiknya. Sebagai seorang pelajar yang tekun, ia berhasil lulus ujian masuk yang ketat dengan dukungan dari orangtuanya. Ia menghasilkan uang ekstra dengan menerjemahkan kawat berita dari Bahasa Inggris ke Bahasa Vietnam di komputernya. Pemuda ini berharap pengalaman dapat menolong saat memasuki dunia jurnalisme. Semangat dan antusiasnya dalam bermain komputer dan menjelajahi internet telah memberikannya suatu kesadaran diri yang tak lazim akan teknologi. Hal ini juga didukung dengan fakta bahwa ia selalu berhubungan secara rutin dengan teman-temannya melalui telepon internet dan pesan instant. Kekhawatirannya yang paling besar adalah orangtuanya mungkin tidak mengijinkannya membonceng pacarnya naik sepeda motor baru untuk berjalan-jalan menyusuri jalan-jalan di Hanoi di malam Minggu yang padat. Ia mengetahui bahwa orangtuanya pasti khawatir akan keselamatannya, apalagi setelah mendengar akan beberapa temannya yang mengalami kecelakaan motor yang serius.
1
2
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
Banyak kaum muda lain seperti Geórgia, Simeon dan Van di dunia ini; jauh lebih banyak daripada yang pernah ada dalam sejarah dunia. Mereka semua memasuki usia yang penuh dengan resiko tetapi menawarkan banyak kesempatan, tidak hanya untuk mereka tetapi juga bagi keluarga, lingkungan, dan perekonomian. Secara keseluruhan, pengalaman mereka akan menentukan kualitas para pekerja, orang tua, dan para pemimpin generasi mendatang. “Orang tua kami tidak pernah Keputusan mengenai pengembangan mendapatkan kesempatan keahlian mereka, mengenai periode awal seperti kami; sekarang semua menuju kekebasan finansial, dan mengenai tergantung pada kami keterlibatan mereka dengan komunitas bagaimana menggunakan sosial, akan memberikan dampak panjang semaksimum mungkin dan yang berlangsung terus menerus bahkan berprestasi, dan memastikan melampaui diri mereka sendiri dan bahwa kami dapat merawat keluarga. orang tua kami saat mereka Hampir seluruh pembuat kebijakan mengetahui bahwa kawula muda tua nanti.” sangat menentukan masa depan bangsa Pemuda, mereka. Para pengambil kebijakan ini Dhaka, Bangladesh, January 2006* sering menghadapi dilema dalam usaha memberikan pertolongan. Saat tingkat kelulusan sekolah dasar melonjak secara dramatis akibat pembangunan prasarana pendidikan, mengapa tingkat buta huruf tidak menunjukkan perubahan? Mengapa banyak lulusan univesitas yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan untuk berbulanbulan, bahkan tahunan, sementara dunia bisnis mengeluhkan kurangnya pekerja terdidik? Mengapa kaum muda mulai merokok, sementara kampanye anti rokok bergaung secara global? Apa yang harus dilakukan dengan bekas pejuang dan tentara yang masih berusia muda dan bahkan masih sulit membaca, tetapi sudah terlalu tua untuk sekolah dasar? Ini semua adalah pertanyaan yang sulit, dan masih banyak pertanyaan lainnya. Jawaban semua pertanyaan ini sangatlah penting untuk pertumbuhan dan pengetasan kemiskinan. Laporan Pengembangan Dunia ini menawarkan kerangka kerja dan menyediakan berbagai contoh kebijakan dan program khusus dalam menangani permasalahan ini.
Keputusan yang diambil dalam lima masa transisi selama usia muda memberikan dampak paling besar mengenai bagaimana sumber daya manusia diperlakukan, dikembangkan dan dipergunakan. Kelima masa transisi tersebut adalah masa untuk meneruskan pelajaran, masa memasuki pasar kerja, masa mengembangkan gaya hidup sehat, masa memulai keluarga, serta masa melaksanakan kewajiban dan hak sebagai warganegara. Laporan ini berfokus pada bagaimana kelima masa transisi tersebut menjelaskan pilihan kita mengenai siapa yang termasuk dalam “generasi mendatang”. Karena masa transisi tersebut terjadi pada waktu yang berbeda di komunitas yang berbeda, laporan ini tidak terpaku pada suatu jarak usia tertentu, tapi menggunakan 12-24 tahun sebagai jarak yang sesuai untuk membahas transisi dari masa pubertas sampai didapatkan kebebasan secara ekonomi.1 Kaum muda dan keluarganya mengambil keputusan, tetapi kebijakan dan institusi juga mempengaruhi resiko, kesempatan, dan terutama hasil dari keputusan tersebut. Dengan menempatkan “lensa kaum muda“ dalam melihat kebijakan, laporan ini menyajikan 3 arah strategis bagi reformasi:
•
•
Kesempatan. Memperluas kesempatan untuk pengembangan sumber daya manusia dengan memperbesar pintu masuk ke dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan. Serta dengan memberikan fasilitasi pada waktu mereka mulai memasuki pasar kerja, dan dengan memberikan kaum muda hak untuk menyuarakan jenis bantuan yang dibutuhkan, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyediaannya. Kemampuan. Mengembangkan kemampuan kawula muda untuk memilih dengan tepat diantara kesempatan yang tersedia. Ini dapat dilakukan dengan cara mengakui
* The sources for all marginal quotes can be found at the beginning of the endnotes on p. 23.
Ikhtisar
mereka sebagai pihak pengambil keputusan, serta dengan membantu memastikan bahwa pilihan mereka diambil berdasarkan informasi yang cukup, sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan dilakukan secara bijaksana. Kesempatan kedua. Menyediakan mekanisme pemberian kesempatan kedua melalui program bersasaran langsung yang memberikan kaum muda harapan dan insentif untuk bangkit dari nasib buruk – atau pilihan yang buruk.
•
Saatnya melakukan investasi pada kaum muda Situasi kawula muda pada saat ini memberikan kesempatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam usaha untuk mempercepat pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan (Bab 1 Laporan ini). Pertama, berkat pencapaian pembangunan di dekade-dekade yang telah lewat, semakin banyak kaum muda yang lulus dari sekolah dasar dan bertahan hidup dari penyakit masa kanakkanak. Akan tetapi untuk dapat berhasil dalam ekonomi global yang kompetitif sekarang ini, mereka juga harus disertai dengan ketrampilan tinggi disamping kemampuan baca dan tulis. Mereka juga harus mengahadapi ancaman penyakit baru, seperti penyakit menular secara seksual dan kegemukan. Kedua, tingkat kelahiran yang lebih rendah di banyak
negara menunjukan bahwa kaum muda sekarang akan memasuki golongan pekerja dengan jumlah tanggungan yang lebih sedikit. Tetapi jika mereka tidak bekerja dalam waktu panjang, mereka akan menjadi beban yang lebih berat bagi perekonomian. “… bahkan pekerjaan yang Membangun dasar sumber daya memerlukan keterampilan paling rendah …… manusia yang lebih kokoh mensyaratkan lulus sekolah Oleh karena tenaga kerja adalah aset menengah, bahkan kadangutama kaum miskin, maka menjadikan aset tersebut lebih produktif adalah jalan kadang hingga tingkat terbaik untuk mengurangi kemiskinan. universitas – walaupun Hal ini membutuhkan adanya perbaikan pendidikan setinggi itu kesempatan dalam menghasilkan uang, sebenarnya tidak diperlukan. serta pengembangan sumber daya Ini menyebabkan anak-anak manusia agar dapat memanfaatkan yang karena alasan tertentu kesempatan tersebut. Pertumbuhan tidak dapat menyelesaikan ekonomi dengan dasar yang menyeluruh sekolah menengah, menjadi menjadi faktor yang sangat penting.2 semakin terpinggirkan.” Demikian juga halnya dengan penyediaan Anak muda, pendidikan dasar dan pelayanan Buenos Aires, Argentina. kesehatan umum, terutama bagi anakDesember 2005 anak. Ini menyediakan fondasi bagi terbentuknya ketrampilan dasar dan kesejahteraan. Dengan penyediaan kedua aspek ini telah kemajuan yang signifikan telah tercapai. Tingkat partisipasi sekolah dasar di banyak negara berpenghasilan rendah diluar Cina dan India meningkat dari 50 persen di tahun 1970 menjadi 88 persen di tahun 2000. Rata-rata harapan hidup pada saat kelahiran di seluruh dunia meningkat dari 51 tahun menjadi
Gambar 1 Tingginya tingkat partisipasi di sekolah dasar diikuti oleh tingkat partisipasi yang jauh lebih rendah pada jenjang sekolah menengah di Indonesia dan Zambia Indonesia (2002)
Zambia (2001) Persentase menyelesaikan tiap jenjang kelas 100
Persentase menyelesaikan tiap jenjang kelas 100
80
80 80
60
60
40
40
20
20
0
20% anak laki-laki terkaya 20% anak perempuan terkaya 40% anak laki-laki termiskin 40% anak perempuan termiskin
0 1
2
3
4 5 6 7 Jenjang kelas
8
9
3
1
Sumber: Perhitungan penulis dari Survei Demografi dan kesehatan. Catatan: Kuintil berdasarkan indeks karakteristik kepemilikan dan perumahan.
2
3
4 5 6 7 Jenjang kelas
8
9
4
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
65 dalam kurun waktu kurang dari 40 tahun.3 Dengan berbagai kemajuan tersebut, muncul tantangan-tantangan baru lainnya. Kemajuan selanjutnya membutuhkan kaum muda yang lebih berkualitas dan terlibat langsung. Akan tetapi, tingkat kelulusan sekolah dasar yang lebih tinggi memberikan tekanan atas ketersediaan tempat di tingkat pendidikan menengah (Gambar 1). Hampir seluruh anak-anak Indonesia telah mendapatkan 6 tahun pendidikan dasar dan 80 persen, termasuk yang termiskin, lulus dari sekolah dasar. Tetapi selanjutnya tingkat partisipasi bersekolah menurun secara dramatis, terutama untuk kaum miskin. Anak-anak dari Zambia lebih sedikit yang bersekolah pada awalnya, tetapi mereka juga mengalami hal yang sama; penurunan drastis pada tingkat sekolah menengah. Anak-anak perempuan merupakan pihak yang paling tertinggal, seperti juga yang terjadi pada berbagai usaha peningkatan partisipasi di sekolah dasar, kecuali di Amerika Selatan, Eropa Timur, dan negara bekas Uni Soviet.4 Yang lebih mencemaskan lagi adalah indikasi bahwa sebagian besar murid yang lulus dari sekolah dasar tidak mendapatkan pengetahuan seperti yang diharapkan. Berbagai ujian yang didasarkan standar internasional menunjukan bahwa para murid di negara berkembang ketinggalan jauh dibandikan para murid dari negaranegara Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), bukan hanya untuk ilmu pengetahuan alam dan teknologi tetapi juga untuk penguasaan pengetahuan dasar (Bab 3). Kekhawatiran atas kualitas dan kesetaraan pendidikan dasar tersebut timbul setelah meningkatnya permintaan untuk tersedianya keahlian khusus, misalnya kemampuan memecahkan persoalan yang dianggap penting bagi banyak industri. Kebalikan dari yang selama ini diperkirakan, tersedianya pekerja trampil dan terdidik dalam kondisi perekonomian global yang lebih terintegrasi tidak berarti penurunan penghasilan untuk ketrampilan tersebut. Bahkan mungkin saja permintaan akan ketrampilan tinggi meningkat lebih jauh lagi dengan adanya
perubahan teknologi yang membutuhkan ketrampilan tersebut.5 Survei iklim investasi menunjukan bahwa lebih dari seperlima perusahaan-perusahaan di beragam negara-negara berkembang seperti Algeria, Banglades, Brasil, Cina, Estonia, dan Zambia menempatkan tenaga kerja dengan ketrampilan rendah dan proses pendidikannya sebagai hambatan utama dalam aktivitas kerja mereka.6 Keuntungan yang didapatkan pihak swasta dari penyediaan sekolah tingkat menengah dan tingkat atas akan meningkat, terutama di negara-negara yang memiliki pendidikan sekolah dasar yang hampir setara. Tantangan-tantangan baru juga muncul dalam bidang kesehatan. Setelah bertahan hidup dari berbagai penyakit masa kanakkanak, kaum muda menghadapi ancaman masalah kesehatan pada periode yang sangat rentan: periode memulai aktivitas seksual dan memasuki usia pencarian jati diri, serta periode mengambil resiko. Di tahun 2005, hampir separuh dari estimasi 5 juta orang yang terjangkit virus HIV di dunia adalah kaum muda usia 15-24 tahun, mayoritas dari mereka adalah wanita muda dan gadis remaja (pembahasan Bab 1 dan 5 dalam laporan ini). Dampak ekonomi dari penyakit yang tidak tersembuhkan tersebut dapat menjadi sangat besar. Di Afrika Selatan, HIV/AIDS mengurangi PDB hingga seperlimanya. Sampai saat ini penyakit tersebut merupakan seBab kematian utama untuk kaum muda usia 15-29 tahun di Sub-sahara Afrika. Di daerah lain, penyakit tidak menular menjadi sebab utama kematian bagi para wanita muda. Cedera akibat kecelakaan dan kekerasan adalah sebah utama kematian bagi pria muda. Ada sedikitnya dua alasan mengapa jawaban atas berbagai tantangan tersebut akan mempengaruhi usaha pengentasan kemiskinan hingga jauh ke masa depan. Pertama, kapasitas belajar pada kaum muda jauh lebih besar daripada orang yang berumur. Ini menyebabkan kesempatan untuk mendapatkan ketrampilan, kebiasaan hidup sehat, serta keinginan untuk terlibat dalam komunitas dan
Ikhtisar
masyarakat merupakan hal yang sangat penting. Jika kesempatan tersebut hilang, maka biaya untuk menggantikannya akan menjadi sangat mahal. Kedua, hasil pengembangan sumber daya manusia dari kaum muda tersebut akan mempengaruhi nasib anak-anak mereka. Orang tua yang lebih terdidik memiliki lebih sedikit anak yang lebih sehat dan lebih terdidik. Di seluruh negara berkembang, tertutama di negara-negara berpenghasilan rendah di Asia Selatan dan Sub-sahara Afrika, tingkat imunisasi tercatat lebih tinggi dalam keluarga dengan ibu yang mendapatkan pendidikan tingkat menengah. Dampak antat generasi inilah yang akan mengangkat keluarga di masa mendatang keluar dari jerat kemiskinan.
Meraih kesempatan dari besarnya jumlah kaum muda Pentingnya penanganan masalah kaum muda pada saat ini berasal dari aspek demografi – yaitu karena permintaan fiskal dari jumlah kaum muda sekarang ini dan kontribusi mereka di angkatan kerja yang akan datang. Sekarang ini, 1,5 milyar penduduk dunia berusia 12-24 tahun, 1,3 milyar diantaranya berada di negara berkembang; jumlah paling banyak yang pernah terjadi dalam sejarah. Angka ini akan bertambah tetapi tidak akan terlalu tinggi, dan dengan cepat melandai sejalan dengan menurunnya tingkat kelahiran, yang menghasilkan lonjakan dalam struktur populasi dunia. Barangkali yang sama penting dengan lonjakan tersebut adalah beragamnya struktur usia diantara negara-negara di dunia, yang disebabkan oleh perbedaan waktu saat terjadinya penurunan tingkat kelahiran. Untuk negara maju, transisi fertilitas ini terjadi jauh di masa silam sehingga lonjakan tersebut saat ini terdiri dari kelompok yang telah berumur, yang dikenal sebagai generasi baby boomers. Tantangan yang dihadapi oleh negara maju tersebut adalah bagaimana menyediakan dukungan penghasilan yang cukup dan terjangkau di usia tua. Di beberapa negara berkembang, terutama yang berada pada periode transisi di Eropa dan Asia Tengah, pola
Gambar 2 Terbuka dan tertutupnya jendela peluang demografi Jendela telah tertutup Japan Itali Jendela akan tertutup < 10 tahun Cina Cili
Tahun memuncaknya populasi usia muda
Jendela akan tertutup >10 tahun India Bolivia Jendela belum terbuka Afghanistan Uganda 1955 1965 1975 1985 1995 2005 2015 2025 2035 2045 Sumber: Persatuan Bangsa-Bangsa 2005, varian medium. Catatan: Grafik batang menunjukan jumlah tahun saat menurunnya rasio ketergantungan - jumlah orang yang tidak bekerja dibanding jumlah orang yang bekerja.
BOX 1
Manfaat Investasi Pada Kaum Muda: Memperkirakan Dampak Jangka Panjang dari Investasi Sumber daya Manusia
Dengan mengubah model antar generasi yang biasa dipergunakan untuk memperkirakan dampak AIDS pada makroekonomi, para peneliti saat ini dapat memperkirakan dampaknya pada berbagai aspek investasi sumber daya manusia di benua Afrika. “AIDS yang membawa kematian pada usia muda, tidak hanya menghancurkan sumber daya para penderitanya. Penyakit ini juga menyebabkan anak-anak mereka tidak mendapatkan kasih sayang orang tua, pengetahuan dan kemampuan membiayai pendidikan, serta berbagai hal lain yang dibutuhkan untuk menjadi manusia yang produktif.”11 Dalam sebuah makalah yang secara eksplisit melihat dampak dari pendidikan menengah, epidemi AIDS yang terjadi di Kenya pada tahun 1990 diperkirakan telah begitu menurunkan modal sumber daya manusia dan pendapatan per kapita, sehingga kondisi sebelum epidemi tidak akan dapat dicapai kembali hingga tahun 2030. Investasi dalam bidang pendidikan menengah, dengan memberikan subsidi sebesar 0,9 persen dari GDP pada tahun 2000 dan terus meningkat hingga 1,8 persen pada tahun 2020, akan meningkatkan pendapatan per kapita hingga 7 persen lebih tinggi dibandingkan tanpa adanya kebijakan tersebut. Manfaat dari kebijakan
ini masih akan terus dirasakan hingga melewati tahun 2040. Nilai sekarang dari kebijakan tersebut mencapai 2,0 hingga 3,5 kali lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan, dengan menggunakan suku bunga diskonto yang sesuai sebagai basis perhitungannya. Tentu saja ini merupakan suatu investasi yang sangat menguntungkan. Kombinasi kebijakan tersebut dengan berbagai tindakan yang langsung ditujukan untuk memerangi AIDS dan menyembuhkan para penderita akan memberikan hasil yang lebih baik, karena kondisi kesehatan kaum muda dalam jangka panjang terkait erat dengan tingkat pendidikan mereka. Sebuah program yang menggabungkan subsidi untuk pendidikan dasar dan menengah dengan tindakan memerangi epidemi serta perawatan bagi para penderita akan memberikan keutungan yang lebih tinggi, bahkan jika tidak ada penambahan uang untuk program tersebut. Manfaat tidak hanya datang dari berkurangnya jumlah penderita tetapi juga dari meningkatnya insentif untuk berinvestasi pada pendidikan, akibat turunnya angka kematian. Sumber: Bell, Bruhns dan Gersbach (2006).
5
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
6
Gambar 3 Tingkat partisipasi kaum muda di sekolah menurun seiring bertambahnya usia
muda belum akan mencapai puncak dalam waktu 20 tahun atau lebih. Mereka mempunyai piramida populasi yang berbentuk lebih klasik yaitu dengan dasar yang lebih besar untuk usia termuda, dan meruncing ke atas sesuai dengan meningkatnya usia. Angka-angka tersebut dapat meningkatkan resiko terhadap fiskal dan perekonomian. Suatu studi yang baru saja diselesaikan memperkirakan bahwa biaya tahunan untuk setiap murid di sekolah tingkat menengah di Sub-sahara Afrika berjumlah hampir tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan biaya untuk setiap murid di sekolah dasar.7 Jika biaya tersebut ditambahkan dengan biaya untuk penyakit AIDS dan penyakit tidak menular lainnya, serta pembiayaan beban fiskal, hal ini dapat menjadi hambatan dalam pertumbuhan ekonomi. Selain itu, jika kaum muda tetap tidak bisa mendapatkan pekerjaan untuk jangka waktu yang lama, seperti yang terjadi ketika ledakan penduduk (baby boom) terjadi di Eropa
Persentase kelompok usia 100 Di sekolah
50
0 12
18
24
Usia Sumber: Penulis.
yang telah terjadi di negara maju tersebut mulai dirasakan. Akan tetapi hampir di seluruh negara berkembang, jumlah kaum muda masih terus meningkat dan akan memuncak dalam 10 tahun yang akan datang. Dibanyak negara lain lainnya, termasuk seluruh sub-sahara Afrika, Afganistan, Irak, Tepi Barat dan Gaza, serta Republik Yemen, populasi kaum
BOX 2
Buruknya Kualitas Pendidikan Dasar Membatasi Kesempatan Bagi Kaum Muda
Akhir-akhir ini terlihat kemajuan pesat dalam pencapaian salah satu Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) untuk meningkatkan jumlah anak-anak yang menyelesaikan pendidikan dasar. Tetapi keberhasilan ini tidak sepenuhnya menjawab persoalan yang dihadapi dalam peningkatan sumber daya manusia, karena para peserta didik seringkali tidak belajar dengan baik. Banyak dari mereka yang tidak dapat membaca dan menulis sehingga tidak mampu menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Hal ini tidak hanya terbatas pada para pelajar pendidikan dasar, tetapi juga bagi para pelajar yang menjalani pendidikan menengah pertama. Di banyak negara Afrika, hanya kurang dari setengah peserta didik perempuan berusia 15 sampai 24, yang dapat membaca kalimat sederhana setelah menjalani pendidikan dasar selama tiga tahun (Bab 3). Di Ghana dan Zambia, proporsi yang sama bahkan terlihat pada para peserta didik di kelas 6 dan sekolah menengah pertama. Akibat dari rendahnya kualitas pendidikan tidak hanya terbatas pada kemampuan baca tulis. Banyak orang muda tersebut juga tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menyelamatkan hidup mereka. Mereka, misalnya, tidak mengetahui penyebab dari AIDS pada saat memulai kehidupan seksual mereka.
Pengetahuan dalam penggunaan kondom juga terlihat sangat rendah dan tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan dasar yang dicapai, baik di negara dengan kasus HIV tinggi maupun rendah (gambar lain di sebelah kanan). Perlu dicatat bahwa pengetahuan dalam penggunaan kondom berbeda dengan penggunaannya sendiri; angka yang didapatkan
akan jauh lebih rendah lagi. Akibat dari semua ini sangatlah mengerikan. Di Kenya, pada tahun 2010, probabilita seorang pemuda berusia 20 tahun meninggal sebelum usia 40 tahun mencapai 36 persen; tanpa AIDS angka ini hanya berkisar pada tingkatan 8 persen.14
Kesenjangan dalam kemampuan membaca dan pengetahuan umum kaum muda Proporsi wanita muda berusia 15-24 tahun yang dapat membaca kalimat sederhana 60 Zambia 50
Proporsi wanita muda berusia 15-24 yang tahun bahwa kondom dapat mencegah HIV/AIDS 60
40
40
50 Zambia
30
30 Ghana
20
20
10
10
Ghana
0
0 0
1
2 3 4 5 Kelas yang diselesaikan
6
0
Sumber: Perhitungan penulis dari Survey Demografi dan Kesehatan Catatan: Zambia memiliki angka HIV/AIDS yang tinggi.
1
2 3 4 5 Kelas yang diselesaikan
6
Ikhtisar
dan Amerika Serikat, maka tidak saja ini merupakan pemborosan sumber daya manusia, tetapi juga meningkatkan resiko tidak selarasnya harapan dengan kenyataan, serta keresahan sosial yang dapat memperburuk iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi.8 Jumlah yang besar tersebut dapat berubah menjadi peluang. Transisi fertilitas berarti bahwa banyak negara berkembang yang memasuki suatu fase dimana sebagian besar penduduk berada pada usia produktif. Perluasan angkatan kerja yang memiliki lebih sedikit tanggungan anak dan penduduk usia lanjut membuka jendela peluang untuk membiayai kebutuhan lainnya, seperti pengembangan sumber daya manusia. Peluang dari penurunan jumlah tanggungan akan terus terbuka hingga 40 tahun mendatang, tergantung dari kecepatan penurunan angka kelahiran, sebelum usia yang semakin lanjut akan menghentikan peluang ini. Kabar baiknya adalah hampir seluruh negara berkembang masih memiliki peluang tersebut (Gambar 2). Beberapa negara yang memasuki periode terbukanya peluang lebih awal dibandingkan yang lain telah dapat memetik manfaat penuh, sementara yang lain gagal memanfaatkannya. Sebuah studi menyatakan bahwa pertumbuhan populasi usia kerja yang lebih cepat serta kebijakan perdagangan dan pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik memberikan kontribusi lebih dari 40 persen terhadap pertumbuhan yang lebih tinggi di Asia Timur daripada Amerika Latin pada tahun 1965-90.9 Jika negara gagal berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia maka mereka tidak dapat mengharapkan akan memperoleh keuntungan dari kondisi demografi yang terjadi pada saat ini. Negara-negara miskin lainnya di Subsahara Afrika, Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika Timur sedang menjelang terbukanya jendela peluang tersebut (Gambar 2). Jika mereka mencontoh jejak pertumbuhan ekonomi di Asia, maka mereka membutuhkan kebijakan
7
Gambar 4 Partisipasi dalam angkatan kerja meningkat seiring dengan usia Persentasi kelompok usia 100 Di sekolah Bekerja
50
0 12
18
24
Usia Sumber: Penulis.
dan institusi yang menyambungkan peluang tersebut untuk kaum muda dalam mengembangkan kemampuannya dan menggunakannya secara produktif di tempat pekerjaan. Sungguh tepat, keseluruhan ketrampilan yang dimiliki oleh angkatan kerja, sebagian besar dipelajari saat masa kanak-kanak dan masa muda, akan mempengaruhi iklim investasi dalam suatu perusahaan. Dan dimana tingkat bersekolah setelah lulus sekolah dasar tinggi, maka kekurangan tenaga trampil, suatu cirri khas dari negara berkembang, juga lebih rendah. Melakukan berbagai hal yang tepat pada saat ini akan memberikan manfaat besar di masa yang akan datang, karena kaum muda, sebagai calon kepala rumah tangga dan orang tua, akan memiliki pengaruh positif terhadap anak-anak mereka di masa mendatang.10 Apa yang terjadi di Kenya dapat menjadi ilustrasi. Di negara ini AIDS diproyeksikan akan memiliki dampak negatif yang parah atas investasi sumber daya manusia karena kematian dini para orang tua merusak mekanisme pengembangan sumber daya tersebut. Sekali lagi perlu ditekankan bahwa rendahnya harapan hidup diantara kaum muda akan menyebabkan rumah tangga memandang rendah manfaat yang bisa didapatkan dari investasi dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu investasi publik untuk kaum muda, bagaimapun mahalnya, akan sangat
“Ada banyak lulusan yang jumlahnya ribuan kali lebih banyak daripada posisi yang tersedia.” Pemuda, Foum Zaouia, Maroko May 2005
8
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
Gambar 5 Tingkat pengangguran untuk kaum muda di manapun lebih tinggi dibanding dengan penduduk berusia lebih tua – kesenjangan yang besar ada di beberapa negara Tingkat pengangguran (persen) 60 50
Rata-rata regional (kaum muda)
40
Rata-rata regional (dewasa)
30 20 10 0
Timur Tengah & Afrika Utara
Eropa & Asia Tengah
Asia Timur & Pasifik
Amerika Latin & Karibia
Asia Selatan
Sub-Sahara Africa
Sumber: Perhitungan penulis berdasarkan Fares, Montenegro, dan Orazem (2006). Nama negara tersedia apabila diperlukan. Catatan: keseluruhan panjang setiap grafik batang menunjukan tingkat pengangguran untuk kaum muda untuk satu negara; grafik batang berwarna muda menunjukan tingkat pengangguran untuk kaum tua dalam satu negara yang sama.
berharga dalam menggantikan rendahnya investasi keluarga (Boks 1).
Investasi dalam lima masa transisi kehidupan kaum muda Keputusan yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan kaum muda dan masyarakat adalah keputusan yang juga akan membentuk dasar dari sumber daya manusia. Sumber daya manusia tersebut merupakan faktor penting dalam pembentukan tenaga kerja, kepala rumah tangga, warga negara dan pemimpin komunitas yang produktif. Oleh sebab itu laporan ini berfokus pada transisi yang Gambar 6 Kelakukan yang membawa resiko di waktu muda Persentasi kelompok usia 100 di Sekolah Bekerja Tindakan yang beresiko
50
0 12
18 Usia
Sumber: Penulis
24
dialami oleh kaum muda saat mereka belajar, bekerja, menjaga kesehatan, membentuk keluarga dan menjadi warga negara dewasa. Jika dijalankan dengan baik, berbagai keputusan yang menyangkut masa transisi tersebut akan mengembangkan, menjaga, dan secara tepat menggunakan sumber daya manusia. Tetapi jika diambil secara sembarangan, konsekuensinya akan sangat mahal untuk diperbaiki. Putus sekolah, masa pengangguran yang berkepanjangan, serta berbagai tindakan yang beresiko terhadap kesehatan akan meninggalkan bekas yang mendalam. Kebijakan publik dapat berperan banyak dalam menentukan arah kedepan. Saat kaum muda menjalani masa transisi, pengembangan sumber daya mereka akan terganggu tidak hanya oleh kemiskinan, tetapi juga oleh kegagalan kebijakan yang mempengaruhi ragam pilihan yang dimiliki, terutama kegagalan dalam menyediakan atau membiayai pelayanan yang memadai saat pasar tidak berfungsi.
Ikhtisar
Pendidikan setelah usia sekolah dasar Pada usia 12 tahun, lebih dari 85 persen dari jumlah anak-anak di negara berkembang mengikuti proses belajar mengajar.Seiring dengan peningkatan usia tingkat partisipasi pendidikan juga akan menurun (Gambar 3). (Gambar 3,4,6,7, dan 8 adalah presentasi yang berasal dari data dan angka-angka yang tersedia di Bab 1). Hampir seluruh anak-anak tersebut tidak bersekolah saat mereka berusia 24 tahun. Apa yang telah dipelajari dalam masa awal kehidupan cukup untuk dipergunakan selama hidupnya dan akan lebih sulit dikuasai jika mereka mencobanya sebagai orang dewasa. Pada usia sangat muda ketrampilan tersebut diasah oleh para orang tua yang kemudian mendaftarkan anakanak mereka di taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Saat keputusan harus diambil apakah sebaiknya mereka memasuki angkatan kerja, menikah atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pilihan yang diharapkan adalah melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah. Keputusan tersebut memerlukan dukungan dari pemerintah karena beberapa manfaat dari pendidikan dirasakan secara bersamaan oleh masyarakat luas daripada hanya dirasakan oleh tiap individu. Pemerintah juga perlu mencoba untuk menyamakan peluang bagi kaum kaya dan miskin, sehingga mereka dengan kemampuan yang
Gambar 7 Pembentukan keluarga meningkat seiring dengan usia
tertinggi dapat memperoleh kesempatan bersekolah setinggi-tingginya. Beberapa negara lebih berhasil dalam mengatur masa transisi ini daripada negara lainnya. Beberapa pemerintahan di negaranegara Asia Timur telah melaksanakan hal ini dengan baik sehingga disebut sebagai suatu keajaiban.12 Walaupun banyak orang yang percaya akan keajaiban, banyak negara lainnya yang memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk mengalami hal tersebut. Mengapa?
•
•
•
•
Persentasi kelompok usia 100 Di sekolah Bekerja
•
Tindakan yang beresiko
50
Membentuk keluarga
0 12
18 Usia
Sumber: Penulis
24
9
Walaupun akhir-akhir ini terjadi perkembangan dramatis pada salah satu Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) dalam meningkatkan jumlah lulusan sekolah dasar, para pelajar ternyata tidak mempelajari sebanyak yang seharusnya mereka dapatkan. Banyak lulusan sekolah dasar tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena kekurangan tempat bersekolah, kekurangan sumber-sumber daya, atau hamil pada usia dini, atau lebih parah lagi karena ketiganya. Gelombang global dari perubahan ekonomi dan teknologi menuntut kemampuan para pekerja yang lebih tinggi daripada hanya sekedar pengetahuan dasar. Contohnya di banyak negara Amerika Latin, permintaan yang terus meningkat akan tenaga terampil tidak dapat dipenuhi.13 Masalah ini tidak hanya melulu mengenai jumlah tetapi juga jenis pelatihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Banyak kaum muda yang tidak memiliki motivasi untuk berusaha dengan gigih karena sistem pengajaran yang buruk atau lingkungan sekolah yang tidak mendukung. Sementara yang lainnya lulus dari sekolah pada usia terlambat atau tidak lulus sama sekali. Di Mali, hanya sekitar 20 persen dari remaja dan pemuda usia 15 hingga 29 tahun yang telah lulus dari sekolah dasar. Di Malawi, lebih dari separuh pemuda berusia 19 tahun masih berada di tingkat sekolah
“Kaum muda akan selalu bermimpi: kami tidak pernah kehilangan harapan. Karena itu, peranan pemerintah adalah sebagai pemandu dalam meningkatkan praktek demokrasi dan memberikan kaum muda lebih banyak wilayah partisipasi dalam politik dan bisnis.” Flor de Maria, usia 24 Peru
10
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
Figure 8 Keterlibatan dalam aktifitas sipil meningkat seiring dengan usia Persentasi kelompok usia 100 Di sekolah Bekerja Tindakan yang beresiko
50
Membentuk keluarga
Menjadi warganegara
0 12
18
24
Usia Sumber: Penulis
dasar (Bab 2 dan 3). Keterampilan yang dibutuhkan oleh para pelajar dewasa ini berikut cara pengembangan keterampilan mereka, berbeda dari apa yang dibutuhkan para pelajar kanakkanak yang belajar sesuai waktunya.
Memulai kehidupan kerja yang produktif Keterampilan yang telah dikembangkan haruslah dipergunakan dengan baik. Hampir di seluruh negara proses ini dimulai pada saat usia 12-24 tahun (Gambar 4). Awal menuju kehidupan kerja dianggap oleh banyak ahli sosial sebagai titik tolak memasuki masa independen. Akan tetapi masa transisi memasuki dunia kerja tersebut tidak selalu berjalan dengan mudah. Periode dimana orang muda menjadi tidak aktif akan memberikan pengaruh buruk. Dalam masa tersebut mereka melewatkan kesempatan untuk meningkatkan ketrampilan yang didapat di tempat kerja dan membangun pengalaman yang dapat digunakan untuk mengirimkan sinyal positif bagi calon pemberi pekerjaan di masa yang akan datang. Penelitian dari negara-negara OECD mengindikasikan bahwa, walaupun banyak kaum muda yang berhasil menebus periode tidak aktif tersebut, dampaknya tetap akan dirasakan terutama oleh orang-orang yang berpendidikan lebih rendah atau yang berada pada posisi yang kurang beruntung. (Bab 4). Salah satu peran dari kebijakan pemerintah adalah untuk memperbaiki
kegagalan penyampaian informasi yang dapat menutup berbagai peluang tersebut. Salah satu contohnya adalah penilaian yang tidak benar dari calon pemberi pekerjaan terhadap seorang anak muda yang tidak berpengalaman. Mereka sering dianggap sebagai seseorang yang memiliki potensi produktivitas, keterampilan dan kebiasaan bekerja yang masih rendah. Peran lain dari kebijakan pemerintah adalah untuk memastikan bahwa keluarga-keluarga miskin tidak terpaksa mengirimkan anak-anak mereka untuk bekerja pada usia yang terlalu muda, sebelum mereka dapat memperoleh ketrampilan dasar. Kemudian kebijakan pemerintah diharapkan memperbaiki konsekuensi dari kebijakan yang lebih umum, misalnya penetapan upah minimum yang terlalu tinggi. Kebijakan tersebut secara tidak sengaja malah mengurangi insentif untuk menciptakan lapangan pekerjaan untuk kaum muda yang relatif tidak berpengalaman. Masalah utama yang ditemui di banyak negara dalam mengendalikan masa transisi untuk kaum muda juga termasuk di bawah ini:
•
•
Memulai masa kerja terlalu dini. Anak kecil dan remaja dapat dieksploitasi saat mereka mulai bekerja penuh waktu pada usia din. Oleh sebab itu banyak negara yang menyetujui konvensi internasional yang melarang bentuk buruh anak terburuk. Mulai terlalu awal juga menghambat mereka dalam memperoleh keterampilan dasar yang cukup dari sekolah – keterampilan yang dapat membantu memasarkan diri mereka kepada jenis pemberi pekerjaan yang lebih beragam. Memasuki pasar pekerjaan. Hampir di semua masyarakat, memulai kehidupan independen bukanlah hal yang mudah, terutama karena kunci untuk membuka berbagai peluang yang tersedia adalah sejarah kerja orang tersebut – dalam perilaku and kebiasan kerja, keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan pembayaran hutang. Tidak heran jika tingkat pengangguran untuk kaum muda secara sistematis
Ikhtisar
Gambar 9 Transisi ditinjau melalui tiga lensa yang berfokus pada kebijakan dan peningkatan dampaknya Kacamata Kaum Muda Kebijakan yang mempengaruhi pembentukan sumber daya manusia di waktu transisi masa muda: • Kebijakan dan institusi ekonomi secara luas: stabilitas makro, iklim investasi, pemerintahan, peraturan pasar tenaga kerja • Pendidikan • Pelatihan • Pelayanan Kesehatan • Pelayanan Kesejahteraan dan Keluarga • Infrastruktur
Rendahnya tingkat melek huruf & pengetahuan ketrampilan dasar, walaupun tingkat kelulusan sekolah dasar terlihat lebih tinggi Akses pendidikan menengah dan tingkat tinggi yang tidak memadai Peluang kerja sangat rendah
Masih dalam masa pembentukan indentitas dan preferensi Kekurangan sumber daya “Rabun jauh” dan senang mengambil resiko
Konsekuensi dari tindakan yang buruk berdampak lebih lama daripada yang dilakukan kaum dewasa Usaha perbaikan lebih mahal pada orang yang lebih berusia
Tidak ada platform untuk partisipasi sipil
Peluang
•
Tidak berpengalaman sebagai pengambil keputusan
lebih tinggi daripada generasi yang lebih tua (Gambar 5). Di beberapa negara berpenghasilan menengah dengan institusi pasar tenaga kerja yang kaku, kesenjangan antara upah kaum muda dan dewasa begitu lebarnya sehingga menimbulkan biaya yang besar, dalam bentuk pengembangan keterampilan yang hilang. Di Guatemala, misalnya, pengalaman dalam pekerjaan, terutama yang membutuhkan keterampilan, dapat meningkatkan kemampuan membaca komprehensif dan kemampuan kognitif nonverbal.15 Berpindah ke pekerjaan baru dan naik ke jenjang keterampilan yang lebih tinggi. Di banyak negara, terutama negara miskin, kaum muda tidak hanya berpangku tangan; mereka bekerja dengan keras tetapi berpenghasilan sangat minim. Berganti pekerjaan untuk menghasilkan upah yang lebih tinggi atau memasuki sektor formal adalah suatu cara untuk pindah ke jenjang ketrampilan yang lebih tinggi. Akan tetapi untuk kebanyakan orang tempat dimana mereka memulai masa kerja maka biasanya merupakan tempat mereka mengakhiri masa kerja mereka.
Mengadopsi gaya hidup sehat Jika tingkat kematian menjadi suatu titik ukur, kaum muda adalah kelompok yang paling sehat; anak-anak berusia 10
Kemampuan
Kesempatan kedua
tahun secara rata-rata memiliki harapan sebesar 97 persen untuk mencapai usia 25 tahun. Tetapi angka tingkat kematian adalah ukuran yang menyesatkan sebagai indikator kesehatan kaum muda karena tidak mencerminkan resiko tingkah laku dan aktifitas mereka terhadap kesehatan di masa mendatang. Masa muda adalah saat seseorang mulai merokok, mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan, terlibat secara seksual, dan memiliki lebih besar kendali atas pola makan dan aktivitas mereka. Seluruh aktifitas ini akan terus dijalankan dan berdampak pada kesehatan mereka di masa depan. Di Nepal dan Indonesia, hampir 60 persen dari seluruh pemuda usia 15-24 tahun sekarang ini merokok. Di banyak negara, kaum muda mulai berhubungan seksual sebelum usia 15 tahun, sementara hanya kurang dari separuh kaum muda yang aktif seacara seksual menggunakan kondom.(Bab 5). Efek keseluruhan dari berbagai aktifitas tersebut hanya akan terasakan saat mereka memasuki usia dewasa. Konsekuensi negatif dari keputusan-keputusan di usia awal tersebut memiliki konsekuensi yang sangat luas – menghancurkan nilai ekonomi dari sumber daya manusia dan meningkatkan beban biaya kesehatan. Karena konsekuensi dari berbagai kegiatan tersebut baru terasa di kemudian hari, tindakan pengobatan dan pencegahan menjadi lebih sulit.
“Kebijakan yang ramah” pada kaum muda
11
12
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
“Banyak hal-hal praktis dalam kehidupan yang tidak diajarkan di sekolah menengah, misalnya, bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah.”
Akan tetapi bagi banyak orang berusia muda, pencarian jati diri ditambah dengan pandangan jangka pendek, serta keterbatasan informasi, mendorong mereka untuk bereksperimen dengan berbagai aktivitas yang membahayakan kesehatan mereka. Misalnya, mereka Anak muda, cenderung umtuk tidak mempedulikan Honduras. konskuensi negatif jangka panjang dari Januari, 20066 merokok atau berhubungan seksual. Sebagai kaum muda yang cenderung bereksperimen, mereka mengambil lebih banyak resiko terhadap kesehatan. Sejalan dengan pertambahan usia kecenderungan tersebut juga mengalami penurunan (Gambar 6). Untuk mengurangi pengambilan resiko tersebut, para orang muda perlu memiliki informasi serta kapasitas untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai keputusan yang diambil. Kebijakan pemerintah dapat banyak membantu kaum muda dalam mengendalikan berbagai resiko tersebut, terutama jika mereka dapat membuat kaum muda lebih sadar akan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka saat ini.
Membangun keluarga Hampir di seluruh negara, kelahiran pertama sebagai awal tahapan menjadi Gambar 10 Intervensi di masa awal kanak-kanak (pada usia 1-5) memiliki dampak yang bertahan lama pada kaum muda (usia 13-15 tahun)) Persentase yang masih berada di sekolah 100 Turki Jamaika 80 60 40 20 0 Dengan pelatihan kecakapan menjadi orang tua
Tanpa pelatihan kecakapan menjadi orang tua
Dengan Simulasi psikososial
Tanpa simulasi psikososial
Sumber: Walker dan lainnya (2005) dan Kagitcibasi, Sunar dan Bekman (2001). Catatan: Turki, intervensi selama 4 tahun, antara usia 3-9, serta melibatkan baik pelatihan kecakapan menjadi orang tua dan penitipan anak. Hanya pelatihan yang memberikan dampak pada usia berikutnya 13-15 tahun. Di Jamaika, anak berusia 1-2 tahun mendapatkan simulasi psikososial profesional selama 2 tahun, dan dipantau pada usia 17-18 tahun. Kedua eksperimen ini merupakan evaluasi dampak secara terkendali.
orang tua dialami pada masa muda. Hasil dari penurunan tingkat fertilitas di kebanyakan negara dalam dua dekade terakhir ini menyebabkan hampir semua kelahiran diantara wanita usia 15-24 tahun. Oleh karena itu kaum muda merupakan penggerak dari transisi demografis di negara negara tersebut. Pada saat para gadis di negara berkembang mencapai usia 25 tahun, hampir 60 persen dari mereka telah menjadi seorang ibu (Gambar 7). Para pemuda umumnya mengalami transisi ini pada usia yang lebih tua, sebagian besar menjadi ayah antara usia 25-29 tahun. Kemampuan dan kesediaan dari para orang tua muda untuk beriventasi pada anak-anak mereka adalah faktor terpenting dalam menentukan hasil dari generasi masa depan. Kaum muda cenderung tidak cukup berinvestasi dalam keluarga berencana dan jasa kesehatan pada saat kehamilan. Oleh karena itu pemerintah mungkin harus lebih terlibat dalam sesuatu yang tampaknya mungkin lebih merupakan masalah keputusan pribadi. Alasan lebih jauh lagi bagi keterlibatan pemerintah dalam mendukung masa transisi dalam proses menjadi orang tua adalah untuk menjamin terjadinya kesetaraan. Dari data yang tersedia di 15 negara, proporsi wanita yang melahirkan sebelum usia 15 tahun jauh lebih tinggi pada kuartil pendapatan terendah daripada kuartil lainnya. Peluang ekonomi yang terbatas, kesulitan dalam menerima pelayanan, serta norma-norma tradisional seputar kelakuan seksual, perkawinan dan pembentukan keluarga menjadi faktor pendorong perkawinan di usia muda; bahkan di usia 12 tahun atau lebih muda lagi diantara beberapa gadis (Bab 6). Pelayanan gizi dan kesehatan di masa reproduktif adalah salah satu bentuk investasi sumber daya manusia terpenting dalam mempersiapkan kaum muda untuk menjadi generasi orang tua berikutnya. Walaupun kekurangan gizi di kalangan kaum muda tidak separah yang terjadi pada masa silam, tidak demikian halnya dengan zat gizi mikro, seperti vitamin dan mineral. Walaupun di beberapa negara pelayanan keluarga berencana, kehamilan
Ikhtisar
dan kesehatan anak-anak telah meningkat penggunaannya, di negara-negara lainnya masih tetap rendah. Bahkan ketika penggunaan pelayanan tersebut telah meningkat, wanita muda dan yang baru pertama kali menjadi ibu sering kali tidak menerima keseluruhan pelayanan.
Menjadi warganegara Masa muda adalah masa dimana seseorang mulai didengar dan diakui di luar keluarganya (Gambar 8). Mereka membangun identitasnya sebagai seorang individu sewaktu mereka mulai berinteraksi secara independen dengan komunitas yang lebih luas. Hanya dengan menjadi anggota komunitas, mereka menerima hak untuk mendapatkan kesempatan yang adil dan kewajiban seperti membayar pajak.Kewarganegaraan juga menekankan bagaimana setiap individu dapat menuntut akuntabilitas dari para petugas negara, menuntut keadilan, dan bertoleransi dengan orang-orang lain yang berasal dari kelompok etnis atau agama yang berbeda. Hak memilih biasanya diberikan untuk mereka yang berusia di atas 18 tahun. Kesediaan dan kemampuan untuk melakukan hak-hak tersebut dan kewajiban-kewajiban lainnya dibentuk pada masa awal kehidupan dan cenderung tidak mengalami perubahan di masa-masa selanjutnya (Bab 7). Tanpa peluang untuk keterlibatan publik yang produktif, kekecewaan kaum muda akan meningkat ke kelakuan kasar dan akan berakhir pada ketidakstabilan ekonomi dan politik. Percikan-percikan tersebut dapat menyulut perselisihan terpendam yang berkepanjangan. Satu sebab awal terjadinya konflik etnis antara kaum Sinhala dan Tamil di Srilanka adalah kekecewaan yang dirasakan oleh pelajar Tamil, yang diasingkan dari tempat-tempat di Universitas dan sarana-sarana lainnya dalam keterlibatan sosial politik.16 Partisipasi politik formal dan keterlibatan di organisasi sosial adalah faktor penting dalam terciptanya pemerintahan yang baik. Ini pada gilirannya diperlukan untuk investasi swasta dan pertumbuhan. Partipasi tersebut memperluas cara memperoleh peluang ekonomi, terutama
untuk kelompok yang sebelumnya dikecualikan, terutama pada kelompok wanita. Hal ini juga dapat meningkatkan aksi kolektif untuk memperbesar tekanan pada pemerintah dalam menyediakan pelayanan publik yang baik. Kelima masa transisi yang dibahas di atas dapat saling bersinggungan (lihat Gambar 8). Beberapa orang muda memiliki hidup yang tidak rumit dan mengalami hanya satu atau dua transisi pada suatu masa tertentu. Yang lainnya malah telah berkembang mampu melakukan beberapa kegiatan sekaligus: bersekolah, bekerja paruh waktu, menikah, mengemudi dengan cepat, dan berpartisipasi di dewan lokal. Karena itu kebijakan yang merubah keputusan dalam suatu transisi dapat dengan mudah mempengaruhi iklim investasi dalam pembetukan sumber daya manusia di masa-masa transisi lainnya. Ketrampilan dasar di sekolah telah dipelajari sejak dini, oleh sebab itu kegagalan untuk melakukan inventasi pada pendidikan dapat meningkatkan biaya dalam mengejar gaya hidup dan bekerja dengan sehat. Pada saat yang bersamaan, kelakuan berbahaya yang mengakibatkan kematian prematur seorang pemuda atau kehamilan dini diluar rencana dapat menurunkan manfaat bersekolah secara nyata. Pengangguran yang berkepanjangan juga menyebabkan hilangnya perhatian untuk berinvestasi dalam sekolah lanjutan, kemungkinan tekanan mental, pembentukan keluarga yang terlambat, dan manifestasi negatif dari kewarganegaraan. Masa transisi tersebut juga dapat memiliki jalur-jalur yang berbeda diantara gender yang berbeda. Di saat pubertas, transisi untuk gadis remaja berbeda dengan remaja pria. Peristiwa tersebut menunjukan dikenalinya potensi keibuan, yang biasanya dikaitkan dengan kekhawatiran masyarakat dalam melindungi anak gadis, kadang-kadang sampai titik proteksi yang berlebihan. Transisi ini juga menandai masa ketika remaja pria diharapkan untuk bekerja demi menghasilkan uang (perhatian khusus mengenai gender dibahas di akhir Bab 2 dari laporan ini).
13
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
14
Kebijakan harus berfokus tidak saja pada kesempatan bagi kaum muda tetapi juga pada kemampuan dan kesempatan kedua Beberapa tantangan dari pembentukan sumber daya manusia selama masa transisi di usia muda juga berkaitan dengan “sisi penawaran”, yatu masalah kurang tersedianya peluang untuk mendapatkan pelayanan dan untuk mendapatkan pengalaman bekerja. Sementara tantangan yang lain berkaitan dengan “sisi permintaan”,karena berbagai aktifitas yang dilakukan yang mencerminkan kurangnya informasi, sumber daya, atau pengambilan keputusan yang berdasarkan pengalaman. Kedua jenis tantangan tersebut dapat diatasi dengan kebijakan yang tepat. “Kami hanya memiliki status Semua negara biasanya memiliki sebagai pengamat pada waktu kebijakan dan program yang membawa keputusan diambil di dalam dampak pada kehidupan kaum muda. masyarakat.” Mereka memiliki sekolah, universitas, ketenagakerjaan, rumah Anak muda, peraturan distrik Bonthe, Sierra Leone, sakit, dan peraturan-peraturan yang
memungkinkan kaum muda untuk memiliki hak suara. Kebanyakan kebijakan dan program tersebut ditentukan di berbagai departemen pemerintah yang ada. Laporan ini menggunakan kacamata kaum muda untuk menganalisanya. Apakah strategi-strategi tersebut cocok untuk transisi kehidupan di masa muda dan lingkungannya? Apakah kebijakankebijakan cukup memenuhi kepentingan dan keperluan para pemuda tersebut? Titik awal bagi penilaian tersebut merupakan dasar yang kokoh bagi terbentuknya sumber daya manusia setelah melewati periode pubertas; sebuah aplikasi dari prinsip-prinsip model investasi yang telah diakui di ilmu ekonomi.17 Dengan tetap memperhatikan dukungan yang diterima di usia dibawah 12 tahun, laporan ini menggunakan kerangka kerja yang membagi kacamata kaum muda ke dalam tiga lensa yang saling mendukung dan menjadi fokus kebijakan, serta memperbesar dampak dari ketiga lensa tersebut (Gambar 9). Kerangka kerja tersebut memperluas model sumber daya
Februari 2006
BOX 3
Migrasi Internasional Memberikan Kesempatan dan Juga Resiko Kepada Kaum
Kemungkinan seseorang melakukan migrasi internasional mencapai titik puncaknya pada akhir umur belasan dan awal usia duapuluhan (lihat gambar). Ini menyebabkan proporsi orang yang melakukan migrasi internasional, serta orang yang kembali ke negara asal, didominasi oleh para migran usia muda. Sepertiga migran dari negara berkembang berusia antara 12 sampai 24, sementara setengahnya berusia antara 12 sampai 29 tahun. Besarnya jumlah orang muda di negara berkembang serta semakin bertambahnya proporsi manula di negara maju, menyebabkan migrasi internasional akan terus berlanjut. Tetapi keinginan untuk bermigrasi secara legal tidak selalu dapat terpenuhi. Antara 50 sampai 90% kaum muda di berbagai negara menyebutkan bahwa mereka ingin bermigrasi secara temporer jika mendapatkan kesempatan. Hal ini menyebabkan kaum muda tersebut lebih cenderung melakukan migrasi secara ilegal dan menjadi korban dalam perdagangan manusia dibandingkan kelompok usia yang lebih tua. Migrasi kaum muda berpengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan melalui pengiriman pendapatan mereka dan kemampuan yang digunakan ketika mereka kembali ke negerinya. Ini merupakan salah satu
cara yang efektif bagi kaum muda dalam menggunakan dan membentuk modal sumber daya manusia mereka untuk membantu mengurangi kemiskinan di negara mereka. Memberikan kemudahan dalam migrasi temporer merupakan hal yang dapat dilakukan oleh negara maju. Sementara itu negara berkembang perlu menerapkan berbagai kebijakan yang dapat meningkatkan dampak pembangunan dari migrasi internasional • meningkatkan manfaat yang diperoleh dari para migran yang saat ini berada di luar neger, misalnya dengan menurunkan biaya pengiriman uang dan memberikan akses pendanaan. Pengakuan atas ketrampilan yang didapatkan di luar negeri merupakan hal yang penting bagi migran yang kembali ke negeri asal; • memberikan kesempatan lebih luas bagi para pemuda untuk melakukan migrasi dengan menurunkan biaya perolehan paspor, menghilangkan hambatan emigrasi, dan mengusahakan berbagai kesepakatan bilateral dalam hal migrasi dan pekerjaan; • mengurangi resiko migrasi melalui pemberian informasi dan penyuluhan untuk mengurangi
Meksiko: Migrasi pada usia muda dan kembali pada usia muda Persen 4.5 4.0 3.5 3.0 Kembali 2.5 2.0 1.5 1.0 Migrasi 0.5 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Usia Sumber: Penulis.
perdagangan manusia dan resiko terkena penyakit menular, serta dengan mempeluas kesempatan kerja di dalam negeri; • memfasilitasi kembalinya para migran yang telah memperoleh ketrampilan di luar negeri dengan cara memperbaiki iklim investasi di dalam negeri. Sumber: Penulis.
Ikhtisar
manusia dengan tidak hanya memasukan pemerintah dan keluarga saja, tetapi juga kaum muda sebagai calon investor.
•
•
•
Lensa yang pertama memusatkan perhatian pada kesenjangan antara tersedianya peluang untuk membangun sumber daya manusia dan kebijakan yang membantu kaum muda untuk memperoleh, meningkatkan dan menggunakan ketrampilan mereka. Lensa yang kedua berpusat pada kemampuan kaum muda dalam memilih berbagai peluang yang tersedia bagi mereka dan memilih kebijakan dalam menyalurkan informasi dan insentif untuk mendorong mereka dalam pengambilan keputusan yang baik. Lensa yang ketiga memusatkan perhatian pada perbaikan hasil yang tidak sesuai dengan harapan dan pada kebijakan yang memberikan kesempatan kedua bagi kaum muda untuk kembali ke jalan yang sesuai dalam membangun kemampuan mereka di masa depan.
Ketiga lensa diatas perlu diselaraskan demi didapatkannya gambaran yang terpusat. Berbagai kebijakan tersebut juga harus terkoordinasi dengan baik untuk memberikan dampak yang maksimal.
Peluang yang tersedia dapat terbuang dengan percuma jika kemampuan untuk meraihnya tidak dapat terciptakan dengan baik. Kapasitas pengambilan keputusan yang lebih baik dapat menyebabkan terjadinya ketidakpuasan jika peluang yang tersedia berada jauh dibawah aspirasi. Tidak tersedianya kesempatan kedua juga dapat menyebabkan kegagalan total. Beberapa lensa lebih banyak meneropong beberapa masa transisi dibandingkan masa transisi yang lainnya. Hasil dalam masa transisi untuk mendapatakan gaya hidup sehat yang berkesinambungan dan dalam periode pembentukan keluarga, misalnya, lebih banyak dipengaruhi oleh tidnakan kaum muda, jadi lensa kedua harus lebih ditekankan. Dengan memandang pengaruh kebijakan terhadap ekonomi secara keseluruhan maupun untuk tiap sektor tertentu melalui ketiga lensa yang dibahas, kebijakan yang dijalankan akan lebih mendukung perkembangan kaum muda. Dengan cara tersebut indentifikasi kesenjangan yang ada serta penentuan prioritas dapat dijalankan dengan lebih baik. Pentingnya usaha untuk memperkecil kesejangan yang ada bukan berarti pemerintah harus mengerjakan semua pekerjaan berat tersebut. Bahkan seandainya pemerintah mempunyai
Gambar 11 Siapa yang paling menentukan? Proporsi wanita muda (15-24) yang merasakan bahwa mereka sendirilah yang memiliki pengaruh paling kuat pada masa transisi kehidupan, sangat beragam antar masyarakat Albania
Bangladesh
Bekerja
60%
50%
Sekolah
82%
18%
Perkawinan
77%
4%
Ethiopia
79%
39%
55%
Irak
Malaysia
Romania
Tajikistan
53% 43%
89%
84%
52%
82%
65%
65%
82%
96%
32%
25%
Sumber: Survei InterMedia WDR 2007. Catatan: Gambar ini menunjukan proporsi kaum muda usia 15-24 yang menjawab “saya sendiri” (dibanding orang tua, pemerintah, atau lainnya) untuk menjawab pertanyaan: “Siapa yang sepertinya memiliki pengaruh paling besar (untuk setiap transisi: pekerjaan sekarang atau terakhir, masa bersekolah, dan pasangan hidup)?””
15
“mayoritas kaum muda di Georgia sekarang ini menyadari apa yang menjadi faktor kunci ….. dalam mencari pekerjaan terletak di dalam diri mereka sendiri.” Anak muda, Tbilisi, Georgia. Desember 2005
16
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
itikad baik, banyak yang tidak memiliki sumber daya dan kapasitas yang cukup untuk menyediakan seluruh investasi yang diperlukan. Sebaliknya, kebijakan publik harus memperbaiki iklim yang ada, sehingga dengan dukungan dari keluarga mereka,kaum muda mempunyai keinginan untuk berinvestasi atas diri mereka sendiri. Investasi dalam sumber daya manusia tersebut harus juga memperhatikan biaya, resiko dan keuntungan yang akan diperoleh, seperti halnya investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Tiga bagian berikut akan membahas sisi kanan dari Gambar 9 dengan contohcontoh kebijakan dan program-program yang spesifik
Kebijakan untuk memperluas kesempatan bagi kaum muda Mengembangkan dan menggunakan sumber daya manusia pada usia muda telah menjadi tantangan khusus sejalan dengan pertambahan jumlah pemuda yang bertahan dari penyakit masa kanakkanak dan lulus sekolah dasar. Kegagalan menjawab tantangan tersebut berarti mewariskan kemiskinan pada generasi penerusnya, karena hasil yang buruk dari kaum muda pada hari ini akan ditularkan kepada anak-anak mereka. Negara-negara yang berhasil keluar dari lingkaran setan ini telah memperbaiki ketrampilan dasar dari remaja tanggung dan para pemuda untuk memenuhi permintaan atas ketrampilan dengan tingkat yang lebih tinggi, serta memperhalus awal dari kehidupan kerja dan kehidupan sipil para anak muda tersebut.
Meningkatkan ketrampilan dasar – intervensi lebih awal dalam lingkaran kehidupan dan peningkatan kualitas TAda pelajaran penting yang dapat diambil dari ekpansi pendidikan secara besarbesaran di tahun 1980an dan 1990an. Perluasan tempat-tempat pendidikan dengan cepat dapat mempengaruhi kualitas pendidikan itu sendiri.Ini tercermin dari tingginya tingkat pendaftaran tetapi rendah tingkat keberhasilannya. Di
Moroko dan Namibia, lebih dari 80 persen murid-murid sekolah dasar melanjutkan hingga kelas terakhir, tetapi hanya kurang dari 20 persen yang memiliki penguasaan materi secara minimum (Bab 3). Kaum muda telah merasakan akibatnya; banyak dari sejumlah besar remaja tanggung yang telah lulus sekolah dasar tidak cukup berpengetahuan untuk bisa menjadi anggota komunitas yang dapat membaca dan berhitung. Oleh karena itu kacamata yang digunakan disini lebih menekankan pada aspek perbaikan keseimbangan antara peningkatan partisipasi anakanak di sekolah dasar dan menjamin tercapainya standar kualitas minimum. Hal ini terdokumentasi dengan baik di berbagai laporan hasil monitor di seluruh dunia18. Apa yang harus dilakukan oleh negara? Pertama, pengukuran kualitas secara lebih baik. Segi kuantitas mungkin selama ini lebih ditekankan karena lebih mudah untuk mengukur tingkat partisipasi dan kelulusan daripada hasil pembelajaran. Hal ini secara pelan-pelan dapat dirubah dengan memperkenalkan ujian standarisasi yang dapat dibandingkan antara sekolah di dalam dan di luar negeri.19 Kedua, mempertimbangkan suatu sistim belajar yang teintegrasi sepanjang lingkaran kehidupan, dari mulai pendidikan prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah tinggi, daripada sebagai bagian-bagian yang terpisah dan berdiri sendiri. Di banyak negara hal ini juga berarti memperbaiki dasar-dasar yang ada sebelum anakanak mencapai usia pubertas, melalui perbaikan dini dalam hal gizi, kesehatan, dan pengembangan sosial-psikis. Di banyak negara seperti Jamaika, Filipina, Turki, dan Amerika Serikat, 20 enriched child care and preschool prograprogram penitipan anak dan prasekolah yang telah diperkaya telah meningkatkan nilai tes kemampuan, tingkat kelulusan yang lebih tinggi pada periode sekolah menengah, dan bahkan tingkat kejahatan yang lebih rendah sampai masa usia 20an (Gambar 10). Pembangunan ketrampilan dasar bagi masyarakat membutuhkan pemberdayaan
Ikhtisar
pada tingkat sekolah menengah pertama, seperti yang telah dilakukan di banyak negara. Sekali lagi hal ini harus dilakukan tanpa mengorbankan kualitas. Penentuan standar, pembangunan sistim akreditasi dan evaluasi, pelatihan dan motivasi para pengajar, dan peningkatan akuntabilitas para administrator sekolah kepada para orang tua, murid dan komunitas lokal merupakan beberapa tindakan yang dapat dilakukan (Bab 3). Memusatkan perhatian pada kualitas bukanlah tanpa biaya, oleh sebab itu berbagai aspek kurikulum yang menekankan pada penjurusan dan spesialisasi, dapat ditunda hingga tingkatan sekolah menengah atas dan selanjutnya. Reformasi pendidikan tingkat menengah di Cili, misalnya, memindahkan seluruh spesialisasi kejuruan ke tingkat sekolah menengah atas; tindakan ini berhasil membangun dasar akademis yang lebih kuat bagi para peserta didik.
Memenuhi permintaan akan keterampilan tinggi – meningkatkan relevansi pendidikan menengah atas dan pendidikan tinggi Tatanan ekonomi global saat ini menuntut keterampilan teknikal dan keterampilan antar manusia yang lebih tinggi, bahkan di berbagai negara yang masih harus berjuang dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Keterampilan tersebut terutama dibentuk di usia 15-24 tahun. Kompetisi global telah meningkatkan permintaan atas inovasi teknologi berbasis keterampilan di Asia dan Amerika Latin dalam berbagai industri berorientasi eksport. Industri-industri tersebut cenderung menggunakan lebih banyak kaum muda secara tidak proposional (Bab 4). Tekanan tersebut dapat dikurangi jika sekolah menengah atas dan universitas dapat menghasilkan lebih banyak murid. Akan tetapi meningkatkan kuantitas saja tidaklah cukup, karena isi dan cara penyampaian merupakan hal yang terpenting. Jika kualitas pendidikan rendah, atau jika yang dipelajari tidak
BOX 4
Sadar Akan Keuntungan yang Didapatkan: Informasi Mengenai Manfaat Pendidikan Dapat Mempengaruhi Hasil
Apakah para pemuda menyadari manfaat dari mengikuti persekolahan? Belum tentu. Sebuah survey yang dilakukan pada peserta didik kelas akhir sekolah dasar di Republik Dominika di tahun 2001, mencoba membandingkan tambahan pendapatan yang mereka perkirakan dengan tambahan pendapatan yang akan mereka dapatkan sesuai dengan data profil usia dan penghasilan. Para pelajar tersebut dapat secara tepat memperkirakan manfaat dari menyelesaikan sekolah dasar, tanpa menyelesaikan sekolah lanjutan, secara konsisten dengan profil pendapatan yang diestimasi. Tetapi mereka memandang rendah tambahan penghasilan yang didapatkan dari menamatkan sekolah menengah. Perbedaan pendapatan aktual antara lulusan sekolah dasar dan lulusan sekolah menengah (dari berbagai survey penghasilan) mencapai 1300 peso Dominika (sekitar US$200). Perbedaan ini 10 kali lebih besar dibandingkan dengan tambahan penghasilan yang diperkirakan oleh para pelajar tersebut, yang hanya sekitar 140 peso Dominika (sekitar US$21). Hal ini semakin terlihat pada para pelajar yang berasal dari rumah tangga sangat miskin. Beberapa pelajar yang dipilih secara acak, diberikan informasi mengenai perbedaan penghasilan antara lulusan sekolah dasar dan lulusan sekolah menengah.
Survey lanjutan yang dilakukan pada tahun 2005 memperlihatkan bahwa mereka yang menerima informasi tersebut memiliki kemungkinan lebih tinggi (12 persen) untuk melanjutkan sekolah mereka dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan informasi mengenai perbedaan penghasilan tersebut.
Tambahan penghasilan yang didapatkan lulusan sekolah menengah di Republik Dominika lebih tinggi dari yang diperkirakan Tidak lulus sekolah menengah Lulus sekolah menengah Penghasilan mingguan (peso Dominika) 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Penghasilan Penghasilan dari survey yang diperkirakan Sumber : Jensen (2006).
relevan dengan permintaan di pasar pekerjaan, tingkat pengangguran akan menjadi tinggi bahkan untuk kelompok yang mendapatkan pendidikan paling tinggi. Negara-negara seperti Afrika Selatan mencoba untuk merespon permintaan atas kualitas dan kecocokan pendidikan dengan yang diminta oleh pasar, dengan membuat ulang kurikulum pendidikan menengah atas untuk lebih menekankan pada pemikiran praktis dan keterampilan antar manusia, serta dengan lebih menawarkan campuran antara subyek akademis dan kejuruan (Bab 3). Kebijakan yang menghubungkan institusi pendidikan dengan calon pemberi pekerjaan dari sektor swasta melalui konsultasi yang teratur, berikut proyek
17
18
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
“Situasi saya begitu sulit; saya tidak dapat bersekolah karena saya adalah pencari nafkah utama dalam keluarga saya. Di daerah pedesaan tidak ada kesempatan untuk belajar setelah jam sekolah …. Saya tidak lulus ujian universitas.” Dang, usia 25, Bac Can, Vietnam, Mei 2006
“Di daerah saya, jika lulus ujian masuk universitas maka anda dapat melanjutkan sekolah. Jika gagal, anda bergabung dengan tentara atau tetap di rumah menjadi peternak kerbau.” Hoang (teman Dang), Bac Can, Vietnam, Mei 2006
riset gabungan antara universitas dan industri sangat membantu, seperti yang dilakukan di Cina. Reformasi tersebut berbiaya sangat besar terutama karena biaya per unit untuk mendidik para murid melebihi kebutuhan dasar. Kekurangan guru matematika dan sains yang sangat parah terutama terjadi di Sub-sahara Afrika. Hasil dari efisiensi dapat dicapai melalui pemberian insentif yang lebih baik untuk para administrator dan para guru. Saat ini di beberapa negara Amerika Latin, misalnya, sedang diuji coba sebuah skema upah berdasarkan hasil kerja (Bab 3). Banyak sistim pendidikan yang dapat menjadi besar dan lebih baik dengan melakukan diversifikasi sumber pembiayaan. Di berbagai negara, biaya pendidikan tingkat tinggi biasanya lebih banyak berasal dari pihak keluarga, saat mereka dapat merasakan manfaat yang setimpal dengan uang yang dikeluarkan. Angka itu mencapai hingga 80 persen dari biaya pendidikan di negara yang performa ekonomi cukup tinggi, seperti di Cili dan Republik Korea, diiringi dengan tingkat partisipasi yang juga tinggi. Negaranegara seperti Republik Slovakia, Turki dan Uruguay, dana swasta memberikan sumbangan sebesar 20 persen atas total biaya pendidikan tingkat tinggi,21 Di negara-negara tersebut pendidikan dapat didanai melalui berbagai sumber, seperti kerjasama pemerintah-swasta, kegiatan yang menghasilkan pendapatan
Gambar 12 Bersekolah itu menguntungkan Persentase meningkatnya tingkat partisipasi sekolah menengah berkat program Opportunidades di Meksiko 1997-2001
40 Anak laki-laki
Anak perempuan
30 20 10 0 1
2 Tingkat Sekolah Menengah
Sumber: Parker (2003).
3
(konsultasi, menyewakan properti yang tidak terpakai), serta dukungan donor. Program yang memungkinkan kaum kaya dan kaum miskin untuk bersaing dengan lebih adil baru diuji coba pada tahap awal. Yang jelas adalah pendidikan universitas yang gratis tidak akan memiliki kelanjutan secara financial dan tidak membawa manfaat bagi kaum miskin, karena hanya sedikit murid-murid miskin yang mencoba masuk ke perguruan tinggi. Di Uruguay, lebih dari 60 persen dari mereka yang menikmati pembebasan biaya di institusi tinggi negeri berasal dari dua kuartil pendapatan tertinggi.22 Pinjaman atau beasiswa bersasaran pada murid yang berasal dari keluarga tidak mampu dapat menjadi pilihan yang efisien dan juga berkesinambungan. Misalnya, beberapa negara memberikan subsidi pada sekolah menengah dan institusi pendidikan tinggi swasta sesuai dengan jumlah muridnya yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah. Institusi yang memerlukan bantuan dapat memohon subsidi tersebut dan kemudian disaring untuk memenuhi standar kualitas (Bab 3).
Meningkatkan keterampilan di tempat kerja – mengurangi hambatan untuk mulai bekerja dan memfasilitasi perpindahan Perluasan kesempatan dalam pemberian pekerjaan pada kaum muda akan lebih berhasil apabila direncanakan dalam kerangka pertumbuhan ekonomi yang merangsang adanya peningkatan permintaan; gelombang pasang akan mengangkat perahu milik kelompok muda usia berikut perahu-perahu lainnya.23 IDi kebanyakan ekonomi, orientasi ekspor dan penanaman modal asing langsung telah berhasil memperluas permintaan untuk para pekerja muda. Kebijakan tersebut, bersama dengan pendidikan dasar yang bermutu, telah banyak dikutip sebagai sumber pertumbuhan yang menjelaskan fenomena “Keajaiban Asia Timur”.”24 Di Indonesia, di berbagai sektor yang sangat berorientasi kepada ekspor seperti elektronik dan tekstil, penggunaan
Ikhtisar
tenaga kerja muda lebih besar 2 kali lipat daripada rata-rata nasional. Sektorsektor produksi tersebut merupakan sektor yang “padat pekerja muda” (Bab 4). Perkembangan sektor-sektor tadi juga memiliki dampak stimulasi tertentu atas kelompok-kelompok yang sebelumnya dikucilkan. Banyak wanita muda di Penang, Malaysia, yang ketika memasuki angkatan tenaga kerja 20-30 tahun, berhasil mendorong pertumbuhan industri elektronik, dan merubah stereotipe sosial mengenai wanita. Jadi, kebijakan yang membuka ekonomi untuk perdagangan bebas biasanya juga mendukung kaum muda. Penggunaan lensa kaum muda yang dijelaskan di atas, tidak memerlukan adanya perubahan dari berbagai kebijakan tersebut, tetapi lebih memperkuat argumentasi untuk menjalankannya sejak awal masa pembangunan. Tetapi penggunaan lensa tadi juga dapat berarti perubahan dalam beberapa kebijakan umum, terutama yang memberikan implikasi penting bagi kaum muda. Salah satunya adalah peraturan pasar tenaga kerja yang mempunyai pengaruh tidak proposional terhadap para pendatang baru.Kebijakan yang membatasi fleksibilitas dan mobilitas antar sektor juga cenderung untuk memperpanjang masa transisi dalam pekerja dan membatasi kaum muda lebih daripada kelompok lainnya. Undang-undang perlindungan tenaga kerja di negara-negara Amerika Latin dan OECD mempunyai potensi dalam meningkatkan tingkat pengangguran pada kalangan kaum muda (Bab 4). Jika upah minimum ditentukan terlalu tinggi, mereka akan menghambat pemberian pekerjaan untuk para pekerja tidak terlatih, yang kebanyakan merupakan kaum muda yang baru saja mulai bekerja. Ini bukan merupakan justifikasi untuk menghilangkan berbagai perundangan dalam bidang ketenagakerjaan, melainkan suatu himbauan dalam mengembangkan kebijakan yang menyediakan proteksi yang cukup, tanpa memperkecil peluang bagi berbagai kelompok yang memang telah tersisihkan dalam pasar pekerjaan. Di negara-negara yang lebih miskin seperti Burkina Faso, Gambia, Nikaragua, Paraguay,
Rwanda, dan Sierra Leone, banyak kaum muda memulai pekerjaan pada sektor informal (Bab 4). Walaupun sektor ini tidak akan memecahkan semua persoalan ketenagakerjaan bagi kaum muda, bukti menunjukan bahwa hal tersebut bisa menjadi batu loncatan yang tahan banting dan produktif, terkadang untuk menuju ke sektor formal. Jika pekerjaan-pekerjaan ini ingin dijadikan sebagai langkah pertama, dan bukannya pemberhentian terakhir dalam meniti jenjang keterampilan, kaum muda harus mampu bergerak dengan bebas untuk meraih setiap peluang yang muncul. Pelatihan praktis yang menggabungkan keterampilan kejuruan dan keterampilan pengelolaan dapat menjadikan kaum muda menjadi lebih bebas bergerak. Akan tetapi hasil dari berbagai sekolah dan institusi pelatihan umum yang menyediakan berbagai ketrampilan tersebut, terlihat sangat beragam; bahkan untuk institusi besar di tingkat nasional yang mempunyai fasilitas terbaik. Apakah ada cara-cara lain? Pengalaman negaranegara maju dengan program magang, yang menyediakan pengalaman kerja secara terstruktur, memberikan pelajaran bagi negara-negara berpenghasilan menengah untuk mengembangkan sektor produksi dengan sistim upah modern. Di negara-negara lainnya, program permagangan secara tradisional lebih umum terjadi di perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor nonformal. Pemberian insentif dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas dan mendorong inovasi seperti program Jua Kali di Kenya (Bab 4). Pilihan lain untuk orang muda adalah dengan bekerja mandiri. Beberapa dari mereka menjadi perintis usaha karena kebutuhan, sementara yang lain karena tersedianya peluang. Kedua kelompok ini menghadapi berbagai hambatan yang lebih disebabkan karena usia mereka, seperti dalam memperoleh modal dan membangun jaringan bisnis. Program yang menyediakan modal awal dalam pembangunan usaha dan pembangunan jaringan usaha telah mulai dicoba di Amerika Latin.
19
“[Banyak] kenalan yang saya temui di masa silam telah meninggal dunia, di penjara atau hidup cacat. Marcos [aktivis muda] yang memperkenalkan saya pada pergerakan [kesempatan kedua] ini…. Saya telah berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan, bertemu dengan orangorang….. Kami telah memulai berintegrasi dalam masyarakat [untuk] membangun hati nurani…. untuk keluar dari perdagangan obat-obatan.” Bruno, usia 21, Ceará, Brasilia, Mei 2006
20
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
Mobilitas geografis juga memperbanyak tersedianya peluang. Kaum muda merupakan bagian terbesar dari para migran, baik untuk daerah perkotaan maupun untuk negara lain. Di Cina, 118 juta penduduk pedesaan mencari pekerjaan diluar kampung halamannya. Karena produktifitas di daerah pedesaan juga mengalami peningkatan, urbanisasi tidaklah mengurangi produksi pertanian secara nyata. Akan tetapi biasanya kaum migran tidak memiliki akses yang sama dalam mendapatkan pelayanan sosial seperti mereka yang memiliki kartu tanda penduduk. Mereka juga tidak merasakan semua jenis manfaat jaminan sosial dan jaringan keamanan yang mempunyai pengaruh atas tekanan sosial. Kebijakan yang mempermudah ketentuan dalam perpindahan ke daerah perkotaan dan antar negara, seperti pengakuan terhadap hak para migran, dapat membuat proses ini menjadi lebih efisien dan mendukung usaha pemerataan. Migran berusia muda merupakan bagian terbesar dari migrasi antar negara. Migrasi dapat memperluas kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan. Migrasi juga memperlebar pilihan terhadap pendidikan yang didapatkan, terutama pendidikan tinggi. Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan menengah di negara asal juga dapat ditingkatkan berkat kiriman uang dari para migran kepada orang tua dan keluarga di rumah. Berbagai kebijakan dapat diambil untuk menjamin para migran memperoleh kesempatan tersebut, baik di negara asal maupun negara tujuan.
Partisipasi dalam kehidupan bernegara – meningkatkan partisipasi kaum muda dalam perumusan kebijakan dan penyediaan layanan publik Kesempatan untuk diakui dan didengarkan sebagai warga negara, dan untuk diikutsertakan dalam aktivitas kemasyarakatan merupakan faktor penting dalam perumusan kebijakan serta penyediaan layanan yang berhubungan langsung dengan nasib kaum muda. Laporan Pengembangan Dunia 2004 menyebut
keterlibatan ini sebagai “kekuatan dari para klien”. Sebutan ini merujuk pada kenyataan bahwa keterlibatan masyarakat sebagai klien, dapat membuat penyelenggara pelayanan menjadi lebih responsif terhadap keperluan si penerima manfaat.25 Partisipasi juga menjadi penting karena peran kaum muda dalam kehidupan sebagai warganegara cenderung bertahan lama. Partisipasi sejak dini dalam siklus kehidupan adalah faktor prediksi yang cukup tepat atas kemampuan dan kesediaan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan di masa depan. Permasalahannya adalah bagaimana pemerintah dapat memberikan tempat yang luas atas partisipasi kaum muda tersebut tanpa merasa terancam olehnya? Bagi kebanyakan kaum muda, proses konsultasi dan partisipasi langsung mereka dalam perumusan kebijakan serta implementasinya dapat menjadi platform yang lebih penting daripada, misalnya, pemungutan suara. Kesempatan ikut berpartisipasi bukan hanya dapat dilakukan melalui jalur keterlibatan politik formal, tetapi juga melalui organisasi sosial dan kemasyarakatan,seperti yang dilakukan oleh berbagai asosiasi pedesaan di Afrika Barat (kafoolu), sekolah samba dan klub olahraga di Brasil, serta juga gerakan kepanduan di banyak negara lain. Ikut serta dalam program nasional, seperti militer sukarela dan pengabdian masyarakat, adalah jalur lain yang telah diterapkan di banyak negara untuk partisipasi yang lebih aktif. Rancangan dari program-program pelayanan kepada kaum muda yang berhasil menekankan pada fleksibilitas, saran dari kaum muda, akuntabilitas, dan onotomi organisasi. (Bab 7). Seringkali kaum muda lebih memiliki peluang untuk didengar dan mempunyai dampak langsung pada tingkatan lokal. Di Ceara, Brasil, kaum muda memiliki kesempatan untuk memeriksa anggaran pemerintah, dan mengindentifikasikan berbagai inisiatif yang sebelumnya tidak tercatat dalam program pemerintah. Dampak dari kesempatan berpartisipasi yang lebih besar tidaklah semata untuk menjamin stabilitas; seringkali hal tersebut juga merupakan cara untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Partisipasi yang lebih
Ikhtisar
luas juga merupakan pilihan terbaik untuk mengembangkan keahlian kaum muda dalam pengambilan keputusan.
Kebijakan pengembangan kemampuan: Kaum muda sebagai pengambil keputusan Lensa kedua memusatkan perhatian pada pentingnya membantu kaum muda untuk lebih mampu memutuskan tindakan dalam memanfaatkan berbagai kesempatan dalam kehidupan mereka. Ketika kaum muda memasuki masa pubertas, keputusan terpenting dalam hidup mereka biasanya diambil oleh orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua. Sejalan dengan bertambahnya usia mereka, pengambilan keputusan beralih dari orang tua dan keluarga kepada kaum muda itu sendiri. Kecepatan dari peralihan itu sangat beragam untuk berbagai masa transisi yang berbeda-beda. Di dalam beberapa masyarakat, proses pengalihan tadi terjadi lebih cepat. Di banyak masyarakat lainnya, pengalihan hanya terbatas untuk beberapa keputusan, serta pada usia yang lebih tua. Untuk sebagian yang lain, seperti wanita muda di masyarakat tradisional, pengambilan keputusan hanya dialihkan dari orang tua ke para suami, sehingga kebebasan dalam pengambilan keputusan tersebut tidak pernah terjadi. Perbedaan-perbedaan tersebut digambarkan dengan jelas melalui respons terhadap survey internasional bagi kaum muda berusia 15-24 tahun. Dalam survey ini ditanyakan siapa tokoh yang paling berpengaruh dalam keputusan mengenai perkawinan, pendidikan dan pekerjaan (Gambar 11). Sedikit sekali wanita muda Bangladesh yang berpendapat bahwa mereka memiliki pengaruh paling besar dalam pilihan pendidikan atau perkawinan mereka. Sebaliknya, kaum muda Albania, Malaysia dan Romania merasakan wewenang yang lebih besar dalam memutuskan pilihan mereka sendiri. Kaum muda Ethiopia, Iraq dan Tajikistan memiliki gabungan keduanya. Hasil untuk para pemuda juga mencerminkan kecenderungan ini dengan beberapa pengecualian (Bab 2). Pemuda Iraq
merasakan kontrol yang kurang dalam hal pilihan pekerjaan dan sekolah daripada kaum wanitanya; sementara pemuda Bangladesh merasakan jauh lebih banyak kontrol atas pekerjaan dan perkawinan daripada para wanita muda di negara tersebut, tapi tidak untuk pendidikannya. Bahkan jika tidak ada kebebasan yang absolut, kaum muda dimanapun membuat keputusan penting yang berpengaruh atas masa depannya, juga dalam masyarakat yang kelihatannya sangat terikat pada tradisi. Para lulusan sekolah dasar secara taat melanjutkan ke sekolah menengah untuk memuaskan para orang tua mereka tetapi usaha merekalah yang menentukan keberhasilan mereka. Kaum muda mungkin dilarang oleh undangundang untuk kawin terlalu muda, tetapi tetap dapat berhubungan seksual yang bisa mengakibatkan kehamilan yang tidak diharapkan. Sebab itu mereka juga menjadi “pelaku” dalam kehidupan mereka sendiri, seperi yang dedifinisikan oleh pakar sosial sebagai kemampuan kaum muda untuk menentukan tujuan mereka dan bertindak sesuai tujuannya.26 Menjadi pelaku perlu pengakuan. Hal ini mungkin merupakan hal mudah dilakukan, seperti menjamin mereka memiliki identitas legal, termasuk dokumentasi dasar yang seringkali penting untuk memperoleh pelayanan dasar. Akan tetapi pengakuan saja tidaklah cukup. Para pelaku ini juga harus memiliki informasi, sumber daya serta rasa tanggung jawab. Jika ingin membantu kaum muda menggunakan peluang yang ada, maka mereka harus dilengkapi dengan kemampuan. Faktor apa saja yang menentukan kemampuan tersebut? Akses memperoleh informasi, penguasaan atas sumber daya yang riil, dan kemampuan untuk mengolah dan bertindak sesuai informasi. Kebijakan negara dapat membantu terciptanya ketiga hal tersebut.
21
Memberi informasi kepada Kaum Muda
“Saat berbicara mengenai “kaum muda membawa perubahan dalam masyarakat”, saya pikir kaum muda telah diremehkan dimanamana. Mereka sangat baik dalam menyelesaikan proyek pengembangan di tingkat akar rumput dengan anggaran minimal dan sangat efektif. Sehubungan dengan keterlibatan mereka di tingkat akar rumput, kaum muda dengan mudah mengimplementasikan suatu proyek tanpa adanya birokrasi organisasi….. mereka seringkali juga mempunyai biaya dasar yang lebih rendah pula.”
Kaum muda memiliki banyak pengetahuan. Kemampuan baca tulis mereka juga jauh lebih tinggi daripada
Shasheen, usia 20, Australia, Juni 2006
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
22
Table 1
Policy goals, directions, actions, and programs
Broaden opportunities for young people to develop their human capital
Develop capabilities of young people as decision-making agents
Offer second chances to manage consequences of bad outcomes that occur early in life
Policy goals
Policy actions and programs
Policy goals
Policy actions and programs
Policy goals
Policy actions and programs
Children enter adolescence with basic skills for further learning and practical living
Improve quality at primary and lower secondary
Young people have appropriate command over resources that affect human capital decisions
Targeted scholarships based on merit and need, conditional on outcomes (Bangladesh Female Secondary Stipend Program)
Allow young people to regain access to services that safeguard and develop human capital
Demand-driven programs that help youth reenter mainstream education systems (graduate equivalency)
Universalize lower secondary Redesign inflexible educational systems to be more diverse and to integrate academic with life skills (Chile Education Reform) Motivate teachers with incentives Address demand-side constraints among girls through women teachers, improved school environments
Young people enter labor force at the right time and are mobile to be able to accumulate higher-order skills All young people are given a voice in civic life
Align minimum wage with market realities Break down barriers to mobility (e.g., relax overly rigid employment protection, residence regulations) Recognize youth as significant stakeholders in public institutions and as legal entities (e.g., policy consultations in Ceará, Brazil)
Young have sufficient and accurate information about human capital needs and constraints, and programs to address them
Support decisionmaking by recognizing identity, and giving incentives to shift behavior
Micro credit for youth Income-contingent loans (e.g., Australia, Thailand) School-based information, education, and communication campaigns (Kenya) Better Life Options Curriculum (India) Job counseling programs (e.g., Philippines Overseas Workers Program)
Treatment for HIV/AIDS for young people Retraining programs linked well to labor demand (e.g., Latin America’s Jovenes)
Give hope to those who have committed crimes or who were combatants in armed conflict
Restorative justice and rehabilitation programs that are cost-effective (e.g., Romania, South Africa Truth and Reconciliation)
Curriculum reform to stress noncognitive skills training Include students in school decision making Cash transfers conditional on outcomes (e.g., Mexico’s Oportunidades) Cigarette taxes
generasi sebelumnya. Mereka adalah pengguna rutin dari salah satu sumber informasi paling lengkap yang pernah ada – internet (Bab 8). Akan tetapi, masih lebih banyak hal yang harus diketahui. Pengetahuan dasar kaum muda untuk menginformasikan keputusan penting dalam investasi sumber daya manusia yang dijalankan, serta tindakan-tindakan beresiko yang diambil seringkali kurang memadai. Ini terlihat misalnya pada rendahnya pengetahuan penggunaan kondom diantara kaum wanita di Afrika, bahkan untuk mereka yang berpendidikan (lihat Boks 2). Survei dari kaum muda Vietnam, yang seharusnya memiliki informasi dan pendidikan cukup tinggi, berusia antara 14-25 tahun di tahun 2003 mengindikasikan bahwa kaum muda di daerah pedesaan yang pernah mendengar mengenai penyakit sifilis dan raja singa berjumlah kurang dari 60 persen.27 Di suatu negara dimana kecelakaan lalu lintas
menjadi sebab utama kematian dan cedera serius pada usia 15-19 tahun, dan dimana penggunaan sepeda motor oleh pemuda perkotaan melebihi 70 persen, hanya sekitar seperempat pengendara yang menggunakan helm. Banyak diantaranya yang tidak menggunakan karena tidak percaya atas fungsi proteksinya. Apa yang dapat dilakukan agar informasi pada kaum muda mengenai manfaat dan biaya untuk berinventasi dalam sumber daya mereka sendiri dapat disampaikan dengan baik? Kebijakan yang berhasil menggunakan sekolah, media yang lebih luas, memperbaiki isi dari kampanye diseminasi, serta penggunaan teknologi baru. Memperbaiki kurikulum sekolah dan menyampaikan nilai Pemberian keterampilan mengenai kehidupan di sekolah merupakan cara paling pasti dalam meningkatkan kemampuan kaum muda. Keterampilan tersebut tidak hanya jenis
Ikhtisar
yang diperlukan dalam pendidikan lebih lanjut dan pekerjaaan di masa mendatang. Program pendidikan mengenai kesehatan reproduksi di sekolah dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kegiatan seksual yang aman.28 Kebijakan dalam pendidikan seks di sekolah di Kenya menyediakan informasi khusus kepada para gadis muda, seperti informasi mengenai penularan HIV diantara para pria yang lebih tua. Kebijakan ini berhasil menurunkan tingkat kehamilan (Bab 5). Tidak ada bukti bahwa pendidikan seks meningkatkan aktivitas seksual di kalangan kaum muda. Akan tetapi, intervensi di sekolah tidaklah cukup, karena banyak kaum muda di negara-negara berkembang berhenti bersekolah pada usia dini. Seringkali karena kemiskinan; tetapi juga karena kaum muda tidak memiliki informasi cukup akan pentingnya melanjutkan pendidikan. Di Republik Dominika, hanya dengan memberitahu anak laki-laki mengenai keuntungan penghasilan aktual dari pendidikan, suatu program intervensi yang cukup murah, dapat meningkatkan tingkat kelulusan sekolah menengah (Boks 4). Plihan lain disamping sekolah. Bagaimana sebaiknya menetapkan sasaran bagi mereka yang telah berhenti sekolah atau tidak pernah mengecap pendidikan? Sukses dalam program pencegahan menyebarnya HIV/AIDS di Kamboja dan Thailand dikaitkan dengan kampanye terstruktur melalui media dan sumber informasi.29 Walaupun sulit untuk memastikan apakah sebuah kampanye membawa dampak yang diinginkan karena banyaknya pengaruh faktor-faktor lain, beberapa studi mencoba untuk memecahkan pokok permasalahan yang ada. Program Pilihan Kehidupan yang Lebih Baik (Better Life Options) menyediakan kombinasi beragam pelayanan bagi wanita muda (usia 12-20) di daerah kumuh di pinggiran kota dan daerah pedesaan India. Program ini menyebarkan informasi mengenai kesehatan reproduksi beserta pelayanannya, menyediakan pelatihan kejuruan, dan mendorong pendayaan wanita melalui berbagai acara bersifat rekreasi dan penyebaran
BOX 5
Pemberian Seragam di Bungoma dan Butere Mumias
Pemberian seragam sekolah di Distrik Bungoma dan Butere-Mumias di Kenya tidak hanya menurunkan angka dropout, juga menurunkan kehamilan usia dini
Persen 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Angka drop-out siswa lelaki
Angka Kehamilan usia drop-out dini di antara siswa siswa perempuan perempuan
Sebuah eksperimen yang baru-baru ini diselesaikan di Kenya mengkaji hasil dari program multisektoral yang memberikan insentif kepada para pelajar. Insentif diberikan dalam bentuk pemberian pakaian seragam secara gratis, yang biasanya merupakan pengeluaran cukup besar bagi keluarga pelajar-pelajar tersebut. Dari eksperimen tersebut terlihat bahwa penurunan biaya pendidikan, misalnya dalam bentuk pemberian seragam gratis, tidak saja dapat menurunkan angka drop-out, baik bagi pria maupun wanita, tetapi menurunkan proporsi remaja putri yang hamil pada usia dini (lihat gambar). Dampak dari kebijakan ini lebih besar dibandingkan dengan dampak dari berbagai kebijakan yang ditujukan secara langsung terhadap kehamilan usia dini, seperti program pelatihan bagi para guru dalam memenuhi kurikulum HIV/AIDS. Dampak tidak langsung tersebut mungkin tidak akan terlihat jika seseorang hanya mempunyai persepsi mengenai satu sektor saja.
Kontrol Siswa yang menerima seragam gratis
Sumber: Duflo dan lainnya (2006). Catatan: Perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok yang dikenakan kebijakan adalah signifikan secara statistik
materi informasi. Analisa multivariable menunjukan bahwa mereka yang terlibat dalam program ini mempunyai pengaruh lebih kuat dalam pengambilan keputusan penting dalam kehidupan mereka, seperti keputusan mengenai pengeluaran rumah tangga, waktu untuk menikah, dan keputusan dalam meneruskan pendidikan, dibanding dengan mereka yang tidak terlibat di dalamnya.30 Mengambil manfaat dari pengetahuan global melalui penggunaan teknologi baru, untuk memberikan informasi kepada kaum muda. Penciptaan iklim investasi swasta dalam penggunaan teknologi sangatlah penting untuk kaum muda. Mereka pada khususnya lebih mungkin menggunakan failitas komunal seperti warung internet, sehingga peraturan pemerintah yang memungkinkan perusahaan masuk dengan mudah kedalam sektor ini akan
23
24
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
sangat membantu. Reformasi proses perijinan di Algeria yang merubah biaya memperoleh ijin menjadi lebih terjangkau telah menyebabkan jasa penyediaan internet meledak di antara tahun 1998-2000 (Bab 8). Walau begitu, karena banyak informasi dalam internet masih berbahasa asing, usaha untuk memulai konteks lokal perlu dilakukan. Banyak juga kaum muda yang memerlukan bimbingan bagaimana menghindari resiko dari penggunaan internet dan belajar bagaimana menemukan informasi yang dapat dipercaya dari sekian banyak informasi yang tersedia. Meningkatkan cara penyampaian dan pengelolaan informasi untuk menjamin materi yang harus diajarkan dapat diajarkan dengan baik.Banyak orang yang seharusnya menjadi pembimbing seringkali kurang mendapatkan pelatihan. Pemecahan masalah ini di berbagai negara berkembang memerlukan pelatihan bagi para pembimbing yang lebih baik serta peningkatan insentif bagi mereka. Pengalaman dari pemberian pelayanan bimbingan karir di sekolah-sekolah di Cili, Filipina, Polandia, Romania, Federasi Rusia, Afrika Selatan dan Turki ternyata cukup menjanjikan. Satu penemuan yang konsisten menunjukan bahwa sukses dari bimbingan tersebut tergantung dari informasi yang tersedia bagi para pembimbing (Bab 3). Gangguan dalam aliran informasi mengakibatkan keputusan tidak didasarkan atas informasi yang cukup. Konsekuensinya bisa menjadi sangat dalam. Banyak studi yang menunjukan bahwa kaum muda cenderung untuk meremehkan jumlah kegiatan seksual dan aktifitas beresiko tinggi, sehingga memberikan tekanan lebih banyak untuk melakukannya (Bab 5). Di banyak lingkungan, teman sebaya memiliki, pengaruh yang paling tidak sama kuatnya dengan pengaruh dari keluarga atau sekolah, terutama saat kaum muda mencari jati diri. Sehingga, memberikan informasi kepada seorang anak muda akan memiliki dampak menular pada teman-temannya. Berbagai program telah mulai memasukan mereka sebagai bagian dari tenaga paruh waktu dalam menyediakan pelayanan, seperti yang dilakukan di Departemen Kesehatan Jamaika, dengan mendorong pembelajaran dari teman-ke-teman untuk memerangi HIV/AIDS.
Menolong kaum muda menguasai sumber daya Karena kaum muda baru saja mulai bebas dalam segi keuangan, mereka pada umumnya memiliki lebih banyak batasan dalam memutuskan konsumsi dan investasi mereka. Salah satu alasan mengapa usia saat mereka meninggalkan rumah menjadi lebih tinggi, bahkan di negara kaya, adalah karena kaum muda lebih tergantung pada keluarganya untuk mendapatkan dasar ekonomi yang lebih kokoh. Untuk mereka yang berasal dari kelompok miskin, atau mereka yang karena satu sebab atau lainnya (yatim piatu,
perpecahan keluarga) tidak dapat lagi tergantung pada sumber keluarga, hasilnya adalah permulaan yang tidak stabil dalam menempuh jalan menuju kehidupan yang layak. Untuk para wanita mudanya, negosiasi di posisi lemah dengan keluarga, terutama mengenai perkawinan dan membesarkan anak. Pilihan untuk melakukan investasi dalam keterampilan membutuhkan biaya yang cukup besar bagi kaum muda. Biaya yang keluar dari kantong pribadi cenderung beragam. Bagi setengah dari mahasiswa di Argentina, Brasil, Cili, dan Kolombia, besarnya mencapai 30 persen hingga 100 persen dari PDB per kapita.31 Bahkan untuk para mahasiswa di universitas negeri yang bebas biaya, biaya oportunitas juga terhitung cukup besar. Karena adanya tambahan penghasilan yang besar dari pendidikan yang lebih tinggi, biaya-biaya tersebut tidak akan menjadi batasan jika likuiditas bukan merupakan masalah. Studi baru-baru ini dari Meksiko menunjukan bahwa rumah tangga lebih mungkin untuk tidak mengirimkan anak-anak mereka ke universitas jika penghasilan mereka menurun untuk sementara, bahkan jika penghasilan tetap jangka panjang mereka tidak berubah.32 Cara yang tepat untuk menghilangkan hambatan ini adalah dengan menyediakan pinjaman pendidikan. Karena pinjaman komersial tidak tersedia untuk mahasiswamahasiswa termiskin, yang biasanya tidak memiliki agunan atau jaminan dari orang tua untuk mendapatkan pinjaman tersebut, skema pinjaman tersebut tidak akan berfungsi efektif untuk para mahasiswa tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Terlebih lagi, tekanan bagi kaum muda untuk memulai kehidupan sudah cukup berat bahkan tanpa harus membayar kembali hutang besarnya beberapa kali lipat dari upah yang mereka terima di awal masa karier. Banyak institusi publik menemukan kesulitan dalam menangani administrasi berbagai skema tersebut karena rendahnya tingkat pelunasan, terutama dengan banyaknya pengangguran di kalangan kaum muda. Australia telah memelopori suatu sistim pembayaran hutang yang berubah seiring dengan pendapatan para lulusan, seperti yang diterapkan dalam sistim perpajakan. Negara-negara berpenghasilan menengah seperti Thailand baru saja mencoba untuk memulai skema serupa, yang penting untuk dimonitor dan dievaluasi. Sedangkan negara-negara dengan sistim pajak penghasilan yang tidak dikembangkan dengan baik, mungkin lebih baik menggunakan alternatif lain seperti pemberian kupon sekolah yang tepat sasaran dan rekening belajar perorangan yang dapat merangsang tabungan untuk pendidikan (Bab 3). Keterbatasan karena rendahnya pendapatan sangat berpengaruh di negara-negara yang lebih miskin bahkan untuk pendidikan tingkat menengah. Orang tua adalah sarana utama dalam mendukung kaum muda pada usia tersebut. Maka subsidi untuk merangsang aktifitas
Ikhtisar
bersekolah lebih ditujukan kepada rumah tangga, tetapi pemberian subsidi tersebut tergantung pada pencapaian keberhasilan pendidikan anak-anak di keluarga tersebut. Oportunidades dari Meksiko menyediakan insentif demikian dengan cara memberikan bantuan lebih besar pada rumah tangga jika para wanita mudanya tetap melanjutkann sekolah. Di daerah pedesaan keikut sertaan para remaja gadis selama tiga tahun penuh di sekolah menengah meningkat jauh lebih pesat daripada para remaja laki-laki (Gambar 12). Beberapa program insentif telah menyalurkan subsidi secara langsung kepada para murid, terutama gadis muda. Ini dilakukan sebagai insentif bagi mereka untuk belajar dengan baik di sekolah, dan juga untuk menjamin agar mereka memiliki keputusan untuk hadir di sekolah, memotong bias tradisi yang menentang sekolah bagi anak perempuan. Program Bantuan Dana Menengah bagi Perempuan di Banglades (FSSAP) mentargetkan pada para gadis usia 11-14, mengirimkan pembayaran bulanan ke rekening bank atas nama para gadis tersebut, asalkan mereka tetap tidak menikah dan memiliki prestasi cukup untuk naik kelas (Bab 6). Program ini belum pernah dievaluasi secara seksama, tetapi telah dikaitkan dengan penambahan besar jumlah gadis yang bersekolah di sana.33 Skema insentif demikian dapat berjalan dengan baik jika mereka memaksa para penyelenggara untuk hanya meningkatkan kuantitas dan bukan kualitas. Kekhawatiran mengenai hasil belajar dalam ronde pertama FSSAP diatasi di program-program berikutnya. Program-program demikian berbuat lebih banyak daripada hanya sekedar membantu para gadis bersekolah. Mereka juga menekankan peranan sumber daya dalam meningkatkan kemampuan para wanita muda sebagai pihak pengambil keputusan di dalam keluarga. Beberapa pernikahan dini yang diatur keluarga lebih banyak ditujukan demi kenyamanan pihak keluarga dan orangtua daripada pasangan muda itu sendiri. Walaupun dinyatakan ilegal di banyak negara, banyak pelanggaran yang terjadi berupa penukaran antara pengantin wanita yang sangat muda, beberapa di bawah usia 12 tahun, dengan lelaki tua dalam rangka pelunasan hutang keluarga. Wanita muda yang miskin lebih cenderung untuk menyerah pada tekanan untuk menerima uang atau barang sebagai ganti pelayanan seks, meningkatkan resiko mereka akan penyakit menular secara seksual. Membantu mereka untuk memperoleh penghasilan atau menyediakan pinjaman dan tabungan dapat memberikan mereka kekuatan untuk bertahan dari tekanan yang membahayakan kesehatan dan masa depan mereka (Bab 6). Banyak kaum muda yang tidak mampu mendapatkan penghasilan dengan cara bekerja untuk orang lain, seringkali mereka harus bekerja sendiri. Beberapa dari mereka meraih peluang dengan sendirinya; yang lain
25
melakukannya karena terdesak. Tetapi hambatan finansial umum terjadi di antara mereka semua. Uang diperlukan untuk menghasilkan uang. Kaum muda, bahkan jika memiliki prospek paling besar, tidak memiliki catatan pinjaman yang baik, tidak berpengalaman dan tidak dapat memberikan agunan untuk meminjam uang demi memulai kehidupan. Lebih banyak program yang sekarang mencoba untuk membantu perintisan usaha tersebut, tetapi mereka tetap memerlukan evaluasi yang seksama. Pengalaman awal dari program Endeavor di Amerika Latin, yang menyediakan pendanaan dan bantuan teknis pada kaum muda, ternyata cukup menjanjikan (Bab 4).
Meningkatkan kapasitas untuk memutuskan dengan baik Begitu kaum muda ini sudah memiliki sumber daya dan informasi, mereka tetap harus memilah dan menerima informasi dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan-tindakan mereka. Dengan adanya internet, informasi yang tersedia menjadi jauh lebih banyak lagi, dan pertimbangan menjadi semakin penting. Proses evaluasi informasi dan bertindak berdasarkan hasil evaluasi tersebut sulit dilakukan bahkan untuk mereka yang memiliki kepercayaan diri sangat besar. Untuk kebanyakan kaum muda hal ini menjadi lebih rumit karena mereka masih mencari indentitas diri. Proses pengembangan rasa jati diri seseorang telah digunakan oleh beberapa ahli ekonomi untuk menjelaskan kelakukan yang kelihatan tidak rasional dan membahayakan sumber daya manusia, termasuk kecenderungan kaum muda untuk terlibat dalam berbagai kelakuan berbahaya, seperti bergabung dengan geng yang senang melakukan kekerasan walaupun tidak mendapatkan imbalan ekonomi yang cukup tinggi. (Bab 2). Kemampuan untuk memproses informasi mulai dikembangkan sejak awal masa sekolah. Tapi banyak sistim pendidikan yang gagal memberikan kemampuan tersebut karena mereka lebih menekankan pada pembelajaran fakta-fakta. Sedikit yang menekankan pada keterampilan berpikir dan berperilaku – motivasi, kegigihan, kerjasama, membangun kerjasama tim, kemampuan untuk mengendalikan resiko dan konflik – yang membantu setiap individu untuk memproses informasi dan membuat keputusan yang masuk akal dan berdasarkan informasi. Program-program yang dibahas dalam laporan ini telah diuji dengan baik di lingkungan negara maju seperti di Belanda dan Amerika Serikat dan sekarang mulai dikembangkan juga di negara berkembang (Bab 3). Kadang-kadang perubahan perilaku juga memerlukan perubahan lingkungan belajar, misalnya untuk mencairkan kebiasaan yang telah tertanam. Riset di sekolah menengah di Thailand mengindikasikan bahwa para gadis yang belajar di lingkungan dengan gender sejenis berhasil lebih baik
26
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
dalam bidang Matematika daripada para gadis yang belajar di lingkungan dalam kelas campuran. Penemuan ini juga konsisten dengan studi di beberapa negara maju.34 Contoh lain termasuk program pelatihan kerja dengan fasilitas akomodasi di Amerika Serikat, yang memungkinkan para peserta untuk menghindari interaksi dengan lingkungan rumah mereka yang biasanya berada di daerah kurang beruntung. Pemisahan kaum muda tersebut dari lingkungan asalnya memberikan kesempatan untuk mengembangkan gambaran diri masing-masing. Program ini lebih berhasil daripada program lain yang tidak menawarkan komponen akomodasi, walaupun dengan biaya yang lebih mahal.35 Membuat keputusan yang tepat juga dapat dipengaruhi oleh insentif yang tersedia, terutama jika kaum muda tidak mempertimbangkan dampaknya pada orang lain (atau pada dirinya sendiri dalam jangka panjang), bahkan jika mereka memiliki informasi dan tahu bagaimana mengambil keputusan untuk mereka sendiri. Di Indonesia, peningkatan harga rokok diperkirakan lebih mempengaruhi konsumsi kaum muda daripada kaum dewasanya. Penemuan ini konsisten dengan apa yang terjadi di negara-negara lebih kaya.36 Sebaliknya, larangan iklan rokok dan minuman alkohol, serta penetapan usia minimum untuk mendapatkan minuman keras cenderung meningkatkan “harga” dari aktifitas tersebut tetapi dengan dampak yang cenderung lemah.
Kebijakan yang menawarkan kesempatan kedua Broadening opportunities available to young people and Memperluas kesempatan yang tersedia bagi kaum muda dan membantu mereka memilih dengan bijaksana merupakan prioritas utama, terutama karena proses perbaikan akan memakan biaya yang tinggi. Akan tetapi masih banyak yang belum dapat menarik keuntungan dari peluangpeluang tersebut bahkan jika sudah ditawarkan. Apa yang dapat dilakukan untuk gadis 19 tahun jika orangtua mengeluarkannya dari sekolah pada usia 9 tahun? Atau untuk saudara laki-lakinya yang masih berada di sekolah dasar? Bagaimana dengan pemuda pengangguran usia 23 tahun yang baru saja mulai berkeluarga tetapi tidak pernah mempelajari keterampilan di tempat bekerja sekalipun karena dia tidak pernah mendapatkan pekerjaan di sektor formal? Atau seorang pencopet cilik yang berada di penjara dewasa bersama para kriminal yang tidak berperasaan? Apa saja pilihan-pilihan yang tersedia bagi mereka yang mendapatkan kartu buruk dari tangan sang nasib? Beberapa kaum muda mendapatkan hasil yang tidak diharapkan karena peluang mereka juga terbatas. Sementara yang lain karena mereka memilih jalan hidup yang salah. Lebih dari setengah kasus penularan HIV/AIDS terjadi dikalangan kaum muda dibawah 25 tahun, kebanyakan terjadi karena aktifitas seksual sukarela atau pemakaian obat
terlarang dengan menggunakan suntikan (Bab 5). Setengah dari pembunuhan dan tindakan kriminal kekerasan di Jamaika dilakukan oleh pria muda usia 18-25 tahun, yang merupakan 10 persen dari populasi.37 Hal ini bukan diluar perkiraan, karena aktivitas kriminal adalah bisnis beresiko, sementara studi perilaku menunjukan kaum muda lebih mengabaikan resiko daripada yang lebih tua.38 Kebijakan yang membantu kaum muda untuk pulih dari kehidupan yang buruk dapat menyediakan jaring pengaman yang bermanfaat baik untuk masyarakat di masa mendatang. Dalam laporan ini penyediaan jaring pengaman tadi disebut sebagai pemberian kesempatan kedua. Untuk itu kebijkan ini harus dirancang dengan baik, memiliki sasaran yang baik, dan terkoordinasi dengan baik, serta memberikan insentif yang tepat bagi para penerima manfaat.
Menetapkan sasaran program dengan baik Karena tingginya biaya yang diperlukan untuk membangun program yang memberikan kesempatan kedua, program ini perlu diarahkan pada para pemuda yang paling memerlukan, seperti yatim piatu dan mereka yang berasal dari keluarga yang terlalu miskin untuk menyediakan jaring pengaman pribadi. Program yang menggunakan uji-kelayakan, penetapan sasaran berdasarkan geografis, serta program yang dirancang untuk dapat memilih sasarannya sendiri, akan memberikan bagian yang lebih besar dari manfaat program tersebut kepada dua kuantil terbawah dalam populasi. Disamping menghindari kesalahan “mengikutsertakan” pihak yang tidak berhak (dengan kata lain memberikan subsidi untuk mereka yang tidak memerlukan), juga penting untuk menghindari kesalahan yang “mengecualikan” pihak yang berhak (meninggalkan kaum muda yang perlu untuk dijangkau). Hal ini perlu diperhatikan terutama untuk berbagai masalah yang menyangkut resiko kesehatan, karena beberapa aktifitas yang berbahaya tidak memiliki dampak secara langsung dan nampak pada kesehatan. Ada lebih dari 100 juta kaum muda yang tertular penyakit menular secara seksual (STI) termasuk HIV setiap tahunnya. Beberapa kasus penularan dengan mudah dapat diobati bila dapat terdeteksi sejak dini. Akan tetapi banyak hal yang tidak diketahui (terutama yang gejala awalnya ringan) kecuali jika dilakukan diagnosa oleh pekerja kesehatan yang terlatih. Di Afrika Selatan, banyak pelayanan kesehatan dalam proses reproduksi tidak mudah didapatkan oleh kaum muda. Saat mereka benar-benar ingin mendapatkannya, mereka merasa bahwa staff fasilitas pelayanan tersebut penuh prasangka dan tidak ramah. Karena itu tidak heran jika mereka yang memiliki STI lebih senang pergi ke ahli obat tradisional daripada ke pelayanan formal yang rendah kualitas dan mahal biayanya. Di Nigeria, pemberian dengan pendidikan STI kepada para pelajar di sekolah,
Ikhtisar
27
serta pelatihan bagi apoteker dan dokter swasta untuk merawat STI dikalangan remaja, telah meningkatkan penggunaan fasilitas pelayanan STI diantara para remaja dan mengurangi kejadian STI (Bab 5).
dini, tidak hanya meningkatkan kesenjangan pendidikan (tidak ada pengejaran kemampuan walaupun telah ada pembedaan) tetapi juga dapat mengurangi kinerja.39
Menggabungkan kesempatan kedua pada program utama
Rehabilitasi merupakan tindakan yang sangat mahal, tapi manfaatnya sangat dirasakan oleh kaum muda yang masih memiliki potensi produktivitas sepanjang hidup mereka. Mereka yang melakukan tindakan kriminal pada usia muda perlu dipersiapkan untuk menghadapi konsekuensi tindakan mereka tanpa kehilangan harapan. Banyak dari kaum muda tersebut – sering hanya karena berkelakukan buruk yang tidak terlalu berarti atau hanya karena menjadi tunawisma – sering kali dipenjarakan bersama dengan kriminal yang tidak berperasaan. Di Amerika Serikat ada lebih dari 10,000 anak-anak ditempatkan di fasilitas bagi orang dewasa. Kondisi penjara yang makin keras diasosiasikan dengan kecenderungan yang makin tinggi pada kaum muda untuk melakukan kejahatan kembali (Bab 7). Konsekunsi dari suatu tindakan kriminal harus disesuaikan dengan beratnya kejahatan, sementara program rehabilitasi juga harus menfasilitasi bergabungnya kembali kaum muda tersebut kedalam peranan yang sehat dan produktif di dalam masyarakat. Beberapa progam intervensi (Bab 7) telah dapat mengatasi kapasitas yang terbatas dari sistim peradilan, seperti program Roda Keadilan di Filipina, dimana para hakim berkunjung ke lembaga pemasyarakatan di seluruh negeri untuk mempercepat proses peradilan. Sebagai alternatif dari sistem peradilan tradisional yang bersifat retributif, lebih dari 80 negara juga memiliki program peradilan yang bersifat restoratif untuk mendorong rehabilitasi. Program tersebut menyediakan peluang untuk para korban dan pelaku bertemu dan untuk sepakat atas suatu rencana restitusi.Yang paling terkenal adalah Program Kebenaran dan Rekonsiliasi di Afrika Selatan yang dibentuk setelah masa apartheid. Kaum muda sering kali terlibat dalam konflik di setiap bagian dunia. Estimasi memperkirakan bahwa 300.000 orang dibawah usia 18 tahun akhir-akhir ini pernah terlibat dalam konflik bersenjata, dan sekitar 500.000 lainnya pernah direkrut oleh militer atau paramiliter.40 Pengalaman dalam program pelucutan senjata, demobilisasi, dan rehabilitasi menunjukan bahwa para pejuang muda mampu untuk membangun kembali kehidupan mereka di masa damai. Para pejuang ini jelas-jelas memerlukan pelatihan ketrampilan untuk mempersiapkan mereka menghadapi kehidupan pasca konflik, tetapi mereka juga memerlukan dukungan medis dan psikososial untuk mengatasi trauma yang dialami. Bekas pejuang wanita muda juga memiliki jenis keperluan yang berbeda yang mungkin tidak diberikan di dalam program yang khusus dirancang untuk bekas tentara laki-laki.
Ada berbagai program yang berguna untuk mengurangi dampak dari gagalnya hasil pengembangan sumber daya manusia pada kaum muda, yang saat ini dilakukan di banyak negara: program rehabilitasi kaum muda, program pengobatan untuk mereka yang terinfeksi penyakit menular, dan program pelatihan ulang untuk para anak putus sekolah. Banyak dari program ini mempunyai skala yang sangat terbatas dan tidak berhubungan satu sama lain, serta meningkatkan resiko duplikasi yang mahal dan tidak efisien. Lebih buruknya lagi, program-program ini tidak mempertimbangkan masuknya kembali para peserta ke dalam program utama pengembangan sumber daya manusia. Koordinasi adalah kata kuncinya. Program persamaan pendidikan, misalnya, memungkinkan para peserta didik yang putus sekolah untuk mengambil kelas-kelas yang akhirnya akan memberikan sertifikat persamaan kelulusan untuk sekolah dasar atau menengah. Bahkan tanpa kertas sertifikatpun, ketrampilan yang setara akan sangat membantu. Program Pendidikan untuk Anak-anak Kurang Beruntung (UCEP) di Banglades membantu anakanak berusia 10-16 tahun yang berhenti dari sekolah dasar. Tujuan dari program ini adalah untuk mendidik mereka selama 3 tahun dan mengarahkan mereka ke dalam program kejuruan yang dijalankan oleh UCEP. Studi menunjukan bahwa UCEP, yang melayani 36.000 murid di tahun 2002, memiliki biaya per murid kurang lebih sama dengan sistim sekolah biasa (sekitar $20 per tahun). Pada tingkat pendidikan tinggi, sistim universitas lokal (community college) di Amerika Serikat, pada awalnya dirancang untuk menyediakan kesempatan kedua bagi orang dewasa. Saat ini program tersebut makin sering digunakan untuk menyediakan kesempatan kedua bagi lulusan muda sekolah menengah. Tiga perempat dari seluruh peserta program penyetaraan meneruskan ke universitas lokal. Program utama dalam pengembangan sumber daya manusia haruslah fleksibel sehingga kesalahan yang terjadi tidak menjadi beban yang permanen. Beberapa negara mengarahkan para pelajar muda dengan kemampuan berbeda ke sekolah yang berbeda, sementara yang lainnya tetap menggunakan sekolah yang komprehensif. Studi di 18 negara yang membandingkan hasil dari para murid melalui tes level menengah menurut standar internasional, menemukan bahwa pemberian pendidikan yang berbeda didasarkan atas kemampuan sejak usia
Rehabilitasi yang bertanggung jawab
28
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
Secara umum program yang memberikan kesempatan kedua sering menghadapi apa yang disebut oleh para ekonom sebagai moral hazard. Jika seseorang mengetahui akibat dari kelakuan mereka yang membawa resiko dapat dialihkan kepada pemerintah atau asuransi, maka orang tersebut mungkin akan melakukan tindakan yang jauh lebih beresiko daripada yang ditanggung. Beberapa pihak mengemukakan kekhawatiran bahwa tersedianya terapi untuk para pecandu obat-obatan, dapat mengakibatkan orang muda kurang mengupayakan usaha pencegahan. Di Kenya, misalnya, penggunaan kondom menjadi berkurang setelah pemerintah mengumumkan adanya program “penyembuhan” bagi penderita AIDS. 41 Solusinya dari permasalah ini bukanlah dengan menolak pemberian kesempatan kedua seperti pemberian perawatan - karena hal itu tidak etis dan juga sia-sia - melainkan dengan membangun pola insentif yang mendorong orang agar berhati-hati, bahkan sewaktu sedang menjalani perawatan. Dengan begitu program yang meningkatkan kemampuan dan pemberian kesempatan kedua akan semakin berhasil. Konsep ini diilustrasikan dengan jelas dalam program pelatihan kejuruan untuk kaum muda yang putus sekolah. Di banyak negara program-program tersebut cenderung untuk tidak menjalankan uji biaya-manfaat. Akan tetapi saat pelatihan disediakan sebagai bagian dari paket yang komprehensif, mereka memberikan hasil yang lebih baik. Program-program tadi memberikan insentif dan informasi bagi para peserta dalam mendapatkan pekerjaan, seperti pelayanan jasa ketenagakerjaan, konsultasi, dan pelatihan ketrampilan dalam menjalani kehidupan. Program Jovenes di Amerika Latin yang ditargetkan untuk melatih kaum muda yang kurang beruntung berusia 16-29, dapat memberikan dampak nyata pada kemampuan bekerja dan penghasilan mereka. Pelatihan bisa berbiaya tinggi, tetapi biaya tersebut sebanding dengan program lain dalam pengembangan sumber daya manusia untuk kaum muda (Bab 4).
Pengeluaran publik saja tidak akan berjalan dengan baik. Kebijakan yang ada juga harus merangsang kaum muda, orang tua dan lingkungan mereka untuk melakukan investasi dalam diri mereka sendiri. Laporan ini menjelaskan adanya kegagalan dalam pasar, institusi dan kebijakan. Kegagalan ini memberikan kontribusi terhadap terciptanya iklim yang tidak mendukung investasi dalam sumber daya manusia, terutama untuk kalangan kaum muda. Untungnya reformasi untuk memperbaiki berbagai kegagalan ini tidaklah perlu berasal dari anggaran publik. Tetapi sisi buruknya adalah reformasi tersebut mungkin memerlukan tindakan politik yang lebih sulit. Misalnya manfaat dari melakukan investasi pada kaum muda dapat ditingkatkan secara substansial dengan melakukan reformasi perdagangan dan pasar tenaga kerja yang menggunakan sumberdaya manusia secara lebih efisien melalui kompetisi yang lebih terbuka. Tetapi kebijakan tersebut mungkin mengancam tenaga kerja yang lebih tua yang ingin mempertahankan hak-haknya. Tindakan untuk meningkatkan kemampuan dan menawarkan kesempatan kedua juga bisa menjadi kontroversi. Beberapa masyarakat memandang pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kaum muda sebagai ancaman. Selain itu ada kekhawatiran bahwa keputusan tersebut akan membawa konsekuensi yang tidak diharapkan, dan memberikan biaya yang tinggi untuk memperbaikinya, bahkan jika sebenarnya bukanlah tanggung jawab dari kaum muda. Ada tiga masalah yang harus dipecahkan jika negara ingin memobilisasi sumber daya ekonomi dan politik untuk merangsang terjadinya reformasi (Bab 9):
•
Melangkah ke depan Ringkasan dari arah kebijakan umum yang direkomendasikan dalam laporan ini tersaji pada Tabel 1. Tujuan kebijakan tersebut dipilah sesuai dengan perluasan kesempatan, pengembangan kemampuan serta pemberian kesempatan kedua, dilihat melalui kacamata kaum muda. Beberapa tindakan dan program memerlukan realokasi sumber daya. Hal ini termasuk rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan ketrampilan dasar di kalangan remaja dan pemuda tanggung, seiring dengan peningkatan jumlah para peserta didik. Di negara-negara yang telah memenuhi target jumlah dan kualitasnya pendidikan, prioritas yang harus dijalankan adalah untuk memperbesar akses memperoleh pendidikan tingkat menengah dan tinggi, terutama dengan menstimulasikan permintaan terhadap pendidikan.
•
Koordinasi dan integrasi yang lebih baik dengan kebijakan nasional. Masalah kaum muda pada umumnya terjadi secara lintas sektoral, sementara hampir semua kebijakan yang mempengaruhi mereka ditentukan pada tiap sektor tertentu (Boks 5). Sehingga tantangan koordinasi menjadi sangat penting. Negara-negara yang sukses dalam hal ini adalah mereka yang telah membentuk kerangka kerja nasional yang koheren untuk para kaum muda, serta didukung oleh semua kementrian. Kerangka kerja ini perlu diintegrasikan dengan baik dalam perencanaan kebijakan dan anggaran nasional (seperti proses strategi pengentasan kemiskinan), daripada dipandang sebagai program yang berdiri sendiri dijalankan oleh kementerian pemuda, yang biasanya mengalami kekurangan pendanaan dan memiliki mandat terlalu banyak. Kementerian tersebut dapat menjadi lebih efektif jika bertindak sebagai badan koordinasi. Partisipasi yang lebih kuat. Kurangnya suara dari kaum muda menindikasikan lemahnya mereka sebagai konstituen dalam kebijakan reformasi. Tidak seperti yang terjadi pada anak-anak dimana orang tua dapat mewakilkan keinginan dan kebutuhan anak-anak
Ikhtisar
•
mereka, orang tua tidaklah mewakilkan pandangan dan aspirasi kaum muda secara tepat. Akan tetapi kaum muda juga kurang memiliki kesempatan atau kepercayaan diri untuk mewakilkan diri mereka sendiri dalam forum publik. Kaum muda perlu untuk didorong untuk berpartisipasi lebih lengkap dalam kehidupan publik. Pemerintah dan berbagai pihak lainnya perlu belajar berkomunikasi dengan mereka dan membuat program yang lebih menarik bagi kaum muda, dan memanfaatkan bakat berlimpahnya sebagai partner dalam penyediaan pelayanan. Evaluasi yang lebih intensif. Kurangnya evaluasi dengan seksama atas berbagai program dan kebijakan yang berorientasi pada kaum muda dapat merendahkan kredibilitas dari program tersebut, bahkan jika hampir seluruhnya menjanjikan hasil yang baik. Persiapan laporan ini mendapatkan banyak kesulitan karena langkanya ketersediaan studi seperti yang terdapat di Boks 5. Untuk menutup celah tersebut diperlukan pembangunan kapasitas pemerintah dan insentif untuk menggunakan hasil kajian yang berdasarkan fakta, dalam memilih program-program yang dijalankan. Karena pengetahuan tersebut adalah barang publik, maka hal ini juga memerlukan pendanaan internasional. Kebijakan dan program yang disebut di Tabel 1 memasukan tidak hanya program yang telah dievaluasi dengan seksama, tetapi juga yang nampaknya menjanjikan menurut pertimbangan professional. Bila tidak demikian maka tabel tersebut hanya akan menjadi tabel yang tidak konsisten.
Beberapa masalah yang diangkat dalam laporan ini mungkin tidak akan pernah dipecahkan. Walau bagaimanapun keluhan dari orang tua terhadap para orang muda ini (dan juga sebaliknya), telah berlangsung dalam waktu yang lama. Masalah-masalah tersebut adalah bagian dari pendewasaan umat manusia dan berada di luar cakupan pembahasan ekonomi pembangunan. Akan tetapi laporan ini juga mengindetifikasikan berbagai tindakan yang dapat diambil dalam pengembangan sumber daya manusia di kalangan kaum muda tersebut. Jika tindakantindakan tersebut tidak dilakukan, dikhawatirkan akan dapat membahayakan seluruh proses pembangunan. Untungnya, banyak contoh mengenai para kaum muda, tentunya dengan dukungan kebijakan dan institusi yang baik, yang tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang sehingga dapat memberikan kontribusi pada masa depan seluruh generasi.
29
30
LAPORAN PEMBANGUNAN DUNIA 2007
Endnotes * Sumber semua kutipan dalam laporan ini adalah bimbingan yang dilakukan dengan kaum muda untuk laporan ini (lihat Mangiaterra dan Volmer, 2006, www.worldbank.org/consultation), dengan pengecualian kutipan dari pemuda, Morocco, hal 7 (Narayan dan Petesch 2006); dan kutipan dari Flor de Maria, Peru, hal 9 (Esai finalis, Kompetisi Esai untuk Kawula Muda Internasional 2006, Bank Dunia. www.essaycompetion.org)). 1. This range encompasses those who are recognized officially by the UN as “youth,” those ages 15–24, as well as those many classify as adolescents. The wider range is necessary to enable us to discuss transitions from puberty to full-time work. 1. Usia ini mencakup mereka yang secara resmi diakui oleh PBB sebagai “kaum muda”, 15-24 tahun, termasuk juga yang sering digolongkan sebagai usia remaja. Cakupan usia yang lebih luas ini memungkinkan kami untuk membicarakan masa transisi dari pubertas menuju masa bekerja. 2. World Bank (1990) dan World Bank (2001) 3. World Bank (2005b) 4. National Research Council and Institute of Medicine (2005) hal. 73 5. Acemoglu (2003) 6. World Bank (2005d) 7. Cohen dan Bloom (2005) 8. World Bank (2004b). Dalam suatu studi longitudinal yang terkenal mengenai daerah miskin di Rio de Janeiro (favelas), ahli antropologi Janice Perlman menyebutkan bahwa kaum muda di daerah tersebut memiliki pendidikan lebih baik daripada orang tuanya tetapi pekerjaan yang didapatkan tidak terlalu lebih baik. Di akhir tahun 1960an, orang tua akan memperingatkan anak-anaknya bahwa jika mereka berhenti sekolah mereka akan menjadi tukang sampah. Pada Juli 2003, pemerintah kota membuka pendaftaran untuk 400 tukang sampah, dan yang mendaftar sebanyak 12000 orang. Syarat pendaftaran adalah ijasah sekolah menengah (Perlman (2005)) 9. Bloom dan Canning (2004) 10. Di tahun 2050 nanti, 4 dari 10 orang akan berasal dari kelompok usia 12-24 tahun pada hari ini beserta anak atau cucu mereka. Lihat Lam (2006) 11. Bell, Devarajan, dan Gerbasch (2006) hal. 80 12. Lihat World Bank (1993). Estimasi yang tepat bervariasi, akan tetapi sekitar sepertiga tingkat pertumbuhan dari Macan Asia Timur di tahun 1960-1985 disebabkan oleh keberhasilan investasi dalam pendidikan dasar. 13. De Ferranti dan lain-lainnya (2003) 14. Bell dan lainnya (2004) hal. 44 15. Behrman dan lainnya (2005) 16. Abeyratne (2004) 17. Lihat Boks 2.1 untuk diskusi yang lebih lengkap 18. UNESCO (2004) 19. Termasuk dalam contoh ini adalah ujian yang berasal dari “Trend dalam Studi Ilmu Matematika dan Sains Internasional” dan ujian “Perkembangan dalam Studi Membaca Literatur Internasional” 20. Garces, Thomas dan Currie (2000); Glewwe, Jacoby, dan King (2001); Kagitcibasi, Sunar dan Bekman (2001)
21. UNESCO (2005) 22. World Bank (2005c) 23. Kebijakan untuk mempertahankan pertumbuhan dipelajari secara seksama di dalam studi yang lain dan tidak dibahas di dalam laporan ini. Untuk pembahasan terbaru lihat World Bank (2005a) 24. Bloom dan Canning (2004) 25. World Bank (2003) 26. Kabeer (1999) dan Sen (1985) 27. Vietnam Ministry of Health and General Statistics Office, UNICEF, dan WHO (2005) 28. Cáceres dan lain-lain (2004); dan Egleeston dan lain-lain (2000). 29. World Bank (2004a) 30. Centre for Development and Population Activities (CEDPA)(2001) 31. De Ferranti dan lan-lain (2003) hal 97 32. Jacoby dan Skoufias (2002) 33. Arends-Kuenning dan Amin (2000) 34. Jimenez dan Lockheed (1989) 35. Akerlof dan Kranton (2000) 36. Gruber dan Zinman (2001) dan World Bank (2005b) 37. Hahn dan Leavitt (2003) 38. Walaupun hampir seluruh studi ini dilakukan di negara maju seperti Jerman, hasil eksperimen tetap sempurna di berbagai macam latar belakang., Lihat Dohmen dan lainnya (2005) 39. Hanushek dan Wößmann (2005) 40. Singer (2005) dan Stohl (2001) 41. Jha dan lainnya (2001).
Ikhtisar
31