Buletin IHQN
Volume II/Nomor. 03/2006
Hal. 1 dari 6
Laporan pelaksanaan Seminar Nasional Patient Safety dalam rangka Dies Ke-60 FK-UGM dan Dies Ke-24 RS Dr. Sardjito
Kemungkinan terjadinya kecelakaan di penerbangan adalah 1: 3 juta. Di rumah sakit, kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah 1: 300. WHO 20051 Kutipan tersebut diungkapkan kembali oleh Prof. Laksono dalam pembukan Seminar pada bulan Maret lalu di Jogjakarta. Angka tersebut menunjukkan masalah besar dalam patient-safety di seluruh dunia. Dengan mengacu pada analogi sistem penerbangan dapat dilihat bahwa problem masalah patient safety berasal dari kegagalan sistem, bukan hanya kesalahan orang per orang. Dengan memahami pemikiran sistemik maka penanganan masalah patient safety dapat lebih baik, tidak sepotong-sepotong. Laporan dari Inggris menyatakan ada beberapa faktor kegagalan sistemik yang menjadi masalah dalam patient safety. Kegagalan sistem pelayanan kesehatan tersebut mencakup: (1) ineffective systems and processes; (2)poor communication; (3) inadequate leadership/management, (4) disempowerment; dan (5) isolation2. Dengan melihat masih buruknya sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, dapat diduga bahwa kemungkinan kecelakaan di rumah sakit Indonesia menjadi lebih besar dibanding negara maju, seperti Inggris. Dengan latar belakang masalah patient safety yang sebaiknya ditangani secara sistemik, maka melalui Dies FK UGM ke-60, UGM berusaha menarik kembali para alumni dalam seminar: Melalui Riset di bidang Kedokteran-Kesehatan Menuju Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Berfokus Pada Patient Safety. Secara konsepsual topik ini dipilih karena alumni FK UGM telah menyebar ke berbagai komponen sektor kesehatan di Indonesia yang secara sistemik mempengaruhi patient safety. Di Kampus FK UGM sendiri saat ini telah ada berbagai program studi yang langsung dan tidak langsung mendidik mahasiswa atau peserta dan menghasilkan penelitian-penelitian dalam hal patient safety. Dalam konteks patient safety, program pendidikan di FK UGM saat ini telah mengadopsi kebutuhan sistem kesehatan dalam menghasikan alumni sesuai kebutuhan lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat. WHO. 2005. On Governance of Patient safety. Eighth Futures Forum. Erpfendorf. Austria Higgins W.K. 2002. The Use and Impact of Inquiries in the NHS. British Medical Journal. 325:985-900 1
2
Buletin IHQN
Volume II/Nomor. 03/2006
Hal. 2 dari 6
Kerangka Konsep Seminar Terdapat dua kerangka konsep yang diacu oleh seminar tersebut, yang keduanya saling terkait. Kerangka konsep pertama adalah dari Berwick3, sedangkan yang kedua adalah berdasarkan konsep good governance. Konsep Berwick (dapat dilihat pada Gambar 1)
Gambar 1. Kerangka Konsep Berwick Dengan melihat Kerangka Konsep Berwick ini, maka usaha-usaha peningkatan mutu pelayanan dapat dirinci secara sistematis, sebagai berikut. •
Usaha di pasien dan masyarakat: berbagai kegiatan dalam isu ini yaitu mengembangkan hubungan yang baik antara pasien dan klinisi, menjaga adanya rasa empati kepada pasien, dan melibatkan dan memberdayakan pasien dalam pelayanan kesehatan
•
Perbaikan proses mikro: berbagai kegiatan antara lain: integrasi praktik, penetapan clinical pathways dalam sistem pelayanan kesehatan; penguatan alat pengambil keputusan bagi para klinisi.
•
Usaha di organisasi pelayanan kesehatan: usaha perbaikan mutu ini berada pada level organisasi pelayanan kesehatan dengan berbagai
Implementing the 21st Century Health Care Chasis, 5th International Conference on the Scientific Basis of Health Services, Washington, DC: September 23, 2003, Donald M. Berwick, MD, MPP, Institute for Healthcare Improvement
3
Buletin IHQN
Volume II/Nomor. 03/2006
Hal. 3 dari 6
kegiatan antara lain: meningkatkan peran para klinisi termasuk clinical leadership dalam patient safety; memberdayakan dan mendukung staf sarana pelayanan kesehatan untuk menerapkan patient safety dalam area kerja mereka; mengidentifikasi dan mengurangi risiko pelayanan kesehatan melalui sistem koordinasi, pelaporan dan feedback yang efektif; mengatasi berbagai hambatan yang timbul dalam penerapan patient safety; mengembangkan diklat sarana pelayanan kesehatan dengan fokus kepada patient safety dan peningkatan kinerja pelayanan klinik; menetapkan mekanisme untuk mengadopsi secara cepat dari hasil penelitian ke praktik sehari-hari; melakukan komputerisasi instruksi pelayanan klinik untuk mengingatkan dan memberikan sinyal; menggunakan tehnologi informasi termasuk e-health. •
Usaha perbaikan lingkungan organisasi pelayanan kesehatan: usaha ini berada pada lingkungan luar organisasi pemberi pelayanan kesehatan. Usaha yang dilakukan antara lain: pengembangan kebijakan lisensi dan sertifikasi; mekanisme untuk mempelajari pengalaman dari berbagai pelayanan kesehatan dan industri lain; sistem rujukan antara pelayanan kesehatan tingkat primer, sekunder dan tersier; mengembangkan sistem informasi berbasis web bagi kepentingan konsumen dan sarana pelayanan kesehatan; memberikan materi dan motivasi patient safety dalam pendidikan dokter, perawat, bidan, dan tenaga klinis lainnya; peningkatan peran lembaga atau institusi penilai mutu eksternal dari sarana pelayanan kesehatan; adanya kontrol oleh lembaga pembiayaan pelayanan kesehatan.
Konsep Good Governance Dengan menggunakan konsep good governance ada dua sistem pengendalian: (1) sistem pengendalian mutu eksternal, dan (2) sistem pengendalian mutu internal. Dengan melihat dua sistem pengendalian tersebut maka strategi pengembangan mutu lembaga pelayanan kesehatan adalah menata peran dan tata hubungan antar “pemain atau aktor” di sektor kesehatan dengan dasar good governance. Dalam penataan tersebut akan terlihat pemegang fungsi kebijakan dan regulasi yang akan berfungsi sebagai pengendali eksternal dengan ditambah peran dari masyarakat dan lembaga akreditasi atau pemberi peringkat. Sementara itu, para pelaku usaha pelayanan kesehatan akan mempunyai sistem pengendalian internal masing-masing. Secara praktis timbul pertanyaan mengenai siapa pengendali mutu eksternal? Jawabannya adalah antara lain dinas kesehatan dan departemen kesehatan. Di samping pengawasan oleh dinas kesehatan, sesama lembaga usaha ada yang berfungsi sebagai pengendali mutu eksternal misalnya badan akreditasi swasta, badan penilai mutu swasta seperti Badan Mutu Pelayanan Kesehatan di DIY, dana Jamkessos, sampai ke perusahaan asuransi kesehatan (PT Askes) yang mempunyai kepentingan dalam mutu.
Buletin IHQN
Volume II/Nomor. 03/2006
Hal. 4 dari 6
Peran ikatan profesi dalam patient safety adalah mengembangkan standar pelayanan profesi sampai mengembangkan standar pendapatan profesi agar tidak terjadi kekacauan. Sementara itu, masyarakat mengembangkan sistem kontrol masyarakat dengan berbagai kegiatan termasuk adanya Yayasan Lembaga Konsumen Kesehatan. Kegiatan masyarakat yang sering menimbulkan kegoncangan dalam sistem kesehatan adalah penggunaan instrumen hukum pidana dan perdata untuk menjamin mutu pelayanan. Pengawasan mutu secara internal dilakukan berdasar inovasi masing-masing di rumah sakit dan kaidah-kaidah pelaku usaha yang baik. Sebagai pelaku usaha tentunya mereka harus menjamin kegiatannya berbasis pada prinsip menjalankan usaha dengan baik. Dengan ke dua kerangka konsep tersebut maka dilaksanakannlah seminar dengan agenda yang cukup padat yang terbagi menjadi 3 sesi sebagai berikut: Sesi 1: Pembukaan Dibuka dengan presentasi dari Dr.dr. Siti Fadilah Supari, SpJ seorang spesialis jantung yang juga menjabat sebagai Menteri Kesehatan dengan judul presentasi: Gerakan Patient Safety di Indonesia, Alasan dan Agenda. Dilanjutkan dengan presentasi dari Assoc. Professor Trevor Duke MD FRACP FJFICM seorang dokter spesialis anak yang bekerja di University of Melbourne/Royal Children Hospital dengan judul pembicaraanya adalah: Pengalaman Global dalam Patient Safety. Sesi 2: Sesi ini bersifat pararel yang dilaksanakan oleh masing-masing minat di program pendidikan S2 FK-UGM sebagai berikut: Patient-Safety Dalam Kegiatan Praktik Dokter dan Dokter Spesialis 1. Konsep Patient Safety Dalam Pelayanan Bedah 2. Konsep Patient Safety Dalam Pelayanan Medik Penunjang 3. Konsep Patient Safety Dalam Pelayanan Emergency Patient Safety Untuk Menurunkan Infant Mortality dan Maternal Mortality Rates
2
4. “Kerangka Konseptual Untuk Penelitian Patient Safety” 5. “Patient Safety Dalam Pelayanan Kontrasepsi Dan Kesehatan Reproduksi” 6. ”Patient Safety Untuk Menurunkan Angka Kematian Maternal” 7. “Patient Safety Untuk Menurunkan Angka Kematian Bayi” Patient Safety Dan Penyakit Akibat Kerja 3 8. Patient Safety dan Penyakit Akibat Kerja 9. Audit K3 dan Sistem Manajemen K3
Buletin IHQN
Volume II/Nomor. 03/2006
Hal. 5 dari 6
Peran Dinas Kesehatan Dalam Patient Safety 10. Posisi Dinas Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan Daerah dan Kaitannya Dengan Patient Safety 11. Strategi Dinas Kesehatan Untuk Mendukung Gerakan Patient Studi Kasus Pendirian Badan Mutu Di Propinsi DIY
Safety.
Translation Research, From Basic To Clinic 12. Riset Translasi di FK UGM 13. Leukemia dan Lymphoma, Diagnostik dan Manajemen 14. Manajemen Karsinoma Nasofaring, Pendekatan Laboratorium 15. dan Penerapan Klinis 16. Manajemen Kanker Payudara, Pendekatan Laboratorium Dan Penerapan Klinis 17. Molecular Biology as Predictor Marker on Cardiovascular Disease 18. Penanganan Penyakit Jantung Masa Depan 19. Nitric Oxide Sebagai Penanda Penyakit Jantung Biaya dan Mutu Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin: ”How low can you go?” 20. Pembiayaan dan Strategi Mutu Pelayanan Keluarga Miskin (Gakin) 21. Kebijakan Peningkatan Mutu Pelayanan Gakin 22. Pelayanan Gakin di Rumah Sakit : Pengalaman Sejak Krisis Ekonomi 23. Pengalaman Pengelolaan Dana Gakin di Puskesmas 24. Peranan Lebaga Asuransi Kesehatan Dalam Pengendalian Biaya Dan Mutu Pelayanan Gakin Di Rumah Sakit 25. Evaluasi Pembiayaan Gakin di Rumah Sakit Monitoring-Training-Planning sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Penggunaan Obat di Institusi Pelayanan Kesehatan 26. Masalah Penggunaan Obat Di Pelayanan Dasar 27. Masalah Penggunaan Obat Di Rumah Sakit 28. MTP untuk Meningkatkan Kualitas Penggunaan Obat Di Institusi Pelayanan Kesehatan 29. MTP Sebagai Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Untuk Meningkatkan Penggunaan Obat Rasional Di Puskesmas 30. MTP Untuk Meningkatkan Kemandirian Puskesmas Dalam Menjalankan Pengobatan Rasional 31. MTP Untuk Mengurangi Biaya Supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten
Buletin IHQN
Volume II/Nomor. 03/2006
Hal. 6 dari 6
Risk Management sebagai Langkah Operasional dalam Patient Safety 32. Peranan Manajer dan Komite Medik Dalam Mengaplikasikan Konsep Patient Safety Di Rumah Sakit 33. Risk Management untuk Mendukung Gerakan Patient Safety di Rumah Sakit Promoting Patient Safety 34. Kajian Promoting Patient di Rumah Sakit dan Institusi Pendidikan 35. Hambatan dan Tantangan Promoting Patient Safety di Pelayanan Kesehatan Patient Safety Yang Berbasis Pada Bukti-Bukti Ilmiah Pada Area Praktik Keperawatan 36. Intervensi Keperawatan Berbasis pada Bukti-bukti Ilmiah dalam Rangka Patient Safety Peran Sistem Informasi dan Epidemiologi dalam Pengembangan Patient Safety 37. Sistem Informasi Dan Patient Safety 38. Prototipe Sistem Informasi Pelaporan dan Medical Error Di Rumah Sakit 39. Sistem Informasi Keamanan Pangan: Belajar Dari Kasus Formalin 40. Mengenal Faktor Risiko dan Mekanisme Penularan Penyakit, Serta Skrinning Awal Yang Dapat Meningkatkan Patient Safety 41. Prospek Perangkat Genggam (PDA) Untuk Mendukung Patient Safety Sesi 3: Secara khusus membahas beberapa Isu Strategis dalam Pengembangan Mutu dan Patient Safety 42. Pengembangan clinical pathways sebagai salah satu faktor kunci pengembangan patient safety. 43. Leadership dan Team Work di Rumah Sakit Sebagai Dasar Untuk Patient Safety 44. Peranan Akreditasi dan Badan Mutu Independen Dalam Pengembangan Patient safety Seminar ini paling tidak telah memberikan kepada para peserta gambaran yang luas dan mendalam mengenai pemikiran dan penerapan Patient Safety dari berbagai sudut pandang. Untuk lebih mensosialisasikan kepada masyarakat (kesehatan) secara luas akan pemikiran dan penerapan patient safety maka materi seminar telah dikemas dalam bentuk CD interaktif yang dapat diperoleh dengan menghubungi sekretariat IHQN.